SEBAGAI WUJUD CSR PADA BAITUL MAAL BMT
TUMANG DALAM RANGKA PENGENTASAN
PROBLEM KEMISKINAN
TUGAS AKHIR
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN
Salatiga untuk memenuhi salah satu syarat Guna Memperoleh
Gelar Ahli Madya Jurusan D III Perbankan Syariah
Oleh:
MUHAMAD BILAL
NIM: 201-14-024
JURUSAN D III PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
SALATIGA
i
SEBAGAI WUJUD CSR PADA BAITUL MAAL BMT
TUMANG DALAM RANGKA PENGENTASAN
PROBLEM KEMISKINAN
TUGAS AKHIR
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN
Salatiga untuk memenuhi salah satu syarat Guna Memperoleh
Gelar Ahli Madya Jurusan D III Perbankan Syariah
Oleh:
MUHAMAD BILAL
NIM: 201-14-024
JURUSAN D III PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
SALATIGA
vi
- MOTTO -
I Know I Can and Impossible is Nothing
"Seorang Pria yang tidak bisa menghapus air mata dari seorang wanita bukanlah pria sejati"
-Vinsmoke Kuroashi no Sanji-
- PERSEMBAHAN -
vii
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Puji syukur kepada Allah, karena berkat rahmat dan karunia-Nya sehingga
sehingga penyusunan Tugas Akhir ini bisa terselesaikan tepat waktu. Semua ini
tak lepas dari dukungan, bantuan, doa dan bimbingan dari semua pihak yang
terlibat dalam penulisan karya ilmiah ini.Shalawat serta salam semoga tercurah
limpahkan kepada Nabi kita yakni Nabi Muhammad SAW, beserta keluarganya,
para sahabat, tabi’in dan tabiat serta kepada kita selaku umatnya.
Tugas Akhir ini disusun sebagai syarat meraih gelar Ahli Madya Ekonomi
Syariah pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Salatiga dengan judul
“Optimalisasi Produk Qardhul Hasan Sebagai Wujud CSR Pada Baitul Maal BMT Tumang Dalam Rangka Pegentasan Problem Kemiskinan”. Penulis mengakui bahwa semua ini tak akan terselesaikan tanpa bantuan dari semua pihak
yang terlibat dalam penyusunan Tugas Akhir ini. Karena itulah penulis ingin
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang secara langsung dan tidak
langsung telah membantu. Ungkapan terimakasih kadang tidak bisa mewakili
kata-kata, hingga kiranya penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Kepada kedua orang tuaku, Ibu (Khamidah) dan Bapak tercinta (Supardi)
yang dengan segala ketulusannya senantiasa mendoakan, membimbing,
mengarahkan, memberi kepercayaan dan dukungan kepada penulis baik
materi, moril maupun spritual.
viii
Bisnis Islam IAIN Salatiga, dan juga selaku Dosen Pembimbing Tugas Akhir
yang senantiasa sabar membimbing dan mendukung penulis dalam segala
bentuk keluh kesah selama penelitian.
4. Bapak Drs. Alfred L, M.SI. selaku Ketua Jurusan DIII Perbankan Syari’ah. 5. Ibu Desi Trisnawati, S.E., M.M. selaku Dosen Pembimbing Akademik.
6. BapakAbdul Aziz N.P., S.Ag., M.M. selaku dosen pembimbing magang di
BMT Tumang Cabang Boyolali.
7. Segenap Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Salatiga, khususnya
Program Studi Perbankan Syari’ah D III yang telah memberikan bekal
berbagai teori, ilmu pengetahuan dan pengalaman yang sangat bermanfaat
bagi penulis.
8. Seluruh staf dan karyawan di lingkungan IAIN Salatiga khususnya Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Islam atas segala bentuk bantuannya.
9. Segenap karyawan KSPPS BMT Tumang baik Kantor pusat maupun Cabang
Boyolali yang telah membantu kelancaran kegiatan penelitian ini.
10. Staf Perpustakaan IAIN Salatiga terimakasih atas bantuan penyediaan
buku-buku kepada penulis hingga terselesaikannya Tugas Akhir ini.
11. Sahabat-sahabat seperjuangan yang menimba ilmu di IAIN Salatiga,
khususnya pada Prodi D III Perbankan Syari’ah kelas A maupun kelas B angkatan tahun 2014 yang tidak dapat disebutkan satu-persatu.
12. Tidak lupa penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak
ix laporan penelitian ini.
Semoga Allah membalas semua amal baik mereka dengan imbalan yang
lebih baik dari yang mereka berikan kepada penulis, dan senantiasa diberikan
kesehatan, keselamatan dan dilindungi Allah dengan cipta-Nya. Penulis
menyadari bahwa penulisan Tugas Akhir ini jauh dari sempurna tapi penulis akan
berusaha untuk membuatnya menjadi mendekati sempurna. Saran dan kritik yang
diberikan sangat berharga dalamOleh karena itu, dengan senang hati penulis
menerima kritik serta saran yang bersifat membangun. Semoga Tugas Akhir ini
bermanfaat bagi peneliti dan bagi pembaca pada umumnya.
Wassalamu’alaikumWr.Wb.
Salatiga, 19 Juni 2017
Penulis,
Muhamad Bilal
x
Bilal, Muhamad. 2017. Optimalisasi Produk Qardhul Hasan Sebagai Wujud CSR Pada Baitul Maal BMT Tumang Dalam Rangka Pengentasan Problem Kemiskinan. Tugas Akhir, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Program Studi D III Perbankan Syariah IAIN Salatiga. Pembimbing: Dr. Anton Bawono, S.E., M.Si.
Kata Kunci: Qardhul Hasan, Kebijakan, Distribusi, Kendala, Kemiskinan.
Latar belakang penelitian ini adalah melihat bahwa LKS khususnya perbankan merupakan agen pembangunan, akan tetapi perbankan syariah tidak dapat menyentuh lapisan masyarakat terbawah. Maka dari itu BMT sebagai LKMS menjawab permasalahan tersebut, melalui dua fungsi BMT yaitu sebagai fungsi bisnis (Baitul Tamwil) dan fungsi sosial (Baitul Maal). Melalui fungsi sosial tersebut diharapkan BMT mampu ikut andil dalam mengatasi problem kemiskinan, yaitu melalui optimalisasi produk qardhul hasan. Metode penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan model deskriptif melalui wawancara, observasi dan dokumentasi. Penelitian dilakukan di Baitul Maal KSPPS BMT Tumang.
xi
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
PERNYATAAN KEASLIAN ... iv
PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI ... v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... vi
KATA PENGANTAR ... vii
ABSTRAK ... x
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR GAMBAR ...xiv
DAFTAR TABEL ... xv
DAFTAR LAMPIRAN ...xvi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 5
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 6
D. Metode Penelitian... 8
E. Sistematika Penulisan ... 10
BAB II LANDASAN TEORI ... 13
xii
1. Pengertian Qardhul Hasan ... 18
2. Analisis Kredit Berdasarkan Prinsip 5C+S ... 20
3. Dasar Hukum Qardhul Hasan ... 23
4. Rukun dan SyaratQardhul Hasan ... 25
5. Ketentuan Qardhul Hasan ... 26
a. Ketentuan Umum ... 26
b. Sanksi ... 27
c. Sumber Dana ... 27
6. Aplikasi Qardh dalam Lembaga Keuangan Syariah ... 28
7. Skema Qardhul Hasan ... 28
8. Manfaat Qardhul Hasan ... 30
BAB III LAPORAN OBJEK ... 31
A. Gambaran Umum Objek Penelitian ... 31
1. Sejarah Berdirinya BMT Tumang ... 29
2. Visi dan Misi BMT Tumang ... 34
3. Identitas Lembaga dan Kelengkapan Organisasi ... 36
4. Struktur Organisasi ... 39
a. Struktur Organisasi BMT Tumang ... 39
b. Struktur Organisasi Baitul Maal BMT Tumang ... 40
5. Penjabaran Tugas dan Wewenang Masing-masing Bagian ... 40
B. Produk-produk BMT Tumang... 53
xiii
C. Deskriptif Penelitian... 64
1. Produk Qardhul Hasan BMT Tumang ... 64
2. Realisasi Produk Qardhul Hasan BMT Tumang ... 66
BAB IV ANALISIS DATA ... 69
A. Kebijakan Baitul Maal BMT Tumang dalam Mengoptimalkan Produk Qardhul Hasan ... 69
B. Distribusi Pembiayaan Produk Qardhul Hasan Sebagai Wujud CSR di Baitul Maal BMT Tumang ... 75
C. Kendala-kendala yang Dihadapi Baitul Maal BMT Tumang dalam Mengoptimalkan Produk Qardhul Hasan dalam Rangka Mengentaskan Problem Kemiskinan... 77
BAB VPENUTUP ... 81
A. Kesimpulan ... 81
B. Saran ... 82
DAFTAR PUSTAKA ... 84
LAMPIRAN-LAMPIRAN
xiv
Gambar 2.1 Skema Praktik Akad Qardhul Hasan untuk Pembiayaan ... 29
Gambar 3.1 Logo BMT Tumang ... 37
Gambar 3.2 Struktur Organisasi BMT Tumang ... 39
xv
Tabel 3.1 Ketentuan Nisbah Simpanan Mudharabah ... 56
Tabel 3.2 Ketentuan Jangka Waktu dan Nisbah SiMudaMapan ... 58
xvi
Lampiran 1 Pernyataan Keaslian Tulisan dan Kesediaan Publikasi
Lampiran 2 Lembar Declaration
Lampiran 3 Program Pemberdayaan Ekonomi (POKUSMA)
Lampiran 4 Formulir Biodata Pengajuan Anggota Pokusma
Lampiran 5 Blangko Penilaian Survei Calon Anggota Pokusma
Lampiran 6 Berita Acara Pembentukan Kelompok Usaha Masyarakat
Lampiran 7 Form Pembentukan Kelompok Usaha Masyarakat
Lampiran 8 SK Komitmen Bersama Pokusma Baitul Maal BMT Tumang
Lampiran 9 Akad Anggota Pokusma Baitul Maal BMT Tumang Menerima Pembiayaan
Lampiran 10 Surat Jaminan Tanggung Renteng
Lampiran 11 Blangko Daftar Hadir Kelompok Pokusma
Lampiran 12 Blangko Evaluasi Pendamping Kelompok Pokusma Baitul Maal BMT Tumang
Lampiran 13 Daftar Anggota Aktif Pokusma Baitul Maal BMT Tumang
Lampiran 14 Lembar Pemberian Izin Penelitian di BMT Tumang
Lampiran 15 Lembar Konsultasi Tugas Akhir
1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Lembaga keuangan syariah (LKS) khususnya perbankan syariah dalam
kehidupan suatu Negara merupakan salah satu agen pembangunan (agent of
development). Hal ini dikarenakan adanya fungsi utama, yang ditegaskan oleh
Susanto (2008: 24), perbankan syariah sebagai lembaga intermediasi
keuangan yaitu lembaga yang menghimpun dana dari masyarakat dalam
bentuk simpanan dan menyalurkan kembali dalam bentuk pembiayaan, serta
pemberi jasa-jasa yang berlandaskan pada syariah Islam yang mampu
meningkatkan taraf ekonomi masyarakat. Perbankan syariah memiliki
keunggulan yang tidak dimiliki oleh bank konvensional yaitu terletak pada
sistem bagi hasil, margin, maupun sewa. Walaupun dengan menerapkan
sistem tersebut, Cokrohadisumarto (2016: 21) mengemukakan bahwa
perbankan syariah belum mampu sepenuhnya menyentuh masyarakat lapisan
terbawah. Masyarakat kalangan bawah kesulitan dalam mengakses
permodalan pembiayaan dari perbankan syariah karena berbagai alasan
penilaian yang tidak rasional. Perbankan syariah dalam hal ini dinilai lemah
dalam komitmennya menciptakan lingkungan usaha yang lebih adil dan lebih
menyejahterakan masyarakat.
Kehadiran Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS) menjadi solusi
lebih fleksibel dan bisa menjangkau masyarakat kecil dibandingkan dengan
Bank yang hanya bisa menjangkau kalangan menengah ke atas. LKMS juga
diharapakan bisa sebagai suatu solusi alternatif yang ampuh sebagai pilihan
bagi masyarakat agar dapat terhindar dari praktek-praktek ribawi yang banyak
diterapkan oleh para rentenir di sekitar lingkungan tempat tinggal dan
diharapkan bisa menggantikannya dengan prinsip muamalah sesuai dengan
ajaran Islam dikarenakan LKMS memang menjunjung tinggi asas-asas
tersebut (Sa’diyah &Meuthiya, 2014:158).
Menurut Ismanto (2015: 25), dari beberapa LKMS yang terlihat
menonjol adalah permkembangan BMT, BMT juga merupakan lembaga
keuangan syariah yang jumlahnya paling banyak dibandingkan
lembaga-lembaga keuangan syariah lainnya.BMT adalah LKMS yang tumbuh dari
masyarakat dan berkembang sangat pesat sehingga telah menjangkau hampir
di seluruh tanah air Indonesia. Perkembangan tersebut terbukti tidak hanya
dari sisi jumlah BMT (ribuan) tetapi juga dari sisi perkembangan organisasi
(termasuk aset) maupun peranannya dalam memberdayakan masyarakat
khususnya masyarakat lapisan bawah (Cokrohadisumarto, 2016: V).
Pada dasarnya Baitul Maal wat Tamwil adalah lembaga keuangan
dengan konsep syariah yang lahir sebagai pilihan yang menggabungkan
konsep maal dan tamwil dalam satu kegiatan lembaga. Konsep tamwil lahir
untuk kegiatan bisnis produktif yang murni untuk mendapatkan keuntungan
dengan sektor masyarakat menengah ke bawah (mikro). Sedangkan konsep
menghimpun dan menyalurkan dana untuk zakat, infak dan shadaqah (ZIS)
secara produktif (Masyitoh, 2014: 18). Cokrohadisumarto (2016: 11)
menambahkan bahwa BMT menjalankan fungsi pemberdayaan dan fungsi
komersial atau bisnis tersebut dengan manajemen terpisah di mana fungsi
sosial dilakukan oleh Baitul Maal, dan fungsi komersial atau bisnis dilakukan
oleh Baitul Tamwil.
Dalam perannya sebagai Baitul Maal, menurut Sumiyanto (2008:
24-25) selain sebagai lembaga komersial atau bisnis melalui sistem simpan
pinjam/pembiayaan, BMT harus menjalankan fungsi sosial pemberdayaan
kepada masyarakat. BMT dapat memberikan pelayanan sosial melalui
optimalisasi pengelolaan ZIS untuk disalurkan kepada usaha-usaha kecil
kepada kaum duafa melalui sistem pinjaman kebajikan (qardhul hasan)
sesuai ketentuan yang berlaku.Menurut Alim (2011: 177), pinjaman
kebajikan adalah pinjaman yang diberikan kepada pihak yang membutuhkan
dan mengembalikan jumlah pokok yang diterima pada waktu yang telah
ditentukan. Keberadaan produk qardhul hasan adalah salah satu solusi untuk
mengoptimalkan dana yang diperoleh dari modal, infaq, shadaqah, denda, dan
sumbangan.
Pinjaman kebajikan tersebut juga dapat dikatakan sebagai wujud
Corporate Social Responsibility (CSR), yaitu tanggung jawab sosial
perusahaan terhadap lingkungan masyarakat sekitar (Haliwela, 2011: 53).
Sebagai entitas bisnis yang bertanggungjawab terhadap masyarakat dan
Tanwil (BMT) memang harus bertindak sebagai good corporate citizen yang
merupakan penerapan dari salah satu asas Good Corporate Governance
(GCG), yaitu asas Responsibility (Responsibilitas). Perusahaan harus
melaksanakan tanggung jawab sosial dengan membuat perencanaan dan
pelaksanaan yang memadai demi mewujudkan masyarakat damai bermartabat
(Zarkasyi, 2008: 40). Dengan adanya produk qardhul hasan sebagai wujud
tanggung jawab sosial, lembaga keuangan syariah mendapatkan efek positif
di mata masyarakat sehingga membentuk citra yang baik tentang perusahaan
atau lembaga keuangan tersebut (Maygarindra & Maghviroh, 2012: 180).
Produk qardhul hasan bukan hanya sebatas pelayanan sosial dan
tanggung jawab sosial saja, menurut Andini yang dibaca melalui Salehodin
(2014: 65) menyebutkan bahwa qardhul hasan sangat menunjang
peningkatan perekonomian dalam menyelesaikan masalah ekonomi yaitu
masalah kemiskinan yang terjadi pada saat ini. Akan tetapi yang jadi
permasalahan, produk qardhul hasan dalam lembaga keuangan syariah pada
umumnya hanya sebagai produk pelengkap, tidak semua lembaga keuangan
syariah mempunyai produk qardhul hasan (Antonio, 2001: 133). Pembiayaan
produk qardhul hasan diberikan ketika ada nasabah datang untuk
mengajukan pembiayaan produk qardhul hasan saja, dengan ketentuan calon
nasabah tersebut membutuhkan dana tersebut (Rondiatin, 2010: 57). Lembaga
keuangan syariah seharusnya lebih aktif dalam penyaluran produk qardhul
hasan, tidak harus menunggu nasabah mengajukan pembiayaan tersebut,
syariah perlu menargetkan setiap bulannya harus ada pembiayaan qardhul
hasan, seperti produk-produk dengan akad lainnya.Diperlukan upaya dalam
mengoptimalkan produk qardhul hasan, yaitu dengan kebijakan yang diambil
lembaga keuangan syariah dalam hal ini BMT. BMT sangat diperlukan juga
oleh masyarakat guna membantu meningkatkan taraf hidup (kesejahteraan)
masyarakat dan sebagai lembaga yang terkait langsung dengan upaya
pengentasan kemiskinan (Ridwan 2004: 72), salah satu upaya yang dapat
dilakukan adalah melalui optimalisasi modal dan dana ZIS untuk disalurkan
kepada usaha-usaha kecil kepada kaum duafa melalui sistem pembiayaan
(qardhul hasan). Tentunya dalam merealisasikan upaya tersebut harus
diimbangi dengan komitmen manajemen lembaga dalam menyalurkan
distribusi pembiayaan (qardhul hasan) dan meminimalisir setiap kendala
yang kemungkinan akan dihadapi oleh BMT.
Dari latar belakang di atas penulis mengambil judul “Optimalisasi
Produk Qardhul Hasan Sebagai Wujud CSR Pada Baitul Maal BMT
Tumang Dalam Rangka Pengentasan Problem Kemiskinan”.
Penelitianini bukan hanya penting, namun juga sangat relevan bagi
pengembangan lembaga keuangan syariah, khususnya BMT Tumang
B. Rumasan Masalah
Melihat latar belakang di atas maka penulis dapat merumuskan
permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana kebijakan Baitul Maal BMT Tumang dalam mengoptimalkan
pembiayaan Qardhul Hasan?
2. Bagaimana distribusi pembiayaan produk Qardhul Hasan sebagai wujud
CSR yang dikelola oleh Baitul Maal BMT Tumang?
3. Bagaimana kendala-kendala yang dihadapi Baitul Maal BMT Tumang
dalam mengoptimalkan pembiayaan Qardhul Hasan dalam rangka
mengentaskan problem kemiskinan?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan penulisan yang hendak dicapai dalam pembahasan tugas akhir
ini dapat disebutkan sebagai berikut:
1. Mengetahui kebijakan Baitul Maal BMT Tumang dalam
mengoptimalkan produk Qardhul Hasan.
2. Mengetahui distribusi pembiayaan produk Qardhul Hasan sebagai wujud
CSR yang dikelola oleh Baitul Maal BMT Tumang.
3. Mengetahui kendala-kendala yang dihadapi Baitul Maal BMT Tumang
dalam mengoptimalkan pembiayaan Qardhul Hasan dalam rangka
Hasil penelitian tugas akhir ini diharapkan bermanfaat untuk:
1. Bagi pihak IAIN Salatiga
a. Menjadi tambahan referensi bacaan untuk mahasiswa setelah penulis
melakukan penelitiam dan pengamatan.
b. Menciptakan hubungan baik antara lembaga pendidikan dengan
lembaga keuangan.
2. Bagi LKS Proposal
a. Sebagai persiapan untuk menghadapi persaingan yang semakin sengit
dan ketat.
b. Untuk menjaga citra baik sebuah LKS
c. Sebagai bahan masukan untuk meningkatkan kepedulian terhadap
masyarakat sekitar.
3. Bagi Penulis
a. Sebagai alat ukur agar dapat mengetahui sejauh mana ilmu yang
diperoleh di bangku perkuliahan dan mempraktikkan teori-teori dari
mata kuliah yang pernah diberikan.
b. Menambah pengalaman dan pengetahuan secara langsung di lapangan.
4. Bagi Peneliti Lain
Menjadi Bahan pembanding dalam memperoleh informasi ketika
melakukan penelitian ditempat yang berbeda, sehingga saling dapat
D. Metode Penelitian
1. Model Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian lapangan yakni dilakukan ditempat
observasi yaitu Baitul Maal BMT Tumang. Jenis penelitian ini
menggunakan model kualitatif bersifat deskriptif. Menurut Wirartha
(2006: 134), penelitian kualitatif adalah penelitian yang lebih bersifat
untuk mengembangkan teori, sehingga akan menemukan teori baru dan
dilakukan sesuai dengan kaidah non statistik. Peneliti akan
menggambarkan secara terperinci tentang optimalisasi produk qardhul
hasan di Baitul Maal BMT Tumang. Hasil penelitian berupa kata-kata,
gambar dan bukan angka, lebih menekankan makna daripada
generalisasi.
2. Sumber Data
Sumber data terdiri dari sumber data primer dan data sekunder.
sumber data primer diperoleh dari wawancara langsung kepada pihak– pihak yang bersangkutan yaitu dengan Manajer Baitul Maal, Staf Bidang
Pemberdayaan Umat Baitul Maal, Direktur Utama BMT Tumang, salah
satuManajer Cabang BMT Tumang, dan anggota produkqardhul hasan
yang menjadi responden, tentang optimalisasi produk qardhul hasan
sesuai dengan rumusan masalah yang penulis tetapkan. Sedangkan data
sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung dari objek
yaitu dari data dokumentasi dan publikasi yang berhubungan dengan
optimalisasi produk qardhul hasan.
3. Metode Pengumpulan Data
a. Data Primer
1) Wawancara
Pengumpulan data dengan teknik wawancara secara
langsung, dengan maksud mencari informasi dari subjek penelitian.
Dengan menyusun daftar pertanyaan yang akan diberikan terkait
dengan produk qardhul hasan. Jenis wawancara yang dipilih
adalah wawancara terbuka dan terstruktur. Terbuka maksudnya
para subyek tahu bahwa mereka sedang diwawancarai dan
mengetahui pula apa maksud wawancara tersebut. Sedangkan
tersetruktur berarti pewawancara yang menetapkan sendiri masalah
pertanyaan yang diajukan (Suyanto& Sutinah, 2006: 69-70).
Wawancara akan dilakukan kepada sejumlah responden, yakni
Manajer Baitul Maal, Staf Bidang Pemberdayaan Umat Baitul
Maal, Direktur Utama BMT Tumang, salah satu Manajer Cabang
BMT Tumang, dan anggota produk qardhul hasan yang menjadi
responden.
2) Observasi
Pengumpulan data yang dilakukan dengan pengamatan secara
langsung, mengamati situasi dan kondisi yang sedang terjadi di
tema yang peneliti usung, yaitu optimalisasi produk qardhul hasan.
Menurut Wirartha (2006: 37) tujuan pengamatan atau observasi
adalah mendeskripsikan objek peneltian serta memahaminya, atau
hanya ingin mengetahui frekuensi suatu kejadian.
b. Data Sekunder
Melalui studi dokumentasi atau sumber pustaka, yaitu data yang
sudah tertulis dan diolah oleh orang lain, dengan kata lain, datanya
sudah jadi (Wirartha, 2006: 36). Penulis dapat informasi data
tambahan yang terkait dengan dokumen-dokumen produk qardhul
hasan, yang didapat dari Staf Bidang Pemberdayaan Umat Baitul
Maal dan bagian Litbang BMT Tumang, selain itu penulis membaca
buku–buku yang berisi teori mengenai tema yang penulis usung, yang nantinya bisa menjadi data pelengkap.
E. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan laporan tugas akhir ini disusun dalam lima bab,
dimana setiap bab terdiri dari beberapa sub bab. Sistematika penulisan
merupakan uraian secara garis besar mengenai hal-hal pokok yang dibahas,
guna mempermudah dalam memahami dan melihat hubungan suatu bab
dengan yang lainnya. Adapun uraian pada setiap bab adalah sebagai berikut:
BAB I Pendahuluan
Bab ini berisikan uraian dan penjelasan mengenai berbagai
diantaranya latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan
manfaat penelitian, metode penelitian yang akan dilakukan, dan
sistematika penulisan.
BAB II Landasan Teori
Bab ini berisi kajian terhadap beberapa teori dan referensi
yang menjadi landasan dalam mendukung studi penelitian tugas
akhir ini, diantaranya kajian pustaka penelitian terdahulu, kajian
teoritik yang berkaitan dengan qardhul hasan, dan teori analisis
kelayakan pemberian kredit 5C+S.
BAB III Gambaran Umum Objek Penelitian
Dalam bab ini diuraikan tentang gambaran umum objek
penelitian, yaitu Baitul Maal BMT Tumang, seperti sejarah
berdiri, visi dan misi, identitas lembaga dan kelengkapan
organisasi, struktur organisasi, tugas dan wewenang dari
masing-masing bagian, produk-produk yang ditawarkan BMT Tumang.
Selain hal tersebut penulis membahas tentang deskriptif
penelitian, mengenai produk qardhul hasan dan realisasi produk
qardhul hasan di BMT Tumang.
BAB IV Analisis Data
Pada bab ini berisikan pembahasan dari berbagai hasil
pengumpulan data dan analisa mengenai hasil tersebut. Penulis
dalam mengoptimalkan produk qardhul hasan, distribusi produk
qardhul hasan sebagai wujud CSR di Baitul Maal BMT Tumang,
selain hal tersebut dianalisis pula tentang kendala-kendala yang
dihadapi Baitul Maal BMT Tumang dalam rangka mengentaskan
problem kemiskinan melalui optimalisasi produk qardhul hasan.
BAB V Penutup
Dalam bab ini penyusun menyajikan kesimpulan yang
diambil berdasarkan pada analisis data penelitian yang telah
dilakukan, dan berisikan saran yang disusun dari hasil kesimpulan
tersebut, baik bagi pihak objek penelitian ataupun bagi
pihak-pihak lainnya yang membutuhkan untuk digunakan sebagai bahan
referensi yang juga bertujuan demi perbaikan di masa yang akan
13
LANDASAN TEORI
A. Kajian Pustaka
Sebelum melakukan penelitian penulis melakukan pengkajian pustaka
dan karya yang mempunyai relevansi terhadap topik yang diteliti. Telaah
pustaka dalam penelitian ini adalah:
Penelitian Budiman (2013) tentang Karakteristik Akad Pembiayaan
Qardh Sebagai Akad Tabarru’. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif
deskriptif, pengumpulan data studi dokumentasi atau daftar pustaka, dengan
objek penelitian perbankan secara umum. Menyimpulkan bahwa akad qardh
merupakan salah satu dari akad tabarru’ dimana karakteristik daripada akad
qardh tersebut adalah akad pinjam meminjam yang menitikberatkan pada
sikap tolong menolong atau ta’awun dan juga jenis akad qardh yang tidak mengambil keuntungan atau transaksi non profit.
Penelitian Hakim (2013) tentang Model Pembiayaan Pedagang Kaki
Lima Melalui Qardhul Hasan. Dengan populasi seluruh PKL di Kota
Semarang, yaitu sekitar 12.000 orang diambil 250 PKL sebagai sampel.
Responden mencakup perbankan syariah, Bazda Kota Semarang dan
pedagang yang pernah mendapat qardhul hasan dari bank syariah. Penelitian
ini menggunakan metode kuantitatif, pengumpulan data melalui kuesioner
dan wawancara. Menyimpulkan bahwa model pembiayaan qardhul hasan
lima yang selama ini tidak memiliki akses permodalan ke lembaga keuangan.
Tingkat kemacetan pembiayaan qardhul hasan sangat kecil dan mayoritas
PKL merasakan adanya peningkatan omzet dan tingkat kesejahteraan mereka.
Penelitian Sopyan (2014) tentang Corporate Social Responsibility
Sebagai Implementasi Fikih Sosial Untuk Pemberdayaan Masyarakat.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif, pengumpulan data
studi dokumentasi atau daftar pustaka, dengan objek penelitian perusahaan
dan perguruan tinggi secara umum. Menyimpulkan bahwa optimalisasi
manfaat dana CSR yang sangat besar akan terjadi kalau ada sinergi yang
positif antara perusahaan, perguruan tinggi dan pemerintah. Perguruan tinggi
dapat memanfaatkan dana CSR ini sebagai salah satu upaya untuk
pemberdayaan atau pengabdian masyarakat sebagaimana diamanatkan dalam
tri darma perguruan tinggi.
Penelitian Riswandi (2015) tentang Pembiayaan Qardhul Hasan di
Bank Syariah Mandiri Kota Mataram. Penelitian ini menggunakan metode
kualitatif deskriptif, pengumpulan data sampling, wawancara, dan
dokumentasi, analisis data menggunakan metode induktif, dengan objek
penelitian Bank Syariah Mandiri Mataram. Menyimpulkan bahwa dalam
proses pembiayaan, perbankan memberikan kemudahan untuk nasabah bank,
dengan melakukan studi kelayakan untuk mencari tahu nasabah bank yang
memiliki niat baik dan kemampuan. Kontribusi qarý al-hasan terhadap
nasabah bank apakah rata-rata Rp 505,000,- dengan rata-rata Rp. 775,000,-
Selain ada peningkatan pendapatan, pinjaman qarý al-hasan ini disebabkan
peningkatan modal operasi dari nilai rata Rp. 2.040.000,- dengan
rata-rata Rp. 3.340.000,-.
Penelitian Satrio (2015) tentang Qardhul Hasan Sebagai Wujud
Pelaksanaan CSR dan Kegiatan Filantropi Lembaga Keuangan Syariah untuk
Pemberdayaan Masyarakat. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif
deskriptif, pengumpulan data studi dokumentasi atau daftar pustaka, dengan
objek penelitian LKS pengelola produk qardhul hasan secara umum.
Menyimpulkan bahwa LKS dapat turut serta mensejahterakan masyarakat,
melalui kegiatan filantropi terutama dengan program CSR. Untuk
menjabarkan fungsi tersebut LKS dapat menggunakan salah satu produk yaitu
qardhul hasan sebagai bagian dari CSR nya untuk mensejahterakan ummat.
Dari pemaparan penelitian yang sudah ada diatas maka penelitian yang
akan diajukan penulis berbeda dengan penelitian sebelumnya. Beberapa
perbedaan penelitian itu antara lain objek penelitian yang akan dilakukan
pada BMT, peneliti lebih fokus pada langkah kebijakan Baitul Maal BMT
Tumang dalam mengoptimalkan produk qardhul hasan, distribusi
pembiayaan produk qardhul hasan sebagai wujud CSR, serta
kendala-kendala yang dihadapi Baitul Maal BMT Tumang dalam rangka pengentasan
problem kemiskinan melalui optimalisasi produk qardhul hasan tersebut.
Peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif dengan metode
pengumpulan data menggunakan metode wawancara, observasi dan studi
bahwa penelitian tentang optimalisasi produk qardhul hasan sebagai wujud
CSR dalam rangka pengentasan problem kemiskinan pada lembaga keuangan
mikro syariah khususnya BMT dengan mengambil judul “Optimalisasi
Produk Qardhul Hasan Sebagai Wujud CSR Pada Baitul Maal BMT
Tumang Dalam Rangka Pengentasan Problem Kemiskinan” ini berbeda
dan belum pernah ada yang melakukannya.
Adapun ringkasan mengenai perbedaan dan persamaan penelitian
terdahulu dan penelitian ini, sebagai berikut:
a. Beda penelitian dengan penelitian Budiman (2013), Budiman meneliti
tentang Karakteristik Akad Pembiayaan Qardh Sebagai Akad Tabarru’ secara umum, menggunakan metode kualitatif deskriptif, pengumpulan
data studi dokumentasi atau daftar pustaka, dengan objek penelitian
perbankan secara umum. Sedangkan penelitian saat ini meneliti tentang
optimalisasi produk qardhul hasan sebagai wujud CSR dalam rangka
pengentasan problem kemiskinan, pengumpulan data melalui wawancara
dan observasi, objek penelitian Baitul Maal BMT Tumang. Persamaan
penelitian terletak pada metode penelitian, yaitu kualitatif deskriptif.
b. Beda penelitian dengan penelitian Hakim (2013), Hakim meneliti tentang
Model Pembiayaan Pedagang Kaki Lima Melalui Qardhul Hasan,
dengan tujuan melihat pentingnya memberikan solusi pembiayaan bagi
pedagang kaki lima yang selama ini tidak memiliki akses permodalan ke
lembaga keuangan, dengan responden bank syariah, Bazda dan pedagang
secara umum. Sedangkan penelitian saat ini meneliti tentang
optimalisasi produk qardhul hasan sebagai wujud CSR dalam rangka
pengentasan problem kemiskinan, dengan tujuan melihat pentingnya
optimalisasi produk qardhul hasan untuk mengentaskan problem
kemiskinan, karena produk qardul hasan selama ini hanya sebagai
produk pelengkap saja di lembaga keuangan syariah. Perbedaan
selanjutnya terletak pada metode penelitian, dan pengumpulan data di
bagian kuesioner. Sedangkan persamaan penelitian terletak pada produk
akad yang diteliti, yaitu qardhul hasan.
c. Beda penelitian dengan penelitian Sopyan (2014), Sopyan meneliti
tentang Corporate Social Responsibility Sebagai Implementasi Fikih
Sosial Untuk Pemberdayaan Masyarakat, dengan tujuan melihat manfaat
dana CSR sebagai salah satu upaya untuk pemberdayaan atau
pengabdian masyarakat, dengan objek penelitian perusahaan dan
perguruan tinggi secara umum. Sedangkan penelitian saat ini meneliti
tentang optimalisasi produk qardhul hasan sebagai wujud CSR dalam
rangka pengentasan problem kemiskinan padaBaitul Maal BMT
Tumang, dengan tujuan melihat manfaat dari dana qardhul hasan sebagai
salah satu upaya untuk mengentaskan prolem kemiskinan. Sedangkan
persamaan penelitian terletak pada optimalisasi dana sosial.
d. Beda penelitian dengan penelitian Riswandi (2015), Riswandi meneliti
tentang Pembiayaan Qardhul Hasan di Bank Syariah Mandiri Kota
mendapatkan pembiayaan qardhul hasan. Sedangkan penelitian saat ini
meneliti tentang optimalisasi produk qardhul hasan sebagai wujud CSR
dalam rangka pengentasan problem kemiskinan pada Baitul Maal BMT
Tumang, dengan tujuan melihat peningkatan kesejahteraan anggota
setelah mendapatkan pembiayaan qardhul hasan. Sedangkan persamaan
penelitian terletak pada metode penelitian, yaitu kualitatif deskriptif.
e. Beda penelitian dengan penelitian Satrio (2015), Satrio meneliti tentang
Qardhul Hasan Sebagai Wujud Pelaksanaan CSR dan Kegiatan
Filantropi Lembaga Keuangan Syariah untuk Pemberdayaan Masyarakat,
fokus penelitian tersebut terletak pada pemberdayaan masyarakat melalui
qardhul hasan. Sedangkan penelitian saat ini meneliti tentang
optimalisasi produk qardhul hasan sebagai wujud CSR dalam rangka
pengentasan problem kemiskinan pada Baitul Maal BMT Tumang, fokus
penelitian terletak pada optimalisasi produk qardhul hasan untuk
pengentasan problem kemiskinan. Perbedaan selanjutnya terletak pada
objek penelitian. Sedangkan persamaan penelitian terletak pada metode
penelitian, yaitu kualitatif deskriptif.
B. Kajian Teoritik
1. Pengertian Qardhul Hasan
Menurut Triyanta (2016: 57), Qardh al-Hasan berasal dari konsep
qardh yang berarti memotong suatu bagian. Sedangkan Muhammad
(2000: 147), mengemukakan bahwa Qardh atau Iqradh secara etimologi
sesuatu yang harus dikembalikan dengan pengganti yang sama.
Perwaatmadja& Antonio (1992: 67), mengemukakan bahwa loan atau
qardhul hasan adalah pinjaman tidak mengikat, tanpa bunga dan
commitment fee.
Nabhan (2008: 161), menegaskan bahwa pinjaman qardh adalah
jenis pinjaman yang tidak mempersyaratkan adanya imbalan atas dana
pinjaman. Susanto (2008: 280) mengatakan bahwa qardh ialah
pemberian harta kepada orang lain yang dapat ditagih kembali atau
dengan kata lain meminjamkan tanpa mengharap imbalan. Dalam
literatur fiqih klasik, qardh dikategorikan dalam aqd tathawwui atau akad
saling membantu dan bukan transaksi komersial.Sedangkan menurut
Muhamad (2016: 108-110), al-qardh adalah pinjaman yang berarti dana
yang dipinjam harus dikembalikan kepada yang memberi pinjaman,
sedangkan al-qardhul hasan adalah pembiayaan bersifat kebajikan yang
berarti pokok pembiayaan boleh tidak dikembalikan kepada pihak yang
memberikan pembiayaan.
Jadi dapat disimpulkan bahwa qardhul hasan berasal dari konsep
qardh, merupakan salah satu bentuk akad yang dikeluarkan oleh lembaga
keuangan syariah yang berdomisili untuk sosial yaitu saling
tolong-menolong dalam bentuk pinjaman/pembiayaan untuk nasabah dengan
kriteria tertentu serta pengembaliannya sesuai dengan dana yang telah
dipinjamkan, yaitu tanpa adanya pengembalian lebih oleh nasabah
2. Analisis Pembiayaan Berdasarkan Prinsip 5C+S
Sebelum membahas lebih jauh tentang qardhul hasan, perlu
diketahui secara umum analisis pembiayaan didasarkan pada rumus 5C,
akan tetapi untuk lembaga keuangan syaria’ah dasar analisis tersebut belum cukup. Sehingga perlu memperhatikan kondisi sifat amanah,
kejujuran, kepercayaan, usaha yang akan dijalankan dari masing-masing
nasabah. Dalam lembaga kuangan syarriah analisis pembiayaan lebih
dikenal dengan rumus 5C+S (Muhamad, 2016: 198).
Mengingat produk qardhul hasan salah satu produk pembiayaan
yang dananya bersumber dari dana kebajikan, penting bagi suatu
lembaga keuangan syariah menganalisis atau menilai suatu permohonan
pembiayaan atau kredit yang diajukan oleh calon debitur kredit atau
anggota pembiayaan, sehingga dapat memberikan keyakinan kepada
pihak lembaga keuangan, bahwa proyek yang akan dibiayai dengan
kredit atau pembiayaan lembaga keuangan cukup layak (feasible)
(Dendawijaya, 2009: 88).
Dengan adanya analisis ini, dapat dicegah secara dini kemungkinan
terjadinya pembiayaan bermasalah oleh calon debitur atau anggota
pembiayaan (Afandi, 2010: 57). Penilaian dalam pemberian kredit atau
pembiayaan ini sangat penting dilakukan sebelum kredit diberikan,
lembaga keuangan harus merasa yakin bahwa kredit atau pembiayaan
Lembaga keuangan akan menilai terlebih dahulu kelayakan suatu
pembiayaan tersebut dan memperhatikan (Dendawijaya, 2009: 88-92):
a. Character (Kepribadian atau watak)
Character adalah penilaian kepada calon debitur tentang
kebiasaan-kebiasaan, sifat pribadi, cara hidup, keadaan keluarga,
hobi dan keadaan sosial. Penilaian karakter memang cukup sulit,
karena masing-masing individu memiliki watak dan sifat yang
berbeda-beda. Oleh karena itu para pengelola harus mempunyai
keahlian dan keterampilan serta pengetahuan psikologis untuk dapat
menganalisa watak calon nasabah. Penilaian nasabah ini bermanfaat
untuk mengetahui sejauh mana tingkat kejujuran serta itikad baik
nasabah untuk memenuhi kewajibannya. Tujuan dari penilaian ini
adalah untuk mengetahui itikad baik (willingness to pay) dari calon
debitur sehingga dapat dilihat sejauh mana kemauan baik dari calon
debitur apabila diberi pinjaman.
b. Capacity (kemampuan atau kesanggupan)
Capacity adalah suatu penilaian kepada calon debitur
mengenai kemampuan melunasi kewajiban-kewajibannya dari
kegiatan usaha yang dilakukannya yang akan dibiayai dengan kredit
dari lembaga pemberi kredit, kemampuan calon debitur ini dapat
dilihat dari maju mundurnya usaha serta manajemennya. Tujuan dari
penilaian ini adalah untuk mengetahui kemampuan membayar
c. Capital (modal atau kekayaan)
Capital adalah jumlah modal sendiri yang dimiliki oleh calon
debitur, yang diikutsertakan dalam kegiatan usahanya. Penyelidikan
terhadap capital pemohon tidak hanya dilihat dari besar kecilnya gaji
setiap bulannya, tetapi bagaimana distribusi gaji bulanannya
ditempatkan oleh calon debitur. Tujuan dari penilaian ini adalah
untuk meneliti struktur modal yang dimiliki calon peminjam dan
sejauh mana kemampuan modal sendiri dari calon debitur dalam
memperoleh keuntungan.
d. Collateral (jaminan)
Collateral (jaminan) adalah barang jaminan yang diserahkan
oleh calon debitur sebagai agunan (jaminan) kredit yang
diterimanya. Jaminan yang dimaksud meliputi jaminan yang berupa
benda bergerak atau tidak bergerak. Tujuan dari penilaian ini adalah
untuk mengetahui berapa nilai harta/kekayaan yang digunakan
sebagai jaminan oleh debitur.
e. Condition of Economy
Condition of Economy adalah kondisi politik, ekonomi, sosial
dan budaya yang dapat mempengaruhi perekonomian pada kurun
waktu tertentu yang secara langsung atau tidak langsung
mempengaruhi kegiatan usahanya. Tujuan dari penilaian ini adalah
untuk mengetahui bagaimana prospek usaha calon debitur dimasa
kondisi ekonomi sekarang dan kemungkinan untuk dimasa yang
akan datang sesuai sektor masing-masing.
f. Syariah
Selain 5C seperti disebutkan di atas, analisis pembiayaan Bank
Syariah harus memperhatikan aspek ke 6 yaitu syariah. Syariah yang
dimaksud dalam analisis pembiayaan berkaitan dengan produk yang
dihasilkan debitur harus produk yang halal. Bank syariah tidak
diperkenankan memberikan pembiayaan kepada debitur untuk
memproduksi produk yang haram zartnya, misalnya peternakan babi,
untuk memproduksi minuman keras, untuk peternakan anjing, dan
lainnya. Selain haram secara zat, bank syariah dilarang memberikan
pembiayaan kepada debitur yang mengoperasikan perusahaan
dengan cara yang tidak halal, misalnya perusahaan yang bergerak
pada bidang perjudian, bahkan sampai saat ini bank syariah dilarang
membiayaai usaha-usaha yang memberikan mudharat lebih besar
daripada manfaatnya, karena bank syariah mempunyai tanggung
jawab dunia akhirat tidak hanya mencari keuntungan materi semata
(Susilo, 2017: 149-150).
3. Dasar Hukum Qardhul Hasan
a. Landasan Hukum Al-Qur’an
ارٌي ذِ مَ ارٌ نْ مَ ايُ مَامَ ايُ مَاايُ مَ ذِا مَ يُ مَ ا ضً مَ مَ ا ضً نْ مَ امَ لَّ ايُ ذِ نْ يُ ا ذِ لَّا ا مَ ا نْ مَ
Artinya: “Siapakah yang mau meminjamkan kepada Allah pinjaman
yang baik, Allah akan melipatgandakan (balasan) pinjaman itu
untuknya dan dia akan memperoleh pahala yang banyak” (Q.S.
Al-Hadiid [57]: 11).
Ayat di atas menjelaskan bahwa Allah mengajak berinfaq pada
jalan-Nya serta menjanjikan kepada orang yang mau melakukannya
dengan harapan mendapat pahala, maka Tuhannya akan
melipatgandakan pahala infaq itu dengan memberikan satu kebajikan
menjadi tujuh ratus kali dan akan memperoleh balasan yang tidak
terhingga di dalam surga.
b. Landasan Hukum Hadis
Sedangkan hadis yang sesuai dengan akad Qardhul Hasan
adalah sebagai berikut:
Artinya: “Dari Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu, dari Nabi
Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, “barangsiapa mengambil
harta orang lain dengan maksud untuk mengembalikannya, maka
Allah akan menolongnya untuk dapat mengembalikannya; dan
barangsiapa yang mengambilnya dengan maksud untuk
menghabiskannya, maka Allah akan merusaknya.” (H.R.
Maksud dari hadis di atas adalah mengambil harta orang lain
dengan cara berhutang dan menjaganya yang mempunyai niat untuk
mengembalikannya, maka Allah akan memberikan kemudahkan
untuk melunasi hutangnya tersebut. Dan apabila harta tersebut
diambil untuk dihabiskan maka Allah akan mempersulit segala
urusan dan keinginannya di dunia. Dalam hadis di atas juga terdapat
motivasi untuk memperbagus niat dan menghindari hal yang
sebaliknya, serta menjelaskan bahwa inti perbuatan berada pada hal
tersebut. Siapa yang berhutang dengan niat untuk melunasinya
niscaya Allah membantu melunasinya.
4. Rukun dan Syarat Qardhul Hasan
Menurut Basri (2008: 256-257) rukun dan syarat Qardhul Hasan
adalah sebagai berikut:
a. Rukun Qardhul Hasan
1) Orang yang meminjamkan pinjaman (muqtaridh),
2) Pihak yang memberi pinjaman (muqridh),
3) Objek akad yang merupakan pinjaman yang dipinjamkan oleh
pemilik kepada pihak yang menerima pinjaman (dana/qardh),
4) Ijab qabul (sighat).
b. Syarat Qardhul Hasan
1) Pihak yang meminjam (muqtaridh) wajib mengembalikan
2) Orang yang memberikan pinjaman (muqridh) benar-benar
memiliki harta yang akan dipinjamkan,
3) Pinjaman tidak memberikan nilai manfaat yang disyaratkan,
4) Tidak digabungkan dengan akad lain.
5. Ketentuan Qardhul Hasan
Fatwa Dewan Syariah Nasional MUI No: 19/DSN-MUI/IV/2001
tentang qardh:
a. Ketentuan Umum Qardh
1) Qardh adalah pinjaman yang diberikan kepada nasabah
(muqtaridh) yang memerlukan,
2) Nasabah al-Qardh wajib mengembalikan jumlah pokok yang
diterima pada waktu yang telah disepakati bersama,
3) Biaya administrasi dibebankan kepada nasabah,
4) LKS dapat meminta jaminan kepada nasabah bilamana
dipandang perlu,
5) Nasabah al-Qardh dapat memberikan tambahan (sumbangan)
dengan sukarela kepada LKS selama tidak diperjanjikan dalam
akad.
6) Jika nasabah tidak dapat mengembalikan sebagian atau seluruh
kewajibannya pada saat yang telah disepakati dan LKS telah
memastikan ketidakmampuannya, LKS dapat:
a) memperpanjang jangka waktu pengembalian, atau
b. Sanksi (DSN MUI MUI No: 19/DSN-MUI/IV/2001 tentang
qardh)
1) Dalam hal nasabah tidak menunjukkan keinginan
mengembalikan sebagian atau seluruh kewajibannya dan
bukan karena ketidak-mampuannya, LKS dapat menjatuhkan
sanksi kepada nasabah,
2) Sanksi yang dijatuhkan kepada nasabah sebagaimana
dimaksud butir 1 dapat berupa --dan tidak terbatas pada--
penjualan barang jaminan,
3) Jika barang jaminan tidak mencukupi, nasabah tetap harus
memenuhi kewajibannya secara penuh.
c. Sumber Dana
Menurut Fatwa Dewan Syariah Nasional MUI No:
19/DSN-MUI/IV/2001 tentang qardh, dana al-Qardh dapat bersumber dari:
1) Bagian modal LKS,
2) Keuntungan LKS yang disisihkan, dan
3) Lembaga lain atau individu yang mempercayakan penyaluran
infaqnya kepada LKS.
Muhamad (2016: 109) menambahkan bahwa dana qardhul
hasan dapat berasal dari modal, infaq, shadaqah, denda, sumbangan,
6. Aplikasi Qardh dalam Lembaga Keuangan Syariah
Menurut Antonio (2001: 134) akad qardh biasanya diterapkan
sebagai hal berikut:
a. Sebagai produk pelengkap kepada nasabah yang telah terbukti
loyalitas dan bonafiditasnya, yang membutuhkan dana talangan
segera untuk masa yang relatif pendek. Nasabah tersebut akan
mengembalikan secepatnya sejumlah uang yang dipinjam itu.
b. Sebagai fasilitas nasabah yang memerlukan dana cepat, sedangkan ia
tidak bisa menarik dananya karena, misalnya, tersimpan dalam
bentuk deposito.
c. Sebagai produk untuk menyumbang usaha yang sangat kecil atau
membantu sektor sosial. Guna pemenuhan skema khusus ini telah
dikenal suatu produk khusus yaitu qardhul hasan.
7. Skema Qardhul Hasan
Fatwa Dewan Syariah Nasional MUI No: 19/DSN-MUI/IV/2001
telah menjelaskan bahwa prinsip qardh boleh digunakan sebagai akad
pinjaman dengan ketentuan bahwa nasabah/anggota wajib
mengembalikan dana yang diterima kepada perbankan pada waktu yang
telah disepakati bersama (Darsono, et al., 2017: 231). Skema produk
pembiayaan dengan akad qardh dapat dijelaskan pada Gambar 2.1 di
Sumber: (Darsono, et al., 2017: 231).
Gambar 2.1. Skema Praktik Akad Qardhul Hasan untuk Pembiayaan
Penjelasan dari gambar 2.1. di atas adalah sebagai berikut:
d. (1) Peminjam yang mempunyai skill atau kemampuan dalam
berusaha ingin membuat suatu usaha atau kegiatan usaha namun
terkendala oleh adanya modal. Peminjam tersebut kemudian
meminjam dana dan bernegosiasi dengan pemodal, disertai
memenuhi pesyaratan yang ditentukan oleh pemodal.
e. (2) Pemodal dan peminjam tersebut melakukan akad perjanjian
qardhul hasan.
f. (3a) Pemodal sebagai pihak yang memiliki sejumlah dana
memberikan modal 100% kepada peminjam, setelah
dilaksanakannya akad perjanjian qardhul hasan.
g. (3b) Peminjam berkewajiban mengelola dana tersebut untuk suatu
usaha, setelah menerima dana yang diberikan oleh peminjam.
h. (4) Kegiatan usaha yang dikelola peminjam dari hasil pembiayaan
i. (5) Dari keuntungan yang telah dihasilkan dari peminjam maka
peminjam mengembalikan 100% modal yang telah dipinjamnya
tersebut kepada bank tanpa tambahan bagi hasil atau margin.
8. Manfaat Qardhul Hasan
Menurut Antonio (2001: 134) manfaat dari pembiayaan qardhul
hasan adalah sebagai berikut:
a. Memungkinkan nasabah yang sedang dalam kesulitan mendesak
untuk mendapat talangan jangka pendek,
b. Qardhul hasan juga merupakan salah satu ciri pembeda antara
lembaga keuangan syariah dan lembaga keuangan konvensional
yang didalamnya terkandung misi sosial, disamping misi komersial,
c. Adanya misi sosial kemasyarakatan ini akan meningkatkan citra baik
dan meningkatkan loyalitas masyarakat terhadap lembaga kuangan
syariah,
d. Risiko qardhul hasan terhitung tinggi karena dianggap pembiayaan
31
LAPORAN OBJEK
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Sejarah Berdirinya BMT Tumang
Gagasan untukmendirikan koperasi berbasis Islam ini diawali dari
perbincangan ringan beberapa warga Tumang yang telah
bekerja/berdomisili di Jakarta di rumah Bapak Suryanto pada bulan
Februari 1997.Pada dasarnya pendirian BMT Tumang bukan hanya
sekedar meramaikan aktifitas perkoperasian waktu itu, namun didasari
keprihatinan pendiriannya atas sistem perekonomian dan tatanan
kehidupan yang dikedepankan pada masa orde baru ternyata tidak bisa
memberikan jawaban akan harapan terwujudnya masyarakat adil dan
makmur.
Keprihatinan akan nasib masyarakat desa yang justru merupakan
jumlah mayoritas penduduk di Indonesia, khususnya di daerah
Boyolalijuga menjadi perhatian pendiri BMT Tumang. Masyarakat desa
kesulitan dalam mengakses permodalan pembiayaan dari
perbankankarena berbagai alasan penilaian yang tidak rasional.
Perbankan dalam hal ini dinilai lemah dalam komitmennya menciptakan
lingkungan usaha yang lebih adil dan lebih menyejahterakan masyarakat.
Sementara itu, terkait dengan bunga perbankan juga telah menjadi
dirasakan oleh masyarakat Desa Tumang. Terutama beberapa orang yang
dalam menjalankan ekonominya terjerat masalah dengan rentenir atau
istilah masyarakat setempat adalah bank plecit. Persoalan riba atau bunga
dari rentenir itulah yang juga menjadi perhatian serius para pengurus dan
pengelola BMT.
Setelah dilakukan beberapa kali pertemuan, pemilihan calon
pengelola dan sosialisasi pendirian, pada tanggal 1 Oktober 1998 Baitul
Maalwat Tamwil (BMT) Tumang mulai beroperasi dengan modal awal
Rp. 7.050.000,-,dengan menggunakan kantor (pinjam) salah satu ruangan
tidak terpakai di Komplek Balai Desa Tumang, Cepogo, Boyolali.Pada
awalnya modal tersebut dikelola untuk pembiayaan kecil, tanpa jaminan,
pembukuan dan pelayanannya juga masih manual. Sedangkan untuk
mencari tambahan simpanan, menggunakan media bumbung dari bambu
dan kotak kayu, yang bertujuan agar anggota bisa menabung sedikit demi
sedikit dengan adanya bumbung tersebut, untuk penarikan simpanannya
dilakukan setelah jam kerja seminggu sekali.
Setelah beberapa saat operasional pada tanggal 10 April 1999,
BMT Tumang mendapatkan badan hukum dari departemen koperasi
dengan Nomor: 242/BH/KDK.11.25/IV/ 1999 yang kemudian lebih
dikenal dengan nama KSU “BMT Tumang”. Pada awalnya selain untuk sektor pembiayaan, KSU BMT Tumang ada juga usaha sektor riil alat
penyewaan pemotong besi, jualan asitilin untuk pengrajin tembaga, dan
Kemudian pada tanggal 12 Januari 2011, BMT Tumang telah
mendapatkan Pengesahan dengan Keputusan Gubernur Nomor:
02/PAD/XIV/I/2011 tentang Perubahan Anggaran Dasar dari Koperasi
Serba Usaha tingkat Kabupaten Boyolali menjadi Koperasi Jasa
Keuangan Syariah (KJKS) tingkat Propinsi Jawa Tengah. Yang
kemudian lebih dikenal dengan nama KJKS BMT Tumang dan wilayah
operasional sebelumnya hanya di Kabupaten Boyolali meningkat di
tingkat Provinsi Jawa Tengah, sehingga mulai tahun 2011 KJKS BMT
Tumang sudah bisa membuka cabang di luar Kabupaten Boyolali.
Terakhir pada tanggal 26 Oktober 2016, BMT Tumang menerima
surat dari Kementrian Koperasi dan UKM Republik Indonesia, Deputi
bidang Kelembagaan. Dimana Koperasi Simpan Pinjam Pembiayaan
(KSPPS) BMT Tumang telah teracatat dalam Daftar Umum
KoperasiNomor:155/Lap-PAD/VIII/2016 tanggal 8 Agustus 2016.
Perubahan Anggaran Dasar meliputi:
a. Perubahan nama yang semula Koperasi Jasa Keuangan Syariah BMT
Tumang menjadi Koperasi Simpan Pinjam Pembiayaan Syariah
(KSPPS) BMT Tumang,
b. Perubahan wilayah keanggotaan semula wilayah Provinsi Jawa
Tengah menjadi wilayah Lintas Provinsi. Sehingga mulai saat ini
KSPPS BMT Tumang sudah bisa membuka cabang baru di luar
Sampai saat ini KSPPS BMT Tumang tercatat memiliki 17 cabang,
160 pengelola BMT Tumang, dan 22.000 anggota yang tergabung di
seluruh cabang BMT Tumang baik anggota funding maupun finance,
dengan aset saat ini kurang lebih sebesar Rp. 120.000.000.000,-.
Sungguh pencapaian yang luar biasa dengan hanya diawali dari modal
usaha sebesar Rp. 7.050.000,- dan dengan slogan “BMT Tumang untuk
Indonesia” maka mulai tahun 2017 mulai dirancang dan berikhtiar untuk
mengembangkan sayap di luar Jawa Tengah, meskipun visi awal
pendirinya bersifat lokal dan spesifik (mengentaskan rentenir di desa
Tumang), sesuai dengan jati diri sebagai lembaga dakwah melalui
ekonomi syariah, mulai dirancang gagasan cabang jauh.
2. Visi dan Misi BMT Tumang
Dalam rangka melanjutkan keberlangsungan operasi BMT serta
untuk mengatasi permasalahan dan tantangan yang dihadapi BMT
Tumang di masa depan, maka dirumuskanlah visi dan misi BMT Tumang
sebagai gambaran cita-cita, serta harapan yang ingin diwujudkan dalam
kurun waktu lima tahun kedepan, yaitu periode tahun 2016-2020. Berikut
adalah visi dan Misi BMT Tumang:
a. Visi
BMT Tumang memiliki visi “Menjadi lembaga Keuangan
Syariah yang mandiri, terdepan dan sejahtera”.
Visi tersebut menggambarkan suatu semangat untuk
kesejahteraan para anggota BMT melalui tata kelola yang baik,
tangguh, dan terdepan menuju kemandirian BMT dengan bercirikan
syariah yang diridhoi Allah SWT.
b. Misi
Untuk mencapai Visi tersebut telah dirumuskan 3 (tiga) Misi
sebagai berikut:
1) Mewujudkan lembaga keuangan syariah yang mandiri,
terdepan, amanah, dan sejahtera.
BMT Tumang berupaya mewujudkan sebuah lembaga
keuangan syariah yang terdepan (modern) dari segi pelayaan
dan daya dukung operasional. Mutu pelayanan dan daya dukung
operasial hendaknya sejajar atau lebih tinggi dengan lembaga
keuangan syariah/non syariah terkemuka. BMT Tumang akan
berupaya secara terus menerus meningkatkan lembaga BMT
Tumangtanpa tergantung pada pihak-pihak tertentu, namun
mengandalkan pada kekuatan yang dimiliki (mandiri) serta
mampu memanfaatkan peluang yang ada dengan bekerja cerdas
dan keras. Dalam melaksanakan jasa layanan keuangan syariah
kepada masyarakat BMT mengutamakan norma-norma kebaikan
(amanah), memiliki kepekaan sosial yang tinggi sehingga
keberadaan BMT dapat memberikan nilai tambah bagi pengguna
jasa keuangan syariah serta dapat meningkatkan kesejahteraan
2) Membangun kualitas SDM yang tangguh, profesional dan
berdaya saing tinggi
Untuk mencapai visi yang telah ditetapkan, BMT
berupaya membangun kapasitas SDM yang profesional yang
memiliki tingkat keahlian tinggi pada masing-masing bidang
dan memiliki integritas yang baik (tangguh, jujur, pekerja keras,
bekerja dengan ikhlas dan berjiwa amanah), sehingga memiliki
daya saing tinggi dan mampu menghadapi tantangan masa kini
dan masa yang akan datang.
3) Mewujudkan pelayanan keuangan syariah yang unggul dengan
dukungan sistem informasi terkini dan sarana prasarana yang
memadai.
Untuk mendukung layanan keuangan syariah yang unggul,
BMT berupaya meningkatkan sarana prasarana yang memadai.
Selain tersedia sarana prasarana yang memadai layanan BMT
perlu didukung oleh ketersediaan infrastruktur teknologi
informasi terkini ( modern) sesuai perkembangan zaman .
3. Identitas Lembaga dan Kelengkapan Organisasi
Identitas Lembaga BMT Tumang:
a. Nama Lembaga : KSPPS BMT TUMANG
b. Diresmikan pada tanggal : 30 September 1998,
d. Telepon/Fax : (0276) 323454 / 323336,
e. Website : www.bmttumang.com
f. Logo :
Gambar 3.1. Logo BMT Tumang
g. Alamat Kantor Cabang:
1) Tumang, Jl. Melati 12 Tumang, Cepogo Boyolali, Telp. 0276
323 335,
2) Cepogo, Jl. Boyolali–Magelang Km.10, Cepogo Boyolali, Telp. 0276 323 454,
3) Boyolali, Jl. Pandanaran No. 299, Boyolali, Telp. 0276 323
034,
4) Ampel, Jl. Raya Ampel (Depan Pasar Ampel), Ampel Boyolali,
Telp. 0276 330 626,
5) Andong, Jl. Raya Kacangan Andong, Boyolali, Telp. 0271
7893025,
6) Kartasura, Jl. Ahmad Yani No.83,Kartasura, Telp. 0271
784385,
7) Salatiga, Jl. Sukowati No.9, Salatiga Telp. 0298 312729,
9) Selo, Jl. Boyolali-Magelang KM.18,Selo Boyolali, Telp. 0276
3295240,
10) Suruh, Jl. Raya Suruh-Salatiga, Kab. Semarang (Timur Pasar
Suruh), Telp. (0298) 317434,
11) Solo, Jl. Brigjen Sudiarto 5/2, Joyosuran, Pasar Kliwon,
Surakarta, Telp. (0271) 642257,
12) Grabag, Jl.KH Siraj, Desa Krajan I, Grabag Magelang, Telp.
(0293) 310830,
13) Simo, Jl. Singoprono Raya Km. 01 Pelem, Simo Boyolali, Telp.
(0276) 3260086,
14) Karangpandan, Jl. Lawu No. 85, Karangpandan Karanganyar.
15) Jatinom, Barat Pasar Gabus, Krajan Jatinom, Klaten.
16) Musuk, Jl. Raya Boyolali-Drajitan KM 5, Tampir Barat, Musuk
Boyolali, Telp. (0276) 3280340.
17) Sragen, Jl. Raya Sukowati No. 323, Kauman Rt. 25 Rw. 08
Sragen Wetan, Sragen. Telp. (0271) 8961279.
Kelengkapan Organisasi BMT Tumang:
a. Badan Hukum : 242/BH.KDK.11.25/IV/1999,
b. Perubahan Anggaran Dasar : 02/PAD/XIV/I/2011,
c. Nomor Pokok Wajib Pajak : 02.014.0381.4-527.000,
d. SIUP : 063/11.32/PK/X/2012,
h. TDP : 113324600215,
j. Waktu Operasional : Hari Senin–Jum’at, jam 07.30–16.00 WIB.
4. Struktur Organisasi
Organisasi BMT Salah satu penunjang untuk tercapainya tujuan
organisasi/perusahaan secara efektif dan efisien adalah dibentuknya
struktur organisasi. Struktur organisasi ini harus disesuaikan dengan
keadaan, kemampuan, dan perkembangan dari organisasi tersebut.
Berikut adalah struktur organisasi BMT Tumang:
a. Struktur Organisasi BMT Tumang
Sumber: BMT Tumang
b. Struktur Organisasi Baitul Maal BMT Tumang
Sumber: Baitul Maal BMT Tumang
Gambar 3.3. Struktur OrganisasiBaitul Maal BMT Tumang
5. Penjabaran Tugas dan Wewenang Masing-Masing Bagian
Struktur organisasi dibentuk agar dapat memperjelas jalur
komunikasi, wewenang dan tanggung jawab yang memungkinkan adanya
kerjasama yang terkoordinasi antara satu sama lain untuk mencapai satu
tujuan umum perusahaan. Berikut ini komponen struktur organisasi BMT
Tumang:
a. Rapat Anggota
Rapat Anggota merupakan kekuasaan tertinggi dalam lembaga
koperasi. Keanggotaan diatur dalam Anggaran Dasar dan Anggaran
Rumah Tangga Koperasi. Keanggotaan koperasi melekat pada diri
anggota sendiri dan tidak dapat dipindahkan kepada orang lain
dengan dalih apapun. Setiap anggota harus tunduk kepada ketentuan
keputusan-keputusan rapat anggota. Tugas Rapat Anggota BMT Tumang antara
lain:
1) Mengevaluasi kinerja Koperasi secara keseluruhan selama 1
(satu) tahun.
2) Memberikan catatan hasil kinerja selama 1 (satu) tahun kepada
pemangku kepentingan.
Wewenang Rapat Anggota BMT Tumang antara lain:
1) Mengesahkan rencana kerja dan rencana anggaran dan
Pendapatan Koperasi untuk tahun buku berikutnya dan
peninjauan Anggaran belanja untuk tahun buku yang berjalan.
2) Penetapan pembaian Sisa Hasil Usaha (SHU).
3) Pemilihan dan pengangkatan anggota pengurus (jika masa
jabatannya telah selesai).
Rapat Anggota yang dilaksanakan tiap tahun setelah tutup
buku tahunan disebut RAT (Rapat Anggota Tahunan) yang biasanya
dilaksanakan pada bulan Maret tahun berikutnya dan pelaksanaan
RAT tahun ini dilaksanakan pada tanggal 4 Maret 2017.
b. Pengurus
Pengurus adalah penerima amanat anggota untuk menjalankan
diputuskan atau ditetapkan dalam rapat anggota. Tugas pengurus
BMT Tumang antara lain:
1) Menyelenggarakan RAT.
2) Menyusun/merumuskan kebijakan umum untuk mendapat
persetujuan Rapat Anggota.
3) Menyelenggarakan Rapat Pengurus untuk:
a) Evaluasi bulanan dan perkembangan kinerja BMT Tumang.
b) Menentukan dan membuat kebijakan strategi BMT
Tumang.
4) Menandatangani dokumen dan surat yang berhubungan dengan
BMT Tumang.
Wewenang pengurus BMT Tumang antara lain:
1) Bersama pengurus yang lain mengangkat, member sanksi dan
memberhentikan pengelola BMT Tumang.
2) Menyetujui/menolak mengenai:
a) Pembiayaan yang nilainya diatas wewenang Manajer
Utama.
b) Kebijakan baru BMT Tumang dengan pertibangan dari
sekretaris dan bendahara.
c) Kerjasama dengan pihak lain (investor dari luar) yang
diusulkan manajer.
c. Pengawas
Pengawasan memiliki peranan mengawai atas aktivitas
koperasi baik tentang keorganisasian ataupun usaha dilakukan
dengan terencana atau mendadak.
1) Pengawas Manajemen
Tugas pengawas manajemen BMT Tumang antara lain:
a) Melakukan monitoring setiap saat dan audit internal
minimal satu kali dalam satu tahun.
b) Memberikan pengarahan terhadap pengangkatan Pengelola,
penyusunan anggaran dan rencana kerja.
c) Memberikan pengarahan terhadap permohonan pembiayaan
yang tidak dapat diputuskan oleh pengurus.
Wewenang pengawas manajemen BMT Tumang, yaitu
mengawasi dan memeriksa laporan keuangan dan aspek
manajemen lainnya.
2) Pengawas Syariah
Tugas pengawas syariah BMT Tumang antara lain:
a) Melakukan monitoring setiap saat dan audit internal
minimal satu kali dalam satu tahun.
b) Memberikan masukan dan pengarahan terhadap
pengangkatan pengelola, penyusunan anggaran dan rencana
c) Memonitor kegiatan BMT dan memberikan arahan yang
berkaitan dengan aspek syariah.
Wewenang pengawas syariah BMT Tumang
adalahmemotivasi dan memeriksa kegiaan BMT agar sesuai
dengan kaidah syariah Islam.
d. Manajer Utama
Manajer utama adalah orang yang memiliki wewenang yang
tinggi dalam pelaksanaan kegiatan diseluruh cabang BMT Tumang.
Manajer Utama di BMT Tumang adalah Bapak Adib Zuhari. Fungsi
manajer utama adalah menampung aspirasi, saran, kritik dan
menentukan sikap untuk kemajuan BMT Tumang.
Tugas manajer utama BMT Tumang antara lain :
1) Menjabarkan kebijaksanaan umum BMT yang telah disetujui
Pengurus, dan untuk hal-hal prinsipil disetujui oleh pengawas atau
rapat anggota.
2) Menyusun dan mengusulkan rancangan anggaran BMT dan
rencana kerja untuk tahun buku yang akan datang kepada pengurus
yang selanjutnya akan dibawa pada rapat anggota.
3) Menyusun dan meminta persetujuan Pengurus tentang pembukaan
Rekening Bank dan penandatanganan Rekening simpanan BMT
pada Bank secara bersama-sama.