• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH SIKAP IBU TERHADAP PENANGANAN PERTAMA DIARE BALITA USIA 1-4 TAHUN (Studi Di Puskesmas Bareng Kecamatan Bareng Kabupaten Jombang 2013)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH SIKAP IBU TERHADAP PENANGANAN PERTAMA DIARE BALITA USIA 1-4 TAHUN (Studi Di Puskesmas Bareng Kecamatan Bareng Kabupaten Jombang 2013)"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH SIKAP IBU TERHADAP PENANGANAN PERTAMA DIARE BALITA USIA 1-4 TAHUN (Studi Di Puskesmas Bareng Kecamatan Bareng Kabupaten Jombang 2013)

Kholifatur Rofi’ah, Endang Yuswatiningsih, Agustina Maunaturrohmah

ABSTRACT

Toddler are esay attacked by diarrhea, mother not respond appropriate diarrhea experience by children. Mother should do first gandling of diarrhea by giving lost liquid and giving of food. The Highest incident of diarrhea happens in Puskesmas of Bareng year 2013 a number 2069 diarrhea cases, period of January to March 2014 diarrhea incident to toddler aged 1-4 year a number of 86 toddlers. This research has a purpose to analyze effect of mother’s attitude to first handling of diarrhea to toddler aged 1-4 year in Puskesmas of BarengKecamatanBarengKabupatenJombang.This research is analytic research by cross sectional apporoach. Population are all mothers that have toddlers aged 1-4 year that ever got diarrhea by visiting to puskesmas of Bareng with number of samples are 31 mothers. Sampling technique used is Simple Random Sampling. Data collected effect of mother’s attitude to first handling of diarrhea to toddler aged 1-4 year by questionnaire. Data analysis uses Spearman Rank’s. Result of research known that mother’s attitude about first handling of toddler aged 1-4 year most have negative attitude a number of 64,5% and almost a half have positive attitude a number of 35,5%. While for first handling of diarrhea to toddler aged 1-4 year most of respondents are less a number of 58,1%, Sufficient 32,3%, and good 9,7%. Result of Spearman Rank’s test known that value of correlation coefficient a number of 0,395 with value of p 0,028 < 0,05 so H1 was accepted.Conclusion in this research says that There is effect of mother’s attitude to first handling of diarrhea to toddler aged 1-4 year with first handling of diarrhea to toddler aged 1-4 year in Puskesmas of BarengKecamatanBarengKabupatenJombang

Keyword: Mother’s Attitude, Handling Diarrhea

PENDAHULUAN

Indonesia menempati urutan ke 5 dari 10 penyakit diare pada pasien rawat jalan. Bayi dan balita rentan terserang penyakit diare, bila tidak diatasi lebih lanjut akan menyebabkan dehidrasi. Diare dapat menurunkan nafsu makan dan keadaan tubuh yang lemah, sehingga keadaan yang demikian sangat membahayakan kesehatan anak. Ibu biasanya tidak menanggapi secara tepat diare yang dialami oleh anak, karena sifat diarenya ringan. Penyakit diare walaupun dianggap ringan tetapi sangat berbahaya bagi kesehatan anak (Endah, 2009). Penanganan diare yang seharusnya dilakukan ibu untuk mencegah terjadinya dehidrasi maupun kekurangan nutrisi dengan mengantikan cairan yang hilang dengan pemberian oralit atau larutan gula garam (LGG) serta memberikan makanan supaya balita tidak kekurangan nutrisi (Ade, 2012).

Penyakit diare sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan masyarakat. Data Riskesdas tahun 2013 insiden kejadian diare di Indonesia sebesar 6,7%. Kasus diare pada balita masih tetap tinggi dibandingkan golongan umur lainnya, data selama empat tahun terakhir menunjukkan bahwa cakupan penemuan diare masih sangat jauh dibawah target yang diharapkan yaitu sebesar 80%, jumlah kasus diare pada balita sendiri setiap tahunnya rata-rata > 40% (Dinas Kesehatan

Provinsi Jawa Timur, 2013). Kejadian diare berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Jombang 2013 sebanyak 22.179 penderita terdiri dari umur < 1 tahun sebanyak 1.979 penderita, umur 1-4 tahun 5.181 penderita, umur 5-14 tahun 4.321 penderita, umur > 15 tahun 10.698 penderita, kejadian diare tertinggi terjadi di Puskesmas Bareng tahun 2013 sebanyak 2069 kasus diare, periode januari sampai maret 2014 kejadian diare pada balita usia 1-4 tahun sebanyak 86 balita.

Sikap merupakan aspek yang berperan pada perilaku penanganan pertama diare balita, sikap negatif disebabkan ibu kurang wawasan sehingga meremehkan kejadian diare, ibu menganggap bahwa diare yang dialami oleh anak hanya diare biasa yang tidak membahayakan anaknya. Diare yang dianggap ringan tetap sangat berbahaya bagi kesehatan anak. Ibu seharusnya melakukan penanganan pertama diare saat anak mengalami diare (Azwar, 2011). Kelompok umur yang paling rawan terkena diare adalah usia 2-3 tahun, balita dengan usia 2-3 tahun mulai mendapatkan asupan tambahan seperti makanan pendamping Air Susu Ibu (ASI), anak juga sudah mampu bereksplorasi, usia ini anak senang sekali memasukkan sesuatu kedalam mulutnya. Makanan maupun benda yang masuk kedalam mulut kemungkinan terkena kontaminasi agent penyebab

(2)

penyakit diare sehingga menyebabkan anak mengalami diare. Penyakit diare pada balita bila tidak segera diatasi akan berlanjut menyebabkan dehidrasi (Endah, 2009).

BAHAN DAN METODE

Desain penelitian ini adalah penelitian Analitik

korelasi pendekatan cross sectional

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang memiliki anak balita usia 1-4 tahun yang pernah mengalami diare dan berkunjung ke Puskesmas Bareng Kecamatan Bareng Kabupaten Jombang Provinsi Jawa Timur 2013 sebanyak 86 balita.

Sampel sebagian ibu yang memiliki anak balita usia 1-4 tahun yang pernah mengalami diare dan berkunjung ke Puskesmas Bareng Kecamatan Bareng Kabupaten Jombang Provinsi Jawa Timur 2014 sebanyak 86 balita dengan sampel yang di ambil sebanyak 31 ibu balita.

Teknik sampling menggunakan simple random sampling.

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah sikap ibu dalam penanganan pertama diare balita usia 1-4 tahun.

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah penanganan pertama diare balita usia 1-4 tahun. Pengumpulan data menggunakan kuesioner skala Likert.

Pengolahan data editing coding, scoring, transferring, dan tabulating, data dianalisis dengan uji Spearman rank’s.

HASIL

Hasil penelitian yang dilaksanakan pada bulan Maret - Juli 2013 dengan 31 responden. Hasil penelitian disajikan dalam dua bagian yaitu data umum dan data khusus. Data umum dimuat karakteristik responden berdasarkan umur, pendidikan, pekerjaan, informasi. Sedangkan data

khusus terdiri dari sikap ibu dalam penanganan pertama diare balita usia 1-4 tahun, penanganan pertama dfiare balita usia 1-4 tahun, ada pengaruh sikap ibu terhadap penanganan pertama diare balita usia 1-4 tahun di Puskesmas Bareng Kecamatan Bareng Kabupaten Jombang 2013.

DATA UMUM

Tabel 1.1 Karakteristik responden berdasarkan umur di Puskesmas Bareng Kecamatan

Bareng Kabupaten Jombang Propinsi Jawa Timur 2013

No Umur Frekuensi persentase

1 20-27 tahun 21 67,7

2 28-34 tahun 6 19,4

3 34-41 tahun 3 9,7

4 42-48 tahun 1 3,2

Jumlah 31 100

Sumber: data primer

Berdasarkan tabel 1.1 diketahui bahwa dari 31 responden sebagian besar berumur 20-27 tahun yaitu sebanyak 67,7%.

Tabel 1.2 Karakteristik responden berdasarkan pendidikan di Puskesmas Bareng Kecamatan Bareng Kabupaten Jombang Propinsi Jawa Timur 2013

No Pendidikan Frekuensi Persentase

1 SD 1 3,2

2 SMP 20 64,5

3 SMA 8 25,81

4 Perguruan tinggi 2 6,5

Jumlah 31 100

Sumber: data primer

Berdasarkan tabel 1.2 diketahui bahwa dari 31 responden sebagian besar berpendidikan SMP yaitu sebanyak 64,5%.

Tabel 1.3 Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan di Puskesmas Bareng Kecamatan Bareng Kabupaten Jombang Propinsi Jawa Timur 2013

No Pekerjaan Frekuensi (f) Persentase (%) 1 Ibu rumah tangga 28 90,3 2 PNS 1 3,2 3 Wiraswasta 2 6,5 Jumlah 31 100

Sumber: data primer

Berdasarkan tabel 1.3 diketahui bahwa dari 31 responden hampir seluruhnya adalah ibu rumah tangga yaitu sebanyak 90,3%

Tabel 1.4 Karakteristik responden berdasarkan informasi di Puskesmas Bareng Kecamatan Bareng Kabupaten Jombang Propinsi Jawa Timur 2013

Sumber: data primer

Berdasarkan tabel 1.3 diketahui bahwa dari 31 responden sebagian besar memperoleh informasi dari keluarga yaitu sebanyak 71%.

Tabel 1.5 Karakteristik sikap ibu dalam penanganan diare balita usia 1-4 tahun di Puskesmas Bareng Kabupaten Jombang Propinsi Jawa Timur 2013

No Sikap ibu Frekuensi (f) Persentase (%)

No Informasi Frekuensi (f) Persentase (%)

1 Tenaga kesehatan 3 9,7

2 Teman 5 16,1

3 Media cetak 1 3,2

4 Keluarga 22 71

(3)

1 Positif 11 35,5

2 Negatif 20 64,5

Jumlah 31 100

Sumber: data primer

Berdasarkan tabel 1.5 diketahui bahwa dari 31 responden sebagian besar bersikap negatif yaitu sebanyak 64,5%.

Tabel 1.6 Karakteristik penanganan pertama diare balita usia 1-4 tahun di Puskesmas Bareng Kabupaten Jombang Propinsi Jawa Timur 2013

No Penanganan diare Frekuensi (f) Persentase (%)

1 Baik 3 9,7

2 Cukup 10 32,3

3 Kurang 18 58,1

Jumlah 31 100

Sumber: data primer

Berdasarkan tabel 1.6 diketahui bahwa dari 31 responden sebagian besar responden penanganan pertama diare pada balita usia 1-4 tahun adalah kurang yaitu sebanyak 58,1%.

Tabel 1.7 Tabulasi silang sikap ibu terhadap penanganan pertama diare balita usia 1-4 tahun di Puskesmas Bareng Kabupaten Jombang Propinsi Jawa Timur 2013 Sumber: data primer

Berdasatkan tabel 1.7 diketahui bahwa dari 11 ibu yang bersikap positif hampir setengah responden penanganan diare cukup dan kurang, dari 20 ibu yang bersikap negatif sebagian besar penanganan diare pada balita usia 1-4 tahun kurang sebanyak 70%

PEMBAHASAN

1. Sikap ibu dalam penanganan pertama diare balita usia 1-4 tahun

Hasil penelitian didapatkan sikap ibu dalam penanganan pertama diare balita usia 1-4 tahun sebagian besar bersikap negatif. sikap negatif dipengaruhi oleh komponen pembentukan sikap yaitu komponen kognitif sebagian besar jawaban

responden tidak setuju (tabulasi pengumpulan data) seperti responden tidak setuju jika diare perlu dilakukan penanganan awal di rumah, responden tidak setuju jika diare menyebabkan dehidrasi, komponen afektif sebagian besar jawaban responden

tidak setuju (tabulasi pengumpulan data) seperti responden tidak setuju jika anaknya mengalami diare diberikan kuah sayur, air tajin sebagai penanganan awal, responden juga tidak setuju bahwa oralit dapat memperbaiki kondisi anakya, dan komponen konatif

sebagian besar jawaban responden tidak setuju (tabulasi pengumpulan data) seperti responden tidak setuju larutan oralit untuk mencegah dehidrasi. Sikap

negatif disebabkan oleh faktor umur, pendidikan, pekerjaan dan informasi.

Umur responden sebagian besar berumur 20-27 tahun. Umur responden berperan pada lemahnya motivasi ibu untuk imunisasi alitanya. Umur ibu pada rentang dewasa awal (20-27 tahun) ini masih belajar dalam memikul tanggung jawab bagi keluarganya, ketidaksiapan ibu untuk mengasuh anaknya berdampak pada sikap negatif tentang penanganan pertama diare pada balita usia 1-4 tahun. Hasil penelitian Endah (2009) didapatkan usia responden dari 68 subyek yang diteliti. Responden terbanyak yang menjadi subyek penelitian adalah kelompok umur 26-30 tahun sebanyak 21 dan usia termuda kurang dari 20 tahun sebanyak 1. Menurut Notoatmodjo (2010) umur 20-27 tahun merupakan umur dewasa awal, dimana pada umur tersebut tingkat kedewasaannya masih belum matang. Menurut Hurlock (2009) umur merupakan salah satu aspek yang akan meningkatkan kesiapan seseorang dalam menghadapi situasi tertentu. Individu pada usia 20-27 tahun merupakan individu pada fase dewasa awal, pada fase ini penting karena individu berada pada peralihan fase dari remaja akhir pada fase dewasa dalam rentang kehidupan manusia. Pada fase ini merupakan fase bermasalah dalam kehidupan dewasa yang rumit.

Pendidikan responden sebagian besar berpendidikan SMP. Sikap ibu dalam penanganan pertama diare balita usia 1-4 tahun negatif juga dipengaruhi oleh faktor pendidikan. Pendidikan SMP kemampuan untuk berpikir masih kurang baik, hal ini berdampak pada sikap ibu tentang penanganan pertama diare balita usia 1-4 tahun adalah negatif, dimana ibu masih belum berani untuk mengambil keputusan yang terbaik bagi balitanya pada saat mengalami diare. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Endah (2009) didapatkan pendidikan responden yang paling banyak adalah tamatan SMU sebanyak 35 responden (52%) dan yang paling sedikit yaitu tidak pernah sekolah dan tidak tamat SD sebanyak 1 responden (1%). Menurut Azwar (2009) pendidikan merupakan aspek yang berperan pada kemampuan seseorang dalam menghadapi suatu peristiwa. Menurut Sardiman (2007) jalur pendidikan dasar (SMP) belum mempunyai kematangan dalam konsep berpikir, hal ini disebabkan kurangnya melatih

No Sikap

Penangan diare pada balita usia 1-4

tahun Jumlah

Baik Cukup Kurang

f % F % f % f % 1 Positif 3 27,3 4 36,4 4 36,4 11 100 2 Negatif 0 0 6 30 14 70 20 100 Jumlah 3 9,7 10 32,3 18 58,1 31 100 Koefisien korelasi: 0,395 p 0,028

(4)

berpikir yang diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

Pekerjaan responden hampir seluruhnya adalah ibu rumah tangga. Sikap ibu dalam penanganan pertama diare balita usia 1-4 tahun negatif juga dipengaruhi oleh faktor pekerjaan tabel 5.3. Kondisi pekerjaan ibu yang mengharuskan untuk berkonsentrasi pada pekerjaan rumah tangga, menyebabkan istri tidak mengetahui tentang penanganan pertama diare balita usia 1-4 tahun. Hasil penelitian Endah (2009) didapatkan pekerjaan responden dan yang paling banyak adalah ibu rumah tangga. Menurut Notoatmodjo (2010) lingkungan adalah segala sesuatu yang ada disekitar individu, baik lingkungan fisik, biologis, maupun sosial, seperti lingkungan pekerjaan. Lingkungan berpengaruh terhadap proses masuknya pengetahuan ke dalam individu yang berada dalam lingkungan tersebut. Hal ini dapat terjadi karena adanya interaksi timbal balik ataupun tidak yang akan direspon sebagai pengetahuan oleh setiap individu. Hurlock (2009) pekerjaan seorang ibu yang terkonsentrasi pada pekerjaan rumah, berdampak pada pola berpikir dan informasi yang didapat semakin berkurang. Hal ini menyebabkan ketidaktahuan terhadap informasi yang menyebabkan lemahnya keinginan untuk melakukan sesuatu.

Informasi responden sebagian besar memperoleh informasi dari keluarga. Informasi yang diterima melalui keluarga terkadang kurang lengkap, sehingga terdapat kesalahan dalam penanganan pertama diare balita usia 1-4 tahun. Kesalahan ini menyebabkan terbentuknya sikap yang negatif, artinya responden tidak menyetujui untuk memberikan penanganan pertama diare pada balita. Hal ini mencerminkan bahwa informasi yang diberikan melalui keluarga masih kurang lengkap, sehingga sering sikap yang tidak sesuai dengan apa yang diharapkan. Menurut Notoatmdojo (2010) informasi merupakan salah satu aspek yang berperan pada pembentukan persepsi, informasi yang diberikan sesuai dengan apa yang diharapkan akan membentuk suatu sikap yang positif, tetapi informasi yang diberikan kurang lengkap berpengaruh terhadap sikapnya. Sedangkan menurut Santoso (2010) informasi merupakan salah satu aspek dalam pemberian inovasi-inovasi bidang kesehatan, pemberian informasi yang kurang lengkap akan membentuk sikap negatif.

2. Penanganan pertama diare balita usia 1-4 tahun

Hasil penelitian penanganan pertama diare balita usia 1-4 tahun didapatkan sebagian besar penanganan pertaman diare pada balita usia 1-4 tahun adalah kurang. Penaganan pertama diare balita

usia 1-4 tahun negatif dikarenakan sebagian besar responden (lampiran tabulasi pengumpulan data) tidak setuju pemberian cairan pada balita yang mengalami diare, dan sebagian besar responden (tabulasi pengumpulan data) tidak setuju jika balita yang mengalami diare harus terus diberi makanan agar tidak mengalami lemas. Penanganan pertama diare balita usia 1-4 tahun kurang juga dipengaruhi oleh faktor umur, pendidikan, pekerjaan, informasi. Umur responden sebagian besar berumur 20-27 tahun. Umur 20-27 tahun merupakan umur dewasa awal, sehingga dalam mengambil keputusan masih ragu-ragu, hal ini berdampak pada cara penanganan pertama diare balita usia 1-4 tahun kurang. Kondisi ini dikarenakan kurangnya pemahaman tentang penanganan diare pada balita, sehingga penanganan pertama diare balita usia 1-4 tahun kurang. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Asima Sirait tahun 2013 diketahui bahwa usia responden mayoritas adalah 18-25 tahun penanganan diare kurang. Menurut Hurlock (2009) umur merupakan salah satu aspek yang akan meningkatkan kesiapan seseorang dalam menghadapi situasi tertentu. Individu pada usia 20-27 tahun merupakan individu pada fase dewasa awal, pada fase ini penting karena individu berada pada peralihan fase dari remaja akhir pada fase dewasa dalam rentang kehidupan manusia. Pada fase ini merupakan fase bermasalah dalam kehidupan dewasa yang rumit. umur 20-27 tahun merupakan umur dewasa awal, dimana pada umur tersebut tingkat kedewasaannya masih belum matang.

Pendidikan responden sebagian besar berpendidikan SMP. Pendidikan SMP dalam memberikan penanganan pertama diare balita usia 1-4 tahun kurang disebabkan kurangnya pemahaman tentang penanganan diare, responden kurang memahami penanganan diare balita usia 1-4 tahun, kondisi ini disebabkan pendidikan respoden, dimana pada pendidikan SMP ini pemahaman tentang penanganan diare kurang. Menurut Sardiman (2007) jenjang pendidikan dasar (SD-SMP) dalam bertindak masih meniru yang dilakukan orang lain, karena konsep berpikir masih dalam bentuk konkret, hal ini disebabkan kurangnya melatih berpikir yang diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Asima Sirait tahun 2013 diketahui tingkat pendidikan responden mayoritas adalah sedang (SLTA/sederajat) penanganan diare kurang. Menurut Santoso (2012) pendidikan merupakan salah satu aspek yang membentuk perilaku seseorang, semakin rendah pendidikan maka perilaku tidak sesuai dengan kaidah kesehatan.

Pekerjaan responden hampir seluruhnya adalah ibu rumah tangga. Pekerjaan ibu rumah tangga dikarenakan kesibukannya mengalami suatu

(5)

kepanikan disaat anaknya mengalami diare, sehingga penanganan pertama diare balita usia 1-4 tahun kurang. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Asima Sirait tahun 2013 diketahui pekerjaan responden mayoritas adalah petani penanganan diare kurang. Menurut Santoso (2010) ibu rumah tangga merupakan pekerjaan yang menyita waktu, sehingga mempengaruhi pada informasi yang diterimanya. Informasi responden sebagian besar memperoleh informasi dari keluarga. Ibu tidak melakukan pemberian air tajin dikarenakan ibu merasa bahwa air tajin akan menyebabkan diare bertambah berat. Menurut Hidayat (2010) penggunaan air tajin sebagai obat diare tidak berbahaya untuk bayi sekalipun dan saat bayi tidak mengkonsumsi susu kaleng bisa diberikan air matang. Setelah melakukan perawatan dirumah segera membawa balita diare kesarana kesehatan. Tetapi pemberian air tajin tidak dilakukan oleh ibu sehingga ibu tidak melakukan penanganan pertama diare pada balita.

3. Pengaruh sikap ibu terhadap penanganan pertama diare balita usia 1-4 tahun

Ada pengaruh sikap ibu terhadap penanganan pertama diare balita usia 1-4 tahun di Puskesmas Bareng Kabupaten Jombang Propinsi Jawa Timur 2013, hal ini dilihat dari hasil uji statistik Spearman rank’s didapatkan nilai koefisien korelasi sebesar

0,395 hal ini menunjukkan bahwa pengaruh sikap ibu terhadap penanganan pertama diare pada balita usia 1-4 tahun adalah lemah tetapi mempunyai pengaruh, sedangkan ρ sebesar 0,028 < 0,05, maka H1 diterima.

Sikap ibu dalam penanganan diare salah satu aspek yang berperan pada tindakan yang akan dilakukan, sikap positif yaitu bersedia melakukan atau segera merespon kejadian diare pada balitanya akan menentukan penanganan yang seharusnya dilakukan oleh ibu. Sikap ibu yang tidak merespon pada kejadian diare pada balitanya akan mengakibatkan keterlambatan penanganan pertama pada kejadian diare, sehingga balita akan mengalami kekurangan cairan dan tampak lemas, yang dapat memicu kematian balita. Hasil penelitian Jihan Nor tentang hubungan pengetahuan dan sikap ibu dengan penatalaksanaan diare pada balita di Wilayah Kerja Puskesmas Tilote Kecamatan Tilango Kabupaten Gorontalo tahun 2013 diperoleh hasil uji korelasi

Spearman rank’s ada hubungan sikap ibu dengan

penatalaksanaan diare pada balita dengan hasil p value 0,003 < 0,05.

Sikap merupakan suatu respon dari kesiapan seseorang, sikap ibu balita tentang penanganan pertama diare merupakan aspek yang berperan pada tindakan yang akan dilakukan oleh ibu dalam penanganan diare (Mahmudah, 2010). Respon ibu

dalam penanganan diare hasil dari reaksi terhadap kondisi anaknya yang mengalami diare. Kesiapan ibu dalam penanganan pertama diare pada balita merupakan kecenderungan potensial ibu dalam bertindak untuk menangani kejadian diare (Azwar, 2011). Kesiapan ibu dalam menangani diare ini dipengaruhi oleh kondisi psikis ibu yang terjadi pada balitanya (Notoatmodjo, 2010). Diare suatu kondisi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih dari 3 kali pada anak, konsistensi feses encer, dapat berwarna hijau atau dapat pula bercampur lendir darah/lendir saja (Ngastiyah, 2009). Perubahan yang terjadi berupa peningkatan volume, keenceran dan frekuensi dengan atau tanpa lendir darah, seperti lebih dari 3 kali/hari dan pada neonatus lebih dari 4 kali/hari (Hidayat, 2010). Diare pada balita segera ditangani, keterlambatan penanganan pada kejadian diare menyebabkan kekurangan cairan dan dapat berakibat pada kematian (Hidayat, 2010).

SIMPULAN KESIMPULAN

1. Sikap ibu dalam penanganan pertama diare balita di Puskesmas Bareng Kecamatan Bareng Kabupaten Jombang sebagian besar bersikap negatif.

2. Penanganan pertama diare balita usia 1-4 tahun di Puskesmas Bareng Kecamatan Bareng Kabupaten Jombang sebagian besar adalah kurang.

3. Ada pengaruh sikap ibu terhadap penanganan pertama diare balita usia 1-4 tahun di Puskesmas Bareng Kecamatan Bareng Kabupaten Jombang.

SARAN

1. Dalam rangka meningkatkan komponen sikap secara kognitif mengenai sikap ibu terhadap penanganan pertama diare balita, perlunya dilakukan sosialisasi pada ibu balita mengenai perlunya dilakukan penanganan awal saat diare seperti pemberian oralit, air kuah, tajin sebagai penanganan awal diare untuk mencegah terjadinya dehidrasi sehingga dapat menurunkan angka kesakitan diare.

2. Peneliti selanjutnya agar melakukan penelitian lebih lanjut untuk mengidentifikasikan lebih dalam tentang sikap (kognitif) terhadap penanganan pertama diare serta pencegahan diare pada balita tanpa di batasi oleh instrumen ini.

KEPUSTAKAAN

Ade. 2012. Pendidikan Kesehatan Anak Usia Dini.Jakarta: Pustaka Rihama.

(6)

Sirait, Asima. 2013. Diare Merupakan Salah Satu Masalah Kesehatan masyarakat Yang Terkait Dengan Sanitasi Lingkungan.

hppt. librari. usu. Ac.

Azwar. 2011. Sikap Manusia. Jogjakarta: Gajah

Mada Press.

Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur. 2013. Profil Kesehatan Jawa Timur. Surabaya.

Endah. 2009.Diare dan Kesehatan Lingkungan.

http//www.usaid.com.

Hidayat. 2010.Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta:

Salemba Medika.

Hurlock. 2009. Psikologi Rentang Sepanjang Kehidupan. Jakarta: EGC.

Mahmudah. 2010. Psikologi Sosial. Jogjakarta:

Graha Ilmu.

Nor, Jihan Mahmudah. 2010. Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Ibu Dengan Penatalaksanaan Diare.

Notoatmodjo. 2010. Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka

cipta.

Ngastiyah. 2009. Perawatan Balita Sakit. Jakarta:

EGC.

Santoso Bambang Adi. 2010. Ilmu Keperawatan Komunikasi Konsep dan Aplikasi.

Jakarta: Salemba Medika.

Sardiman. 2007. Sikap Dan Motivasi. Jakarta:

Gambar

Tabel 1.3   Karakteristik  responden  berdasarkan  pekerjaan di Puskesmas Bareng  Kecamatan Bareng Kabupaten Jombang  Propinsi Jawa Timur 2013
Tabel 1.6  Karakteristik penanganan  pertama  diare balita usia 1-4 tahun di Puskesmas Bareng  Kabupaten Jombang Propinsi Jawa Timur 2013

Referensi

Dokumen terkait

(2) Pangkat awal yang ditetapkan bagi Pegawai PNS Kemhan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sama dengan pangkat yang dimilikinya, sedangkan jenjang jabatan Assessor

a) Fungsi akuntansi harus terpisah dari fungsi penagihan dan fungs i penerimaan kas. Untuk menciptakan internal check fungsi penagihan yang bertanggung jawab untuk

Hasil dari penelitian Evaluasi kebijakan Penerimaan Peserta Didik Baru di SMAN 22 Surabaya Tahun 2018 secara umum telah cukup berhasil dilaksanakan sesuai dengan pedoman

Menimbang, bahwa salah satu Kuasa Hukum Penggugat yang bernama ADVOKAT II., adalah Advokat Magang/ pemegang Izin Sementara Praktek Advokat, maka ia terikat dan

Sedangkan untuk teknik kelompoknya diimplementasikan dengan bukti berupa pertemuan guru (rapat bersama seluruh guru al- Quran SDI Sari Bumi, kepsek dan koordinator

Dalam penelitian ini skala pengukuran yang digunakan oleh peneliti yaitu skala ordinal karena data yang diperoleh dalam penelitian adalah data yang telah dikategorikan

Laporan-laporan yang dihasilkan dari berbagai aplikasi sistem informasi yang ada pada perusahaan sering kali tidak mendukung kebutuhan laporan yang diinginkan oleh pihak

Permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini adalah Bagaimana perkembangan hubungan kerjasama organisasi internasional ASEAN dengan subjek hukum internasional