Aspek Pembiayaan BAB IX - 1
9.1 Arahan Kebijakan Pembiayaan Bidang Cipta Karya
Pembiayaan pembangunan bidang Cipta Karya dalam peraturan dan perundangan terkait, antara
lain:
1. Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah: Pemerintah daerah diberikan
hak otonomi daerah, yaitu hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur
dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai
dengan peraturan perundang- undangan. Dalam hal ini, Pemerintah Daerah menyelenggarakan
urusan pemerintahan yang menjadi kewenangannya, kecuali urusan pemerintahan yang menjadi
urusan Pemerintah Pusat yaitu politik luar negeri, pertahanan, keamanan, yustisi, moneter dan
fiskal nasional, serta agama.
2. Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah
Pusat dan Daerah untuk mendukung penyelenggaraan otonomi daerah, pemerintah daerah
didukung sumber-sumber pendanaan meliputi Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan,
Pendapatan Lain yang Sah, serta Penerimaan Pembiayaan. Penerimaan daerah ini akan
digunakan untuk mendanai pengeluaran daerah yang dituangkan dalam Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah (APBD) yang ditetapkan melalui Peraturan Daerah.
3. Peraturan Pemerintah No. 55 Tahun 2005 Tentang Dana Perimbangan: Dana Perimbangan
terdiri dari Dana Alokasi Umum, Dana Bagi Hasil, dan Dana Alokasi Khusus. Pembagian DAU
dan DBH ditentukan melalui rumus yang ditentukan Kementerian Keuangan. Sedangkan DAK
digunakan untuk mendanai kegiatan khusus yang ditentukan Pemerintah atas dasar prioritas
nasional. Penentuan lokasi dan besaran DAK dilakukan berdasarkan kriteria umum, kriteria
khusus, dan kriteria teknis.
4. Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara
Pemerintah, pemerintahan Daerah Provinsi, Dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota: Urusan
pemerintahan yang menjadi kewenangan pemerintahan daerah, terdiri atas urusan wajib dan
urusan pilihan. Urusan wajib yang menjadi kewenangan pemerintahan daerah untuk
kabupaten/kota merupakan urusan yang berskala kabupaten/kota meliputi 26 urusan, termasuk
bidang pekerjaan umum. Penyelenggaraan urusan pemerintahan yang bersifat wajib yang
berpedoman pada standar pelayanan minimal dilaksanakan secara bertahap dan ditetapkan oleh
Pemerintah. Urusan wajib pemerintahan yang merupakan urusan bersama diserahkan kepada
BAB
Aspek Pembiayaan BAB IX - 2
daerah disertai dengan sumber pendanaan, pengalihan sarana dan prasarana, serta
kepegawaian sesuai dengan urusan yang didesentralisasikan.
5. Peraturan Pemerintah No. 30 Tahun 2011 tentang Pinjaman Daerah: Sumber pinjaman
daerah meliputi Pemerintah, Pemerintah Daerah Lainnya, Lembaga Keuangan Bank dan
Non-Bank, serta Masyarakat. Pemerintah Daerah tidak dapat melakukan pinjaman langsung kepada
pihak luar negeri, tetapi diteruskan melalui pemerintah pusat. Dalam melakukan pinjaman
daerah Pemda wajib memenuhi persyaratan:
a. total jumlah pinjaman pemerintah daerah tidak lebih dari 75%
b. penerimaan APBD tahun sebelumnya;
c. memenuhi ketentuan rasio kemampuan keuangan daerah untuk mengembalikan pinjaman
yang ditetapkan pemerintah paling sedikit 2,5;
d. persyaratan lain yang ditetapkan calon pemberi pinjaman;
e. tidak mempunyai tunggakan atas pengembalian pinjaman yang bersumber dari
pemerintah;
f. pinjaman jangka menengah dan jangka panjang wajib mendapatkan persetujuan
DPRD.
6. Peraturan Presiden No. 67 Tahun 2005 Tentang Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha
dalam Penyediaan Infrastruktur (dengan perubahan Perpres 13/2010 & Perpres 56/2010):
Menteri atau Kepala Daerah dapat bekerjasama dengan badan usaha dalam penyediaan
infrastruktur. Jenis infrastruktur permukiman yang dapat dikerjasamakan dengan badan usaha
adalah infrastruktur air minum, nfrastruktur air limbah permukiman dan prasarana persampahan.
7. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah (dengan perubahan Permendagri 59/2007 dan Permendagri 21/2011): Struktur
APBD terdiri dari:
a. Pendapatan daerah yang meliputi: Pendapatan Asli Daerah, Dana perimbangan, dan
Pendapatan Lain yang Sah.
b. Belanja Daerah meliputi: Belanja Langsung dan Belanja Tidak Langsung.
c. Pembiayaan Daerah meliputi: Pembiayaan Penerimaan dan Pembiayaan Pengeluaran.
8. Peraturan Menteri PU No. 15 Tahun 2010 Tentang Petunjuk Teknis Penggunaan Dana
Alokasi Khusus Bidang Infrastruktur: Kementerian PU menyalurkan DAK untuk pencapaian
sasaran nasional bidang Cipta Karya,
Adapun ruang lingkup dan kriteria teknis DAK bidang Cipta Karya adalah sebagai berikut:
a. Bidang Infrastruktur Air Minum
DAK Air Minum digunakan untuk memberikan akses pelayanan sistem penyediaan air minum
kepada masyarakat berpenghasilan rendah di kawasan kumuh perkotaan dan di perdesaan
Aspek Pembiayaan BAB IX - 3
diutamakan untuk program percepatan pengentasan kemiskinan dan memenuhi sasaran/ target
Millenium Development Goals (MDGs) yang mempertimbangkan:
o Jumlah masyarakat berpenghasilan rendah;
o Tingkat kerawanan air minum.
b. Bidang Infrastruktur Sanitasi
DAK Sanitasi digunakan untuk memberikan akses pelayanan sanitasi (air limbah, persampahan,
dan drainase) yang layak skala kawasan kepada masyarakat berpenghasilan rendah di
perkotaan yang diselenggara-kan melalui proses pemberdayaan masyarakat. DAK
Sanitasi diutamakan untuk program peningkatan derajat kesehatan masyarakat dan memenuhi
sasaran/target MDGs yang dengan kriteria teknis:
o kerawanan sanitasi;
o cakupan pelayanan sanitasi.
9. Peraturan Menteri PU No. 14 Tahun 2011 tentang Pedoman Pelaksanaan Kegiatan
Kementerian Pekerjaan Umum yang Merupakan Kewenanangan Pemerintah dan Dilaksanakan
Sendiri: Dalam menyelenggarakan kegiatan yang dibiayai dana APBN, Kementerian PU
membentuk satuan kerja berupa Satker Tetap Pusat, Satker Unit Pelaksana Teknis Pusat,
dan Satuan Non Vertikal Tertentu. Rencana program dan usulan kegiatan yang diselenggarakan
Satuan Kerja harus mengacu pada RPI2-JM bidang infrastruktur ke-PU-an yang telah disepakati.
Gubernur sebagai wakil Pemerintah mengkoordinasikan penyelenggaraan urusan kementerian
yang dilaksanakan di daerah dalam rangka keterpaduan pembangunan wilayah dan
pengembangan lintas sektor.
Berdasarkan peraturan perundangan tersebut, dapat disimpulkan bahwa lingkup sumber dana
kegiatan pembangunan bidang Cipta Karya yang dibahas dalam RPI2-JM bidan Cipta Karya
meliputi:
1. Dana APBN, meliputi dana yang dilimpahkan Ditjen Cipta Karya kepada Satuan Kerja di
tingkat provinsi (dana sektoral di daerah) serta Dana Alokasi Khusus bidang Air Minum dan Sanitasi.
2. Dana APBD Provinsi, meliputi dana daerah untuk urusan bersama (DDUB) dan dana lainnya
yang dibelanjakan pemerintah provinsi untuk pembangunan infrastruktur permukiman dengan
skala provinsi/regional.
3. Dana APBD Kabupaten/Kota, meliputi dana daerah untuk urusan bersama (DDUB) dan
dana lainnya yang dibelanjakan pemerintah kabupaten untuk pembangunan infrastruktur
permukiman dengan skala kabupaten/kota.
4. Dana Swasta meliputi dana yang berasal dari skema kerjasama pemerintah dan swasta
Aspek Pembiayaan BAB IX - 4
5. Dana Masyarakat melalui program pemberdayaan masyarakat.
6. Dana Pinjaman, meliputi pinjaman dalam negeri dan pinjaman luar negeri.
Dana-dana tersebut digunakan untuk belanja pembangunan, pengoperasian dan pemeliharaan
prasarana yang telah terbangun, serta rehabilitasi dan peningkatan prasarana yang telah ada. Oleh
karena itu, dana-dana tersebut perlu dikelola dan direncanakan secara terpadu sehingga optimal dan
memberi manfaat yang sebesar-besarnya bagi peningkatan pelayanan bidang Cipta Karya.
Proses Pemprograman dan Penganggaran bidang Cipta Karya terbagi menjadi 3 tahapan utama, yaitu:
a. Penyusunan program, merupakan rangkaian aktivitas penyiapan usulan kegiatan ke-Cipta Karya-an
di tingkat Kabupaten/Kota maupun Provinsi berupa identifikasi, formulasi dan sinkronisasi yang
selaras dengan pencapaian sasaran kinerja program pembinaan dan pengembangan infrastruktur
permukiman, peningkatan kualitas kegiatan dan penanganan isu-isu strategis bidang Cipta Karya.
Gambar 9.1. Proses Penyusunan Program dan Anggaran Bidang Cipta Karya
b. Perencanaan Anggaran, merupakan rangkaian aktivitas penyiapan pelaksanaan program dan
rencana anggaran di Kabupaten/Kota maupun Provinsi. Dikarenakan adanya keterbatasan
anggaran, sehingga tidak semua kegiatan dapat diakomodasi untuk di danai. Oleh karena itu
diperlukan adanya mekanisme pemilihan prioritas kegiatan anggaran.
Gambar 9.1 Proses Penyusunan Program dan Anggaran Bidang Cipta Karya
b. Perencanaan Anggaran, merupakan rangkaian aktivitas penyiapan pelaksanaan program dan
rencana anggaran di Kabupaten/Kota maupun Provinsi. Dikarenakan adanya keterbatasan
anggaran, sehingga tidak semua kegiatan dapat diakomodasi untuk di danai. Oleh karena itu
Aspek Pembiayaan BAB IX - 5
9.1.1 Prioritas Kabupaten/Kota Strategis Nasional
a. Pusat Kegiatan Nasional (PKN), Pusat-Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) di dalam
KSN dan kabupaten/kota di dalam kawasan metropolitan, serta kawasan strategis lainnya
(KEK, MP3EI);
b. Telah memiliki Perda RTRW dan tergabung dalam Program Kota Hijau, Kota Pusaka, dan
Perdesaan Lestari;
c. Telah memiliki pedoman rencana dan program yang berkualitas di Bidang Cipta Karya (RPIJM,
SPPIP, RPKPP, RTBL, SSK, RISPAM).
9.1.2 Prioritas Penanganan Bidang Cipta Karya
a. Telah memiliki pedoman rencana dan program yang berkualitas untuk pemenuhan SPM
Bidang Cipta Karya di Daerah;
b. Karakteristik daerah: rawan bencana alam, cakupan air minum/sanitasi rendah, permukiman
kumuh, daerah kritis (miskin);
c. Memiliki komitmen tinggi dan responsif program;
9.1.3 Inovasi Baru/Creative Program
a. Di luar dua kategori tersebut di atas, terdapat usulan daerah dan program bersifat inovasi baru
untuk dijadikan creative program DJCK;
b. Diusulkan oleh daerah secara kompetitif dan selektif;
c. Ditujukan termasuk untuk memfasilitasi daerah berprestasi.
d. Penyusunan anggaran, merupakan rangkaian aktivitas yang dimulai sejak ditetapkannnya Pagu
Anggaran sampai menjadi dokumen Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) Satuan Kerja
Aspek Pembiayaan BAB IX - 6
Gambar 9.2 Mekanisme Penyaringan Program Anggaran dan Kegiatan
9.2 Profil Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kota Sibolga
Struktur APBD Kabupaten/Kota selama 3-5 tahun terakhir dengan sumber data berasal dari dokumen
Realiasasi APBD dalam 5 tahun terakhir. Komponen yang dianalisis berdasarkan format Permendagri
No. 13 Tahun 2006 adalah sebagai berikut:
a. Belanja Daerah yang meliputi: Belanja Langsung dan Belanja Tak Langsung.
b. Pendapatan daerah yang meliputi: Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, dan
Pendapatan Lain yang Sah.
c. Pembiayaan Daerah meliputi: Pembiayaan Penerimaan dan Pembiayaan Pengeluaran
Pemerintah Kota Sibolga mulai berpacu diri untuk melaksanakan pembangunan di segala bidang demi
memakmurkan seluruh rakyatnya sesuai tuntutan pembangunan era otonomi. Untuk itu, di dalam
melaksanakan proses pembangunan wilayahnya, pemerintah kabupaten akan membutuhkan
sumber-sumber pembiayaan untuk menjalankan roda pemerintahan.
Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan salah satu sumber pembiayaan untuk pembangunan
Aspek Pembiayaan BAB IX - 7
9.2.1 Keuangan
Realisasi penerimaan Pemerintah Kota Sibolga pada tahun 2013 sebesar 462,58 milyar rupiah dimana dari total realisasi penerimaan tersebut sebesar 83,94 persen berasal dari dana perimbangan, Lain-lain Pendapatan Daerah Yang sah 6,36 persen dan PAD 9,70 persen. Sedangkan realisasi pengeluaran daerah yang sebesar
450,89 milyar rupiah tersebut terbagi untuk belanja tak langsung sebesar 50,84 persen dan 49,16 persen adalah belanja langsung
Tabel 9.1 Realisasi Penerimaan Daerah Kota Sibolga Menurut Jenis Penerimaan, 2011-2013 (000 rupiah)
b. Hasil Retribusi Daerah 8 155 367 13 643 688 13 480 244
c. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan
4 900 510 5 396 031 5 845 110
d. Penerimaan PAD lain-lain Yang Sah 3 859 228 3 702 816 3 969 951
2. Dana Perimbangan/Balanced Budget 290 945 768 333 434 803 388 296 338 a. Bagi Hasil Pajak + Bagi Hasil Bukan 19 786 320 21 271 436 20 314 797
Pajak/Tax Share + Non Tax Share
Aspek Pembiayaan BAB IX - 8
Tabel 9.2 Realisasi Pengeluaran Daerah Kota Sibolga Menurut Jenis Penerimaan, 2011-2013 (000 rupiah)
Jenis Pengeluaran/Type of Expenditure 2011 2012 2013 (1) (2) (3) (4) - Sisa Penghitungan Anggaran Tahun
Lalu
Aspek Pembiayaan BAB IX - 9 1. Sibolga Ilir 44 655 109 34 430 078 77,10
2. Angin Nauli 30 263 857 25 716 307 84,97
3. Huta Tonga-tonga 78 378 271 55 758 374 71,14
4. Huta Barangan 20 266 356 16 227 274 80,07
5. Simare-mare 180 899 442 127 144 682 70,28
SIBOLGA KOTA 1 175 188 216 1 006 194 544 85,62
1. Kota Baringin 203 412 070 163 993 078 80,62
2. Pasar Baru 431 009 574 392 480 808 91,06
3. Pasar Belakang 315 972 349 277 697 632 87,89
4. Pancuran Gerobak 224 794 223 172 023 026 76,52
SIBOLGA SELATAN 310 672 639 208 452 776 67,10
1. Aek Habil 59 078 694 38 620 333 65,37
2. Aek Manis 118 871 667 84 615 997 71,18
3. Aek Parombunan 104 797 757 64 258 533 61,32
4. Aek Muara Pinang 27 924 521 20 957 913 75,05
SIBOLGA SAMBAS 405 389 110 309 492 225 76,34
1. Pancuran Pinang 76 178 430 44 449 913 58,35
2. Pancuran Kerambil 67 448 175 53 048 215 78,65
3. Pancuran Dewa 175 059 813 158 884 674 90,76
4. Pancuran Bambu 86 702 692 53 109 423 61,25 Tabel 9.3Realisasi Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) Menurut
9.3. Profil Investasi Pembangunan Bidang Cipta Karya
Investasi pembangunan khusus bidang Cipta Karya di Kota Sibolga selama 3-5 tahun terakhir yang
bersumber dari APBN, APBD, perusahaan daerah dan masyarakat/swasta
9.3.1 Perkembangan Investasi Pembangunan Cipta Karya Bersumber dari APBN dalam 5 Tahun
Pembangunan infratruktur permukiman Kota Sibolga adalah merupakan tanggung jawab Pemda, Ditjen
Cipta Karya juga turut melakukan pembangunan infrastruktur sebagai stimulan kepada daerah agar
dapat memenuhi SPM. Setiap sektor yang ada di lingkungan Ditjen Cipta Karya menyalurkan dana ke
daerah melalui Satuan Kerja Non Vertikal (SNVT) sesuai dengan peraturan yang berlaku (PermenPU
No. 14 Tahun 2011). Data dana yang dialokasikan pada suatu kabupaten/kota perlu dianalisis
untuk melihat trend alokasi anggaran Ditjen Cipta Karya dan realisasinya di daerah tersebut.
Aspek Pembiayaan BAB IX - 10
pendanaan pembangunan infrastruktur permukiman juga dilakukan melalui penganggaran Dana Alokasi
Khusus. DAK merupakan dana APBN yang dialokasikan ke daerah tertentu dengan tujuan
mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah sesuai prioritas nasional.
Prioritas nasional yang terkait dengan bidang Cipta Karya adalah pembangunan air minum dan
sanitasi. DAK Air Minum digunakan untuk memberikan akses pelayanan sistem penyediaan air
minum kepada masyarakat berpenghasilan rendah di kawasan kumuh perkotaan dan di perdesaan
termasuk daerah pesisir dan permukiman nelayan. Sedangkan DAK Sanitasi digunakan untuk
memberikan akses pelayanan sanitasi (air limbah, persampahan, dan drainase) yang layak skala
kawasan kepada masyarakat berpenghasilan rendah di perkotaan yang diselenggarakan melalui
proses pemberdayaan masyarakat. Besar DAK ditentukan oleh Kementerian Keuangan
berdasarkan Kriteria Umum, Kriteria Khusus dan Kriteria Teknis. Dana DAK ini perlu dilihat alokasi