• Tidak ada hasil yang ditemukan

MANAJEMEN PEMBELAJARAN GANDA PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM RANGKA MENCAPAI PRESTASI BELAJAR KEAGAMAAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "MANAJEMEN PEMBELAJARAN GANDA PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM RANGKA MENCAPAI PRESTASI BELAJAR KEAGAMAAN"

Copied!
144
0
0

Teks penuh

(1)

MANAJEMEN PEMBELAJARAN GANDA

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM RANGKA

MENCAPAI PRESTASI BELAJAR KEAGAMAAN

(Study Kasus pada MI Ma’arif Grabag I dan MI Al- Ittihaad Citrosono Kecamatan Grabag, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah

Tahun Pelajaran 2014/2015)

oleh

ASFIYATUN

NIM. M1.12.021

Tesis diajukan sebagai pelengkap persyaratan

untuk gelar Magister Pendidikan Islam

PROGRAM PASCASARJANA

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA

2016

(2)
(3)
(4)
(5)

MOTTO

“Sesungguhnya di balik kesulitan itu terdapat kemudahan”

(Q.S. Al-Insyiroh:6)

Harga kebaikan manusia diukur menurut apa yang telah diperbuatnya (Imam Ali bin Abi Tholib)

Semua orang tidak perlu menjadi malu karena berbuat kesalahan, selama ia menjadi lebih bijaksana daripada sebelumnya. (Alexander Pope)

Banggalah akan hasil karyamu, niscaya kamu akan lebih mensyukuri nikmat yang telah Allh SWT berikan padamu. (penulis)

(6)

Kupersembahkan kepada :

1. Ibunda H. Sartiyati yang selalu mendoakan dan memotivasi dalam belajar, 2. Suamiku Agus akhmad Mardjuki, S.Ag dan anak-anakku M. Hasan Marzuki,

Audi Niswa Yusfiya, Kurnia Syifa yang menjadi penyejuk dalam hidupku, 3. Semua dosen IAIN Salatiga

4. Teman-teman seprofesi

5. Teman-teman di MI Ma’arif Grabag I dan MI Al- Ittihaad Citrosono 6. Rekan-rekan mahasiswa pasca IAIN Salatiga

(7)

ABSTRAK

Asfiyatun, “Manajemen Pembelajaran Ganda Pendidikan Agama Islam Dalam Rangka Mencapai Prestasi Belajar Keagamaan (Study Kasus pada

MI Ma’arif Grabag I dan MI Al-Ittihaad Citrosono Kecamatan Grabag, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah Tahun Pelajaran 2014/2015))”. Tesis

Program Studi Pendidikan Agama Islam (PAI), Program Pasca Sarjana, Institut Agama Islam Negeri, pembimbing Dr. H. Zakiyudin, M. Ag, dan Dr. Budiyono Saputro, M. Pd.

Sebagian masyarakat atau orang tua menyekolahkan putra- putrinya ke Madrasah Ibtidaiyah (MI) agar mereka mendapatkan ilmu umum dan ilmu agama.Akhir-akhir ini keberadaan MI dapat bersaing dengan SekolahDasar (SD) dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia, Matematika, danIPA. Pada umumnya masyarakat hanya menilai prestasi dari tiga mata pelajaran tersebut, sedangkan prestasi belajar keagamaan rendah. Untuk meningkatkan prestasi belajar keagamaan maka diadakan

tambahan materi keagamaan dengan program Diniyah. Melalui manajemen pembelajaran ganda pendidikan agama Islam.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui manajemen pembelajaran ganda Pendidikan Agama Islam dalam rangka mencapai prestasi belajar keagamaan, mengetahui kondisi nyata prestasi belajar keagamaan , dan untuk mengetahui faktor- faktor yang mendukung dan

menghambat prestasi belajar keagamaan di MI Ma’arif Grabag I dan MI Al-IttihaadCitrosonoTahunPelajaran2014/2015. Penelitian ini menggunakan deskriptif kualitatif, dengan metode observasi atau pengamatan, wawancara, dan study dokumentasi.

Hasilpenelitianmenunjukkanbahwa: manajemen pembelajaran

ganda pendidikan agama Islam di MI Ma’arifGrabag I dan MI Al-Ittihaad Citrosono sangat baik terbukti perencanaan, pelaksanaan, danevaluasi pembelajaran tertib.

Kondisinyata prestasi belajar keagamaan di MI Ma’arif Grabag I dan MI Al-Ittihaad Citrosono baik, karena terbukti pada Tahun Pelajaran

2014/2015 prestasi ujian akhir madrasah keagamaan reratanya diatas KKMyangditentukan madrasah,terdapatfaktorpendukung,dan penghambat dalam pembelajaran, terjalin kerjasama yang baik pula antara warga madrasah dan masyarakat.

(8)

Asfiyatun, "Learning Management Dual Islamic Education in the Context of Religious Achieve Learning Achievement ( Study case MI Ma'Arif Grabag I and MI Al- Ittihaad Citrosono District Grabag, Magelang, Central Java in the academic year 2014/2015 ) ) ". Thesis Studies Islamic Religious Education (PAI), Graduate Program , State Islamic Institute, Advisor Dr. H. Zakiyuddin, M. Ag, and Dr. BudiyonoSaputro, M. Pd .

Many people or parents send their childrens to Islamic elementary schools (MI) so that they get a general science and theology. Indeed, lately where MI can compete with the elementary school (SD) in subjects Indonesian, Mathematics,and Science. In general, people only assess the achievements of the three subjects, mean while the achievement of religious learning is low.To increase the religious achievement, so it will be addition the religious materials with Diniyah program. Through learning management dual islamic education.

This research aims to determine the doubles, learning management IslamicReligious Education in order to achieve religious achievement, knowing the real situation of religious learning achievement, and to identify factors that support and hinder the achievement of religious study in MI Ma’arifGrabag I and MI Al- Ittihaad Citrosono in the school year 2014/ 2015. Thisresearch user descriptive qualitative methods of study used qualitative methods observation, interviews, and documentation study.

The results of researchindicates that learning management dual Islamic religious education in MI Ma'arif Grabag I and MI Al-Ittihaad Citrosono were excellent proven planning, implementation, evaluation of learning discipline.

The real conditions of religious learning achievement in Grabag I Ma'arif MI and MI Citrosono Al-Ittihaad were good, as it proved in the school year 2014/2015 final exam performance of religious madrasas KKM specified above their mean, the supporting factor, and learning inhibitors, also established good cooperation between the citizens and the madrasah community.

(9)

PRAKATA

Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kepada Allah Swt. yang telah memberi rahmat dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis sebagai salah satu pelengkap persyaratan untuk gelar Magister Pendidikan Islam. Sholawat serta salam semoga tercurahkan atas tauladan umat akhir zaman, Nabi Muhammad Saw. Penulis menyadari dalam penulisan tesis ini tidak lepas dari berbagai hambatan, namun berkat bimbingan, bantuan berbagai pihak, serta ridha dari Allah Swt, penulisan tesis ini dapat selesai dengan baik.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih yang sedalam-dalamnya kepada yang terhormat :

1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M. Pd. selaku Ketua IAIN Salatiga 2. Bapak Dr. Zakiyuddin, M. Ag. selaku Direktur Program Pascasarjana

IAIN Salatiga

3. Bapak Dr.Zakiyuddin,M.Ag. dan Bapak Dr.Budiyono Saputro, M. Pd. yang telah memberikan bimbingan

4. Bapak Subandi,S.PdI.MPd. Selaku Kepala Madrasah Ibtidaiyah

Ma’arif Grabag I Grabag.

5. Bapak M. Heri Subhan, S.Ag. selaku Kepala Madrasah Ibtidaiyah Al-Ittihaad Citrosono Grabag.

6. Rekan-rekan guru di MI Ma’arif Grabag I dan MI Al-Ittihaad Citrosono Grabag.

7. Ibu dan Suamiku tercinta serta keluarga atas doa restu dan motivasinya

8. Semua pihak yang telah membantu menyelesaikan tesis ini

(10)

HALAMAN JUDUL ……….. i

E. Metode Penelitian ………. 11

F. Teknik Analisis Data ……….. 16

(11)

E. Kompetensi……… 35

F. PrinsipPelaksanaan……… 36

G. Model-model Pembelajaran ……… 37

H. Model Pembelajaran Ganda di Madrasah ……… 40

BAB III : PROFIL MADRASAH ………. 46

A. MI Ma’arifGrabag I ………. 46

B. MI Al-IttihaadCitrosono………. 70

BAB IV : ANALISIS DATA ……… 97

A. Kondisi nyata manajemen pembelajaran ganda pemdidikan Agama Islam dalam rangka mencapai prestasi keagamaan di MI Ma’arif Grabag I dan MI Al-Ittihaad Citrosono Kecamatan Grabag Kabupaten Magelang ………. 98

B. Kondisi nyata prestasi belajar keagamaan di MI Ma’arif Grabag I dan MI Al-Ittihaad Citrosono Kecamatan Grabag Kabupaten Magelang ………. 101

C. Faktor pendukung dan penghambat prestasi keagamaan di MI Ma’arifGrabag I dan MI Al -Ittihaad Citrosono Kecamatan Grabag Kabupaten Magelang ………. 105

BAB V : PENUTUP ……… 108 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

BIOGRAFI PENULIS

(12)

Tabel Halaman

1. Jumlah siswa MI Ma’arif Grabag I empat tahun terakhir ………. 52

2. Susunan KomiteMI Ma’arif Grabag I ……….. 52

3.Kondisi guru MI Ma’arif Grabag I ………. 53

4. Keadaan sarana prasarana ………. 53

5. Struktur kurikulum MI Ma’arif Grabag I ……….. 54

6. Alokasi waktu pembelajaran MI dan Diniyah Ma’arif Grabag I ……. 56

7. Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) MI Ma’arif Grabag I ……… 62

8. Kondisi Tenaga Pendidik MI Al-Ittihaad Citrosono ……… 76

9. Jumlah siswa MI Al-Ittihaad Citrosono ……….. 77

10. Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) MI Al-Ittihaad Citrosono …….. 90

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1. Foto copy akreditasi MI Ma’arif Grabag I 2. Foto copy akreditasi MI Al- Ittihaad Citrosono 3. Jadwal mata pelajaran MI Ma’arif Grabag I

4. Jadwal mata pelajaran Diniyah MI Ma’arif Grabag I 5. Jadwal mata pelajaran MI Al- Ittihaad Citrosono

6. Jadwal mata pelajaran Diniyah MI Al- Ittihaad Citrosono 7. Prestasi keagamaan semester dan Ujian Madrasah

8. Angket Pertanyaan

9. Sampel Jawaban Responden MI Ma’arif Grabag I, Al- Ittihaad Citrosono

10. Surat Ijin Penelitian

11. Surat Bukti Telah Melakukan Penelitian

12. Foto Lokasi MI Ma’arif Grabag I, Al- Ittihaad Citrosono

(14)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan tanggung jawab semua manusia di dunia. Karena pendidikan sangat penting maka dalam Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional dikemukakan bahwa pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, beraklak mulia, sehat, berilmu, cakap kreatif, mandiri, dan menjadi warga egara yang demokratis serta bertanggung jawab.1

Di Indonesia pelaksanaan pendidikan terbagi atas tiga tempat yakni informal, formal, dan non formal. Pendidikan informal terjadi dalam lingkungan keluarga, pendidik utama ayah dan ibu juga siapa yang ada dalam keluarga tersebut. Pendidikan formal berlangsung di sekolah atau madrasah, pendidiknya adalah guru, yang ditandai jika telah selesai mendapatkan ijazah, untuk bisa melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi. Adapun pendidikan non formal adalah pendidikan yang dilaksanakan di luar jam sekolah pendidiknya adalah masyarakat yang mempunyai ketrampilan dan kompetensi tertentu.

1

Undang-Undang RI Nomor 20 tahun 2003, Sistem Pendidikan Nasional, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007, 8.

(15)

Bagi Madrasah Diniyah yang berkembang saat ini untuk melengkapi pengetahuan agama karena yang diterima di sekolah pagi itu sangatlah minim, hal ini menjadikan para orang tua berkeinginan agar anaknya mengikuti Madrasah Diniyah. Tumbuhnya Madrasah Diniyah dilatar belakangi oleh keresahan sebagian orang tua siswa di sekolah umum yang merasakan bahwa pendidikan agama yang diterima anaknya di sekolah umum belum memadai untuk mengantarkan anaknya dapat melaksanakan ajaran agama Islam sesuai dengan yang diharapkan. Itulah antara lain, sebabnya muncul berbagai nama yang dialamatkan kepada lembaga Madrasah Diniyah ini seperti sekolah mengaji, sekolah sore, dan berbagai istilah-istilah lokal lainnya.2 Madrasah Diniyah yang ada tumbuh dan berkembang di tengah masyarakat, menimbulkan orang tua merasa mantap akan ilmu agama yang diterimanya sebagai bekal menuju dewasa.

Banyak orang tua menyekolahkan putra-putrinya ke MI agar mereka mendapatkan ilmu umum dan ilmu agama. Ada yang mengatakan bahwa MI adalah SD plus. Memang akhir-akhir ini keberadaan MI dapat bersaing dengan SD dalam mata pelajaran tertentu, yaitu Bahasa Indonesia, Matematika, IPA. Pada umumnya masyarakat hanya menilai prestasi dari tiga mata pelajaran tersebut, jika ditemui bahwa nilainya jelek dianggap sekolah tersebut tidak berkualitas. Maka MI bersikeras untuk memperbaruinya.

2

(16)

Karena motivasi itu maka mata pelajaran keagamaan di MI kadang tersisihkan dan terbengkelai.

Madrasah Diniyah yang ada pada kedua MI yaitu MI Ma’arif Grabag I

dan MI Al-Ittihaad Citrosono adalah pembelajaran agama setelah pelajaran di MI selesai. Pelaksanaannya setelah pembelajaran MI, selesai shalat jamaah dhuhur dan siswanya langsung tidak pulang dulu ke rumah. Pembelajaran dilaksanakan jam 13.00 – 14.00 pengajarnya guru-guru MI, tokoh agama dan

tokoh masyarakat setempat. Kurikulum yang dipakai mandiri, MI Ma’arif

Grabag I yang mengikuti kurikulum Forum Kerjasama Madrasah Diniyah (FKMD) Kabupaten Magelang.

Mata pelajaran yang diajarkan pada Madrasah Diniyah hampir sama dengan pelajaran Madrasah Ibtidaiyah, yaitu Al-Qur’an Hadits, Akidah

Akhlak, Fiqih, SKI, dan Bahasa Arab. Karena ada kesamaan maka harapan dari MI dapat meningkatkan prestasi belajar keagamaan tersebut bagus. Tetapi kenyataannya hingga kini hasil Ulangan Madrasah seperti Ulangan Tengah Semester, Ulangan Semester bahkan Ujian Keagamaan juga masih rendah belum mencapai 100%. Mata pelajaran yang sama dilaksanakan dalam dua pembelajaran yakni MI dan Madin.

(17)

merupakan guru kelas maka harus mengajar semua bidang studi. Sebagian dari mereka mengalami kesulitan dalam mengajarkan mata pelajaran keagamaan, terutama bidang studi Al-Qur’an Hadits dan Bahasa Arab. Jadi dalam proses pembelajaran kurang kondusif. Maka penulis sangat

berkeinginan menguraikan judul penelitian “MANAJEMEN

PEMBELAJARAN GANDA PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM

RANGKA MENCAPAI PRESTASI BELAJAR KEAGAMAAN”. Yang

penulis maksudkan adalah bagaimana manajemen pembelajaran Madrasah Ibtidaiayah dan Madrasah Diniyah dalam pengelolaannya baik agar output yang ditandai adanya prestasi belajar keagamaan tersebut meningkat lebih bagus dari tahun-tahun sebelumnya. Terutama mata pelajaran Al-Qur’an Hadits, Akidah Akhlak, Fiqih, SKI dan Bahasa Arab. Sebagai data awal penulis lampirkan hasil nilai semester I kelas VI tahun 2014/2015 dari lima mata pelajaran.

B. Rumusan Masalah

Dari uraian pada latar belakang penelitian tersebut, jelaslah bahwa terdapat

banyak faktor yang mendukung dan menghambat proses pembelajaran dalam

mencapai prestasi belajar keagamaan itu , antara lain: kepemimpinan dan kinerja

kepala madrasah, kinerja guru, kompetensi dan profesional guru, motivasi siswa,

dorongan orang tua, iklim madrasah, materi, dan karakter siswa. Disamping itu

juga kegiatan les mata pelajaran PAI dilakukan di setiap MI. Namun kenyataan

(18)

keagamaan tersebut masih belum semua nilai itu sesuai harapan madrasah. Maka perlu adanya inovasi dalam lembaga diniyah dan Madrasah Ibtidaiyah. 1. Identifikasi Masalah

Melihat fakta yang ada pada setiap madrasah perlu peninjauan lagi dalam pembelajaran. Kondisi yang ada bila kita amati perlu adanya inovasi tentang manajemen pembelajaran di kedua MI tersebut, supaya ada peningkatan prestasi belajar keagamaan bagi siswa maupun lembaga. Karena hal itu sebagai tolok ukur suksesnya pembelajaran di MI Ma’arif Grabag I dan MI Al-Ittihaad Citrosono.

Di wilayah kecamatan Grabag dari 27 MI hanya 2 MI yang melaksanakan pembelajaran ganda. Hingga tahun pelajaran 2014/2015 prestasi siswa yang mengikuti pembelajaran ganda belum bisa mencapai hasil yang diinginkan madrasah dan tergolong masih rendah. Dengan demikian diperlukan manajemen pembelajaran ganda yang akan membuahkan prestasi yang memuaskan baik siswa, orang tua dan madrasah.

2. Pembatasan Masalah

(19)

Magelang, Jawa Tengah. Kedua MI itu antara lain: MI Ma’arif Grabag I,

MI Al-Ittihad Citrosono tahun pelajaran 2014/2015. 3. Perumusan Masalah

Bertolak dari latar belakang penelitian dan identifikasi masalah tersebut, maka dapat dirumuskan sebagai berikut,

a. Bagaimanakah manajemen pembelajaran ganda Pendidikan Agama Islam dalam rangka mencapai prestasi belajar keagamaan pada MI

Ma’arif Grabag I dan MI Al-Ittihad Citrosono tahun pelajaran 2014/2015?

b. Bagaimanakah kondisi nyata prestasi belajar keagamaan pada MI

Ma’arif Grabag I dan MI AL-Ittihad Citrosono ?

c. Faktor- faktor apakah yang mendukung dan menghambat prestasi belajar keagamaan di MI Ma’arif Grabag I dan MI Al-Ittihad Citrosono Tahun Pelajaran 2014/2015?

C. Signifikansi Penelitian

1. Tujuan penelitian

Penelitian ini antara lain bertujuan sebagai berikut:

a. Untuk mengetahui manajemen pembelajaran ganda Pendidikan Agama Islam dalam rangka mencapai prestasi belajar keagamaan

pada MI Ma’arif Grabag I dan MI Al- Ittihaad Citrosono tahun pelajaran 2014/2015.

b. Untuk mengetahui kondisi nyata prestasi belajar keagamaan pada

(20)

c. Untuk mengetahui faktor- faktor apakah yang mendukung dan

menghambat prestasi belajar keagamaan di MI Ma’arif Grabag I

dan MI Al-Ittihaad Citrosono Tahun Pelajaran 2014/2015. 2. Manfaat penelitian

Adapun manfaat yang ingin dihasilkan dalam penelitian ini terdiri dari manfaat teoritis yang berdasarkan pertimbangan kontektual dan konseptual dan manfaat praktis digunakan untuk perbaikan pada kedua MI yang melaksanakan Madrasah Diniyah di kecamatan Grabag yang bersangkutan. Manfaat penelitian dijelaskan sebagai berikut:

a. Manfaat Teoritis

Penelitian ini dapat berguna bagi perkembangan dunia pendidikan secara umum, dan juga bagi peneliti sendiri khususnya.

b. Manfaat praktis

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu sumber atau contoh pertimbangan dalam merancang dan menerapkan strategi untuk meningkatkan prestasi belajar keagamaan Madrasah Ibtidaiyah. Juga diharapkan dapat memiliki kemanfaatan dan sebagai masukan informasi bagi:

(21)

2) Bagi kepala madrasah MI Ma’arif Grabag I dan MI Al-Ittihaad Citrosono sebagai sumber informasi dan evaluasi untuk meningkatkan prestasi belajar keagamaan pada madrasah yang dikelola.

3) Bagi MI Ma’arif Grabag I dan MI Al-Ittihaad Citrosono sebagai evaluasi dan koreksi masyarakat tentang keberadaan lembaga tersebut. 4) Bagi pendidik dan pengelola pendidikan hasil penelitian ini dapat

dijadikan sebagai temuan awal untuk melakukan penelitian lebih lanjut dalam meningkatkan manajemen dan kualitas pembelajaran dan lebih meningkatkan kompetensinya sebagai seorang guru.

5) Bagi masyarakat umum dapat memberikan kontribusi berupa motivasi terhadap orang tua untuk menyekolahkan putra-putrinya di Madrasah Ibtidaiyah yang menyelenggarakan Madrasah Diniyah.

D. Kajian Pustaka

Ada beberapa penelitian ilmiah yang telah dilakukan oleh para akademisi pendidikan, seperti yang telah dilakukan oleh:

(22)

instruction berfokus film efektif dapat meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam praktikum IPA.3

Muh Ali dalam penelitiannya menjelaskan bahwa profesionalisme guru dan media pembelajaran sangat berpengaruh terhadap prestasi belajar pendidikan agama Islam, dengan hasil nilai prestasi belajar PAI 80,4% yang diharapkan 100% maka dikategorikan tinggi.4

Suhartinah dalam penelitiannya menjelaskan bahwa keberadaan Madrasah Diniyah sangat berpengaruh positif terhadap pencapaian prestasi belajar bidang studi Pendidikan Agama Islam terbukti nilai siswa yang tidak mengikuti Madrasah Diniyah prestasinya lebih rendah.5

Zuryati hasil penelitiannya memaparkan bahwa dalam mengelola pembelajaran Madrasah Diniyah diperlukan kemampuam guru yang berkualitas, paling tidak berpendidikan S1, atau yang lebih tinggi, jadi Madrasah Diniyah tersebut akan diminati masyarakat.6

Junaidi dalam penelitiannya dipaparkan bahwa peran guru PAI sangat penting dalam penanaman dan pembinaan serta bimbingan nilai-nilai agama pada anak, guru adalah figur bagi siswa dalam segala hal, baik

3

Budiyono Saputro,“Pengembangan Model Manajemen Pembelajaran Direct Intruction Berfokus Film Dalam Pengantar Praktikum IPA”, maito: budiyono – saputro @ yahoo.

Com.diakses20 agustus 2016, 14 30.

4 Muh Ali, “Pengaruh Profesionalisme Guru dan Media Pembelajaran PAI terhadap

Prestasi Belajar Siswa di SMA Negeri kota Yogyakarta”, Yogyakarta: Program Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2007.

5

Suhartinah, “Pengaruh Madrasah Diniyah Terhadap Tingkat Prestasi Pada Bidang Studi Pendidikan Agama Islam (Studi kasus di SDN Rimbu Kidul Kecamatan Karangawen Kabupaten Demak Tahun Pelajaran 2002/2003)”, Salatiga: STAIN Salatiga, 2003.

6

(23)

di sekolah maupun masyarakat7. Yang akan dicontoh untuk bekal dalam hidupnya.

Imam Sujendro dipaparkan bahwa kepala sekolah dalam mengarahkan dan memanfaatkan segala sumber daya yang tersedia sangat menentukan keberhasilan proses belajar di sekolah. Maka diperlukan kepala sekolah yang mampu bergerak cepat dan dinamis. Kemampuan manajerial kepala sekolah meliputi berbagai ketrampilan, dalam hal ini pemahaman yang luas seluruh operasi sekolah dalam hubungan dengan tuntutan teknik yang harus dikuasai, seperti kurikulum, manajemen, kesiswaan, sarana, hubungan masyarakat, tata usaha, dan seluruh komponen sekolah.8

Akhirnya setelah dilakukan penyelidikan dari beberapa penelitian terdahulu yang ada, maka penulis menyimpulkan bahwa penelitian tesis

yang berjudul,”Manajemen Pembelajaran Ganda Pendidikan Agama Islam

dalam rangka mencapai Prestasi Belajar Keagamaan”, dapat dikatakan

memiliki perbedaan dengan penelitian-penelitian sebelumnya. Adapun perbedaanya terletak pada rumusan masalah yang ingin diteliti dan dianalisa. Penelitian ini tentang Manajemen Pembelajaran Ganda Pendidikan Agama Islam dalam rangka mencapai Prestasi Belajar Keagamaan. Kondisi yang ada di kedua MI outputnya sangat rendah dari kelima mata pelajaran keagamaaan, baik hasil semester maupun ujian 7

Junaidi,“Optimalisasi Peran Guru Agama PAI Dalam Penanaman Nilai-Nilai Agama

Pada Anak ( Study Kasus di SD Negeri Demangan Yogyakarta ) ”, Yogyakarta: 2013.

8

(24)

madrasah keagamaan tahun pelajaran 2014/2015. Adapun mata pelajaran adalah Al-Qur’an Hadits, Akidah Akhlak, Fiqih, SKI dan Bahasa Arab. Dengan demikian perlu ada solusi agar yang akan datang hasil prestasi ujian semester maupun ujian akhir Keagamaan Madrasah Ibtidaiyah dari MI Ma’arif Grabag I dan MI Al-Ittihaad Citrosono lebih baik dan memuaskan bagi siswa, madrasah dan orang tua. Disamping baik dari segi nilai, juga kompetensi keagamaan menjadi karakter bagi siswa dan lembaga. Guru-guru yang mengelola Madrasah Ibtidaiyah sesuai yang diharapkan. Akhirnya Madrasah Ibtidaiyah ini merupakan salah satu Madrasah pilihan dari masyarakat.

E. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Menurut jenisnya penelitian ini adalah penelitian lapangan. Yakni suatu penelitian yang bertujuan melaksanakan studi yang mendalam mengenai sesuatu unit sosial sedemikian rupa sehingga menghasilkan gambaran yang terorganisir dengan baik dan lengkap mengenai unit tersebut.9 Penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif. Artinya penulis menganalisis penelitian secara obyektif dan mendetail untuk mendapatkan hasil yang akurat.

Metode penelitian ini menggunakan metode survei dengan pendekatan penelitian kualitatif. Penelitian survei yang dimaksud adalah untuk mengumpulkan informasi berbentuk opini dari sejumlah

9

(25)

besar orang terhadap topik atau isu-isu tertentu. Seperti dikemukakan oleh Sugiyono10 metode survei digunakan: bila masalah yang merupakan titik tolak penelitian sudah jelas, bila peneliti ingin mendapatkan informasi yang luas dari suatu populasi, bila ingin diketahui pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain, bila peneliti bermaksud untuk menguji hipotesis, bila peneliti ingin mendapatkan data yang akurat, bila ingin menguji terhadap adanya keragu-raguan tentang validitas pengetahuan, teori dan produk tertentu. Juga dikemukakan Masri dalam Riduwan11 penelitian survei dapat digunakan untuk maksud (1) penjajagan (eksploratif), (2) deskriptif, (3) penjelasan (eksplanatory atau confirmatory), yakni menjelaskan hubungan kausal dan pengujian hipotesis, (4) evaluasi, (5) prediksi atau meramalkan kejadian tertentu di masa yang akan datang, (6) penelitian operasional, dan (7) pengembangan indikator-indikator sosial. Studi yang dikembangkan dalam penelitian ini dilakukan dengan studi kepustakaan dan studi lapangan. Teknik pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner.

2. Subjek Penelitian

Dalam penelitian ini diperlukan subjek penelitian yang dijadikan sebagai informan. Subjek difokuskan pada orang-orang yang

10

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D, Bandung:Alfabeta, 2009, 23.

11

(26)

berkompeten dan paham terhadap data-data yang digali dan diperlukan dalam penelitian ini. Informan dalam penelitian antara lain adalah komite, kepala sekolah, guru, dan para praktisi di lapangan masing-masing.

Lokasi penelitian dilakukan pada dua Madrasah Ibtidaiyyah yang melaksanakan Madrasah Diniyyah yaitu MI Ma’arif Grabag I dan

MI Al Ittihaad Citrosono Kecamatan Grabag, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, tahun pelajaran 2014/2015.

3. Sumber Data

Sumber data penelitian ini bisa berupa benda dan

dokumen-dokumen yang ada di MI Ma’arif Grabag I dan MI Al- Ittihaad Citosono.

4. Teknik Pengumpulan Data

Menurut Syaodih,12 ada beberapa teknik pengumpulan data, yaitu wawancara, angket, observasi, dan studi dokumentasi. Sehubungan dengan pengertian teknik pengumpulan data dan wujud data yang akan dikumpulkan, maka dalam penelitian ini digunakan tiga teknik utama pengumpulan data, yaitu wawancara terstruktur, observasi dan dokumentasi.

Untuk mencapai tujuan penelitian, agar sesuai dengan metode atau pendekatan yang digunakan, maka pengumpulan data dilakukan dengan cara:

12

(27)

a. Observasi atau pengamatan

Secara luas, observasi atau pengamatan berarti setiap kegiatan untuk melakukan pengukuran. Akan tetapi, observasi atau pengamatan di sini diartikan lebih sempit, yaitu pengamatan dengan menggunakan indera penglihatan yang berarti tidak mengajukan pertanyaan pertanyaan12. Pengamatan ini dilakukan dalam rangka memahami tindakan-tindakan sosial, khususnya

pada fenomena yang ada di ruang lingkup MI Ma’arif Grabag I

dan MI Al-Ittihaad Citrosono. Untuk memperoleh data melalui observasi ini peneliti terjun langsung mengikuti beberapa kegiatan yang dilakukan di kedua MI tersebut, mulai dari kegiatan guru kelas selama pembelajaran, dan kegiatan lain yang terkait dengan permasalahan yang akan diteliti.Dimana dalam waktu pembelajaran banyak terjadi fakta dan realita yang dapat dijadikan data yang akurat. Keuntungan observasi adalah

1) Data yang diperoleh adalah data yang segar dalam arti data yang dikumpulkan diperoleh dari subjek pada saat terjadinya kegiatan.

2) Keabsahan alat ukur dapat diketahui secara langsung. b. Wawancara

(28)

dicatat atau direkam dengan alat perekam(tape recorder). Teknik wawancara dapat digunakan pada responden yang buta huruf atau tidak terbiasa membaca dan menulis, termasuk anak-anak.13 Agar wawancara berjalan lancar diperlukan kerja sama yang baik antara pewawancara dan responden. Supaya terjadi kerja sama yang baik perlu diperhatikan. Pertama, penampilan fisik, termasuk cara berpakaian. Kedua, sikap dan tingkah laku pewawancara, termasuk kesopanannya. Ketiga, identitas harus jelas termasuk surat tugasnya. Keempat, persiapan, pewawancara memahami dan menguasai apa yang akan ditanyakan pada responden. Keuntunagan wawancara adalah:

1) Wawancara dapat digunakan pada responden yang tidak bisa membaca dan menulis.

2) Jika ada pertanyaan yang belum dipahami, pewawancara dapat segera menjelaskannya.

3) Wawancara dapat mengecek kebenaran jawaban responden dengan mengajukan pertanyaan pembanding, atau dengan melihat wajah atau gerak-gerik responden.

Wawancara ini dilakukan untuk memperoleh informasi tentang sesuatu yang terjadi pada masa lalu, sekarang serta prospek yang

13

(29)

akan datang, juga untuk pengecekan dan pengembangan

informasi.

c. Studi dokumenter

Studi dokumenter (documentary study) merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan menghimpun dan menganalis dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis, gambar maupun elektronik. Dokumen-dokumen yang dihimpun dipilih yang sesuai dengan tujuan dan fokus masalah.14Seperti sejarah kedua MI, struktur organisasi, data-data pembelajaran lainnya. Dokumen ini digunakan untuk melengkapi dan mengecek data yang diperoleh dari pengamatan dan wawancara.

F. Teknik Analisa data

Pernyataan dari Kerlinger dalam Moh Kasiram bahwa analisis data mencakup banyak kegiatan, yakni: mengkategorikan data, mengatur data, memanipulasi data, menjumlahkan data, yang diarahkan untuk memperoleh jawaban dari problem penelitian. Adapun tujuan utama dari analisis data ialah untuk meringkaskan data dalam bentuk yang mudah dipahami dan mudah ditafsirkan, sehingga antara problem penelitian dapat dipelajari dan diuji.15Adapun langkah- langkah prosedur analisis data meliputi Cheking Data, Editing Data, Coding Data.

Teknik analisis dalam penelitian ini menggunakan pendekatan induksi analitik. Data yang dikumpulkan kemudian dianalisis secara

14

Sukmadinata, Nana Syaodih, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012, Hal 221-222.

15

(30)

induksi untuk mengembangkan model diskripsi penelitian dan menghasilkan laporan deskripsi analitik. Dengan fokus masalah manajemen pembelajaran ganda Pendidikan Agama Islam dalam rangka

mencapai prestasi belajar keagamaan pada MI Ma’arif Grabag I dan MI

Al- Ittihaad Citrosono tahun pelajaran 2014/2015. G. Sistematika Penulisan

Agar mudah dalam memahami penelitian ini, maka peneliti mengemukakan sistematika pembahasan yang terdiri dari tiga bagian, yaitu; bagian awal, bagian isi, dan bagian akhir.

Bagian awal terdiri dari halaman sampul, halaman judul, halaman persetujuan, halaman pengesahan, pernyataan keaslian tulisan, halaman motto, halaman persembahan, kata pengantar, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar, daftar lampiran, pedoman transliterasi, dan abstrak yang memuat seluruh isi dari tesis secara singkat dan padat.

Bagian isi terdiri dari lima bab dan masing-masing bab berisi sub-bab, yaitu:

(31)

pertimbangan dan perbandingan dengan penelitian yang akan peneliti lakukan. Sistematika pembahasan sebagai sub-bab terakhir merupakan penjelasan yang berupa urutan-urutan yang akan dibahas ditesis ini.

Bab II. Landasan Teori yang berisi tentang: pengertian manajemen

pembelajaran ganda, landasan teori manajemen pembelajaran ganda, struktur kurikulum manajemen pembelajaran ganda, tujuan manajemen pembelajaran ganda, kompetensi manajemen pembelajaran ganda, prinsip pelaksanaan manajemen pembelajaran ganda, model pembelajaran ganda.

Bab III. Profil MI Ma’arif Grabag I dan MI Al-Ittihaad

Citrosono. Bab ini terdiri dari gambaran umum MI Ma’arif Grabag I dan

MI Al-Ittihaad Citrosono dan manajemen pendidikan MI Ma’arif Grabag I dan MI Al- Ittihaad Citrosono. Adapun gambaran umum MI Ma’arif

Grabag I dan MI Al- Ittihaad Citrosono terdiri dari: letak dan geografis, sejarah berdiri dan perkembangannya, tujuan pendidikan, visi dan misi pendidikan serta kondisi sarana prasarana. Sedangkan penyelenggaraan pendidikan meliputi struktur organisasi, keadaan guru, kondisi peserta didik, dan manajemen pembelajarannya.

Bab IV Berisi hasil penelitian dan pembahasan. Bab ini terdiri

(32)

Bab V. Penutup. Bab terakhir ini memuat kesimpulan dan saran. Kesimpulan memuat uraian singkat terkait fokus penelitian. Saran merupakan masukan bagi instansi pihak yang terkait dengan penelitian ini. Bagian akhir berisi daftar rujukan, lampiran-lampiran, dan biodata peneliti. Daftar rujukan memuat referensi-referensi yang digunakan peneliti untuk menyelesaikan penelitian ini. Lampiran-lampiran memuat dokumen-dokumen yang mendukung penelitian ini, time schedule

(33)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pengertian Manajemen Pembelajaran Ganda

1. Manajemen Pembelajaran Ganda

Menurut kamus bahasa Indonesia, manajemen adalah proses penggunaan sumber daya secara efektif untuk mencapai sasaran.1 Sedang makna dari manajemen menurut Ricky W. Griffin dalam Maisah adalah seperangkat aktivitas yang meliputi: perencanaan dan pengambilan keputusan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan yang dilaksanakan langsung oleh sumber daya organisasi (manusia, uang, benda-benda fisik, dan informasi).2 Manajemen adalah Proses perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan dalam mengelola sumber daya yang berupa man, money, materials, method, machines, market, minute dan information untuk mencapai tujuan yang efektif dan efisien.3 Manajemen sering diartikan sebagai ilmu, kiat, dan profesi. Dikatakan sebagai ilmu karena manajemen dipandang sebagai suatu bidang pengetahuan yang secara sistematik berusaha memahami mengapa dan bagaimana orang bekerjasama. Dikatakan kiat karena manajemen mencapai sasaran melalui cara-cara dengan mengatur orang lain menjalankan tugas. Dipandang sebagai profesi karena manajemen dilandasi

1

Nur Azman, Kamus Standar Bahasa Indonesia, Bandung: Fokusmedia, 2013, 260.

2

Maisah, Manajemen Pendidikan, Ciputat: Gaung Persada Press Group, 2013,1. 3

(Pendidikanhttps://afidburhanuddin.wordpress.com/category/ manajemen-pendidikan/pembelajaran-inovatif/diakses 09-05-2015, 11.52)

(34)

keahlian khusus untuk mencapai suatu prestasi manajer, dan para professional dituntun oleh suatu kode etik.4

Manajemen yang dimaksud pengelolaan pembelajaran yang dilaksanakan dikedua madrasah yakni manajemen pembelajaran/ manajemen pendidikan. Makna pembelajaran ganda yang dimaksud dua pembelajaran yang dilaksanakan yaitu di MI dan MADIN. Untuk MI dilaksanakan pagi jam 07.15 sampai dengan 12.30 sedang MADIN dilaksanakan jam 13.00 sampai dengan 14.00 dengan materi Pendidikan Agama Islam. Pembelajaran merupakan proses interaksi antara peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran juga dapat diartikan sebagai interaksi antara guru (pengajar) dan murid (pembelajar), yaitu membicarakan suatu bahan atau melakukan suatu aktivitas guna mencapai tujuan yang dikehendaki.5 Strategi pembelajaran yang dikatakan tepat jika sesuai dengan kecenderungan kompetensi sebagai totalitas prestasi belajar yang akan dikembangkan, yakni apakah lebih bersifat kognitif, afektif atau psikomotorik.

Agar pembelajaran yang berkualitas dapat terwujud, maka diperlukan suasana pembelajaran yang memadai. Suasana pembelajaran

yang baik dapat digambarkan seperti “Suasana Surga”.Meminjam istilah

“Rumahku adalah surgaku”, tempat kerjaku adalah surgaku, kampusku

adalah surgaku, sekolahku adalah surgaku. Suasana ini menyebabkan baik guru maupun murid merasa nyaman untuk belajar. Untuk mewujudkan

4

Nanang Fattah, Landasan Manajemen Pendidikan, Bandung: Rosda Karya, 2004, 1.

5

(35)

suasana pembelajaran yang baik, setidaknya ada tiga indikator, yaitu menyenangkan atau membahagiakan, lingkungan kondusif (baik fisik dan non fisik), layanan dan penampilan prima.6

Pembelajaran dikondisikan agar mampu mendorong kreativitas anak secara keseluruhan, membuat siswa aktif, mencapai tujuan pembelajaran secara efektif dan berlangsung dalam kondisi menyenangkan. Oleh sebab itu pengajar harus berkeyakinan bahwa7:

a. Belajar adalah sangat penting dan sangat menyenangkan. b. Anak patut dihargai dan disayangi sebagai pribadi yang unik

c. Anak hendaknya menjadi pelajar yang aktif. Mereka perlu di dorong untuk membawa pengalaman, gagasan, minat, dan bahan mereka di kelas, mereka dimungkinkan untuk membicarakan bersama dengan guru tujuan bekerja/belajar setiap hari, dan perlu diberi otonomi dalam menentukan bagaimana tercapainya tujuan pembelajaran tersebut. d. Anak perlu merasa nyaman di kelas, dan dirangsang untuk selalu

belajar. Hendaknya tidak ada tekanan dan ketegangan.

e. Anak harus mempunyai rasa memiliki dan kebanggaan di dalam kelas. Hal ini dapat dilakukan misalnya dengan memajang prestasi karya mereka di kelas. Mereka perlu dilibatkan dalam merancang kegiatan belajar dan boleh membawa bahan-bahan dari rumah.

f. Guru merupakan nara sumber (fasilitator, mediator) bukan polisi atau dewa. Anak harus menghormati guru, tetapi merasa aman dan nyaman

6

Furqon, Hidayatullah,Guru Sejati Membangun Insan Berkarakter Kuat dan Cerdas, Surakarta: Yuma Pustaka, 2009, 155.

7

(36)

dekat dengan guru. Anak bukanlah robot, karena robot kecil tidak akan belajar, dan juga tidak kreatif.

g. Guru memang harus kompeten, tetapi tidak perlu sempurna.

h. Anak perlu merasa bebas untuk mendiskusikan masalah secara terbuka baik dengan guru maupun dengan teman sebaya. Ruang kelas adalah milik mereka dan mereka berbagi tanggung jawab untuk mengaturnya.

i. Kerja sama bernilai lebih daripada kompetisi, walau pada akhirnya mereka harus bertanggung jawab secara pribadi.

Ganda menurut Kamus Standar Bahasa Indonesia adalah berlipat dua berpasangan, berdampingan.8

2. Pendidikan Agama Islam

Pendidikan Agama Islam adalah setiap usaha yang dilakukan oleh umat untuk mengajarkan pengetahuan keislaman.9 Adapun PAI di Madrasah terdiri dari mata pelajaran Al-Qur’an Hadits, Fiqih, Akidah Akhlak, Sejarah Kebudayaan Islam, Bahasa Arab.

3. Prestasi Belajar Keagamaan

Prestasi adalah hasil yang telah dicapai (dari yang telah dilakukan, dikerjakan, dan sebagainya).10

8

Nur Azman, Kamus Standar Bahasa Indonesia, Bandung: Fokusmedia, 2013, 121.

9

Abdul Majid, Tantangan & Harapan Umat Islam di Era Globalisasi, Bandung: Pustaka Setia, 2000, 99.

10

Alya, Qonita, Kamus Bahasa Indonesia untuk Pendidikan Dasar, Bandung: PT

(37)

Crow and Crow dalam Educational Psychology dalam Lilik

Sriyanti belajar adalah perbuatan untuk memperoleh kebiasaan, ilmu pengetahuan, dan berbagai sikap, termasuk penemuan baru dalam

mengerjakan sesuatu, usaha memecahkan rintangan, dan menyesuaikan dengan situasi baru.11

Keagamaan adalah suatu fenomena sosial keagamaan yang mengatur hubungan manusia dengan Tuhan, manusia dengan manusia, manusia dengan alam sekitar sesuai dan sejalan dengan ajaran agama yang mencakup tata keimanan, tata kepribadian, dan tata kaidah atau norma yang menentukan tingkah laku yang diinginkan bagi suatu sistem yang ada kaitannya dengan lingkungan sekitar tanpa membedakan fungsi bagian-bagiannya.12

Oleh karena itu penanaman nilai-nilai agama adalah proses atau perbuatan menanamkan konsep penghargaan tertinggi yang diberikan masyarakat kepada beberapa masalah pokok dalam kehidupan keragaman yang bersifat suci menjadi pedoman tingkah laku keagamaan masyarakat. Ada tiga aspek yang harus diperhatikan dalam menetapkan tujuan penanaman nilai-nilai keagamaan kepada anak yaitu aspek usia, aspek fisik, dan aspek psikis anak. Rasa keagamaan dan nilai-nilai keagamaan akan tumbuh dan berkembang

seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan psikis maupun fisik anak. Perhatian anak terhadap nilai-nilai dan pemahaman agama

11

Sriyanti, Lilik, Psikologi Pendidikan, Yogyakarta: STAIN Salatiga Press, 2011, 16.

12

(38)

akan muncul manakala mereka sering melihat dan terlibat dalam upacara keagamaan, dekorasi dan keindahan rumah ibadah, rutinitas, ritual orang tua dan lingkungan sekitar ketika menjalankan peribadatan.

Dari beberapa pengertian di atas melalui manajemen pembelajaran ganda Pendidikan Agama Islam yang dilaksanakan di MI dan MADIN dengan harapan agar prestasi keagamaan dari lima mata pelajaran PAI yaitu Al- Qur’an Hadis, Aqidah akhlak, SKI, dan Bahasa Arab dapat mencapai di atas standar dan para siswa juga bisa berkompetensi di bidang keagamaan di wilayah Kementerian Agama.

Implementasi Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem PendidikanNasional dijabarkan ke dalam sejumlah peraturan antara lain Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikandan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013tentang Perubahan atas PP Nomor 19 tahun 2005 tersebut. Berdasarkan UU dan PP tersebut suatu satuan pendidikan harus menyusun dan mengembangkan kurikulum tingkat satuan

pendidikan berdasarkan panduan penyusunan kurikulum yang ditetapkan BSNP.

(39)

dikembangkan oleh sekolah/madrasah berpedoman pada Standar Kompetensi Lulusan (SKL) dan Standar Isi, serta panduan penyusunan kurikulum yang dibuat oleh BSNP.

Pendidikan Diniyah merupakan pendidikan yang mempersiapkan peserta untuk dapat menjalankan peranan yang menuntut penguasaan penegetahuan khusus tentang ajaran agama Islam baik secara formal, non formal maupun informal13. Jenjang

pendidikan diniyah terdiri dari Pendidikan DiniyahTakmiliyah Ula setara dengan Madrasah Ibtidaiyah, SD; Pendidikan Diniyah Takmiliyah Wustha setara dengan Madrasah Tsanawiyah, SLTP;

Madrasah Diniyah Takmiliyah Ula setara dengan Madrasah Aliyah, SMU.14

Dimasa penjajahan, lembaga pengajaran dan pendidikan agama hampir ada di semua lingkungan masyarakat yang mayoritas

penduduknya beragama Islam dengan nama dan bentuk yang beragam, seperti pengajian, surau, rangkang, sekolah agama dan lain- lain. Namun secara umum materi- materi keagamaan tersebut meliputi akidah, ibadah, baca tulis al-Qur’an,dan bahasa Arab. Penyelenggaraandan pengelolaan pendidikan semacam ini

13

Kementerian Agama RI, Pedoman Administrasi Madrasah Diniyah, Jakarta,

2012, 41.

14

(40)

ditumbuhkembangkan oleh masyarakat dan untuk kepentingan

masyarakat itu sendiri15.

Keberhasilan suatu sistem pendidikan sangat di pengaruhi oleh perangkat kurikulum yang dilaksanakan oleh lembaga pendidikan tertentu. Pada kurikulum pendidikan nasional, yang masih terasa adanya pendikotomian dalam persoalan ilmu pengetahuan pada umumnya dan ilmu pengetahuan agama.

Di Indonesia telah terjadi dikotomi yang cukup mendasar dan meluas. Dikotomi tersebut terjadi dalam bentuk pemisahan kelembagaan pendidikan umum (nasional) dan lembaga keagamaan (Islam). Begitu juga telah terjadi pemisahan antara mata pelajaran umum dan mata pelajaran agama.

Upaya untuk menyelesaikan persoalan dikotomi bukannya tidak ada. Menurut Fazlur Rahman terdapat dua pola yang pernah dilakukan di berbagai negara muslim. Pertama, dengan menerima

pendidikan sekuler modern sebagaimana telah berkembang secara

umum di Barat dan mencoba untuk “mengislamkannya” dengan cara

mengisinya konsep-konsep tertentu dari Islam. Kedua, dengan cara

menggabungkan atau memadukan cabang-cabang pengetahuan modern dengan cabang-cabang pengetahuan keislaman tradisional yang diberikan secara bersama-sama di suatu lembaga pendidikan Islam.3 Pola pendidikan terpadu sebagaimana digambarkan oleh

15

(41)

Fazlur Rahman di atas tampaknya hampir mirip dengan apa yang yang telah dilaksanakan pada pendidikan Islam di Indonesia.16

Dengan adanya gejala tersebut banyak di jumpai dari sejumlah out put pendidikan tidak seimbang tentang pemahaman mereka terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi dengan pemahaman mereka terhadap pemahaman iman dan taqwa sesuai dengan agama yang mereka anut.

Pendidikan keagamaan melalui Madrasah Diniyah Takmiliyah dimaksudkan untuk memberi tambahan dan pendalaman pengetahuan agama Islam bagi siswa pendidikan formal atau umum tingkat dasar dan menengah, lembaga ini tetap membuka diri bagi siapapun yang masih dalam usia pendidikan dasar dan menengah.

B.Landasan Hukum Pembelajaran Ganda

Pedoman penyelenggaraan pendidikan KTSP berdasarkan pada17:

1. Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. (Pasal 1 ayat 19, pasal 18 ayat 1, 2, 3, 4, pasal 37 ayat 1, 2, 3, dan pasal 38 ayat 1, 2).

2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan jo PP. Nomor 32 tahun 2013 tentang perubahan PP No. 19 tahun 2005.

16

Sutrisno, Fazlur Rahman, Kajian terhadap Metode, Epistimologi dan Sistem Pendidikan

Islam, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2006, 60.

(42)

3. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 23 tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan jo Permendikbud No. 54 tahun 2013 tentang SKL . 4. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 22 tahun 2006 tentang Standar

Isi jo Permendikbud No. 64 tahun 2013.

5. Permendikbud No. 67 tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum SD/MI.

6. Permendikbud No. 81 A tahun 2013 tentang Implementasi Kurikulum. 7. Peraturan Menteri Agama No. 2 tahun 2008 tentang SKL dan Standar Isi

Mapel PAI dan Bahasa Arab di Madrasah jo Permenag No 0002312 tahun 2013.

Pengertian Madrasah Diniyah Takmiliyah Awaliyah adalah satuan pendidikan keagamaan Islam nonformal yang menyelenggarakan pendidikan agama Islam sebagai pelengkap siswa SD/MI sederajat maupun anak usia pendidikan setingkat. Jenjang dasar ini ditempuh dalam waktu 4 tahun dengan sekurang-kurangnya 18 jam pelajaran dalam seminggu.

Pedoman Penyelenggaraan Diniyah Takmiliyah didasarkan pada18 :

a. Undang-undang No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional; b. Peraturan Pemerintah No.39 Tahun 1992 tentang Peran Serta Masyarakat

dalam Pemdidikan Nasional;

c. Peraturan Pemerintah No .73 Tahun 1991tentang Pendidikan Luar Sekolah; d. Peraturan Pemerintah No.19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan;

18

(43)

e. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2007 tentang Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan;

f. Peraturan Menteri Agama No.3 Tahun 1983 tentang Kurikulum Madrasah Diniyah ;

g. Keputusan Menteri Agama No. 18 Tahun 1985 tentang Susunan Organisasi dari Tata kerja Departemen Agama yang telah diubah dan disempurnakan terakhir dengan Keputusan Menteri Agama No. 3 tahun 2006.

Madrasah Diniyah Takmiliyah merupakan salah satu lembaga pendidikan keagamaan Islam di luar pemdidikan formal yang diselenggarakan secara terstruktur dan berjenjang sebagai pelengkap pelaksanaan pendidikan keagamaan. Di lembaga pendidikan ini, santri-santri yang belajar pada lembaga pendidikan umum (SD/MI, SMP/MTs, dan SMA/ SMK atau sederajat ) dapat menambah dan memperdalam wawasan pengetahuannya tentang agama Islam. Tapi, lembaga ini tetap terbuka bagi siapapun anak usia pendidikan dasar dan menengah yang berminat dan beragama Islam, meskipun belum berkesempatan mengikuti pendidikan di lembaga formal.

(44)

Diniyah Takmiliyah Ulya ( MDTU) atau menengah dengan masa belajar 2 (dua) tahun19.

Penyelenggara Madrasah Diniyah Takmiliyah tidak mengharuskan adanya badan hukum sebagai lembaga penyelenggara. Oleh sebab itu, dari segi penyelenggaraannya, Madrasah Diniyah Takmiliyah dapat dikelompokkan ke dalam 3 (tiga) jenis20, yaitu:

a) Madrasah Diniyah Takmiliyah yang diselenggarakan oleh sekumpulan orang di masyarakat yang berkompeten untuk menjalanka visi dan misi pendidikan Madrasah Diniyah Takmiliyah, ataupun oleh badan hukum/yayasan tertentu; b) Madrasah Diniyah Takmiliyah yang diselenggarakan di dalam pesantren; c) Madrasah Diniyah Takmiliyah yang di selenggarakan di lingkungan lembaga

pendidikan formal, baik SD/MI, SMP/MTs, SMK/MA dan yang sederajat. C. Struktur Kurikulum Pembelajaran Ganda

Struktur kurikulum merupakan pola dan susunan mata pelajaran yang harus ditempuh oleh peserta didik dalam kegiatan pembelajaran. Kedalaman muatan kurikulum pada setiap mata pelajaran pada setiap satuan pendidikan dituangkan dalam kompetensi yang harus dikuasai peserta didik sesuai dengan beban belajar yang tercantum dalam struktur kurikulum21.

1. Struktur kurikulum KTSP SD/MI meliputi:

19

Kementerian Agama RI, Pedoman Penyelenggaraan Madrasah Diniyah

Takmiliyah, Jakarta, 2012, 2.

20

Kementerian, ...8.

21

(45)

a. Muatan 8 mata pelajaran (PAI, PKn, Bahasa Indonesia, Matematika, IPA, IPS, SBK, PJOK), muatan lokal dan pengembangan diri

b. Substansi mata pelajaran IPA dan IPS pada SD/MI merupakan

“IPA terpadu” dan “IPS terpadu”

c. Pembelajaran pada kelas I s.d. III dilaksanakan melalui pendekatan tematik, sedangkan kelas IV s.d.VI dilaksanakan melalui pendekatan mata pelajaran

d. Jam belajar untuk setiap mata pelajaran dialokasikan sebagaimana tertera dalam struktur kurikulum. Satuan pendidikan dimungkinkan menambah maksimum empat jam pelajaran per minggu secara keseluruhan

e. Alokasi waktu satu jam pembelajaran adalah 35 menit

f. Minggu efektif dalam satu tahun pelajaran (dua semester) adalah 34-38 minggu

2. Struktur Kurikulum Pendidikan Madrasah Diniyah meliputi22:

a. Satuan mata pelajaran yang diberikan pada Madrasah Diniyah Takmiliyah berikut frekuensi dan alokasi waktunya dalam satu minggu.

Ketentuan alokasi waktu untuk setiap jam pelajaran dari mata pelajaran adalah

1) MDTA kelas I adalah 30 menit

22

(46)

2) MDTA kelas II s.d. IV DTA adalah 40 menit 3) MDTW kelas I s.d. II DTW adalah 45 menit 4) MDTU kelas I s.d. II DTU adalah 45 menit

b. Program pengembangan diri dan pembiasaan akhlakul karimah siswa.

Adapun program pengembangan diri dan pembiasaan akhlakul karimah diberikan melalui kegiatan-kegiatan yang mengakomodasi minat, bakat dan potensi siswa serta penciptaan lingkungan religius di Madasah

D.Tujuan Manajemen Pembelajaran Ganda

Dalam Pengembangan KTSP inidimaksudkan agar dapat memberi kesempatan kepada peserta didik untuk23 :

1.Belajar untuk beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

2.Belajar untuk memahami dan menghayati,

3.Belajar untuk mampu melaksanakan dan berbuat secara efektif,

4.Belajar untuk hidup bersama dan berguna untuk orang lain, dan

5. Belajar untuk membangun dan menemukan jati diri melalui proses belajar yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan.

(47)

Madrasah Diniyah Takmiliyah Awaliyah merupakan pendidikan berbasis masyarakat yang berada di dalam pembinaan Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota melalui Kepala Seksi Pendidikan Keagamaan dan Pondok Penyelenggaraan Madrasah Diniyah Takmiliyah Awaliyah bertujuan untuk:

a. Memberikan bekal kemampuan dasar kepada santri agar dapat mengembangkan kehidupannya sebagai:

1)Muslim yang beriman, bertakwa, beramal saleh dan berakhlakul karimah;

2) Warga negara Indonesia yang berkepribadian, percaya pada diri sendiri, serta sehat jasmani dan rohani.

b. Membina santri agar memiliki pengalaman, pengetahuan, ketrampilan beribadah, sifat, sikap dan perilaku terpuji yang berguna bagi pengembangan pribadinya.

c. Membina santri agar memiliki kemampuan untuk melaksanakan tugas hidupnya dalam masyarakat dan berbakti kepada Allh SWT guna mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat.

d. Mempersiapkan santri untuk dapat mengikuti pendidikan agama Islam pada Madrasah Diniyah Takmiliyah Wustha (MDTW). Pesantren,atau mengikat organisasi sejenis.

(48)

(1)Meningkatkan pemahaman konsep yang dipelajarinya secara lebih bermakna.

(2)Mengembangkan ketrampilan menemukan, mengolah, dan memanfaatkan informasi.

(3)Menumbuh kembangkan sikap positif, kebiasaan baik dan nilai-nilai luhur yang diperlukan dalam kehidupan.

(4)Menumbuh kembangkan ketrampilan sosial seperti kerjasama, toleransi, komunikasi, serta menghargai pendapat orang lain.

(5)Meningkatkan gairah dalam belajar

(6) Memiliki kegiatan yang sesuai dengan minat dan kebutuhan.24

E.Kompetensi Manajemen Pembelajaran Ganda

1. Kompetensi umum KTSP

a. Kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia b. Kelompok mata pelajaran kewarganegaraan

c. Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi d. Kelompok mata pelajaran estetika

e. Kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga dan kesehatan 2. Kompetensi umum Pendidikan Diniyah25

a. Hafal surat pilihan, mampu membaca, menulis ayat al-Quran

24

Sukayati, Materi Diklat, Pembelajaran Tematik di SD Merupakan Terapan dari Pembelajaran Terpadu, Yogyakarta: PPPG, 2004, 4.

25

(49)

b. Beriman dengan mengenal, menghafal, memahami, dan menghayati rukun iman serta sebagai orang beriman

c. Terbiasa berperilaku dengan sifat terpuji, menghindari sifat-sifat tercela dan berakhlaq mulia dalam kehidupan sehari-hari

d. Mengenal dan memahami rukun Islam serta mampu beribadah dan

bermu’amalah dengan baik dan benar

e. Memahami, menghayati dan mampu mengambil manfaat sejarah Islam f. Mampu melafalkan kalimat, memahami struktur kalimat, menyusun

kalimat dan mampu mengungkapkan bahasa arab dalam kehidupan sehari-hari

F. Prinsip pelaksanaan Manajemen Pembelajaran Ganda

1. Prinsip Pengembangan KTSP26

a. Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya

b. Beragam dan terpadu

c. Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni d. Relevan dengan kebutuhan kehidupan

e. Menyeluruh dan berkesinambungan f. Belajar sepanjang hayat

g. Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah 2. Prinsip Pengembangan Madrasah Diniyah Takmiliyah27

(50)

Kurikulum madrasah diniyah takmiliyah yang berlaku sekarang ini adalah kurikulum Madrasah Diniyah Tahun 1983 yang diadaptasikan dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang didasarkan pada ketentuan yang ditetapkan dalam PP No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan dan PP No. 55 Tahun 2007 tentang Pendidikan Agama dan Keagamaan. Dalam madrasah diniyah takmiliyah, kurikulum yang dijalankan mengembangkan prinsip-prinsip sebagai berikut:

a. Fleksibilitas

b.Berorientasi pada tujuan c. Efektifitas dan efisiensi d.Kontinuitas

e. Pendidikan seumur hidup

G. Macam-macam Model Pembelajaran

Sesuai dengan sifat materi dan cara memadukan konsep, ketrampilam dan unit tematisnya, Robin Fogarty membagi model Pembelajaran menjadi 10 (sepuluh) level, kesepuluh model tersebut adalah :

1. Model Penggalan (Fragmented)

Model ini ditandai oleh ciri pemaduan yang hanya terbatas pada satu mata pelajaran saja. Misalnya, dalma mata pelajaran bahasa Indonesia materi pembelajaran tentang menyimak, berbicara, membaca dan menulis dapat dipadukan dalam materi pembelajaran ketrampilan berbahasa.

2. Model Keterhubungan (Connected)

27

(51)

Model Connected dilandasi oleh anggapan bahwa butir-butir pembelajaran dapat dipayungkan pada induk mata pelajaran tertentu. Butir-butir pembelajaran seperti: kosakata, struktur, membaca, dan mengarang misalnya dapat dipayungkan pada mata pelajaran bahasa dan sastra.

3. Model Sarang (Nested)

Model Nested merupakan pemaduan berbagai bentukpenguasaan konsep ketrampilan melalui sebuah kegiatan pembelajaran. Misalnya, pada jam-jam tertentu guru memfokuskan kegiatan pembelajaran pada pemahaman bentuk kata, makna kata, dan ungkapan dengan saran pembuahan ketrampilan dalam mengembangkan daya imajinasi, daya berfikir logis, menentukan ciri bentuk dan makna kata-kata dalam puisi, membuat ungkapan dan menulis puisi.

4. Model Urutan/Rangkaian (Sequenced)

Model Sequenced merupakan model pemaduan topik-topik antar mata pelajaran yang berbeda secara pararel. Isi cerita dalam roman sejarah, misalnya: topik pembahasannya secara pararel atau dalam jam yang sama dapat dipadukan dengan ikhwal sejarah perjuangan bangsa karakteristik kehidupan sosial masyarakat pada periode tertentu maupun topik yang menyangkut perubahan makna kata.

5. Model Bagian (Shared)

(52)

dapat bertumpang tindih dengan butir pembelajaran Tata Negara, PSPB dsb.

6. Model Jaring Laba-laba (Webbed)

Model ini bertolakdari pendekatan tematis sebagai pemandu bahan dan kegiatan pembelajaran. Dalam hubungan ini tema dapat mengikat kegaiatan pembelajaran baik dalam mata pelajaran tertentu maupun lintas mata pelajaran.

7. Model Galur (Threaded)

Model Threaded merupakan model pemaduan bentuk ketrampilan, misalnya: melakukan prediksi dan estimasi dalam matematika, ramalan terhadap kejadian-kejadian, antisipasi terhadap cerita, dsb. Bentuk model ini terfokus pada meta kurikulum.

8. Model Keterpaduan (Integrated)

Model integrated merupakan pemaduan sejumlah topik dari mata pelajaran yang berbeda, tetapi esensinya sama dalam sebuah topik tertentu. Topik evidensi yang semula terdapat dalam pelajaran matematika, bahasa Indonesia, IPA, dan IPS agar tidak membuat muatan kurikulum berlebihan, cukup diletakkan dalam mata pelajaran tertentu, misalnya IPA.

9. Model Celupan (Immersed)

(53)

pengalaman dan pemanfaatan pengalaman sangat diperlukan dalam kegiatan pembelajaran.

10. Model Jaringan (Networked)

Model Networked merupakan model pemaduan pembelajaran yang mengandaikan kemungkinan perubahan konsepsi, bentuk pemecahan masalah, maupun tuntutan bentuk ketrampilan baru setelah siswa mengadakan studi lapangan dalam situasi, kondisi, maupun konteks yang berbeda.28

H. Model Manajemen Pembelajaran Ganda di Madrasah Ibtidaiyah.

Dari kesepuluh model pembelajaran terpadu di atas tiga model pembelajaran yang dipandang layak dan sesuai untuk dapat dikembangkan di pendidikan dasar dan menengah adalah model keterhubungan (connected), model jaring laba-laba (webbed), model keterpaduan (integrated ).29

1. Model Keterhubungan (Connected)

Model pembelajaran ini menyajikan hubungan yang eksplisit di dalam satu mata pelajaran yaitu menghubungkan satu topik ke topik yang lain, satu konsep ke konsep yang lain, satu ketrampilan ke ketrampilan yang lain, satu tugas ke tugas berikutnya. Pada pembelajaran model ini kunci utamanya adalah adanya satu usaha secara sadar untuk menghubungkan bidang kajian dalam satu disiplin ilmu.

28

Kukuh Andri Aka, Model-Model Pembelajaran Terpadu, http://belajarpendidikanku. blogspot. com/2013/04/ , diakses pada hari Kamis, 4 Desember 2014 ; 22.35.

29

(54)

Sebagai contoh; guru menghubungkan/menggabungkan konsep matematika tentang uang dengan konsep jual beli, untung rugi, simpan pinjam, bunga.30 Dalam pembelajaran IPS Sejarah guru bisa menghubungkan antara Masa Pemerintahan Daendels di Indonesia dengan Revolusi Perancis di Eropa, akibat Perang Diponegoro dengan Tanam Paksa. Sedangkan dalam mata pelajaran agama materi dapat saling berhubungan satu sama lain, materi al-Qur’an hadits dengan aqidah, aqidah dengan fiqih, al-Quran hadits dengan SKI. Dari beberapa mata pelajaran agama saling berkaitan apalagi dengan materi dalam Madrasah Diniyah saling berkaitan. Sehingga materi dalam madrasah diniyah akan melengkapi materi yang dilaksanakan dalam kurikulum KTSP.

Keunggulan dari model keterhubungan ini adalah :

a.Peserta didik memperoleh gambaran yang luas sebagaimana satu mata pelajaran yang berfokus pada suatu aspek tertentu,

b.Peserta didik mengembangkan konsep-konsep kunci secara terus menerus sehingga terjadilah proses internalisasi,

c. Menghubungkan ide-ide dalam sutu mata pelajaran memungkinkan peserta didik untuk mengkaji, mengkonseptualisasi, memperbaiki, serta mengasimilasi ide-ide secara terus-menerus sehingga memudahkan terjadinya proses transfer ide-ide dalam memecahkan masalah.

30

(55)

Sedang kelemahan dari model keterhubungan ini antara lain : a. Masih kelihatan terpisahnya antar mata pelajaran,

b. Tidak mendorong guru untuk bekerja secara rutin sacara tim, sehingga isi pelajaran tetap berfokus tanpa merentangkan konsep-konsep serta ide-ide antar mata pelajaran,

c. Dalam memadukan ide-ide pada satu mata pelajaran, maka usaha untuk mengembangkan keterhubungan antar mata pelajaran menjadi terabaikan.31

2. Model Jaring Laba-laba (Webbed)

Model pembelajaran ini adala model pembelajaran terpadu yang menggunakan pendekatan tematik. Pendekatan ini dimulai dengan menentukan tema yang kemudian dikembangkan menjadi sub-tema dengan memperhatikan keterkaitan tema tersebut dengan mata pelajaran yang terkait. Dari sub tema tersebut diharapkan aktivitas peserta didik dapat berkembang dengan sendirinya.32

Sebagai contoh, Peserta didik dan guru menentukan tema, misalnya tentang air. Maka guru-guru mata pelajaran dapat mengajarkan tema air tersebut pada sub-sub tema, misalnya siklus air, kincir air, waduk, air

31

Sutrisno Widodo, Materi Diklat, Evaluasi dalam pembelajaran terpadu di Sekolah

Dasar, Surabaya : tt, 10-11.

32

Novi Resmini, Makalah, ModelMakalahModel-model Pembelajaran Terpadu,

(56)

sungai, bisnis air mineral, yang terkabung dalam mata pelajaran Matematika, IPA, IPS dan Bahasa.33

Kelebihan pembelajaran model jaring laba-laba adalah :

a. Adanya faktor motivasional yang dihasilkan dari penyeleksi tema yang sangat diminati.

b. Model jarring laba-laba relatif lebih mudah dilakukan oleh guru yang belum berpengalaman.

c. Model ini mempermudah perencanaan kerja tim untuk mengembangkan tema ke dalam semua bidang isi pelajaran. Adapun kelemahan pembelajaran model jaring laba-laba adalah : a. Langkah yang sulit dalam Manajemen Pembelajaran Ganda

model jaring laba-laba adalah menyeleksi tema.

b. Adanya kecenderungan merumuskan suatu tema yang dangkal, sehingga hal ini hanya berguna secara artifisial di dalam perencaan kurikulum

c. Dalam proses pembelajaran guru lebih fokus pada kegiatan dari padapengembangan konsep.34

3. Model Terpadu (Integrated)

Model ini merupakan Manajemen Pembelajaran Ganda yang menggunakan pendekatan antar mata pelajaran / bidang studi. Model ini diusahakan dengan cara menggabungkan mata pelajaran dengan menetapkan prioritas kurikuler dan menentukan

33

Sukayati, Materi Diklat; Pembelajaran…….., 5.

34

(57)

ketrampilan, konsep, dan sikap yang saling tumpah tindih di dalam beberapa mata pelajaran.

Berbeda dengan model jaring laba-laba yang menuntut pemilihan tema dan pengembangannya sebagai langkah awal, maka dalam model keterpaduan tema yang terkait dan betumpah tindih merupakan hal yang terakhir yang ingin dicari dan dipilih oleh guru dalam tahap perencanaan program. Langkah pertama guru menyeleksi konsep-konsep, ketrampilan dan sikap yang diajarkan dalam satu semester dari beberapa mata pelajaran. Kedua, dipilih beberapa konsep, ketrampilan dan sikap yang memiliki keterhubungan yang erat dan tumpang tindih diantara berbagai mata pelajaran.

Kelebihan dari model terpadu ini antara lain :

a. Memudahkan peserta didik untuk mengarahkan keterkaitan dan keterhubungan di antara berbagai mata pelajaran.

b. Memungkinkan pemahaman antar mata pelajaran dan memberikan penghargaan terhadap pengetahuan dan keahlian. c. Mampu membangun motivasi

Sedang kelemahan model ini adalah : a. Sulit diterapkan secara penuh

b. Menghendaki guru yang trampil, percaya diri dan menguasai konsep, sikap dan ketrampilan yang sangat diprioritaskan.

(58)

sulit dilakukan, baik dalam perencanaan maupun pelaksanaan.35

35

(59)

46

BAB III

LOKASI PENELITIAN

I. MI Ma’arif Grabag I Kecamatan Grabag

A. Profil MI Ma’arif Grabag 1 Kecamatan Grabag Kabupaten Magelang 1. Letak Geografis

Madrasah Ibtidaiyah Ma’arif Grabag I yang menjadi lokasi penelitian

ini adalah sebuah lembaga pendidikan jenjang tingkat dasar, berciri khas Islam di bawah naungan Kementerian Agama Kabupaten

Magelang dan Yayasan Lembaga Pendidikan Ma’arif Ranting Grabag,

Cabang Grabag. Secara geografis Madrasah Ibtidaiyah Ma’arif Grabag

I terletak di dusun Krajan, Desa Grabag Kecamatan Grabag Kabupaten Magelang Provinsi Jawa Tengah.1

a) Identitas Madrasah

5) Nama Yayasan : Yayasan Ma’arif /SK/No 24/5/88/IV/93 6) Tahun Berdiri : 1976

7) Luas Tanah : 1.095 m2. 8) Nomor Akta : 9491

9) Status Tanah :Hak milik dan Sertifikat Sendiri

1

Dokumen MI Ma’arif Grabag I, Tanggal 10 Maret 2016

(60)

Madrasah Ibtidaiyah Ma’arif Grabag I terletak di kawasan kota kecamatan, berdampingan dengan kantor KKM Kecamatan Grabag, dekat dengan jalan raya Grabag – Magelang, TK PERWANIDA, MTSN Grabag. Letak yang strategis tersebut sangat mendukung proses belajar mengajar karena di jalan masuk Dusun Krajan. Madrasah Ibtidaiyah Ma’arif Grabag I dibatasi dengan:

a. Sebelah utara berbatasan dengan jalan raya dusun Krajan b. Sebelah selatan berbatasan dengan rumah Ibu Arwadi c. Sebelah timur berbatasan dengan rumah bapak H. Ismail

d. Sebelah barat berbatasan dengan jalan raya menuju taman rekreasi candi umbul.

2. Sejarah Berdirinya Madrasah

Menurut sejarahnya Madrasah Ibtidaiyah Ma’arif Grabag I ini

berdiri sejak tahun 1976. Secara historis, awal berdirinya MI Ma’arif

(61)

48

pertama14 siswa. Dengan berkembangnya waktu MI semakin banyak

muridnya, dan harus berstatus. Akhirnya sampai saat ini MI Ma’arif

Grabag I ikut pada yayasan Lembaga Pendidikan Ma’arif Nahdlatul

Ulama kecamatan Grabag.2

3.Visi dan Misi MI Ma’arif Grabag 1

a. Visi MI Ma’arif Grabag 1

Madrasah Ibtidaiyah Ma’arif Grabag 1 sebagai lembaga

pendidikan dasar berciri khas Islam perlu mempertimbangkan harapan murid, orang tua murid, lembaga pengguna lulusan madrasah dan masyarakat dalam merumuskan visinya. Madrasah

Ibtidaiyah Ma’arif Grabag 1 juga diharapkan merespon

perkembangan dan tantangan masa depan dalam ilmu pengetahuan dan teknologi, era informasi dan globalisasi yang sangat cepat. MI

Ma’arif Grabag 1 ingin mewujudkan harapan dan respon dalam

visi berikut :

TERWUJUDNYA MADRASAH YANG DAPAT MEMBENTUK GENERASI RELIGIUS, DISIPLIN DAN KREATIF

b. Misi MI Ma’arif Grabag 1

1.Menciptakan Lingkungan belajar yang religius

2. Menciptakan lingkungan belajar yang disiplin dan terintegrasi

2

Gambar

Gambar 1 Struktur Organisasi MI Ma’arif Grabag I Tahun 2014/2015
Tabel 3. 1. Jumlah kelas 1 – 6 dan jumlah siswa MI Ma’arif
Tabel 3. 3. Data jumlah guru
Tabel 3. 5. Struktur Kurikulum Madrasah Ibtidaiyah
+4

Referensi

Dokumen terkait

Selain peningkatan hasil belajar, penggunaan media realita juga mampu meningkatkan aktivitas siswa dalam mengikuti proses pembelajaran matematika materi bangun

Ruang lingkup permasalahan dibatasi pada penilaian konsumen mengenai bauran pemasaran ritel minimarket Alfamart Jalan Angkatan 45 Ilir Barat I, Palembang yaitu penilaian

arga miskin dengan dua orang anak. Anak yang tertua berusia tujuh tahun dan yang kecil masih dalam usia me- nyusul. Ayah kedua anak itu bekerja se- bagai

Berdasarkan analisis hasil penelitian yang diperoleh selama proses penelitian pada siklus I dan siklus II dengan menerapkan pendekatan pembelajaran Pembelajaran

4) Bulatkan media basah yang digunakan untuk menghasilkan catan.. 5) Berdasarkan Corak Karya Teknik Campuran berikut, labelkan teknik yang digunakan.

Sistem komunikasi TRDMA mempunyai syarat tertentu yaitu untuk link pada penerima harus mempunyai korelasi spasial yang kecil agar terhindar dari pengaruh Inter User

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penyebab menurunnya penerimaan pajak penerangan jalan di Kota Jambi periode 2001-2009 dan berapa besar efisiensi dan

Berdasarkan hasil dari pengolahan data dan analisis yang telah dilakukan berikut ini adalah saran-saran yang diharapkan dapat berguna untuk meningkatkan kualitas pelayanan di