• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA DENGAN PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TPIE STAD

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA DENGAN PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TPIE STAD"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

69

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA

DENGAN PENERAPAN PEMBELAJARAN

KOOPERATIF TPIE

STAD

Nurliza

SMP Negeri 1 Stabat, kab. Langkat e-mail: nurlizaroesdi@gmail.com

Abstract: This study aims to determine the increase in student learning outcomes classes IX-B SMP Negeri 1 Stabat through the implementation of cooperative learning model of STAD. This research is a classroom action research conducted in two cycles. The results of the study in the first cycle shows the active participation of 20.83% and increased in the second cycle into 42.83%. The average student learning outcomes in the first cycle of 63.59% increase to 72.18% in the second cycle. It states that the cooperative learning model STAD can be used as a learning model used by teachers in the school.

Keyword: STAD, student activities

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa kelas IX-B SMP Negeri 1 Stabat melalui penerapan pembelajaran kooperatif model STAD. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam 2 siklus. Hasil penelitian pada siklus I menunjukan partisipasi aktif siswa sebesar 20,83% dan meningkat pada siklus II menjadi 42,83%. Rata-rata hasil belajar siswa pada siklus I sebesar 63,59% meningkatkan menjadi 72,18% pada siklus II. Hal ini menyatakan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat dijadikan sebagai salah satu model pembelajaran yang digunakan guru di sekolah.

Kata kunci: STAD, aktivitas siswa

Salah satu mata pelajaran wajib yang harus dikuti peserta didik selama duduk di bangku SMP adalah mata pelajaran IPA yang bidang kajiannya meliputi fisika, biologi dan kimia. Pada intinya biologi merupakan pelajaran yang menanamkan konsep-konsep tentang makhluk hidup dan alam sekitarnya. Biologi sebagai bagian dari IPA menyediakan berbagai pengalaman belajar untuk

memahami konsep dan proses sains. Konsep dan proses sains ini diharapkan dapat diwujudkan siswa dalam tiga bentuk aspek yaitu pengetahuan (kognitif), sikap (affektif), dan keterampilan (psikomotor)

Oleh karena itu sudah seharusnya kalau pembenahan dan pembangunan sector pendidikan menjadi prioritas utama pemerintah, swasta dan pengguna (stakeholders).

(2)

70 Keberhasilan siswa pada jenjang SMP akan mempermudah siswa mengikuti pembelajaran pada jenjang yang lebih tinggi. Sebaliknya kegagalan siswa pada SMP akan mempersulit belajar pada jenjang berikutnya.

Kondisi pendidikan khususnya kelas IX B SMP Negeri 1 Stabat perlu mendapat perhatian. Hasil pengamatan peneliti, terdapat beberapa keadaan yang belum memuaskan antara lain (1) dari pihak guru seperti sikap, komitmen dan pelayanan sehari-hari belum maksimal, penerapan metode belajar yang masih konvensional /satu arah (2) dilihat dari pembelajaran di kelas, anak-anak kelihatan pasif, kaku, dingin, tidak bersemangat, tidak berminat, bosan, jenuh, bahkan menganggap pelajaran IPA menjadi beban yang menakutkan, (3) dilihat dari media dan alat pembelajaran yang minim dan dapat dikatakan belum memadai. Dalam tahap operasional, anak telah mengembangkan kemam-puan terlibat dalam berbagai aktivitas berkaitan denganpikirannya sendiri.

Berfikir formal adalah berpikir abstrak sesuai dengan acuan situasi dan penalaran hipotesis. Bahwa perkembangan kognitif sebagian besar bergantung kepada seberapa jauh anak aktif memanipulasi dan aktif berin-teraksi dengan lingkungannya.

Peneliti memperoleh fakta-fakta dari proses pembelajaranbahwa "anak-anak" sebagian besar (hampir 80%) mengalami kesulitan dalam belajar, dan hanya sekitar 20% yang dapat mengikuti pelajaran dengan baik. Siswa tidak berminat belajar, tidak dapat memberikan perhatian dalam belajar, tidak terampil dalam menghubungkan IPA dengan dunia nyata, mudah lupa, tidak mempunyai

strategi dalam memahami rumus, tidak dapat menjawab pertanyaan dan tidak mau bertanya, dan akhirnya prestasi (hasil) belajar rendah.

Dari berbagai kasus yang sudah diuraikan di atas ada beberapa masalah yang mendesak untuk dipecahkan. Masalah yang sesegera mungkin untuk dipecahkan adalah penerapan model atau metode pembelajaran dan perilaku belajar siswa, jika tidak segera diperbaiki akan memperparah keadaan dan berlarut-larut sehingga prestasi siswa akan semakin buruk.

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka peneliti sebagai guru mata pelajaran IPA di SMP Negeri 1 Stabat berupaya untuk memperbaiki proses pembelajaran IPA juga untuk dapat meningkatkan hasil belajar siswa dengan melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK).

Salah satu altematif pemeca-han masalah yang dianggap mampu mengatasi masalah tersebut adalah inovasi pembelajaran dengan penera-pan pembelajaran Kooperatiftipe STAD. Pemilihan pembelajaran kooperatif tipe STAD ini karena dapat meningkatkan partisipasi belajar siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Pemilihan strategi ini diharapkan dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa sekaligus dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.

METODE

Pelaksanaan Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 1 Stabat yang beralamat di Jl. KHZ. Arifin No. 7 Stabat dalam pembelajaran IPA Siswa kelas IX B SMP Negeri 1

(3)

71 Stabat Semester Genap Tahun Pelajaran 2015/2016.

Penelitian ini dilakukan mulai bulan Januari s.d. Maret 2016, selama tiga bulan. Tindakan dilakukan dengan dua siklus, dengan setiap siklus dilaksanakan selama satu bulan. Disain penelitian menggunakan pene-litian tindakan kelas (PTK).

Subjek penelitian adalah siswa kelas IX B SMP Negeri 1 Stabat yang berjumlah 39 orang terdiri laki laki 15 orang dan perempuan 24 orang dengan perlakuan penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD untuk mening-katkan aktivitas dan prestasi belajar.

HASIL DAN PEMBAHASAN Siklus I

Tahap perencanaan pada siklus I dihasilkan beberapa perangkat pembelajaran dan instrumen pene-litian. Perangkat pembelajaran yang dihasilkan adalah Rencana Pelaksa-naan Pembelajaran (RPP), Buku Siswa (merupakan kumpulan lembar ahli), Buku Guru, dan Lembar Kegiatan Siswa (LKS). Adapun materi yang dibahas dalam perangkat pembelaja-ran tersebut adalah pokok bahasan Listrik Dinamis yang terdiri atas arus listrik, hukum Ohm dan hambatan, Hukum Kirchoff, susunan hambatan, susunan tegangan, sumber arus searah dan Energi dan daya listrik

Langkah-langkah pembelaja-ran yang disusun dalam RPP didesain sesuai dengan langkah-langkah pada model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Buku siswa yang disusun merupakan kumpulan lembar ahli berupa uraian materi dari topik-topik yang dibahas. Sedangkan buku guru merupakan panduan bagi guru selama

proses pembelajaran. Buku ini memuat buku siswa yang dilengkapi beberapa penjelasan.

Siklus I ini terdiri dari tiga tatap muka. Pada tatap muka yang ketiga siswa diminta untuk mengisi angket yang memuat respon siswa terhadap kegiatan pembelajaran yang sudah dilaksanakan. Untuk mengamati aktivitas siswa, peneliti didampingi dua orang guru IPA SMP Negeri 1 Stabat.

Dari pengamatan pada siklus I menunjukkan bahwa aktivitas yang paling banyak dilakukan oleh siswa pada siklus I adalah aktivitas kategori 5, dimana selama proses belajar mengajar, siswa lebih banyak bertanya pada guru dari pada teman kelompok, sehingga pembelajaran seolah berpu-sat pada guru.

Sedangkan aktivitas yang paling sedikit adalah kategori 4, dimana hubungan siswa lain tidak begitu kelihatan. Mereka menganggap bahwa belajar masih individu walau-pun sudah dibagi dalam kelompok diskusi.

Pada data kualitas aktivitas kelompok tiap pertemuan menunjuk-kan aktivitas kelompok yang diamati oleh pengamat. Hasil pengamatan tersebut menunjukkan bahwa hanya satu kelompok yang melaksanakan aktivitas dengan kategori cukup, sedangkan kelompok lain masih kategori kurang. Nilai rata-rata aktivitas yang dapat dijaring oleh pengamat adalah antara 1,77 – 2,01. Siklus II

Seperti halnya pada siklus I, tahap Perencanaan pada siklus II ini dihasilkan perangkat pembelajaran berupa RPP, Buku Siswa, Buku Guru, dan LKS dengan pokok bahasan

(4)

72 Listrik Dimanis, yang meliputi hukum Kirchoff, susunan hambatan, susunan tegangan, sumber arus searah dan Energi dan daya listrik. Sedangkan instrumen yang digunakan sama dengan pada siklus 1, yaitu lembar pengamatan aktivitas siswa dan guru, tes hasil belajar produk dan angket untuk menjaring respon siswa terhadap Kegiatan Belajar Mengajar (KBM).

Tahap ini merupakan

pelaksanaan dari RPP yang sudah

didesain mengikuti model

pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan pokok bahasan Listrik Dinamis. Siklus II ini hanya terdiri dari tiga tatap muka. Pada tatap muka pertama membahas Hukum Kirchoff, pertemuan kedua membahas susunan hambatan dan pertemuan ketiga membahas tentang susunan tegangan dan sumber arus searah.

Pada hasil pengamatan siklus II menunjukkan bahwa aktivitas yang paling banyak dilakukan oleh adalah kategori 1 yaitu keberanian siswa bertanya dan mengemukakan penda-pat, dimana selama proses belajar mengajar, siswa sudah banyak bertanya pada guru dan pada teman sendiri dalam kelompok, sehingga pembelajaran seolah berpusat pada siswa.

Sedangkan aktivitas yang paling sedikit adalah kategori 9, dimana persentnse hasil diskusi dilakukan satu orang saja, tetapi ada beberapa orang yang bersedia maju pada setiap kelompok. Mereka menganggap bahwa dengan memper-sentasikan akan lebih memahami materi tersebut.

Aktivitas kelompok yang diamati oleh pengamat menunjukkan bahwa hanya satu kelompok yang

melaksanakan aktivitas dengan kate-gori cukup baik, sedangkan kelompok lain masih kategori cukup. Nilai rata-rata aktivitas yang dapat dijaring oleh pengamat adalah antara 2,47 - 3,00. Peningkatan kualitas aktivitas kelom-pok telah meningkat dengan signifikan.

Aktivitas siswa yang tidak sesuai dengan aktivitas pembelajaran kooperatif tipe STAD oleh pengamat. Siswa masih ada yang melakukan kesalahan atau kegiatan yang tidak selayaknya dilakukan di kelas atau pada kelompok diskusi. Tetapi secara keseluruhan terjadi penurunan jumlah siswa pada tiap kategori aktivitas yang tak sesuai.

Pemahaman siswa tentang materi pelajaran pada siklus II. Data menunjukkan bahwa siswa yang tuntas adalah28 orang atau 76,92% sedangkan siswa yang belum tuntas belajamya 7 orang atau 23,08 %. Secara keseluruhan pemahaman siswa tentang materi listrik dinamis meningkat dengan baik sesuni dengan yang diharapkan pembelajaran kooperatif tipe STAD.

Pembahasan

Partisipasi rata-rata aktif siswa pada siklus 120,23 % dan pada siklus II 42,83 Prosentase ini menunjukkan bahwa selama proses pembelajaran terjadi peningkatan partisipasi aktif siswa.

Pada siklus I siswa lebih senang mendengarkan, mengedakan LKS dan membaca buku siswa. Mereka merasa Saling tidak berhubungan sesama kelompok (2,56%). Ada yang takut salah bahkan ada yang takut temannya menjadi lebih baik nilainya. Siswa juga belum

(5)

73 mampu untuk berbagi dalam togas, mereka cenderung bekerja sendiri-sendiri (7,69%). Pada siklus I juga ditunjukkan bahwa siswa yang bersedia untuk mempresentasikan hasil kerja mereka hanya 5,13 %. Hal ini kemungkinan diakibatkan oleh kurangnya keberanian siswa.

Aktivitas mengemukakan pen-dapat, mereka lebih senang menjawab secara bersamaan. Apabila guru meminta satu orang diantara mereka untuk menjawab, mereka memilih diam. Untuk mengatasi hal ini guru cukup baik dalam memotivasi mereka, yaitu dengan cara memberikan penghargaan baik untuk individu maupun kelompok. Pemberian penghargaan ini seialan dengan tahapan yang ada pada kooperatif tipe STAD.

Pada siklus I hasil belajar siswa dapat dikategorikan masih rendah. Hal ini terlihat bahwa rata-rata jawaban benar dari soal yang diujikan adalah 12,72 (63,59%). Sedangkan siswa yang tuntas belajamya adalah 35,90 %. Hal ini diakibatkan oleh kurangnya kesadaran siswa bahwa yang belajar adalah mereka sendiri, aktivitas yang rendah dan munculnya kegiatan yang tidak sesuai dengan aktivitas pembelajaran kooperatif tipe STAD. Peningkatan nilai siswa serta peningkatan jumlah siswa yang tuntas dalam belajar. Peningkatan menjawab soal benar adalah rata-rata 12,72 pada siklus I menjadi 13,87 pada siklus II. Sedangkan peningkatan ketuntasan belajar dari 35,90 % dari jumlah siswa pada siklus menjadi 76,92 % pada siklus II

Pada siklus II terjadi perubahan yang cukup baik. Hal ini terlihat dari aktivitas setiap kategori adalah meningkat. Kalau diperhatikan

tiap aktivitas, memang peningkatan-nya tidak seberapa besar. Tetapi kalau dilihat dari pengelompokan partisipasi aktif dan pasif, prosentase tersebut cukup cukup besar. Meningkatnya prosentase partisipasi aktif siswa sejalan dengan perkembangan tingkat kineda guru. Hal ini dapat dilihat dari kinerja guru mulai pertemuan ke satu ke pertemuan lainnya makin baik, sesuai dengan yang didesain dalam RPP.

Respon siswa terhadap materi dalam buku siswa 66,7 % menyatakan senang dan 33,3 % menyatakan tidak senang. Hal ini menunjukkan bahwa buku siswa yang disusun sesuai dengan yang diharapkan siswa. Demikian juga untuk setiap item angket mereka lebih banyak memilih senang, baru dan ingin mengulang KBM dengan metode yang sama. Tapi sebagian siswa ada yang merasa tidak senang dengan metode pembelajaran yang diterapkan dan mereka merasa berbeda dengan yang sebelumnya. Hal ini disebabkan mereka belum terbiasa dengan suasana yang baru. Para siswa terbiasa duduk dengan rapih untuk menyimak penjelasan dari guru. Sedangkan dalam model pembelajaran kooperatif tipe STAD, semua siswa dituntut aktif dalam proses pembelajaran. Baik dalam proses pemahaman konsep maupun dalam presentasi. Hal inilah yang menyebab-kan siswa kurang menyenangi suasana seperti itu.

Berkenaan dengan cara guru mengajar, sebanyak 66,67% menyata-kan sangat senang dan 33,33% menyatakan tidak senang. Jadi cara guru mengajar sudah menyenangkan siswa. Hal ini terjadi karena selama proses pembelajaran guru selalu memberikan motivasi positif dan

(6)

74 setiap ada siswa yang berhasil, guru selalu memberikan penghargaan. Penghargaan yang diberikan biasanya berupa pujian. Sementara itu apabila ada siswa yang belum berhasil, guru dengan sabar membimbing mereka dengan pertanyaan-pertanyaan yang mengarahkan pada pemahaman konsep tersebut.

Sehubungan dengan materi buku siswa sebanyak 46,2 menyatakan baru. Sedangkan terhadap LKS sebanyak 61,5% menyatakan, baru, terhadap suasana kelas sebanyak 43,6 menyatakan baru, dan terhadap suasana mengajar sebanyak 66,7% menyatakan baru. Dengan demikian bentuk buku siswa, LKS, suasana kelas dan cara guru mengajar, menurut para siswa termasuk baru. Dengan kondisi seperti itu peneliti mengharap-kan agar guru IPA di sekolah tersebut, dapat membuat buku siswa atau LKS sendiri. Selama ini LKS yang digunakan di sekolah tersebut adalah LKS yang dibeli dari penerbit. Dengan adanya LKS yang dibuat oleh guru, siswa akan lebih mudah memahami LKS tersebut, karena bahasa yang digunakan dalam LKS buatan guru sudah mereka kenal dengan baik. Berhubungan dengan minat siswa terhadap model pembelajaran kooperatip tipe STAD sebanyak 84,6% menyatakan berminat untuk mengikuti pada materi yang lain. Besarnya minat siswa terhadap model pembelajaran kooperatif tipe STAD, mengindikasi-kan bahwa model pembelajaran tersebut perlahan-lahan dapat diterima oleh siswa. Pembelajaran kooperatif tipe STAD menuntut siswa lebih aktif dalam perolehan suatu konsep. Apabila siswa sudah terbiasa aktif dalam perolehan suatu konsep, maka siswa tersebut akan lebih mandiri.

Apabila ada guru yang ticlak hadir, maka mereka akan terbiasa belajar sendiri baik di kelas maupun di perpustakan.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa meningkatkan partisipasi siswa kelas IX B SMP Negeri I Stabat dalam pembelajaran IPA melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD dilakukan dengan cara sebagai berikut. 1. Mengembangkan RPP yang didesain sesuai dengan langkah-langkah pada model pembelajaran kooperatif tipe STAD.

2. Mendesain buku guru. Buku ini merupakan panduan bagi guru untuk membimbing siswa selama proses pembelajaran.

3. Mendesain buku. siswa. Buku siswa ini merupakan kumpulan dari lembar ahli yang berisi uraian materi masing-masing topik. Selain buku siswa disusun juga LKS untuk tiap topik.

4. Setelah dilakukan pengamatan terhadap aktivitas siswa, diperoleh rata-rata kadar partisipasi aktif siswa sebesar 20,83% pada siklus I dan 42,83% pada siklus II.

5. Respon siswa terhadap KBM dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD positif. Hal ini dapat dilihat dari jumlah prosentase siswa yang merasa senang (66,7%) terhadap materi, 64,1 % terhadap buku siswa, 56, 4 % terhdap LKS, 74,4 % terhadap kuis, 76,9 % terhadap suasana belajar di kelas dan 74,4 % terhadap cara penyajian guru.

(7)

75 6. Model Pembelajaran kooperatif

tipe STAD cocok dilakukan untuk pembelajaran IPA. Hal ini kelihatan dari siswa berminat (86,4%) berminat mengikuti KBM kooperatif tipe STAD untuk materi yang selanjutnya.

7. Dengan pembelajaran kooperatif tipe STAD, aktivitas siswa akan meningkat. Dengan meningkatnya aktivitas akan mengarahkan pembelajaran berpusat pada siswa.

Peningkatan aktivitas siswa juga akan meningkatkan penguasaan siswa terhadap materI pelajaran. Rata-rata soal yang benar dijawab siswa pada siklus I adalah 12,72 (63,59%) dan yang tuntas sebesar 35,90%. Pada siklus II rata-rata soal yang benar dijawab siswa pada siklus II adalah 14,44 (72,18%) dan yang tuntas sebesar 76,92% .

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. dkk. 2015. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta, Bumi Aksara.

Mulyasa, E. 2002. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Konsep,

Karak-teristik, dan Implementasi.

Bandung, Rosdakarya.

Radyastuti, W. dkk. 2000. Pedoman Pelaksanaan Tindakan Kelas. Malang, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Badan

Pengkajian Penerapan

Teknologi.

Sudjana, N. 2004. Penelitian dan

Penilaian Pendidikan.

Ban-dung, Sinar Baru Algensindo. Wiriaatmadja, R. 2005. Metode

Penelitian Tindakan Kelas. Bandung, Remaja Rosdakarya

(8)

Referensi

Dokumen terkait

(1) Rancangan Perda yang telah disempurnakan oleh Gubernur dan DPRD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 ayat (3) disampaikan oleh Pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah kepada

Masa Ekspansi Islam, pada masa Abu bakar dalam bidang ekonomi dan keuangan ada masalah besar yang muncul: Jumlah harta rampasan perang dari sekian banyak tentu saja

Alasan yang mendasari hasil penelitian ini adalah pada studi kasus di Indonesia, variabel ini tidak memungkinkan diteliti lebih jauh kaitannya dengan kemungkinan kecurangan

Praktik jual beli tanah yang menjadi Sengketa di Grumbul Karanggandul, Desa Babakan, Kecamatan Karanglewas dalam Prespektif Hukum Ekonomi Syariah adalah tidak sah

Pengaruh Pemupukan Blotong dan Pupuk Organik Cair Eceng Gondok Terhadap Infeksi Endomikoriza dan Produksi Tanaman Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) Pada Lahan Pasir

The hybrid fingerlings ( Catla catla x Labeo rohita ) gained higher body weight and maximum total length on sunflower meal, followed by cottonseed meal and bone meal.. The

Diambil dari konsep dasar media audiovisual, yaitu media yang bisa didengar dan dilihat secara bersama, maka muncullah berbagai perkembangan teknologi audiovisual yang mengadopsi

Semua hal-hal yang menyangkut tentang globalisasi perlu dikaji, Untuk dapat mengatasi perubahan kebudayaan akibat dari globalisasi perlu dikaji bagaimana dampak globalisasi