• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENCEGAHAN MASALAH HUKUM PEMDA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENCEGAHAN MASALAH HUKUM PEMDA"

Copied!
52
0
0

Teks penuh

(1)

Diselenggarakan

Pada tanggal 26 Juli 2018

(2)

PENCEGAHAN

PERMASALAHAN HUKUM

DILINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH

Oleh :

Dr. T. Saiful Bahri Johan

BIRO HUKUM SETJEN

(3)

IDENTITAS DIRI:

NAMA : TEUKU SAIFUL BAHRI JOHAN TMPT/TGL LHR : SIGLI – ACEH, 15 AGUSTUS 1962

PENDIDIKAN : - PROGRAM KAJIAN ILMU HUKUM/PERUNDANGAN UI - JAKARTA - PROGRAM PASCASARJANA ILMU POLITIK UGM - YOGAJAKARTA - PROGRAM DOKTOR ILMU HUKUM UNDIP - SEMARANG

STATUS KEL : BERKELUARGA, 1 ISTRI, 2 PUTRA & 3 PUTRI NOMOR TLP : HP. 08151659939 K. 021- 3459339 R. 021-7422489 E-mail : mrhasan95@yahoo.com

RIWAYAT PEKERJAAN:

STAF PADA PUSAT KAJIAN HUKUM KEMDAGRI STAF PADA DITJEN OTDA KEMDAGRI

STAF PADA STAF AHLI MENTERI DALAM NEGERI STAS PADA BIRO HUKUM KEMDAGRI

STAF PADA PUSAT KAJIAN KEBIJAKAN STRATEGIS KEMDAGRI STAF PADA BIRO HUKUM KOMISI PEMILIHAN UMUM RI

STAF PENGAJAR PADA BPSDM KEMDAGRI & BPSDM KEMKUMHAM

STAF PENGAJAR PADA PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM JAKARTA

STAF PENGAJAR PADA PROGRAM PASCA SARJANA SEKOLAH TINGGI ILMU HUKUM -JKT STAF PENGAJAR PADA SEKOLAH TINGGI ILMU PEMERINTAHAN – JAKARTA

STAF PENGAJAR AUDITOR HUKUM PADA JIMLY SCHOOL OF LAW AND GOVERNMENT

(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)

PERBUATAN HUKUM

OLEH PENGUASA

Dilakukan Berdasarkan Peraturan

Vs

perbuatan melawan hukum

Dilakukan Berdasarkan Kewenangan

Vs

perbuatan penyalahguanaan wewenang

Dilakukan Berdasarkan Kepatutan

Vs

perbuatan tercela

(11)

Dalam

hukum administrasi negara

dan 

hukum pidana

Keterkaitan

hukum administrasi

negara dan hukum pidana

menimbul-kan pertanyaan:

kapan seorang aparatur negara itu

melakukan perbuatan melawan

hukum yang masuk dalam ruang

lingkup hukum pidana; dan

kapan dapat dikatakan melakukan

penyalah-gunaan wewenang yang masuk dalam ruang lingkup hukum administrasi

(12)

Dalam Hukum Pidana

 Pada kenyataannya hukum pidana menganut 

prinsip personal responsibility” yang  artinya tanggung jawab pidana adalah  tanggung jawab pribadi. 

 Hal ini secara langsung telah memberi garis  batas yang jelas dalam hal ditemukan adanya 

“wilayah abu-abu” dalam peririsan antara  hukum administrasi dengan hukum pidana. 

 Sehingga hukum administrasi berlaku prinsip

(13)

Batas kebebasan kewenangan

Aparatur Negara

 Dalam kerangka Hukum Administrasi Negara, yang membatasi gerak bebas kewenangan

Aparatur Negara (“discretionary power”) adalah:

penyalahgunaan wewenang (detournement de povouir) dan

sewenang-wenang (abus de droit),

 Sedangkan dalam area Hukum Pidana kriteria yang membatasi gerak bebas kewenangan

Aparatur Negara berupa unsur:

perbuatan melawan hukum wederrechtelijkheid” (Pasal 2 UUTPK) dan

(14)

Bentuk Tipikor/Menyalahi Wewenang

Pemberian Suap/Sogok (Bribery

Penggelapan (Embezzlement

Pemalsuan (Fraud

Pemerasan (Extortion

Penyalahgunaan Jabatan atau Wewenang (Abuse of Power

Pertentangan Kepentingan/Memiliki Usaha Sendiri

(Internal/Insider Trading

Pilih Kasih (Favoritism

Menerima Komisi (Commision

Nepotisme (Nepotism

(15)

“ PETUNJUK “

Asal perolehannya :

Keterangan

Saksi Surat Keterangan Terdakwa

Alat bukti lain yang berupa informasi yang di ucapkan, dikirim,  diterima atau disimpan secara elektronik dengan alat optic atau yang 

serupa, dari dokumen-dokumen  

(16)

BATASAN TINDAKAN

APARAT KEPOLISIAN

 

Setiap Anggota Kepolisian Negara RI senantiasa menghindarkan  diri dari perbuatan tercela yang dapat merusak kehormatan  profesi dan organisasinya, dengan tidak melakukan tindakan-tindakan berupa:

a.Bertutur kata kasar dan bernada kemarahan;

b.Menyalahi dan atau menyimpang dari prosedur tugas; c.Bersikap mencari-cari kesalahan masyarakat;

d.Mempersulit masyarakat yang membutuhkan bantuan/ pertolongan;

e.Menyebarkan berita yang dapat meresahkan masyarakat; f.Melakukan perbuatan yang dirasakan merendahkan martabat perempuan;

g.Melakukan tindakan yang dirasakan sebagai perbuatan  menelantarkan anak-anak di bawah umur; dan

h.Merendahkan harkat dan martabat manusia

(17)

Lanjutan 

Setiap petugas/anggota Polri dilarang melakukan:

a. penangkapan dan penahanan secara sewenang-wenang dan tidak berdasarkan hukum;

b. penyiksaan tahanan atau terhadap orang yang disangka terlibat dalam kejahatan;

c. pelecehan atau kekerasan seksual terhadap tahanan atau orang-orang yang disangka terlibat dalam kejahatan;

d. penghukuman dan/atau perlakuan tidak manusiawi yang merendahkan martabat manusia;

e. korupsi dan menerima suap;

f. menghalangi proses peradilan dan/atau menutup-nutupi kejahatan;

g. penghukuman dan tindakan fisik yang tidak berdasarkan hukum (corporal punishment);

h. perlakuan tidak manusiawi terhadap seseorang yang melaporkan  kasus pelanggaran HAM oleh orang lain;

i. melakukan penggeledahan dan/atau penyitaan yang tidak berdasarkan hukum;

j. menggunakan kekerasan dan/atau senjata api yang berlebihan

(18)

Lanjutan 

Dalam melaksanakan kegiatan penyelidikan, setiap petugas  Polri dilarang:

a.melakukan intimidasi, ancaman, siksaan fisik, psikis ataupun seksual untuk mendapatkan informasi,

keterangan atau pengakuan;

b.menyuruh atau menghasut orang lain untuk melakukan tindakan kekerasan di luar proses hukum atau secara

sewenang-wenang;

c.memberitakan rahasia seseorang yang berperkara; d.memanipulasi atau berbohong dalam membuat atau menyampaikan laboran hasil penyelidikan;

e.merekayasa laporan sehingga mengaburkan investigasi atau memutarbalikkan kebenaran;

f.melakukan tindakan yang bertujuan untuk meminta imbalan dari pihak yang berperkara.

(19)

Lanjutan 

Sejak diundangkannya UU No 30 Tahun 2014 ttg 

AP (tgl17 Oktober 2014) sebenarnya telah 

gugur kapasitas penyidik dalam menilai suatu  perbuatan yang diduga penyalahgunaan

wewenang karena telah beralih kepada 

Pengadilan TUN untuk diuji terlebih dahulu (Pasal  21 ayat (1) UU AP), yaitu:

Pengadilan berwenang menerima, memeriksa, dan memutuskan ada atau tidak ada unsur

penyalahgunaan Wewenang yang dilakukan oleh Pejabat Pemerin-tahan

Catatan:

(20)

Lanjutan 

 Dengan demikian unsur “menyalahgunakan kewenangan” dalam Pasal 3 UU No 31 Tahun  1999 ttg Tipikor, memiliki pengertian yang sama  dengan “penyalahgunaan kewenangan”

dalam Pasal 21(1) UU No 30 Tahun 2014 ttg AP,  atau

bahwa ketentuan Pasal 21 ayat (1) UU No 30 

Tahun 2014 harus dimaknai telah mencabut kewenangan yang dimiliki penyidik dalam 

melakukan penyidikan terhadap penyalahgunaan  wewenang yang dilakukan oleh seorang 

(21)

PERLINDUNGAN & SANKSI BAGI PEJABAT Berdasarkan UU 30 tahun 2014

Pasal 6 ayat (2) huruf i

Pejabat pemerintah memiliki hak memproleh perlindungan hukum dalam mengambil keputusan dan/atau tindakan.

Pasal 24 huruf f

Pejabat pemerintahan yang menggunakan diskresi harus dilakukan dengan iktikad baik.

Pasal 25 ayat (2) 

Diskresi harus disetujui atasan bila menimbulkan akibat hukum yang berpotensi membebani keuangan negara.

Pasal 70 ayat (3)

Pejabat pemerintah wajib mengembalikan uang kas negara

atas keputusan yang mengakibatkan pembayaran negara tidak sah.

Pasal 80 ayat (4)

Pejabat yang membuat keputusan yang menimbulkan kerugian pada keuangan negara, perekonomian nasional, dan/atau

merusak lingkungan hidup dikenai sanksi administratif berat

(22)

BATAS WEWENANG

bahwa wewenang Badan dan/atau 

Pejabat Pemerintahan dibatasi oleh: 

a. masa atau tenggang waktu Wewenang;  b. wilayah atau daerah berlakunya 

Wewenang; dan 

c. cakupan bidang atau materi Wewenang.

Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan 

yang telah berakhir masa atau tenggang 

waktu Wewenang tidak dibenarkan 

(23)

Lanjutan 

Secara substansial bahwa setiap

kewenangan memiliki tujuan tertentu

yang dikenal dengan asas

spesialitas

(

specialialiteit beginsel

)

Penyimpangan terhadap asas ini akan

melahirkan penyalahgunaan

(24)

Diskresi yang berpotensi

membebani keuangan

Adapun penggunaan Diskresi yang 

berpotensi mengubah alokasi anggaran 

wajib memperoleh persetujuan dari 

Atasan Pejabat sesuai dengan ketentuan 

perat per-uu-an. 

Persetujuan dimaksud dilakukan apabila 

penggunaan Diskresi menimbulkan 

(25)

Lanjutan 

bahwa

Kebijakan publik yang dibuat

dan dijalankan dengan itikad baik,

tidak dapat dikriminalisasikan

.

 Sebaliknya kebijakan yang dibuat dan

dijalankan

dengan itikad buruk

(melawan hukum dan atau

menyalahgunakan wewenang) yang

disadarinya membawa dampak

merugikan keuangan negara atau

perekonomian negara

, adalah

(26)

Lanjutan 

bahwa Keputusan Pejabat Negara baik

dalam rangka

“beleid”

(“vrijsbestuur”

)

maupun

“diskresi”

(kebijaksanaan -

discretionary power”

) tidak dapat

dilarikan ke area Hukum Pidana. 

Meskipun dalam kebijakan terjadi suatu

penyimpangan administratif, namun

penilaian terhadap penyimpangan itu

tetap masuk dalam ranah Hukum

(27)

PENYALAHGUNAAN KEWENANGAN

(Yurisprudensi)

Putusan MA Nomor 979 K/Pid/2004

menyatakan Penyalahgunaan kewenangan

dalam arti menyalahgunakan prosedur yang  seharusnya dipergunakan untuk mencapai tujuan  tertentu, tetapi telah menggunakan prosedur lain agar terlaksana;  

Putusan MA Nomor 742 K/Pid/2007 dijelaskan  unsur “menyalahgunakan kewenangan dalam  Pasal 3 UU no. 31 Tahun 1999 berpedoman pada 

Putusan MA No 1340 K/Pid/1999 yang telah  mengambil pengertian “menyalahgunakan

kewenangan” pada Pasal 52 ayat (2) huruf b UU  No. 5 Tahun 1986 yaitu telah menggunakan

wewenangnya untuk tujuan lain dari maksud  diberikan wewenang tersebut atau dikenal dengan 

(28)

Lanjutan 

Frasa menyalahgunakan kewenangan/ 

penyalahgunaan wewenang dalam 

rumusan 

Pasal 3 UU Tipikor

, yang 

bunyi:

Setiap orang yang dengan tujuan meng-untungkan diri sendiri atau orang lain

atau suatu korporasi, menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan yang dapat merugikan

(29)

Dalam Hukum Administrasi Negara

Penyalahgunaan kewenangan mem-punyai karakter atau ciri :

Menyimpang dari tujuan atau maksud 

dari suatu pemberian kewenangan;

Menyimpang dari tujuan atau maksud 

dalam kaitannya dengan asas legalitas;

Menyimpang dari tujuan atau maksud 

(30)

Lanjutan 

Penyalahgunaan wewenang yang dilakukan 

oleh aparatur negara dengan 

tujuan-tujuan

 

yang 

tidak dibenarkan

dan mengakibatkan 

kerugian negara atau perekonomian negara, 

maka hal tersebut merupakan 

perbuatan

melawan hukum

yang dipertanggung 

(31)

Lanjutan 

Parameter perat per-uu-an maupun asas-asas

umum pemerintahan yang baik dipergunakan untuk membuktikan instrumen atau modus

penyalahgunaan kewenangan (penyalahgunaan kewenangan dalam Pasal 3 UUPTPK).

Penyalahgunaan kewenangan baru dapat

diklasifikasikan sebagai tindak pidana, apabila

terdapat kerugian negara atau

perekonomian negara.

Dalam hal tindak pidana korupsi suap, gratifikasi,

dan pemerasan, tersangka mendapat keuntung-an, masyarakat tidak dilayani, perbuatan tsb

(32)

Lanjutan 

Dengan adanya UU AP, maka kata 

"dapat"

 

dalam Pasal 2 Ayat (1) dan ayat (3) UU 

Tipikor mengalami pergeseran paradigma.

Karena kata 

"dapat

" dalam Pasal 2 Ayat 

(1) dan Pasal 3 UU Tipikor telah diuji dan 

diputuskan oleh MK (

Putusan Nomor

003/PUU-IV/2006),

 MK menyatakan 

bahwa norma a quo 

tidak bertentangan

dengan UUD 1945 

sepanjang

ditafsirkan 

bahwa unsur kerugian negara 

harus

dibuktikan dan harus dapat dihitung

 

meskipun sebagai 

perkiraan atau

(33)

Lanjutan 

Sebelum

Puts MK 25/2016

, pemahaman

kata

"dapat"

dalam Pasal 2 Ayat (1) dan

Pasal 3 UU Tipikor telah menyebabkan

perbuatan yang dituntut di depan

peng-adilan

bukan saja

karena perbuatan

meru-gikan keuangan atau perekonomian

negara secara nyata, akan tetapi

perbuatan “

yang hanya dapat"

menimbulkan kerugian sekalipun

(34)

Lanjutan 

Akibat Puts MK 25/2016 tsb, KPK dan 

penegak hukum lainnya akan sangat 

bergantung pada pemeriksa keuangan 

(SEMA No 4 Tahun 2016) yaitu BPK. 

Adanya ruang upaya hukum bagi para 

terdakwa dengan dalih Putusan MK tsb, 

bahwa 

"Apabila BPK tidak segera

(35)
(36)

PENGERTIAN

Advokasi  adalah  pembelaan,  sokongan 

atau  bantuan  terhadap  seseorang  yang 

mempunyai permasalahan hukum.

Pegawai  Negeri  Sipil  (PNS)  Kemendagri 

(37)

DASAR HUKUM

Pasal 92 huruf d Ayat (1) dan ayat (3) 

Undang-undang Nomor 5 Tahun 2014 

tentang Aparatur Sipil Negara.

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 

12 Tahun 2014 tentang Pedoman 

Penanganan Perkara di Lingkungan 

Kementerian Dalam Negeri dan 

(38)

BANTUAN HUKUM

BAGI APARATUR SIPIL NEGARA

Dengan lahirnya UU 5/2014 ttg ASN, dan 

UU 30/2014 ttg AP semakin memperkokoh 

adanya kewajiban negara untuk 

memberikan perlindungan, pendampingan 

dan bantuan hukum kepada ASN yang 

terjerat hukum karena pelaksanaan 

tugasnya

Bantuan hukum tidak diberikan kepada 

ASN yang terlibat masalah hukum/tindak 

pidana khusus (korupsi, narkoba dan 

(39)

DALAM KASUS KEPEGAWAIAN

Sebagai turunan UU Nomor 5 tahun 

2014 tentang ASN, Pemerintah telah 

mengeluarkan PP Nomor 11 Tahun 

2017 tentang Manajemen Pegawai 

Negeri Sipil (PP Manajemen PNS), 

ditandatangani Presiden Joko Widodo 

pada 30 Maret 2017, 

antara lain mengatur mengenai 

(40)

Lanjutan 

PNS dapat 

diberhentikan dengan

hormat

 atau 

tidak diberhentikan

 

karena dihukum penjara yang telah 

berkekuatan hukum tetap 

(

inkracht van gewijsde

) karena 

melakukan tindak pidana dengan 

hukum pidana penjara p.skt 2 (dua) 

tahun dan pidana yang dilakukan 

tidak berencana.

(41)

Lanjutan 

 PNS yang pidana penjara 2 tahun atau lebih  yang telah berkekuatan hukum tetap karena  melakukan tindak pidana tidak dengan

berencanatidak diberhentikan sebagai PNS apabila: 

 perbuatannya tidak menurunkan harga dan  martabat PNS; 

mempunyai prestasi yang baik; 

 tidak mempengaruhi lingkungan kerja  setelah diaktifkan kembali; dan

 tersedia lowongan jabatan.

(42)

Lanjutan 

 PNS yang tidak diberhentikan, selama ybs  menjalani pidana penjara tetap berstatus sebagai PNS dan tidak menerima hak 

kepegawaiannya sampai diaktifkan kembali  sebagai PNS.

 PNS dapat diaktifkan kembali jika terdapat  lowongan jabatan, dan jika tidak terdapat  lowongan p.lm 2 tahun, maka PNS ybs 

diberhentikan dengan hormat. 

 PNS yang menjalani pidana penjara sudah 

berusia 58 tahun diberhentikan dengan hormat 

(43)

Lanjutan 

 PNS dapat diberhentikan dengan tidak hormat apabila PNS  ybs memenuhi ketentuan sbb:

 melakukan penyelewengan terhadap Pancasila dan UUD  Negara RI Tahun 1945;  

 dipidana penjara atau kurungan yang telah berkrkuatan  hukum tetap karena melakukan tindak kejahatan jabatan  atau tindak pidana kejahatan yang ada hubungannya 

dengan jabatan dan/atau pidana umum;

 menjadi angota dan/atau pengurus parpol.

 dipidana dengan pidana penjara yang telah berkekuatan  hukum tetap karena melakukan tindak pidana dengan  hukuman pidana penjara p.skt 2 tahun dan pidana yang  dilalukan dengan berencana

.

(44)

Lanjutan 

 PNS yang dipidana dengan pidana penjara  kurang dari 2 tahun yang telah berkekuatan  hukum tetap karena melakukan tindak pidana  dengan berencana, diberhentikan dengan

hormat tidak atas permintaan sendiri sebagai  PNS

PNS diberhentikan dengan hormat tidak atas 

permintaan sendiri apabila:

 PNS melakukan pelanggaran disiplin PNS tingkat berat  sebagai-mana diatur dalam peraturan mengenai 

disiplin PNS.

 PNS terbukti menggunakan ijazah palsu. 

(45)

ARAH PENGATURAN

PERMENDAGRI NO 12 TAHUN 2014

 Penegasan tugas Bagian Penyelesaian Sengketa  Dan Bantuan Hukum

Maksimalisasi SDM Bagian Penyelesaian 

Sengketa Dan Bantuan Hukum

 Standarisasi metode penyelesaian permasalahan  litigasi dan non litigasi

 Penjelasan terkait pendanaan dalam 

(46)

RUANG LINGKUP DAN BATASAN

ADVOKASI HUKUM OLEH BIRO HUKUM

Pejabat, Pegawai yang dimintai keterangan/ 

Kesaksian sebagai saksi/ahli dalam proses 

penyelidikan dan penyidikan dalam perkara 

tindak pidana oleh penyelidik/penyidik dapat 

memperoleh bantuan hukum.

Advokasi hukum yang diberikan kepada 

Pejabat atau pegawai dalam hal keterangan/

kesaksian atas suatu tindak pidana 

yang

terkait dengan tugas kedinasan

 

dilakukan ketika masih berstatus sebagai 

Pejabat atau pegawai di lingkungan 

(47)

MEKANISME

PELAKSANAAN ADVOKASI HUKUM

Mengajukan permohonan Advokasi Hukum 

kepada Kepala Biro Hukum secara tertulis 

dengan mengetahui Sekretaris Jenderal.

Permohonan Advokasi Hukum sekurang-kurangnya memuat uraian singkat pokok 

masalah hukum yang dimohonkan 

pemberian bantuan hukum dan 

(48)

BENTUK ADVOKASI HUKUM

 Nasehat dan konsultasi hukum yang berkaitan 

dengan materi hukum Bidang hukum tata usaha  negara, perdata atau pidana

 Memberikan Pemahaman tentang ketentuan 

hukum acara tata usaha negara, perdata atau  pidana yang harus dijalani oleh PNS ybs

 Pendampingan hukum kepada PNS yang terlibat 

dalam permasalahan hukum

 Mengkoordinasikan dengan Komponen terkait 

dalam menyiapkan materi hukum untuk 

(49)

PENINGKATAN

UPAYA ADVOKASI BAGI ASN

Membentuk LKBH KORP-ASN pada 

Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah

LKBH KORP-ASN bekerjasama dengan 

Advokat/ Pengacara dalam penanganan 

perkara pidana PNS yang terkait dengan 

tugas-tugas kedinasan 

(50)

PEMBIAYAAN ADVOKASI HUKUM

PIDANA PADA LKBH KORP-ASN

 Pada Pemerintah Pusat dibiayai oleh Anggaran 

Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)

 Pada Pemerintah Daerah dibiayai oleh 

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah  (APBD)

 Apabila belum ada alokasi anggaran 

pembiayaan advokasi hukum pada mata 

(51)

KESIMPULAN

Bahwa penanganan penyelesaian perkara 

dan bantuan hukum terkait kedinasan di 

lingkungan Kementerian Dalam Negeri 

dilaksanakan oleh Biro Hukum.

Dikecualikan terhadap perkara lanjutan 

dalam tindak pidana setelah proses 

penyelidikan dan penyidikan dimana ybs 

telah ditetapkan sebagai Tersangka, 

(52)

52

52

S U M A T E R A K A L I M A N T A N

J A V A

I R I A N J A Y A

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan tinjauan dari Song dan Li, penelitian peramalan tourism demand nasional, dan ditunjang dengan perkembangan software peramalan, maka perlu dilakukan

Jika kita mengikuti konsep di atas, maka yang dapat digolongkan sebagai desa perkotaan pada tahun 1971 adalah semua desa yang tergolong sebagai desa perkotaan pada

Bahwa untuk itu, Peraturan Bupati ini dibentuk sebagai tindaklanjut dari Keputusan Menteri Kesehatan tersebut dengan muatan materinya meliputi penggunaan biaya pelayanan

Peternak lebih mengerti tentang penyediaan pakan untuk musim kemarau karena dengan adanya program pelatihan pembuatan pakan hijauan fermentasi (silase) yang oleh

Semakin besar pengungkapan informasi sosial yang dilakukan perusahaan, maka dapat menarik perhatian investor terlebih bila didukung dengan profitabilitas yang tinggi,

Inflasi di Kota Tanjung terjadi karena adanya kenaikan indeks harga secara umum yang ditunjukkan pada kelompok Bahan Makanan sebesar 3,46 persen, kelompok Makanan Jadi,

Courses yang sudah terunduh akan masuk ke repository dan juga akan ditampilkan pada aplikasi. Di sisi kanan antarmuka terdapat TextArea yang akan menampilkan summary

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih kedelai varietas Wilis, Baluran, Burangrang, dan aksesi B 3592, alkohol 70%, kloroks, aquades,media dasar