KOMPETENSI PROFESIONAL GURU PAI
BERSERTIFIKAT PENDIDIK
(Studi Kasus di MTs Terpadu Al- Mustaqim Timpik
Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang Tahun 2018)
SKRIPSI
Diajukan untuk memperoleh gelar
Sarjana pendidikan (S.Pd)
Oleh:
MUHAMAD ARIF USMAN
NIM. 11111221
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SALATIGA
vi MOTTO
“Dan di antara tanda-tanda
kebesaran-Nya ialah terciptanya langit dan bumi serta perbedaan
bahasa-bahasamu sekalian dan warna-warnamu, sesungguhnya yang demikian itu
terdapat tanda-tanda bagi orang yang mengetahui”
(Q.S Ar.Rum:22)
Perbedaan ada bukanlah untuk dipersatukan,
vii
PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis persembahkan kepada:
Bapak dan ibu tercinta yang senantiasa mendoakan dengan tiada henti-hentinya, dan memberikan dukungan secara moril maupun materil. Terimakasih untuk semua pengorbanan, kesabaran dan ketulusanmu;
Kakak-kakakku tersayang, Mas Agus, Mas
Ikhsan, Mas Yuli dan adikku satu – satunya Halimah ;
Para dosenku, terimakasih atas ilmu dan bimbingan;
Teman-teman seperjuangan, khususnya PAI
angkatan 2011, good luck and success;
x ABSTRAK
M. Arif Usman. 2018.Kompetensi Profesional Guru PAI Bersertifikat Pendidik (Studi Kasusdi MTs Terpadu Al- Mustaqim Timpik Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang Tahun 2018). Skripsi Program Studi Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembibing: Siti Rukhayati, M.Ag.
Kata Kunci: Kompetensi Profesional Guru PAI.
Rumusan masalah dalam penelitian ini (1) Bagaimana kompetensi profesional guru PAI bersertifikat pendidik itu. (2) kendala- kendala apa yang dihadapi guru PAI dalam mengembangkan kompetensi profesional guru PAI bersertifikat pendidik studi kasus di MTs Terpadu Al-Mustaqim Timpik. Untuk mengetahui bagaimana kompetensi profesional guru Pendidikan Agama Islam (PAI) Bersertifikat Pendidik studi kasus di MTs Terpadu Al- Mustaqim Timpik Tahun 2018. Adapun tujuan dari penelitian ini berdasarkan rumusan masalah yang ada adalah untuk mendeskripsikan bagaimana kompetensi profesional guru Pendidikan Agama Islam Bersertifikat Pendidik dan kendala-kendala yang dihadapi guru PAI dalam mengembangkan kompetensi profesional guru PAI bersertifikat pendidik studi kasus di MTs Terpadu Al- Mustaqim Timpik Tahun 2018.
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode penelitian kualitatif yaitu penelitian yang menggambarkan keadaan sebenarnya dari fenomena objek yang diteliti yaitu kompetensi profesional guru PAI bersertifikat pendidik dan kendala-kendala yang dihadapi guru PAI dalam mengembangkan kompetensi profesional guru. Untuk mengumpulkan data yang diperoleh dalam penelitian ini, penulis menggunakan beberapa instrumen penelitian antara lain: observasi, wawancara, dan dokumentasi.
Setelahpenelitianinidilakukan,
xi DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN BERLOGO ... ii
HALAMAN NOTA PEMBIMBING ... iii
HALAMAN PENGESAHAN ... iv
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... v
MOTTO ... vi
PERSEMBAHAN ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
ABSTRAK ... x
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Fokus Penelitian ... 5
C. Tujuan Penelitian... 5
D. Manfaat Penelitian... 6
E. Penegasan Istilah ... 6
F. Sistematika Penulisan Skripsi ... 10
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 11
A. Kompetensi Profesional Guru PAI ... 11
B. Sertifikasi Guru ... 23
xii
BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 38
A. Jenis Penelitian ... 38
B. Lokasi dan Waktu Penelitian... 38
C. Sumber Data ... 38
D. Prosedur Pengumpulan Data ... 40
E. Analisis Data ... 42
F. Pengecekan Keabsahan Data ... 42
BAB IV PAPARAN DAN ANALISIS DATA ... 44
A. Gambaran Umum MTs Terpadu Al- Mustaqim Timpik ... 44
B. Paparan Data ... 48
1. Kompetensi Profesional Guru PAI pasca sertifikasi di MTs Terpadu Al- Mustaqim Timpik ... 48
2. Kendala- Kendala yang Dihadapi Guru PAI pasca sertifikasi 56 C. Analisis Data ... 57
1. Kompetensi Profesional Guru PAI pasca sertifikasi di MTs Terpadu Al- Mustaqim Timpik ... 57
2. Kendala- Kendala yang Dihadapi Guru PAI pasca sertifikasi 60 BAB V PENUTUP ... 62
A. Kesimpulan... 62
B. Saran ... 62
C. DAFTAR PUSTAKA ... 64
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
1. Data Responden
2. Pedoman Wawancara
3. Berita Wawancara
4. SKK
5. Lembar Konsultasi
6. Surat Penelitian
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Pendidikan adalah wadah untuk mendidik peserta didik agar
kemampuan yang dibawa sejak lahir dapat tumbuh dan berkembang.
Pendidikan merupakan aspek penting dalam membudayakan manusia. Yang
dimaksud dengan mendidik ialah seluruh kegiatan, tindakan, dan sikap yang
dilakukan oleh pendidik sewaktu mengasuh peserta didik. Pendidik ialah
subjek yang mempunyai peran penting dalam pendidikan. Peserta didik itu
sendiri adalah pihak yang merupakan objek dalam pendidikan. Dilihat dari
aktualisasinya, pendidikan merupakan proses interaksi antara guru dengan
peserta didik untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan yang ditentukan.
Pendidik, peserta didik dan tujuan pendidikan merupakan komponen utama
pendidikan(Sukmadinata, 1997:191).
Bagi manusia, pendidikan merupakan sistem dan cara meningkatkan
kualitas hidup dalam segala bidang, sehingga dalam sepanjang sejarah hidup
umat manusia di muka bumi ini, hampir tidak ada manusia yang
menggunakan pendidikan sebagai alat pembudayaan dan kualitasnya. Selain
itu, pendidikan juga merupakan proses budaya untuk meningkatkan harkat
dan martabat manusia, dan berlangsung saepanjang hayat, yang dilaksanakan
di lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Karena itu pendidikan
merupakan tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat dan
2
Dan Allah akan meninggikan derajat orang-orang yang berilmu,
sebagaimana terkandung dalam QS. Al-Mujadalah ayat 11:
(11)
Artinya: “... niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang
beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan
beberapa derajat”.(QS. Al-Mujadalah:11) ( Depag RI, 2002: 434).
Dalam berlangsungnya pendidikan guru memiliki peran yang sangat
penting. Guru merupakan sosok yang secara langsung turut dalam proses
pendidikan. Keberhasilan proses serta hasil akhir dari pembelajaran
tergantung pada guru. Maka tak dapat di elakkan lagi bahwasanya guru
merupakan kunci sukses tercapainya tujuan pendidikan. Rendahnya kualitas
guru merupakan masalah pokok yang dihadapi bangsa Indonesia. Sumber
daya pendidikan lain yang memadai seringkali kurang berarti apabila tidak
didukung oleh guru yang berkualitas.
Kompetensi guru dalam merencanakan proses pembelajaran merupakan
faktor utama dalam mencapai tujuan pembelajaran. Ketrampilan penguasaan
materi dalam proses pembelajaran sangat erat kaitannya dengan tugas dan
tanggung jawab sebagai guru(Usman, 2010:5).
Dalam perkembangannya, kompetensi guru menjadi suatu bekal yang
harus dimiliki oleh setiap guru. Penekanan keharusan guru mempunyai
kompetensi, merupakan hal yang sangat wajar dalam dunia pendidikan. Saat
3
strategi yang digunakan dalam mengajar sangat monoton, tidak bervariasi,
ditambah lagi hubungan guru dengan peserta didik yang tidak baik.
Profesi guru saat ini masih banyak dibicarakan orang baik dari para
pakar pendidikan maupun di luar pakar pendidikan. Bahkan dari kalangan
bisnispun mengkritisi para guru karena kualitas para lulusan dianggap kurang
memuaskan. Para orang tua muridpun terkadang mencemooh dan menuding
guru tidak kompeten, tidak berkualitas, kurang profesional dan lain-lain.
Sehingga dari kalangan guru sendiri nyaris tidak bisa membela diri.
Sertifikasi profesi merupakan jantung reformasi pendidikan.
Kedudukan guru sebagai pendidik profesional secara implisit disebutkan
dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, begitupun juga dalam Undang-Undang Nomor 14 tahun 2005
tentang Guru dan Dosen, Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005
tentang Standar Nasional Pendidikan serta Peraturan Pemerintah Nomor 74
Tahun 2008 tentang Guru, bahwa guru adalah pendidik profesional dengan
diberikan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan,
melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada usia dini jalur
pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Guru
profesional dituntut memiliki kualifikasi akademik minimum sarjana (S1)
atau diploma (D-IV), menguasai kompetensi (pedagogik, profesional, sosial
dan kepribadian), memiliki sertifkasi pendidik, sehat jasmani dan rohani,
serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan
4
Program sertifikasi tentunya memberikan harapan kesejahteraan bagi
guru di Indonesia dan diharapkan dengan peningkatan kesejahteraan tersebut
mampu menjadikan semangat baru bagi guru Indonesia dalam meningkatkan
kualitas pendidikan di Indonesia.
Namun, pada kenyataannya banyak pakar pendidikan menyatakan
bahwa pemberian sertifikasi bagi guru tidak menjamin peningkatan mutu
pendidikan nasional karena sertifikasi guru cenderung pendekatan formalitas
dan tidak menyentuh substansi masalah pendidikan di Indonesia. Realitas
pelaksanaan sertifikasi guru dan pendidikan di Indonesia pada saat ini
merupakan fenomena yang harus dikaji kembali bagaimana efisiensi dari
sertifikasi, dampaknya bagi guru dan peserta didik serta bagaimana masa
depan pendidikan di Indonesia.
Kompetensi profesional dikalangan guru-guru khususnya di MTs
Terpadu Al- Mustaqim Timpik sudah tidak asing lagi. Meskipun begitu
hingga sekarang ini masih ditemui sedikit banyak Guru Pendidikan Agama
Islam yang kurang berupaya meningkatkan kualitas pribadi, yaitu masalah
kompetensi profesional.
Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis berusaha secara
komprehensif menelaah tentang kompetensi profesional guru PAI yang
5 B. Fokus Penelitian
Berdasarkan pada latar belakang di atas yang menjadi fokus penelitian
dalam penelitian ini yaitu
1. Bagaimana Kompetensi Profesional guru PAI yang bersertifikat pendidik
studi kasus MTs Terpadu Al- Mustaqim Timpik Kec. Susukan Kab.
Semarang Tahun 2018?
2. Kendala-kendala apa yang dihadapi guru PAI dalam mengembangkan
kompetensi profesional yang bersertifikat pendidik studi kasus MTs
Terpadu Al- Mustaqim Timpik Kec. Susukan Kab. Semarang Tahun
2018?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui kompetensi profesional guru PAI yang bersertifikat
pendidik studi kasus MTs Terpadu Al- Mustaqim Timpik Kec. Susukan
Kab. Semarang Tahun 2018.
2. Untuk mengetahui kendala- kendala yang dihadapi guru PAI dalam
mengembangkan kompetensi profesional yang bersertifikat pendidik studi
kasus MTs Terpadu Al- Mustaqim Timpik Kec. Susukan Kab. Semarang
6 D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan memiliki manfaat secara teoritis dan
praktis.
1. Secara Teoritis
Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
sumbangan bagi pengembangan pendidikan pada umumnya, dan bagi
guru atau tenaga pengajar khususnya.
2. Secara Praktis
Penelitian ini akan memberikan manfaat bagi guru dalam
pelaksanaan program sertifikasi, diantaranya:
a. Menentukan kelayakan guru dalam melaksanakan tugas sebagai
pendidik profesional;
b. Meningkatkan proses atau kualitas mengajar;
c. Meningkatkan profesionalisme;
d. Menjaga profesi guru dari praktik-praktik oknum yang merusak
martabat guru.
E. Penegasan Istilah
Untuk menghindari salah pengertian dalam memahami judul penelitian,
7
1. Kompetensi Profesional Guru PAI
Kompetensi merupakan perilaku yang rasional untuk mencapai
tujuan yang dipersyaratkan sesuai dengan kondisi yang
diharapkan(Kunandar, 2007:51).
Profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan
seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan
keahlian, kecakapan yang memiliki standar mutu atau norma tertentu
serta memerlukan pendidikan profesi.
Penjelasan Pasal 28 ayat (3) butir c dalam Standar Nasional
Pendidikan dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi
profesional adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara
luas dan mendalam yang memungkinkan membimbing peserta didik
memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam Standar Nasional
Pendidikan.
Guru merupakan komponen yang paling berpengaruh terhadap
terciptanya proses dan hasil pendidikan yang berkualitas. Dengan
demikian upaya perbaikan apapun yang dilakukan untuk meningkatkan
pendidikan tidak akan memberikan sumbangan yang signifikan tanpa
didukung oleh guru yang profesional dan berkompeten. Oleh karena itu,
diperlukanlah sosok guru yang mempunyai kualifikasi, kompetensi dan
dedikasi yang tinggi dalam menjalankan tugas profesionalnya.
Pengertian Pendidikan Islam adalah suatu sistem kependidikan
8
Allah, sebagaimana Islam telah menjadi pedoman bagi seluruh aspek
kehidupan manusia, baik dunia maupun di akhirat( Arifin, Cet. 4,
2009:8).
Sedangkan yang dimaksud dengan guru PAI adalah guru yang
mengajar mata pelajaran Akidah akhlak, Al-Qur’an dan Hadist, Fiqh atau
Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) di Madrasah.
Jadi dapat disimpulkan bahwa kompetensi profesional guru PAI
adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran seorang guru dalam
penyampaian tujuan pembelajaran tentang ajaran-ajaran Pendidikan
Agama Islam untuk memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan
dalam Standar Nasional Pendidikan.
2. Sertifikasi Guru
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia No 14 Tahun 2005
tentang guru dan dosen, dikemukakan bahwa sertifikat adalah proses
pemberian sertifikat pendidik untuk guru dan dosen. Sedangkan sertifikat
pendidik adalah bukti formal sebagai pengakuan yang diberikan kepada
guru dan dosen sebagai tenaga profesional. Berdasarkan pengertian
tersebut, sertifikat guru dapat diartikan sebagai suatu proses pemberian
pengangkut bahwa seseorang telah memiliki kompetensi untuk
melaksanakan pelayanan pendidikan pada satuan pendidikan tertentu,
setelah lulus uji kompetensi yang diselenggarakan oleh lembaga
9
yang dirancang untuk mengungkapkan penguasaan kompetensi seseorang
sebagai landasan pemberian sertifikat pendidik. National Commission On
Education Services (NCES) memberikan pengertian sertifikasi secara
lebih umum. Certification is a procedure where by the state evaluates
and reviews a teacher candidate‟s credentials and providen him or her a
license to teach(Mulyasa, 2008:34).
Sertifikasi guru merupakan pemenuhan kebutuhan untuk
meningkatkan kompetensi profesional. Oleh karena itu, proses sertifikasi
dipandang sebagai bagian esensial dalam upaya memperoleh sertifikat
kompetensi sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Sertifikasi guru
merupakan proses uji kompetensi bagi calon atau guru yang ingin
memperoleh pengakuan dan meningkatkan kompetensi sesuai profesi
yang dipilihnya. Representasi pemenuhan standar kompetensi yang telah
ditetapkan dalam sertifikasi kompetensi adalah sertifikat kompetensi
pendidik. Sertifikat ini sebagai bukti pengakuan atas kompetensi guru
atau calon guru yang memenuhi standar untuk melakukan pekerjaan
profesi pada jenis dan jenjang pendidikantertentu.
Selain itu, tujuan sertifikasi adalah untuk meningkatkan mutu
pendidikan nasional melalui peningkatan mutu guru. Guru yang telah
lolos uji sertifikasi akan diberikan tunjangan profesi sebesar satu kali gaji
pokok sebagai upaya pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan
10
Kompetensi profesional guru PAI pasca sertifikasi adalah
kemampuan penguasaan materi pembelajaran seorang guru dalam
penyampaian tujuan pembelajaran tentang ajaran-ajaran Pendidikan
Agama Islam untuk memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan
dalam Standar Nasional Pendidikan setelah lolos dalam proses uji
kompetensi yang dirancang untuk mengungkapkan penguasaan
kompetensi seseorang sebagai landasan pemberian sertifikat pendidik
F. Sistematika Penulisan Skripsi
Secara garis besar sistematika penulisan skripsi ini penulis membagi
dalam beberapa bab, yakni:
Bab I, dalam bab ini berisi tentang pendahuluan. Hal ini mencakup latar
belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,
penegasan istilah dan sistematika penulisan skripsi.
Bab II, dalam bab ini berisi tentang kajian pustaka yang mencakup
landasan teori dan kajian pustaka.
Bab III, dalam bab ini berisi tentang jenis penelitian, lokasi dan waktu
penelitian, sumber data, prosedur pengumpulan data, analisis data, dan
pengecekan keabsahan data.
Bab IV, dalam bab ini berisi tentang paparan data dan analisis data.
Bab V, bab ini berisi tentang kesimpulan dari hasil penelitian yang
11 BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kompetensi Profesional Guru PAI
1. Pengertian Kompetensi Profesional Guru PAI
Kompetensi merupakan seperangkat pengetahuan keterampilan dan yang
harus dimiliki, dihayati, dikuasai, dan diaktualisasikan oleh guru dalam
melaksanakan tugas keprofesionalitasnya( Yamin, Cet. 11, 2007: 211).
Untuk terwujudnya tujuan pendidikan yang diinginkan maka yang
diperlukan guru adalah memiliki kompetensi dalam tugas mereka sebagai guru
sehingga mereka mampu melaksanakan tugas yang dipikulnya dengan baik.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, profesional artinya adalah
“bersangkutan dengan profesi, memerlukan kepandaian khusus untuk
menjalankannya ( lawan amatir)”( P dan K, 1999: 789).
Profesional berasal dari kata sifat yang berarti pencaharian dan sebagai
kata benda yang berarti orang yang mempunyai keahlian seperti guru, dokter,
hakim, dan sebagainya( Usman, Cet. 7, 2010: 14-15). Jadi Profesional adalah
pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan seseorang dan menjadi sumber
penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kecakapan yang memiliki
standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi.
Kompetensi profesional yaitu kemampuan memahami konsep, struktur,
dan metode keilmuan lain yang berhubungan dengan materi ajar, kemampuan
12
menerapkan hubungan konsep antar mata pelajaran terkait, kemampuan
menerapkan konsep keilmuan dalam kehidupan sehari- hari, dan kemampuan
berkompetensi secara profesional dalam konteks global dengan tetap
melestarikan nilai dan budaya nasional( Musfah, 2011: 54).
Menurut Muhibbin Syah, kompetensi profesional guru adalah
kemampuan dan kewenangan guru dalam menjalankan profesi keguruannya
(Syah, 2002: 230).
Guru merupakan komponen yang paling berpengaruh terhadap
terciptanya proses dan hasil pendidikan yang berkualitas. Dengan demikian
upaya perbaikan apapun yang dilakukan untuk meningkatkan pendidikan tidak
akan memberikan sumbangan yang signifikan tanpa didukung oleh guru yang
profesional dan berkompeten. Oleh karena itu, diperlukanlah sosok guru yang
mempunyai kualifikasi, kompetensi dan dedikasi yang tinggi dalam
menjalankan tugas profesionalnya.
Pengertian Pendidikan Islam adalah suatu sistem kependidikan yang
mencakup seluruh aspek kehidupan yang dibutuhkan oleh hamba Allah,
sebagaimana Islam telah menjadi pedoman bagi seluruh aspek kehidupan
manusia, baik dunia maupun di akhirat( Arifin, Cet. 4, 2009: 8).
Sedangkan yang dimaksud dengan guru PAI adalah guru yang mengajar
mata pelajaran Akidah akhlak, Al-Qur’an dan Hadist, Fiqh atau Sejarah
Kebudayaan Islam (SKI) di Madrasah.
Definisi guru PAI adalah orang yang mendidik dan merasa bertanggung
13
pendidikannya dapat memahami dan mengamalkan ajaran-ajaran agama Islam
serta menjadikannya sebagai pandangan hidup sehari-hari.
Jadi dapat disimpulkan bahwa kompetensi profesional guru PAI adalah
kemampuan penguasaan materi pembelajaran seorang guru dalam
penyampaian tujuan pembelajaran tentang ajaran-ajaran Pendidikan Agama
Islam untuk memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam Standar
Nasional Pendidikan.
2. Indikator Kompetensi Profesional Guru
Menurut Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007 dalam Depdiknas (2007)
indikator kompetensi profesional adalah sebagai berikut:
a. Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang
mendukung mata pelajaran yang diampu.
b. Menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran yang
diampu.
1. Memahami standar kompetensi mata pelajaran yang diampu.
2. Memahami kompetensi dasar mata pelajaran yang diampu.
3. Memahami tujuan pembelajaran yang diampu.
c. Mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif.
1. Memilih materi pembelajaran yang diampu sesuai dengan tingkat
perkembangan peserta didik.
2. Mengelolah materi pelajaran yang diampu secara kreatif sesuai dengan
14
d. Mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan
tindakan reflektif.
1. Melakukan refleksi terhadap kinerja dalam rangka peningkatan
keprofesionalan.
2. Memanfaatkan hasil refleksi dalam rangka peningkatan keprofesionalan.
3. Melakukan penelitian tindakan kelas untuk peningkatan keprofesionalan.
4. Mengikuti kemajuan zaman dengan belajar dari berbagai sumber.
e. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk mengembangkan
diri.
1. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi dalam
berkomunikasi.
2. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk
pengembangan diri.
3. Ruang lingkup kompetensi profesional guru
Dari berbagai sumber yang membahas tentang kompetensi guru secara
umum dapat diidentifikasi dan disarikan tentang ruang lingkup kompetensi
profesional guru sebagai berikut.
a. Mengerti dan dapat menerapkan teori belajar sesuai taraf filosofi,
psikologis, sosiologis, dan sebagainya.
b. Mengerti dan dapat menerapkan teori belajar sesuai taraf perkembangan
15
c. Mampu menangani dan mengembangkan bidang studi yang menjadi
tanggung jawab
d. Mengerti dan dapat menerapkan metode pembalajaran yang bervariasi
e. Mampu menggunakan dan menggunakan berbagai alat media dan sumber
belajar yang relevan.
f. Mampu mengorganisasikan dan melaksanakan program pembelajaran.
g. Mampu melaksanakan evaluasi hasil belajar peserta didik.
h. Mampu menumbuhkan kepribadian peserta didik( Mulyasa, 2008: 135).
Memahami uraian di atas, nampak bahwa kompetensi profesional
merupakan kompetensi yang harus dikuasai guru dalam kaitananya dalam
pelaksanaan tugas mengajar. Sementara itu, dalam Standar Nasional
Pendidikan, Penjelasan Pasal 28 ayat (3) butir c, sebagaimana dikemukakan di
awal bab di atas. Dikemukakan bahwa yang di maksut kompetensi profesional
adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan
mendalam yang memungkinkan membimbing peserta didik memenuhi standar
kompetensi yang di tetapkan dalam standar nasional pendidikan.
4. Bentuk-bentuk KompetensiProfesional Guru
Menurut Uzer Usman(2010: 28),
sepertidisebutkandalambukunya,bentuk-bentukkompetensi profesional yaitu
sebagaiberikut:
16
Uzer Usman menyebutkan bahwa untuk memenuhi kompetensi
profesional yang baik, seorang guru harus menguasai landasan
kependidikan sebagai berikut:
1. Mengenal tujuan pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan nasional
a) Mengkaji tujuan pendidikannasional.
b) Mengkaji tujuan pendidikan dasar danmenengah.
c) Meneliti kaitan antara tujuan pendidikan dasar dan menengah
dengan tujuan pendidikannasional.
d) Mengkajikegiatan-kegiatanpengajaranyangmenunjang pencapaian
tujuan pendidikannasional.
2. Mengenal fungsi sekolah dalam masyarakat
a) Mengkaji peranansekolah sebagai pusat pendidikan dan
kebudayaan.
b) Mengkaji peristiwa-peristiwa yang mencerminkan sekolah sebagai
pusat pendidikan dankebudayaan.
3. Mengenal prinsip-prinsip psikologi pendidikan yang dapat dimanfaatkan
dalam proses belajarmengajar
a) Mengkaji jenis perbuatan untuk memperoleh pengetahuan
keterampilan, dansikap.
b) Mengkaji prinsip-prinsipbelajar.
c) Menerapkan prinsip-prinsip belajar dalam kegiatan belajar
17
b. Menguasai bahanpengajaran
Kemudian yang harus dilakukan oleh seorang guru adalah menguasai
bahan pengajaran yang akan diajarkan kepada siswa, yaitu sebagai berikut:
1. Menguasai bahan pengajaran kurikulum pendidikan dasar dan menengah
a) Mengkaji kurikulum pendidikan dasar danmenengah.
b) Menelaah buku teks pendidikan dasar danmenengah.
c) Menelaah buku pedoman khusus bidangstudi.
d) Melaksanakan kegiatan-kegiatan yang dinyatakan dalam buku teks
dan buku pedomankhusus.
2. Menguasai bahanpengayaan
a) Mengkaji bahan penunjang yang relevan dengan bahan bidang
studi/matapelajaran.
b) Mengkaji bahan penunjang yang relevan dengan profesi guru
(Usman, 2010: 28).
c. Menyusun programpengajaran
Selanjutnya adalah dapat menyusun program-programpengajaran
dengan baik seperti dibawah ini:
1. Menetapkan tujuanpembelajaran
a) Mengkaji ciri-ciri tujuan pembelajaran.
18
c) Menetapkan tujuan pembelajaran untuk satu satuan
pembelajaran/pokokpembahasan.
2. Memilih dan mengembangkan bahanpembelajaran.
a) Dapat memilih bahan pembelajaran sesuai dengan tujuan
pembelajaran yang ingindicapai.
b) Mengembangkanbahanpembelajaransesuaidengantujuan
pembelajaran yang ingindicapai.
3. Memilih dan mengembangkan strategi belajarmengajar.
a) Mengkaji berbagai metodemengajar.
b) Dapat memilih metodemengajar.
c) Merancang prosedur belajar mengajar yangtepat.
4. Memilih dan mengembangkan media pengajaran yangsesuai.
a) Mengkaji berbagai media pengajaran.
b) Memilih media pengajaran yangtepat.
c) Membuat media pengajaran yangsederhana.
d) Menggunakan mediapengajaran.
5. Memilih dan memanfaatkan sumberbelajar.
a) Mengkaji berbagai jenis dan kegunaan sumberbelajar.
19
d. Melaksanakan programpengajaran.
Dilanjutkan dengan melaksanakan program pengajaran yang terkait
dengan mata pelajaran yang bersangkutan, seperti:
1. Menciptakan iklim belajar mengajar yangtepat
a) Mengkaji prinsip-prinsip pengelolaan yangtepat
b) Mengkajifaktor-faktoryangmempengaruhisuasanabelajar mengajar
c) Menciptakan suasana belajar mengajar yangbaik
d) Menangani masalah pengajaran danpengelolaan
e) Mengatur ruangan belajar
f) Mengkaji berbagai tata ruangbelajar
g) Mengkaji kegunaan sarana dan prasaranakelas
h) Mengatur ruang belajar yangtepat
2. Mengelola interaksi belajarmengajar
a) Mengkaji cara-cara mengamati kegiatan belajarmengajar
b) Dapat mengamati kegiatan belajarmengajar
c) Menguasai berbagai keterampilan dasarmengajar
d) Dapat menggunakanberbagaiketerampilankegiatanbelajar mengajar
e) Dapat mengatur murid dalam kegiatan belajarmengajar( Usman,
20
e. Menilai hasil dan proses belajar mengajar yang telah dilaksanakan
Terakhir adalah menilai proses belajar mengajar untuk mengetahui
hasil yang didapatkan, dengan cara:
1. Menilai prestasi murid untuk kepentinganpengajaran
a) Mengkaji konsep dasarpenilaian
b) Mengkaji berbagai teknikpenilaian
c) Menyusun alatpenilaian
d) Mengkaji cara mengelola dan menafsirkan data untuk menetapkan
taraf pencapaianmurid.
e) Dapat menyelenggarakan penilaian pencapaian murid
2. Menilai proses belajar mengajar yang telahdilaksanakan
a) Menyelenggarakanpenilaianuntukperbaikanprosesbelajarmengajar
b) Dapat memanfaatkan hasil penilaian untuk perbaikan proses belajar
mengajar( Usman, 2010: 28- 29).
5. Pentingnya Guru yang Profesional dalam Proses BelajarMengajar
Tugas guru sebagai profesi meliputi mendidik, mengajar, dan
melatih.Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai
hidup.Mengajar berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan
dan teknologi.
21
pada siswa.Dan tugas guru juga adalah sesuatu yang wajib dikerjakan oleh
guru yang menjadi tanggung jawabnya yaitu menjadi seorang guru (pengajar
dan pendidik).Jadi tugas guru secara garis besar meliputi empat hal yaitu tugas
profesi, tugas keagamaan, tugas kemanusiaan dan tugas kemasyarakatan.
a. TugasProfesi
Tugas profesi guru adalah mengajar, mendidik, melatih, dam menilai
atau mengevaluasi proses dan hasil belajar mengajar( Usman, 2010: 7).
b. TugasKeagamaan
Guru dalam pendidikan Islam juga mengemban tugas keagamaan,
yaitu tugas dai yang menyerukan kebaikan dan mencegah kemungkaran
(amar ma‟ruf nahi munkar). Ia harus dapat mencurahkan segenap
kemampuan yang dimilikinya untuk mengajak dan membawa peserta
didiknya menjadi insan yang bertakwa kepada Allah Swt. Tentu saja untuk
dapat melaksankan tugas ini seorang guru harus bertakwa kepada Allah Swt
dan memiliki akhlakul karimah karena ia ditiru dan dijadikan figur teladan
oleh para pesertadidiknya.
c. TugasKemanusiaan
Tugas guru dalam bidang kemanusiaan disekolah harus dapat
menjadikan dirinya sebagai orang tua kedua.Ia harus mampu menarik
simpati sehingga ia menjadi idola para siswanya. Pelajaran apapun yang
diberikan, hendaknya dapat menjadi motivasi bagi siswanya dalam belajar.
22
kegagalan pertama adalah ia tidak akan dapat menanamkan benih
pengajarannya itu kepada siswanya( Arikunto, Cet. 4, 2003: 3).
d. TugasKemasyarakatan
Tugas guru dalam bidang kemasyarakatan guru harus bisa
bersosialisasi dengan lingkungan sekitar sekolah maupun dilingkungan
tempat ia tinggal. Ia harus pandai bergaul, sopan santun, berakhlak mulia,
serta dapat berkomunikasi baik dengan masyarakat. Sehingga menjadikan
suasana yang nyaman dan tenang serta menjadi panutan di
lingkunganmasyarkat.Dalam proses belajar mengajar, guru mempunyai
tugas untuk mendorong, membimbing, dan memberi fasilitas belajar bagi
siswa untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai. Guru adalah seorang
pendidik, pembimbing, pelatih, dan pemimpin yang dapat menciptakan
iklim belajar yang menarik, aman, nyaman, dan kondusif. Keberadaannya
ditengah-tengah siswa dapat mencairkan suasana kebekuan, kekakuan, dan
kejenuhan belajar yang terasa berat diterima oleh para siswa. Iklim yang
tidak kondusif akan mengakibatkan tidak baik (berdampak negatif) yang
ingin dicapai.
Karena dengan kondisi yang tidak kondusif siswa akan menjadi bosan,
gelisah, resah, dan jenuh. Akan tetapi sebaliknya, jika suasana belajar tercipta
kondusif, maka dapat dengan mudah mencapai tujuan dari proses belajar
mengajar, bahkan proses pembelajaran akan terasa menyenangkan bagi para
23
Guru profesional akan dapat mengarahkan sasaran pendidikan,
membangun generasi muda menjadi suatu generasi bangsa penuh harapan.
Dari penjelasan diatas jelas bahwa guru profesional mempunyai peranan
penting dalam kegiatan belajar mengajar, karena hitam putihnya proses belajar
mengajar di dalam kelas banyak dipengaruhi oleh mutu guru itu sendiri.
B. Sertifikasi Guru
1. Pengertian SertifikasiGuru
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia No 14 Tahun 2005 tentang
guru dan dosen, dikemukakan bahwa sertifikasi adalah proses pemberian
sertifikat pendidik untuk guru dan dosen. Sedangkan sertifikat pendidik adalah
bukti formal sebagai pengakuan yang diberikan kepada guru dan dosen
sebagai tenaga profesional. Berdasarkan pengertian tersebut, sertifikasi guru
dapat diartikan sebagai suatu proses pemberian pengakuan bahwa seseorang
telah memiliki kompetensi untuk melaksanakan pelayanan pendidikan pada
satuan pendidikan tertentu, setelah lulus uji kompetensi yang diselenggarakan
oleh lembaga sertifikasi. Dengan kata lain, sertifikasi guru adalah proses uji
kompetensi yang dirancang untuk mengungkapkan penguasaan kompetensi
seseorang sebagai landasan pemberian sertifikat pendidik.
National Commission On Educational Services (NCES) memberikan
pengertian sertifikasi secara lebih umum. Certification is a procedure where
24
providen him or her a license to teach( Mulyasa, 2008: 34).Dalam hal ini
sertifikasi merupakan prosedur untuk menentukan apakah seseorang calon
guru layak diberikan izin dan kewenangan untuk mengajar.Hal ini diperlukan
lulusan lembaga pendidikan tenaga keguruan sangat bervariasi, baik
dikalangan perguruan tinggi negeri maupun swasta.
Merujuk pada ketentuan Pasal 42 ayat (1) UU Sisdiknas, menuntut
bahwa guru dan dosen wajib memiliki sertifikasi sesuai dengan jenjang
kewenangan mengajar, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan
untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional( SISDIKNAS, 2003: 52- 53).
Istilah sertifikasi dalam makna kamus berarti surat keterangan (sertifikat)
dari lembaga yang berwenang yang diberikan kepada jenis profesi dan
sekaligus pernyataan (lisensi) terhadap kelayakan profesi untuk melaksanakan
tugas. Bagi guru agar dianggap layak dalam mengemban tugas profesi
mendidik, maka ia harus memiliki sertifikat pendidik. Sertifikat pendidik
tersebut diberikan kepada guru dan dosen yang telah memenuhi persyaratan.
Sertifikasi secara yuridis menurut ketentuan Pasal 1 ayat (11) UUGD
(Undang-Undang Guru dan Dosen) adalah proses pemberian sertifikat
pendidik untuk guru dan dosen. Ada pun berkaitan dengan sertifikasi guru,
dijelaskan dalam Pasal 1 ayat (7), bahwa sertifikasi adalah proses pemberian
sertifikat pendidik untuk guru, dan dalam Pasal 1 ayat (12), bahwa sertifikat
pendidik adalah sebagai tenaga profesional. Sedangkan dalam Pasal 11
ayat(2), menyatakan sertifikat pendidikan tersebut hanya dapat diperoleh
25
memperoleh sertifikat pendidik minimum yang telah ditentukan (S-l/D-4) dan
terbukti telah menguasai kompetensi tertentu (empat kompetensi
dasar).Berkaitan dengan ketentuan tersebut, maka untuk menjadi guru
diperlukan dua syarat, yaitu kualifikasi akademik minimal (ijazah S1/D4) dan
penguasaan kompetensi minimal sebagai guru.Kedua hal tersebut dapat
dibuktikan dengan sertifikasi pendidikan.
Dengan demikian dapatlah disimpulkan bahwa sertifikat pendidik,
adalah surat keterangan yang diberikan suatu lembaga pengadaan tenaga
kependidikan yang terakreditasi sebagai bukti formal kelayakan profesi guru,
yaitu memenuhi kualifikasi pendidikan minimum dan menguasai kompetensi
minimal sebagai agen pembelajaran.
2. Dasar Hukum dan TujuanSertifikasi
Landasan hukum yang digunakan sebagai acuan pelaksanaan sertifikasi
guru dalam jabatan adalah sebagaiberikut:
a. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional.
b. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru danDosen.
c. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan.
d. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2007 tentang
26
e. Fatwa/Pendapat Hukum Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia
No.I.UM.01.02-253.
f. Peraturan Menteri pendidikan Nasional Nomor 18 Tahun 2007 tentang
Sertifikasi bagi Guru dalamJabatan.
g. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 40 Tahun 2007 tentang
Sertifikasi Bagi Guru Dalam Jabatan melalui JalurPendidikan.
h. Keputusan Mendiknas Nomor 057/O/2007 tahun 2007 tentang Penetapan
Perguruan Tinggi Penyelenggara Sertifikasi Guru DalamJabatan.
i. Keputusan Mendiknas Nomor 122/P/2007 Tahun 2007 tentang Penetapan
Perguruan tinggi Penyelenggara Sertifikasi Guru Dalam Jabatan melalui
Jalur Pendidikan.
Ada dua sasaran yang menjadi tujuan dalam proses sertifikasi: Pertama,
mereka para lulusan sarjana pendidikan maupun non kependidikan yang
menginginkan guru sebagai pilihan profesinya. Kedua, para guru dalam
jabatannya( Trianto dan Titik, 2006: 19- 20).
Sertifikasi guru merupakan pemenuhan kebutuhan untuk meningkatkan
kompetensi profesional.Oleh karena itu, proses sertifikasi dipandang sebagai
bagian esensial dalam upaya memperoleh sertifikat kompetensi sesuai dengan
standar yang telah ditetapkan. Sertifikasi guru merupakan proses uji
kompetensi bagi calon atau guru yang ingin memperoleh pengakuan dan
meningkatkan kompetensi sesuai profesi yang dipilihnya. Representasi
27
kompetensi adalah sertifikat kompetensi pendidik.Sertifikat ini sebagai bukti
pengakuan atas kompetensi guru atau calon guru yang memenuhi standar
untuk melakukan pekerjaan profesi pada jenis dan jenjang pendidikantertentu.
Selain itu, tujuan sertifikasi adalah untuk meningkatkan mutu pendidikan
nasional melalui peningkatan mutu guru. Guru yang telah lolos uji sertifikasi
akan diberikan tunjangan profesi sebesar satu
kaligajipokoksebagaiupayapemerintahdalammeningkatkan kesejahteraan guru.
3. Model-model Instrumen SertifikasiGuru
Eloknya, setifikasi guru dilakukan secara berkesinambungan, untuk
mengetahui perkembangan profesionalisme guru.Dengan demikian, hasil uji
kompetensi dalam sertifikasi guru dapat digunakan setiap saat, baik untuk
kenaikan jabatan, penempatan, maupun pemberian penghargaan bagi para
guru.
Sertifikasi guru dapat dilakukan oleh Pemerintah Pusat maupun
Pemerintah Daerah, bekerja sama dengan pusat pengujian dan lembaga-
lembaga yang biasa melakukan pengujian dan pengetesan. Untuk mendapatkan
hasil yang optimal, sertifikasi guru dilakukan dengan berbagai macam model
instrument sertifikasi guru seperti, tes tulis, tes kinerja, self appraisal,
portopolio, dan peer appraisal. Untuk dapat sukses dalam mengikuti uji
kompetensi dalam rangka sertifikasi guru, para calon peserta sewajarnya
28
Dengan demikian, diharapkan dapat ditarik kesimpulan yang utuh dan
tepat terhadap setiap guru yang mengikuti uji kompentensi dalam rangka
sertifikasi guru, sehingga tidak ada pihak yang merasa dirugikan, karena hanya
dinilai dari salah satu segi.
4. Prinsip Sertikasi Guru
Adapun prinsip-prinsip sertifkasi menurut Depdiknas, dalam buku 1
Pedoman Penetapan Peserta Sertifikasi dijelaskanbahwa:
a. Dilaksanakan secara objektif, transparan, dan akuntabel
Objektifyaitumengacukepadaprosesperolehansertifikatpendidik,danm
emenuhistandarpendidikannasional.Transparanyaitu mengacu kepada
sertifikasi yang memberikan peluang kepada para pemangku kepentingan
pendidikan untuk memperoleh akses informasi tentang proses dan hasil
sertifikasi. Akuntabel merupakan proses sertifikasi yang dipertanggung
jawabkan kepada pemangku kepentingan pendidikan secara administratif,
finansial, danakademik.
b. Berujung pada peningkatan mutu pendidikan nasional melalui peningkatan
kompetensi dan kesejahteraanguru
Sertifikasi guru merupakan upaya pemerintah dalam meningkatkan
mutu guru yang dibarengi dengan peningkatan kesejahteraan guru. Guru
yang telah lulus uji sertifikasi akan diberi tunjangan profesi sebesar satu
29
kesejahteraan guru. Tunjangan tersebut berlaku, baik bagi guru yang
berstatus pegawai negeri sipil (PNS) maupun bagi guru yang berstatus
bukan pegawai negeri sipil (swasta).Dengan peningkatan mutu dan
kesejahteraan guru maka diharapkan dapat meningkatkan mutu
pembelajaran dan mutu pendidikan di Indonesia secara berkelanjutan.
c. Dilaksanakan sesuai dengan peraturan dan perundang-undangan
Program sertifikasi pendidik dilaksanakan dalam
rangkamemenuhiamanat Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, dan
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan.
d. Dilaksanakan secara terencana dansistematis
Agar pelaksanaan program sertifikasi dapat berjalan dengan efektif
dan efisien harus direncanakan secara matang dan sistematis.Sertifikasi
mengacu pada kompetensi guru dan standar kompetensi guru.Jumlah
peserta sertifikasi guru ditetapkan oleh pemerintah.
Untuk alasan efektifitas dan efisiensi pelaksanaan sertifikasi guru
serta penjaminan kualitas hasil sertifikasi, jumlah peserta pendidikan
profesi dan uji kompetensi setiap tahun ditetapkan oleh
pemerintah.Berdasarkan jumlah yang ditetapkan pemerintah tersebut, maka
30
Kabupaten/Kota.Penyusunan dan penetapan kuota tersebut didasarkan atas
jurnal data individu guru per Kabupaten/Kota yang masuk di pusat data
Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan.
e. Menghargai pengalaman kerjaguru
Pengalaman kerja guru di samping lamanya guru mengajar juga
termasuk pendidikan dan pelatihan yang pernah diikuti, karya yang pernah
dihasilkan baik dalam bentuk tulisan maupun media pembelajaran, serta
aktifitas lain yang menunjang profesionalitas guru. Hal ini diyakini bahwa
pengalaman kerja guru dapat memberikan tambahan kompetensi guru
dalam mengajar. Dalam beberapa hal, guru yang mempunyai masa kerja
lebih lama akan lebih berpengalaman dalam melakukan pembelajaran
dibanding dengan guru yang masih relatif baru. Oleh karena itu,
pengalaman kerja guru perlu masih mendapat penghargaan sebagai salah
satu komponen yang diperhitungkan dalam sertifikasi guru( DEPDIKNAS,
2008: 9- 11).
5. Pelaksanaan Sertifikasi Guru
Untuk dapat meningkatkan kualitas peserta didik, maka langkah nyata
yang harus dilakukan adalah peningkatan kualitas hasil proses pendidikan.
Berkaitan dengan hal tersebut, maka yang harus jadi perhatian adalah peran
pengelola dan penyelenggara pendidikan, khususnya guru. Guru harus benar-
31
bertugas sebagai fasilitator pendidikan haruslah orang-orang yang mempunyai
kualitas diri tinggi, jika kita menginginkan hasil proses pendidikan dan
pembelajaran yang maksimal.
Sertifikasi guru dilakukan secara berkesinambungan, untuk mengetahui
perkembangan profesionalisme guru.Dengan demikian, hasil uji kompetensi
dalam sertifikasi guru dapat digunakan setiap saat, baikuntuk kenaikan jabatan,
penempatan maupun pemberian penghargaan bagi para guru.
Sertifikasi guru dapat dilakukan oleh Pemerintah pusat maupun
Pemerintah Daerah, bekerja sama dengan pusat pengujian dan
lembaga-lembaga yang biasa melakukan pengujian dan pengetesan. Instrumen yang
digunakan biasanya alat test dan nontest( Mulyasa, 2005: 203).
Dengan demikian, diharapkan dapat ditarik suatu kesimpulan yang utuh
dan tepat terhadap setiap guru yang mengikuti uji kompetensi dalam rangka
sertifikasi guru, sehingga tidak ada pihak yang dirugikan, karena hanya dinilai
dari salah satu segi. Adapun pihak-pihak yang berperan adalah sebagai berikut:
a. Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan
merupakan kepanjangan tangan pemerintah, bertugas menyiapkan
perangkat kebijakan yang berkaitan dengan kuota sertifikasi guru dan
proses pelaksanaansertifikasi.
b. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, bertugas menyiapkan perangkat
kebijakan berkaitan dengan penetapan perguruan tinggi penyelenggara
32 penilaian sertifikasiguru.
c. Dinas Pendidikan Provinsi dan Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota sebagai
skala prioritas guru peserta sertifikasi, dan menetapkan peserta sertifikasi
guru berdasarkan seleksiinternal.
d. Perguruan Tinggi penyelenggara sertifikasi guru yang telah ditetapkan
Pemerintah sebagai penyelenggara sertifikasi guru bertugas melaksanakan
proses penilaian guru secara objektif, transparan, dan akuntabel sesuai
dengan standar dan indikator penilaian yang telah ditetapkan, dan
mengeluarkan sertifikat pendidik bagi guru yang telah
memenuhipersyaratan.
Mekanisme pengujian sertifikasi guru meliputi tiga alur: Pertama, para
guru harus memenuhi syarat administrasi; Kedua, sebagai bahan pertimbangan
pendukung kepada guru diwajibkan mencatat dan mengumpulkan semua
aktivitas yang dilakukan baik saat pembelajaran maupun di luar pembelajaran
dalam bentuk portofolio. Aktifitas-aktifitas dalam bentuk portofolio tersebut
sebagai refleksi dari empat komponen dasar guru sebagai agen pembelajaran
yaitu, kompetensi pedagogik, kompotensi profesional, kompetensi personal,
dan kompetensi sosial( Trianto dan Titik, 2006: 83- 84); Ketiga, kesiapan
mengikutidiklat.
Adapun langkah atau tahapan penyelenggara sertiflkasi adalah: (1)
Penetapan jumlah peserta sertifikasi, (2) penyusunan kuota sertifikasi, (3)
33
Pelaksanaan sertifikasi guru, dan (6) Pemberian sertifikat pendidik(Guru,
2008: 18- 19).
6. Efektifitas dan Manfaat SertifikasiGuru
Efektifitas sertifikasi menurut Amir Fajar yakni Guru/Dosen lebih
memahami hak dan kewajibannya dalam (UU No. 14/2005 pasal 14 ayat 1
antara lain:
a. Memperoleh penghasilan di atas kebutuhan hidup minimum dan jaminan
kesejahteraansosial.
b. Mendapatkan promosi dan penghargaan sesuai dengan tugas dan prestasi
kerja.
c. Memperoleh perlindungan dalam melaksanakan tugas dan hak atas
kekayaanintelektual.
d. Memperoleh kesempatan untuk meningkatkankompetensi.
e. Memperoleh dan memanfaatkan sarana dan prasarana pembelajaran untuk
menunjang kelancaran tugaskeprofesionalan.
f. Memiliki kebebasan dalam memberikan penilaian dan ikut menentukan
kelulusan, penghargaan, dan/atau sanksi kepada pesertadidik sesuai kaidah
pendidikan, kode etik guru, dan peraturan perundang- undangan.
g. Memperoleh rasa aman dan jaminan keselamatan dalammelaksanakan
tugas.
34
i. Memiliki kesempatan untuk berperan dalam menentukan
kebijakanpendidikan.
j. Memperolehkesempatanuntukmengembangkan danmeningkatkan
kualifikasi akademik dan kompetensi.
k. Memperoleh pelatihan dan pengembangan profesi dalam bidangnya(Fajar,
2006: 10).
Tujuan sertifikasi dijelaskan oleh Samani adalah untukmenentukan
tingkat kekayaan seorang guru dalam melaksanakan tugas sebagai agen
pembelajaran di sekolah dan sekaligus memberikan sertifikat pendidik bagi
guru yang telah memenuhi persyaratan dan lulus uji sertifikasi. Dengan kata
lain tujuan sertifikasi untuk meningkatkan mutu dan menentukan kelayakan
guru dalam melaksanakan tugas sebagai agen pembelajaran dan mewujudkan
tujuan pendidikan nasional( Samani, dkk., 2006: 10).
Manfaat uji sertifikasi guru dalam kerangka makro upaya peningkatan
kualitas layanan dan hasil pendidikan sebagai berikut:
a. Melindungi profesi guru dan praktik-praktik layanan pendidikan yang
tidak kompeten sehingga dapat merusak citra profesi guru itusendiri.
b. Melindungi masyarakat dari praktik-praktik pendidikan yang tidak
berkualitas dan profesional yang akan dapat menghambat upaya
peningkatan kualitas pendidikan dan penyiapan sumber daya manusia di
35
c. Menjadi wahana penjaminan mutu bagi Lembaga Pendidikan Tenaga
Kependidikan (LPTK) yang bertugas mempersiapkan calon guru dan juga
berfungsi sebagai kontrol mutu bagi pengguna layananpendidikan.
d. Menjaga lembaga penyelenggara pendidikan dari keinginan internal dan
tekanan eksternal yang potensial dapat menyimpang dari ketentuan-
ketentuan yang berlaku.
e. Memperoleh tunjangan profesi guru yang lulus ujiansertifikasi.
C. KAJIAN PUSTAKA
Dalam penulisan skripsi ini peneliti menggali informasi dan penelitian -
penelitian sebelumnya sebagai tahap perbandingan, baik mengenai kekurangan
atau kelebihan yang sudah ada. Selain itu, peneliti juga menggali informasi dari
buku – buku maupun skripsi dalam rangka mendapatkan informasi yang ada
sebelumnya tentang teori yang berkaitan dengan judul yang digunakan untuk
memperoleh landasan teori ilmiah.
1. Skripsi saudara Mustakim (2005) dengan judul Kompetensi ProfesionalGuru
PAI MTs Al Hidayah Purwasaba Mandiraja. Dalam penelitiannya,saudara
Mustakim lebih menekankan pada seluruh indikator keahlian profesional
seperti kemampuan dalam merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi
pembelajaran. Komponen dan indikator kompetensi tersebut yang dijadikan
sebagai tolak ukur dalam penelitiannya.
2. Skripsi saudari Farha Zahratun K (2011) yang berjudul
36
Muhammadiyah 1 Purbalingga Tahun Pelajaran 2011/2012. Dalam
penelitian ini saudari Farhasendiri lebih menekan pada Guru rumpun PAI
pada profesional yang mengajar mata pelajaran Qur’an hadits, Aqidah,
Akhlak dan Tarikh yang mengampu mata pelajaran berbeda beda yang
mengampu 1 mata pelajaran atau 2 mata pelajaran dalam rumpun PAI atau 1
saja mata pelajaran rumpu PAI pada sekolah menengah.
3. Penelitian yang dilakukan oleh Nurul Setyono Jurusan PAI Fakultas Ilmu
Tarbiyah Dan Keguruan Universitas Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta 2013
yang berjudul: Kompetensi Profesional Guru dalam Mengelola Sumber
Belajar pada Pembelajaran PAI kelas XI SMA N 5 Yogyakarta. Hasil dari
penelitian ini menunjukan bahwa: 1) Pembelajaran PAI kelas XI dilakukan
dengan membuat perencanaan terlebih dahulu kemudian baru dilaksanakan
pembelajaran. Perencanaan disusun dalam bentuk RPP dan silabus yang
dibuat sekali pada awal semester. Pembelajaran PAI kelas XI IPA dilakukan
di dalam kelas dengan memanfaatkan sumber belajar yang tersedia di kelas
seperti LCD proyektor, whiteboard, Al-Qur‟an dan buku paket. Sedangkan
pembelajaran PAI di luar kelas memanfaatkan ruang perpustakaan, masjid
dan ruang multimedia, 2) Kompetensi profesional guru PAI dalam mengelola
sumber belajar sudah cukup baik karena hampir semua sumber belajar yang
ada di SMA N 5 Yogyakarta digunakan untuk membantu pembelajaran.
Pembelajaran PAI kelas XI IPA oleh Pak Arif telah memanfaatkan ruang
kelas, ruang perpustakaan dan masjid sebagai tempat belajar siswa. Selain itu
37
seperti LCD, proyektor, whiteboard, Al-Quran, dan buku PAI. Pembelajarm
PAI kelas XI IPS oleh Ibu Mardiyahmemanfaatkan ruang kelas dan ruang
multimedia sebagai ruang belajar siswa serta mengoptimalkan buku PAI dan
whiteboard sebagai sumber belajar di kelas.
Berdasarkan beberapa penelitian di atas dapat ditemukan persamaan dan
perbedaan dengan penelitian ini bahwa persamaannya adalah sama-sama meneliti
tentang kompetensi profesional guru PAI . Adapun perbedaan dari
masing-masing penelitian di atas adalah objek yang diteliti berbeda, yakni ketiga
penelitian di atas dengan penelitian yang akan dilakukan yakni tingkatan sekolah
yang berbeda. Kedua penelitian di atas dilakukan pada tingkat sekolah menengah
kejuruan serta penelitian yang ketiga di SMA Negeri sedangkan penelitian yang
38 BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif.
Menurut Nana Syaodih dalam bukunya yang berjudul Metode Penelitian
Pendidikan, penelitian kualitatif adalah suatu pendekatan penelitian yang
ditujukan untuk mendeskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa,
aktivitas sosial, sikap, kepercayaan, persepsi, pemikiran orang secara
individual maupun kelompok(Sukmadinata, 2007:60).
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Dalam pelaksanaan penelitian ini, penulis mengambil tempat di
MTs Terpadu Al- Mustaqim Timpik. Penelitian ini dilakukan pada
tanggal 12 Februari sampai 3 Maret 2018.
C. Sumber Data
1. SumberPrimer
Sumber primer yang dimaksuddisiniadalahsumber yang
berasaldariseseorangataulebih,
informasi-
informasipenelitiandiperoleh.Adapunsumber-sumbertersebutpenelitidapatkandari:
a. GuruPAI
Guru PAI adalahsalahsatusumber yang
39
menyangkutsemuahal yang berkaitandenganperan guru dalam
proses belajarmengajarsiswamenyangkutkompetensiprofesional
guru PAI pascasertifikasidalampembelajaran.
b. Kepala/Wakil KepalaSekolah
Penelitiakanmemperolehbeberapainformasidarikepalasekolah/wakil
mengenaikompetensiprofesional guru PAI
pascasertifikasibagipesertadidik.
c. ParaGuru
Untukmemintainformasidaripara guru yang
berlainanbidangmengenaikompetensiprofesional guru PAI
pascasertifikasi.
d. ParaSiswa
Untukmendapatkanrespondarisiswamengenaikinerja guru PAI
dalamkeprofesionalanpascasertifikasi.
2. SumberSekunder
Sumbersekunderadalahsumber yang
berasaldaribuku-bukutentangkompetensiprofesional guru PAI pascasertifikasi. Dan
bukutentangpetunjuk-
petunjukpelaksanaanpenelitianyaitubuku-bukuSuharsimiArikunto yang
berjudulProsedurPenelitianSuatuPendekatanPraktek,
sertabukuPedomanPenulisanSkripsiFakultasIlmuTarbiyahdanKeguru
40 D. Prosedur Pengumpulan Data
Adapun prosedur yang digunakandalammengumpulkan data
dalampenelitianiniadalah:
1. Observasi
Observasi (pengamatan) adalahalatpengumpulan data yang
dilakukandengancaramengamatisecarasistematikgejala-gejala yang
terjadidilapangan yang berkaitandengankompetensiprofesional guru
PAI pascasertifikasi di MTs Terpadu Al- MustaqimTimpik.
Penelitianinimenggunakanobservasipartisipan (participant observer)
penilitiikutsertadalamkegiatan yang sedangberlangsung. Susan
stainbackmenyatakandalamobservasipartisipatif,
penelitimengamatiapa yang dikerjakan orang, mendengarkanapa yang
merekaucapkan, danberpatisipasidalamaktifitasmereka( Sugiyono,
2008:
311).Sebelumterjunlangsungkelapanganpenelitimenyiapkanpedomano
bservasi yang
nantinyaakanmemudahkanpenelitidalammelakukanpengamatandanme
ngumpulkan datadilapangan.
41
Wawancara adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara
(peneliti) untuk memperoleh informasi dari pihak yang diwawancarai.
Disini yang menjadiobjek yang diwawancaraiyaitu guru PAI, guru
bidangstudilain, kepala/wakilkepalasekolah, danmurid.
Berkaitandenganmasalah yang ditelitimengenaikompetensiprofesional
guru PAI pascasertifikasi di MTs Terpadu Al-
yang diajakwawancaradimintapendapat, dan
ide-idenya.Dalammelakukanwawancara,
penelitiperlumendengarkansecaratelitidanmencatatapa yang
dikemukakanolehinforman.
3. Dokumentasi
Dokumentasi adalah mencari data yang dibutuhkan peneliti sebagai
pelengkap penelitian. Teknik ini digunakan untuk mencari tahu
kompetensi profesional guru PAI pasca sertifikasi melalui arsip-arsip
atau data- data tentang latar belakang pendidikan dan pengalaman
42
dikumpulkan bisa berupa tulisan, gambar, atau karya-karya
monumental seseorang. Beberapa dokumen yang bisa dikumpulkan
adalah dokumen yang berbentuk tulisan (transkip, buku-buku tentang
pendapat, teori, dalil atau hukum-hukum, catatan, arsip-arsip, buku,
surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda, dan sebagainya),
dokumen bisa yang berbentuk gambar maupunelektronik.
E. Analisis Data
Penelitianinimenggunakanpendekatandeskriptifkualitatif.Menurut
Nana Syaodihdalambukunya yang berjudulMetodePenelitianPendidikan,
penelitiankualitatifadalahsuatupendekatanpenelitian yang
ditujukanuntukmendeskripsikandanmenganalisisfenomena, peristiwa,
aktivitassosial, sikap, kepercayaan, persepsi, pemikiran orang secara
individual maupunkelompok( Sukmadinata, Cet. 3, 2007: 60).
Tujuanpenelitianiniadalahuntukmelukiskan variable kondisi “apa yang
ada” dalamsuatusituasi( Furchan, 2007: 447).
F. Pengecekan Keabsahan Data
Teknikanalisis data yang
digunakandalampenelitianiniberlandaskanpersfektifkependidikan Islam
dansosial.Analisisbersamaandengan proses pengumpulan data. Analisis
data yang penelitilakukanmenggunakancaratriangulasi.
43
memanfaatkansesuatu yang lain di luar data itu( Moleong, Cet. 8, 1997:
178).
Triangulasidalampengujiankredibilitasinidiartikansebagaipengecekan
data dariberbagaisumberdanteknik.
Triangulasisumberuntukmengujikredibilitas data
dilakukandengancaramengecek data yang
telahdiperolehmelaluibeberapasumber.Triangulasiteknikuntukmengujikre
dibilitas data dilakukandengancaramengecek datakepadasumber yang
samadenganteknikyang berbeda.Misalnya data
diperolehdenganwawancara, laludicekdenganobservasi( Sugiyono, Cet.
44 BAB IV
PAPARAN DAN ANALISIS DATA
A. Gambaran Umum MTs Terpadu Al- Mustaqim Timpik
1. Sejarah Berdirinya MTs Terpadu Al- Mustaqim Timpik
Pada tahun 2009 berdirilah sekolah yang diberi nama MTs
Terpadu Al- Mustaqim Timpik yang beralamatkan di jl. Sruwen-
Simo , tepatnya di Desa Timpik, Kecamatan Susukan, Kabupaten
Semarang. Kepala sekolah yang bernama Bpk Alim Rois, S.HI.
Sampai saat ini tahun ajaran 2017/2018 jumlah seluruh siswa di MTs
Terpadu Al- Mustaqim Timpik sebanyak 133 siswa. Jumlah guru
dan karyawan di MTs Terpadu Al- Mustaqim Timpik berjumlah 16
orang.
2. Profil MTs Terpadu Al- Mustaqim Timpik
A. Profil Madrasah
1. Nama Sekolah : Mts TERPADU AL-MUSTAQIM
2. No Statistik Madrasah : 121233220033
3. NPSN : 20364449
4. Akreditasi Madrasah : B (84) tahun 2012
5. Alamat Lengkap : Dusun Timpik, Kecamatan
Susukan, Kabupaten Semarang Provinsi Jawa Tengah
6. NPWP Madrasah : 02.899.359.0-505.000
45
8. Nama Kepala Madrasah : Alim Rois, S.HI
9. No Tlp/Hp : 085640490008
10. Nama Yayasan : Yayasan Al-Mustaqim
11. Alamat Yayasan : Dsn. Timpik Ds. Timpik Kec.
Susukan Kab. Semarang
12. No. SK Pendirian : AHU-0014005.AH.01.04. Tahun
2015
3. Visi dan Misi Sekolah
a. Visi Sekolah
Visi dari MTs Terpadu Al- Mustaqim Timpik yaitu:
“Terwujudnya Madrasah Tsanawiyah Pilihan yang berkualitas,
unggul, dan berprestasi.”
b. Misi Sekolah
Misi dari MTs Terpadu Al- Mustaqim Timpik yaitu:
1) Menumbuhkan semangat dalam aktifitas keagamaan dan
nilai-nilai religius;
2) Melaksanakan pembelajaran dan bimbingan secara efektif
yang didasari IPTEK dan IMTAQ;
3) Membentuk generasi yang cerdas, berwawasan luas, kreatif,
inovatif, dan berakhlakul karimah;
4) Menciptakan lingkungan madrasah yang islami, sehat,
46
4. Data Sarana Prasarana
Sarana Pendukung Belajar/Mengajar
Sarana dan prasarana sekolah yang mendukung dalam
kegiatan belajar mengajar banyak membantu dan memperlancar
jalannya pendidikan serta meningkatkan mutu dan kualitas sekolah.
Sarana dan prasarana yang dimaksud dalam konteks ini adalah
segala sesuatu yang tersedia sebagai sarana pelengkap dalam
aktivitas belajar mengajar di MTs Terpadu Al- Mustaqim Timpik.
Sarana dan prasarana tersebut dapat dilihat pada tabel sebagai
47
7. Data Siswa Tiga Tahun Terakhir
Tahun ajaran
Kelas7 Kelas8 Kelas9
48 B. PaparanData
1. Kompetensi profesional guru PAI yang bersertifikat pendidik di MTs
Terpadu Al- Mustaqim Timpik
Pendidikan mengacu pada usaha-usaha yang dilakukan oleh
orang tua dan guru pendidikan agama untuk membuat anak memiliki
prilaku terpuji dan prilaku tersebut bersifat tetap dalam diri anak.
Ibarat membuat sebuah guci keramik yang membutuhkan beberapa
tahapan agar bisa menghasilkan keramik yang berkualitas baik.
Dimana pengrajin harus memilih kualitas tanah liat yang baik,
dicampur air, kemudian dibentuk dengan kelembutan tangan si
pengrajin, kemudian dijemur dan dibakar lalu diukir seindah
mungkin. Begitu pun dengan membentuk prilaku yang baik pada
anak bukanlah hal yang dapat dengan mudah dilakukan. Butuh proes
yang panjang dan tahapan-tahapan yang harus dilalui yang
berlangsung secara terus menerus dan juga peran dari semua orang
yang terkait seperti orang tua, guru, teman, dan lingkungansekitar.
Pendidikan adalah suatu proses menanamkan, membentuk, dan
mengembangkan nilai-nilai positif dalam diri mereka. Pendidikan
juga suatu proses yang mengajarkan dan membentuk anak menjadi
anak yang berprilaku sesuai dengan nilai-nilai dan norma yang
berlaku serta kemampuan intelektual yang matang.
Nilai-nilai tersebut pertama kali dibentuk dan berkembang di
49
sekolah. Selain untuk menambah pengetahuan anak juga
bertanggung jawab terhadap perkembangan moral dan prilaku anak.
Perkembangan moral dan prilaku pada anak dilakukan dengan
menanamkan nilai-nilai keagamaan pada anak. Sehingga anak
berprilaku baik bukan karena paksaan tapi karena kebiaaan dan ciri
khas pada anak.
Kehadiran guru dalam proses pembelajaran merupakan
peranan yang penting, peranan guru itu belum dapat digantikan oleh
teknologi seperti radio, televisi, tape recorder, internet, komputer
maupun teknologi yang paling modern. Banyak unsur-unsur
manusiawi seperti sikap, sistem nilai, perasaan, motivasi kebiasaan
dan keteladanan, yang diharapkan dari hasil proses pembelajaran
yang tidak dapat dicapai kecuali melalui pendidik. ( Ramayulis,
2008: 74)
Maka untuk itu diperlukan guru-guru yang profesional yang
mampu menanamkan nilai-nilai luhur dan kemampuan intelektual
yang baik pada anak. Hal ini menjadi kebutuhan yang sangat penting
di samping untuk menambah ilmu pengetahuan peserta didik. Untuk
mendapatkan guru yang profesional maka diperlukan uji
keprofesionalannya tersebut. Dengan adanya sertifikasi guru
diharapkan guru yang sudah di sertifikasi benar-benar guru yang