• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN HASIL BELAJAR ETIKA MELALUI MEDIA CERITA BERGAMBAR PADA KELOMPOK B ANAK USIA 5-6 TAHUN DI RA MIFTAHUL HUDA I LOPAIT KECAMATAN TUNTANG KABUPATEN SEMARANG TAHUN PELAJARAN 20162017 SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENINGKATAN HASIL BELAJAR ETIKA MELALUI MEDIA CERITA BERGAMBAR PADA KELOMPOK B ANAK USIA 5-6 TAHUN DI RA MIFTAHUL HUDA I LOPAIT KECAMATAN TUNTANG KABUPATEN SEMARANG TAHUN PELAJARAN 20162017 SKRIPSI"

Copied!
129
0
0

Teks penuh

(1)

i

PENINGKATAN HASIL BELAJAR ETIKA MELALUI

MEDIA CERITA BERGAMBAR PADA KELOMPOK B

ANAK USIA 5-6 TAHUN DI RA MIFTAHUL HUDA I

LOPAIT KECAMATAN TUNTANG KABUPATEN

SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2016/2017

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan

Disusun Oleh :

DINA NUR APRIANI

NIM 11613031

JURUSAN PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)

(2)
(3)

iii

PENINGKATAN HASIL BELAJAR ETIKA MELALUI

MEDIA CERITA BERGAMBAR PADA KELOMPOK B

ANAK USIA 5-6 TAHUN DI RA MIFTAHUL HUDA I

LOPAIT KECAMATAN TUNTANG KABUPATEN

SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2016/2017

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan

Disusun Oleh :

DINA NUR APRIANI

NIM 11613031

JURUSAN PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)

(4)
(5)
(6)
(7)

vii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

Terus berusaha dan tidak mengenal lelah, kegagalan bukanlah penghalang

keberhasilan kita namun salah satu tujuan kita untuk menjadi orang yang lebih

baik dan berhasil.

PERSEMBAHAN

Skripsi ini penulis persembahkan kepada:

1. Bapak ( Ir.Edy Supriyanto) dan Ibu ( Wiwik Suryanti)

2. Para dosenku, saudara-saudaraku,

3. Sahabat-sahabat seperjuangan,

4. Dan suamiku yang selalu setia “mensuportku”,

(8)

viii

KATA PENGANTAR

Bissmillahirahmanirahim...

Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah ST, yang telah

melimpahkan rahmat, taufiq, dan hidayahnya, sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi dengan judul Peningkatan Hasil Belajar Etika Melalui

Media Cerita Bergambar pada Kelompok B usia 5-6 tahun di RA Miftahul Huda I

Lopait Tahun Pelajaran 2016/2017.

Selawat serta salam senantiasa terlimpahkan kepada junjungan kita, Nabi

Muhammad SAW, yang telah membawa risalah Islam yang penuh dengan ilmu

pengetahuan, khususnya ilmu-ilmu keIslaman, sehingga dapat menjadi bekal

hidup kita di dunia dan akhirat kelak.

Suatu kebanggaan tugas ini dapat terselesaikan dengan sebaik-baiknya. Bagi

penulis, penyusunan skripsi ini merupakan tugas yang tidak ringan. Penulis sadar

banyak hambatan yang menghadang dalam proses penyusunan skripsi ini,

dikarenakan keterbatasan kemampuan penulis sendiri. Kalaupun akhirnya skripsi

ini dapat terselesaikan, tentunya karena beberapa pihak yang membantu penulis

dalam penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu penulis ucapkan banyak

terimakasih banyak kepada:

1. Bapak Dr. Rahmat Haryadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga.

2. Bapak Suwardi, M.Pd. selaku Dekan FTIK IAIN Salatiga.

3. Ibu Siti Asdiqoh, M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Islam Anak Usia

(9)

ix

4. Bapak Wahidin, S.Pd.I, M.Pd. Selaku Pembimbing Akademik dari semester

awal hingga semester akhir yang telah mengarahkan dan membimbing penulis.

5. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag. Selaku Pembimbing yang telah mengarahkan,

membimbing, memberikan petunjuk, memberi motivasi dan meluangkan

waktunya dalam penulisan skripsi ini.

6. Bapak dan Ibu dosen IAIN Salatiga yang telah memberikan ilmu, bagian

akademik dan staf perpustakaan yang telah memberikan layanan serta bantuan

kepada penulis.

7. Ibu Rohwayati, S.Pd. selaku Kepala Sekolah RA Miftahul Huda I Lopait,

beserta guru-guru yang telah mengizinkan kepada penulis untuk melakukan

penelitian di RA Miftahul Huda I Lopait.

8. Siswa-siswi Kelompok B RA Miftahul Huda yang telah mendukung dan

membantu penulis melakukan penelitian.

9. Teman PIAUD 2013, yang selalu bersama dalam suka dan duka.

10. Suamiku ( Bayu Aji Perdana) yang telah dengan sabar mengantar penulis untuk

menuntut ilmu dan mensuport penulis.

11. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam meyelesaikan skripsi ini, baik

secara langsung maupun tidak langsung.

Atas semua bantuan yang telah diberikan, penulis hanya dapat berdoa

semoga amal mereka mendapatkan balasan yang lebih baik dan mendapatkan

kesuksesan dunia akhirat, Amin.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna, masih banyak

(10)

x

membangun penulis harapkan dari berbagai pihak baik kebaikan penulisan di

masa yang akan datang. Dan akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini

(11)

xi ABSTRAK

Nur Apriani, Dina. 2017. Peningkatan Hasil Belajar Etika Melalui Media Cerita Bergambar Pada Kelompok B usia 5-6 Tahun Di RA Miftahul Huda I Lopait Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2016/2017. Skripsi, Jurusan Pendidikan Anak Usia Dini. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing Siti Rukhayati, M.Ag.

Kata Kunci: Hasil Belajar Etika, Media Cerita Bergambar

Dalam perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan serta teknologi khususnya dibidang informatika (budaya, sosial masyarakat) perlu diimbangi dengan etika. Terutama bagi kaum pelajar/terdidik adapun etika tersebut harus sudah dikenalkan sedini mungkin.

Etika adalah ajaran tentang baik buruk, yang diterima umum tentang sikap, perbuatan, kewajiban, dan sebagainya. Etika berkaitan dengan pemikiran dan cara bersikap dalam kerangka pemikiran, etika terdiri dari evaluasi masalah dan keputusan yang diprioritaskan seseorang. Bagi para sosiolog, etika adalah adat, kebiasaan, dan perilaku orang-orang dari lingkungan budaya tertentu. Diharapkan etika bisa membantu tingkah laku seseorang untuk berbuat baik dan atau benar, serta memahami perbuatan yang buruk dan atau salah.

Salah satu cara memudahkan anak dalam menerima pembelajaran tentang etika adalah dengan cerita bergambar. Menurut pengamatan cerita bergambar lebih efisien dan efektif karena mudah dipahami dan tingkat keberhasilan cukup. Gambar merupakan suatu media yang digunakan untuk memudahkan anak didik menerima penjelasan dari guru. Adapun KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) Nasional nilai yang ideal adalah 75 dan tingkat keberhasilan kelas ≥ 85% dari jumlah anak. Bila mana PTK ini dinyatakan berhasil jika nilai anak yang telah mencapai KKM (Kriteria

Ketuntasan Minimal) ≥70.

(12)

xii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... ... i

LEMBAR BERLOGO ... ... ii

JUDUL ... ... iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ... iv

PENGESAHAN KELULUSAN ... ... v

PERNYATAAN KEASLIAAN TULISAN ... vi

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... ... vii

KATA PENGANTAR ... ... viii

ABSTRAK ... ... xi

DAFTAR ISI ... ... xii

DAFTAR TABEL ... ... xvi

DAFTAR GAMBAR ... ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... ... xviii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... ... 1

B. Rumusan Masalah ... ... 5

C. Tujuan Penelitian ... ... 6

D. Hipotesis ... ... 6

E. Manfaat Penelitian ... ... 6

F. Definisi Penelitian ... ... 7

(13)

xiii

H. Metode Penelitian ... ... 13

I. Sistematika Penulisan ... ... 20

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hasil Belajar 1. Pengertian Hasil Belajar ... ... 22

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar ... ... 23

B. Pembelajaran Etika 1. Pengertian Pembelajaran ... ... 26

2. Metode Pembelajaran ... ... 28

3. Konsep Etika ... ... 29

4. Etika Guru dan Siswa dalam berbagai Perspektif ... 30

5. Etika Murid dalam Pembelajaran ... ... 34

C. Media Cerita Bergambar 1. Pentingnya Media Pembelajaran ... ... 36

2. Fungsi dan Manfaat Media Pembelajaran ... 38

3. Cerita Bergambar ... ... 43

4. Nilai-nilai Pendidikan dalam Cerita ... 46

5. Kelebihan Gambar ... ... 47

D. Kelompok B Usia 5-6 Tahun 1. Pengertian Anak Usia Dini ... ... 48

(14)

xiv

E. Nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)

1. Pengertian Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) ... 51

2. Tujuan dan Langkah-langkah menentukan KKM ... 52

3. Cara menentukan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) ... 53

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Sejarah Berdirinya RA Miftahul Huda I Lopait ... 55

2. Profil Sekolah ... ... 56

3. Letak Geografis Ra Miftahul Huda I Lopait ... 57

4. Visi, Misi dan Tujuan RA Miftahul Huda I Lopait ... 57

5. Keadaan Siswa dan Guru ... 59

6. Struktur Organisasi ... 60

B. Pelaksanaan Penelitian 1. Deskripsi Pelaksanaan Pra Siklus ... ... 61

2. Deskripsi Penelitian Pelaksanaan Siklus I ... ... 62

3. Deskripsi Pelaksanaan Siklus II ... ... 65

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Per Siklus 1. Ketentuan Penilaian ... ... 68

2. Pra Siklus ... ... 70

3. Siklus I ... ... 74

4. Siklus II ... ... 79

(15)

xv BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... .... 86

B. Saran ... .... 86

Daftar Pustaka ... ... 87

Lampiran-lampiran ... ... 84

(16)

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Daftar Nama Siswa Kelompok B ... ... 59

Tabel 3.2 Daftar Nama Guru RA Miftahul Huda I ... 60

Tabel 4.1 Ketentuan Pemberian Nilai Lembar Kerja Anak ... 68

Tabel 4.2 Indikator yang Diamati Tiap Siklus ... 69

Tabel 4.3 Hasil Penilaian Pra Siklus ... 70

Tabel 4.4 Hasil Pengamatan Guru Pra Siklus ... 72

Tabel 4.5 Hasil Pengamatan Siswa Pra Siklus ... 73

Tabel 4.6 Hasil Penilaian Siklus I ... 74

Tabel 4.7 Hasil Pengamatan Guru Siklus I ... 77

Tabel 4.8 Hasil Pengamatan Siswa Siklus I ... 72

Tabel 4.9 Hasil Penilaian Siklus II ... 78

Tabel 4.10 Hasil Pengamatan Guru Siklus II ... 82

Tabel 4.11 Hasil Pengamatan Siswa Siklus II ... 83

(17)

xvii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Alur PTK menurut Kemmis dan MC Taggart ... 14 Gambar 3.1 Struktur Organisasi RA Miftahul Huda I ... ... 60 Gambar.4.1 Diagram Peningkatan Pemahaman Etika Melalui Media Cerita

(18)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH) Siklus I

Lampiran 2 Lembar Kerja Anak Siklus I

Lampiran 3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH) Siklus II

Lampiran 4 Lembar Kerja Anak Siklus II

Lampiran 5 Foto pelaksanaan Pembelajaran

Lampiran 6 Penunjukkan Dosen Pembimbing

Lampiran 7 Surat Permohonan Ijin Penelitian

Lampiran 8 Surat Keterangan Penelitian

Lampiran 9 Lembar Konsultasi Pembimbing

(19)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Manusia dilahirkan di dunia ini tanpa pengetahuan apapun, tetapi

dalam kelahirannya manusia dilengkapi dengan fitrah yang

memungkinkannya untuk menguasai berbagai pengetahuan. Diantara

tanda fitrah itu adalah Allah menciptakan manusia sebagai makhluk yang

paling sempurna dengan menganugerahkan berbagai potensi, baik potensi

jasmani (Fisik), potensi spiritual (Qolbu), maupun potensi akal fikiran.

Maka dari itu manusia diposisikan sebagai makhluk yang istimewa

dibandingkan dengan makhluk lainnya. Allah SWT berfirman dalam

Al-Qur‟an surat At Tin ayat 4 yang artinya

Artinya:“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik- baiknya”.

Pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial, yang dalam

kehidupannya yang selalu terjadi proses interaksi, jika interaksi itu

dilakukan dengan sadar bertujuan agar manusia itu dapat merubah tingkah

lakunya, pola fikir, dan perbuatannya. Dari pola interaksi ini dapat

diketahui bahwa proses interaksi pendidikan merupakan suatu proses yang

sangat penting untuk ketiga potensi yang dimiliki oleh manusia agar

(20)

2

Salah satu fitrah di dalam manusia adalah bertingkah laku atau

beretika. Etika berasal dari bahasa Yunani kuno ethos dalam bahasa tunggal, artinya adat kebiasaan, adat istiadat, akhlak yang baik. Etika

adalah suatu ajaran yang berbicara tentang baik dan buruknya yang

menjadi ukuran baik buruknya atau dengan istilah lain ajaran tentang

kebaikan dan keburukan, yang menyangkut peri kehidupan manusia dalam

hubungannya dengan Tuhan, sesama manusia, dan alam. Etika dapat

dinyatakan sebagai suatu pembelajaran tentang tingkah laku manusia yang

baik dan juga untuk mengenal tingkah laku yang buruk (Manpan, 2014:6).

Guru adalah profesi yang paling berperan aktif dan paling peka

dalam dunia pendidikan, oleh karenanya dengan ilmu pengetahuan dan

teknologi, kualifikasi guru diinginkan menghasilkan generasi yang lebih

baik dari hari esok. Dengan kualitas guru yang memadai diharapkan dapat

mencegah dan mengatasi dampak negatif perkembangan zaman.

Guru tidak hanya bertugas sebagai pengajar, tetapi juga berperan

dalam usaha pembentukan watak, tabiat maupun pengembangan sumber

daya yang dimiliki oleh anak didik. Untuk itu peran guru tidak hanya

terbatas pada peran sebagai pengajar yang hanya transfer of knowledge

(memindahkan pengetahuan), dan transfer of skill (menyalurkan keterampilan) saja, tetapi peran keaktifannya diharapkan mampu

mengarahkan, membentuk dan membina sikap mental anak atau murid

kearah yang lebih baik, sehingga pada peran yang ketiga ini guru

(21)

3

Keberhasilan kegiatan belajar mengajar menentukan kesuksesan

guru dan sekolah dalam melaksanakan pendidikan. Sebaliknya ketidak

berhasilan guru dan sekolah ditunjukkan oleh buruknya kegiatan belajar

mengajar. Oleh karena itu, guru yang berhasil akan selalu memperhatikan

hal ini. Seorang guru efektif sangat memperhatikan efektifitas kegiatan

belajar mengajar di sekolah khususnya di dalam kelas (Siti, 2015:34).

Berbicara mengenai pendidikan, guru, peserta didik, dan kurikulum

merupakan komponen utama pendidikan. Berdasarkan ketiga komponen

tersebut guru yang dinilai sebagai satu faktor yang paling penting, karena

ditangan para gurulah proses belajar mengajar dan mencerdaskan peserta

didik (Jumali, dkk. 2004:39). Berarti guru bertanggung jawab terhadap

nilai-nilai yang diajarkan termasuk nilai-nilai budi pekerti dan kepribadian

yang manusiawi.

Anak usia dini didefinisikan pula sebagai kelompok anak yang

berada dalam proses pertumbuhan dan perkembangan yang bersifat unik.

Mereka memiliki pola pertumbuhan dan perkembangan yang khusus

sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangannya (Mansur,2005).

Pada masa tersebut merupakan masa emas (golden age), karena anak mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang cukup pesat dan tidak

tergantikan pada masa mendatang.

Pendidikan anak usia dini dapat dilaksanakan melalui pendidikan

(22)

4

berbentuk taman kanak-kanak (TK) dan Raudhatul Athfal (RA) dan

bentuk lain yang sederajat. Pendidikan anak usia dini jalur non formal

berbentuk kelompok bermain (KB), taman penitipan anak (TPA),

sedangkan pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan informal

berbentuk pendidikan keluarga atau pendidikan yang diselenggarakan

lingkungan seperti pos PAUD dan posyandu (Hariati, 1994).

Dalam pembelajaran di kelas kelompok B di RA Miftahul Huda I

memiliki strategi dalam pembelajaran dan memiliki metode dalam

mengajar di kelas salah satunya adalah bercerita. Untuk mendukung agar

strategi dan metode belajar di kelas dapat berjalan dengan lancar perlu

adanya faktor pendukung agar kegiatan belajar mengajar (KBM) dapat

berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Faktor pendukung tersebut adalah

perencanaan harian (RPPH), sumber kegiatan, materi yang diajarkan, dan

mempersiapkan bahan ajar.

Bercerita adalah metode yang biasa digunakan oleh guru dalam

menyampaikan nasehat dan pembentukan tingkah laku atau etika kepada

anak didik. Dengan bercerita anak akan lebih mudah menangkap yang

disampaikan guru, salah satunya dengan cerita bergambar. Kemudian perlu

diketahui bahwa sebelum diterapkannya metode cerita bergambar anak

didik kesulitan dalam menerima dan melakukannya, sehingga tidak sesuai

dengan yang diharapkan. Adapun yang diharapkan adalah bisa bertingkah

(23)

5

menerima tingkah laku yang benar dan meninggalkan tingkah laku yang

salah.

Adapun sarana dan prasarana lain yang diperlukan antara lain:

1. Kesiapan anak didik dalam memperhatikan dan mendengarkan cerita

bergambar yang disampaikan oleh guru.

2. Mempersiapkan alat peraga yang mendukung dalam penyampaian

cerita bergambar oleh guru.

3. Sarana lembar evaluasi anak.

Karena dengan cerita bergambar akan lebih mudah menarik

perhatian anak-anak. Pembentukan tingkah laku atau etika untuk

kelompok B usia 5-6 tahun sangatlah penting, karena untuk

mempersiapkan kejenjang yang lebih lanjut yaitu SD/MI.

Berdasarkan dari latar belakang tersebut, peneliti tertarik

melakukan penelitian dengan judul “PENINGKATAN HASIL

BELAJAR ETIKA MELALUI MEDIA CERITA BERGAMBAR PADA KELOMPOK B ANAK USIA 5-6 TAHUN DI RA MIFTAHUL HUDA I KECAMATAN TUNTANG KABUPATEN SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2016/2017.

B. Rumusan Masalah

Apakah penerapan media cerita bergambar dapat meningkatkan

hasil belajar etika pada kelompok B usia 5-6 tahun di RA Miftahul Huda I

Lopait Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran

(24)

6 C. Tujuan Penelitian

Untuk meningkatkan hasil belajar etika pada kelompok B usia 5-6

tahun melalui media cerita bergambar di RA Miftahul Huda I Lopait

Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang Tahun Ajaran 2016/2017.

D. Hipotesis Tindakan

Penggunaan media cerita dapat meningkatkan hasil belajar pada

kelompok B usia 5-6 tahun RA Miftahul Huda I Lopait Tahun Pelajaran

2016/2017.

E. Manfaat Hasil Penelitian 1. Secara Teoritik

Dapat memberikan konstribusi bagi pengembangan pendidikan

pada umumnya, khususnya dapat memperkaya etika dalam dunia

pendidikan Islam yang diperoleh melalui lapangan.

2. Secara Praktis

a. Bagi siswa, dapat memberikan suasana pembelajaran yang

menyenangkan dan kenyamanan dalam proses belajar mengajar,

secara tidak langsung konsentrasi siswa dan pengajar lebih efektif.

b. Bagi guru, sebagai bahan ajar dalam kegiatan belajar mengajar

agar lebih menarik dan menyenangkan.

c. Bagi sekolah, dapat memberikan peningkatan dalam proses belajar

mengajar, dan memperkenalkan media cerita yang menyenangkan

(25)

7 F. Definisi Operasional

Untuk memberikan gambaran sekaligus memperjelas pengertian

pemahaman serta agar tidak terjadi kesalahpahaman terhadap judul di atas,

maka dijelaskan di bawah ini:

1. Hasil Belajar

Menurut R. Gagne dalam Susanto (2013: 1), belajar adalah suatu

proses untuk motivasi dalam pengetahuan, keterampilan, kebiasaan

dan sikap. Belajar dan mengajar merupakan cara yang tidak dapat

dipisahkan satu sama lain. Menurut Hamalik (2008), yang menyatakan

bahwa hasil belajar dapat diartikan sebagai terjadinya perubahan

tingkah laku pada diri seseorang yang dapat diamati dan di ukur

bentuk pengetahuan, sikap dan keterampilan. Perubahan tersebut

dapat diartikan sebagai terjadinya peningkatan dan pengembangan

yang lebih baik sebelumnya yang tidak tahu menjadi tahu.

Hasil belajar siswa adalah kemampuan yang diperoleh anak

melalui kegiatan belajar. Karena belajar merupakan suatu proses dari

seseorang untuk meningkatkan hasil belajar yang maksimal dan

membutuhkan waktu untuk mendapatkan hasil belajar yang maksimal.

2. Pembelajaran Etika

Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan

pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar yang

meliputi guru dan siswa yang saling bertukar informasi. Di sisi lain

(26)

8

tetapi sebenarnya mempunyai konotasi yang berbeda.

http://belajarpsikologi.com diakses pada tanggal 8 Januari 2017.

Etika (Yunani Kuno:”ethikos”,berarti “ timbul dari kebiasaan”).

Etika adalah ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan

tentang hak dan kewajiban moral (akhlaq); kumpulan asas atau nilai

yang berkenaan dengan akhlaq; nilai mengenai nilai benar dan salah,

yang dianut suatu golongan atau masyarakat. (Kamus Besar Bahasa

Indonesia,1989). Etika mencangkup analisis dan penerapan konsep

seperti benar, salah, baik, buruk, dan tanggung jawab. Etika

sebenarnya lebih banyak bersangkutan dengan prinsip-prinsip dasar

pembenaran dalam hubungan tingkah laku manusia (Kattsoff, 1986).

Jadi yang dimaksud disini yaitu setiap orang memiliki sikap dan

tingkah laku yang berbeda-beda dengan adanya etika yang dimiliki

usaha seseoranguntuk mendapatkan hasil yang baik dari hasil

sebelumnya dan cara beretika terhadap orang lain.

3. Media Cerita Bergambar

Media dalam komunikasi berasal dari kata “mediasi” karena

mereka hadir diantara pemirsa dan lingkungan. Media juga dapat

digunakan sebagai sumber belajar, bahan ajar untuk guru dan media

tersebut biasa disebut media pembelajaran. Media pembelajaran

secara umum adalah alat bantu proses belajar mengajar. Segala

(27)

9

perhatian, dan kemampuan untuk keterampilan pembelajaran sehingga

dapat mendorong terjadinya proses belajar (Kasimin, dkk. 2012:63).

Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang secara harfiah

berarti „tengah‟, „perantara‟, atau „pengantar‟. Dalam bahasa Arab,

media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada

penerima pesan.

Hamalik (1986) mengemukakan bahwa pemakaian media

pengajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan

keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan

rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa

pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa (Kasimin, dkk. 2012:64).

Media pembelajaran banyak sekali jenis dan macamnya. Mulai

yang terkecil sederhana dan murah hingga media yang canggih dan

harganya mahal. Ada media yang dapat dibuat oleh guru sendiri dan

ada pula yang buatan pabrik. Beberapa media yang paling akrab dan

hampir semua sekolah memanfaatkan adalah media cetak (buku).

Selain itu banyak sekolah juga yang telah memanfaatkan jenis media

lain seperti gambar, boneka tangan, video, VCD, kaset audio, dan

obyek-obyek nyata.

Cerita adalah rangkaian peristiwa yang disampaikan, baik

berasal dari kejadian nyata (non fiksi) ataupun tidak nyata (fiksi).

Mengapa metode bercerita ini efektif? Jawabannya adalah pertama,

(28)

10

pada umumnya cerita terekam jauh lebih kuat dalam memori manusia.

Kedua, melalui cerita diajar untuk mengambil hikmah tanpa merasa

digurui (Itadz, 2008:21).

Untuk mempermudah pembelajaran pada anak usia 5-6 tahun

agar lebih menarik sebagai guru yang kreatif dapat menggunakan

media Cergam (Cerita Bergambar). Cergam atau cerita bergambar adalah cerita yang menjadi inti dari ceritanya adalah narasinya,

sedangkan gambar hanya sebagai ilustrasi pelengkap. Gambarnya

hanya sebagai ilustrasi dari cerita yang ada tetapi hanya menceritakan

salah satu adegan dalam sebuah cerita.

4. Nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)

1. Pengertian Nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)

Nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) adalah kriteria

paling rendah untuk menyatakan peserta didik mencapai

ketuntasan. Siswa yang belum mencapai niali KKM dikatakan

belum tuntas. KKM harus diterapkan diawal tahun ajaran oleh

satuan pendidikan berdasarkan hasil musyawarah guru mata

pelajaran di satuan pendidikan atau beberapa satuan pendidikan

yang memiliki karakteristik yang hampir sama. Satuan

pendidikan diharapkan meningkatkan kriteria Ketuntasan

Belajar secara terus menerus untuk mencapai kriteria ketuntasan

(29)

11

2. Cara Menentukan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)

a. Krietria Ketuntasan Minimal (KKM) Individu

Untuk menentukan ketuntasan belajar siswa

(individual) dapat dihitung dengan menggunakan persamaan

sebagai berikut : (Trianto, 2010: 241)

1) Ketuntasan Belajar (KB)

2) Jumlah skor yang diperoleh

3) Jumlah skor total

Persentase Nilai Rata- rata Anak

= Jumlah skor yang dicapai tiap amatan x 100 % Jumlah skor maksimum

b. Kriteria Ketuntasan (KKM) Nasional

Pada kurikulum 2006 (yang dikenal dengan KTSP) kita

telah mengetahui bersama bahwa sekolah harus menentukan

KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal). KKM tersebut

ditetapkan dengan acuan tertentu dan tiap mata pelajaran

KKMnya bisa jadi berbeda-beda. KKM ditentukan dari yang

terendah ( misal 65%) dan tiap tahun ditingkatkan hingga

mencapai KKM ideal nasional 75 atau bahkan lebih. Persentase Nilai Rata- rata Anak

(30)

12

c. Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) Kelas

Untuk menentukan ketuntasan belajar kelas dapat

dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut :

1) Ketuntasan kelas

2) Total anak yang tuntas

3) Total anak keseluruhan di kelas

4) Persentasi Ketuntasan di kelas (100%)

Setiap siswa dikatakan tuntas belajarnya di kelas jika

dalam kelas tersebut terdapat ≥ 85% siswa yang telah tuntas

belajarnya. (Dekdikbud dalam Trianto, 2010: 241)

G. Indikator Keberhasilan

Penerapan media cerita bergambar ini dikatakan efektif apabila

indikator yang diharapkan tercapai. Adapun indikator yang dapat

dirumuskan penulis adalah

1. Siswa dikatakan tuntas belajar apabila memperoleh nilai lebih dari 70.

2. Dari seluruh siswa ada 85% yang telah mencapai Kriteria Ketuntasan

Minimal (KKM).

Persentase Nilai Rata- rata Kelas = Total pencapaian kelas x 100 %

(31)

13 H. Metode Penelitian

1. Rancangan Penelitian

Penelitian yang dilakukan menggunakan penelitian PTK.

Penelitian Tindakan Kelas berasal dari bahasa Inggris, yaitu Classrom

Action Research, diartikan penelitian dengan tindakan yang dilakukan

dikelas. Penelitian tindak kelas adalah penelitian praktis yang

dimaksudkan untuk memperbaiki pembelajaran di kelas. Penelitian ini

merupakan salah satu upaya guru atau praktisi dalam bentuk berbagai

kegiatan yang dilakukan untuk memperbaiki dan meningkatkan mutu

pembelajaran di kelas. Pengertian penelitian tindak kelas (PTK)

berkembang dari istilah penelitian tindakan (action research)

(Sanjaya, hal.24). penelitian tindakan mulai berkembang di Amerika

dan berbagai negara di Eropa, khususnya dikembangkan oleh mereka

yang bergerak dibidang ilmu sosial dan humaniora (Basrowi &

Suwandi, hal 24-25).

Berdasarkan beberapa pemahaman mengenai PTK diats dapat

disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas (PTK) adalah suatu

pengamatan yang menerapkan tindakan didalam kelas dengan

menggunakan aturan sesuai dengan metodologi penelitian yang

dilakukan dalam beberapa periode atau siklus.

Jadi PTK adalah penelitian yang dilakukan dengan memperbaiki

dan meningkatkan kualitas proses belajar mengajar guru, sehingga

(32)

14

Alasan peneliti menggunakan penelitian tindakan kelas adalah

karena peneliti ikut terlibat langsung dalam penelitian. Dalam

penelitian ini, kelas yang berisi murid dijadikan obyek penelitian,

maka siswa yang berada di kelas tersebut adalah sebagai populasi

yang diteliti.

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan model penelitian

Kemmis dan MC Taggart, yang termuat dalam gambar bagan berikut

ini:

Gambar 1.1 Alur PTK menurut Kemmis dan MC Taggart Observasi Awal

Refleksi Observasi

Tindakan Perencanaan

Siklus I

Observasi

Refleksi Observasi

Tindakan

Hasil

(33)

15 2. Obyek Penelitian

Obyek penelitian ini adalah anak didik Kelompok B usia 5-6

tahun RA Miftahul Huda I Lopait Tahun Pelajaran 2016/2017 yang

berjumlah 23 anak, terdiri dari 9 anak laki-laki dan 14 anak

perempuan. Peneliti memilih kelas kelompok B karena pada usia ini

masih dikatakan golden age (usia keemasan). Mengapa dikatakan demikian karena pada usia 4-6 tahun anak masih mudah menyerap,

dan menerima ilmu yang disampaikan.

3. Langkah-langkah Penelitian

Tahap – tahap dalam Penelitian Tindak Kelas (PTK) terdiri dari

empat tahapan penting ( Yanto, 2013:40), yaitu:

a. Tahapan Rencana (Planning)

1) Membuat konsep pembelajaran dengan penerapan media cerita

bergambar (silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran harian

(RPPH)

2) Mencari atau membuat buku bergambar mengenalkan etika

kepada anak.

3) Mempersiapkan alat yang dapat mendukung untuk membuat

lebih menarik dalam bercerita.

4) Menyusun pertanyaan untuk anak setelah peneliti selesai

(34)

16

b. Tahap Tindakan (Action)

Merupakan pelaksanaan yang telah dibuat yang berupa

penerapan pembelajaran sesuai dengan skenario pembelajaran

yang tertulis pada RPPH dan tahap perencanaan.

c. Observasi

Pada tahap ini segala aktivitas siswa dalam proses

pembelajaran diamati, dicatat, dan dinilai kemudian dianalisis

untuk dijadikan umpan balik. Pengamatan tersebut meliputi

keaktifan dan inisiatif siswa selama pembelajaran berlangsung.

Observasi yang penulis ambil adalah tersistematis tentang

apa yang diamati, kapan dan dimana tempatnya. Obyek observasi

di sini adalah RA Miftahul Huda I Lopait.

d. Tahap Refleksi (Refletion)

Untuk mengetahui ketercapaian dan keberhasilan tujuan

penelitian. Tahap refleksi (refletion), meliputi:

1) Mencatat hasil observasi dan pelaksanaan pembelajaran

2) Evaluasi hasil observasi

3) Analisis hasil pembelajaran.

4. Instrumen Penelitian

Instrumen pengumpulan data yang diperlukan dalam penelitian

tindakan kelas adalah:

a. Rencana Kegiatan Harian (RKH), yaitu seperangkat pembelajaran

(35)

17

menyusun untuk tiap putaran. Masing-masing RKH berisi tentang

tingkat pencapaian perkembangan, indikator, kegiatan

pembelajaran, alat dan sumber belajar serta hasil penilaian.

b. Tes Buatan Peneliti, yaitu berupa lembar penugasan yang

dikerjakan oleh anak didik, tes buatan peneliti tersebut digunakan

untuk mendapatkan data kuantitatif berupa nilai yang akan

dianalisis dan diolah menjadi data kualitatif nantinya.

c. Lembar Observasi, yaitu lembar yang digunakan untuk

mengamati anak didik selama proses pembelajaran peningkatan

pemahaman etika melalui media cerita bergambar.

d. Wawancara, yang mana ditujukan kepada informan yaitu Kepala

Sekolah dan guru pendamping kelompok B di RA Miftahul Huda I.

Wawancara ini bertujuan untuk memperoleh informasi tentang

data atau profil sekolah dan pendapat guru sebelum dan sesudah

menerapkan metode bercerita menggunakan cerita bergambar.

e. Dokumentasi, peneliti membutuhkan dokumentasi meliputi:

1) Foto kegiatan pembelajaran.

2) RKH.

3) Data siswa, guru dan profil sekolah.

5. Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan data yang cukup dan sesuai dengan pokok

(36)

18

metode pengumpulan data yang mana satu sama lainnya saling

melengkapi, metode tersebu tantara lain:

a. Observasi

Observasi dilakukan untuk mengenal, merekam dan

mendokumentasikan segala hal yang berkaitan dengan hasil dari

proses pelaksanaan tindakan. Fungsinya adalah untuk mengetahui

apakah tindakan yang dilakukan sudah mengarah pada terjadinya

perubahan kearah positif dalam KBM.

b. Tes Tanya Jawab

Tes tanya jawab digunakan peneliti untuk mengukur hasil

belajar siswa. Jenis tes yang digunakan adalah tes lisan, dan tes

tanya jawab dilaksanakan post test. 6. Analisis Data

Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik diskriptif untuk

menganalisis data yang terkumpul, penulis menggunakan metode

analisis kualitatif. Analisis deskriptif kualitatif adalah cara analisis

yang cenderung menggunakan kata-kata untuk menjelaskan fenomena

ataupun data yang didapatkan.

Untuk data kualitatif/non angka yang diperoleh penulis dari

penelitian akan penulis olah dengan menggunakan metode deskriptif

analitis non statistik dengan cara:

a. Metode induktif, yaitu cara berfikir yang bertolak dari fakta-fakta

(37)

19

b. Metode deduktif, yaitu perolehan data atau keterangan yang

bersifat umum, kemudian diolahuntukmendapatkanrincian yang

bersifatkhusus.

Analisis data menurut Arikunto (2008:128) adalah proses

mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil

penelitian dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori,

menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke

dalam pola, memilih mana yang penting dan mana yang harus

dipelajari dan membuat kesimpulan sehingga dapat dipahami oleh diri

sendiri dan orang lain.

Tahap–tahap yang dilakukan peneliti dalam menganalisis data adalah:

a. Pengumpulan data

Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan pada saat

pengumpulan data berlangsung dan selesai pengumpulan data.

b. Reduksi data

Mereduksi data berarti merangkum hal-hal yang pokok,

memfokuskan hal-hal yang penting. Dicari tema dan polanya.

Tahap ini dilakukan untuk memberikan gambaran yang jelas,

mempermudah peneliti melakukan pengumpulan data dan

mencarinya apabila diperlukan.

c. Display data

Data yang telah direduksi disajikan dalam bentuk uraian

(38)

20

d. Kesimpulan

Kesimpulan dimaksudkan untuk melihat apakah tujuan

pembelajaran yaitu penggunaan metode cerita bergambar dapat

meningkatkan pemahaman etika anak usia 5-6 tahun di RA

Miftahul Huda I Lopait tahun pelajaran 2016/2017. Apabila

penelitian tahap pertama (Siklus I) belum memenuhi tujuan

pembelajaran dengan baik, maka diadakan tindak lanjut

(penelitian ulang yaitu tahap Siklus II). Jika sudah dapat

memenuhi atau berhasil dalam tujuan pembelajaran tersebut maka

penelitian dihentikan sampai Siklus II.

I. Sistematika Penulisan

Secara garis besar sistematika penulisan skripsi dalam penelitian

tindak kelas adalah sebagai berikut:

Bagian awal yang terdiri dari halaman sampul, lembar logo,

halaman judul, lembar persetujuan, pernyataan keaslian tulisan, moto dan

persembahan, kata pengantar, abstrak, daftar isi dan daftar lampiran.

Bab I berisi pendahuluan, latar belakang, rumusan masalah, tujuan

penelitian, hipotesis tindakan dan indicator keberhasilan, manfaat

penelitian, definisi operasional, metode penelitian, dan sistematika

penulisan.

Bab II berisi kajian pustaka yang mencangkup pembelajaran etika

(39)

21

Bab III pelaksanaan peneliti, mencangkup deskripsi lokasi,

gambaran umum sekolah, subjek dan objek penelitian.

Bab IV hasil penelitian dan pembahasan mencangkup data hasil

pengamatan, analisis data dan faktor pendukung dan penghambat.

Bab V penutup, mencangkup kesimpulan hasil penelitian dan

saran-saran yang selanjutnya akan bermanfaat bagi perkembangan teori

(40)

22 BAB II KAJIAN TEORI

A. HASIL BELAJAR

1. Pengertian Hasil Belajar

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), belajar

adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu. Belajar

merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon.

Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat

menunjukkan perubahan perilakunya.

Menurut Winkel, Belajar adalah semua aktivitas mental atau

psikis yang berlangsung dalam interaktif aktif dalam lingkungan,

yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengelolaan

pemahaman.

Menurut Moh. Surya (1981: 32), belajar adalah sesuatu

proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu

perubahan tingak laku yang baru keseluruhan, sebagai hasil

pengalaman individu itu sendiri dalam interaksinya dengan

lingkungan.

Menurut R. Gagne dalam Susanto (2013: 1), belajar adalah

suatu proses untuk motivasi dalam pengetahuan, keterampilan,

kebiasaan dan sikap. Belajar dan mengajar merupakan cara yang

(41)

23

yang menyatakan bahwa hasil belajar dapat diartikan sebagai

terjadinya perubahan tingkah laku pada diri seseorang yang dapat

diamati dan di ukur bentuk pengetahuan, sikap dan keterampilan.

Perubahan tersebut dapat diartikan sebagai terjadinya peningkatan

dan pengembangan yang lebih baik sebelumnya yang tidak tahu

menjadi tahu.

Hasil belajar siswa adalah kemampuan yang diperoleh anak

melalui kegiatan belajar. Karena belajar merupakan suatu proses

dari seseorang untuk meningkatkan hasil belajar yang maksimal

dan membutuhkan waktu untuk mendapatkan hasil belajar yang

maksimal.

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Menurut Wasliman (dalam Susanto, 2013: 12-13) ada dua

macam faktor yang mempengaruhi proses belajar, yaitu:

a. Faktor Internal, yakni faktor yang bersumber dari dalam diri

peserta didik yang mempengaruhi kemampuan belajarnya.

Faktor internal ini meliputi:

1) Kesehatan

Kesehatan jasmani dan rohani sangat besar

pengaruhnya terhadap kemampuan belajar. Kondisi fisik

yang sehat dan bugar akan memberikan pengaruh positif

(42)

24

yang lemah dan sakit akan menghambat tercapainya hasil

belajar yang maksimal.

2) Intelegensi (Kecerdasan)

Seseorang yang memiliki intelegensi baik (IQ-tinggi)

umumnya mudah belajar dan hasilnya pun cenderung baik

sebaliknya orang yang intelegensinya rendah cenderung

mengalami kesukaran dalam belajar, lambat berpikir

sehingga presentasi belajarnya rendah.

3) Bakat

Bakat merupakan faktor yang besar pengaruhnya

terhadap proses dan hasil belajar seseorang. Bakat memang

diakui sebagai kemampuan bawaan yang merupakan

potensi yang masih perlu dikembangkan dan dilatih.

4) Minat

Minat berarti kecenderungan dan kegairahan yang

tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Minat

pada dasarnya adalah penerimaan akan sesuatu diluar diri,

semakin kuat atau dekat hubungan tersebut semakin besar

minat. Minat dapat timbul karena daya tarik dari luar dan

datang dari hati sanubari.

5) Motivasi

Motivasi adalah kondisi psikologis yang mendorong

(43)

25

motivasi belajar seseorang turut mempengaruhi

keberhasilannya.

b. Faktor eksternal, yakni faktor yang berasal dari luar diri peserta

didik yang mempengaruhi hasil belajar.

Faktor eksternal meliputi:

1) Keluarga

Keluarga merupakan lingkungan pertama dan utama

yang betanggung jawab terhadap pendidikan anak. Orang

tua berperan untuk melatih dan menggajarkan anak untuk

dapat berbicara dan berjalan, melatih berbagai keterampilan

seperti cara mengurus diri sendiri, sopan santun, nilai-nilai,

dan mengenalkan berbagai objek yang ditemuinya

dilingkungan dekatnya.(boediono, 2002)

2) Sekolah

Keadaan sekolah tempat belajar turut mempengaruhi

tingkat keberhasilan belajar. Kualitas guru, metode

mengajarnya, kesesuaian kurikulum dengan kemampuan

anak, keadaan fasilitas/perlengkapan di sekolah, keadaan

ruangan, semua ini turut mempengaruhi keberhasilan anak

belajar.

3) Masyarakat

Keadaan masyarakat juga menentukan prestasi belajar.

(44)

26

masyarakat yang terdiri orang-orang yang berpendidikan

tinggi dan moralnya baik, hal ini akan mendorong anak

lebih giat belajar. Tetapi sebaliknya, apabila tinggal

dilingkungan banyak anak-anak nakal, tidak bersekolah dan

pengangguran, hal ini akan mengurangi semangat belajar

anak dan kurang menunjang sehingga motivasi belajar

menjadi kurang.

B. PEMBELAJARAN ETIKA

1. Pengertian Pembelajaran

Sebelum penulis memaparkan penjelasan tentang pelaksanaan

pembelajaran etika, akan dikemukakan dulu beberapa istilah yang

bersangkutan dengan pembelajaran.

Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan

pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar yang

meliputi guru dan siswa yang saling bertukar informasi. Di sisi lain

pembelajaran mempunyai pengertian mirip dengan pengajaran,

tetapi sebenarnya mempunyai konotasi yang berbeda.

http://belajarpsikologi.com diakses pada tanggal 8 Januari 2017

Belajar sambil bermain ditekankan pada pengembangan

potensi fisik (koordinasi motorik halus dan kasar), intelegensi

(daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, dan kecerdasan

(45)

27

dan komunikasi menjadi kompetensi/kemampuan yang secara

actual dimiliki anak (Boediono, 2002).

Program belajar-mengajar anak usia dini dirancang dan

dilaksanakan sebagai suatu system yang dapat menciptakan kondisi

yang menggugah dan memberikan kemudahan bagi anak usia dini

untuk belajar sambil bermain melalui berbagai aktivitas yang

bersifat kongkrit, dan yang sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan

perkembangan serta kehidupan anak usia dini. (kurikulum, 2002)

Keberhasilan proses pembelajaran anak usia dini ditandai

dengan pencapaian pertumbuhan dan perkembangan anak usia dini

secara optimal dan dengan hasil pembelajaran yang mampu

menjadi jembatan bagi anak usia dini untuk menyesuaikan diri

dengan lingkungan dan perkembangan selanjutnya.(Boediono,

2002)

Proses pembelajaran anak usia dini dapat dikatakan

gampang-gampang susah. Kadang kita memberikan fasilitas belajar

yang mahal dan berharap anak belajar banyak, tetapi pada

kenyatannya anak justru tidak belajar.Sebaliknya, kadang dengan

mainan yang sangat sederhana dan murah harganya anak-anak

menjadi lebih tertarik dan ingin tahu lebih banyak.Bermain sambil

belajar merupakan esensi bemain yang menjiwai setiap kegiatan

(46)

28

Pembelajaran bersifat holistik dan terpadu. Pembelajaran

mengembangkan semua aspek perkembangan, meliputi 1) moral

dan nilai-nilai agama, 2) sosial-emosional, 3) kognitif, 4) bahasa, 5)

Fisik-motorik, 6) Seni.Pembelajaran bersifat terpadu yaitu tidak

mengajarkan bidang studi secara terpisah (Boediono, 2002).

Pendekatan pembelajaran menggunakan prinsip-prinsip

antara lain: a) Berorientasi pada Kebutuhan Anak, b) Belajar

Sambil Bermain, c) Kreatif dan Inovatif, d) Lingkungan Kondusif,

e) Menggunakan pendekatan Tematik, f) Mengembangkan

Keterampilan Hidup, g) Menggunakan pembelajaran

terpadu.(Boediono, 2002)

2. Metode Pembelajaran

Pada dasarnya guru adalah seorang pendidik.Salah satu hal

yang harus dilakukan guru adalah dengan mengajar di kelas.Salah

satu yang penting adalah performance guru dikelas.Bagaimana

seorang guru dapat menguasai keadaan kelas sehingga tercipta

suasana belajar yang menyenangkan.Dengan demikian guru harus

menerapkan metode pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik

anak didiknya.

Menurut Ns. Roymond H. Simamora, M.Kep memaparkan

beberapa metode yang dapat digunakan: 1) Metode Ceramah, 2)

Metode Diskusi, 3) Metode Demonstrasi, 4) Metode Study

(47)

29

Jawab

http://belajarpsikologi.com/macam-macam-metodepembelajaran diakses pada tanggal 6 Januari 2017.

Pembelajaran yang mengundang rasa ingin tahu anak dan

mengajak anak untuk terlibat aktif dalam pembelajaran sangat

diharapkan.Pemanfaatan potensi alam di sekitar satuan pendidikan

perlu dioptimalkan agar anak belajar dari konteks kehidupan

kesehariannya.

3. Konsep Etika

Sebagaimana telah dijelaskan diawal, untuk menyebutkan

etika kebanyakan orang memandangnya sama saja dengan istilah

akhlak. Padahal istilah etika biasanya ditemukan banyak istilah lain

seperti moral, norma dan etiket. Seperti halnya dengan banyak

istilah yang menyangkut konteks ilmiah, istilah etika sering

dikaitkan berasal dari bahasa Yunani kuno dan sudah mulai

dibicarakan ketika masa Socrates (469-399 SM), Plato (427-347

SM) dan Aristoteles (394-322 SM) disamping Stoics dan Epicures.

Menurut Karl Barth dalam bukunya “Ethics” yang merupakan

seorang Yunani, etika berasal dari ethos yang merupakan bentuk tunggal yang bias memiliki banyak arti baik tempat tinggal yang

biasa, padang rumput, adat, watak, perasaan, sikap dan cara

(48)

30

Secara etimologis, etika adalah ajaran tentang baik buruk,

yang diterima umum tentang sikap, perbuatan, kewajiban dan

sebagainya.Pada hakikatnya moral menunjukkan pada

ukuran-ukuran yang telah diterima oleh suatu komunitas, sementara etika

umumnya lebih berkaitan dengan prinsip-prinsip yang

dikembangkan diberbagai wacana etika.

Etika berkaitan dengan pemikiran dan cara bersikap dalam

kerangka pemikiran, etika terdiri dari evaluasi masalah dan

keputusan yang diprioritaskan seseorang, misalnya anggota

organisasi untuk menghindari akibat yang merugikan diri sendiri

dan orang lain, sementara dalam pengertian perilaku, etika erat

hubungan dengan keputusan yang sejalan dengan seperangkat

pedoman yang menyangkut perolehan yang mugkin dan akibat

yang merugikan orang lain.

Bagi para sosiolog, etika adalah adat, kebiasaan dan perilaku

orang-orang dari lingkungan budaya tertentu.

4. Etika Guru dan Siswa dalam berbagai Perspektif

Pengertian etika (Ethic) secara umum sudah banyak dibicarakan orang, bahkan oleh ilmuwan yang sering

memperbincangkan dalam kehidupan sehari-hari. Mengenai

pengertian etika ini, yang jelas tidak jauh berbeda dengan

pernyataan di bagian pembahasan sebelumnya, bahwa etika adalah

(49)

31

tentang baik atau buruk, benar dan salah dalam suatu lingkungan

dan kebudayaan tertentu.

Kata guru berasal dalam bahasa Indonesia yang berarti orang

yang mengajar, dalam bahasa Inggris, dijumpai kata teacher

artinya pengajar, selain itu juga terdapat kata tutor yang berarti guru pribadi yang mengajar di rumah, mengajar ekstra, yang

memberikan les tambahan pelajaran (Johan, dkk, 1982:581).

Dalam bahasa Arab istilah yang mengacu kepada pengertian guru

lebih banyak seperti Al-alim (Jamaknya Ulama) atau Al-Mualim,

yang berarti orang yang mengetahui dan banyak digunakan para

ulama/ahli pendidikan untuk menunjuk kepada guru( Abuddin, hal

41). Ada sebagian ulama yang menggunakan istilah Al-Mudaris

untuk arti orang yang mengajar atau orang yang memberikan

pelajaran.

Di dalam ilmu pendidikan yang dimaksud dengan Guru atau

pendidik ialah semua yang mempengaruhi perkembangan

seseorang, yaitu manusia, alam dan kebudayaan. Dalam UU guru

dan dosen nomor 14 tahun 2005 disebutkan bahwa guru adalah

pendidik professional dengan tugas utama mendidik, mengajar,

membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi

peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan

formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah. Sedangkan

(50)

32

adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru,

dosen, konselor, pamong belajar, tutor, fasilitator, dan sebutan lain

yang sesuai dengan kekhususannya, serta berpatisipasi dalam

menyelenggarakan pendidikan (Manpan, 2014:118).

Salah satu hal yang menarik pada ajaran Islam adalah

penghargaan Islam yang sangat tinggi terhadap guru.Begitu

tingginya penghargaan itu, sehingga menempatkan kedudukan

guru setingkat di bawah Nabi dan Rosul.Hal ini disebabkan karena

guru selalu terkait dengan ilmu pengetahuan.Sedangkan Islam amat

menghargai pengetahuan.

Guru merupakan pemeran utama dalam proses pembelajaran,

guru dituntut untuk dapat memiliki kualifikasi dasar seperti

menguasai materi, antusiasme dan penuh kasih saying dalam

proses mengajar atau mendidik kepada setiap muridnya. Seorang

guru harus sedapat mungkin mengajar dengan dilandari kasih

sayang kepada umat manusia tanpa memandang status sosial,

ekonomi, agama, kebangsaan, dan lain sebagainya.

Misi utama seorang guru adalah mencerdaskan kehidupan

bangsa, bukan sebaliknya membodohkan masyarakat. Disamping

itu pun guru harus mempersiakan murid-muridnya sebagai individu

yang bertanggung jawab dan mandiri, bukan menjadikannya manja

(51)

33

Dengan demikian yang dimaksudkan dengan etika guru

adalah tingkah laku guru dalam mendidik anak muridnya, yang

mana seorang guru harus terampil terhadap muris-murid, karena

bagaimanapun juga mendidik pekerjaan yang tidak mudah, karena

mendidik anak didik itu tidak semudah membalikkan telapak

tangan karena guru selain memberikan yang terbaik untuk anak

didiknya, seorang guru pun dalam menyikapi satu hal, adalah

masalah dengan baik dalam mendidik, maka guru harus

benar-benar bisa menyikapi dengan baik, karena tingkah laku adalah

etika seorang guru sangat berperan sekali. Sehingga sifatnya akan

menjadi contoh kepada anak muridnya, karena selain memberikan

ilmu pengetahuan adalah mentransfer ilmu kepada anak didik, guru

pun bisa memberikan sikap yang baik terhadap anak didiknya

karena seorang murid adalah orang menghendaki agar

mendapatkan ilmu pengetahuan, keterampilan, pengalaman dan

kepribadian yang baik untuk bekal hidupnya agar berbahagia di

dunia dan akhirat dengan jalan belajar yang sungguh-sungguh.

Seorang guru harus mampu memberikan contoh etika yang

baik bagi muridnya dalam melaksanakan tugasnya sebagai guru,

karena keikhlasan, kesabaran, ketawaan dan kejujuran seorang

guru di dalam pekerjaannya merupakan jalan terbaik kearah

suksesnya proses belajar mengajar dan akan menjadi guru yang

(52)

34

5. Etika Murid dalam Pembelajaran

Mengajar bukanlah suatu pekerjaan yang mudah dan dapat

dilakukan secara asal-asalan, perlu ada suatu keahlian atau pun

keterampilan yang bagus disamping memiliki pengetahuannya

yang luas. Proses pembelajaran merupakan kegiatan yang

terencana dan memiliki prosedur khusus yang didesain sedemikian

rupa, sehingga dengan demikian dalam pelaksanaannya akan

mencapai hasil yang diharapkan.

Desain pembelajaran tersebut dimaksudkan agar hubungan

antara guru dan murid dilandasi dengan nilai-nilai etika dan

estetika pembelajaran. Dengan paduan atau aturan yang jelas dan

tidak memihak, maka akan terbentuk hubungan yang harmonis

sehingga tujuan dar pembelajaran atau pendidikan tersebut akan

tercapai sesuai dengan harapan. Jadi jelas juga etika menjadikan

prasyarat utama dalam proses pendidikan atau pun pembelajaran

bagi seorang murid.

Dalam kitab Ta’limul Muta’alim ada enam prasyarat bagi murid sebagai pencari ilmu dalam proses pembelajaran yakni

modal, semangat, waktu yang memadai, petunjuk guru, keuletan

(kesabaran), dan kecerdasan. Enam prasyarat ini dikutip oleh

(53)

35

Menurut Syekh Az-Zarnuji masih dalam kitab “Ta‟limul

Muta‟alim” menerangkan beberapa sifat dan tugas para penuntut

ilmu:

a. Tawadu’ sifat sederhana, tidak sombong tidak pula rendah hati.

b. Iffah, sifat yang menunjukkan rasa harga diri yang menyebabkan seseorang terhindar dari perbuatan yang tidak

patut.

c. Tabah, tahan dalam menghadapi kesulitan pelajaran dari

guru.

d. Sabar, tahan terhadap godaan nafsu.

e. Cinta ilmu dan hormat kepada guru dan keluarganya.

f. Sayang kepada kitab, menyimpan kitab dengan baik.

g. Hormat kepada sesame penuntut ilmu dan tamalluk kepada guru dan kawan yang menyadap ilmu dari mereka

h. Bersungguh-sungguh dalam belajar dan memanfaatkan waktu

sebaik-baiknya.

i. Teguh pendirian dan ulet daam menuntut ilmu dan

mengulangi pelajaran.

j. Wara’, ialah sifat menahan diri dari perbuatan yang terlarang.

k. Punya cita-cita yang tinggi dalam mengejar ilmu

(54)

36

l. Tawakal, maksudnya menyerahkan kepada Tuhan segala

perkara.

m. Bertawal adalah akhir dari proses kegiatan dan

ikhtiarseorang muslim untuk mengatasi segala urusannya

(Zarnuji, hal 204).

Pembahasan dalam bagian ini merupakan halhal yang terkait

bahwa keberhasilan seorang pelajar atau mahasiswa dalam

mencapai tujuannya yaitu mendapatkan ilmu yang bermanfaat baik

untuk dirinya sendiri maupun memberikan kemanfaatan bagi orang

lain, mereka harus melaksanakan hal-hal yang menjadi etika atau

aturan dalam proses pembelajaran.

C. MEDIA CERITA BERGAMBAR

1. Pentingnya Media Pembelajaran

Media secara plural mengandung saluran komunikasi. Makna

media dalam bahasa latin adalah “antara”, istilah ini mengacu

pada apapun yang membawa informasi atara sumber dan penerima.

Contohnya meliputi video, televisi, material cetak, dan

komputer.Ini semua dianggap media pembelajaran ketika

membawa pesan dengan tujuan pembelajaran.Tujuan dari media

adalah unuk memudahkan komunikasi.

Menurut Djamarah (2002: 137) mengartikan media

pembelajaran sebagai alat bantu apa saja yang dapat dijadikan

(55)

37

Menurut Suprapto, dkk dalam Shalahuddin (1986: 4), menyatakan

bahwa media pembelajaran adalah suatu alat bantu secara efektif

yang dapat digunakan oleh guru untuk mencapai tujuan yang

diinginkan. Kedua pendapat ini memfokuskan pengertian media

sebagai alat bantu untuk mencapai tujuan pembelajaran secara

optimal.

Proses belajar mengajar dapat berhasil dengan baik jika

peserta didik berinteraksi dengan semua alat inderanya. Guru

berupaya mengeksplorasi berbagai rangsangan (stimulus) yang

dapat diproses dengan berbagai alat indera. Melalui media, peserta

diharapkan dapat menerima dan menyerap dengan mudah

pesan-pesan dalam isi materi pembelajaran yang sedang dipelajari.

Pengertian media pembelajaran sebagai sarana atau alat untuk

memotivasi peserta didik juga diungkapkan oleh Gagne.Gagne

(1985) menyatakan bahwa media pembelajaran merupakan

berbagai jenis komponen dalam lingkungan peserta didik yang

dapat merangsang untuk belajar.

Dari berbagai definisi yang dipaparkan diatas, dapat

disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu

yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan (bahan atau isi

materi pembelajaran), sehingga mampu mendorong dan

(56)

38

diri peserta didik dalam proses kegiatan belajar untuk mencapai

tujuan belajar.

Media memiliki berbagai peran dalam

pembelajaran.Pembelajaran mungkin saja bergantung pada

keberadaan seorang guru.Bahkan dalam situasi ini guru mungkin

saja bergantung pada penggunaan media. Disisi lain, pembelajaran

mungkin tidak memerlukan seseorang guru. Seperti siswa

mengarahkan pembelajaran yang sering disebut “belajar mandiri”

walaupun dalam kenyataannya dituntut oleh siapapun yang

mendesain media.

2. Fungsi dan Manfaat Media Pembelajaran

Pada awalnya media difungsikan sebagai alat bantu

sederhana dalam kegiatan pembelajaran dikelas yaitu berupa sarana

yang dapat memberikan pengalaman visual kepada peserta didik

dalam rangka mendorong motivasi belajar, membangkitkan

keinginan dan minat belajar, memperjelas, dan mempermudah

penanaman konsep yang berbentuk abstrak dan kompleks menjadi

bentuk yang lebh sederhana, konkret, serta mudah dipahami

sehungga dapat berpengaruh positif secara psikologis kepada

peserta didik.berikut ini beberapa pendapat yang dikemukakan oleh

(57)

39

Menurut Rohani (1997: 9), fungsi media pembelajaran antara

lain sebagai berikut:

a. Menyampaikan informasi dalam proses belajar mengajar.

b. Melengkapi dan memperkaya informasi dalam kegiatan

belajar mengajar.

c. Mendorong motivasi belajar.

d. Menambah variasi dalam penyajian materi

e. Menambah pengertian nyata tentang suatu pengetahuan

f. Memungkinkan peserta didik memilih kegiatan belajar sesuai

dengan kemampuan, bakat dan minat.

g. Mudah dicerna dan tahan lama dalam menyerap pesan-pesan

(informasinya sangat membekas dan tidak mudah lupa)

(Kasimin, dkk. 2012:75).

i. Menurut Ahmad Sudrajat, media pembelajaran memiliki

beberapa fungsi, diantaranya sebagai berikut.

1) Media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan

pengalaman yang dimiliki oleh peserta didik.

Pengalaman tiap peserta didik berbeda-beda tergantung

pada faktor-faktor yang menentukan banyaknya

pengalaman mereka, seperti ketersediaan buku,

(58)

40

2) Media pembelajaran dapat melampaui batasan ruang

kelas. Banyak hal yang tidak mungkin dialami langsung

di dalam kelas oleh para peserta didik tentang suatu

objek yang disebabkan, karena: a) objek terlalu besar; b)

objek terlalu kecil; c) objek yang bergerak terlalu lambat;

d) objek yang bergerak terlalu cepat; e) objek yang

terlalu kompleks; f) objek yang mengandung bahaya dan

resiko tinggi. Melalui penggunaan media yang tepat,

semua objek itu dapat disajikan secara efektif kepada

peserta didik.

3) Media pembelajaran memungkinkan adanya interaksi

langsung antara peserta didik dengan lingkungan.

4) Media menghasilkan keseragaman pengamatan.

5) Media dapat menanamkan konsep dasar yang benar,

konkret, dan realistis.

6) Media membangkitkan keinginan dan minat baru.

7) Media membangkitkan motivasi dan merangsang anak

untuk belajar.

8) Media memberikan pengalaman yang integral atau

menyeluruh dari yang kongkret sampai yang abstrak

(59)

41

Selanjutnya akan penulis paparkan tentang berbagai manfaat

yang dapat diambil dari penggunaan dan pengembangan media

pembelajaran. Menurut Kemp dan Dayton (1985: 3-4), media

pembelajaran mempunyai beberapa manfaat strategis sebagai

berikut:

a) Penyampaian materi pembelajaran dapat diseragamkan.

Melalui bantuan media pembelajaran, penafsiran yang

berbeda antar guru dapat dihindari dan dapat mengurangi

terjadinya kesenjangan informasi diantara peserta didik

dimanapun berada.

b) Proses pembelajaran menjadi lebih dan menarik.

Media dapat menampilkan informasi melalui suara,

gambar, gerakandan warna, baik secara alami maupun

manipulasi, sehingga membantu guru untuk menciptakan

suasana belajar menjadi lebih hidup, tidak menonton dan tidak

membosankan.

c) Proses pembelajaran menjadi lebih interaktif.

Tanpa adanya media, kegiatan pembelajaran akan

berlangsung satu arah karena guru hanya menjelaskan materi

dan peserta didik tinggal menerimanya. Media dapat

(60)

42

d) Efisiensi waktu dan tenaga.

Melalui media, tujuan belajar akan lebih mudah tercapai

secara maksimal dengan waktu dan tenaga seminimal

mungkin.Guru tidak harus menjelaskan materi pembelajaran

secara berulang-ulang, sebab dengan sekali sajian

menggunakan media, peserta didik akan lebih mudah

memahami materi pembelajaran.

e) Meningkatkan kualitas hasil belajar peserta didik.

Media pembelajaran dapat membantu peserta didik dalam

menyerap materi pembelajaran secara lebih mendalam dan

utuh.

f) Media memungkinkan proses belajar dapat dilakukan dimana

dan kapan saja.

Media pembelajaran dapat dirangsang sedemikian rupa

sehingga peserta didik melakukan kegiatan pembelajarn

dengan lebih leluasa dimanapun dan kapanpun tanpa

tergantung pada guru.

g) Media dapat menumbuhkan sikap positif peserta didik

terhadap materi dan proses belajar.

Media pembelajaran menjadikan proses pembelajaran

menjadi lebih menarik sehingga mendorong peserta didik

untuk mencintai ilmu pengetahuan dan gemar mencari sendiri

(61)

43

h) Mengubah peran guru kearah yang lebih positif dan produktif.

Guru dapat berbagi peran dengan media sehingga banyak

memilih waktu untuk memberi perhatian pada aspek-aspek

edukatif lainnya seperti membantu kesulitan belajar peserta

didik, pembentukan kepribadian, memotivasi belajar, dan

lain-lain (Kasimin, dkk.2012:77).

3. Cerita Bergambar

Cerita adalah rangkaian peristiwa yang disampaikan, baik

berasal dari kejadian nyata (non fiksi) ataupun tidak nyata (fiksi).

Mengapa metode bercerita ini efektif? Jawabannya adalah pertama,

cerita pada umumnya lebih berkesan daripada nasehat murni,

sehingga pada umumnya cerita terekam jauh lebih kuat dalam

memori manusia. Kedua, melalui cerita diajar untuk mengambil

hikmah tanpa merasa digurui.

Untuk mempermudah pembelajaran pada anak usia 5-6 tahun

agar lebih menarik sebagai guru yang kreatif dapat menggunakan

media Cergam (Cerita Bergambar). Cergam atau cerita bergambar adalah cerita yang menjadi inti dari ceritanya adalah

narasinya, sedangkan gambar hanya sebagai ilustrasi pelengkap.

Gambarnya hanya sebagai ilustrasi dari cerita yang ada tetapi

hanya menceritakan salah satu adegan dalam sebuah cerita.

Dalam bercerita kepada anak usia dini, tidak dapat

(62)

44

pelaksanaan metode cerita yang umum digunakan terdiri dari tiga

tahap, pengenalan cerita, inti cerita, dan diakhiri dengan penutup.

Oleh karena itu pendidik harus memahami terlebih dahulu tentang

cerita apa yang hendak disampaikannya, tentu saja disesuaikan

dengan karakteristik anak-anak usia dini.

Agar dapat bercerita dengan tepat, pendidik harus

mempertimbangkan materi ceritanya. Pemilihan cerita antara lain

ditentukan oleh:

a. Pemilihan tema dan judul yang tepat Bagaimana cara memilih

tema cerita yang tepat berdasarkan usia anak? Anak-anak

menyukai hal-hal yang fantastis, aneh, yang membuat

imajinasinya “menari-nari”. Bagi anak-anak, hal-hal yang

menarik, berbeda pada setiap tingkat usia.

b. Waktu penyajian dengan mempertimbangkan daya pikir,

kemampuan bahasa, rentang konsentrasi dan daya tangkap

anak, maka para ahli dongeng menyimpulkan sebagai berikut:

1) Sampai usia 4 tahun, waktu cerita hingga 7 menit.

2) Usai 4-8 tahun, waktu cerita hingga 10-15 menit.

3) Usia 8-12 tahun, waktu cerita hingga 25 menit.

c. Suasana (situasi dan kondisi) disesuaikan dnegan

acara/peristiwa yang sedang atau akan berlangsung, seperti

acara kegiatan keagamaan, hari besar nasional, dan lain-lain.

(63)

45

yang disesuaikan dengan suasana. Jadi selaras materi cerita

dengan acara yang diselenggarakan, bukan satu atau beberapa

cerita untuk segala suasana.

Cerita bergambar disebut juga media visual. Secara lebih

khusus, Levied an Lentz menyebutkan fungsi media visual

(Arsyad, 2005: 16-18) terdiri dari fungsi atensi, fungsi afektif,

fungsi kognitif dan fungsi kompensatoris. Dalam fungsi atensi, media visual dapat menarik dan mengarahkan perhatian peserta

didik untuk berkonsentrasi kepada isi pembelajaran yang berkaitan

dengan maksud visual yang ditampilkan atau menyertai teks materi

pmbelajaran. Perlu diketahui bahwa pada saat awal kegiatan

pembelajaran, peserta didik cenderung tidak tertarik kepada isi

materi pembelajaran sehingga mereka kurang atau bahkan tidak

memperhatikannya. Tetapi dengan bantuan media pembelajaran

diharapkan dapat menenangkan dan mengarahkan perhatian peserta

didik kepada materi pembelajaran yang akan mereka pelajari

sehingga berdampak pada perolehan dan pengingatan isi materi

pembelajaran lebih besar.

Fungsi afektif dari media visual dapat diamati dari tingkat

“kenikmatan” peserta didik ketika belajar (membaca) teks yang

bergambar. Dalam hal ini gambar atau symbol visual dapat

menggugah emosi dan sikap peserta didik.Berdasarkan

Gambar

Gambar 1.1 Alur PTK menurut Kemmis dan MC Taggart
Tabel 3.1 Daftar Nama Siswa Kelompok B
gambar dibawah ini:
Tabel 4. 1 Ketentuan Pemberian Nilai Lembar Kerja Anak
+7

Referensi

Dokumen terkait

Ada juga yang mengajarkan “al-Fiqh alā madzāhibul arba’ah .” Ada juga yang memasukkan pelajaran aswaja ( ahli sunnah wal jama’ah ) masuk kedalam kurikulum pesantren. Karena

SMK merupakan lembaga pendidikan yang mempersiapkan siswanya untuk memiliki skill yang dapat digunakan secara langsung dalam dunia pekerjaan dan didalam dunia pekerjaan

Media pembelajaran berbasis flash pada materi tema makananku sehat. dan bergizi sub tema makananku sehat dan bergizi pembelajaran

Untuk aset dan liabilitas yang diukur secara berulang dalam laporan keuangan konsolidasian, Perusahaan dan Entitas Anak menentukan apakah perpindahan antar level

Dalam analisis laporan keuangan yang digunakan oleh perusahaan profit oriented ada beberapa keterbatasan dalam pelaporan arus kas seperti tidak diharuskannya pengungkapan

Martono dan Harjito (2013) mengatakan Franco Modigliani dan MH Miller menentang pendekatan tradisional dengan menawarkan pembenaran perilaku tingkat kapitalisasi

Berdasarkan hasil analisis data dan perhitungan statistik, temuan hasil penelitian adalah sebagai berikut: Faktor yang paling dominan dari variabel kepemimpinan,

Analisis regresi linier berganda digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas terhadap variabel tidak bebas (terikat) atasperubahan dari setiap peningkatan