HASAN
DI BMT SH@R’IE UNGARAN
TUGAS AKHIR
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN
Salatiga untuk memenuhi salah satu syarat Guna Memperoleh
Gelar Ahli Madya Jurusan D III Perbankan Syariah
Oleh:
AYUK WIRYAN UTAMI
NIM: 201-14-061
JURUSAN DIII PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
SALATIGA
ANALISIS PENERAPAN PEMBIAYAAN QARDHUL
HASAN
DI BMT SH@R’IE UNGARAN
TUGAS AKHIR
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN
Salatiga untuk memenuhi salah satu syarat Guna Memperoleh
Gelar Ahli Madya Jurusan D III Perbankan Syariah
Oleh:
AYUK WIRYAN UTAMI
NIM: 201-14-061
JURUSAN DIII PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
SALATIGA
MOTTO
“Satu-satunya cara untuk melakukan pekerjaan hebat adalah cintai
apa yang anda lakukan”
(Steve Jobs)
“Berani karena benar, takut karena salah janganlah iri dengan apa
yang didapat oleh orang lain, karena kitapun bisa mendapatkannya
pula”
PERSEMBAHAN
Alhamdulilah, tiada henti-hentinya penulis mengucapkan syukur kepada
Allah SWT atas ridho-nya akhirnya penulis bisa menyelesaikan Tugas Akhir ini
dengan baik dan tidak ada halangan apapun. Pada kesempatan ini penulis ingin
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Slamet Subiyanto, terimakasih telah memberikan dukungan yang
luar biasa kepada penulis tidak hanya dari segi materi namun juga
semangat dan doa.
2. Ibu Endang Sri Wiryani, yang selalu memberikan semangat dikala penulis
putus asa. Menjadi tempat bercerita dan juga tidak pernah lupa untuk
mendoakan dan menjadi penyemangat nomer satu.
3. Kakak-Kakakku Putri Wiryaningsih dan Ata Riski Wiryandari terimakasih
untuk nasehat dan semangat yang luar biasa untuk penulis.
4. Rijet Tri Yogi, yang selalu memberi dukungan dan semangat dalam
menyelesaikan Tugas Akhir ini.
5. Bapak Mochlasin M.Ag. Selaku pembimbing yang telah banyak
memberikan arahan serta bimbingannya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan Tugas Akhir ini.
6. Sahabat-sahabatku Desi, Mutoharoh, Arni, Tutik Dan Afsi yang selalu
memberi semangat untuk menyelesaikan Tugas Akhir.
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Puji syukur kepada Allah, karena berkat rahmat dan karunia-Nya sehingga
sehingga penyusunan Tugas Akhir ini bisa terselesaikan tepat waktu. Semua ini
tak lepas dari dukungan, bantuan, doa dan bimbingan dari semua pihak yang
terlibat dalam penulisan karya ilmiah ini. Shalawat serta salam semoga tercurah
limpahkan kepada Nabi kita yakni Nabi Muhammad SAW, beserta keluarganya,
para sahabat, tabi’in dan tabiat serta kepada kita selaku umatnya.
Tugas Akhir ini disusun sebagai syarat meraih gelar Ahli Madya Ekonomi
Syariah pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Salatiga dengan judul
“ANALISIS PENERAPAN PEMBIAYAAN QARDHUL HASAN DI BMT
SH@R’IE UNGARAN”. Penulis mengakui bahwa semua ini tak akan
terselesaikan tanpa bantuan dari semua pihak yang terlibat dalam penyusunan
Tugas Akhir ini. Karena itulah penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang secara langsung dan tidak langsung telah membantu. Ungkapan
terimakasih kadang tidak bisa mewakili kata-kata, hingga kiranya penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga
2. Bapak Dr. Anton Bawono, S.E., M.Si. selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Islam IAIN Salatiga
3. Bapak Drs. Alfred L., M.Si. selaku Ketua Jurusan Program Studi DIII
4. Bapak Mochlasin, M.Ag. selaku pembimbing yang telah membimbing dan
memberikan pengarahan dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini.
5. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Salatiga yang
telah memberikan ilmunya dengan tulus.
6. Bapak H. Sri Widodo, S.E selaku Manager BMT Sh@r’ie beserta seluruh
pegawai yang telah membimbing selama peneliti melakukan kegiataan
magang dan penulisan Tugas Akhir.
7. Kedua Orang tuaku tercinta, terima kasih tak terhingga atas doa, semangat
kasih sayang, pengorbanan, dan ketulusannya dalam mendampingi penulis.
Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan rahmat dan ridha-Nya kepada
keduanya. Serta tidak lupa Kakak-kakakku Putri dan Ata yang setiap harinya
memberi semangat dalam penulisan Tugas Akhir.
8. Semua pihak yang telah membantu, memberikan semangat serta doanya, yang
tidak dapat disampaikan satu persatu. Terima kasih banyak.
Akhirnya, penulis menyadari bahwa Tugas Akhir ini masih banyak
kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharap kritik dan saran yang dapat
membangun. Semoga Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi semuanya.
Amin.
Wassalamu’alaikumWr.Wb.
Salatiga, 11 Agustus 2017
ABSTRAK
Utami, Ayuk Wiryan. 2017. Analisis Penerapan Pembiayaan Qardhul Hasan Di BMT Sh@r’ie Ungaran. Tugas Akhir, Falkutas Ekonomi dan Bisnis Islam Program Studi DIII-Perbankan Syariah IAIN Salatiga. Pembimbing Mochlasin, M.Ag.
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh masyarakat yang memiliki hal keterbatasan modal dalam mengembangkan usaha kecil, kebutuhan yang mendesak, dan ekonomi yang lemah. BMT Sh@r’ie menyalurkan dana kebajikan untuk masyarakat yang tidak mampu melalui pembiayaan Qardhul Hasan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui motivasi nasabah dalam pengajuan pembiayaan Qardhul Hasan, sumber-sumber dana serta realisasi pembiayaan Qardhul Hasan di BMT Sh@r’ie Ungaran. Metode pengumpulan yang dilakukan menggunakan metode kualitatif dengan teknik pengambilan data berupa wawancara, observasi, dan dokumentasi.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa motivasi anggota dalam pengajuan pembiayaan Qardhul Hasan yaitu, keadaan ekonomi anggota yang lemah, tidak cukupnya modal dana untuk membuka usaha, penghasilan yang tidak tetap, suami sudah meninggal dunia dan masih membiayai sekolah anak. Sumber-sumber dari pembiayan Qardhul Hasan di BMT Sh@r’ie Ungaran berasal dari infaq, shadaqah, surplus bagi hasil dan simpanan amanah. Dalam realisasi pembiayaan Qardhul Hasan di BMT Sh@r’ie Ungaran tingkat keberhasilan nasabah hanya 50%. Dan adanya perpanjangan waktu untuk anggota pembiayan yang sudah jatuh tempo. Sedangkan pembiayaan ini bertujuan untuk mensejahterakan dan menganggkat perekonomian nasabah yang kurang mampu.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
PERNYATAAN KEASLIAN ... iv
PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI ... v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... vi
KATA PENGANTAR ... viii
ABSTRAK ... x
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR GAMBAR ... xiv
DAFTAR TABEL ... xv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 6
C. Tujuan Penelitian ... 7
D. Manfaat Penelitian ... 7
E. Metode Penelitian ... 8
F. Sistematika Penulisan ... 11
BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Pustaka ... 13
1. Pembiayaan ... 16
2. Pembiayaan Al-Qard dan Qardhul Hasan ... 24
3. Prinsip-Prinsip 5C . ... 34
BAB III GAMBARAN UMUM BMT SH@R’IE UNGARAN A. Profil BMT Sh@r’ie Ungaran ... 38
1. Sejarah dan perkembangan BMT Sh@r’ie ... 38
2. Visi dan Misi ... 38
3. legalitas Usaha ... 39
4. Struktur Organisasi ... 39
5. Susunan Pengurus dan Pengelola BMT Sh@r’ie ... 40
6. Tugas, Wewenang dan Tanggung Jawab Jabatan ... 41
7. Jam Operasional ... 48
B. Produk-Produk pada BMT Sh@r’ie ... 48
1. Produk Simpanan ... 48
2. Produk Pembiayaan ... 52
3. Syarat Pengajuan Pembiayaan ... 55
BAB IV ANALISIS DATA A. Motivasi Anggota Dalam Pengajuan Pembiayaan Qardhul Hasan ... 56
B. Sumber Dana Qardhul Hasandi BMT Sh@r’ie Ungaran ... 58
C. Mekanisme Pembiayaan Qardhul Hasandi BMT Sh@r’ie Ungaran ... 59
1. Prosedur Pembiayaan Qardhul Hasandi BMT Sh@r’ie ... 59
D. Realisasi Pembiayaan Qardhul Hasandi BMT Sh@r’ie Ungaran ... 64
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ... 69
B. Saran ... 70
DAFTAR PUSTAKA ... 71
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Skema Pinjaman Qardh/ Qardhul Hasan ... 25
Gambar 3.1. Struktur Organisasi RAT BMT Sh@r’ie Ungaran ... 39
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Perbedaan antara Pinjaman Al-Qardh dengan Pembiayaan Qardhul
Hasan ... 30
Tabel 4.1. Perkembangan Penyaluran Dana Qardhul Hasan Pada Anggota di
BMT Sh@r’ie Ungaran periode 2013-2016 ... 59
Tabel 4.2. Jangka Waktu Pengembalian Pembiayaan Qardhul Hasan ... 63
Tabel 4.3. Prosentase Penggunaan Dana Qardhul Hasan Periode 2013-2016 ... 65
Tabel 4.4. Nama Anggota, Jumlah dan Penggunaan Dana Qardhul Hasan Periode
2013-2016 ... 65
Tabel 4.5. Jenis Usaha & Spesifikasi Penggunaan Dana Qardhul Hasan Periode
2013-2016 ... 66
Tabel 4.6. Tingkat Keberhasilan Anggota Dalam Pengembalian Dana Qardhul
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pengembangan nasional merupakan rangkaian upaya pembangunan di
seluruh aspek yang berkesinambungan meliputi, kehidupan masyarakat,
bangsa dan negara. Sebelum berbicara lebih jauh mangenai kondisi
perekonomian saat ini, khususnya yang terjadi di Indonesia yang ternyata
belum stabil, masih terdapat masalah yang hingga kini belum terealisasikan,
yakni pemenuhan lapangan pekerjaan demi kesejahteraan umat. Padahal di
era global ini persaingan dunia usaha sangat ketat. Para pelaku bisnis dituntut
berfikir keras mengatur strategi untuk mempertahankan dan memajukan
bisnis yang mereka geluti. Bahkan tidak sedikit dari mereka yang tanpa
berfikir panjang melakukan persaingan-persaingan yang tidak sehat terhadap
lawan jenisnya (Antonio, 2001: 5).
Cara untuk mengatasi persaingan yang tidak sehat, para pengusaha
hendaknya sejak dini memasang fondasi yang kuat guna untuk
mempersiapkan diri sebaik mungkin, sehingga mampu bersaing secara sehat,
khususnya para pengusaha kecil ataupun pengusaha menengah yang
mempunyai banyak keterbatasan, baik dari segi permodalan, sarana dan
prasarana, sumber daya manusia bahkan dalam hal pemasarannya.
Permasalahan yang terletak di dalamya memang sangat komplek, akan tetapi
yaitu modal usaha. Untuk menyikapi hal tersebut para pelaku pasar harus
menggunakan pikiran jernih serta akal sehat sebagai langkah antisipasi
haruslah memasang kuda-kuda untuk mempersiapkan diri sejak dini dan
sebaik mungkin agar mampu bersaing terutama pada pengusaha kecil dan
menengah yang banyak memiliki keterbatasan baik dalam sarana permodalan
maupun sumberdaya manusia serta di bidang pemasarannya.
Setiap kegiatan usaha pasti memerlukan modal kerja yang mungkin
saja untuk saat ini sulit dipenuhi menyadari adanya kesulitan yang dialami
pengusaha kecil dan menengah, pihak pemerintah ikut andil pembiayaan
lunak bahkan kredit tanpa bunga, bahkan menganjurkan para pengusaha besar
untuk menjadi bapak asuh bagi pengusaha kecil dan meminta agar bank-bank
swasta maupun pemerintah bisa menyalurkan kredit dengan prosedur yang
mudah dan bunga yang ringan. Namun hanya sedikit bank-bank yang mau
membantu pengusaha kecil untuk bisa mengangkat dan memperbesarkan
usaha mereka. Telah banyak upaya yang dilakukan pemerintah, akan tetapi
hasilnya belum maksimal untuk dibutuhkan solusi lain agar masalah-masalah
tersebut dapat teratasi dan kini pemerintah mulai mendorong usaha-usaha
koperasi untuk membantu penyediaan modal kerja.
Dengan adanya peristiwa-peristiwa tersebut maka pemberian
pinjaman harus diartikan sebagai suntikan modal yang sifatnya sementara dan
rangsangan karena pemberian pinjaman harus mampu mendorong produksi
yang akhirnya akan meningkatkan kapitalisasi usaha kecil. Meningkatnya
3
meningkatnya pendapatan dapat berdampak pada peningkatan produktifitas
tersebut, maka tabungan juga akan mengalami peningkatan. Inilah awal
kapitalisasi permodalan usaha kecil. Pemberian pinjaman juga harus
dihindarkan dari terjadinya dampak ketergantungan yang berkepanjangan.
Penerimaan pinjaman harus didasarkan tentang pentingnya penataan struktur
keuangannya, sehingga secara berlahan dapat mandiri. Pengelolaan keuangan,
secara sadar diharapkan dapat membantu meningkatkan produktifitas usaha
kecil. Meningktnya plafon pinjaman harus dievaluasi ulang, apakah seiring
dengan perluasan usaha atau tidak. Berdasarkan berbagai pengalaman
tersebut maka sistem pemberian pinjaman yang ideal adalah bilamana terjadi
hubungan timbal balik antara pemberi pinjaman secara menguntungkan.
Pihak pemberi pentingnya menjalin hubungan baik dengan para anggota atau
anggotanya, sementara pihak penerima merasakan kemanfaatan yang besar
karena pelayanannya, sehingga tumbuh rasa saling tanggung jawab sesama
umat (Antonio, 2001: 25).
Pemerintah pun mulai mendorong kembali usaha koperasi untuk
membantu penyediaan modal usaha. Koperasi yang disebut sebagai tonggak
ekonomi bangsa ikut berperan dengan meluncurkan koperasi simpan pinjam
serta koperasi serba usaha harapannya usaha yang dikelola bisa menjangkau
masyarakat bawah. Pada koperasi simpan pinjam atau koperasi serba usaha
juga melayani penyimpanan uang dan pinjaman dengan bunga lunak yang
bisa dijangkau masyarakat bawah untuk modal usaha. Selain koperasi ada
mengelola bisnis dan harta maal, lembaga tersebut bernama baitul maal
wattamwil (BMT). BMT lebih mengarah pada usaha pengumpulan dan
penyaluran dana yang non profit seperti zakat, infaq dan shadaqah. Sedang
baitul tamwil sebagai usaha pengumpulan dan penyaluran dana komersial.
Usaha-usaha tersebut menjadi bagian yang tidak terpisah dari BMT sebagai
lembaga pendukung kegiatan ekonomi masyarakat kecil dengan berlandaskan
syari’ah.
Peran umum BMT yang dilakukan adalah melakukan pembinaan yang
berdasarkan sistem syari’ah. Peran ini menegaskan arti penting prinsip
-prinsip syari’ah dalam kehidupan ekonomi masyarakat. Sebagai lembaga
keuangan syari’ah yang bersentuhan langsung dengan kehidupan masyarakat
kecil yang serba cukup ilmu pengetahuan ataupun materi maka BMT
mempunyai tugas penting dalam mengemban misi keislaman dalam segala
aspek kehidupan masyarakat. Kegiatan utama BMT adalah pendanaan dan
pembiayaan. Dari dana simpanan yang akan disalurkan lagi kemasyarakat
sebagai pembiayaan. Semakin banyak dana yang tersimpan di BMT, maka
semakin banyak pula dana yang bisa dicairkan untuk pembiayaan. Oleh
karena itu perlu strategi tertentu agar masyarakat tertarik untuk meminjam
dana ke BMT. Semakin banyak dana yang dipinjamkan ke anggota maka
akan semakin besar pendapatan yang akan diperoleh BMT. Prosentase bagi
hasil yang diterapkan utuk anggota ditentukan oleh BMT pada akad diawal.
BMT tidak digerakan dengan motif laba semata, tetapi juga motif sosial.
5
Salah satu BMT (Baitul Maal Wattanwil) yang masih tetap eksis
berdiri sampai saat ini adalah BMT Sh@r’ie Ungaran yang berada di
Kecamatan Ungaran Barat, Kabupaten Semarang. Pada dasarnya BMT
Sh@r’ie merupakan lembaga yang berbadan hukum Koperasi Serba Usaha
(KSU). Meskipun BMT merupakan kegiataan utama yang tidak jauh berbeda
dengan bank. Dalam bidang sosial, BMT menghimpun dan menyalurkan dana
kebajikan berupa Qardhul Hasan serta menghimpun dan menyalurkan dana
infak dan sedekah. BMT Sh@r’ie Ungaran mempraktekkan usaha sebagai
pengumpulan dana serta simpan-pinjam yang sesuai dengan syariah. Dimana
tidak ada riba dan bisa mengjangkau sector bawah, sehingga anggota atau
anggota bisa mengangkat tingkat perekonomian mereka ke arah yang lebih
baik.
Salah satu bentuk pembiayaan yang diberikan oleh BMT Sh@r’ie
Ungaran adalah Qardhul Hasan yaitu model pembiayaan yang diperuntukan
untuk membiayai kebutuhan anggota yang bersifat konsumtif dan mendesak
yang ditujukan kepada anggota yang kurang mampu. Pengembangan di
bidang sosial BMT Sh@r’ie, dimaksudkan mampu menjangkau lapisan
masyarakat yang tidak mungkin untuk melakukan pembiayaan dengan dana
komersial.
Keberadaan produk qardhul hasan adalah salah satu solusi untuk
mengoptimalkan dana zakat (infaq dan shadaqah). Ulama sangat menyadari
bahwa pensyari’atan ZIS adalah salah satu terobosan besar yang ditawarkan
sebagai solusi untuk usaha mengentaskan kemiskinan, menumbuhkan
solidaritas sosial antar sesama anggota masyarakat, mengurangi kesenjangan
dan yang terpenting adalah sebagai investasi modal bagi para mustahik dalam
mengatasi berabagai kesulitan hidup (Sudarsono, 2003: 98).
Penelitian sebelumnya tentang Qardhul Hasan dalam perbankan
Syariah sudah dilakukan oleh Muhammad Akhyar Adnan dan Firdaus
Furywardana (2006), Heru Sulisyo dan Abdul Hakim (2013), Hendri
Hermawan A.N. (2008), Uswatun (2010) dan Suhendri (2011).
Yang membedakan penelitian sebelumnya dengan penelitian saya
yaitu penelitian saya lebih mengarah kepada motivasi anggota dalam
pengajuan pembiayaan Qardhul Hasan, sumber-sumber dana Qardhul
Hasan, dan bagaimana realisasi pembiayaan Qardhul Hasan di BMT
Sh@r’ie Ungaran.
Berdasarkan berbagi uraian latar belakang di atas, maka peneliti
tertarik memilih judul : “Analisis Penerapan Pembiayaan Qardhul Hasan
di BMT Sh@r’ie Ungaran”.
B. Rumusan Masalah
1. Apa motivasi anggota dalam pengajuan pembiayaan Qardhul Hasan di
BMT Sh@r’ie Ungaran ?
2. Apa sumber-sumber dana Qardhul Hasandi BMT Sh@r’ie Ungaran ?
3. Bagaimana realisasi pembiayaan Qardhul Hasan di BMT Sh@r’ie
7
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui motivasi anggota dalam pengajuan pembiayaan
Qardhul Hasandi BMT Sh@r’ie Ungaran.
2. Untuk mengetahui sumber-sumber Dana Qardhul Hasandi BMT Sh@r’ie
Ungaran.
3. Untuk mengetahui realisasi pembiayaan Qardhul Hasan di BMT Sh@r’ie
Ungaran.
D. Manfaat Penelitan
1. Bagi Penelitian
a. Untuk menambah wawasan pengetahuan ilmiah sehingga dapat
dijadikan dasar serta sebagai salah satu studi banding bagi penulis
lainnya untuk melakukan penelitian selanjutnya.
b. Sebagai syarat kelulusan program D-III Perbankan Syariah.
2. Bagi pihak IAIN Salatiga
a. Memperkaya literature penelitian tentang Analisis Penerapan
Pembiayaan Qardhul Hasandi BMT Sh@r’ie Ungaran.
b. Menambah wawasan bagi mahasiswa khususnya FEBI IAIN Salatiga.
3. Bagi BMT
a. Sebagai bahan pertimbangan dalam penentuan kebijakan.
E. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini penulis akan menggunakan metode kualitatif,
yaitu sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif
berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang
diamati (Sarwono, 2006: 9).
Berdasarkan tujuan yang hendak dicapai dan jenis data yang
diperlukan maka penelitian ini menggunakan bentuk penelitian yang
bersifat deskriptif kualitatif dengan cara menggambarkan mengenai suatu
kenyataan empiris dari obyek yang dijadikan penelitian. Penelitian
deskriptif bertujuan untuk mendeskripsikan atau melukiskan realitas sosial
yang kompleks yang ada di masyarakat (Mantra, 2004: 38).
2. Jenis data
a. Data Primer
Yaitu sumber data utama yang diperoleh langsung dari subyek
penelitian dengan menggunakan alat pengukur atau alat pengambilan
data langsung pada subjek dengan sumber informasi yang dicari.
Sumber data ini diperoleh dengan cara mengumpulkan dan mengolah
secara langsung dari sumbernya melalui wawancara berupa keterangan
manajer dan karyawan BMT Sh@r’ie Ungaran (Sarwono, 2006: 16).
b. Data sekunder
Data sekunder merupakan data primer yang telah diolah lebih
9
pihak lain. Meliputi berbagai referensi yang memuat berbagai
informasi tentang penerapan pembiayaan Qardhul Hasan di BMT
Sh@r’ie Ungaran. Referensi tersebut berupa buku-buku, karya ilmiah,
literatur, maupun sumber lainnya yang terkait dengan penelitian ini dan
mampu untuk di pertanggungjawabkan (Sarwono, 2006: 17).
3. Teknik Pengambilan Data
a. Wawancara
Wawancara (interview) adalah proses memperoleh suatu fakta
atau data dengan melakukan komunikasi langsung (tanya jawab secara
lisan) denga responden, baik secara temu wicara atau menggunakan
teknologi komunikasi (jarak jauh). Dalam wawancara ini ada dua belah
pihak yang berinteraksi yaitu yang bertanya disebut dengan interviewer
(pewawancara) dan interviewee (yang diwawancarai) (Supardi, 2005:
121). Dalam hal ini penulis melakukan wawancara dengan Pimpinan
BMT Sh@r’ie selaku pengelola BMT Sh@r’ie dan anggota
pembiayaan Qardhul Hasan.
b. Observasi
Observasi adalah pengamatan, prhatian atau pengawasan.
Artinya, mengumpulkan data atau menjaring data dengan melakukan
pengamatan terhadap subyek dan penelitian secara seksama (cermat dan
teliti) dan sistematis (Supardi, 2005: 136).
Metode ini penulis menggunakan untuk memperoleh data berupa
magang untuk memperoleh data secara nyata mengenai pembiayaan
Qardhul Hasan.
c. Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah cara pengumpulan data dengan
mencari data mengenai hal-hal yang berupa catatan-catatan suatu
peristiwa yang ditinggalkan baik tertulis maupun tidak tertulis
(Sugiyono, 2016: 400).
Dalam metode ini penulis menggunakan dengan melihat data
yang diberikan oleh BMT Sh@r’ie sebagai bahan acuan, serta mencari
literature buku dan internet yang sesuai dengan tema Tugas Akhir.
4. Teknik Analisis Data
Analisis data dimaksudkan sebagai suatu penjelasan dan
interprestasi secara logis, sistematis, dan konsisten sesuai dengan
teknik yang dipakai dalam pengumpulan data dan sifat data yang
diperoleh. Adapun metode analisis yang digunakan adalah analisis
kualitatif, untuk mencapai kejelasan masalah yang akan dibahas. Data
yang diperoleh kemudian akan disusun secara sistematis sehingga akan
diperoleh gambaran yang komprehensif, dan selanjutnya dianalisis
secara kualitatif yaitu dengan memperhatikan data-data yang ada
(Sarwono, 2006: 239).
Analisis data dalam penelitian di sini, setelah data dikumpulkan
diolah dan dianalisa dengan analisis deskriptif. Analisis yang digunakan
11
dalam hal-hal yang bersifat umum. Setelah dilakukan analisis terhadap
data BMT Sh@r’ie Ungaran, kemudian ditafsirkan dengan kerangka
pemikiran berdasarkan studi pustaka. Terakhir adalah menarik
kesimpulan sesuai dengan permasalahan penelitian.
F. Sistematika Penulisan
Pada penelitian ini tedapat 5 (lima) bab yang terdiri dari beberapa sub
bab yang dapat diuraikan kembali. Sistematika penulisan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
BAB I : Pendahuluan
Dalam bab ini terdiri terdiri dari latar belakang, rumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode
penelitian, sistematika penulisan.
BAB II : Landasan Teori
Dalam bab ini terdiri dari kajian pustaka, kajian teoritik yang didalamnya meliputi: pengertian, unsur, tujuan, fungsi, dan
jenis-jenis pembiayaan, pengertian Al-Qard dan Qardhul Hasan,
Skema Qardhul Hasan, Landasan Syariah, Rukun dan Syarat
Qardhul Hasan, perbedaan pinjaman Al-Qard dan pembiayaan
Qardhul Hasan, Sumber dana Al-Qard dan Qardhul Hasan,
manfaat Qardhul Hasan, fatwa DSN-MUI tentang Qardhul
BAB III : Gambaran Umum BMT Sh@r’ie Ungaran
Pada bab ini mencakup gambaran secara umum mengenai BMT
Sh@r’ie Ungaran antara lain tentang sejarah dan perkembangan
BMT Sh@r’ie, Visi dan Misi BMT Sh@r’ie, Legalitas Usaha,
Struktur organisasi BMT Sh@r’ie, Susunan Pengurus dan
Pengelola BMT Sh@r’ie, Tugas Wewenang dan Tanggung
jawab Jabatan, Jam Operasional BMT Sh@r’ie serta Produk
-produk BMT S@r’ie seperti -produk simpanan dan -produk
pembiayaan.
BAB IV : Hasil Penelitian
Pada bab ini berisikan hasil penelitian yang dilakukan mengenai
motivasi anggota dalam pengajuan pembiayaa Qardhul Hasan pada BMT Sh@r’ie, sumber-sumber dana Qardhul Hasan, dan
bagaimana penerapan pembiayaan Qardhul Hasan pada BMT
Sh@r’ie di wilyah Ungaran.
BAB V : Kesimpulan dan Saran
Dalam bab ini terdiri dari kesimpulan yang diperoleh
berdasarkan penelitian dan saran-saran yang dikemukakan.
DAFTAR PUSTAKA
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kajian Pustaka
Adnan dan Firdaus (2006) meneliti tentang Evaluasi Non Perfomance
Loan (NPL) Pinjaman Qardhul Hasan (Studi Kasus di BNI Syariah Cabang
Yogyakarta). Metode penelitian analisis regresi, sampel yang digunakan
anggota BNI Syariah cabang Yogyakarta.
Hasil penelitian menunjukan bahwa resiko pembiayaan Qardhul Hasan
yang terhitung tinggi karena ia dianggap pembiayaan yang tidak ditutup
dengan jaminan. Peneliti ini mengambil studi kasus pada salah satu cabang
BNI Syariah yakni Kantor Cabang Yogyakarta Syariah, karakter yang baik
dan referen yang objektif serta payment yang semakin baik mampu
menurunkan rasio NPL. Sedangkan purpose tidak memberikan kontribusi
terhadap NPL, peningkatan atau penurunan NPL tidak dapat diprediksikan
dari tujuan penggunaan.
Sulisyo dan Hakim (2013) meneliti tentang Model Pembiayaan
Pedagang Kaki Lima (PKL) Melalui Qardhul Hasan. Metode penelitian
kualitatif, sampel penelitian yang digunakan 100 orang responden.
Hasil penelitian menunjukan bahwa pembiayaan Qardhul Hasan bagi
pedagang kaki lima ternyata sangat bermanfaat dalam meningkatkan omzet
penjualan dan tingkat kesejahteraannya. Namun demikian, proporsi
pembiyaan Qardhul Hasan dengan melibatkan berbagai instansi secara
komprehensif, seperti Dinas Koperasi dan UKM, Dinas Pasar, Bazda Kota
Semarang dan Bazda Provinsi Jawa Tengah, Laznas, Bank syariah, BPR
syariah untuk menentukan data base bagi pembiayaan PKL, pembinaan dan
pendampingan usaha. Selama ini tidak ada koordinasi sama sekali antara
instansi terkait. Dengan demikian diharapkan peningkatan proporsi
pembiyaan bagi PKL akan dapat mengurangi tingkat kemiskinan di Kota
Semarang.
Hermawan (2008) meneliti tentang Sumber dan Penggunaan Dana
Qard dan Qardhul Hasan pada Bank BRI Syariah Cabang Yogyakarta.
Metode penelitian kualitatif dan penelitian deskriptif, sampel yang digunakan
purposive sampling terdiri dari seluruh muqtaridh pada periode tahun
2004-2006 yaitu 8 mustaqridh dan 2 perwakilan staff Bank BRI Syariah Cabang
Yogyakarta.
Hasil penelitian menunjukan bahwa sumber dana Qardhul Hasan pada
Bank BRI Syariah Yogyakarta berasal dari denda anggota dan pendapatan
non halal. Sehingga pendistribusian hanya dialokasikan kepada warga dhu’afa
yang berdomisili di sekitar Kantor Cabang Bank BRI Syariah Yogyakarta.
Penggunaan dana qard untuk modal usaha (100%) sedangkan penggunaan
dana Qardhul Hasan 12,5% untuk biaya sekolah (anak) dan 87,5% untuk
modal usaha. Namun sumber dana Qardh dan Qardhul Hasan pada bank
15
dikelola tersendiri di Bank BRI Pusat, yang mana seharusnya dikelola oleh
BRI Syariah Yogyakarta sebagai dana Qardh dan Qardhul Hasan.
Uswatun (2010) meneliti Tentang Pengaruh Pembiayaan Qardhul
Hasan Pada BNI Syariah Cabang Semarang Terhadapat Perkembangan
Usaha Kecil. Metode penelitian yang digunakan metode kualitatif, sampel
penelitian yang digunakan 33 orang responden.
Hasil penelitian menunjukan bahwa Pembiayaan Qardhul Hasan pada
memiliki konstribusi hanya sebesar 11,80% terhadap perkembangan usaha
kecil. Meskipun Pembiayaan Qardhul Hasan pada BNI Syariah cabang
Semarang tidak berpengaruh terhadap perkembangan usaha kecil, akan tetapi
masih memiliki peran dalam hal penambahan modal usaha, mempertahankan
kelangsungan usaha, dan mengalihkan ketergantungan mereka dari lembaga
yang berbasis bunga.
Suhendri (2011) meneliti tentang Manajeman Qardhul Hasan Dalam
Pembiayaan Usaha Kecil Menengah Di BAZ Kota Depok. Metode penelitian
kualitatif.
Hasil penelitian menujukan bahwa manajemen Qardhul Hasan terdapat
adanya perencanaan yang di dalamnya berbagai proses kegiatan yang kurang
berjalan dengan semestinya, sedangkan dalam pengorganisasian bisa
dikatakan sudah cukup baik. Masih banyaknya masalah dalam bimbingan dan
komunikasi yang dihadapi menjadi penyebab kurang berjalannya
pengawasan sudah dikatakan cukup baik, meskipun masih terdapat kendala
dalam melakukan pengawasan.
Manfaat dari program Qardhul Hasan dalam pembiayaan usaha kecil
menengah, dapat berhasil dalam pertumbuhan ekonomi. Terbukti dengan
berkembangnya (membuka usaha lain) usaha si peminjam. Dan dengan
meresponnya si peminjam dalam mengembalikan pinjaman artinya
perekonimian si peminjam meningkat dan terbantukan.
Sedangakan yang membedakan penelitian sebelumnya dengan
penelitian saya yaitu penelitian saya lebih mengarah kepada motivasi anggota
dalam pengajuan pembiayaan Qardhul Hasan, sumber-sumber dana Qardhul
Hasan, dan bagaimana realisasi pembiayaan Qardhul Hasan di BMT
Sh@r’ie Ungaran.
B. Kajian Teoritik
1. Pembiayaan
a. Pengertian Pembiayaan
Pembiayaan merupakan kegiatan bank syariah dan lembaga
keuangan lainnya contohnya BMT dalam menyalurkan dananya kepada
pihak anggota yang membutuhkan dana. Pembiayaan sangat bermanfaat
bagi bank syariah maupun BMT, anggota dan pemerintah. Pembiayaan
memberikan hasil yang besar diantara penyaluran dana lainnya yang
dilakukan oleh bank syariah. Sebelum menyalurkan dana melalui
pembiayaan, bank syariah perlu melakukan analisis pembiayaan yang
17
Pembiayaan atau financing adalah pendanaan yang diberikan oleh
suatu pihak kepada pihak lain untuk mendukung investasi yang telah
direncanakan, baik dilakukan sendiri maupun lembaga. Dengan kata
lain, pembiayaan adalah pendanaan yang dikeluarkan untuk mendukung
investasi yang telah direncanakan (Rivai, 2008: 6).
b. Unsur Pembiayaan
Pembiayaan pada dasarnya diberikan atas dasar kepercayaan.
Dengan demikian, pemberiaan pembiayaan adalah pemberian
kepercayaan. Hal ini berarti prestasi yang diberikan benar-benar harus
diyakini dapat dikembalikan oleh penerima pembiayaan sesuai dengan
waktu dan syarat-syarat yang telah dikembalikan oleh penerima
pembiayaan sesuai dengan waktu dan syarat-syarat yang telah
disepakati bersama. Unsur-unsur yang dalam pembiayaan tersebut
adalah:
1) Adanya dua pihak, yaitu pemberi pembiayaan (shahibul mal) dan
penerima pembiayaan (mudharib). Hubungan pemberi pembiayaan
dan penerima pembiayaan merupakan kerja sama yang saling
menguntungkan, yang diartikan sebagai kehidupan tolong
menolong.
2) Adanya kepercayaan shahibul mal dan mudharib yang didasarkan
3) Adanya persetujuan, berupa kesepakatan pihak shahibul mal
dengan pihak lainnya yang berjanji membayar dari mudharib
kepada shahibul mal.
4) Adanya penyerahan barang, jasa atau uang dari shahibul mal
kepada mudharib.
5) Adanya unsur waktu (time element), unsur waktu merupakan unsur
esensial pembiayaan. Pembiayaan terjadi karena unsur waktu, baik
dilihat dari mudharib.
6) Adanya unsur resiko (degree of risk) baik di pihak shahibul mal
maupun mudharib. Risiko dipihak shahibul mal adalah resiko gagal
bayar (risk of default), baik karena kegagalan usaha (pinjaman
komersial) atau ketidakmampuan bayar pinjaman konsumen atau
karena ketersedian membayar. Resiko dipihak mudharib adalah
kecurangan dari pihak pembiayaan, antara lain berupa shahibul mal
yang bermaksud untuk mencaplok perusahaan yang diberi
pembiayaan atau tanah yang dijaminkan (Rivai, 2008: 5).
c. Tujuan Pembiayaan
Menurut Muhammad secara makro pembiayaan bertujuan untuk
meningkatkan ekonomi umat, tersedianya dana bagi peningkatan usaha,
meningkatkan produktifitas, membuka lapangan kerja baru, dan terjadi
distribusi pendapatan. Sedangkan secara mikro pembiayaan diberikan
19
penyalahgunaan sumber ekonomi, dan penyaluran kelebihan dana
(Muhammad, 2016: 17).
d. Fungsi Pembiayaan
Sesuai dengan tujuan pembiayaan tersebut, maka pembiayaan
memiliki fungsi sebagi berikut: meningkatkan Utility (daya guna) dari
modal/ uang, meningkatkan Utility (daya guna) suatu barag,
meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang, menimbulkan gairah
usaha masyarakat, pembiayaan sebagai alat stabilisasi ekonomi,
pembiayaan sebagai jembatan untuk peningkatan pendapatan Nasional,
dan pembiayaan sebagai alat hubungan ekonomi Internasional (Rivai,
2008: 7).
e. Jenis-jenis Pembiayaan
Jenis pembiayaan dapat dibedakan berdasarkan sifatnya,
keperluan serta akadnya (Antonio, 2001: 16).
1) Menurut sifat penggunannya, pembiayaan dibagi menjadi dua yaitu:
a) Pembiayaan produktif
Yaitu pembiayaan yang ditujukan untuk memenuhi
kebutuhan. Produksi dalam arti luas yaitu peningkatan usaha baik
usaha produksi maupun investasi.
b) Pembiayaan konsumtif
Yaitu pembiayaan yang digunakan untuk memenuhi
kebutuhan konsumsi yang habis digunakan untuk memenuhi
2) Menurut keperluannya pembiayaan produktif dapat dibagi menjadi
dua macam yaitu:
a) Pembiayaan modal kerja yaitu pembiayaan untuk memenuhi
kebutuhan:
1. Peningkatan produksi, baik seacara kuantitatif yaitu jumlah
hasil produksi maupun secara kualitatif yaitu peningkatan
kualitas aau mutu hasil produksi.
2. Untuk keperluan perdagangan atau peningkatan. Utility of
place dari suatu barang.
b) Pembiayaan investasi, yaitu memenuhi kebutuhan barang-barang
modal (capital good) serta fasilitas-fasilitas yang erat kaitannya
dengan itu.
3) Pembiayaan dari jenis akad jual beli antara lain:
a) Pembiayaan Murabahah
Murabahah berarti pembelian barang dengan pembayaran
ditangguhkan. Pembiayaan murabahah adalah pembiayaan yang
diberikan kepada anggota dalam rangka pemenuhan kebutuhan
produksi (inventory). Pembiayaan mirip dengan kredit modal
kerja yang biasa diberikan oleh bank-bank konvensional, dan
karenanya pembiayaan murabahah berjangka waktu dibawah satu
tahun.
Pembiayaan ini merupakan pembiayaan untuk jual beli
21
disepakati. Pembiayaan ini sangat membantu anggota yang
membutuhkan barang di mana pada saat membutuhkan barang
tersebut anggota belum mempunyai uang tunai.
Pihak BMT membantu membiayai dan anggota harus
memenuhi kewajibannya pada saat tertentu yang telah disepakati
bersama. Namun keuntungan dapat diminta setiap bulan atau
sekaligus dengan pokoknya.
Sistem ini dapat dibagi menjadi empat antara lain:
1. Murabahah
Jual beli berlaku umum untuk semua barag yang dapat
diadakan seketika menjadi transaksi.
2. Ba’I As-salam
Pembelian barang yang dananya dibayar dimuka,
sedangkan barangnya diserahkan kemudian (spesifikasi
barang tersebut jelas).
3. Ba’I Isthisna
Kontrak jual beli barang dengan pesanan. Pembeli
memesan barang kepada produsen barang, namun produsen
berusaha melalui orang lain untuk membuat atau membeli
barang tersebut sesuai spesifikasi yang telah ditetapkan.
4. Ijarah Muntahiyah Bittamlik
Merupakan akad perpaduan antara sewa sewa dengan
pembelian karena terjadi pemindahan hak. BMT sebagai
penyedia barang pada hakekatnya tidak berhajat akan barang
tersebut, sehingga angsuran dari anggota bisa dihitung
sebagai biaya pembelian dan akhir waktu setelah lunas
barang menjadi milik anggota atau anggota.
4) Pembiayaan berdasarkan prinsip kerjasama (partnership)
a) Pembiayaan Mudharabah
Pembiayaan mudharabah adalah suatu bentuk pembiayaan
dimana pemilik modal (BMT) bersedia membiayai sepenuhnya
suatu proyek atau usaha dan pengusaha setuju untuk mengelola
proyek tersebut dengan hasil pembagian sesuai dengan perjanjian,
apabila usaha yang dibiayai tersebut mengalami kerugian maka
kerugian tersebut sepenuhnya ditanggung oleh pemilik modal,
sedangkan pihak pengusaha menanggung kerugian dalam bentuk
pikiran, tenaga serta waktu yang telah dikorbankan.
b) Pembiayaan Musyarakah
Musyarakah adalah suatu perjanjian usaha antara dua atau
beberapa pemilik modal untuk menyertakan modalnya pada suatu
proyek, dimana masing-masing pihak mempunyai hak untuk ikut
serta, mewakilkan atau menggugurkan haknya dalam manajemen
proyek. Kentungan dari hasil usaha bersama ini dapat dibagikan
23
dengan kesepakatan bersama. Bila rugi kewajibannya hanya
terbatas dengan modal masing-masing.
c) Pembiayaan Al-Qardhul Hasan
Merupakan pembiayaan berakad ibadah, diberikan kepada
kaum dhuafa atau keperluan yang sifatnya darurat atas dasar
kewajiban sosial. Peminjam hanya diwajibkan untuk
mengembalikan sebesar pokoknya saja sesuai dengan jangka
waktu yang telah ditentukan.
d) Pembiayaan berdasarkan Prinsip Jasa
1. Al Wakalah atau wakil
BMT menerima amanah dari investor yang akan
menanamkan modalnya kepada anggota, BMT menerapkan
fee manajeman.
2. Kafalah atau garansi
Jaminan yang diberikan oleh penanggung kepada pihak
lain untuk memenuhi kewajibannya kepada pihak yang
ditanggung.
3. Hawalah atau pengalihan utang
Pengalihan utang dari orang yang berhutang kepada
orang lain yang wajib menanggungnya.
4. Ar Rohn (gadai)
Menahan salah satu harta milik peminjam sebagai
2. Pembiayaan Al-Qard dan Qardhul Hasan
a. Pengertian Al-Qardh dan Qardhul Hasan
Al-Qardh adalah pemberian harta kepada orang lain yang dapat
ditagih atau diminta kembali atau dengan kata lain meminjamkan tanpa
mengharapkan imbalan. Pemberian dana al-qardh kepada anggota ini
berdasarkan pada kebutuhan dana yang sifatnya mendesak (Riswandi,
2015: 252).
Pengertian Qardh juga dijelaskan dalam fatwa Dewan Syariah
Nasional MUI Nomor: 19/DSN-MUI/IV/2001 tentang Qardh.
Al-Qardh adalah pinjaman yang diberikan kepada anggota (muqtaridh)
yang memerlukan dan pihak muqtaridh tersebut wajib mengambilkan
jumlah pokok yang diterima pada waktu yang telah disepakati bersama
(http//www.dsnmui.or.id diunduh 15 Desember 2016 pukul 10:20).
Sedangkan Qardhul Hasan adalah Pinjaman lunak ini diberikan
atas dasar kewajiban sosial semata dimana anggota tidak dituntut untuk
mengembalikan apapun kecuali modal. Qardhul hasan dalam
kitab-kitab klasik adalah Qardh. Qardh secara etimologi berarti al-qot’u yang artinya pemotongan. Harta yang disodorkan kepada orang yang
berhutang disebut Qardh, karena merupakan “potongan” dari harta
orang yang memberikan hutang. Qardhul Hasan atau pinjaman
kebajikan merupakan suatu pembiayaan yang bersifat sosial dalam
Lembaga Keuangan Syariah (LKS). Kata Qardhul Hasan diambil dari
25
Pembiayaan Qardhul Hasan merupakan bentuk implementasi dari
fatwa Dewan Syariah Nasional No. 19/DSN-MUI/IV/2001 tentang
Qardh (Sulistyo, 2013: 41).
Menurut Muhammad, pengertian Qardhul Hasan adalah kegiatan
penyaluran dana dalam bentuk pinjaman kebajikan tanpa imbalan
dengan kewajiban pihak peminjam mengembalikan pokok pinjaman
secara sekaligus atau cicilan dalam jangka waktu tertentu (Muhammad,
2016: 108).
b. Skema Qardhul Hasan
Dalam skema Qardhul Hasan akan lebih jelas tentang gambaran
1) Kontrak perjanjian Qardhul Hasan dilaksanakan antara BMT dan
Anggota.
2) Anggota menyediakan tenaga untuk mengelola usaha dan BMT
menyerahkan modal sebagai investasi. Modal yang diserahkan dalam
Qardhul Hasan berasal dari dana BMT dan dana kebajikan yang
dikumpulkan oleh BMT dengan berbagai sumber antara lain: zakat,
infaq, sedekah, denda, bantuan dari pihak lain dan dana lainnya.
3) Perjanjian pembiayaan dengan akad Qardhul Hasan sebagai modal
usaha maupun untuk keperluan mendesak.
4) Bila terdapat keuntungan maka keuntungan 100% dinikmati oleh
anggota, tidak dibagi hasil dengan BMT.
5) Pada pembayaran atau jatuh tempo, maka anggota mengembalikan
100% modal yang berasal dari BMT tanpa ada tambahan.
b. Landasan Syariah
Transaksi Al-Qard diperbolehkan oleh para ulama berdasarkan
hadist riwayat ibnu majjah dan ibnu ulama. Sesengguhnya demikian
Allah SWT mengajarkan kepada kita agar meminjamkan sesuatu bagi
agam Allah .
1) Al-Quran
27
Artinya: “Siapa yang mau meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, maka Allah akan melipatkan gandakan (balasan) pinjaman itu untuknya, dan dia akan memperoleh paha yang banyak.”
b) Q.S. Al-Baqarah [2]: 280
Artinya: “Dan jika (orang yang berhutang itu) dalam kesukaran, maka berilah tangguh sampai Dia berkelapangan. Dan menyedekahkan (sebagian atau semua utang) itu, lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui.”
2) Al Hadits
Ibnu masud meriwayatkan bahwa Nabi SAW berkata, bukan
seorang muslim yang meminjamkan muslim (lainnya) dua kali
kecuali yang satunya adalah (senilai) sedekah.
Akad al-qard diperbolehkan secara syar’i dengan landasan
hadist atau ijma’ ulama. Diantaranya hadist yang diriwayatkan dari
ibnu Mas’ud, sesungguhnya Nabi SAW bersabda: “seorang muslim
yang mau memberikan pinjaman dua kali kepada sesama muslim,
maka ibaratnya ia telah bersedekah satu kali”.
Ulama telah sepakat atas keabsahan akad al-qard. Akad
al-qard disunnahkan bagi orang yang memberi pinjaman, dan
diperbolehkan bagi peminjam dengan dasar hadist di atas, serta
dengan landasan hadist dari Abu Hurairah, sesungguhnya Nabi
kiamat, dan Allah senantiasa menolong hamba-Nya selama ia
(suka) menolong saudaranya” (HR. Muslim, Abu Dawud,
Turmudzi).
3) Ijma
Para ulama telah menyepakati bahwa al-qard boleh
dilakukan. Kesepakatan ulama ini didasari tabiat manusia yang
tidak bisa hidup tanpa pertolongan dan bantuan saudaranya. Tidak
ada seorang pun yang memiliki segala barang yang ia butuhkan.
Oleh karena itu, pinjam meminjam sudah menjadi bagian dari
kehidupan didunia. Islam adalah agama yang sangat
memperhatikan segenap kebutuhan umatnya (Asiyah, 2014: 242).
Dari pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
akad al-qard adalah perikatan atau perjanjian antara kedua belah
pihak, dimana pihak pertama menyediakan harta atau memberikan
harta dalam arti meminjamkan kepada pihak kedua sebagai
peminjam uang atau orang yang menerima harta yang dapat ditagih
atau diminta kembali harta tersebut, dengan kata lain meminjamkan
harta kepada orang lain yang membutuhkan dana cepat tanpa
mengharapkan imbalan. Dengan kata lain, akad al-qard merupakan
pinjaman oleh pihak LKS kepada anggota tanpa adanya imbalan,
perikatan jenis ini bertujuan untuk menolong, bukan sebagai
29
c. Rukun dan Syarat Qardhul Hasan
Pada umumnya aspek hukum keperdataan islam (fiqh mu’amalah) dalam bentuk transaksi baik berupa jual beli, sewa menyewa, maupun
semacamnya mempersyaratkan rukun dan syarat sahnya transaksi
tersebut, termasuk dalam transaksi al-qard yang mempunyai rukun dan
syarat sebagai berikut:
1) Rukun Al-Qard
a) Muqridh (pemilik barang)
b) Muqtaridh (peminjam)
c) Shighat (Ijab qabul)
d) Qard (uang atau barang yang dipinjamkan)
2) Syarat Al-Qard
a) Al-Qard atau barang yang dipinjamkan harus barang yang
memiliki manfaat, tidak sah jika tidak ada kemungkinan
pemanfaatan, karena al-qard adalah akad terhadap harta.
b) Akad al-qard tidak bisa dilaksanakan kecuali dengan ijab qabul,
seperti halnya jual beli (Ascarya, 2007: 48).
d. Perbedaan pinjaman Al-Qard dengan pembiayaan Qardhul Hasan
Sering terjadi penyamaan pengertian antara pinjaman Al-Qard
dengan pembiayaan Qardhul Hasan, dikalangan masyarakat. Keduanya
memiliki perbedaan antara satu dengan yang lain. Kata yang diletakan
pada al-qard adalah pinjaman. Sementara kata yang diletakan pada
berati dana yang dipinjamkan harus dikembalikan kepada yang
memberikan pinjaman, Sedangkan Qardhul Hasan adalah pembiayaan,
konsekuensi pembiayaan adalah adanya peluang untung dan rugi.
Dengan demikian, jika terdapat keuntungan boleh memberikan bagi
hasil kepada pemberi pembiayaan. Jika mengalami kerugian maka tidak
ada kewajiban memberikan hasil. Di samping itu, karena Qardhul
Hasan adalah bersifat kebajikan, maka pokok pembiayaan boleh tidak
dikembalikan kepada pihak yang memberikan pembiayaan
(Muhammad, 2016: 110).
Tabel 2.1. Perbedaan antara Pinjaman Al-Qardh dengan
Pembiayaan Qardhul Hasan
Sumber: (Muhammad: 2016, 111)
Aspek
Nama Pinjaman/Pembiayaan
Al-Qardh Qardhul Hasan
Istilah Pinjaman Pembiayaan
Sumber Dana 1.Modal Bank Syariah
2.Cadangan Bank
Pengembalian Dana 1.Pokok pinjaman harus
dikembalikan
2.Peminjam boleh
1. Pokok
pembiayaan bisa
31
b. Sumber Dana Al-Qard dan Qardhul Hasan
Menurut Muhammad Syafi’i Antonio, bahwa dana al-qard dan
Qardhul Hasan dapat dari beberapa sumber yaitu:
1) Al-Qardh yang diperlukan untuk membantu keuangan anggota
secara cepat dan berjangka pendek, maka sumber dana dapat
diambil dari modal bank.
2) Qardhul Hasan yang diperlukan untuk membantu usaha sangat
kecil dan keperluan sosial, maka sumber dana dapat berasal dari
zakat, infaq, dan shadaqah. Selain itu, ulama dan praktisi
perbankan melihat adanya sumber lain untuk Qardhul Hasan yaitu
dari pendapatan-pendapatan yang diragukan seperti bunga atas
jaminan L/C di bank asing dan sebagainya.
c. Manfaat Qardhul Hasan
1) Memungkinkan anggota yang sedang dalam kesulitan mendesak
untuk mendapatkan talangan jangka pendek.
2) Qardhul Hasan juga merupakan salah satu ciri pembeda antara
bank syariah dan bank konvensional yang didalamnya terkandung
3) Adanya misi sosial kemasyarakatan ini akan meningkatkan citra
baik dan meningkatkan loyalitas masyarakat terhadap bank syariah.
4) Membantu masyarakat kecil yang ingin meningkatkan usahanya
namun keterbatasan akses permodalan yang lebih besar (Asiyah,
2014: 244).
d. Fatwa DSN No:19/DSN-MUI/IV/2001 Tentang Qardhul Hasan
Dewan Syariah Nasional Menimbang:
1) Bahwa lembaga komersial, harus dapat beperan sebagai lembaga
sosial yang dapat meningkatkan perekonomian secara maksimal
2) Bahwa salah satu sarana peningkatan perekonomian yang dapat
dilakukan oleh LKS adalah penyaluran dana melalui prinsip
al-qardh, yakni suatu akad pinjaman kepada anggota dengan
ketentuan bahwa anggota wajib mengembalikan dana yang
diterimanya kepada LKS pada waktu yang telah disepakati oleh
LKS dan anggota.
3) Bahwa agar akad tersebut sesuai dengan syari’ah Islam, DSN
memandang perlu menetapkan fatwa tentang akad al-qardh untuk
dijadikan pedoman oleh LKS.
Menetapkan: FATWA TENTANG AL-QARDH
1) Ketentuan Umum Al-Qardh
a) Al-Qardh adalah pinjaman yang diberikan kepada anggota
33
b) Anggota al-qardh wajib mengembalikan jumlah pokok yang
diterima pada waktu yang telah disepakati bersama.
c) Biaya administrasi dibebankan kepada anggota.
d) LKS dapat meminta jaminan kepada anggota bilamana
dipandang perlu.
e) Anggota al-qardh dapat memberikan tambahan (sumbangan)
dengan sukarela kepada LKS selama tidak diperjanjikan dalam
akad.
f) Jika anggota tidak dapat mengembalikan sebagian atau seluruh
kewajibannya pada saat yang telah disepakati dan LKS telah
memastikan ketidakmampuannya, LKS dapat:
1. Memperpanjang jangka waktu pengembalian, atau
2. Menghapus (write off) sebagian atau seluruh kewajibannya.
2) Sanksi
a) Dalam hal anggota tidak menunjukkan keinginan
mengembalikan sebagian atau seluruh kewajibannya dan
bukan karena ketidak-mampuannya, LKS dapat menjatuhkan
sanksi kepada anggota.
b) Sanksi yang dijatuhkan kepada anggota sebagaimana dimaksud
butir 1 dapat berupa --dan tidak terbatas pada-- penjualan
barang jaminan.
c) Jika barang jaminan tidak mencukupi, anggota tetap harus
3) Sumber dana
a) Bagian modal LKS
b) Keuntungan LKS yang disisihkan; dan
c) Lembaga lain atau individu yang mempercayakan penyaluran
infaqnya kepada LKS.
3. Prinsip-prinsip 5C
a. Character
Character adalah keadaan watak/ sifat dari customer, baik dalam
kehidupan pribadi maupun dalam lingkungan usaha. Kegunaan dari
penilaian terhadap karakter ini adalah untuk mengetahui sampai sejauh
mana iktikad/ kemauan customer untuk memenuhi kewajibannya
(willingness to pay) sesuai dengan perjanjian yang telah ditetapkan.
Untuk memperoleh gambaran tentang karakter calon anggota dapat
ditempuh langkah sebagai berikut:
1) Meneliti riwayat hidup calon Customer.
2) Meneliti reputasi calon Customer.
3) Meminta informasi kepada asosiasi-asosiasi usaha di mana calon
mudharib berada.
4) Mencari informasi apakah calon Customer suka berjudi.
5) Mencari informasi apakah calon Customer memiliki hobi
35
Menurut Rivai, 2008. Ketika melakukan wawancara dengan
Customer, dalam menilai karakter sesorang perlu memperhatikan
nilai-nilai yang terdapat dalam dirinya. Nilai (value) yang perlu diamati:
1) Sosial Value
2) Theoretical Value
3) Esthetical Value
4) Economical Value
5) Religious Value
6) Political Value
b. Capital
Capital adalah jumlah dana/ modal sendiri yang dimiliki oleh calon
mudharib. Makin besar modal sendiri dalam perusahaan, tentu semakin
tinggi kesungguhan calon mudharib menjalankan usahanya dan bank
akan merasa lebih yakin memberikan pembiayaan. Kemampuan modal
sendiri akan menjadi benteng yang kuat bagi usaanya tatkala ada
goncangan dari luar. Besar kecilnya capital bisa dilihat dari daftar
kekayaan yang bersangkutan setelah dikurangi utang-utangnya.
c. Capacity
Adalah untuk mengetahui/ mengukur sampai sejauh mana calon
mudharib mampu mengembalikan atau melunasi utang-utangnya
(ability to pay) secara tepat waktu, dari hasil usaha yang diperolehnya.
1) Pendekatan historis, yaitu menilai past performance, apakah
menunjukan perkembangan dari waktu ke waktu.
2) Pendekatan finansial, yaitu menilai latar belakang pendidikan para
pengurus. Hal ini untuk menjamin profesionalitas kerja.
3) Pendekatan yuridis, yaitu secara yuridis apakah calon mudharib
mempunyai kapasitas untuk mewakili badan usaha untuk
melakukan perjanjian pembiayaan dengan bank atau tidak.
4) Pendekatan Manajerial, yaitu untuk menilai sejauhmana
kemampuan dan ketrampilan customer melaksanakan fungsi-fungsi
manajemen dalam memimpin.
5) Pendekatan teknis, yaitu untuk menilai sejauh mana kemampuann
calon mudharib mengelola faktor-faktor produksi, seperti tenaga
kerja, bahan baku, peralatan/ mesin-mesin, administrasi keuangan,
industrial relation.
d. Collateral
Collateral adalah barang yang diserahkan mudharib sebagai
agunan terhadap pembiayaan yang diterimannya. Collateral harus
dinilai oleh bank untuk mengetahui sejauh mana resiko kewajiban
finansial mudharib kepada bank. Penilaian terhadap collateral meliputi
jenis, lokasi, bukti kepemilikan, dan status hukumnya. Bentuk
collateral tidak hanya berbentuk kebendaan, melainkan bisa juga
berbentuk jaminan pribadi (borgtocht), letter of guarantee, letter of
37
1) Segi ekonomis, yaitu nilai ekonomis dari barang yang diagunkan
2) Segi yuridis, yaitu apakah agunan tersebut memenuhi syarat-syarat
yuridis untuk dipakai sebagi agunan (Asiyah, 2014: 83).
e. Condition of Economy
Condition of Economy adalah situasi dan kondisi politik, social,
ekonomi, dan budaya yang mempengaruhi keadaan perekonomian yang
kemungkinan pada suatu saat memengaruhi kelancaraan perusahaan
calon mudharib. (Rivai, 2008: 352).
Menurut Asiyah, 2014. Penilaian terhadap kondisi ekonomi dapat
dilihat dari:
1) Keadaan konjungtur.
2) Peraturan-peraturan pemerintah.
3) Situasi, politik dan perekonomian dunia.
GAMBARAN UMUM BMT SH@R’IE UNGARAN
A. Profil BMT Sh@r’ie Ungaran
1. Sejarah dan perkembangan BMT Sh@r’ie
BMT Sh@r’ie merupakan lembaga keuangan syariah yang menjadi
lembaga intermediasi atau perantara dan merupakan salah satu bentuk
koperasi yang berorientasi pada anggota bukan masyarakat. Dimana
kegiatan dari BMT ini yaitu menjual jasa yang akan berfokus pada service
atau pelayanan terhadap anggota-anggotanya. Keuangan yang akan di
kelola oleh BMT ini selalu menerapakan prinsip kehati-hatian dalam setiap
kegiatan yang dilakukan serta yang menjadi pedoman BMT ini yaitu
berorientasi pada akhirat dan agama. BMT Sh@r’ie ini berdiri sejak tahun
2011 dan memiliki tiga kantor layanan yaitu BMT Sh@r’ie Ungaran, BMT
Sh@r’ie Jimbaran, dan BMT Sumowono. Sedangkan BMT Sh@r’ie
Ungaran yang beralamatkan di Grand Ruko Babadan, Telp. 0246926633,
e-mail: [email protected]. 2. Visi dan Misi
a. Visi
“Menjadi Unit Jasa Keuangan Syari’ah yang Unggul dan Terpecaya”.
b. Misi
1) Mengedepankan dan membudayakan transaksi ekonomi sesuai
39
2) Menjunjung tinggi akhlakul karimah dalam mengelola amanah
ummat.
3) Mengutamakan kepuasan dalam melayani anggota.
4) Menjadi KSU BMT Sh@r’ie yang tumbuh dan berkembang secara
sehat.
5) Meningkatkan kesejahteraan anggota dan melakukan pembinan
kaum dhuafa.
3. Legalitas Usaha
a) Akta Notaris Nomer : No.014 TGL 24 APRIL 2011
b) Badan Hukum Nomer : BH. No.436/BH/XIV.23/188.4/V/2011
4. Struktur Organisasi BMT Sh@r’ie
Gambar 3.1. Struktur Organisai RAT BMT Sh@r’ie Ungaran RAT
(Rapat Anggota Tahunan)
Dewan Pengawas Syariah
Pengelola Ketua Sekretaris Bendahara
5. Susunan Pengurus dan Pengelola BMT Sh@r’ie
Pengurus dan pengelola BMT Sh@r’ie periode 2016-2021.
Pengurus adalah kelompok orang yang diangkat berdasarkan rapat
anggota tahunan (RAT) dalam satu periode kepengurusan. Pengurus
biasanya terdiri dari ketua, sekretaris, dan bendehara ini adalah sepadan
dengan dewan direksi dalam sebuah perusahaan. Keputusan rapat anggota
diambil berdasarkan musyawarah untuk mencapai mufakat dimana
tiap-tiap anggota mempunyai hak suara yang sama. Disamping rapat anggota
tahunan, BMT juga dapat melakukan rapat anggota luar biasa atas
permintaan sejumlah anggota akibat adanya suatu permasalahan yang
mengharuskan adanya keputusan segera yang wewenangnya ada pada
rapat anggota.
Dewan Pengawas Syariah : a. Mukiman Alias Abdul Rokhim
b. Ahmad Asrof
Pengawas : a. Ilyas Harum, S.Kom
b. Ahmad Asrof
Pengurus
Ketua : H. Sri Widodo, S.E
Sekretaris : Junaedi
Bendahara : Jumeri
Pengelola
Manager : H. Sri Widodo, S.E
41
Teller/ kasir : Nina Aina
Kabag. Pembiayaan : Arip Darmawan, Amd. Kom
Kabag. Marketing : Imron Rozaqi
Marketing : a. Agus Budiono
b. Irfani Rizky
c. Rizky Pradita
6. Tugas, Wewenang dan Tanggung Jawab Jabatan
Adapun tugas, wewenang dan tanggung jawab dari masing-masing
jabatan di BMT Sh@r’ie Ungaran berdasarkan struktur organisasi di atas
adalah sebagi berikut:
a. Dewan Pengawas Syariah
Dewan pengawas syariah berwenang melakukan pengawasan
penerapan konsep syariah dalam operasional BMT dan memberikan
nasehat dalam bidang syari’ah. Yang memiliki tugas sebagai berikut:
1) Membuat pedoman syariah dari setiap produk pengerahan dana
maupun produk pembiayaan BMT, memberikan fatwa kehalalan
suatu produk yang dikeluarkan BMT baik jenis barang maupun
timbangan/takarannya.
2) Mengawasi penerapan konsep syariah/jalannya produk BMT atau
seluruh kegiatan operasional BMT tersebut sesuai dengan
fatwa-fatwa DSN.
3) Melakukan pembinaan/konsultasi dalam bidang syariah bagi
4) Melakukan pengawasan tentang transaksi pembiayaan serta akad
yang dipakai oleh pengelola BMT kepada anggota/masyarakat.
b. Pengawas
Yang memiliki tugas, wewenang dan tanggung jawab sebagai berikut:
1) Mengevaluasi pelaksanaan operasional BMT dalam periode
tertentu dalam hal akad-akad syari’ah BMT.
2) Membantu pengelola dalam rangka sosialisasi ekonomi syariah
kepada masyarakat.
3) Memberikan keputusan dan pandangan terhadap ketepatan
produk-produk syariah.
c. Pengurus
Yang memiliki tugas, wewenang dan tanggung jawab sebagai berikut:
1) Menyusun kebijakan umum BMT yang telah dirumuskan dalam
Rapat Anggota.
2) Melakukan pengawasan operasional BMT dalam bentuk :
a) Persetujuan pembiayaan.
b) Pengawas tugas pengelola.
3) Bersama pengelola menetapkan komite pembiayaan.
4) Melaporkan perkembangan BMT kepada para anggota dalam
Rapat Anggota.
Dalam pelaksanaannya, Pengurus BMT terdiri dari Ketua,
Sekretaris dan Bendahara yang memiliki tugas, wewenang dan
43
1) Ketua
a) Bertanggung jawab atas aktivitas BMT dan melaporkan
perkembangan unit BMT kepada seluruh anggota melalui
mekanisme rapat yang disepakati.
b) Melakukan pengawasan dan pertemuan bulanan untuk
membahas capaian target serta kendala-kendalan yang
dihadapai.
c) Mengajukan rencana kerja dan anggaran pendapatan/ belanja
BMT pada musyawarah anggota.
d) Menyetujui atau menolak pengajuan pengeluaran biaya,
pengajuan pembiayaan, pencairan dana untuk pembiayaan,
ataupun penggunaan keuangan yang tidak melalui prosedur.
e) Melakukan penilaian terhadap kinerja karyawan dan kebutuhan
akan penambahan SDM.
2) Sekretaris
a) Mengadministrasikan seluruh berkas yang menyangkut
keanggotaan BMT.
b) Melakukan penghimpunan biodata atau kelengkapan
administrasi anggota BMT.
c) Merencanakan rapat rutin koordinasi dan evaluasi kegiatan
badan pengurus.
e) Mendistribusikan hasil notulasi rapat pada seluruh pihak yang
berkepentingan.
3) Bendahara
a) Melakukan analisis keuangan BMT.
b) Mengeluarkan laporan keuangan BMT kepada pihak yang
berkepentingan.
1. Membuat laporan keuangan BMT (simpan pinjam dan
sector riil).
2. Melakukan analisis bila diperlukan dan memberikan
masukan pada Rapat Badan Pengurus mengenai
perkembangan BMT dari hasil laporan keuangan yang ada.
c) Memberikan laporan mengenai perkembangan simpanan wajib
dan simpanan pokok.
d) Mengeluarkan analisis keuangan BMT.
d. Pengelola
Tugas dari pengelola adalah berupaya memaksimalkan operasional
BMT dalam melakukan penghimpunan atau penyaluran dana kepada
masyrakat. Diperlukan kerja sama yang baik agar tujuan tersebut dapat
dicapai. Pengelola BMT terdiri dari;
1) Manager
Yang memiliki tugas, wewenang dan tanggung jawab sebagai
45
a) Memimpin Usaha BMT sesuai dengan RKATKS (Rencana
Kerja dan Anggaran Tahunan Koperasi Syariah).
b) Membuat rencana kerja dan anggaran tahunan BMT.
c) Menyelenggarakan rapat evaluasi kinerja BMT.
d) Menyusun laporan keuangan setiap bulannya dan
pertanggungjawaban pelaksanaan tugas.
e) Menyelenggarakan pembukuan keuangan dan inventaris secara
tertib.
f) Memelihara inventaris dan asset-aset BMT.
g) Memimpin rapat komite untuk memberikan keputusan terhadap
pengajuan pembiayaan.
2) Pembukuan (Administrasi)
a) Menerima bukti transaksi uang masuk dan uang keluar yang
sudah divalidasi dari teller.
b) Membukukan kedalam transaksi dan membuat jurnal transaksi
harian.
c) Menyimpan bukti tiket transaksi kedalam file bukti transaksi.
d) Menyusun laporan keuangan neraca, L/R, arus kas, dan catatan
atas laporan keuangan.
e) Melaporkan pada manager untuk diteruskan pada pengurus.
3) Kasir / Teller
Memiliki tugas, wewenang dan tanggung jawab sebagai berikut:
b) Menyusun bukti-bukti transaksi keluar dan masuk dan
memberikan nomor bukti.
c) Melakukan pekerjaan sebagai kuasa BMT dalam hal
penerimaan setoran tunai maupun penarikan/pembayaran yang
dilakukan oleh anggota sesuai ketentuan yang berlaku.
d) Memegang kas tunai sesuai dengan kebijakan yang ada.
e) Memeriksa kelengkapan transaksi penghimpunan dana yang
terdiri dari slip setoran dan nominal uang yang diterima
4) Kabag. Pembiayaan
a) Melakukan proses pembiayaan dikantor.
b) Melakukan survey dan analisa kelayakan usaha calon
pengguna pembiayaan.
c) Menyimpan segenap agunan yang ada dan menyusun prosedur
penggunaan agunan.
5) Kabag. Marketing
a) Memastikan target funding tercapai sesuai rencana.
b) Bersama dengan manager menyusun target funding.
c) Memberi usulan untuk pengembangan produk kepada
manager.
d) Mensosialisasikan produk BMT untuk keperluan
penghimpunan BMT.
e) Mengevaluasi target penghimpunan dana dan pembiayaan