• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ANTARA STATUS EKONOMI SOSIAL ORANG TUA DENGAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII DI SMPK SANTO TARSISIUS BOJONEGORO TAHUN AJARAN 20092010

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "HUBUNGAN ANTARA STATUS EKONOMI SOSIAL ORANG TUA DENGAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII DI SMPK SANTO TARSISIUS BOJONEGORO TAHUN AJARAN 20092010"

Copied!
187
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN ANTARA STATUS EKONOMI SOSIAL ORANG

TUA DENGAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA

KELAS VIII DI SMPK SANTO TARSISIUS BOJONEGORO

TAHUN AJARAN 2009/2010

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika

Disusun oleh: Maria Dona Raisa Kondi

0614141029

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(2)

i

HUBUNGAN ANTARA STATUS EKONOMI SOSIAL ORANG

TUA DENGAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA

KELAS VIII DI SMPK SANTO TARSISIUS BOJONEGORO

TAHUN AJARAN 2009/2010

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika

Disusun oleh: Maria Dona Raisa Kondi

0614141029

PROGRAM PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(3)
(4)
(5)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

“ M intalah, maka kamu akan diberikan kepadamu,

Carilah, maka kamu akan mendapat;

Ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu “

( M atius 7 : 7 )

Kupersembahakan untuk :

Yesus Kristus dan Bunda Maria

Papa dan Ibu yang tercinta

(6)

v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini

tidak memuat karya atau bagian karya oranglain, kecuali yang telah disebutkan

dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 28 Februari 2011

Penulis,

(7)

vi ABSTRAK

Maria Dona Raisa Kondi, 2011. Hubungan Antara Status Ekonomi Sosial Orang Tua Dengan Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas VIII di SMPK Santo Tarsisius Bojonegoro Tahun Ajaran 2009/2010. Skripsi Program Studi Pendidikan Matematika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanatha Dharma, Yogyakarta.

Ada banyak faktor yang mempengaruhi belajar, baik itu faktor intern dan ekstern. Faktor interen ialah faktor yang berasal dari dalam diri siswa sedangkan faktor eksteren ialah faktor yang berasal dari luar diri siswa. Salah satu faktor eksteren adalah keadaan ekonomi sosial keluarga. Siswa dalam belajar memerlukan sarana yang terkadang harganya mahal. Dalam belajar matematika juga memerlukan sarana, apabila orang tua tidak dapat memenuhi kebutuhan pendidikan tersebut, maka dapat menghambat prestasi belajar matematika siswa.

Di SMPK Santo Tarsisius Bojonegoro terdapat keberagaman status ekonomi sosial orang tua dari yang lemah hingga tinggi. Peneliti ingin mengetahui apakah ada atau tidak ada hubungan antara status ekonomi sosial orang tua (hanya dibatasi oleh lima faktor) dengan prestasi belajar matematika siswa kelas VIII di SMPK Santo Tasisius Bojonegoro Tahun Ajaran 2009/2010. Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif kuantitatif, dimana penelitian ini mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa, dan kejadian yang diamati sebagaimana adanya dan data dikuantifikasi untuk memudahkan analisis. Penelitian ini juga merupakan penelitian korelasional karena bertujuan untuk mengetahui ada atau tidak ada hubungan antara status ekonomi sosial orang tua siswa dengan prestasi belajar matematika siswa.

Populasi dari penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMPK Santo Tarsisius Bojonegoro Tahun Ajaran 2009/2010 yang terdiri dari 45 siswa. Sampel pada penelitian ini sebanyak 45 siswa. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah ( 1 ) angket status ekonomi sosial orang tua ( 2 ) tes prestasi belajar matematika ( 3 ) wawancara ( 4 ) dokumentasi dari sekolah. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu korelasi Spearman Rank, dimana masing-masing faktor dari status ekonomi sosial orang tua dikorelasikan dengan prestasi belajar matematika.

Dari hasil analisis data diperoleh koefisien korelasi dari status ekonomi sosial (dari masing-masing faktor) sebesar : ( 1 ) r = 0,508 dan 0,298, ( 2 ) r = 0,268, 0,334, dan 0,557, ( 3 ) = 0,289 dan 0,324, ( 4 ) r = 0,295 dan 0,562, ( 5 ) r = 0,354 dan 0,572. Hal ini berarti, nilai koefisien korelasinya cukup baik. Kemudian dilakukan pengujian tingkat signifikansi koefisien korelasi dilakukan dengan menggunakan uji z dengan tingkat signifikansi 0,05. Nilai z hitung dibandingkan dengan nilai z tabel, ternyata z hitung lebih besar dari z tabel. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang positif dan signifikan antara status ekonomi sosial orang tua dengan prestasi belajar matematika siswa kelas VIII di SMPK Santo Tarsisius Bojonegoro tahun ajaran 2009/2010.

(8)

vii ABSTRACT

Maria Dona Raisa Kondi, 2011. The correlation between parents’ social economic status with eighth grader student’s Mathematic learning achievement at St. Tarsisius Junior High School in Bojonegoro which academic period between 2009/2010. Thesis. Study Program of Mathematics Education. Majors of Mathematics Education and Natural Sciences. Faculty of Teacher Traini. Sanata Dharma University.

There are a lot of factor that affecting somebody in his study, it can be coming from internal or external. The internal factor is a factor that coming within the student itself while the external factor is the factor that is coming from outside the student. One example of the external factor is the social economic situation of the family. In his study the student needs a property which is expensive. And so does in learning Math, they also need a proper property. If the parents cannot fulfill the needs, it will impede the student’s achievement in learning this subject.

At St. Tarsisius Junior High School in Bojonegoro many kind varieties of social economic status can be found starting from the family low family until the high. Researcher willing to find whether or not there is a correlation between parents’ social economic status which is limited in five factor with eighth grader student’s Mathematic learning achievement at St. Tarsisius junior High School in Bojonegoro which academic period between 2009/2010. This research is including the quantitative description that describing a phenomenon, symptoms or event which can be seen as it is, and --- data that can be used easily to analyze the data. It is also a correlative research because its purpose is to find out if there is any relation between the parents’ social economic status with the student’s study achievement.

Population of this research is the whole eighth grader students from St. Tarsisius in Bojonegoro which academic period between 2009/2010 that is consisted of 45 students. These students are the sample of this research. The instrument that is going to be used are parents’ social economic status questionnaire, Mathematic learning achievement test, interview, and school’s document. The analysis that is used in this research is the correlation of spearman rank where every factor from parents’ social economic status was correlated with the Mathematic learning achievement.

From the analysis we got the correlative coefficient that are coming from each factor’s social economic status in the amount of r = 0,508 and 0,298; r = 0,268, 0,334, and 0,557; r = 0,289 and 0,324; r = 0,295 and 0,562; and r = 0,354 and 0,572. These mean, the value of the correlative coefficient is quiet good. And then the test of significant correlative coefficient level will be done by using the Z test which significant level is 0,05. The mark of Z arithmetic compare with the mark of Z table suddenly shows that the mark of Z table is bigger. So it can be concluded that there is a positive and significance correlation between parents’ social economic status with eighth grader student’s Mathematic learning achievement at St. Tarsisius junior High School in Bojonegoro which academic period between 2009/2010.

(9)

viii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIK

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Maria Dona Raisa Kondi

Nomor Induk Mahasiswa : 061414029

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya berjudul: HUBUNGAN ANTARA STATUS EKONOMI SOSIAL ORANG TUA DENGAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII DI SMPK SANTO

TARSISIUS BOJONEGORO TAHUN AJARAN 2009/2010. Dengan demikian

saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis, tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta, 28 Februari 2011 Yang Menyatakan

(10)

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat

dan karunia-Nya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

Penyelesaian skripsi ini dapat terwujud atas bantuan dari berbagai pihak, sehingga

dalam kesempatan ini penulis menghaturkan ucapan terima kasih kepada:

1. Bapak Drs. Sukardjono, M.Pd. selaku dosen pembimbing yang dengan

kesabarannya senantiasa memberi bimbingan dan arahan dalam membantu

saya dalam menyelesaikan skripsi ini.

2. Bapak Prof. Dr. St. Suwarsono selaku kepala Program Studi Pendidikan

Matematika dan dosen penguji yang telah memberikan saran dan membantu

penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

3. Bapak Dominikus Arif B. P., S. Si., M. Si selaku dosen penguji yang telah

memberikan saran bagi penulis untuk penyempurnaan skripsi ini.

4. Segenap staf sekretariat dan dosen-dosen Jurusan Pendidikan Matematika dan

Ilmu Pengetahuan Alam, khususnya dosen-dosen Program Studi Pendidikan

Matematika yang telah membimbing dan membantu penulis selama kuliah di

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

5. Bapak Ev. Bambang Murdijanto, S. Pd. selaku Kepala Sekolah SMPK Santo

Tarsisius Bojonegoro yang telah memberikan kesempatan, kerjasama dan

dukungan dalam melaksanakan penelitian untuk menyelesaikan skripsi ini.

6. Bapak Rus Harjono, S. Pd. selaku guru bidang studi matematika yang telah

(11)

x

melaksanakan penelitian untuk menyelesaikan skripsi ini serta segenap guru,

karyawan, dan siswa kelas VIII SMPK Santo Tarsisius Bojonegoro.

7. Papa Ferdinand Kondi, Ibu MMC. Harnanik S., S. Pd., Mbah Sunati, Mas

Dani, dan Juan, terima kasih atas kasih sayang, doa, semangat, dan

dukungannya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

8. Cristiono, mbak Ellen, mas Mbong, Elza, Leo, Nuri, Daniel, teman-teman

PSM Cantus Firmus, dan teman-teman Konco Kenthel yang telah

memberikan doa, dukungan, bantuan dan semangat kepada saya sehingga

penelitian dapat terlaksana dengan lancar dan skripsi ini terselesaikan dengan

baik.

9. Sahabatku kuliah : Devi, Dida, Eva, Grani, Kunthi, Mega, Uly, teman sesama

dosen pembimbing: Bayu, Dia, Evrin, Ika, Kristin, Laras, Lius, Wegig, dan

rekan-rekan Pendidikan Matematika khusunya angkatan 2006 yang telah

mendukung dan membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

10.Nuning, Bapak dan Ibu Gatot, semua warga Kos Pelangi, serta semua pihak

yang telah memberikan bantuan, doa, dan dukungan selama penulis

mempersiapkan dan menyelesaikan skripsi ini.

Penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan banyak manfaat bagi

dunia pendidikan matematika di Indonesia, civitas akademika Universitas Sanata

Dharma Yogyakarta, serta banyak pihak yang membaca skripsi ini.

(12)

xi DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

BAB II LANDASAN TEORI A. Status Ekonomi Sosial Orang Tua ... 12

B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Status Ekonomi Sosial Orang Tua ... 13

C. Tingkat Status Ekonomi Sosial ... 23

D. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar ... 25

E. Hakikat Matematika ... 30

F. Belajar Matematika ... 32

(13)

xii

H. Kerangka Berpikir Teoritis ... 33

I. Hipotesis ... 35

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 37

B. Populasi dan Sampel Penelitian ... 37

C. Waktu dan Tempat Penelitian ... 38

D. Alat Pengumpul Data ... 38

E. Uji Coba Instrumen Penelitian ... 41

F. Metode Analisis Data ... 46

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data ... 57

B. Analisis Data ... 66

C. Pengujian Hipotesis ... 68

D. Hasil Wawancara ... 73

E. Pembahasan Hasil Analisis Data ... 77

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 81

B. Saran ... 82

DAFTAR PUSTAKA ... 85

(14)

xiii

DAFTAR GAMBAR

(15)

xiv

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Kisi-kisi instrumen angket status ekonomi sosial orang tua ... 94

Tabel 2. Kisi-kisi instrumen pencapaian prestasi belajar matematika ... 94

Tabel 3.1 Kategori tingkat pendidikan orang tua ( bapak dan ibu ) ... 46

Tabel 3.2 Kategori pendapatan pokok orang tua ( bapak dan ibu ) ... 47

Tabel 3.3 Kategori pendapatan sampingan orang tua ... 47

Tabel 3.4 Kategori kendaraan pribadi yang dimiliki orang tua ... 48

Tabel 3.5 Kategori barang elektronik yang dimiliki orang tua ... 49

Tabel 3.6 Kategori status tempat tinggal ... 49

Tabel 3.7 Kategori kondisi fisik bangunan tempat tinggal ... 50

Tabel 3.8 Kategori banyak saudara kandung ... 50

Tabel 3.9 Kategori banyak saudara tiri ... 51

Tabel 3.10 Distribusi frekuensi ... 51

Tabel 3.11 Transformasi data interval ke data ordinal ... 54

Tabel 3.12 Analisis korelasi Spearman Rank ... 54

Tabel 4.1 Tingkat pendidikan formal bapak ... 57

Tabel 4.2 Tingkat pendidikan formal ibu ... 58

Tabel 4.3 Pendapatan pokok bapak ... 58

Tabel 4.4 Pendapatan pokok ibu ... 59

Tabel 4.5 Pendapatan sampingan bapak ... 60

Tabel 4.6 Pendapatan sampingan ibu ... 60

Tabel 4.7 Kendaraan pribadi yang dimiliki orang tua ... 61

Tabel 4.8 Barang elektronik yang dimiliki orang tua ... 61

Tabel 4.9 Status tempat tinggal ... 62

Tabel 4.10 Kondisi fisik bangunan tempat tinggal ... 62

Tabel 4.11 Banyak saudara kandung ... 63

Tabel 4.12 Banyak saudara tiri ... 64

Tabel 4.13 Deskripsi nilai prestasi belajar matematika ... 65

(16)

xv

(17)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Setelah kemerdekaan, Bangsa Indonesia secara terus menerus

melaksanakan pembangunan di berbagai bidang kehidupan, salah satunya di

bidang pendidikan. Pendidikan merupakan proses budaya yang bermanfaat

untuk meningkatkan harkat dan martabat manusia. Dengan demikian

pendidikan nasional Indonesia akan mampu mewujudkan manusia-manusia

pembangunan yang dapat membangun dirinya sendiri serta bersama-sama

bertanggungjawab atas pembangunan bangsa dan negara secara utuh.

Di era globalisasi seperti sekarang ini pendidikan menjadi nomor satu.

Tanpa pendidikan kita tak akan mampu bersaing dengan negara-negara lain.

Dalam pendidikan kita akan memperoleh berbagai macam ilmu pengetahuan

yang selalu baru. Ilmu pengetahuan yang baru tersebut akan membantu kita

untuk menghadapi era globalisasi yang menuntut seseorang untuk selalu up to date dalam menyikapinya. Misalnya, kemajuan teknologi harus kita ikuti selalu agar kita tidak tertinggal dari yang lain. Maka dari itu pendidikan

sangatlah penting ditanamkan sejak dini. Pendidikan merupakan salah satu

faktor utama bagi pengembangan sumber daya manusia karena pendidikan

diyakini mampu meningkatkan sumber daya manusia sehingga dapat

menciptakan manusia produktif yang mampu memajukan bangsanya,

(18)

Seperti diketahui bahwa ruang lingkup pendidikan amat luas, karena

pada dasarnya pendidikan bukan sekedar upaya mengiringi berlangsungnya

pertumbuhan individu, melainkan juga perkembangan dalam menuju

kedewasan. Selain itu dengan adanya pendidikan, maka individu dapat hidup

dalam masyarakat dengan sebaik-baiknya. Untuk mewujudkan hal tersebut,

maka pendidikan tidak hanya menjadi tugas dan tanggungjawab pemerintah

saja, tetapi juga keterlibatan masyarakat dan keluarga. Ketiga elemen yang

bertanggung jawab terhadap pendidikan anak tersebut yaitu keluarga,

masyarakat, dan pemerintah ini dikenal sebagai tri pusat pendidikan.

Seperti yang diungkapkan dalam Garis-garis Besar Haluan Negara

bahwa pendidikan berlangsung seumur hidup. Sehingga peran keluarga dan

masyarakat dalam ikut serta menentukan keberhasilan pendidikan anak

amatlah besar. Hal ini dikarenakan sebagian besar waktu yang dimiliki anak

adalah di lingkungan keluarga dan masyarakat, bukan di lingkungan sekolah.

Keluarga merupakan lembaga sosial pertama yang dikenal oleh anak dan

dalam keluarga ini dapat ditanamkan sikap-sikap yang dapat mempengaruhi

perkembangan anak selanjutnya. Hal ini seperti yang dikemukakan oleh

Suwarno dalam Mushin ( IAIN Sunan Kalijaga, 1993 ) :

(19)

Keadaan sosial ekonomi keluarga juga mempunyai pengaruh terhadap

perkembangan anak-anak. Apabila perekonomian keluarga tinggi dan

lingkungan materi anak di dalam keluarga lebih luas, maka anak akan

mendapatkan kesempatan yang lebih luas untuk mengembangkan

bermacam-macam kecakapan yang mungkin tidak dapat ia kembangkan apabila keadaan

ekonomi keluarga rendah. Interaksi anak dengan orang tua lebih banyak dan

lebih mendalam pada pendidikan, apabila orang tua tidak disibukkan dalam

urusan memenuhi kebutuhan hidup keluarga. Hal ini seperti yang

dikemukakan oleh Gerungan ( 2009 ) bahwa :

“Keadaan sosial ekonomi keluarga tentulah mempunyai peranan terhadap perkembangan anak-anak. Apabila kita pikirkan, bahwa dengan adanya perekonomian yang cukup, lingkungan material yang dihadapi anak didalam keluarganya itu lebih luas, ia mendapat kesempatan yang lebih luas untuk memperkembangkan bermacam-macam kecakapan yang tidak dapat ia kembangkan apabila tidak ada alat-alatnya.”

Selain itu, status ekonomi sosial keluarga juga dapat mempengaruhi

pendidikan anak. Keadaan perekonomian masing-masing keluarga tentu

berbeda-beda, sehingga dapat mempengaruhi kebutuhan pendidikan anak.

Anak dari orang tua berekonomi tinggi dapat memenuhi sarana yang

dibutuhkan sedangkan anak dari orang tua berekonomi sedang dan rendah

belum tentu dapat memenuhi sarana yang dibutuhkan. Hal ini dikarenakan

keluarga yang orang tuanya mempunyai pendapatan tinggi jelas tidak

mengalami kesulitan untuk memenuhi kebutuhan primer, sekunder, dan

tersier. Lalu, keluarga yang orang tuanya mempunyai pendapatan sedang

(20)

keluarga yang orang tuanya mempunyai pendapatan rendah hanya dapat

memenuhi kebutuhan primer, namun terkadang masih ada keluarga yang

tidak dapat memenuhi kebutuhan primer. Padahal, dalam mempelajari

matematika, anak membutuhkan banyak sarana penunjang, seperti : buku

paket, buku suplemen, LKS, alat bantu hitung, bimbingan belajar tambahan,

dan lain-lain, agar anak dapat berprestasi dalam matematika. Hal ini

dikarenakan anak harus banyak berlatih mengerjakan dan memahami mata

pelajaran matematika. Apabila ada sarana yang tidak terpenuhi maka dapat

menghambat prestasi belajar anak. Hal ini sejalan dengan pendapat St.

Vembrianto ( 1977 ), bahwa

“Ada perbedaan anak-anak dari klas sosial yang berlainan dalam hal kemampuan berpikirnya dan dorongannya untuk mengejar sukses. Perbedaan itu nampak antara lain dalam prestasi belajar mereka di sekolah.”

Dengan demikian, jelaslah bahwa status ekonomi sosial orang tua dapat

mempengaruhi prestasi belajar anak.

Di dalam masyarakat ada sesuatu yang dihargai oleh masyarakat.

Barang siapa memiliki barang berharga tadi dalam jumlah yang banyak, akan

dianggap oleh masyarakat sebagai orang yang menduduki lapisan atas, begitu

sebaliknya orang yang hanya sedikit memiliki barang berharga tersebut

dianggap oleh masyarakat sebagai orang yang menempati lapisan bawah.

Menurut Soerjono Soekanto ( 1987 ), ukuran atau kriteria yang biasanya

dipakai untuk menggolongkan anggota masyarakat dalam lapisan-lapisan

(21)

Masyarakat Bojonegoro pada umumnya merupakan masyarakat dari

kelas sosial ekonomi yang cukup beragam. Hal tersebut dapat terlihat dari

masih adanya beberapa desa yang masuk dalam kategori desa merah dan

kuning. Dari pendataan BPS pada 2005 lalu masih ada sekitar 25 desa merah

dan 60-an desa kuning yang tersebar di beberapa kecamatan di Kabupaten

Bojonegoro. Salah satu keberagaman sosial ekonomi tersebut bisa dilihat

dalam masyarakat Keluarahan Ngrowo Kecamatan Kota Kojonegoro.

Masyarakat Kelurahan Ngrowo merupakan masyarakat dari latar belakang

status sosial ekonomi yang berbeda-beda. Mayoritas masyarakatnya

merupakan pekerja/buruh dibeberapa industri di Bojonegoro. Selain itu, ada

juga yang berprofesi sebagai pedagang, petani, pegawai pemerintahan.

Keberagaman tersebut membuat status sosial yang berbeda-beda. Tingkat

pendapatan masing-masing penduduk sangatlah beragam. Para buruh

memiliki penghasilan yang relatif rendah dari pada pegawai pemerintahan

dan guru sehingga dalam pemenuhan kebutuhan sehari-haripun berbeda. Di

Kelurahan Ngrowo kita masih banyak menemui warga-warga miskin. Dari

500 rumah tangga yang ada di Kelurahan Ngrowo hampir 50% merupakan

rumah tangga miskin sehingga sering mendapatkan program bantuan dari

pemerintah seperti BLT, Raskin dan lain-lain. Sedangkan kurang lebih 25%

rumah tangga tergolong rumah tangga mampu dan sisanya tergolong rumah

tangga menegah.

Keadaan yang demikian juga terjadi di SMPK St. Tarsisius Bojonegoro.

(22)

ekonomi sosial orang tua. Dari orang tua kondisi ekonomi lemah hingga

tinggi ada di sekolah ini. Keragaman latar belakang status ekomoni sosial

orang tua tersebut juga dapat berpengaruh pada kemampuan membiayai

belajar anak-anaknya, sehingga keadaan sosial ekonomi orang tua merupakan

salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan pendidikan anak. Dalam

skripsi ini, penulis hanya membahas lima faktor yang mempengaruhi status

ekonomi sosial orang tua yaitu tingkat pendidikan orang tua, pendapatan

orang tua, kekakyaan yang dimiliki orang tua, kondisi tempat tinggal, dan

banyaknya anggota keluarga ( saudara kandung dan saudara tiri ).

Berdasarkan uraian di atas, peneliti mengambil judul skripsi :

“Hubungan antara Status Sosial Ekonomi Orang Tua Dengan Prestasi Belajar

Matematika Siswa Kelas VIII di SMPK Santo Tarsisius Bojonegoro Tahun

Ajaran 2009/2010” dengan alasan :

1. Dari observasi yang telah peneliti lakukan, bahwa siswa-siswi kelas VIII

di SMPK Santo Tarsisius Bojonegoro tahun ajaran 2009/2010 berasal dari

berbagai status ekonomi sosial keluarga yang berbeda, seperti : tingkat

pendidikan, pendapatan, kekayaan yang dimiliki, kondisi tempat tinggal,

dan banyak anggota keluarga. Sehingga peneliti ingin mengetahui apakah

ada hubungan antara status ekonomi sosial orang tua dengan prestasi

belajar matematika.

2. Keberhasilan proses belajar mengajar banyak dipengaruhi oleh beberapa

faktor dari dalam dan luar diri siswa. Salah satu faktor yang akan penulis

(23)

yang hanya penulis batasi oleh lima faktor yang mempengaruhi status

ekonomi sosial orang tua.

3. Sekarang ini biaya pendidikan semakin mahal. Meskipun biaya sekolah

negeri dari tingkat Sekolah Dasar (SD) hingga Sekolah Menengah Pertama

(SMP) gratis, namun biaya kebutuhan pendidikan, misalnya buku tulis,

alat tulis, buku paket serta buku pendamping, dan biaya operasional

sekolah sangat mahal. Hal ini dapat juga mempengaruhi ekonomi orang

tua siswa yang harus menyediakan dana lebih untuk kebutuhan sekolah

anak-anaknya.

B. Pembatasan Masalah

Agar cakupan masalah tidak terlalu luas, maka peneliti membatasi

masalah yaitu mengenai hubungan antara status ekonomi sosial orang tua

dengan prestasi belajar matematika siswa kelas VIII SMPK Santo Tarsisius

Bojonegoro semester genap tahun ajaran 2009/2010. Sehingga kesimpulan

hasil penelitian ini tidak dapat diterapkan pada kelas atau sekolah lain.

C.Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka penulis merumuskan

masalah dalam peneliti ini sebagai berikut :

1. Bagaimanakah gambaran tentang status ekonomi sosial orang tua siswa

(24)

2. Adakah hubungan yang positif dan signifikan antara status ekonomi sosial

orang tua siswa dengan prestasi belajar matematika siswa kelas VIII di

SMPK Santo Tarsisius Bojonegoro Tahun Ajaran 2009/2010?

D. Definisi Istilah

Peneliti juga menjelaskan batasan masalah yang ada agar

penggunaannya lebih jelas.

1. Status Ekonomi Sosial

Status adalah keadaan (orang,badan,dsb) dalam hubungan dengan

masyarakat di sekelilingnya ( Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1989 ). Ekonomi diartikan sebagai pemanfaatan uang, tenaga, waktu, dan

sebagainya yang berharga ( Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1989 ). Sedangkan sosial yaitu yang berkenaan dengan masyarakat ( Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1989 ).

Sosial ekonomi adalah kedudukan atau posisi seseorang dalam kelompok

manusia yang ditentukan oleh jenis aktivitas ekonomi, pendapatan, tingkat

pendidikan, jenis rumah tinggal, dan jabatan dalam organisasi

(Abdulsyani, 1994 dalam Maftukhah, 2007). Sedangkan menurut Soekanto

(2001), sosial ekonomi adalah posisi seseorang dalam masyarakat

berkaitan dengan orang lain dalam arti lingkungan pergaulan, prestasinya,

dan hak-hak serta kewajibannya dalam hubungannya dengan sumber daya.

Berdasarkan definisi dan dua pendapat di atas, peneliti menyimpulkan

(25)

seseorang dalam masyarakat yang ditentukan oleh tingkat pendidikan,

pendapatan, pemilikan kekayaan, kondisi tempat tinggal, dan banyaknya

anggota keluarga.

2. Orang Tua Siswa

Orang tua adalah ayah ibu kandung, orang yang dianggap tua, orang-orang

yang dihormati (disegani) di kampung ( Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1989 ). Dalam penelitian ini, orang tua siswa adalah ayah dan ibu

kandung.

3. Prestasi Belajar

Prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang

dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes

atau angka yang diberikan oleh guru ( Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1989 ). Dalam penelitian ini, prestasi belajar yang dimaksud yaitu prestasi

belajar matematika yang dilihat dari hasil tes yang dibuat oleh peneliti.

4. Matematika

Matematika berasal dari bahasa latin manthanein atau mathema yang berarti belajar atau hal yang dipelajari. Matematika dalam bahasa Belanda

disebut wiskunde atau ilmu pasti, yang kesemuanya berakaitan dengan penalaran.

E. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adakah hubungan yang

(26)

belajar siswa kelas VIII di SMPK Santo Tarsisius Bojonegoro Tahun Ajaran

2009/2010.

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini bermaanfaat bagi berbagai pihak, yaitu :

1. Bagi Guru

Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu guru, supaya guru

dapat memahami faktor dari luar siswa yaitu status ekonomi sosial orang

tua yang dapat mempengaruhi prestasi belajar matematika. Sehingga guru

dapat menyesuaikan metode mengajar yang ia gunakan agar siswa dapat

dengan mudah menguasai materi yang diberikan guru.

2. Bagi Siswa

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dipakai sebagai masukkan agar

siswa belajar untuk mengerti dirinya sendiri serta memotivasi siswa untuk

belajar matematika dengan lebih baik.

3. Bagi Orang Tua

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan orang tua sebagai

informasi tambahan sehingga dapat mengambil kebijakan tertentu

terhadap perkembangan belajar siswa serta dapat menjalin komunikasi

yang baik antara anak dan orang tua.

4. Bagi Komite Sekolah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan reverensi saat

(27)

dari luar yang mempengaruhi prestasi belajar matematika siswa. Dalam

penelitian ini faktor dari luar yang mempengaruhi prestasi belajar

matematika tersebut adalah status ekonomi sosial orang tua.

5. Bagi Penulis

Hasil penelitian ini bermanfaat untuk mengetahui bahwa status

ekonomi sosial orang tua berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa,

sehingga penulis dapat mengantisipasi masalah-masalah yang akan timbul

setelah terjun langsung ke lapangan dan berusaha memberikan dorongan

kepada siswa dalam belajar matematika.

(28)

12 BAB II

LANDASAN TEORI

A. Status Ekonomi Sosial Orang Tua

Pada umumnya kehidupan tiap masyarakat sangat berbeda-beda antara

masyarakat yang satu dengan yang lain. Salah satu pemicu perbedaan ini

yaitu keadaan perekonomian seseorang dengan orang lain, ada yang tinggi,

sedang, dan rendah. Keadaan seperti ini yang menimbulkan kelas-kelas

masyarakat. Menurut Soerjono Soekanto ( 1987 ), kriteria yang digunakan

untuk menggolongkan anggota masyarakat ke dalam kelas tersebut ialah

ukuran kekayaan, kedudukan atau pangkat, dan ilmu pengetahuan.

Sosial ekonomi menurut Abdulsyani ( 1994 ) adalah kedudukan atau

posisi seseorang dalam kelompok manusia yang ditentukan oleh jenis

aktivitas ekonomi, pendapatan, tingkat pendidikan, jenis rumah tinggal, dan

jabatan dalam organisasi. Menurut Soerjono Soekanto ( 1987 ), sosial

ekonomi adalah posisi seseorang dalam masyarakat berkaitan dengan orang

lain dalam arti lingkungan pergaulan, prestasinya, dan hak-hak serta

kewajibannya dalam hubungannya dengan sumber daya.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa status

ekonomi sosial dalam penelitian ini adalah kedudukan seseorang dalam

masyarakat yang ditentukan oleh tingkat pendidikan, pendapatan, pemilikan

(29)

B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Status Ekonomi Sosial Orang Tua Berdasarkan kodratnya manusia dilahirkan memiliki kedudukan yang

sama dan sederajadnya. Akan tetapi, sesuai dengan kenyataannya setiap

manusia yang menjadi warga suatu masyarakat senantiasa mempunyai status

atau kedudukan. Kedudukan tersebut yang menyebabkan manusia masuk

dalam kelas-kelas sosial. Sehingga mereka tampak berbeda-beda dalam segi

sosial ekonomi.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi status ekonomi sosial.

Faktor-faktor status ekonomi sosial yang dikemukakan oleh R. Hadi Sadikin ( 1975,

dalam Mushin, 1993 ) yaitu sumber penghasilan, besar penghasilan,

banyaknya anggota keluarga, dan penggunaan penghasilan. Dan telah

diketahui bahwa faktor-faktor tersebut bersumber utama dari orang tua.

Menurut Soerjono Soekanto ( 1982 ) ukuran-ukuran yang bisa dipakai untuk

menggolong-golongkan anggota masyarakat ke dalam lapisan=lapisan

masyarakat adalah : ukuran kekayaan (materiil), ukuran kekuasaan, ukuran

kehormatan, dan ukuran ilmu pengetahuan.

Berdasarkan uraian di atas, penulis menggunakan 5 faktor yang

mempengaruhi status ekonomi sosial yaitu tingkat pendidikan, pendapatan,

pemilikan kekayaan, kondisi tempat tinggal, dan banyaknya anggota

keluarga.

1. Tingkat Pendidikan

Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 pasal 1, pada dasarnya jenjang

(30)

perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai, dan kemampuan

yang dikembangkan. Sedangkan satuan pendidikan adalah kelompok

layanan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan pada jalur formal,

nonformal, dan informal pada setiap jenjang dan jenis pendidikan. Jenis

pendidikan adalah kelompok yang didasarkan pada kekhususan tujuan

pendidikan suatu satuan pendidikan.

Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan

berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, menengah, dan pendidikan

tinggi. Pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan

formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang. Contoh

pendidikan nonformal ialah lembaga bimbingan belajar, kursus memasak,

kursus montir, dan lain-lain. Pendidikan informal adalah jalur pendidikan

keluarga dan lingkungan.

Keluarga merupakan lingkungan pertama yang dihadapi anak. Hal

ini dikarenakan sebagian besar waktu yang dimiliki anak ada di

lingkungan keluarga, dari pada di lingkungan sekolah. Sehingga keluarga

memberikan dampak yang besar pada pendidikan anak serta dari

keluargalah anak akan banyak belajar mengenai banyak hal, mengenai

kehidupan, cara bermasyarakat, berkomunikasi, berbudaya, dan lain-lain,

yang mana belum tentu akan didapat dari pendidikan formal ataupun

dalam pendidikan nonformal. Jadi anak menjalani proses yang terjadi

seumur hidup berdasarkan pengalaman hidupnya sehari-hari dari

(31)

Dengan pengertian ini, maka keluarga yang akan banyak

mempengaruhi berhasil atau tidaknya anak dalam belajar, sebab pertama

kali pendidikan didapat anak dari hubungan dengan orang tua dan

keluarga. Serta, orang tua berkewajiban memberikan pendidikan dasar

kepada anaknya. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang Republik

Indonesia tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab IV Pasal 7.

Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Tentang Sistem

Pendidikan Nasional Bab VI Pasal 14 dikatakan bahwa jenjang pendidikan

formal terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan

pendidikan tinggi.

a. Pendidikan dasar

Menurut UU RI Tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab VI

Pasal 17 bahwa pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang

melandasi jenjang pendidikan menengah. Pendidikan dasar berbentuk

sekolah dasar ( SD ) dan madrasah ibtidaiyah ( MI ) atau bentuk lain

yang sederajat serta sekolah menengah pertama ( SMP ) dan madrasah

tsanawiyah ( MTs ) atau bentuk lain yang sederajat. Jadi, pendidikan

dasar ini bertujuan untuk memberikan bekal kemampuan dasar kepada

peserta didik untuk mengembangkan kehidupan sebagai pribadi yang

utuh serta mempersiapkan peserta didik untuk mengikuti pendidikan

(32)

b. Pendidikan Menegah

Menurut UU RI Tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab VI

Pasal 18 bahwa pendidikan menengah merupakan lanjutan pandidikan

dasar. Pendidikan menengah berbentuk sekolah menengah atas

(SMA), madrasah aliyah ( MA ), sekolah menengah kejuruan (SMK),

dan madrasah aliyah kejuruan ( MAK ) , atau berbentuk lain yang

sederajat.

c. Pendidikan Tinggi

Menurut UU RI Tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab VI

Pasal 19 bahwa pendidikan tinggi merupakan pendidikan setelah

pendidikan menengah yang mencakup program pendidikan diploma,

sarjana, magister, spesialis, dan doktor yang diselenggarakan oleh

pindidikan tinggi. Perguruan tinggi dapat berbentuk akademi,

politeknik, sekolah tinggi, institut, atau universitas. Menurut UU No. 2

tahun 1989 dalam Kunaryo ( 2000 ), pendidikan tinggi merupakan

kelanjutan pendidikan menengah yang diselenggarakan untuk

menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki

kemampuan akademik atau professional yang dapat menerapkan,

mengembangkan, atau menciptakan ilmu pengetahuan, teknologi, dan

kesenian.

Dalam penelitian ini untuk mengetahui tingkat pendidikan orang tua

dilihat dari tingkat pendidikan terakhir yang ditempuh. Tingkat pendidikan

(33)

anak mereka. Orang tua yang memiliki tingkat pendidikan yang tinggi

mempunyai dorongan atau motivasi yang besar untuk menyekolahkan

anak mereka hingga tingkat yang tinggi. Hal tersebut sejalan dengan yang

dikatakan oleh Siti Rahayu ( 1972, dalam Mushin, 1993 ) bahwa

“Seseorang yang mempunyai latar belakang pendidikan formal akan banyak berbeda dalam hal cara berpikir, aspirasinya, dan cara pandangnya dengan orang lain yang tidak pernah berpendidikan formal. Disamping itu orang tua yang berbeda tingkat pendidikan juga akan berbeda sikapnya terhadap cara mengasuh anak-anaknya.” Serta, menurut Dimiyati Mahmud dalam Mushin ( IAIN Sunan Kalijaga,

1994 ) bahwa :

“Diantara faktor status ekonomi lainnya, tingkat pendidikan orang tua adalah faktor yang paling berpengaruh terhadap prestasi belajar anak di sekolah, sebab semakin tinggi tingkat pendidikan orang tua, semakin positif sikapnya terhadap peranan sekolah.”

Dengan demikian jelas bahwa peranan pendidikan orang tua sangatlah

berarti bagi perkembangan dan pendidikan anak.

2. Pendapatan

a. Pengertian Pendapatan

Menurut Mulyanto Sumardi dan Hans Dieter Evers ( 1982:20 )

dalam Asri ( UNNES, 2005 ), pendapatan adalah seluruh penerimaan

baik berupa uang maupun barang baik dari pihak luar maupun dari

hasil sendiri. Sedangkan menurut Bayu Wijayanto ( 1995:5 ),

pendapatan rumah tangga adalah pendapatan yang diperoleh seluruh

anggota keluarga yang bekerja.

Dari pengertian pendapatan di atas dapat disimpulkan bahwa

pendapatan adalah seluruh pemasukan baik berupa uang maupun

(34)

Sedangkan pengertian pendapatan dalam penelitian ini adalah

banyaknya pemasukkan yang diterima oleh orang tua dalam bentuk

uang yang bersumber dari kerja pokok dan kerja sampingan.

b. Jenis-jenis Pendapatan

Menurut Mulyanto Sumardi dan Hans Dieter Evers ( 1982 ),

jenis-jenis pendapatan dapat dilihat dari :

1) Pendapatan yang berupa uang

Pendapatan berupa uang adalah segala penghasilan yang berupa

uang yang sifatnya reguler dan yang diterima biasanya sebagai balas

jasa atau kontraprestasi

2) Pendapatan yang berupa barang

Pendapatan berupa barang adalah segala penghasilan yang sifatnya

reguler dan biasa, akan tetapi tidak selalu berbentuk balas jasa dan

diterimakan dalam bentuk barang dan jasa.

c. Sumber Pendapatan

Pendapatan yang diperoleh orang tua berasal dari

bermacam-macam hal. Hasil dari sumber pemasukan tersebut digunakan untuk

memenuhi kebutuhan anggota keluarga. Menurut R. Hadi Sadikin

(1975), sumber pendapatan dibedakan menjadi dua macam yaitu :

1) Pendapatan tetap

Pendapatan tetap berhubungan dengan pekerjaan tetap, karena

pendapatan tetap merupakan imbalan jasa pekerjaan tetap.

(35)

dalam masyarakat dikenal adanya pekerjaan sebagai pegawai negeri,

pegawai swasta, ABRI, petani, buruh, dan lain-lain. Dengan adanya

sumber-sumber pendapatan yang berbeda-beda, maka akan

menimbulkan besar pendapatan yang berbeda-beda pula.

2) Pendapatan tambahan

Pendapatan tambahan atau pendapatan sampingan adalah hasil

dari usaha sampingan atau tambahan. Usaha-usaha tambahan sebagai

penambah pendapatan keluarga antara lain adalah membuka usaha

sendiri, yang dapat berupa toko, bengkel, warung makan,

jahitan/konveksi, dan lain-lain, atau memanfaatkan halaman dengan

menanam sayur-sayuran. Buah-buahan, maupun berternak.

Pendapatan tambahan ini dikerjakan orang tua dengan alasan untuk

menambah pendapatan utama / pendapatan tetap, atau hanya

memanfaatkan waktu dan kesempatan.

Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan pendapatan orang tua

adalah banyaknya pemasukkan yang diterima oleh orang tua dalam bentuk

uang, sebagai balas jasa dari penghasilan tetap dan penghasilan tambahan

selama satu bulan dalam satuan rupiah. Besar kecilnya pendapatan yang

diterima oleh masing-masing orang tua akan berbeda antara yang satu

dengan yang lain, hal ini karena dipengaruhi oleh keadaan orang tua

sendiri dalam melakukan berbagai macam kegiatan sehari-hari.

Berdasarkan data pendapatan bruto regional Bojonegoro tahun 2008

(36)

Bojonegoro dapat dikatakan berpendapatan tinggi apabila pendapatannya

lebih dari Rp 1.500.000,00 per bulan. Sedangkan UMR Kabupaten

Bojonegoro tahun 2010 sebesar Rp 825.000,00. Dengan demikian orang

tua dengan pendapatan kurang dari Rp 825.000,00 masuk dalam kategori

pendapatan rendah, orang tua dengan pendapatan Rp 825.000,00 – Rp

1.500.000,00 masuk dalam kategori pendapatan sedang, sedangkan orang

tua dengan pendapatan di atas Rp 1.500.000,00 masuk dalam kategori

pendapatan tinggi.

3. Pemilikan Kekayaan

Pemilikan kekayaan atau fasilitas adalah kekayaan dalam bentuk

barang-barang dimana masih bermanfaat dalam menunjang kehidupan

ekonominya. Fasilitas atau kekayaan itu antara lain:

a. Barang-barang berharga

Menurut Abdulsyani ( 1994 ), bahwa pemilikan kekayaan yang

bernilai ekonomis dalam berbagai bentuk dan ukuran seperti

perhiasan, televisi, kulkas dan lain-lain dapat menunjukkan adanya

pelapisan dalam masyarakat.

Dalam penelitian ini barang-barang dapat menunjukkan keadaan

sosial ekonomi seseorang. Barang-barang yang berharga tersebut

antara lain radio, televisi, kulkas, mesin cuci, dan lain-lain. Semakin

tinggi nilai ekonomi barang berharga yang dimiliki oleh orang tua

siswa maka akan semakin luas kesempatan orang tua untuk dapat

(37)

anak untuk berprestasi tinggi. Dan sebaliknya, semakin rendah nilai

ekonomi barang berharga yang dimiliki oleh orang tua siswa maka

akan semakin sempit kesempatan orang tua untuk dapat mencukupi

semua fasilitas belajar anak, sehingga kurang dapat memotivasi anak

untuk berprestasi tinggi.

b. Jenis-jenis kendaraan pribadi.

Kendaraan pribadi dapat digunakan sebagai alat ukur tinggi

rendahnya status sosial ekonomi orang tua. Misalnya: orang yang

mempunyai mobil akan merasa lebih tinggi status sosial ekonominya

dari pada orang yang mempunyai sepeda motor. Sedangkan orang

yang mempunyai sepeda motor akan merasa lebih tinggi status sosial

ekonominya dari pada orang yang mempunyai sepeda atau tidak

mempunyai kendaraan sama sekali.

4. Kondisi Tempat Tinggal.

Menurut Kaare Svalastoga dalam Aryana ( 2004 ) untuk mengukur

tingkat sosial ekonomi seseorang, dapat dilihat dari:

a. Status rumah yang ditempati, bisa rumah sendiri, rumah dinas,

menyewa, menumpang pada saudara atau ikut orang lain.

b. Kondisi fisik bangunan, dapat berupa rumah permanen, kayu dan

bambu. Keluarga yang keadaan sosial ekonominya tinggi, pada

umumnya menempati rumah permanen, sedangkan keluarga yang

keadaan sosial ekonominya menengah kebawah menggunakan semi

(38)

Dengan demikian rumah dapat menunjukkan suatu tingkat sosial

ekonomi suatu keluarga yang menempatinya. Rumah berbentuk permanen

atau milik pribadi dapat menunjukkan bahwa kondisi sosial ekonominya

tinggi. Sedangkan rumah dengan bentuk tidak permanen atau menyewa

dapat menunjukkan bahwa kondisi sosial ekonominya rendah.

5. Banyak Anggota Keluarga

Banyak anggota keluarga dapat mempengaruhi penghasilan orang

tua. Keluarga dengan banyak anggota yang besar akan menimbulkan

pengeluaran yang banyak, sedangkan keluarga dengan anggota yang

sedikit dapat menimbulkan pengeluaran yang sedikit. Namun, hal ini dapat

terjadi sebaliknya. Hal ini sesuai dengan pendapta Mulyanto Sumardi dan

Hans Dieters Evers ( 1982 ) bahwa,

“Jumlah anggota keluarga kemungkinan dapat meningkatkan pendapatan karena makin besar jumlah anggota keluarga makin besar pula jumlah anggota keluarga yang ikut bekerja untuk menghasilkan pendaptan tetapi kemungkinan juga terjadi bahwa jumlah anggota keluarga yang besar tidak menambah pendapatan karena semakin besar jumlah anggota keluarga mengakibatkan bertambahnya kesibukan orang tua untuk mengurus anaknya”

Dengan demikian keluarga yang memiliki sedikit anggota keluarga

akan berbeda dengan keluarga yang anggotanya banyak. Hal ini sesuai

dengan pendapat St. Vembrianto ( 1977 ), bahwa :

(39)

Dengan demikian banyaknya anggota keluarga disamping

mempengaruhi pendapatan orang tua juga berpengaruh pada status

ekonomi sosial orang tua dan kondisi anak pada khususnya.

C. Tingkat Status Ekonomi Sosial

Telah diketahui dalam masyarakat dengan adanya penggolongan status

ekonomi sosial tinggi, sedang, dan rendah. Hal ini sejalan dengan pendapat R.

Hadi Sadikin ( 1975 ) yaitu golongan ekonomi sosial dapat dibagi dalam tiga

tingkatan, yaitu tinggi, sedang, dan rendah.

Masyarakat mempertahankan kehidupan keluarganya disesuaikan dengan

standar kehidupan msing-masing keluarga. Ketiga golongan tersebut dapat

diuraikan sebagai berikut.

1. Penghasilan tinggi

Keluarga yang mempunyai penghasilan tinggi akan dapat memenuhi

kebutuhan-kebutuhannya dengan tanpa kesulitan sama sekali. Kebutuhan

primer jelas tidak ada masalah sama sekali. Kebutuhan sekunder

(kesehatan, pendidikan, dan sebagainya) juga masih terpenuhi dengan

baik. Bahkan kebutuhan tersier seperti menabung, memberi hadiah, dan

lain-lain masih dapat terpenuhi. Jadi, pada umumnya orang tua yang

mempunyai penghasilan tinggi tidak ada kesulitan dalam memenuhi

kebutuhan hidupnya. Keluarga ini mempunyai pemasukan di atas Rp

(40)

2. Penghasilan sedang

Pada keluarga yang orang tuanya berpenghasilan sedang, keluarga tersebut

masih dapat memenuhi kebutuhan yang dianggap penting. Kebutuhan

yang dianggap penting meliputi kebutuhan primer dan sebagian kebutuhan

sekunder, seperti perumahan, makan, pakaian, pendidikan, dan kesehatan.

Keluarga ini mempunyai pemasukan antara Rp 825.000,00 hingga Rp

1.500.000,00 per bulan.

3. Penghasilan rendah

Golongan ini masih serba kekurangan dalam memenuhi kebutuhan

hidupnya. Dengan tipe kebutuhan atau kepentingan yang paling sederhana,

kadang-kadang masih dapat memenuhinya. Tetapi ada juga yang tidak

dapat memenuhi kebutuhannya. Bahkan kadang-kadang mereka terpaksa

terlibat hutang karena kesulitan yang mereka hadapi. Jadi, pada dasarnya

orang tua yang berpenghasilan rendah, kesulitan memenuhi kebutuhan

hidup keluaranya. Keluarga ini mempunyai pemasukan sekitar dibawah

Rp 825.000,00 per bulan.

Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat dikatakan bahwa tingkat

penghasilan yang berbeda-beda akan dapat mengakibatkan adanya status

ekonomi sosial orang tua yang berbeda-beda pula. Hal ini dikarenakan

dengan adanya penghasilan yang bertingkat-tingkat dalam suatu masyarakat,

sehingga standar hidupnya akan berbeda-beda satu sama lain. Dengan

demikian, orang tua yang berpenghasilan rendah tidak sama dengan orang tua

(41)

baik itu kebutuhan pokok ataupun kebutuhan sampingan. Hal ini yang

menyebabkan adanya perbedaan status ekonomi sosial orang tua dalam

masyarakat yang dapat dikatakan sebagai tingkatan status ekonomi sosial

orang tua.

D. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar

Menurut Slameto ( 2003:54 ), secara umum faktor yang mempengaruhi

belajar adalah faktor intern dan faktor ekstern.

1. Faktor intern meliputi, faktor jasmaniah, kelelahan dan psikologis.

Faktor jasmaniah meliputi faktor kesehatan dan cacat tubuh. Faktor

kelelahan meliputi kelelahan jasmani dan rohani, sedangkan faktor

psikologis meliputi :

a. Intelegensi

Intelegensi adalah kecakapan yang terdiri dari tiga jenis kecakapan,

yaitu kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan ke dalam situasi

yang baru dengan cepat dan efektif, mengetahui/ menggunakan

konsep-konsep yang abstrak secara efektir, mengetahui relasi dan

mempelajarinya dengan cepat ( Slameto, 2003 ). Jadi intelegensi

adalah kesanggupan seseorang untuk beradaptasi dalam berbagai

situasi dan dapat diabstraksikan pada suatu kualitas yang sama.

b. Minat

Menurut Hilgard dalam Slameto ( 2003 ) minat adalah kecenderungan

(42)

Kegiatan yang diminati seseorang, diperhatikan terus menerus disertai

dengan rasa senang dan dari situ diperoleh kepuasan. Jadi minat adalah

sesuatu yang timbul karena keinginan sendiri tanpa adanya paksan dari

orang lain atau kecenderungan jiwa seseorang kepada sesuatu yang

biasanya disertai dengan perasaan senang.

c. Bakat

Menurut Hilgard dalam Slameto ( 2003 ) bakat adalah kemampuan

untuk belajar. Jadi bakat adalah kemampuan yang dimiliki oleh siswa

sejak lahir diperoleh melalui proseses genetik yang akan terealisasi

menjadi kecakapan sesudah belajar. Anak dapat menyalurkan bakat

atau yang dimilikinya, sehingga hal ini dapat menggali potensi yang

dimiliki agar dapat meningkatkan potensi diri anak.

d. Motivasi

Motivasi adalah motif yang sudah aktif, saat orang melakukan suatu

aktivitas, ( Darsono, 2000 ). Jadi motivasi adalah keseluruhan daya

penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar,

yang menjamin kelangsungan dalam kegiatan belajar sehingga tujuan

yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai.

2. Faktor ekstern meliputi faktor keluarga, sekolah, masyarakat.

Faktor yang berasal dari keluarga meliputi :

a. Cara mendidik, orang tua yang memanjakkan anaknya, maka setelah

(43)

takut menghadapi tantangan kesulitan. Juga orang tua yang terlalu

keras mendidik anak mengakibatkan anak menjadi penakut.

b. Suasana keluarga, hubungan keluarga yang kurang harmonis,

menyebabkan anak kurang semangat untuk belajar. Suasana yang

menyenangkan, akrab dan penuh kasih sayang akan memberi motivasi

yang mendalam.

c. Pengertian orang tua, anak dalam belajar perlu dorongan dan

pengertian orang tua. Bila anak sedang belajar jangan diganggu

tugas-tugas rumah. Apabila anak mengalami kesulitan di sekolah diharapkan

orang tua untuk membantu memecahkan kesulitan tersebut, orang tua

memberi dorongan semangat kepada anaknya.

d. Keadaan sosial ekonomi keluarga, anak dalam belajar kadang-kadang

memerlukan sarana yang kadang-kadang mahal. Bila keadaan ekonomi

keluarga tidak mencukupi, dapat menjadi penghambat anak dalam

belajar.

e. Latar balakang kebudayaan, tingkat pendidikan atau kebiasaan di

dalam keluarga, mempengaruhi sikap anak dalam belajar. Perlu

ditanamkan kepada anak kebiasaan-kebiasaan yang baik agar

mendorong semangat anak dalam belajar.

Faktor yang berasal dari sekolah meliputi :

a. Interaksi guru dengan siswa. Guru yang kurang berinteraksi dengan

(44)

merasa jauh dengan guru, sehingga siswa akan segan beradaptasi

secara aktif dengan guru.

b. Cara penyajian. Guru menggunakan beberapa metode dapat membantu

meningkatkan kegiatan belajar mengajar dan meningkatkan kegiatan

belajar mengajar serta minat siswa untuk belajar.

c. Hubungan antar murid. Guru harus mengendalikan kelas supaya dapat

bekerja sama dengan siswa dalam kegiatan belajar mengajar.

d. Standar pelajaran di atas ukuran, maksudnya guru berpendirian untuk

mempertahankan wibawanya dengan memberikan pelajaran di atas

ukuran standar. Akibatnya, anak merasa kurang mampu dan takut

kepada guru. Guru dalam menuntut penguasaan kepada murid harus

sesuai dengan kemampuan siswa masing-masing, yang penting tujuan

yang dirumuskan dapat tercapai.

e. Media pendidikan. Jumlah alat bantu mengajar akan menentukan

lancar tidaknya kegiatan belajar mengajar. Antara lain seperti buku di

perpustakaan, peralatan alat laboratorium atau media lainnya.

f. Kurikulum. Sistem intruksional sekarang menghendaki proses belajar

mengajar yang mementingkan kebutuhan siswa. Guru perlu mendalami

materi dengan baik, harus mempunyai perencanaan agar dapat

melayani siswa secara individual.

g. Metode belajar, banyak siswa melakukan cara belajar yang salah.

(45)

dengan pembagian waktu yang tepat dan cukup istirahat akan

meningkatkan hasil belajar.

h. Tugas rumah, guru jangan terlalu banyak memberikan tugas rumah,

sehingga anak tidak mempunyai waktu untuk belajar ataupun kegiatan

lain.

i. Keadaan gedung. Banyaknya siswa dalam satu ruang kelas dapat

mengakibatkan ketidak efektifannya kegiatan belajar mengajar

berlangsung.

j. Waktu sekolah. Akibat meledakanya jumlah anak yang masuk sekolah

dan penambahan gedung sekolah yang kurang, akibatnya ada

pembagian dalam kelas yaitu kelas pagi dan kelas sore.

k. Pelaksanaan disiplin. Untuk mengembangkan motivasi yang kuat,

proses belajar siswa perlu disiplin.

Faktor yang berasal dari masyarakat meliputi :

a. Media massa, kadang anak membaca buku selain buku pelajaran,

sehingga lupa akan tugas belajar. Maka bacaan anak perlu diawasi dan

diseleksi.

b. Teman bergaul, untuk mengembangkan sosialisasinya, anak perlu

bergaul dengan anak lain, tetapi perlu diawasi agar jangan sampai

mendapatkan teman bergaul yang kurang baik pengaruhnya, karena

perbuatan yang kurang baik akan mudah menular pada orang lain.

c. Cara hidup lingkungan, cara hidup lingkungan sekitar besar

(46)

Dalam penelitian ini, peneliti hanya mengambil salah satu faktor yang

mempengaruhi prestasi belajar siswa yaitu faktor eksteren yaitu faktor yang

berasal dari keluarga, khususnya keadaan sosial ekonomi keluarga.

E. Hakikat Matematika

Matematika berasal dari bahasa latih manthanein atau mathema yang

berarti belajar atau hal yang dipelajari. Matematika dalam bahasa Belanda

disebut wiskunde atau ilmu pasti, yang kesemuanya berkaitan dengan

penalaran. Ciri-ciri utama matematika adalah penalaran deduktif, yaitu

kebenaran suatu konsep atau pernyataan yang diperoleh sebagai akibat logis

dari kebenaran sebelumnya sehingga berkaitan antar konsep atau pernyataan

dalam matematika bersifat konsisten.

Namun demikian, pembelajaran dan pemahaman konsep dapat diawali

secara induktif melalui pengalaman peristiwa nyata atau intuisi. Proses

induktif-deduktif dapat digunakan untuk mempelajari konsep matematika.

Kegiatan dapat dimulai dengan beberapa contoh atau fakta yang teramati,

membuat daftar sifat yang muncul ( sebagai gejala ), memperkirakan hasil

baru yang diharapkan, yang kemudian dibuktikan secara deduktif. Dengan

demikian, cara belajar induktif dan deduktif dapat digunakan dan sama-sama

berperan penting dalam mempelajari matematika. Penerapan cara kerja

matematika diharapkan dapat membentuk sikap kritis, kreatif, jujur, dan

(47)

Menurut Gagne seperti dikutip oleh Herman Hudojo ( 2005 ), secara

garis besar matematika memiliki objek kajian yang abstrak sebagai berikut :

1. Fakta-fakta matematika

Fakta-fakta matematika adalah konvensi-konvensi ( kesepakatan ) dalam

matematika yang dimasukkan untuk memperlancar

pembicaraan-pembicaraan di dalam matematika, seperti lambang-lambang yang ada

dalam matematika.

2. Keterampilan-keterampilan matematika

Keterampilan-keterampilan matematika adalah operasi-operasi dan

prosedur-prosedur dalam matematika, yang masing-msing erupakan suatu

proses untuk mencari ( memperoleh ) suatu hasil tertentu.

3. Konsep-konsep matematika

Konsep adalah suatu ide abstrak yang memungkinkan seseorang untuk

mengklasifikasikan apakah sesuatu objek tertentu merupakan contoh atau

bukan contoh dari ide abstrak tersebut. Suatu konsep yang berada dalam

lingkup ilmu matematika disebut konsep matematika.

4. Prinsip-prinsip matematika

Prinsip adalah suatu pernyataan yang bernilai benar, yang memuat dua

konsep atau lebih dan menyatakan hubungan antara konsep-konsep

tersebut. Jadi, matematika merupakan ilmu pengetahuan yang bersifat

abstrak, diperoleh dengan penalaran secara induktif dan deduktif, serta

mempunyai cara berpikir matematika yang prosesnya melalui abstraksi

(48)

F. Belajar Matematika

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, belajar adalah berubah

tingkah laku yang disebabkan oleh pengalaman. Belajar menurut E.L.

Thorndike merupakan pembentukan hubungan atau koneksi antara stimulus

dan respon dan penyelesaian masalah ( problem solving ) yang dilakukan

dengan cara trial and error.

Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang

sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang

pendidikan. Menurut Skinner seperti yang dikutip Barlow( 1985 ) dalam buku

Educational Psychology : The Teaching-Learning Process, berpendapat

bahwa belajar adalah salah satu proses adaptasi (penyesuaian tingkah laku)

yang berlangsung secara progresif. ( Muhibbin Syah, 2003 ).

Sedangkan menurut Winkel ( 1987:36 ), belajar adalah suatu aktifitas

psikis-mental yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang

menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman nilai

dan sikap. Perubahan-perubahan ini bersifat relatif konstan dan berbekas.

Pada prinsipnya, belajar adalah kegiatan yang dilakukan secara sadar

oleh seseorang yang menghasilkan perubahan tingkah laku pada dirinya, baik

dalam bentuk sikap dan nilai yang positif maupun pengetahuan yang baru

(Herman Hudojo, 1988).

Dari uraian di atas dapat didefinisikan belajar matematika adalah suatu

proses atau kegiatan yang dilakukan secara sadar oleh seseorang untuk

(49)

sehingga menghasilkan perubahan tingkah laku yang positif maupun

pengetahuan yang baru.

G. Prestasi Belajar Matematika

Dalam Retna Hadiyati ( USD, 2003 ) disebutkan bahwa prestasi belajar

adalah bukti keberhasilan yang dicapai siswa setelah mengikuti kegiatan

belajar mengajar. Sehingga prestasi belajar matematika adalah bukti

keberhasilan yang dicapai siswa setelah mengikuti kegiatan belajar mengajar

matematika. Prestasi belajar dapat diukur melalui tes maupun tugas-tugas

yang berhubungan dengan kegiatan matematika. Hasil tes maupun

tugas-tugas yang berhubungan dengan matematika tersebut dapat diwujudkan

dalam bentuk nilai yang berupa angka atau huruf.

H. Kerangka Berpikir Teoritis

Keluarga mempunyai peranan penting dalam keberhasilan pendidikan

seorang anak. Keluarga merupakan lembaga pertama dalam pendidikan anak

dan sebagian besar segala kebutuhan pendidikan dipenuhi oleh keluarga.

Sedangkan biaya untuk memenuhi kebutuhan pendidikan tidaklah sedikit.

Apabila kebutuhan pendidikan tidak dipenuhi, maka dapat mengganggu

keberhasilan anak dalam belajar. Berdasarkan pengalaman penulis selama

belajar matematika, banyak sekali peranan yang diberikan orang tua bagi

(50)

dipenuhi oleh orang tua baik fasilitas, biaya, dorongan, dan situasi atau

suasana keluarga dan rumah.

Keluarga dengan pendapatan tinggi akan lebih mudah memenuhi segala

kebutuhan pendidikan dan kebutuhan lainnya. Berbeda dengan keluarga yang

mempunyai penghasilan relatif rendah, pada umumnya mengalami kesulitan

dalam memenuhi kebutuhan pendidikan ataupun kebutuhan lainnya. Hal ini

sejalan dengan Winkel ( 1991:136 ) bahwa keadaan ekonomi keluarga sangat

berpengaruh besar dalam belajar, karena keadaan ekonomi yang serba sukar

dan memprihatinkan, membuat guru dan siswa merasa gelisah dan sukar

berkonsentrasi penuh pada proses belajar mengajar.

Dari uraian di atas tampak bahwa secara teoritis, status ekonomi sosial

orang tua mempunyai hubungan yang erat dengan prestasi belajar

matematika. Akan tetapi apakah hubungan yang secara teoritis sudah jelas

tersebut akan berlaku untuk siswa kelas VIII SMPK Santo Tarsisius

Bojonegoro pada tahun ajaran 2009/2010. Hal ini yang akan diselidiki dalam

penelitian ini. Berikut akan disajikan bagan tentang hubungan antara status

ekonomi sosial orang tua dengan prestasi belajar matematika siswa kelas VIII

(51)

Gambar 2.1 Kerangka berpikir tentang hubungan antara status ekonomi sosial orang tua dengan prestasi belajar matematika

I. Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara penelitian yang masih harus diuji

kebenarannya setelah melalui penelitian dan analisis data. Rumusan hipotesis

yang dikemukakan berupa pernyataan untuk menjawab pertanyaan yang ada

pada rumusan masalah. Berdasarkan landasan teori dan kerangka berpikir di

atas, maka dapat diajukan hipotesis tentang status ekonomi sosial orang tua

dimana pembahasannya hanya dibatasi oleh 5 faktor yang telah diuraikan di

atas sebagai berikut :

1. Ada hubungan yang positif dan signifikan antara tingkat pendidikan orang

tua ( bapak dan ibu ) dengan prestasi belajar matematika siswa kelas VIII

di SMPK Santo Tarsisius Bojonegoro Tahun Ajaran 2009/2010. Status Ekonomi

Sosial Orang Tua

Tingkat Pendidikan

Pendapatan

Banyak Anggota Keluarga Pemilikan Kekayaan

Kondisi Tempat Tinggal

(52)

2. Ada hubungan yang positif dan signifikan antara pendapatan orang tua

siswa ( bapak dan ibu ) dengan prestasi belajar matematika siswa kelas

VIII di SMPK Santo Tarsisius Bojonegoro Tahun Ajaran 2009/2010.

3. Ada hubungan yang positif dan signifikan antara kekayaan yang dimiliki

orang tua siswa dengan prestasi belajar matematika siswa kelas VIII di

SMPK Santo Tarsisius Bojonegoro Tahun Ajaran 2009/2010.

4. Ada hubungan yang positif dan signifikan antara keadaan tempat tinggal

dengan prestasi belajar matematika siswa kelas VIII di SMPK Santo

Tarsisius Bojonegoro Tahun Ajaran 2009/2010.

5. Ada hubungan yang positif dan signifikan antara ranking banyaknya

anggota keluarga dengan prestasi belajar matematika siswa kelas VIII di

(53)

37 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

deskriptif kuantitatif, dimana penelitian ini mendeskripsikan suatu gejala,

peristiwa, dan kejadian yang diamati sebagaimana adanya dan data

dikuantifikasi untuk memudahkan analisis. Penelitian ini juga merupakan

penelitian korelasional karena bertujuan untuk mengetahui hubungan antara

status ekonomi sosial orang tua siswa dengan prestasi belajar matematika

siswa.

B. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek / subjek

yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya ( Sugiono,

1997:55 ). Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh siswa kelas VIII

SMPK St. Tarsisius Bojonegoro tahun pelajaran 2010/2011 pada semester

genap sebanyak 45 siswa.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki

(54)

seluruh anggota populasi. Sehingga sampel dalam penelitian ini sebanyak

45 siswa.

C. Waktu dan Tempat Penelitian

Waktu penelitian dilaksanakan mulai tanggal 11 Maret 2010 hingga 11

Februari 2011. Penelitian di sekolah dimulai sejak tanggal 5 Mei 2010 hingga

27 Agustus 2010 di kelas VIII-A dan VIII-B SMPK St. Tarsisius Bojonegoro.

Penelitian dilakukan dari tahap observasi hingga wawancara. Pada tanggal 5

Mei 2010 pukul 07.40 – 09.00 peneliti melakukan observasi di kelas VIII-A

dan pukul 09.15 – 10.35 peneliti melakukan observasi di kelas VIII-B.

Kemudian pada tanggal 26 Mei 2010 pukul 07.40 – 09.00 peneliti melakukan

pengambilan data di kelas VIII-A dan pukul 09.15 – 10.35 peneliti

melakukan pengambilan data di kelas VIII-B. Serta, pada tanggal 24 – 27

Agustus 2010 setiap pukul 08.30 - 08.45 dan 09.45 – 10.00 peneliti

melakukan wawancara.

D. Alat Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, seluruh data diperoleh dari seluruh siswa kelas

VIII SMPK St. Tarsisius Bojonegoro Tahun Ajaran 2009/2010. Alat

pengumpulan data yang dipakai ada 4 alat, yaitu

1. Angket / Kuisioner

Angket adalah berkas yang berisi pertanyaan yang perlu dijawab,

Gambar

Gambar 4.1 Diagram batang frekuensi prestasi belajar matematika  ..............
Tabel 4.17 Hasil pengujian hipotesis dengan uji z  .......................................
Gambar 2.1  Kerangka berpikir tentang hubungan antara status ekonomi sosial orang
Tabel 3.2 Kategori Pendapatan Pokok Orang Tua
+7

Referensi

Dokumen terkait

“ Manajemen pendidikan adalah seni dan ilmu mengelola sumber daya pendidikan untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

Rumusan masalah dalam penelitian ini dapat dirinci sebagai berikut: (1) ” Apakah pendekatan kontekstual dapat meningkatkan kemampuan menulis deskripsi pada siswa kelas IV

HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN DAN KONSENTRASI DENGAN HASIL PENALTY STROKE PADA PERMAINAN HOKI FIELD.. (Studi Deskriptif Peserta Unit Kegiatan Mahasiswa Hoki Universitas

pemilhan kata atau diksi, dalam penggunaan tanda baca, pembentukan kata, penggunaan ejaan dan penguasaan kalimat efektif, sebagai salah satu faktor kebahasaan yang

Rp240.399.000,00 (Dua Ratus Empat Puluh Juta Tiga Ratus Sembilan. Puluh Sembilan

Adapun perincian tugas yang dilakukan oleh praktikan selama menjalani masa Praktik Kerja Lapangan di Perusahaan Umum (Perum) DAMRI Kantor Pusat Sub Direktorat

siswa yang dimulai dari administrator yang melakukan login untuk masuk Gambar 4.5 System Flow Proses Persetujuan Perijinan Siswa.. ke dalam sistem kemudian administrator

Jika dianggap semua eksperimen untuk mendapatkan berbagai besaran termodinamika bagi sistem zarah identik (dengan berbagai macam je- nis statistika) telah dapat dilakukan, dan