i
PENINGKATAN HASIL BELAJAR ETIKA MELALUI
MEDIA CERITA BERGAMBAR PADA KELOMPOK B
ANAK USIA 5-6 TAHUN DI RA MIFTAHUL HUDA I
LOPAIT KECAMATAN TUNTANG KABUPATEN
SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2016/2017
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan
Disusun Oleh :
DINA NUR APRIANI
NIM 11613031
JURUSAN PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)
iii
PENINGKATAN HASIL BELAJAR ETIKA MELALUI
MEDIA CERITA BERGAMBAR PADA KELOMPOK B
ANAK USIA 5-6 TAHUN DI RA MIFTAHUL HUDA I
LOPAIT KECAMATAN TUNTANG KABUPATEN
SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2016/2017
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan
Disusun Oleh :
DINA NUR APRIANI
NIM 11613031
JURUSAN PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)
vii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
Terus berusaha dan tidak mengenal lelah, kegagalan bukanlah penghalang
keberhasilan kita namun salah satu tujuan kita untuk menjadi orang yang lebih
baik dan berhasil.
PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis persembahkan kepada:
1. Bapak ( Ir.Edy Supriyanto) dan Ibu ( Wiwik Suryanti)
2. Para dosenku, saudara-saudaraku,
3. Sahabat-sahabat seperjuangan,
4. Dan suamiku yang selalu setia “mensuportku”,
viii
KATA PENGANTAR
Bissmillahirahmanirahim...
Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah ST, yang telah
melimpahkan rahmat, taufiq, dan hidayahnya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi dengan judul Peningkatan Hasil Belajar Etika Melalui
Media Cerita Bergambar pada Kelompok B usia 5-6 tahun di RA Miftahul Huda I
Lopait Tahun Pelajaran 2016/2017.
Selawat serta salam senantiasa terlimpahkan kepada junjungan kita, Nabi
Muhammad SAW, yang telah membawa risalah Islam yang penuh dengan ilmu
pengetahuan, khususnya ilmu-ilmu keIslaman, sehingga dapat menjadi bekal
hidup kita di dunia dan akhirat kelak.
Suatu kebanggaan tugas ini dapat terselesaikan dengan sebaik-baiknya. Bagi
penulis, penyusunan skripsi ini merupakan tugas yang tidak ringan. Penulis sadar
banyak hambatan yang menghadang dalam proses penyusunan skripsi ini,
dikarenakan keterbatasan kemampuan penulis sendiri. Kalaupun akhirnya skripsi
ini dapat terselesaikan, tentunya karena beberapa pihak yang membantu penulis
dalam penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu penulis ucapkan banyak
terimakasih banyak kepada:
1. Bapak Dr. Rahmat Haryadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga.
2. Bapak Suwardi, M.Pd. selaku Dekan FTIK IAIN Salatiga.
3. Ibu Siti Asdiqoh, M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Islam Anak Usia
ix
4. Bapak Wahidin, S.Pd.I, M.Pd. Selaku Pembimbing Akademik dari semester
awal hingga semester akhir yang telah mengarahkan dan membimbing penulis.
5. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag. Selaku Pembimbing yang telah mengarahkan,
membimbing, memberikan petunjuk, memberi motivasi dan meluangkan
waktunya dalam penulisan skripsi ini.
6. Bapak dan Ibu dosen IAIN Salatiga yang telah memberikan ilmu, bagian
akademik dan staf perpustakaan yang telah memberikan layanan serta bantuan
kepada penulis.
7. Ibu Rohwayati, S.Pd. selaku Kepala Sekolah RA Miftahul Huda I Lopait,
beserta guru-guru yang telah mengizinkan kepada penulis untuk melakukan
penelitian di RA Miftahul Huda I Lopait.
8. Siswa-siswi Kelompok B RA Miftahul Huda yang telah mendukung dan
membantu penulis melakukan penelitian.
9. Teman PIAUD 2013, yang selalu bersama dalam suka dan duka.
10. Suamiku ( Bayu Aji Perdana) yang telah dengan sabar mengantar penulis untuk
menuntut ilmu dan mensuport penulis.
11. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam meyelesaikan skripsi ini, baik
secara langsung maupun tidak langsung.
Atas semua bantuan yang telah diberikan, penulis hanya dapat berdoa
semoga amal mereka mendapatkan balasan yang lebih baik dan mendapatkan
kesuksesan dunia akhirat, Amin.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna, masih banyak
x
membangun penulis harapkan dari berbagai pihak baik kebaikan penulisan di
masa yang akan datang. Dan akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini
xi ABSTRAK
Nur Apriani, Dina. 2017. Peningkatan Hasil Belajar Etika Melalui Media Cerita Bergambar Pada Kelompok B usia 5-6 Tahun Di RA Miftahul Huda I Lopait Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2016/2017. Skripsi, Jurusan Pendidikan Anak Usia Dini. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing Siti Rukhayati, M.Ag.
Kata Kunci: Hasil Belajar Etika, Media Cerita Bergambar
Dalam perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan serta teknologi khususnya dibidang informatika (budaya, sosial masyarakat) perlu diimbangi dengan etika. Terutama bagi kaum pelajar/terdidik adapun etika tersebut harus sudah dikenalkan sedini mungkin.
Etika adalah ajaran tentang baik buruk, yang diterima umum tentang sikap, perbuatan, kewajiban, dan sebagainya. Etika berkaitan dengan pemikiran dan cara bersikap dalam kerangka pemikiran, etika terdiri dari evaluasi masalah dan keputusan yang diprioritaskan seseorang. Bagi para sosiolog, etika adalah adat, kebiasaan, dan perilaku orang-orang dari lingkungan budaya tertentu. Diharapkan etika bisa membantu tingkah laku seseorang untuk berbuat baik dan atau benar, serta memahami perbuatan yang buruk dan atau salah.
Salah satu cara memudahkan anak dalam menerima pembelajaran tentang etika adalah dengan cerita bergambar. Menurut pengamatan cerita bergambar lebih efisien dan efektif karena mudah dipahami dan tingkat keberhasilan cukup. Gambar merupakan suatu media yang digunakan untuk memudahkan anak didik menerima penjelasan dari guru. Adapun KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) Nasional nilai yang ideal adalah 75 dan tingkat keberhasilan kelas ≥ 85% dari jumlah anak. Bila mana PTK ini dinyatakan berhasil jika nilai anak yang telah mencapai KKM (Kriteria
Ketuntasan Minimal) ≥70.
xii DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... ... i
LEMBAR BERLOGO ... ... ii
JUDUL ... ... iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ... iv
PENGESAHAN KELULUSAN ... ... v
PERNYATAAN KEASLIAAN TULISAN ... vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... ... vii
KATA PENGANTAR ... ... viii
ABSTRAK ... ... xi
DAFTAR ISI ... ... xii
DAFTAR TABEL ... ... xvi
DAFTAR GAMBAR ... ... xvii
DAFTAR LAMPIRAN ... ... xviii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... ... 1
B. Rumusan Masalah ... ... 5
C. Tujuan Penelitian ... ... 6
D. Hipotesis ... ... 6
E. Manfaat Penelitian ... ... 6
F. Definisi Penelitian ... ... 7
xiii
H. Metode Penelitian ... ... 13
I. Sistematika Penulisan ... ... 20
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hasil Belajar 1. Pengertian Hasil Belajar ... ... 22
2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar ... ... 23
B. Pembelajaran Etika 1. Pengertian Pembelajaran ... ... 26
2. Metode Pembelajaran ... ... 28
3. Konsep Etika ... ... 29
4. Etika Guru dan Siswa dalam berbagai Perspektif ... 30
5. Etika Murid dalam Pembelajaran ... ... 34
C. Media Cerita Bergambar 1. Pentingnya Media Pembelajaran ... ... 36
2. Fungsi dan Manfaat Media Pembelajaran ... 38
3. Cerita Bergambar ... ... 43
4. Nilai-nilai Pendidikan dalam Cerita ... 46
5. Kelebihan Gambar ... ... 47
D. Kelompok B Usia 5-6 Tahun 1. Pengertian Anak Usia Dini ... ... 48
xiv
E. Nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)
1. Pengertian Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) ... 51
2. Tujuan dan Langkah-langkah menentukan KKM ... 52
3. Cara menentukan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) ... 53
BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Sejarah Berdirinya RA Miftahul Huda I Lopait ... 55
2. Profil Sekolah ... ... 56
3. Letak Geografis Ra Miftahul Huda I Lopait ... 57
4. Visi, Misi dan Tujuan RA Miftahul Huda I Lopait ... 57
5. Keadaan Siswa dan Guru ... 59
6. Struktur Organisasi ... 60
B. Pelaksanaan Penelitian 1. Deskripsi Pelaksanaan Pra Siklus ... ... 61
2. Deskripsi Penelitian Pelaksanaan Siklus I ... ... 62
3. Deskripsi Pelaksanaan Siklus II ... ... 65
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Per Siklus 1. Ketentuan Penilaian ... ... 68
2. Pra Siklus ... ... 70
3. Siklus I ... ... 74
4. Siklus II ... ... 79
xv BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ... .... 86
B. Saran ... .... 86
Daftar Pustaka ... ... 87
Lampiran-lampiran ... ... 84
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Daftar Nama Siswa Kelompok B ... ... 59
Tabel 3.2 Daftar Nama Guru RA Miftahul Huda I ... 60
Tabel 4.1 Ketentuan Pemberian Nilai Lembar Kerja Anak ... 68
Tabel 4.2 Indikator yang Diamati Tiap Siklus ... 69
Tabel 4.3 Hasil Penilaian Pra Siklus ... 70
Tabel 4.4 Hasil Pengamatan Guru Pra Siklus ... 72
Tabel 4.5 Hasil Pengamatan Siswa Pra Siklus ... 73
Tabel 4.6 Hasil Penilaian Siklus I ... 74
Tabel 4.7 Hasil Pengamatan Guru Siklus I ... 77
Tabel 4.8 Hasil Pengamatan Siswa Siklus I ... 72
Tabel 4.9 Hasil Penilaian Siklus II ... 78
Tabel 4.10 Hasil Pengamatan Guru Siklus II ... 82
Tabel 4.11 Hasil Pengamatan Siswa Siklus II ... 83
xvii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Alur PTK menurut Kemmis dan MC Taggart ... 14 Gambar 3.1 Struktur Organisasi RA Miftahul Huda I ... ... 60 Gambar.4.1 Diagram Peningkatan Pemahaman Etika Melalui Media Cerita
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH) Siklus I
Lampiran 2 Lembar Kerja Anak Siklus I
Lampiran 3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH) Siklus II
Lampiran 4 Lembar Kerja Anak Siklus II
Lampiran 5 Foto pelaksanaan Pembelajaran
Lampiran 6 Penunjukkan Dosen Pembimbing
Lampiran 7 Surat Permohonan Ijin Penelitian
Lampiran 8 Surat Keterangan Penelitian
Lampiran 9 Lembar Konsultasi Pembimbing
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Manusia dilahirkan di dunia ini tanpa pengetahuan apapun, tetapi
dalam kelahirannya manusia dilengkapi dengan fitrah yang
memungkinkannya untuk menguasai berbagai pengetahuan. Diantara
tanda fitrah itu adalah Allah menciptakan manusia sebagai makhluk yang
paling sempurna dengan menganugerahkan berbagai potensi, baik potensi
jasmani (Fisik), potensi spiritual (Qolbu), maupun potensi akal fikiran.
Maka dari itu manusia diposisikan sebagai makhluk yang istimewa
dibandingkan dengan makhluk lainnya. Allah SWT berfirman dalam
Al-Qur‟an surat At Tin ayat 4 yang artinya
Artinya:“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik- baiknya”.
Pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial, yang dalam
kehidupannya yang selalu terjadi proses interaksi, jika interaksi itu
dilakukan dengan sadar bertujuan agar manusia itu dapat merubah tingkah
lakunya, pola fikir, dan perbuatannya. Dari pola interaksi ini dapat
diketahui bahwa proses interaksi pendidikan merupakan suatu proses yang
sangat penting untuk ketiga potensi yang dimiliki oleh manusia agar
2
Salah satu fitrah di dalam manusia adalah bertingkah laku atau
beretika. Etika berasal dari bahasa Yunani kuno ethos dalam bahasa tunggal, artinya adat kebiasaan, adat istiadat, akhlak yang baik. Etika
adalah suatu ajaran yang berbicara tentang baik dan buruknya yang
menjadi ukuran baik buruknya atau dengan istilah lain ajaran tentang
kebaikan dan keburukan, yang menyangkut peri kehidupan manusia dalam
hubungannya dengan Tuhan, sesama manusia, dan alam. Etika dapat
dinyatakan sebagai suatu pembelajaran tentang tingkah laku manusia yang
baik dan juga untuk mengenal tingkah laku yang buruk (Manpan, 2014:6).
Guru adalah profesi yang paling berperan aktif dan paling peka
dalam dunia pendidikan, oleh karenanya dengan ilmu pengetahuan dan
teknologi, kualifikasi guru diinginkan menghasilkan generasi yang lebih
baik dari hari esok. Dengan kualitas guru yang memadai diharapkan dapat
mencegah dan mengatasi dampak negatif perkembangan zaman.
Guru tidak hanya bertugas sebagai pengajar, tetapi juga berperan
dalam usaha pembentukan watak, tabiat maupun pengembangan sumber
daya yang dimiliki oleh anak didik. Untuk itu peran guru tidak hanya
terbatas pada peran sebagai pengajar yang hanya transfer of knowledge
(memindahkan pengetahuan), dan transfer of skill (menyalurkan keterampilan) saja, tetapi peran keaktifannya diharapkan mampu
mengarahkan, membentuk dan membina sikap mental anak atau murid
kearah yang lebih baik, sehingga pada peran yang ketiga ini guru
3
Keberhasilan kegiatan belajar mengajar menentukan kesuksesan
guru dan sekolah dalam melaksanakan pendidikan. Sebaliknya ketidak
berhasilan guru dan sekolah ditunjukkan oleh buruknya kegiatan belajar
mengajar. Oleh karena itu, guru yang berhasil akan selalu memperhatikan
hal ini. Seorang guru efektif sangat memperhatikan efektifitas kegiatan
belajar mengajar di sekolah khususnya di dalam kelas (Siti, 2015:34).
Berbicara mengenai pendidikan, guru, peserta didik, dan kurikulum
merupakan komponen utama pendidikan. Berdasarkan ketiga komponen
tersebut guru yang dinilai sebagai satu faktor yang paling penting, karena
ditangan para gurulah proses belajar mengajar dan mencerdaskan peserta
didik (Jumali, dkk. 2004:39). Berarti guru bertanggung jawab terhadap
nilai-nilai yang diajarkan termasuk nilai-nilai budi pekerti dan kepribadian
yang manusiawi.
Anak usia dini didefinisikan pula sebagai kelompok anak yang
berada dalam proses pertumbuhan dan perkembangan yang bersifat unik.
Mereka memiliki pola pertumbuhan dan perkembangan yang khusus
sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangannya (Mansur,2005).
Pada masa tersebut merupakan masa emas (golden age), karena anak mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang cukup pesat dan tidak
tergantikan pada masa mendatang.
Pendidikan anak usia dini dapat dilaksanakan melalui pendidikan
4
berbentuk taman kanak-kanak (TK) dan Raudhatul Athfal (RA) dan
bentuk lain yang sederajat. Pendidikan anak usia dini jalur non formal
berbentuk kelompok bermain (KB), taman penitipan anak (TPA),
sedangkan pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan informal
berbentuk pendidikan keluarga atau pendidikan yang diselenggarakan
lingkungan seperti pos PAUD dan posyandu (Hariati, 1994).
Dalam pembelajaran di kelas kelompok B di RA Miftahul Huda I
memiliki strategi dalam pembelajaran dan memiliki metode dalam
mengajar di kelas salah satunya adalah bercerita. Untuk mendukung agar
strategi dan metode belajar di kelas dapat berjalan dengan lancar perlu
adanya faktor pendukung agar kegiatan belajar mengajar (KBM) dapat
berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Faktor pendukung tersebut adalah
perencanaan harian (RPPH), sumber kegiatan, materi yang diajarkan, dan
mempersiapkan bahan ajar.
Bercerita adalah metode yang biasa digunakan oleh guru dalam
menyampaikan nasehat dan pembentukan tingkah laku atau etika kepada
anak didik. Dengan bercerita anak akan lebih mudah menangkap yang
disampaikan guru, salah satunya dengan cerita bergambar. Kemudian perlu
diketahui bahwa sebelum diterapkannya metode cerita bergambar anak
didik kesulitan dalam menerima dan melakukannya, sehingga tidak sesuai
dengan yang diharapkan. Adapun yang diharapkan adalah bisa bertingkah
5
menerima tingkah laku yang benar dan meninggalkan tingkah laku yang
salah.
Adapun sarana dan prasarana lain yang diperlukan antara lain:
1. Kesiapan anak didik dalam memperhatikan dan mendengarkan cerita
bergambar yang disampaikan oleh guru.
2. Mempersiapkan alat peraga yang mendukung dalam penyampaian
cerita bergambar oleh guru.
3. Sarana lembar evaluasi anak.
Karena dengan cerita bergambar akan lebih mudah menarik
perhatian anak-anak. Pembentukan tingkah laku atau etika untuk
kelompok B usia 5-6 tahun sangatlah penting, karena untuk
mempersiapkan kejenjang yang lebih lanjut yaitu SD/MI.
Berdasarkan dari latar belakang tersebut, peneliti tertarik
melakukan penelitian dengan judul “PENINGKATAN HASIL
BELAJAR ETIKA MELALUI MEDIA CERITA BERGAMBAR PADA KELOMPOK B ANAK USIA 5-6 TAHUN DI RA MIFTAHUL HUDA I KECAMATAN TUNTANG KABUPATEN SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2016/2017.
B. Rumusan Masalah
Apakah penerapan media cerita bergambar dapat meningkatkan
hasil belajar etika pada kelompok B usia 5-6 tahun di RA Miftahul Huda I
Lopait Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran
6 C. Tujuan Penelitian
Untuk meningkatkan hasil belajar etika pada kelompok B usia 5-6
tahun melalui media cerita bergambar di RA Miftahul Huda I Lopait
Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang Tahun Ajaran 2016/2017.
D. Hipotesis Tindakan
Penggunaan media cerita dapat meningkatkan hasil belajar pada
kelompok B usia 5-6 tahun RA Miftahul Huda I Lopait Tahun Pelajaran
2016/2017.
E. Manfaat Hasil Penelitian 1. Secara Teoritik
Dapat memberikan konstribusi bagi pengembangan pendidikan
pada umumnya, khususnya dapat memperkaya etika dalam dunia
pendidikan Islam yang diperoleh melalui lapangan.
2. Secara Praktis
a. Bagi siswa, dapat memberikan suasana pembelajaran yang
menyenangkan dan kenyamanan dalam proses belajar mengajar,
secara tidak langsung konsentrasi siswa dan pengajar lebih efektif.
b. Bagi guru, sebagai bahan ajar dalam kegiatan belajar mengajar
agar lebih menarik dan menyenangkan.
c. Bagi sekolah, dapat memberikan peningkatan dalam proses belajar
mengajar, dan memperkenalkan media cerita yang menyenangkan
7 F. Definisi Operasional
Untuk memberikan gambaran sekaligus memperjelas pengertian
pemahaman serta agar tidak terjadi kesalahpahaman terhadap judul di atas,
maka dijelaskan di bawah ini:
1. Hasil Belajar
Menurut R. Gagne dalam Susanto (2013: 1), belajar adalah suatu
proses untuk motivasi dalam pengetahuan, keterampilan, kebiasaan
dan sikap. Belajar dan mengajar merupakan cara yang tidak dapat
dipisahkan satu sama lain. Menurut Hamalik (2008), yang menyatakan
bahwa hasil belajar dapat diartikan sebagai terjadinya perubahan
tingkah laku pada diri seseorang yang dapat diamati dan di ukur
bentuk pengetahuan, sikap dan keterampilan. Perubahan tersebut
dapat diartikan sebagai terjadinya peningkatan dan pengembangan
yang lebih baik sebelumnya yang tidak tahu menjadi tahu.
Hasil belajar siswa adalah kemampuan yang diperoleh anak
melalui kegiatan belajar. Karena belajar merupakan suatu proses dari
seseorang untuk meningkatkan hasil belajar yang maksimal dan
membutuhkan waktu untuk mendapatkan hasil belajar yang maksimal.
2. Pembelajaran Etika
Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan
pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar yang
meliputi guru dan siswa yang saling bertukar informasi. Di sisi lain
8
tetapi sebenarnya mempunyai konotasi yang berbeda.
http://belajarpsikologi.com diakses pada tanggal 8 Januari 2017.
Etika (Yunani Kuno:”ethikos”,berarti “ timbul dari kebiasaan”).
Etika adalah ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan
tentang hak dan kewajiban moral (akhlaq); kumpulan asas atau nilai
yang berkenaan dengan akhlaq; nilai mengenai nilai benar dan salah,
yang dianut suatu golongan atau masyarakat. (Kamus Besar Bahasa
Indonesia,1989). Etika mencangkup analisis dan penerapan konsep
seperti benar, salah, baik, buruk, dan tanggung jawab. Etika
sebenarnya lebih banyak bersangkutan dengan prinsip-prinsip dasar
pembenaran dalam hubungan tingkah laku manusia (Kattsoff, 1986).
Jadi yang dimaksud disini yaitu setiap orang memiliki sikap dan
tingkah laku yang berbeda-beda dengan adanya etika yang dimiliki
usaha seseoranguntuk mendapatkan hasil yang baik dari hasil
sebelumnya dan cara beretika terhadap orang lain.
3. Media Cerita Bergambar
Media dalam komunikasi berasal dari kata “mediasi” karena
mereka hadir diantara pemirsa dan lingkungan. Media juga dapat
digunakan sebagai sumber belajar, bahan ajar untuk guru dan media
tersebut biasa disebut media pembelajaran. Media pembelajaran
secara umum adalah alat bantu proses belajar mengajar. Segala
9
perhatian, dan kemampuan untuk keterampilan pembelajaran sehingga
dapat mendorong terjadinya proses belajar (Kasimin, dkk. 2012:63).
Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang secara harfiah
berarti „tengah‟, „perantara‟, atau „pengantar‟. Dalam bahasa Arab,
media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada
penerima pesan.
Hamalik (1986) mengemukakan bahwa pemakaian media
pengajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan
keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan
rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa
pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa (Kasimin, dkk. 2012:64).
Media pembelajaran banyak sekali jenis dan macamnya. Mulai
yang terkecil sederhana dan murah hingga media yang canggih dan
harganya mahal. Ada media yang dapat dibuat oleh guru sendiri dan
ada pula yang buatan pabrik. Beberapa media yang paling akrab dan
hampir semua sekolah memanfaatkan adalah media cetak (buku).
Selain itu banyak sekolah juga yang telah memanfaatkan jenis media
lain seperti gambar, boneka tangan, video, VCD, kaset audio, dan
obyek-obyek nyata.
Cerita adalah rangkaian peristiwa yang disampaikan, baik
berasal dari kejadian nyata (non fiksi) ataupun tidak nyata (fiksi).
Mengapa metode bercerita ini efektif? Jawabannya adalah pertama,
10
pada umumnya cerita terekam jauh lebih kuat dalam memori manusia.
Kedua, melalui cerita diajar untuk mengambil hikmah tanpa merasa
digurui (Itadz, 2008:21).
Untuk mempermudah pembelajaran pada anak usia 5-6 tahun
agar lebih menarik sebagai guru yang kreatif dapat menggunakan
media Cergam (Cerita Bergambar). Cergam atau cerita bergambar adalah cerita yang menjadi inti dari ceritanya adalah narasinya,
sedangkan gambar hanya sebagai ilustrasi pelengkap. Gambarnya
hanya sebagai ilustrasi dari cerita yang ada tetapi hanya menceritakan
salah satu adegan dalam sebuah cerita.
4. Nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)
1. Pengertian Nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)
Nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) adalah kriteria
paling rendah untuk menyatakan peserta didik mencapai
ketuntasan. Siswa yang belum mencapai niali KKM dikatakan
belum tuntas. KKM harus diterapkan diawal tahun ajaran oleh
satuan pendidikan berdasarkan hasil musyawarah guru mata
pelajaran di satuan pendidikan atau beberapa satuan pendidikan
yang memiliki karakteristik yang hampir sama. Satuan
pendidikan diharapkan meningkatkan kriteria Ketuntasan
Belajar secara terus menerus untuk mencapai kriteria ketuntasan
11
2. Cara Menentukan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)
a. Krietria Ketuntasan Minimal (KKM) Individu
Untuk menentukan ketuntasan belajar siswa
(individual) dapat dihitung dengan menggunakan persamaan
sebagai berikut : (Trianto, 2010: 241)
1) Ketuntasan Belajar (KB)
2) Jumlah skor yang diperoleh
3) Jumlah skor total
Persentase Nilai Rata- rata Anak
= Jumlah skor yang dicapai tiap amatan x 100 % Jumlah skor maksimum
b. Kriteria Ketuntasan (KKM) Nasional
Pada kurikulum 2006 (yang dikenal dengan KTSP) kita
telah mengetahui bersama bahwa sekolah harus menentukan
KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal). KKM tersebut
ditetapkan dengan acuan tertentu dan tiap mata pelajaran
KKMnya bisa jadi berbeda-beda. KKM ditentukan dari yang
terendah ( misal 65%) dan tiap tahun ditingkatkan hingga
mencapai KKM ideal nasional 75 atau bahkan lebih. Persentase Nilai Rata- rata Anak
12
c. Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) Kelas
Untuk menentukan ketuntasan belajar kelas dapat
dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut :
1) Ketuntasan kelas
2) Total anak yang tuntas
3) Total anak keseluruhan di kelas
4) Persentasi Ketuntasan di kelas (100%)
Setiap siswa dikatakan tuntas belajarnya di kelas jika
dalam kelas tersebut terdapat ≥ 85% siswa yang telah tuntas
belajarnya. (Dekdikbud dalam Trianto, 2010: 241)
G. Indikator Keberhasilan
Penerapan media cerita bergambar ini dikatakan efektif apabila
indikator yang diharapkan tercapai. Adapun indikator yang dapat
dirumuskan penulis adalah
1. Siswa dikatakan tuntas belajar apabila memperoleh nilai lebih dari 70.
2. Dari seluruh siswa ada 85% yang telah mencapai Kriteria Ketuntasan
Minimal (KKM).
Persentase Nilai Rata- rata Kelas = Total pencapaian kelas x 100 %
13 H. Metode Penelitian
1. Rancangan Penelitian
Penelitian yang dilakukan menggunakan penelitian PTK.
Penelitian Tindakan Kelas berasal dari bahasa Inggris, yaitu Classrom
Action Research, diartikan penelitian dengan tindakan yang dilakukan
dikelas. Penelitian tindak kelas adalah penelitian praktis yang
dimaksudkan untuk memperbaiki pembelajaran di kelas. Penelitian ini
merupakan salah satu upaya guru atau praktisi dalam bentuk berbagai
kegiatan yang dilakukan untuk memperbaiki dan meningkatkan mutu
pembelajaran di kelas. Pengertian penelitian tindak kelas (PTK)
berkembang dari istilah penelitian tindakan (action research)
(Sanjaya, hal.24). penelitian tindakan mulai berkembang di Amerika
dan berbagai negara di Eropa, khususnya dikembangkan oleh mereka
yang bergerak dibidang ilmu sosial dan humaniora (Basrowi &
Suwandi, hal 24-25).
Berdasarkan beberapa pemahaman mengenai PTK diats dapat
disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas (PTK) adalah suatu
pengamatan yang menerapkan tindakan didalam kelas dengan
menggunakan aturan sesuai dengan metodologi penelitian yang
dilakukan dalam beberapa periode atau siklus.
Jadi PTK adalah penelitian yang dilakukan dengan memperbaiki
dan meningkatkan kualitas proses belajar mengajar guru, sehingga
14
Alasan peneliti menggunakan penelitian tindakan kelas adalah
karena peneliti ikut terlibat langsung dalam penelitian. Dalam
penelitian ini, kelas yang berisi murid dijadikan obyek penelitian,
maka siswa yang berada di kelas tersebut adalah sebagai populasi
yang diteliti.
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan model penelitian
Kemmis dan MC Taggart, yang termuat dalam gambar bagan berikut
ini:
Gambar 1.1 Alur PTK menurut Kemmis dan MC Taggart Observasi Awal
Refleksi Observasi
Tindakan Perencanaan
Siklus I
Observasi
Refleksi Observasi
Tindakan
Hasil
15 2. Obyek Penelitian
Obyek penelitian ini adalah anak didik Kelompok B usia 5-6
tahun RA Miftahul Huda I Lopait Tahun Pelajaran 2016/2017 yang
berjumlah 23 anak, terdiri dari 9 anak laki-laki dan 14 anak
perempuan. Peneliti memilih kelas kelompok B karena pada usia ini
masih dikatakan golden age (usia keemasan). Mengapa dikatakan demikian karena pada usia 4-6 tahun anak masih mudah menyerap,
dan menerima ilmu yang disampaikan.
3. Langkah-langkah Penelitian
Tahap – tahap dalam Penelitian Tindak Kelas (PTK) terdiri dari
empat tahapan penting ( Yanto, 2013:40), yaitu:
a. Tahapan Rencana (Planning)
1) Membuat konsep pembelajaran dengan penerapan media cerita
bergambar (silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran harian
(RPPH)
2) Mencari atau membuat buku bergambar mengenalkan etika
kepada anak.
3) Mempersiapkan alat yang dapat mendukung untuk membuat
lebih menarik dalam bercerita.
4) Menyusun pertanyaan untuk anak setelah peneliti selesai
16
b. Tahap Tindakan (Action)
Merupakan pelaksanaan yang telah dibuat yang berupa
penerapan pembelajaran sesuai dengan skenario pembelajaran
yang tertulis pada RPPH dan tahap perencanaan.
c. Observasi
Pada tahap ini segala aktivitas siswa dalam proses
pembelajaran diamati, dicatat, dan dinilai kemudian dianalisis
untuk dijadikan umpan balik. Pengamatan tersebut meliputi
keaktifan dan inisiatif siswa selama pembelajaran berlangsung.
Observasi yang penulis ambil adalah tersistematis tentang
apa yang diamati, kapan dan dimana tempatnya. Obyek observasi
di sini adalah RA Miftahul Huda I Lopait.
d. Tahap Refleksi (Refletion)
Untuk mengetahui ketercapaian dan keberhasilan tujuan
penelitian. Tahap refleksi (refletion), meliputi:
1) Mencatat hasil observasi dan pelaksanaan pembelajaran
2) Evaluasi hasil observasi
3) Analisis hasil pembelajaran.
4. Instrumen Penelitian
Instrumen pengumpulan data yang diperlukan dalam penelitian
tindakan kelas adalah:
a. Rencana Kegiatan Harian (RKH), yaitu seperangkat pembelajaran
17
menyusun untuk tiap putaran. Masing-masing RKH berisi tentang
tingkat pencapaian perkembangan, indikator, kegiatan
pembelajaran, alat dan sumber belajar serta hasil penilaian.
b. Tes Buatan Peneliti, yaitu berupa lembar penugasan yang
dikerjakan oleh anak didik, tes buatan peneliti tersebut digunakan
untuk mendapatkan data kuantitatif berupa nilai yang akan
dianalisis dan diolah menjadi data kualitatif nantinya.
c. Lembar Observasi, yaitu lembar yang digunakan untuk
mengamati anak didik selama proses pembelajaran peningkatan
pemahaman etika melalui media cerita bergambar.
d. Wawancara, yang mana ditujukan kepada informan yaitu Kepala
Sekolah dan guru pendamping kelompok B di RA Miftahul Huda I.
Wawancara ini bertujuan untuk memperoleh informasi tentang
data atau profil sekolah dan pendapat guru sebelum dan sesudah
menerapkan metode bercerita menggunakan cerita bergambar.
e. Dokumentasi, peneliti membutuhkan dokumentasi meliputi:
1) Foto kegiatan pembelajaran.
2) RKH.
3) Data siswa, guru dan profil sekolah.
5. Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan data yang cukup dan sesuai dengan pokok
18
metode pengumpulan data yang mana satu sama lainnya saling
melengkapi, metode tersebu tantara lain:
a. Observasi
Observasi dilakukan untuk mengenal, merekam dan
mendokumentasikan segala hal yang berkaitan dengan hasil dari
proses pelaksanaan tindakan. Fungsinya adalah untuk mengetahui
apakah tindakan yang dilakukan sudah mengarah pada terjadinya
perubahan kearah positif dalam KBM.
b. Tes Tanya Jawab
Tes tanya jawab digunakan peneliti untuk mengukur hasil
belajar siswa. Jenis tes yang digunakan adalah tes lisan, dan tes
tanya jawab dilaksanakan post test. 6. Analisis Data
Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik diskriptif untuk
menganalisis data yang terkumpul, penulis menggunakan metode
analisis kualitatif. Analisis deskriptif kualitatif adalah cara analisis
yang cenderung menggunakan kata-kata untuk menjelaskan fenomena
ataupun data yang didapatkan.
Untuk data kualitatif/non angka yang diperoleh penulis dari
penelitian akan penulis olah dengan menggunakan metode deskriptif
analitis non statistik dengan cara:
a. Metode induktif, yaitu cara berfikir yang bertolak dari fakta-fakta
19
b. Metode deduktif, yaitu perolehan data atau keterangan yang
bersifat umum, kemudian diolahuntukmendapatkanrincian yang
bersifatkhusus.
Analisis data menurut Arikunto (2008:128) adalah proses
mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil
penelitian dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori,
menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke
dalam pola, memilih mana yang penting dan mana yang harus
dipelajari dan membuat kesimpulan sehingga dapat dipahami oleh diri
sendiri dan orang lain.
Tahap–tahap yang dilakukan peneliti dalam menganalisis data adalah:
a. Pengumpulan data
Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan pada saat
pengumpulan data berlangsung dan selesai pengumpulan data.
b. Reduksi data
Mereduksi data berarti merangkum hal-hal yang pokok,
memfokuskan hal-hal yang penting. Dicari tema dan polanya.
Tahap ini dilakukan untuk memberikan gambaran yang jelas,
mempermudah peneliti melakukan pengumpulan data dan
mencarinya apabila diperlukan.
c. Display data
Data yang telah direduksi disajikan dalam bentuk uraian
20
d. Kesimpulan
Kesimpulan dimaksudkan untuk melihat apakah tujuan
pembelajaran yaitu penggunaan metode cerita bergambar dapat
meningkatkan pemahaman etika anak usia 5-6 tahun di RA
Miftahul Huda I Lopait tahun pelajaran 2016/2017. Apabila
penelitian tahap pertama (Siklus I) belum memenuhi tujuan
pembelajaran dengan baik, maka diadakan tindak lanjut
(penelitian ulang yaitu tahap Siklus II). Jika sudah dapat
memenuhi atau berhasil dalam tujuan pembelajaran tersebut maka
penelitian dihentikan sampai Siklus II.
I. Sistematika Penulisan
Secara garis besar sistematika penulisan skripsi dalam penelitian
tindak kelas adalah sebagai berikut:
Bagian awal yang terdiri dari halaman sampul, lembar logo,
halaman judul, lembar persetujuan, pernyataan keaslian tulisan, moto dan
persembahan, kata pengantar, abstrak, daftar isi dan daftar lampiran.
Bab I berisi pendahuluan, latar belakang, rumusan masalah, tujuan
penelitian, hipotesis tindakan dan indicator keberhasilan, manfaat
penelitian, definisi operasional, metode penelitian, dan sistematika
penulisan.
Bab II berisi kajian pustaka yang mencangkup pembelajaran etika
21
Bab III pelaksanaan peneliti, mencangkup deskripsi lokasi,
gambaran umum sekolah, subjek dan objek penelitian.
Bab IV hasil penelitian dan pembahasan mencangkup data hasil
pengamatan, analisis data dan faktor pendukung dan penghambat.
Bab V penutup, mencangkup kesimpulan hasil penelitian dan
saran-saran yang selanjutnya akan bermanfaat bagi perkembangan teori
22 BAB II KAJIAN TEORI
A. HASIL BELAJAR
1. Pengertian Hasil Belajar
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), belajar
adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu. Belajar
merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon.
Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat
menunjukkan perubahan perilakunya.
Menurut Winkel, Belajar adalah semua aktivitas mental atau
psikis yang berlangsung dalam interaktif aktif dalam lingkungan,
yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengelolaan
pemahaman.
Menurut Moh. Surya (1981: 32), belajar adalah sesuatu
proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu
perubahan tingak laku yang baru keseluruhan, sebagai hasil
pengalaman individu itu sendiri dalam interaksinya dengan
lingkungan.
Menurut R. Gagne dalam Susanto (2013: 1), belajar adalah
suatu proses untuk motivasi dalam pengetahuan, keterampilan,
kebiasaan dan sikap. Belajar dan mengajar merupakan cara yang
23
yang menyatakan bahwa hasil belajar dapat diartikan sebagai
terjadinya perubahan tingkah laku pada diri seseorang yang dapat
diamati dan di ukur bentuk pengetahuan, sikap dan keterampilan.
Perubahan tersebut dapat diartikan sebagai terjadinya peningkatan
dan pengembangan yang lebih baik sebelumnya yang tidak tahu
menjadi tahu.
Hasil belajar siswa adalah kemampuan yang diperoleh anak
melalui kegiatan belajar. Karena belajar merupakan suatu proses
dari seseorang untuk meningkatkan hasil belajar yang maksimal
dan membutuhkan waktu untuk mendapatkan hasil belajar yang
maksimal.
2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Menurut Wasliman (dalam Susanto, 2013: 12-13) ada dua
macam faktor yang mempengaruhi proses belajar, yaitu:
a. Faktor Internal, yakni faktor yang bersumber dari dalam diri
peserta didik yang mempengaruhi kemampuan belajarnya.
Faktor internal ini meliputi:
1) Kesehatan
Kesehatan jasmani dan rohani sangat besar
pengaruhnya terhadap kemampuan belajar. Kondisi fisik
yang sehat dan bugar akan memberikan pengaruh positif
24
yang lemah dan sakit akan menghambat tercapainya hasil
belajar yang maksimal.
2) Intelegensi (Kecerdasan)
Seseorang yang memiliki intelegensi baik (IQ-tinggi)
umumnya mudah belajar dan hasilnya pun cenderung baik
sebaliknya orang yang intelegensinya rendah cenderung
mengalami kesukaran dalam belajar, lambat berpikir
sehingga presentasi belajarnya rendah.
3) Bakat
Bakat merupakan faktor yang besar pengaruhnya
terhadap proses dan hasil belajar seseorang. Bakat memang
diakui sebagai kemampuan bawaan yang merupakan
potensi yang masih perlu dikembangkan dan dilatih.
4) Minat
Minat berarti kecenderungan dan kegairahan yang
tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Minat
pada dasarnya adalah penerimaan akan sesuatu diluar diri,
semakin kuat atau dekat hubungan tersebut semakin besar
minat. Minat dapat timbul karena daya tarik dari luar dan
datang dari hati sanubari.
5) Motivasi
Motivasi adalah kondisi psikologis yang mendorong
25
motivasi belajar seseorang turut mempengaruhi
keberhasilannya.
b. Faktor eksternal, yakni faktor yang berasal dari luar diri peserta
didik yang mempengaruhi hasil belajar.
Faktor eksternal meliputi:
1) Keluarga
Keluarga merupakan lingkungan pertama dan utama
yang betanggung jawab terhadap pendidikan anak. Orang
tua berperan untuk melatih dan menggajarkan anak untuk
dapat berbicara dan berjalan, melatih berbagai keterampilan
seperti cara mengurus diri sendiri, sopan santun, nilai-nilai,
dan mengenalkan berbagai objek yang ditemuinya
dilingkungan dekatnya.(boediono, 2002)
2) Sekolah
Keadaan sekolah tempat belajar turut mempengaruhi
tingkat keberhasilan belajar. Kualitas guru, metode
mengajarnya, kesesuaian kurikulum dengan kemampuan
anak, keadaan fasilitas/perlengkapan di sekolah, keadaan
ruangan, semua ini turut mempengaruhi keberhasilan anak
belajar.
3) Masyarakat
Keadaan masyarakat juga menentukan prestasi belajar.
26
masyarakat yang terdiri orang-orang yang berpendidikan
tinggi dan moralnya baik, hal ini akan mendorong anak
lebih giat belajar. Tetapi sebaliknya, apabila tinggal
dilingkungan banyak anak-anak nakal, tidak bersekolah dan
pengangguran, hal ini akan mengurangi semangat belajar
anak dan kurang menunjang sehingga motivasi belajar
menjadi kurang.
B. PEMBELAJARAN ETIKA
1. Pengertian Pembelajaran
Sebelum penulis memaparkan penjelasan tentang pelaksanaan
pembelajaran etika, akan dikemukakan dulu beberapa istilah yang
bersangkutan dengan pembelajaran.
Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan
pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar yang
meliputi guru dan siswa yang saling bertukar informasi. Di sisi lain
pembelajaran mempunyai pengertian mirip dengan pengajaran,
tetapi sebenarnya mempunyai konotasi yang berbeda.
http://belajarpsikologi.com diakses pada tanggal 8 Januari 2017
Belajar sambil bermain ditekankan pada pengembangan
potensi fisik (koordinasi motorik halus dan kasar), intelegensi
(daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, dan kecerdasan
27
dan komunikasi menjadi kompetensi/kemampuan yang secara
actual dimiliki anak (Boediono, 2002).
Program belajar-mengajar anak usia dini dirancang dan
dilaksanakan sebagai suatu system yang dapat menciptakan kondisi
yang menggugah dan memberikan kemudahan bagi anak usia dini
untuk belajar sambil bermain melalui berbagai aktivitas yang
bersifat kongkrit, dan yang sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan
perkembangan serta kehidupan anak usia dini. (kurikulum, 2002)
Keberhasilan proses pembelajaran anak usia dini ditandai
dengan pencapaian pertumbuhan dan perkembangan anak usia dini
secara optimal dan dengan hasil pembelajaran yang mampu
menjadi jembatan bagi anak usia dini untuk menyesuaikan diri
dengan lingkungan dan perkembangan selanjutnya.(Boediono,
2002)
Proses pembelajaran anak usia dini dapat dikatakan
gampang-gampang susah. Kadang kita memberikan fasilitas belajar
yang mahal dan berharap anak belajar banyak, tetapi pada
kenyatannya anak justru tidak belajar.Sebaliknya, kadang dengan
mainan yang sangat sederhana dan murah harganya anak-anak
menjadi lebih tertarik dan ingin tahu lebih banyak.Bermain sambil
belajar merupakan esensi bemain yang menjiwai setiap kegiatan
28
Pembelajaran bersifat holistik dan terpadu. Pembelajaran
mengembangkan semua aspek perkembangan, meliputi 1) moral
dan nilai-nilai agama, 2) sosial-emosional, 3) kognitif, 4) bahasa, 5)
Fisik-motorik, 6) Seni.Pembelajaran bersifat terpadu yaitu tidak
mengajarkan bidang studi secara terpisah (Boediono, 2002).
Pendekatan pembelajaran menggunakan prinsip-prinsip
antara lain: a) Berorientasi pada Kebutuhan Anak, b) Belajar
Sambil Bermain, c) Kreatif dan Inovatif, d) Lingkungan Kondusif,
e) Menggunakan pendekatan Tematik, f) Mengembangkan
Keterampilan Hidup, g) Menggunakan pembelajaran
terpadu.(Boediono, 2002)
2. Metode Pembelajaran
Pada dasarnya guru adalah seorang pendidik.Salah satu hal
yang harus dilakukan guru adalah dengan mengajar di kelas.Salah
satu yang penting adalah performance guru dikelas.Bagaimana
seorang guru dapat menguasai keadaan kelas sehingga tercipta
suasana belajar yang menyenangkan.Dengan demikian guru harus
menerapkan metode pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik
anak didiknya.
Menurut Ns. Roymond H. Simamora, M.Kep memaparkan
beberapa metode yang dapat digunakan: 1) Metode Ceramah, 2)
Metode Diskusi, 3) Metode Demonstrasi, 4) Metode Study
29
Jawab
http://belajarpsikologi.com/macam-macam-metodepembelajaran diakses pada tanggal 6 Januari 2017.
Pembelajaran yang mengundang rasa ingin tahu anak dan
mengajak anak untuk terlibat aktif dalam pembelajaran sangat
diharapkan.Pemanfaatan potensi alam di sekitar satuan pendidikan
perlu dioptimalkan agar anak belajar dari konteks kehidupan
kesehariannya.
3. Konsep Etika
Sebagaimana telah dijelaskan diawal, untuk menyebutkan
etika kebanyakan orang memandangnya sama saja dengan istilah
akhlak. Padahal istilah etika biasanya ditemukan banyak istilah lain
seperti moral, norma dan etiket. Seperti halnya dengan banyak
istilah yang menyangkut konteks ilmiah, istilah etika sering
dikaitkan berasal dari bahasa Yunani kuno dan sudah mulai
dibicarakan ketika masa Socrates (469-399 SM), Plato (427-347
SM) dan Aristoteles (394-322 SM) disamping Stoics dan Epicures.
Menurut Karl Barth dalam bukunya “Ethics” yang merupakan
seorang Yunani, etika berasal dari ethos yang merupakan bentuk tunggal yang bias memiliki banyak arti baik tempat tinggal yang
biasa, padang rumput, adat, watak, perasaan, sikap dan cara
30
Secara etimologis, etika adalah ajaran tentang baik buruk,
yang diterima umum tentang sikap, perbuatan, kewajiban dan
sebagainya.Pada hakikatnya moral menunjukkan pada
ukuran-ukuran yang telah diterima oleh suatu komunitas, sementara etika
umumnya lebih berkaitan dengan prinsip-prinsip yang
dikembangkan diberbagai wacana etika.
Etika berkaitan dengan pemikiran dan cara bersikap dalam
kerangka pemikiran, etika terdiri dari evaluasi masalah dan
keputusan yang diprioritaskan seseorang, misalnya anggota
organisasi untuk menghindari akibat yang merugikan diri sendiri
dan orang lain, sementara dalam pengertian perilaku, etika erat
hubungan dengan keputusan yang sejalan dengan seperangkat
pedoman yang menyangkut perolehan yang mugkin dan akibat
yang merugikan orang lain.
Bagi para sosiolog, etika adalah adat, kebiasaan dan perilaku
orang-orang dari lingkungan budaya tertentu.
4. Etika Guru dan Siswa dalam berbagai Perspektif
Pengertian etika (Ethic) secara umum sudah banyak dibicarakan orang, bahkan oleh ilmuwan yang sering
memperbincangkan dalam kehidupan sehari-hari. Mengenai
pengertian etika ini, yang jelas tidak jauh berbeda dengan
pernyataan di bagian pembahasan sebelumnya, bahwa etika adalah
31
tentang baik atau buruk, benar dan salah dalam suatu lingkungan
dan kebudayaan tertentu.
Kata guru berasal dalam bahasa Indonesia yang berarti orang
yang mengajar, dalam bahasa Inggris, dijumpai kata teacher
artinya pengajar, selain itu juga terdapat kata tutor yang berarti guru pribadi yang mengajar di rumah, mengajar ekstra, yang
memberikan les tambahan pelajaran (Johan, dkk, 1982:581).
Dalam bahasa Arab istilah yang mengacu kepada pengertian guru
lebih banyak seperti Al-alim (Jamaknya Ulama) atau Al-Mualim,
yang berarti orang yang mengetahui dan banyak digunakan para
ulama/ahli pendidikan untuk menunjuk kepada guru( Abuddin, hal
41). Ada sebagian ulama yang menggunakan istilah Al-Mudaris
untuk arti orang yang mengajar atau orang yang memberikan
pelajaran.
Di dalam ilmu pendidikan yang dimaksud dengan Guru atau
pendidik ialah semua yang mempengaruhi perkembangan
seseorang, yaitu manusia, alam dan kebudayaan. Dalam UU guru
dan dosen nomor 14 tahun 2005 disebutkan bahwa guru adalah
pendidik professional dengan tugas utama mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi
peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan
formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah. Sedangkan
32
adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru,
dosen, konselor, pamong belajar, tutor, fasilitator, dan sebutan lain
yang sesuai dengan kekhususannya, serta berpatisipasi dalam
menyelenggarakan pendidikan (Manpan, 2014:118).
Salah satu hal yang menarik pada ajaran Islam adalah
penghargaan Islam yang sangat tinggi terhadap guru.Begitu
tingginya penghargaan itu, sehingga menempatkan kedudukan
guru setingkat di bawah Nabi dan Rosul.Hal ini disebabkan karena
guru selalu terkait dengan ilmu pengetahuan.Sedangkan Islam amat
menghargai pengetahuan.
Guru merupakan pemeran utama dalam proses pembelajaran,
guru dituntut untuk dapat memiliki kualifikasi dasar seperti
menguasai materi, antusiasme dan penuh kasih saying dalam
proses mengajar atau mendidik kepada setiap muridnya. Seorang
guru harus sedapat mungkin mengajar dengan dilandari kasih
sayang kepada umat manusia tanpa memandang status sosial,
ekonomi, agama, kebangsaan, dan lain sebagainya.
Misi utama seorang guru adalah mencerdaskan kehidupan
bangsa, bukan sebaliknya membodohkan masyarakat. Disamping
itu pun guru harus mempersiakan murid-muridnya sebagai individu
yang bertanggung jawab dan mandiri, bukan menjadikannya manja
33
Dengan demikian yang dimaksudkan dengan etika guru
adalah tingkah laku guru dalam mendidik anak muridnya, yang
mana seorang guru harus terampil terhadap muris-murid, karena
bagaimanapun juga mendidik pekerjaan yang tidak mudah, karena
mendidik anak didik itu tidak semudah membalikkan telapak
tangan karena guru selain memberikan yang terbaik untuk anak
didiknya, seorang guru pun dalam menyikapi satu hal, adalah
masalah dengan baik dalam mendidik, maka guru harus
benar-benar bisa menyikapi dengan baik, karena tingkah laku adalah
etika seorang guru sangat berperan sekali. Sehingga sifatnya akan
menjadi contoh kepada anak muridnya, karena selain memberikan
ilmu pengetahuan adalah mentransfer ilmu kepada anak didik, guru
pun bisa memberikan sikap yang baik terhadap anak didiknya
karena seorang murid adalah orang menghendaki agar
mendapatkan ilmu pengetahuan, keterampilan, pengalaman dan
kepribadian yang baik untuk bekal hidupnya agar berbahagia di
dunia dan akhirat dengan jalan belajar yang sungguh-sungguh.
Seorang guru harus mampu memberikan contoh etika yang
baik bagi muridnya dalam melaksanakan tugasnya sebagai guru,
karena keikhlasan, kesabaran, ketawaan dan kejujuran seorang
guru di dalam pekerjaannya merupakan jalan terbaik kearah
suksesnya proses belajar mengajar dan akan menjadi guru yang
34
5. Etika Murid dalam Pembelajaran
Mengajar bukanlah suatu pekerjaan yang mudah dan dapat
dilakukan secara asal-asalan, perlu ada suatu keahlian atau pun
keterampilan yang bagus disamping memiliki pengetahuannya
yang luas. Proses pembelajaran merupakan kegiatan yang
terencana dan memiliki prosedur khusus yang didesain sedemikian
rupa, sehingga dengan demikian dalam pelaksanaannya akan
mencapai hasil yang diharapkan.
Desain pembelajaran tersebut dimaksudkan agar hubungan
antara guru dan murid dilandasi dengan nilai-nilai etika dan
estetika pembelajaran. Dengan paduan atau aturan yang jelas dan
tidak memihak, maka akan terbentuk hubungan yang harmonis
sehingga tujuan dar pembelajaran atau pendidikan tersebut akan
tercapai sesuai dengan harapan. Jadi jelas juga etika menjadikan
prasyarat utama dalam proses pendidikan atau pun pembelajaran
bagi seorang murid.
Dalam kitab Ta’limul Muta’alim ada enam prasyarat bagi murid sebagai pencari ilmu dalam proses pembelajaran yakni
modal, semangat, waktu yang memadai, petunjuk guru, keuletan
(kesabaran), dan kecerdasan. Enam prasyarat ini dikutip oleh
35
Menurut Syekh Az-Zarnuji masih dalam kitab “Ta‟limul
Muta‟alim” menerangkan beberapa sifat dan tugas para penuntut
ilmu:
a. Tawadu’ sifat sederhana, tidak sombong tidak pula rendah hati.
b. Iffah, sifat yang menunjukkan rasa harga diri yang menyebabkan seseorang terhindar dari perbuatan yang tidak
patut.
c. Tabah, tahan dalam menghadapi kesulitan pelajaran dari
guru.
d. Sabar, tahan terhadap godaan nafsu.
e. Cinta ilmu dan hormat kepada guru dan keluarganya.
f. Sayang kepada kitab, menyimpan kitab dengan baik.
g. Hormat kepada sesame penuntut ilmu dan tamalluk kepada guru dan kawan yang menyadap ilmu dari mereka
h. Bersungguh-sungguh dalam belajar dan memanfaatkan waktu
sebaik-baiknya.
i. Teguh pendirian dan ulet daam menuntut ilmu dan
mengulangi pelajaran.
j. Wara’, ialah sifat menahan diri dari perbuatan yang terlarang.
k. Punya cita-cita yang tinggi dalam mengejar ilmu
36
l. Tawakal, maksudnya menyerahkan kepada Tuhan segala
perkara.
m. Bertawal adalah akhir dari proses kegiatan dan
ikhtiarseorang muslim untuk mengatasi segala urusannya
(Zarnuji, hal 204).
Pembahasan dalam bagian ini merupakan halhal yang terkait
bahwa keberhasilan seorang pelajar atau mahasiswa dalam
mencapai tujuannya yaitu mendapatkan ilmu yang bermanfaat baik
untuk dirinya sendiri maupun memberikan kemanfaatan bagi orang
lain, mereka harus melaksanakan hal-hal yang menjadi etika atau
aturan dalam proses pembelajaran.
C. MEDIA CERITA BERGAMBAR
1. Pentingnya Media Pembelajaran
Media secara plural mengandung saluran komunikasi. Makna
media dalam bahasa latin adalah “antara”, istilah ini mengacu
pada apapun yang membawa informasi atara sumber dan penerima.
Contohnya meliputi video, televisi, material cetak, dan
komputer.Ini semua dianggap media pembelajaran ketika
membawa pesan dengan tujuan pembelajaran.Tujuan dari media
adalah unuk memudahkan komunikasi.
Menurut Djamarah (2002: 137) mengartikan media
pembelajaran sebagai alat bantu apa saja yang dapat dijadikan
37
Menurut Suprapto, dkk dalam Shalahuddin (1986: 4), menyatakan
bahwa media pembelajaran adalah suatu alat bantu secara efektif
yang dapat digunakan oleh guru untuk mencapai tujuan yang
diinginkan. Kedua pendapat ini memfokuskan pengertian media
sebagai alat bantu untuk mencapai tujuan pembelajaran secara
optimal.
Proses belajar mengajar dapat berhasil dengan baik jika
peserta didik berinteraksi dengan semua alat inderanya. Guru
berupaya mengeksplorasi berbagai rangsangan (stimulus) yang
dapat diproses dengan berbagai alat indera. Melalui media, peserta
diharapkan dapat menerima dan menyerap dengan mudah
pesan-pesan dalam isi materi pembelajaran yang sedang dipelajari.
Pengertian media pembelajaran sebagai sarana atau alat untuk
memotivasi peserta didik juga diungkapkan oleh Gagne.Gagne
(1985) menyatakan bahwa media pembelajaran merupakan
berbagai jenis komponen dalam lingkungan peserta didik yang
dapat merangsang untuk belajar.
Dari berbagai definisi yang dipaparkan diatas, dapat
disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu
yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan (bahan atau isi
materi pembelajaran), sehingga mampu mendorong dan
38
diri peserta didik dalam proses kegiatan belajar untuk mencapai
tujuan belajar.
Media memiliki berbagai peran dalam
pembelajaran.Pembelajaran mungkin saja bergantung pada
keberadaan seorang guru.Bahkan dalam situasi ini guru mungkin
saja bergantung pada penggunaan media. Disisi lain, pembelajaran
mungkin tidak memerlukan seseorang guru. Seperti siswa
mengarahkan pembelajaran yang sering disebut “belajar mandiri”
walaupun dalam kenyataannya dituntut oleh siapapun yang
mendesain media.
2. Fungsi dan Manfaat Media Pembelajaran
Pada awalnya media difungsikan sebagai alat bantu
sederhana dalam kegiatan pembelajaran dikelas yaitu berupa sarana
yang dapat memberikan pengalaman visual kepada peserta didik
dalam rangka mendorong motivasi belajar, membangkitkan
keinginan dan minat belajar, memperjelas, dan mempermudah
penanaman konsep yang berbentuk abstrak dan kompleks menjadi
bentuk yang lebh sederhana, konkret, serta mudah dipahami
sehungga dapat berpengaruh positif secara psikologis kepada
peserta didik.berikut ini beberapa pendapat yang dikemukakan oleh
39
Menurut Rohani (1997: 9), fungsi media pembelajaran antara
lain sebagai berikut:
a. Menyampaikan informasi dalam proses belajar mengajar.
b. Melengkapi dan memperkaya informasi dalam kegiatan
belajar mengajar.
c. Mendorong motivasi belajar.
d. Menambah variasi dalam penyajian materi
e. Menambah pengertian nyata tentang suatu pengetahuan
f. Memungkinkan peserta didik memilih kegiatan belajar sesuai
dengan kemampuan, bakat dan minat.
g. Mudah dicerna dan tahan lama dalam menyerap pesan-pesan
(informasinya sangat membekas dan tidak mudah lupa)
(Kasimin, dkk. 2012:75).
i. Menurut Ahmad Sudrajat, media pembelajaran memiliki
beberapa fungsi, diantaranya sebagai berikut.
1) Media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan
pengalaman yang dimiliki oleh peserta didik.
Pengalaman tiap peserta didik berbeda-beda tergantung
pada faktor-faktor yang menentukan banyaknya
pengalaman mereka, seperti ketersediaan buku,
40
2) Media pembelajaran dapat melampaui batasan ruang
kelas. Banyak hal yang tidak mungkin dialami langsung
di dalam kelas oleh para peserta didik tentang suatu
objek yang disebabkan, karena: a) objek terlalu besar; b)
objek terlalu kecil; c) objek yang bergerak terlalu lambat;
d) objek yang bergerak terlalu cepat; e) objek yang
terlalu kompleks; f) objek yang mengandung bahaya dan
resiko tinggi. Melalui penggunaan media yang tepat,
semua objek itu dapat disajikan secara efektif kepada
peserta didik.
3) Media pembelajaran memungkinkan adanya interaksi
langsung antara peserta didik dengan lingkungan.
4) Media menghasilkan keseragaman pengamatan.
5) Media dapat menanamkan konsep dasar yang benar,
konkret, dan realistis.
6) Media membangkitkan keinginan dan minat baru.
7) Media membangkitkan motivasi dan merangsang anak
untuk belajar.
8) Media memberikan pengalaman yang integral atau
menyeluruh dari yang kongkret sampai yang abstrak
41
Selanjutnya akan penulis paparkan tentang berbagai manfaat
yang dapat diambil dari penggunaan dan pengembangan media
pembelajaran. Menurut Kemp dan Dayton (1985: 3-4), media
pembelajaran mempunyai beberapa manfaat strategis sebagai
berikut:
a) Penyampaian materi pembelajaran dapat diseragamkan.
Melalui bantuan media pembelajaran, penafsiran yang
berbeda antar guru dapat dihindari dan dapat mengurangi
terjadinya kesenjangan informasi diantara peserta didik
dimanapun berada.
b) Proses pembelajaran menjadi lebih dan menarik.
Media dapat menampilkan informasi melalui suara,
gambar, gerakandan warna, baik secara alami maupun
manipulasi, sehingga membantu guru untuk menciptakan
suasana belajar menjadi lebih hidup, tidak menonton dan tidak
membosankan.
c) Proses pembelajaran menjadi lebih interaktif.
Tanpa adanya media, kegiatan pembelajaran akan
berlangsung satu arah karena guru hanya menjelaskan materi
dan peserta didik tinggal menerimanya. Media dapat
42
d) Efisiensi waktu dan tenaga.
Melalui media, tujuan belajar akan lebih mudah tercapai
secara maksimal dengan waktu dan tenaga seminimal
mungkin.Guru tidak harus menjelaskan materi pembelajaran
secara berulang-ulang, sebab dengan sekali sajian
menggunakan media, peserta didik akan lebih mudah
memahami materi pembelajaran.
e) Meningkatkan kualitas hasil belajar peserta didik.
Media pembelajaran dapat membantu peserta didik dalam
menyerap materi pembelajaran secara lebih mendalam dan
utuh.
f) Media memungkinkan proses belajar dapat dilakukan dimana
dan kapan saja.
Media pembelajaran dapat dirangsang sedemikian rupa
sehingga peserta didik melakukan kegiatan pembelajarn
dengan lebih leluasa dimanapun dan kapanpun tanpa
tergantung pada guru.
g) Media dapat menumbuhkan sikap positif peserta didik
terhadap materi dan proses belajar.
Media pembelajaran menjadikan proses pembelajaran
menjadi lebih menarik sehingga mendorong peserta didik
untuk mencintai ilmu pengetahuan dan gemar mencari sendiri
43
h) Mengubah peran guru kearah yang lebih positif dan produktif.
Guru dapat berbagi peran dengan media sehingga banyak
memilih waktu untuk memberi perhatian pada aspek-aspek
edukatif lainnya seperti membantu kesulitan belajar peserta
didik, pembentukan kepribadian, memotivasi belajar, dan
lain-lain (Kasimin, dkk.2012:77).
3. Cerita Bergambar
Cerita adalah rangkaian peristiwa yang disampaikan, baik
berasal dari kejadian nyata (non fiksi) ataupun tidak nyata (fiksi).
Mengapa metode bercerita ini efektif? Jawabannya adalah pertama,
cerita pada umumnya lebih berkesan daripada nasehat murni,
sehingga pada umumnya cerita terekam jauh lebih kuat dalam
memori manusia. Kedua, melalui cerita diajar untuk mengambil
hikmah tanpa merasa digurui.
Untuk mempermudah pembelajaran pada anak usia 5-6 tahun
agar lebih menarik sebagai guru yang kreatif dapat menggunakan
media Cergam (Cerita Bergambar). Cergam atau cerita bergambar adalah cerita yang menjadi inti dari ceritanya adalah
narasinya, sedangkan gambar hanya sebagai ilustrasi pelengkap.
Gambarnya hanya sebagai ilustrasi dari cerita yang ada tetapi
hanya menceritakan salah satu adegan dalam sebuah cerita.
Dalam bercerita kepada anak usia dini, tidak dapat
44
pelaksanaan metode cerita yang umum digunakan terdiri dari tiga
tahap, pengenalan cerita, inti cerita, dan diakhiri dengan penutup.
Oleh karena itu pendidik harus memahami terlebih dahulu tentang
cerita apa yang hendak disampaikannya, tentu saja disesuaikan
dengan karakteristik anak-anak usia dini.
Agar dapat bercerita dengan tepat, pendidik harus
mempertimbangkan materi ceritanya. Pemilihan cerita antara lain
ditentukan oleh:
a. Pemilihan tema dan judul yang tepat Bagaimana cara memilih
tema cerita yang tepat berdasarkan usia anak? Anak-anak
menyukai hal-hal yang fantastis, aneh, yang membuat
imajinasinya “menari-nari”. Bagi anak-anak, hal-hal yang
menarik, berbeda pada setiap tingkat usia.
b. Waktu penyajian dengan mempertimbangkan daya pikir,
kemampuan bahasa, rentang konsentrasi dan daya tangkap
anak, maka para ahli dongeng menyimpulkan sebagai berikut:
1) Sampai usia 4 tahun, waktu cerita hingga 7 menit.
2) Usai 4-8 tahun, waktu cerita hingga 10-15 menit.
3) Usia 8-12 tahun, waktu cerita hingga 25 menit.
c. Suasana (situasi dan kondisi) disesuaikan dnegan
acara/peristiwa yang sedang atau akan berlangsung, seperti
acara kegiatan keagamaan, hari besar nasional, dan lain-lain.
45
yang disesuaikan dengan suasana. Jadi selaras materi cerita
dengan acara yang diselenggarakan, bukan satu atau beberapa
cerita untuk segala suasana.
Cerita bergambar disebut juga media visual. Secara lebih
khusus, Levied an Lentz menyebutkan fungsi media visual
(Arsyad, 2005: 16-18) terdiri dari fungsi atensi, fungsi afektif,
fungsi kognitif dan fungsi kompensatoris. Dalam fungsi atensi, media visual dapat menarik dan mengarahkan perhatian peserta
didik untuk berkonsentrasi kepada isi pembelajaran yang berkaitan
dengan maksud visual yang ditampilkan atau menyertai teks materi
pmbelajaran. Perlu diketahui bahwa pada saat awal kegiatan
pembelajaran, peserta didik cenderung tidak tertarik kepada isi
materi pembelajaran sehingga mereka kurang atau bahkan tidak
memperhatikannya. Tetapi dengan bantuan media pembelajaran
diharapkan dapat menenangkan dan mengarahkan perhatian peserta
didik kepada materi pembelajaran yang akan mereka pelajari
sehingga berdampak pada perolehan dan pengingatan isi materi
pembelajaran lebih besar.
Fungsi afektif dari media visual dapat diamati dari tingkat
“kenikmatan” peserta didik ketika belajar (membaca) teks yang
bergambar. Dalam hal ini gambar atau symbol visual dapat
menggugah emosi dan sikap peserta didik.Berdasarkan