HUBUNGAN ANTARA STATUS EKONOMI SOSIAL ORANG
TUA DENGAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA
KELAS VIII DI SMPK SANTO TARSISIUS BOJONEGORO
TAHUN AJARAN 2009/2010
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika
Disusun oleh: Maria Dona Raisa Kondi
0614141029
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
i
HUBUNGAN ANTARA STATUS EKONOMI SOSIAL ORANG
TUA DENGAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA
KELAS VIII DI SMPK SANTO TARSISIUS BOJONEGORO
TAHUN AJARAN 2009/2010
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika
Disusun oleh: Maria Dona Raisa Kondi
0614141029
PROGRAM PENDIDIKAN MATEMATIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
“ M intalah, maka kamu akan diberikan kepadamu,
Carilah, maka kamu akan mendapat;
Ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu “
( M atius 7 : 7 )
Kupersembahakan untuk :
Yesus Kristus dan Bunda Maria
Papa dan Ibu yang tercinta
v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini
tidak memuat karya atau bagian karya oranglain, kecuali yang telah disebutkan
dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 28 Februari 2011
Penulis,
vi ABSTRAK
Maria Dona Raisa Kondi, 2011. Hubungan Antara Status Ekonomi Sosial Orang Tua Dengan Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas VIII di SMPK Santo Tarsisius Bojonegoro Tahun Ajaran 2009/2010. Skripsi Program Studi Pendidikan Matematika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanatha Dharma, Yogyakarta.
Ada banyak faktor yang mempengaruhi belajar, baik itu faktor intern dan ekstern. Faktor interen ialah faktor yang berasal dari dalam diri siswa sedangkan faktor eksteren ialah faktor yang berasal dari luar diri siswa. Salah satu faktor eksteren adalah keadaan ekonomi sosial keluarga. Siswa dalam belajar memerlukan sarana yang terkadang harganya mahal. Dalam belajar matematika juga memerlukan sarana, apabila orang tua tidak dapat memenuhi kebutuhan pendidikan tersebut, maka dapat menghambat prestasi belajar matematika siswa.
Di SMPK Santo Tarsisius Bojonegoro terdapat keberagaman status ekonomi sosial orang tua dari yang lemah hingga tinggi. Peneliti ingin mengetahui apakah ada atau tidak ada hubungan antara status ekonomi sosial orang tua (hanya dibatasi oleh lima faktor) dengan prestasi belajar matematika siswa kelas VIII di SMPK Santo Tasisius Bojonegoro Tahun Ajaran 2009/2010. Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif kuantitatif, dimana penelitian ini mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa, dan kejadian yang diamati sebagaimana adanya dan data dikuantifikasi untuk memudahkan analisis. Penelitian ini juga merupakan penelitian korelasional karena bertujuan untuk mengetahui ada atau tidak ada hubungan antara status ekonomi sosial orang tua siswa dengan prestasi belajar matematika siswa.
Populasi dari penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMPK Santo Tarsisius Bojonegoro Tahun Ajaran 2009/2010 yang terdiri dari 45 siswa. Sampel pada penelitian ini sebanyak 45 siswa. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah ( 1 ) angket status ekonomi sosial orang tua ( 2 ) tes prestasi belajar matematika ( 3 ) wawancara ( 4 ) dokumentasi dari sekolah. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu korelasi Spearman Rank, dimana masing-masing faktor dari status ekonomi sosial orang tua dikorelasikan dengan prestasi belajar matematika.
Dari hasil analisis data diperoleh koefisien korelasi dari status ekonomi sosial (dari masing-masing faktor) sebesar : ( 1 ) r = 0,508 dan 0,298, ( 2 ) r = 0,268, 0,334, dan 0,557, ( 3 ) = 0,289 dan 0,324, ( 4 ) r = 0,295 dan 0,562, ( 5 ) r = 0,354 dan 0,572. Hal ini berarti, nilai koefisien korelasinya cukup baik. Kemudian dilakukan pengujian tingkat signifikansi koefisien korelasi dilakukan dengan menggunakan uji z dengan tingkat signifikansi 0,05. Nilai z hitung dibandingkan dengan nilai z tabel, ternyata z hitung lebih besar dari z tabel. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang positif dan signifikan antara status ekonomi sosial orang tua dengan prestasi belajar matematika siswa kelas VIII di SMPK Santo Tarsisius Bojonegoro tahun ajaran 2009/2010.
vii ABSTRACT
Maria Dona Raisa Kondi, 2011. The correlation between parents’ social economic status with eighth grader student’s Mathematic learning achievement at St. Tarsisius Junior High School in Bojonegoro which academic period between 2009/2010. Thesis. Study Program of Mathematics Education. Majors of Mathematics Education and Natural Sciences. Faculty of Teacher Traini. Sanata Dharma University.
There are a lot of factor that affecting somebody in his study, it can be coming from internal or external. The internal factor is a factor that coming within the student itself while the external factor is the factor that is coming from outside the student. One example of the external factor is the social economic situation of the family. In his study the student needs a property which is expensive. And so does in learning Math, they also need a proper property. If the parents cannot fulfill the needs, it will impede the student’s achievement in learning this subject.
At St. Tarsisius Junior High School in Bojonegoro many kind varieties of social economic status can be found starting from the family low family until the high. Researcher willing to find whether or not there is a correlation between parents’ social economic status which is limited in five factor with eighth grader student’s Mathematic learning achievement at St. Tarsisius junior High School in Bojonegoro which academic period between 2009/2010. This research is including the quantitative description that describing a phenomenon, symptoms or event which can be seen as it is, and --- data that can be used easily to analyze the data. It is also a correlative research because its purpose is to find out if there is any relation between the parents’ social economic status with the student’s study achievement.
Population of this research is the whole eighth grader students from St. Tarsisius in Bojonegoro which academic period between 2009/2010 that is consisted of 45 students. These students are the sample of this research. The instrument that is going to be used are parents’ social economic status questionnaire, Mathematic learning achievement test, interview, and school’s document. The analysis that is used in this research is the correlation of spearman rank where every factor from parents’ social economic status was correlated with the Mathematic learning achievement.
From the analysis we got the correlative coefficient that are coming from each factor’s social economic status in the amount of r = 0,508 and 0,298; r = 0,268, 0,334, and 0,557; r = 0,289 and 0,324; r = 0,295 and 0,562; and r = 0,354 and 0,572. These mean, the value of the correlative coefficient is quiet good. And then the test of significant correlative coefficient level will be done by using the Z test which significant level is 0,05. The mark of Z arithmetic compare with the mark of Z table suddenly shows that the mark of Z table is bigger. So it can be concluded that there is a positive and significance correlation between parents’ social economic status with eighth grader student’s Mathematic learning achievement at St. Tarsisius junior High School in Bojonegoro which academic period between 2009/2010.
viii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIK
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Maria Dona Raisa Kondi
Nomor Induk Mahasiswa : 061414029
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya berjudul: HUBUNGAN ANTARA STATUS EKONOMI SOSIAL ORANG TUA DENGAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII DI SMPK SANTO
TARSISIUS BOJONEGORO TAHUN AJARAN 2009/2010. Dengan demikian
saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis, tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta, 28 Februari 2011 Yang Menyatakan
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat
dan karunia-Nya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
Penyelesaian skripsi ini dapat terwujud atas bantuan dari berbagai pihak, sehingga
dalam kesempatan ini penulis menghaturkan ucapan terima kasih kepada:
1. Bapak Drs. Sukardjono, M.Pd. selaku dosen pembimbing yang dengan
kesabarannya senantiasa memberi bimbingan dan arahan dalam membantu
saya dalam menyelesaikan skripsi ini.
2. Bapak Prof. Dr. St. Suwarsono selaku kepala Program Studi Pendidikan
Matematika dan dosen penguji yang telah memberikan saran dan membantu
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
3. Bapak Dominikus Arif B. P., S. Si., M. Si selaku dosen penguji yang telah
memberikan saran bagi penulis untuk penyempurnaan skripsi ini.
4. Segenap staf sekretariat dan dosen-dosen Jurusan Pendidikan Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam, khususnya dosen-dosen Program Studi Pendidikan
Matematika yang telah membimbing dan membantu penulis selama kuliah di
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
5. Bapak Ev. Bambang Murdijanto, S. Pd. selaku Kepala Sekolah SMPK Santo
Tarsisius Bojonegoro yang telah memberikan kesempatan, kerjasama dan
dukungan dalam melaksanakan penelitian untuk menyelesaikan skripsi ini.
6. Bapak Rus Harjono, S. Pd. selaku guru bidang studi matematika yang telah
x
melaksanakan penelitian untuk menyelesaikan skripsi ini serta segenap guru,
karyawan, dan siswa kelas VIII SMPK Santo Tarsisius Bojonegoro.
7. Papa Ferdinand Kondi, Ibu MMC. Harnanik S., S. Pd., Mbah Sunati, Mas
Dani, dan Juan, terima kasih atas kasih sayang, doa, semangat, dan
dukungannya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
8. Cristiono, mbak Ellen, mas Mbong, Elza, Leo, Nuri, Daniel, teman-teman
PSM Cantus Firmus, dan teman-teman Konco Kenthel yang telah
memberikan doa, dukungan, bantuan dan semangat kepada saya sehingga
penelitian dapat terlaksana dengan lancar dan skripsi ini terselesaikan dengan
baik.
9. Sahabatku kuliah : Devi, Dida, Eva, Grani, Kunthi, Mega, Uly, teman sesama
dosen pembimbing: Bayu, Dia, Evrin, Ika, Kristin, Laras, Lius, Wegig, dan
rekan-rekan Pendidikan Matematika khusunya angkatan 2006 yang telah
mendukung dan membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
10.Nuning, Bapak dan Ibu Gatot, semua warga Kos Pelangi, serta semua pihak
yang telah memberikan bantuan, doa, dan dukungan selama penulis
mempersiapkan dan menyelesaikan skripsi ini.
Penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan banyak manfaat bagi
dunia pendidikan matematika di Indonesia, civitas akademika Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta, serta banyak pihak yang membaca skripsi ini.
xi DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
BAB II LANDASAN TEORI A. Status Ekonomi Sosial Orang Tua ... 12
B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Status Ekonomi Sosial Orang Tua ... 13
C. Tingkat Status Ekonomi Sosial ... 23
D. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar ... 25
E. Hakikat Matematika ... 30
F. Belajar Matematika ... 32
xii
H. Kerangka Berpikir Teoritis ... 33
I. Hipotesis ... 35
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 37
B. Populasi dan Sampel Penelitian ... 37
C. Waktu dan Tempat Penelitian ... 38
D. Alat Pengumpul Data ... 38
E. Uji Coba Instrumen Penelitian ... 41
F. Metode Analisis Data ... 46
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data ... 57
B. Analisis Data ... 66
C. Pengujian Hipotesis ... 68
D. Hasil Wawancara ... 73
E. Pembahasan Hasil Analisis Data ... 77
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 81
B. Saran ... 82
DAFTAR PUSTAKA ... 85
xiii
DAFTAR GAMBAR
xiv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Kisi-kisi instrumen angket status ekonomi sosial orang tua ... 94
Tabel 2. Kisi-kisi instrumen pencapaian prestasi belajar matematika ... 94
Tabel 3.1 Kategori tingkat pendidikan orang tua ( bapak dan ibu ) ... 46
Tabel 3.2 Kategori pendapatan pokok orang tua ( bapak dan ibu ) ... 47
Tabel 3.3 Kategori pendapatan sampingan orang tua ... 47
Tabel 3.4 Kategori kendaraan pribadi yang dimiliki orang tua ... 48
Tabel 3.5 Kategori barang elektronik yang dimiliki orang tua ... 49
Tabel 3.6 Kategori status tempat tinggal ... 49
Tabel 3.7 Kategori kondisi fisik bangunan tempat tinggal ... 50
Tabel 3.8 Kategori banyak saudara kandung ... 50
Tabel 3.9 Kategori banyak saudara tiri ... 51
Tabel 3.10 Distribusi frekuensi ... 51
Tabel 3.11 Transformasi data interval ke data ordinal ... 54
Tabel 3.12 Analisis korelasi Spearman Rank ... 54
Tabel 4.1 Tingkat pendidikan formal bapak ... 57
Tabel 4.2 Tingkat pendidikan formal ibu ... 58
Tabel 4.3 Pendapatan pokok bapak ... 58
Tabel 4.4 Pendapatan pokok ibu ... 59
Tabel 4.5 Pendapatan sampingan bapak ... 60
Tabel 4.6 Pendapatan sampingan ibu ... 60
Tabel 4.7 Kendaraan pribadi yang dimiliki orang tua ... 61
Tabel 4.8 Barang elektronik yang dimiliki orang tua ... 61
Tabel 4.9 Status tempat tinggal ... 62
Tabel 4.10 Kondisi fisik bangunan tempat tinggal ... 62
Tabel 4.11 Banyak saudara kandung ... 63
Tabel 4.12 Banyak saudara tiri ... 64
Tabel 4.13 Deskripsi nilai prestasi belajar matematika ... 65
xv
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Setelah kemerdekaan, Bangsa Indonesia secara terus menerus
melaksanakan pembangunan di berbagai bidang kehidupan, salah satunya di
bidang pendidikan. Pendidikan merupakan proses budaya yang bermanfaat
untuk meningkatkan harkat dan martabat manusia. Dengan demikian
pendidikan nasional Indonesia akan mampu mewujudkan manusia-manusia
pembangunan yang dapat membangun dirinya sendiri serta bersama-sama
bertanggungjawab atas pembangunan bangsa dan negara secara utuh.
Di era globalisasi seperti sekarang ini pendidikan menjadi nomor satu.
Tanpa pendidikan kita tak akan mampu bersaing dengan negara-negara lain.
Dalam pendidikan kita akan memperoleh berbagai macam ilmu pengetahuan
yang selalu baru. Ilmu pengetahuan yang baru tersebut akan membantu kita
untuk menghadapi era globalisasi yang menuntut seseorang untuk selalu up to date dalam menyikapinya. Misalnya, kemajuan teknologi harus kita ikuti selalu agar kita tidak tertinggal dari yang lain. Maka dari itu pendidikan
sangatlah penting ditanamkan sejak dini. Pendidikan merupakan salah satu
faktor utama bagi pengembangan sumber daya manusia karena pendidikan
diyakini mampu meningkatkan sumber daya manusia sehingga dapat
menciptakan manusia produktif yang mampu memajukan bangsanya,
Seperti diketahui bahwa ruang lingkup pendidikan amat luas, karena
pada dasarnya pendidikan bukan sekedar upaya mengiringi berlangsungnya
pertumbuhan individu, melainkan juga perkembangan dalam menuju
kedewasan. Selain itu dengan adanya pendidikan, maka individu dapat hidup
dalam masyarakat dengan sebaik-baiknya. Untuk mewujudkan hal tersebut,
maka pendidikan tidak hanya menjadi tugas dan tanggungjawab pemerintah
saja, tetapi juga keterlibatan masyarakat dan keluarga. Ketiga elemen yang
bertanggung jawab terhadap pendidikan anak tersebut yaitu keluarga,
masyarakat, dan pemerintah ini dikenal sebagai tri pusat pendidikan.
Seperti yang diungkapkan dalam Garis-garis Besar Haluan Negara
bahwa pendidikan berlangsung seumur hidup. Sehingga peran keluarga dan
masyarakat dalam ikut serta menentukan keberhasilan pendidikan anak
amatlah besar. Hal ini dikarenakan sebagian besar waktu yang dimiliki anak
adalah di lingkungan keluarga dan masyarakat, bukan di lingkungan sekolah.
Keluarga merupakan lembaga sosial pertama yang dikenal oleh anak dan
dalam keluarga ini dapat ditanamkan sikap-sikap yang dapat mempengaruhi
perkembangan anak selanjutnya. Hal ini seperti yang dikemukakan oleh
Suwarno dalam Mushin ( IAIN Sunan Kalijaga, 1993 ) :
Keadaan sosial ekonomi keluarga juga mempunyai pengaruh terhadap
perkembangan anak-anak. Apabila perekonomian keluarga tinggi dan
lingkungan materi anak di dalam keluarga lebih luas, maka anak akan
mendapatkan kesempatan yang lebih luas untuk mengembangkan
bermacam-macam kecakapan yang mungkin tidak dapat ia kembangkan apabila keadaan
ekonomi keluarga rendah. Interaksi anak dengan orang tua lebih banyak dan
lebih mendalam pada pendidikan, apabila orang tua tidak disibukkan dalam
urusan memenuhi kebutuhan hidup keluarga. Hal ini seperti yang
dikemukakan oleh Gerungan ( 2009 ) bahwa :
“Keadaan sosial ekonomi keluarga tentulah mempunyai peranan terhadap perkembangan anak-anak. Apabila kita pikirkan, bahwa dengan adanya perekonomian yang cukup, lingkungan material yang dihadapi anak didalam keluarganya itu lebih luas, ia mendapat kesempatan yang lebih luas untuk memperkembangkan bermacam-macam kecakapan yang tidak dapat ia kembangkan apabila tidak ada alat-alatnya.”
Selain itu, status ekonomi sosial keluarga juga dapat mempengaruhi
pendidikan anak. Keadaan perekonomian masing-masing keluarga tentu
berbeda-beda, sehingga dapat mempengaruhi kebutuhan pendidikan anak.
Anak dari orang tua berekonomi tinggi dapat memenuhi sarana yang
dibutuhkan sedangkan anak dari orang tua berekonomi sedang dan rendah
belum tentu dapat memenuhi sarana yang dibutuhkan. Hal ini dikarenakan
keluarga yang orang tuanya mempunyai pendapatan tinggi jelas tidak
mengalami kesulitan untuk memenuhi kebutuhan primer, sekunder, dan
tersier. Lalu, keluarga yang orang tuanya mempunyai pendapatan sedang
keluarga yang orang tuanya mempunyai pendapatan rendah hanya dapat
memenuhi kebutuhan primer, namun terkadang masih ada keluarga yang
tidak dapat memenuhi kebutuhan primer. Padahal, dalam mempelajari
matematika, anak membutuhkan banyak sarana penunjang, seperti : buku
paket, buku suplemen, LKS, alat bantu hitung, bimbingan belajar tambahan,
dan lain-lain, agar anak dapat berprestasi dalam matematika. Hal ini
dikarenakan anak harus banyak berlatih mengerjakan dan memahami mata
pelajaran matematika. Apabila ada sarana yang tidak terpenuhi maka dapat
menghambat prestasi belajar anak. Hal ini sejalan dengan pendapat St.
Vembrianto ( 1977 ), bahwa
“Ada perbedaan anak-anak dari klas sosial yang berlainan dalam hal kemampuan berpikirnya dan dorongannya untuk mengejar sukses. Perbedaan itu nampak antara lain dalam prestasi belajar mereka di sekolah.”
Dengan demikian, jelaslah bahwa status ekonomi sosial orang tua dapat
mempengaruhi prestasi belajar anak.
Di dalam masyarakat ada sesuatu yang dihargai oleh masyarakat.
Barang siapa memiliki barang berharga tadi dalam jumlah yang banyak, akan
dianggap oleh masyarakat sebagai orang yang menduduki lapisan atas, begitu
sebaliknya orang yang hanya sedikit memiliki barang berharga tersebut
dianggap oleh masyarakat sebagai orang yang menempati lapisan bawah.
Menurut Soerjono Soekanto ( 1987 ), ukuran atau kriteria yang biasanya
dipakai untuk menggolongkan anggota masyarakat dalam lapisan-lapisan
Masyarakat Bojonegoro pada umumnya merupakan masyarakat dari
kelas sosial ekonomi yang cukup beragam. Hal tersebut dapat terlihat dari
masih adanya beberapa desa yang masuk dalam kategori desa merah dan
kuning. Dari pendataan BPS pada 2005 lalu masih ada sekitar 25 desa merah
dan 60-an desa kuning yang tersebar di beberapa kecamatan di Kabupaten
Bojonegoro. Salah satu keberagaman sosial ekonomi tersebut bisa dilihat
dalam masyarakat Keluarahan Ngrowo Kecamatan Kota Kojonegoro.
Masyarakat Kelurahan Ngrowo merupakan masyarakat dari latar belakang
status sosial ekonomi yang berbeda-beda. Mayoritas masyarakatnya
merupakan pekerja/buruh dibeberapa industri di Bojonegoro. Selain itu, ada
juga yang berprofesi sebagai pedagang, petani, pegawai pemerintahan.
Keberagaman tersebut membuat status sosial yang berbeda-beda. Tingkat
pendapatan masing-masing penduduk sangatlah beragam. Para buruh
memiliki penghasilan yang relatif rendah dari pada pegawai pemerintahan
dan guru sehingga dalam pemenuhan kebutuhan sehari-haripun berbeda. Di
Kelurahan Ngrowo kita masih banyak menemui warga-warga miskin. Dari
500 rumah tangga yang ada di Kelurahan Ngrowo hampir 50% merupakan
rumah tangga miskin sehingga sering mendapatkan program bantuan dari
pemerintah seperti BLT, Raskin dan lain-lain. Sedangkan kurang lebih 25%
rumah tangga tergolong rumah tangga mampu dan sisanya tergolong rumah
tangga menegah.
Keadaan yang demikian juga terjadi di SMPK St. Tarsisius Bojonegoro.
ekonomi sosial orang tua. Dari orang tua kondisi ekonomi lemah hingga
tinggi ada di sekolah ini. Keragaman latar belakang status ekomoni sosial
orang tua tersebut juga dapat berpengaruh pada kemampuan membiayai
belajar anak-anaknya, sehingga keadaan sosial ekonomi orang tua merupakan
salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan pendidikan anak. Dalam
skripsi ini, penulis hanya membahas lima faktor yang mempengaruhi status
ekonomi sosial orang tua yaitu tingkat pendidikan orang tua, pendapatan
orang tua, kekakyaan yang dimiliki orang tua, kondisi tempat tinggal, dan
banyaknya anggota keluarga ( saudara kandung dan saudara tiri ).
Berdasarkan uraian di atas, peneliti mengambil judul skripsi :
“Hubungan antara Status Sosial Ekonomi Orang Tua Dengan Prestasi Belajar
Matematika Siswa Kelas VIII di SMPK Santo Tarsisius Bojonegoro Tahun
Ajaran 2009/2010” dengan alasan :
1. Dari observasi yang telah peneliti lakukan, bahwa siswa-siswi kelas VIII
di SMPK Santo Tarsisius Bojonegoro tahun ajaran 2009/2010 berasal dari
berbagai status ekonomi sosial keluarga yang berbeda, seperti : tingkat
pendidikan, pendapatan, kekayaan yang dimiliki, kondisi tempat tinggal,
dan banyak anggota keluarga. Sehingga peneliti ingin mengetahui apakah
ada hubungan antara status ekonomi sosial orang tua dengan prestasi
belajar matematika.
2. Keberhasilan proses belajar mengajar banyak dipengaruhi oleh beberapa
faktor dari dalam dan luar diri siswa. Salah satu faktor yang akan penulis
yang hanya penulis batasi oleh lima faktor yang mempengaruhi status
ekonomi sosial orang tua.
3. Sekarang ini biaya pendidikan semakin mahal. Meskipun biaya sekolah
negeri dari tingkat Sekolah Dasar (SD) hingga Sekolah Menengah Pertama
(SMP) gratis, namun biaya kebutuhan pendidikan, misalnya buku tulis,
alat tulis, buku paket serta buku pendamping, dan biaya operasional
sekolah sangat mahal. Hal ini dapat juga mempengaruhi ekonomi orang
tua siswa yang harus menyediakan dana lebih untuk kebutuhan sekolah
anak-anaknya.
B. Pembatasan Masalah
Agar cakupan masalah tidak terlalu luas, maka peneliti membatasi
masalah yaitu mengenai hubungan antara status ekonomi sosial orang tua
dengan prestasi belajar matematika siswa kelas VIII SMPK Santo Tarsisius
Bojonegoro semester genap tahun ajaran 2009/2010. Sehingga kesimpulan
hasil penelitian ini tidak dapat diterapkan pada kelas atau sekolah lain.
C.Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka penulis merumuskan
masalah dalam peneliti ini sebagai berikut :
1. Bagaimanakah gambaran tentang status ekonomi sosial orang tua siswa
2. Adakah hubungan yang positif dan signifikan antara status ekonomi sosial
orang tua siswa dengan prestasi belajar matematika siswa kelas VIII di
SMPK Santo Tarsisius Bojonegoro Tahun Ajaran 2009/2010?
D. Definisi Istilah
Peneliti juga menjelaskan batasan masalah yang ada agar
penggunaannya lebih jelas.
1. Status Ekonomi Sosial
Status adalah keadaan (orang,badan,dsb) dalam hubungan dengan
masyarakat di sekelilingnya ( Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1989 ). Ekonomi diartikan sebagai pemanfaatan uang, tenaga, waktu, dan
sebagainya yang berharga ( Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1989 ). Sedangkan sosial yaitu yang berkenaan dengan masyarakat ( Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1989 ).
Sosial ekonomi adalah kedudukan atau posisi seseorang dalam kelompok
manusia yang ditentukan oleh jenis aktivitas ekonomi, pendapatan, tingkat
pendidikan, jenis rumah tinggal, dan jabatan dalam organisasi
(Abdulsyani, 1994 dalam Maftukhah, 2007). Sedangkan menurut Soekanto
(2001), sosial ekonomi adalah posisi seseorang dalam masyarakat
berkaitan dengan orang lain dalam arti lingkungan pergaulan, prestasinya,
dan hak-hak serta kewajibannya dalam hubungannya dengan sumber daya.
Berdasarkan definisi dan dua pendapat di atas, peneliti menyimpulkan
seseorang dalam masyarakat yang ditentukan oleh tingkat pendidikan,
pendapatan, pemilikan kekayaan, kondisi tempat tinggal, dan banyaknya
anggota keluarga.
2. Orang Tua Siswa
Orang tua adalah ayah ibu kandung, orang yang dianggap tua, orang-orang
yang dihormati (disegani) di kampung ( Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1989 ). Dalam penelitian ini, orang tua siswa adalah ayah dan ibu
kandung.
3. Prestasi Belajar
Prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang
dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes
atau angka yang diberikan oleh guru ( Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1989 ). Dalam penelitian ini, prestasi belajar yang dimaksud yaitu prestasi
belajar matematika yang dilihat dari hasil tes yang dibuat oleh peneliti.
4. Matematika
Matematika berasal dari bahasa latin manthanein atau mathema yang berarti belajar atau hal yang dipelajari. Matematika dalam bahasa Belanda
disebut wiskunde atau ilmu pasti, yang kesemuanya berakaitan dengan penalaran.
E. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adakah hubungan yang
belajar siswa kelas VIII di SMPK Santo Tarsisius Bojonegoro Tahun Ajaran
2009/2010.
F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini bermaanfaat bagi berbagai pihak, yaitu :
1. Bagi Guru
Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu guru, supaya guru
dapat memahami faktor dari luar siswa yaitu status ekonomi sosial orang
tua yang dapat mempengaruhi prestasi belajar matematika. Sehingga guru
dapat menyesuaikan metode mengajar yang ia gunakan agar siswa dapat
dengan mudah menguasai materi yang diberikan guru.
2. Bagi Siswa
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dipakai sebagai masukkan agar
siswa belajar untuk mengerti dirinya sendiri serta memotivasi siswa untuk
belajar matematika dengan lebih baik.
3. Bagi Orang Tua
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan orang tua sebagai
informasi tambahan sehingga dapat mengambil kebijakan tertentu
terhadap perkembangan belajar siswa serta dapat menjalin komunikasi
yang baik antara anak dan orang tua.
4. Bagi Komite Sekolah
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan reverensi saat
dari luar yang mempengaruhi prestasi belajar matematika siswa. Dalam
penelitian ini faktor dari luar yang mempengaruhi prestasi belajar
matematika tersebut adalah status ekonomi sosial orang tua.
5. Bagi Penulis
Hasil penelitian ini bermanfaat untuk mengetahui bahwa status
ekonomi sosial orang tua berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa,
sehingga penulis dapat mengantisipasi masalah-masalah yang akan timbul
setelah terjun langsung ke lapangan dan berusaha memberikan dorongan
kepada siswa dalam belajar matematika.
12 BAB II
LANDASAN TEORI
A. Status Ekonomi Sosial Orang Tua
Pada umumnya kehidupan tiap masyarakat sangat berbeda-beda antara
masyarakat yang satu dengan yang lain. Salah satu pemicu perbedaan ini
yaitu keadaan perekonomian seseorang dengan orang lain, ada yang tinggi,
sedang, dan rendah. Keadaan seperti ini yang menimbulkan kelas-kelas
masyarakat. Menurut Soerjono Soekanto ( 1987 ), kriteria yang digunakan
untuk menggolongkan anggota masyarakat ke dalam kelas tersebut ialah
ukuran kekayaan, kedudukan atau pangkat, dan ilmu pengetahuan.
Sosial ekonomi menurut Abdulsyani ( 1994 ) adalah kedudukan atau
posisi seseorang dalam kelompok manusia yang ditentukan oleh jenis
aktivitas ekonomi, pendapatan, tingkat pendidikan, jenis rumah tinggal, dan
jabatan dalam organisasi. Menurut Soerjono Soekanto ( 1987 ), sosial
ekonomi adalah posisi seseorang dalam masyarakat berkaitan dengan orang
lain dalam arti lingkungan pergaulan, prestasinya, dan hak-hak serta
kewajibannya dalam hubungannya dengan sumber daya.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa status
ekonomi sosial dalam penelitian ini adalah kedudukan seseorang dalam
masyarakat yang ditentukan oleh tingkat pendidikan, pendapatan, pemilikan
B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Status Ekonomi Sosial Orang Tua Berdasarkan kodratnya manusia dilahirkan memiliki kedudukan yang
sama dan sederajadnya. Akan tetapi, sesuai dengan kenyataannya setiap
manusia yang menjadi warga suatu masyarakat senantiasa mempunyai status
atau kedudukan. Kedudukan tersebut yang menyebabkan manusia masuk
dalam kelas-kelas sosial. Sehingga mereka tampak berbeda-beda dalam segi
sosial ekonomi.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi status ekonomi sosial.
Faktor-faktor status ekonomi sosial yang dikemukakan oleh R. Hadi Sadikin ( 1975,
dalam Mushin, 1993 ) yaitu sumber penghasilan, besar penghasilan,
banyaknya anggota keluarga, dan penggunaan penghasilan. Dan telah
diketahui bahwa faktor-faktor tersebut bersumber utama dari orang tua.
Menurut Soerjono Soekanto ( 1982 ) ukuran-ukuran yang bisa dipakai untuk
menggolong-golongkan anggota masyarakat ke dalam lapisan=lapisan
masyarakat adalah : ukuran kekayaan (materiil), ukuran kekuasaan, ukuran
kehormatan, dan ukuran ilmu pengetahuan.
Berdasarkan uraian di atas, penulis menggunakan 5 faktor yang
mempengaruhi status ekonomi sosial yaitu tingkat pendidikan, pendapatan,
pemilikan kekayaan, kondisi tempat tinggal, dan banyaknya anggota
keluarga.
1. Tingkat Pendidikan
Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 pasal 1, pada dasarnya jenjang
perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai, dan kemampuan
yang dikembangkan. Sedangkan satuan pendidikan adalah kelompok
layanan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan pada jalur formal,
nonformal, dan informal pada setiap jenjang dan jenis pendidikan. Jenis
pendidikan adalah kelompok yang didasarkan pada kekhususan tujuan
pendidikan suatu satuan pendidikan.
Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan
berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, menengah, dan pendidikan
tinggi. Pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan
formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang. Contoh
pendidikan nonformal ialah lembaga bimbingan belajar, kursus memasak,
kursus montir, dan lain-lain. Pendidikan informal adalah jalur pendidikan
keluarga dan lingkungan.
Keluarga merupakan lingkungan pertama yang dihadapi anak. Hal
ini dikarenakan sebagian besar waktu yang dimiliki anak ada di
lingkungan keluarga, dari pada di lingkungan sekolah. Sehingga keluarga
memberikan dampak yang besar pada pendidikan anak serta dari
keluargalah anak akan banyak belajar mengenai banyak hal, mengenai
kehidupan, cara bermasyarakat, berkomunikasi, berbudaya, dan lain-lain,
yang mana belum tentu akan didapat dari pendidikan formal ataupun
dalam pendidikan nonformal. Jadi anak menjalani proses yang terjadi
seumur hidup berdasarkan pengalaman hidupnya sehari-hari dari
Dengan pengertian ini, maka keluarga yang akan banyak
mempengaruhi berhasil atau tidaknya anak dalam belajar, sebab pertama
kali pendidikan didapat anak dari hubungan dengan orang tua dan
keluarga. Serta, orang tua berkewajiban memberikan pendidikan dasar
kepada anaknya. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang Republik
Indonesia tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab IV Pasal 7.
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Tentang Sistem
Pendidikan Nasional Bab VI Pasal 14 dikatakan bahwa jenjang pendidikan
formal terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan
pendidikan tinggi.
a. Pendidikan dasar
Menurut UU RI Tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab VI
Pasal 17 bahwa pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang
melandasi jenjang pendidikan menengah. Pendidikan dasar berbentuk
sekolah dasar ( SD ) dan madrasah ibtidaiyah ( MI ) atau bentuk lain
yang sederajat serta sekolah menengah pertama ( SMP ) dan madrasah
tsanawiyah ( MTs ) atau bentuk lain yang sederajat. Jadi, pendidikan
dasar ini bertujuan untuk memberikan bekal kemampuan dasar kepada
peserta didik untuk mengembangkan kehidupan sebagai pribadi yang
utuh serta mempersiapkan peserta didik untuk mengikuti pendidikan
b. Pendidikan Menegah
Menurut UU RI Tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab VI
Pasal 18 bahwa pendidikan menengah merupakan lanjutan pandidikan
dasar. Pendidikan menengah berbentuk sekolah menengah atas
(SMA), madrasah aliyah ( MA ), sekolah menengah kejuruan (SMK),
dan madrasah aliyah kejuruan ( MAK ) , atau berbentuk lain yang
sederajat.
c. Pendidikan Tinggi
Menurut UU RI Tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab VI
Pasal 19 bahwa pendidikan tinggi merupakan pendidikan setelah
pendidikan menengah yang mencakup program pendidikan diploma,
sarjana, magister, spesialis, dan doktor yang diselenggarakan oleh
pindidikan tinggi. Perguruan tinggi dapat berbentuk akademi,
politeknik, sekolah tinggi, institut, atau universitas. Menurut UU No. 2
tahun 1989 dalam Kunaryo ( 2000 ), pendidikan tinggi merupakan
kelanjutan pendidikan menengah yang diselenggarakan untuk
menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki
kemampuan akademik atau professional yang dapat menerapkan,
mengembangkan, atau menciptakan ilmu pengetahuan, teknologi, dan
kesenian.
Dalam penelitian ini untuk mengetahui tingkat pendidikan orang tua
dilihat dari tingkat pendidikan terakhir yang ditempuh. Tingkat pendidikan
anak mereka. Orang tua yang memiliki tingkat pendidikan yang tinggi
mempunyai dorongan atau motivasi yang besar untuk menyekolahkan
anak mereka hingga tingkat yang tinggi. Hal tersebut sejalan dengan yang
dikatakan oleh Siti Rahayu ( 1972, dalam Mushin, 1993 ) bahwa
“Seseorang yang mempunyai latar belakang pendidikan formal akan banyak berbeda dalam hal cara berpikir, aspirasinya, dan cara pandangnya dengan orang lain yang tidak pernah berpendidikan formal. Disamping itu orang tua yang berbeda tingkat pendidikan juga akan berbeda sikapnya terhadap cara mengasuh anak-anaknya.” Serta, menurut Dimiyati Mahmud dalam Mushin ( IAIN Sunan Kalijaga,
1994 ) bahwa :
“Diantara faktor status ekonomi lainnya, tingkat pendidikan orang tua adalah faktor yang paling berpengaruh terhadap prestasi belajar anak di sekolah, sebab semakin tinggi tingkat pendidikan orang tua, semakin positif sikapnya terhadap peranan sekolah.”
Dengan demikian jelas bahwa peranan pendidikan orang tua sangatlah
berarti bagi perkembangan dan pendidikan anak.
2. Pendapatan
a. Pengertian Pendapatan
Menurut Mulyanto Sumardi dan Hans Dieter Evers ( 1982:20 )
dalam Asri ( UNNES, 2005 ), pendapatan adalah seluruh penerimaan
baik berupa uang maupun barang baik dari pihak luar maupun dari
hasil sendiri. Sedangkan menurut Bayu Wijayanto ( 1995:5 ),
pendapatan rumah tangga adalah pendapatan yang diperoleh seluruh
anggota keluarga yang bekerja.
Dari pengertian pendapatan di atas dapat disimpulkan bahwa
pendapatan adalah seluruh pemasukan baik berupa uang maupun
Sedangkan pengertian pendapatan dalam penelitian ini adalah
banyaknya pemasukkan yang diterima oleh orang tua dalam bentuk
uang yang bersumber dari kerja pokok dan kerja sampingan.
b. Jenis-jenis Pendapatan
Menurut Mulyanto Sumardi dan Hans Dieter Evers ( 1982 ),
jenis-jenis pendapatan dapat dilihat dari :
1) Pendapatan yang berupa uang
Pendapatan berupa uang adalah segala penghasilan yang berupa
uang yang sifatnya reguler dan yang diterima biasanya sebagai balas
jasa atau kontraprestasi
2) Pendapatan yang berupa barang
Pendapatan berupa barang adalah segala penghasilan yang sifatnya
reguler dan biasa, akan tetapi tidak selalu berbentuk balas jasa dan
diterimakan dalam bentuk barang dan jasa.
c. Sumber Pendapatan
Pendapatan yang diperoleh orang tua berasal dari
bermacam-macam hal. Hasil dari sumber pemasukan tersebut digunakan untuk
memenuhi kebutuhan anggota keluarga. Menurut R. Hadi Sadikin
(1975), sumber pendapatan dibedakan menjadi dua macam yaitu :
1) Pendapatan tetap
Pendapatan tetap berhubungan dengan pekerjaan tetap, karena
pendapatan tetap merupakan imbalan jasa pekerjaan tetap.
dalam masyarakat dikenal adanya pekerjaan sebagai pegawai negeri,
pegawai swasta, ABRI, petani, buruh, dan lain-lain. Dengan adanya
sumber-sumber pendapatan yang berbeda-beda, maka akan
menimbulkan besar pendapatan yang berbeda-beda pula.
2) Pendapatan tambahan
Pendapatan tambahan atau pendapatan sampingan adalah hasil
dari usaha sampingan atau tambahan. Usaha-usaha tambahan sebagai
penambah pendapatan keluarga antara lain adalah membuka usaha
sendiri, yang dapat berupa toko, bengkel, warung makan,
jahitan/konveksi, dan lain-lain, atau memanfaatkan halaman dengan
menanam sayur-sayuran. Buah-buahan, maupun berternak.
Pendapatan tambahan ini dikerjakan orang tua dengan alasan untuk
menambah pendapatan utama / pendapatan tetap, atau hanya
memanfaatkan waktu dan kesempatan.
Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan pendapatan orang tua
adalah banyaknya pemasukkan yang diterima oleh orang tua dalam bentuk
uang, sebagai balas jasa dari penghasilan tetap dan penghasilan tambahan
selama satu bulan dalam satuan rupiah. Besar kecilnya pendapatan yang
diterima oleh masing-masing orang tua akan berbeda antara yang satu
dengan yang lain, hal ini karena dipengaruhi oleh keadaan orang tua
sendiri dalam melakukan berbagai macam kegiatan sehari-hari.
Berdasarkan data pendapatan bruto regional Bojonegoro tahun 2008
Bojonegoro dapat dikatakan berpendapatan tinggi apabila pendapatannya
lebih dari Rp 1.500.000,00 per bulan. Sedangkan UMR Kabupaten
Bojonegoro tahun 2010 sebesar Rp 825.000,00. Dengan demikian orang
tua dengan pendapatan kurang dari Rp 825.000,00 masuk dalam kategori
pendapatan rendah, orang tua dengan pendapatan Rp 825.000,00 – Rp
1.500.000,00 masuk dalam kategori pendapatan sedang, sedangkan orang
tua dengan pendapatan di atas Rp 1.500.000,00 masuk dalam kategori
pendapatan tinggi.
3. Pemilikan Kekayaan
Pemilikan kekayaan atau fasilitas adalah kekayaan dalam bentuk
barang-barang dimana masih bermanfaat dalam menunjang kehidupan
ekonominya. Fasilitas atau kekayaan itu antara lain:
a. Barang-barang berharga
Menurut Abdulsyani ( 1994 ), bahwa pemilikan kekayaan yang
bernilai ekonomis dalam berbagai bentuk dan ukuran seperti
perhiasan, televisi, kulkas dan lain-lain dapat menunjukkan adanya
pelapisan dalam masyarakat.
Dalam penelitian ini barang-barang dapat menunjukkan keadaan
sosial ekonomi seseorang. Barang-barang yang berharga tersebut
antara lain radio, televisi, kulkas, mesin cuci, dan lain-lain. Semakin
tinggi nilai ekonomi barang berharga yang dimiliki oleh orang tua
siswa maka akan semakin luas kesempatan orang tua untuk dapat
anak untuk berprestasi tinggi. Dan sebaliknya, semakin rendah nilai
ekonomi barang berharga yang dimiliki oleh orang tua siswa maka
akan semakin sempit kesempatan orang tua untuk dapat mencukupi
semua fasilitas belajar anak, sehingga kurang dapat memotivasi anak
untuk berprestasi tinggi.
b. Jenis-jenis kendaraan pribadi.
Kendaraan pribadi dapat digunakan sebagai alat ukur tinggi
rendahnya status sosial ekonomi orang tua. Misalnya: orang yang
mempunyai mobil akan merasa lebih tinggi status sosial ekonominya
dari pada orang yang mempunyai sepeda motor. Sedangkan orang
yang mempunyai sepeda motor akan merasa lebih tinggi status sosial
ekonominya dari pada orang yang mempunyai sepeda atau tidak
mempunyai kendaraan sama sekali.
4. Kondisi Tempat Tinggal.
Menurut Kaare Svalastoga dalam Aryana ( 2004 ) untuk mengukur
tingkat sosial ekonomi seseorang, dapat dilihat dari:
a. Status rumah yang ditempati, bisa rumah sendiri, rumah dinas,
menyewa, menumpang pada saudara atau ikut orang lain.
b. Kondisi fisik bangunan, dapat berupa rumah permanen, kayu dan
bambu. Keluarga yang keadaan sosial ekonominya tinggi, pada
umumnya menempati rumah permanen, sedangkan keluarga yang
keadaan sosial ekonominya menengah kebawah menggunakan semi
Dengan demikian rumah dapat menunjukkan suatu tingkat sosial
ekonomi suatu keluarga yang menempatinya. Rumah berbentuk permanen
atau milik pribadi dapat menunjukkan bahwa kondisi sosial ekonominya
tinggi. Sedangkan rumah dengan bentuk tidak permanen atau menyewa
dapat menunjukkan bahwa kondisi sosial ekonominya rendah.
5. Banyak Anggota Keluarga
Banyak anggota keluarga dapat mempengaruhi penghasilan orang
tua. Keluarga dengan banyak anggota yang besar akan menimbulkan
pengeluaran yang banyak, sedangkan keluarga dengan anggota yang
sedikit dapat menimbulkan pengeluaran yang sedikit. Namun, hal ini dapat
terjadi sebaliknya. Hal ini sesuai dengan pendapta Mulyanto Sumardi dan
Hans Dieters Evers ( 1982 ) bahwa,
“Jumlah anggota keluarga kemungkinan dapat meningkatkan pendapatan karena makin besar jumlah anggota keluarga makin besar pula jumlah anggota keluarga yang ikut bekerja untuk menghasilkan pendaptan tetapi kemungkinan juga terjadi bahwa jumlah anggota keluarga yang besar tidak menambah pendapatan karena semakin besar jumlah anggota keluarga mengakibatkan bertambahnya kesibukan orang tua untuk mengurus anaknya”
Dengan demikian keluarga yang memiliki sedikit anggota keluarga
akan berbeda dengan keluarga yang anggotanya banyak. Hal ini sesuai
dengan pendapat St. Vembrianto ( 1977 ), bahwa :
Dengan demikian banyaknya anggota keluarga disamping
mempengaruhi pendapatan orang tua juga berpengaruh pada status
ekonomi sosial orang tua dan kondisi anak pada khususnya.
C. Tingkat Status Ekonomi Sosial
Telah diketahui dalam masyarakat dengan adanya penggolongan status
ekonomi sosial tinggi, sedang, dan rendah. Hal ini sejalan dengan pendapat R.
Hadi Sadikin ( 1975 ) yaitu golongan ekonomi sosial dapat dibagi dalam tiga
tingkatan, yaitu tinggi, sedang, dan rendah.
Masyarakat mempertahankan kehidupan keluarganya disesuaikan dengan
standar kehidupan msing-masing keluarga. Ketiga golongan tersebut dapat
diuraikan sebagai berikut.
1. Penghasilan tinggi
Keluarga yang mempunyai penghasilan tinggi akan dapat memenuhi
kebutuhan-kebutuhannya dengan tanpa kesulitan sama sekali. Kebutuhan
primer jelas tidak ada masalah sama sekali. Kebutuhan sekunder
(kesehatan, pendidikan, dan sebagainya) juga masih terpenuhi dengan
baik. Bahkan kebutuhan tersier seperti menabung, memberi hadiah, dan
lain-lain masih dapat terpenuhi. Jadi, pada umumnya orang tua yang
mempunyai penghasilan tinggi tidak ada kesulitan dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya. Keluarga ini mempunyai pemasukan di atas Rp
2. Penghasilan sedang
Pada keluarga yang orang tuanya berpenghasilan sedang, keluarga tersebut
masih dapat memenuhi kebutuhan yang dianggap penting. Kebutuhan
yang dianggap penting meliputi kebutuhan primer dan sebagian kebutuhan
sekunder, seperti perumahan, makan, pakaian, pendidikan, dan kesehatan.
Keluarga ini mempunyai pemasukan antara Rp 825.000,00 hingga Rp
1.500.000,00 per bulan.
3. Penghasilan rendah
Golongan ini masih serba kekurangan dalam memenuhi kebutuhan
hidupnya. Dengan tipe kebutuhan atau kepentingan yang paling sederhana,
kadang-kadang masih dapat memenuhinya. Tetapi ada juga yang tidak
dapat memenuhi kebutuhannya. Bahkan kadang-kadang mereka terpaksa
terlibat hutang karena kesulitan yang mereka hadapi. Jadi, pada dasarnya
orang tua yang berpenghasilan rendah, kesulitan memenuhi kebutuhan
hidup keluaranya. Keluarga ini mempunyai pemasukan sekitar dibawah
Rp 825.000,00 per bulan.
Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat dikatakan bahwa tingkat
penghasilan yang berbeda-beda akan dapat mengakibatkan adanya status
ekonomi sosial orang tua yang berbeda-beda pula. Hal ini dikarenakan
dengan adanya penghasilan yang bertingkat-tingkat dalam suatu masyarakat,
sehingga standar hidupnya akan berbeda-beda satu sama lain. Dengan
demikian, orang tua yang berpenghasilan rendah tidak sama dengan orang tua
baik itu kebutuhan pokok ataupun kebutuhan sampingan. Hal ini yang
menyebabkan adanya perbedaan status ekonomi sosial orang tua dalam
masyarakat yang dapat dikatakan sebagai tingkatan status ekonomi sosial
orang tua.
D. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar
Menurut Slameto ( 2003:54 ), secara umum faktor yang mempengaruhi
belajar adalah faktor intern dan faktor ekstern.
1. Faktor intern meliputi, faktor jasmaniah, kelelahan dan psikologis.
Faktor jasmaniah meliputi faktor kesehatan dan cacat tubuh. Faktor
kelelahan meliputi kelelahan jasmani dan rohani, sedangkan faktor
psikologis meliputi :
a. Intelegensi
Intelegensi adalah kecakapan yang terdiri dari tiga jenis kecakapan,
yaitu kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan ke dalam situasi
yang baru dengan cepat dan efektif, mengetahui/ menggunakan
konsep-konsep yang abstrak secara efektir, mengetahui relasi dan
mempelajarinya dengan cepat ( Slameto, 2003 ). Jadi intelegensi
adalah kesanggupan seseorang untuk beradaptasi dalam berbagai
situasi dan dapat diabstraksikan pada suatu kualitas yang sama.
b. Minat
Menurut Hilgard dalam Slameto ( 2003 ) minat adalah kecenderungan
Kegiatan yang diminati seseorang, diperhatikan terus menerus disertai
dengan rasa senang dan dari situ diperoleh kepuasan. Jadi minat adalah
sesuatu yang timbul karena keinginan sendiri tanpa adanya paksan dari
orang lain atau kecenderungan jiwa seseorang kepada sesuatu yang
biasanya disertai dengan perasaan senang.
c. Bakat
Menurut Hilgard dalam Slameto ( 2003 ) bakat adalah kemampuan
untuk belajar. Jadi bakat adalah kemampuan yang dimiliki oleh siswa
sejak lahir diperoleh melalui proseses genetik yang akan terealisasi
menjadi kecakapan sesudah belajar. Anak dapat menyalurkan bakat
atau yang dimilikinya, sehingga hal ini dapat menggali potensi yang
dimiliki agar dapat meningkatkan potensi diri anak.
d. Motivasi
Motivasi adalah motif yang sudah aktif, saat orang melakukan suatu
aktivitas, ( Darsono, 2000 ). Jadi motivasi adalah keseluruhan daya
penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar,
yang menjamin kelangsungan dalam kegiatan belajar sehingga tujuan
yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai.
2. Faktor ekstern meliputi faktor keluarga, sekolah, masyarakat.
Faktor yang berasal dari keluarga meliputi :
a. Cara mendidik, orang tua yang memanjakkan anaknya, maka setelah
takut menghadapi tantangan kesulitan. Juga orang tua yang terlalu
keras mendidik anak mengakibatkan anak menjadi penakut.
b. Suasana keluarga, hubungan keluarga yang kurang harmonis,
menyebabkan anak kurang semangat untuk belajar. Suasana yang
menyenangkan, akrab dan penuh kasih sayang akan memberi motivasi
yang mendalam.
c. Pengertian orang tua, anak dalam belajar perlu dorongan dan
pengertian orang tua. Bila anak sedang belajar jangan diganggu
tugas-tugas rumah. Apabila anak mengalami kesulitan di sekolah diharapkan
orang tua untuk membantu memecahkan kesulitan tersebut, orang tua
memberi dorongan semangat kepada anaknya.
d. Keadaan sosial ekonomi keluarga, anak dalam belajar kadang-kadang
memerlukan sarana yang kadang-kadang mahal. Bila keadaan ekonomi
keluarga tidak mencukupi, dapat menjadi penghambat anak dalam
belajar.
e. Latar balakang kebudayaan, tingkat pendidikan atau kebiasaan di
dalam keluarga, mempengaruhi sikap anak dalam belajar. Perlu
ditanamkan kepada anak kebiasaan-kebiasaan yang baik agar
mendorong semangat anak dalam belajar.
Faktor yang berasal dari sekolah meliputi :
a. Interaksi guru dengan siswa. Guru yang kurang berinteraksi dengan
merasa jauh dengan guru, sehingga siswa akan segan beradaptasi
secara aktif dengan guru.
b. Cara penyajian. Guru menggunakan beberapa metode dapat membantu
meningkatkan kegiatan belajar mengajar dan meningkatkan kegiatan
belajar mengajar serta minat siswa untuk belajar.
c. Hubungan antar murid. Guru harus mengendalikan kelas supaya dapat
bekerja sama dengan siswa dalam kegiatan belajar mengajar.
d. Standar pelajaran di atas ukuran, maksudnya guru berpendirian untuk
mempertahankan wibawanya dengan memberikan pelajaran di atas
ukuran standar. Akibatnya, anak merasa kurang mampu dan takut
kepada guru. Guru dalam menuntut penguasaan kepada murid harus
sesuai dengan kemampuan siswa masing-masing, yang penting tujuan
yang dirumuskan dapat tercapai.
e. Media pendidikan. Jumlah alat bantu mengajar akan menentukan
lancar tidaknya kegiatan belajar mengajar. Antara lain seperti buku di
perpustakaan, peralatan alat laboratorium atau media lainnya.
f. Kurikulum. Sistem intruksional sekarang menghendaki proses belajar
mengajar yang mementingkan kebutuhan siswa. Guru perlu mendalami
materi dengan baik, harus mempunyai perencanaan agar dapat
melayani siswa secara individual.
g. Metode belajar, banyak siswa melakukan cara belajar yang salah.
dengan pembagian waktu yang tepat dan cukup istirahat akan
meningkatkan hasil belajar.
h. Tugas rumah, guru jangan terlalu banyak memberikan tugas rumah,
sehingga anak tidak mempunyai waktu untuk belajar ataupun kegiatan
lain.
i. Keadaan gedung. Banyaknya siswa dalam satu ruang kelas dapat
mengakibatkan ketidak efektifannya kegiatan belajar mengajar
berlangsung.
j. Waktu sekolah. Akibat meledakanya jumlah anak yang masuk sekolah
dan penambahan gedung sekolah yang kurang, akibatnya ada
pembagian dalam kelas yaitu kelas pagi dan kelas sore.
k. Pelaksanaan disiplin. Untuk mengembangkan motivasi yang kuat,
proses belajar siswa perlu disiplin.
Faktor yang berasal dari masyarakat meliputi :
a. Media massa, kadang anak membaca buku selain buku pelajaran,
sehingga lupa akan tugas belajar. Maka bacaan anak perlu diawasi dan
diseleksi.
b. Teman bergaul, untuk mengembangkan sosialisasinya, anak perlu
bergaul dengan anak lain, tetapi perlu diawasi agar jangan sampai
mendapatkan teman bergaul yang kurang baik pengaruhnya, karena
perbuatan yang kurang baik akan mudah menular pada orang lain.
c. Cara hidup lingkungan, cara hidup lingkungan sekitar besar
Dalam penelitian ini, peneliti hanya mengambil salah satu faktor yang
mempengaruhi prestasi belajar siswa yaitu faktor eksteren yaitu faktor yang
berasal dari keluarga, khususnya keadaan sosial ekonomi keluarga.
E. Hakikat Matematika
Matematika berasal dari bahasa latih manthanein atau mathema yang
berarti belajar atau hal yang dipelajari. Matematika dalam bahasa Belanda
disebut wiskunde atau ilmu pasti, yang kesemuanya berkaitan dengan
penalaran. Ciri-ciri utama matematika adalah penalaran deduktif, yaitu
kebenaran suatu konsep atau pernyataan yang diperoleh sebagai akibat logis
dari kebenaran sebelumnya sehingga berkaitan antar konsep atau pernyataan
dalam matematika bersifat konsisten.
Namun demikian, pembelajaran dan pemahaman konsep dapat diawali
secara induktif melalui pengalaman peristiwa nyata atau intuisi. Proses
induktif-deduktif dapat digunakan untuk mempelajari konsep matematika.
Kegiatan dapat dimulai dengan beberapa contoh atau fakta yang teramati,
membuat daftar sifat yang muncul ( sebagai gejala ), memperkirakan hasil
baru yang diharapkan, yang kemudian dibuktikan secara deduktif. Dengan
demikian, cara belajar induktif dan deduktif dapat digunakan dan sama-sama
berperan penting dalam mempelajari matematika. Penerapan cara kerja
matematika diharapkan dapat membentuk sikap kritis, kreatif, jujur, dan
Menurut Gagne seperti dikutip oleh Herman Hudojo ( 2005 ), secara
garis besar matematika memiliki objek kajian yang abstrak sebagai berikut :
1. Fakta-fakta matematika
Fakta-fakta matematika adalah konvensi-konvensi ( kesepakatan ) dalam
matematika yang dimasukkan untuk memperlancar
pembicaraan-pembicaraan di dalam matematika, seperti lambang-lambang yang ada
dalam matematika.
2. Keterampilan-keterampilan matematika
Keterampilan-keterampilan matematika adalah operasi-operasi dan
prosedur-prosedur dalam matematika, yang masing-msing erupakan suatu
proses untuk mencari ( memperoleh ) suatu hasil tertentu.
3. Konsep-konsep matematika
Konsep adalah suatu ide abstrak yang memungkinkan seseorang untuk
mengklasifikasikan apakah sesuatu objek tertentu merupakan contoh atau
bukan contoh dari ide abstrak tersebut. Suatu konsep yang berada dalam
lingkup ilmu matematika disebut konsep matematika.
4. Prinsip-prinsip matematika
Prinsip adalah suatu pernyataan yang bernilai benar, yang memuat dua
konsep atau lebih dan menyatakan hubungan antara konsep-konsep
tersebut. Jadi, matematika merupakan ilmu pengetahuan yang bersifat
abstrak, diperoleh dengan penalaran secara induktif dan deduktif, serta
mempunyai cara berpikir matematika yang prosesnya melalui abstraksi
F. Belajar Matematika
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, belajar adalah berubah
tingkah laku yang disebabkan oleh pengalaman. Belajar menurut E.L.
Thorndike merupakan pembentukan hubungan atau koneksi antara stimulus
dan respon dan penyelesaian masalah ( problem solving ) yang dilakukan
dengan cara trial and error.
Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang
sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang
pendidikan. Menurut Skinner seperti yang dikutip Barlow( 1985 ) dalam buku
Educational Psychology : The Teaching-Learning Process, berpendapat
bahwa belajar adalah salah satu proses adaptasi (penyesuaian tingkah laku)
yang berlangsung secara progresif. ( Muhibbin Syah, 2003 ).
Sedangkan menurut Winkel ( 1987:36 ), belajar adalah suatu aktifitas
psikis-mental yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang
menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman nilai
dan sikap. Perubahan-perubahan ini bersifat relatif konstan dan berbekas.
Pada prinsipnya, belajar adalah kegiatan yang dilakukan secara sadar
oleh seseorang yang menghasilkan perubahan tingkah laku pada dirinya, baik
dalam bentuk sikap dan nilai yang positif maupun pengetahuan yang baru
(Herman Hudojo, 1988).
Dari uraian di atas dapat didefinisikan belajar matematika adalah suatu
proses atau kegiatan yang dilakukan secara sadar oleh seseorang untuk
sehingga menghasilkan perubahan tingkah laku yang positif maupun
pengetahuan yang baru.
G. Prestasi Belajar Matematika
Dalam Retna Hadiyati ( USD, 2003 ) disebutkan bahwa prestasi belajar
adalah bukti keberhasilan yang dicapai siswa setelah mengikuti kegiatan
belajar mengajar. Sehingga prestasi belajar matematika adalah bukti
keberhasilan yang dicapai siswa setelah mengikuti kegiatan belajar mengajar
matematika. Prestasi belajar dapat diukur melalui tes maupun tugas-tugas
yang berhubungan dengan kegiatan matematika. Hasil tes maupun
tugas-tugas yang berhubungan dengan matematika tersebut dapat diwujudkan
dalam bentuk nilai yang berupa angka atau huruf.
H. Kerangka Berpikir Teoritis
Keluarga mempunyai peranan penting dalam keberhasilan pendidikan
seorang anak. Keluarga merupakan lembaga pertama dalam pendidikan anak
dan sebagian besar segala kebutuhan pendidikan dipenuhi oleh keluarga.
Sedangkan biaya untuk memenuhi kebutuhan pendidikan tidaklah sedikit.
Apabila kebutuhan pendidikan tidak dipenuhi, maka dapat mengganggu
keberhasilan anak dalam belajar. Berdasarkan pengalaman penulis selama
belajar matematika, banyak sekali peranan yang diberikan orang tua bagi
dipenuhi oleh orang tua baik fasilitas, biaya, dorongan, dan situasi atau
suasana keluarga dan rumah.
Keluarga dengan pendapatan tinggi akan lebih mudah memenuhi segala
kebutuhan pendidikan dan kebutuhan lainnya. Berbeda dengan keluarga yang
mempunyai penghasilan relatif rendah, pada umumnya mengalami kesulitan
dalam memenuhi kebutuhan pendidikan ataupun kebutuhan lainnya. Hal ini
sejalan dengan Winkel ( 1991:136 ) bahwa keadaan ekonomi keluarga sangat
berpengaruh besar dalam belajar, karena keadaan ekonomi yang serba sukar
dan memprihatinkan, membuat guru dan siswa merasa gelisah dan sukar
berkonsentrasi penuh pada proses belajar mengajar.
Dari uraian di atas tampak bahwa secara teoritis, status ekonomi sosial
orang tua mempunyai hubungan yang erat dengan prestasi belajar
matematika. Akan tetapi apakah hubungan yang secara teoritis sudah jelas
tersebut akan berlaku untuk siswa kelas VIII SMPK Santo Tarsisius
Bojonegoro pada tahun ajaran 2009/2010. Hal ini yang akan diselidiki dalam
penelitian ini. Berikut akan disajikan bagan tentang hubungan antara status
ekonomi sosial orang tua dengan prestasi belajar matematika siswa kelas VIII
Gambar 2.1 Kerangka berpikir tentang hubungan antara status ekonomi sosial orang tua dengan prestasi belajar matematika
I. Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara penelitian yang masih harus diuji
kebenarannya setelah melalui penelitian dan analisis data. Rumusan hipotesis
yang dikemukakan berupa pernyataan untuk menjawab pertanyaan yang ada
pada rumusan masalah. Berdasarkan landasan teori dan kerangka berpikir di
atas, maka dapat diajukan hipotesis tentang status ekonomi sosial orang tua
dimana pembahasannya hanya dibatasi oleh 5 faktor yang telah diuraikan di
atas sebagai berikut :
1. Ada hubungan yang positif dan signifikan antara tingkat pendidikan orang
tua ( bapak dan ibu ) dengan prestasi belajar matematika siswa kelas VIII
di SMPK Santo Tarsisius Bojonegoro Tahun Ajaran 2009/2010. Status Ekonomi
Sosial Orang Tua
Tingkat Pendidikan
Pendapatan
Banyak Anggota Keluarga Pemilikan Kekayaan
Kondisi Tempat Tinggal
2. Ada hubungan yang positif dan signifikan antara pendapatan orang tua
siswa ( bapak dan ibu ) dengan prestasi belajar matematika siswa kelas
VIII di SMPK Santo Tarsisius Bojonegoro Tahun Ajaran 2009/2010.
3. Ada hubungan yang positif dan signifikan antara kekayaan yang dimiliki
orang tua siswa dengan prestasi belajar matematika siswa kelas VIII di
SMPK Santo Tarsisius Bojonegoro Tahun Ajaran 2009/2010.
4. Ada hubungan yang positif dan signifikan antara keadaan tempat tinggal
dengan prestasi belajar matematika siswa kelas VIII di SMPK Santo
Tarsisius Bojonegoro Tahun Ajaran 2009/2010.
5. Ada hubungan yang positif dan signifikan antara ranking banyaknya
anggota keluarga dengan prestasi belajar matematika siswa kelas VIII di
37 BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
deskriptif kuantitatif, dimana penelitian ini mendeskripsikan suatu gejala,
peristiwa, dan kejadian yang diamati sebagaimana adanya dan data
dikuantifikasi untuk memudahkan analisis. Penelitian ini juga merupakan
penelitian korelasional karena bertujuan untuk mengetahui hubungan antara
status ekonomi sosial orang tua siswa dengan prestasi belajar matematika
siswa.
B. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek / subjek
yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya ( Sugiono,
1997:55 ). Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh siswa kelas VIII
SMPK St. Tarsisius Bojonegoro tahun pelajaran 2010/2011 pada semester
genap sebanyak 45 siswa.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki
seluruh anggota populasi. Sehingga sampel dalam penelitian ini sebanyak
45 siswa.
C. Waktu dan Tempat Penelitian
Waktu penelitian dilaksanakan mulai tanggal 11 Maret 2010 hingga 11
Februari 2011. Penelitian di sekolah dimulai sejak tanggal 5 Mei 2010 hingga
27 Agustus 2010 di kelas VIII-A dan VIII-B SMPK St. Tarsisius Bojonegoro.
Penelitian dilakukan dari tahap observasi hingga wawancara. Pada tanggal 5
Mei 2010 pukul 07.40 – 09.00 peneliti melakukan observasi di kelas VIII-A
dan pukul 09.15 – 10.35 peneliti melakukan observasi di kelas VIII-B.
Kemudian pada tanggal 26 Mei 2010 pukul 07.40 – 09.00 peneliti melakukan
pengambilan data di kelas VIII-A dan pukul 09.15 – 10.35 peneliti
melakukan pengambilan data di kelas VIII-B. Serta, pada tanggal 24 – 27
Agustus 2010 setiap pukul 08.30 - 08.45 dan 09.45 – 10.00 peneliti
melakukan wawancara.
D. Alat Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, seluruh data diperoleh dari seluruh siswa kelas
VIII SMPK St. Tarsisius Bojonegoro Tahun Ajaran 2009/2010. Alat
pengumpulan data yang dipakai ada 4 alat, yaitu
1. Angket / Kuisioner
Angket adalah berkas yang berisi pertanyaan yang perlu dijawab,