• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengertian Manajemen Pembelajaran Ganda 1.Manajemen Pembelajaran Ganda

Bab IV Berisi hasil penelitian dan pembahasan. Bab ini terdiri dari analisis tentang manajemen pembelajaran ganda PAI yang memuat

LANDASAN TEORI

A. Pengertian Manajemen Pembelajaran Ganda 1.Manajemen Pembelajaran Ganda

Menurut kamus bahasa Indonesia, manajemen adalah proses penggunaan sumber daya secara efektif untuk mencapai sasaran.1 Sedang makna dari manajemen menurut Ricky W. Griffin dalam Maisah adalah seperangkat aktivitas yang meliputi: perencanaan dan pengambilan keputusan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan yang dilaksanakan langsung oleh sumber daya organisasi (manusia, uang, benda-benda fisik, dan informasi).2 Manajemen adalah Proses perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan dalam mengelola sumber daya yang berupa man, money, materials, method, machines, market, minute dan information untuk mencapai tujuan yang efektif dan efisien.3 Manajemen sering diartikan sebagai ilmu, kiat, dan profesi. Dikatakan sebagai ilmu karena manajemen dipandang sebagai suatu bidang pengetahuan yang secara sistematik berusaha memahami mengapa dan bagaimana orang bekerjasama. Dikatakan kiat karena manajemen mencapai sasaran melalui cara-cara dengan mengatur orang lain menjalankan tugas. Dipandang sebagai profesi karena manajemen dilandasi

1

Nur Azman, Kamus Standar Bahasa Indonesia, Bandung: Fokusmedia, 2013, 260.

2

Maisah, Manajemen Pendidikan, Ciputat: Gaung Persada Press Group, 2013,1. 3

(Pendidikanhttps://afidburhanuddin.wordpress.com/category/ manajemen-pendidikan/pembelajaran-inovatif/diakses 09-05-2015, 11.52)

keahlian khusus untuk mencapai suatu prestasi manajer, dan para professional dituntun oleh suatu kode etik.4

Manajemen yang dimaksud pengelolaan pembelajaran yang dilaksanakan dikedua madrasah yakni manajemen pembelajaran/ manajemen pendidikan. Makna pembelajaran ganda yang dimaksud dua pembelajaran yang dilaksanakan yaitu di MI dan MADIN. Untuk MI dilaksanakan pagi jam 07.15 sampai dengan 12.30 sedang MADIN dilaksanakan jam 13.00 sampai dengan 14.00 dengan materi Pendidikan Agama Islam. Pembelajaran merupakan proses interaksi antara peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran juga dapat diartikan sebagai interaksi antara guru (pengajar) dan murid (pembelajar), yaitu membicarakan suatu bahan atau melakukan suatu aktivitas guna mencapai tujuan yang dikehendaki.5 Strategi pembelajaran yang dikatakan tepat jika sesuai dengan kecenderungan kompetensi sebagai totalitas prestasi belajar yang akan dikembangkan, yakni apakah lebih bersifat kognitif, afektif atau psikomotorik.

Agar pembelajaran yang berkualitas dapat terwujud, maka diperlukan suasana pembelajaran yang memadai. Suasana pembelajaran

yang baik dapat digambarkan seperti “Suasana Surga”.Meminjam istilah “Rumahku adalah surgaku”, tempat kerjaku adalah surgaku, kampusku

adalah surgaku, sekolahku adalah surgaku. Suasana ini menyebabkan baik guru maupun murid merasa nyaman untuk belajar. Untuk mewujudkan

4

Nanang Fattah, Landasan Manajemen Pendidikan, Bandung: Rosda Karya, 2004, 1.

5

Haryanto Al Fandi, Desain Pembelajaran Yang Demokratis & Humanis, Yogyakarta: Ar Ruzz Media, 2011, 242.

suasana pembelajaran yang baik, setidaknya ada tiga indikator, yaitu menyenangkan atau membahagiakan, lingkungan kondusif (baik fisik dan non fisik), layanan dan penampilan prima.6

Pembelajaran dikondisikan agar mampu mendorong kreativitas anak secara keseluruhan, membuat siswa aktif, mencapai tujuan pembelajaran secara efektif dan berlangsung dalam kondisi menyenangkan. Oleh sebab itu pengajar harus berkeyakinan bahwa7:

a. Belajar adalah sangat penting dan sangat menyenangkan. b. Anak patut dihargai dan disayangi sebagai pribadi yang unik

c. Anak hendaknya menjadi pelajar yang aktif. Mereka perlu di dorong untuk membawa pengalaman, gagasan, minat, dan bahan mereka di kelas, mereka dimungkinkan untuk membicarakan bersama dengan guru tujuan bekerja/belajar setiap hari, dan perlu diberi otonomi dalam menentukan bagaimana tercapainya tujuan pembelajaran tersebut. d. Anak perlu merasa nyaman di kelas, dan dirangsang untuk selalu

belajar. Hendaknya tidak ada tekanan dan ketegangan.

e. Anak harus mempunyai rasa memiliki dan kebanggaan di dalam kelas. Hal ini dapat dilakukan misalnya dengan memajang prestasi karya mereka di kelas. Mereka perlu dilibatkan dalam merancang kegiatan belajar dan boleh membawa bahan-bahan dari rumah.

f. Guru merupakan nara sumber (fasilitator, mediator) bukan polisi atau dewa. Anak harus menghormati guru, tetapi merasa aman dan nyaman

6

Furqon, Hidayatullah,Guru Sejati Membangun Insan Berkarakter Kuat dan Cerdas, Surakarta: Yuma Pustaka, 2009, 155.

7

dekat dengan guru. Anak bukanlah robot, karena robot kecil tidak akan belajar, dan juga tidak kreatif.

g. Guru memang harus kompeten, tetapi tidak perlu sempurna.

h. Anak perlu merasa bebas untuk mendiskusikan masalah secara terbuka baik dengan guru maupun dengan teman sebaya. Ruang kelas adalah milik mereka dan mereka berbagi tanggung jawab untuk mengaturnya.

i. Kerja sama bernilai lebih daripada kompetisi, walau pada akhirnya mereka harus bertanggung jawab secara pribadi.

Ganda menurut Kamus Standar Bahasa Indonesia adalah berlipat dua berpasangan, berdampingan.8

2. Pendidikan Agama Islam

Pendidikan Agama Islam adalah setiap usaha yang dilakukan oleh umat untuk mengajarkan pengetahuan keislaman.9 Adapun PAI di Madrasah terdiri dari mata pelajaran Al-Qur’an Hadits, Fiqih, Akidah Akhlak, Sejarah Kebudayaan Islam, Bahasa Arab.

3. Prestasi Belajar Keagamaan

Prestasi adalah hasil yang telah dicapai (dari yang telah dilakukan, dikerjakan, dan sebagainya).10

8

Nur Azman, Kamus Standar Bahasa Indonesia, Bandung: Fokusmedia, 2013, 121.

9

Abdul Majid, Tantangan & Harapan Umat Islam di Era Globalisasi, Bandung: Pustaka Setia, 2000, 99.

10

Alya, Qonita, Kamus Bahasa Indonesia untuk Pendidikan Dasar, Bandung: PT

Crow and Crow dalam Educational Psychology dalam Lilik

Sriyanti belajar adalah perbuatan untuk memperoleh kebiasaan, ilmu pengetahuan, dan berbagai sikap, termasuk penemuan baru dalam

mengerjakan sesuatu, usaha memecahkan rintangan, dan menyesuaikan dengan situasi baru.11

Keagamaan adalah suatu fenomena sosial keagamaan yang mengatur hubungan manusia dengan Tuhan, manusia dengan manusia, manusia dengan alam sekitar sesuai dan sejalan dengan ajaran agama yang mencakup tata keimanan, tata kepribadian, dan tata kaidah atau norma yang menentukan tingkah laku yang diinginkan bagi suatu sistem yang ada kaitannya dengan lingkungan sekitar tanpa membedakan fungsi bagian-bagiannya.12

Oleh karena itu penanaman nilai-nilai agama adalah proses atau perbuatan menanamkan konsep penghargaan tertinggi yang diberikan masyarakat kepada beberapa masalah pokok dalam kehidupan keragaman yang bersifat suci menjadi pedoman tingkah laku keagamaan masyarakat. Ada tiga aspek yang harus diperhatikan dalam menetapkan tujuan penanaman nilai-nilai keagamaan kepada anak yaitu aspek usia, aspek fisik, dan aspek psikis anak. Rasa keagamaan dan nilai-nilai keagamaan akan tumbuh dan berkembang

seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan psikis maupun fisik anak. Perhatian anak terhadap nilai-nilai dan pemahaman agama

11

Sriyanti, Lilik, Psikologi Pendidikan, Yogyakarta: STAIN Salatiga Press, 2011, 16.

12

akan muncul manakala mereka sering melihat dan terlibat dalam upacara keagamaan, dekorasi dan keindahan rumah ibadah, rutinitas, ritual orang tua dan lingkungan sekitar ketika menjalankan peribadatan.

Dari beberapa pengertian di atas melalui manajemen pembelajaran ganda Pendidikan Agama Islam yang dilaksanakan di MI dan MADIN dengan harapan agar prestasi keagamaan dari lima mata pelajaran PAI yaitu Al- Qur’an Hadis, Aqidah akhlak, SKI, dan Bahasa Arab dapat mencapai di atas standar dan para siswa juga bisa berkompetensi di bidang keagamaan di wilayah Kementerian Agama.

Implementasi Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem PendidikanNasional dijabarkan ke dalam sejumlah peraturan antara lain Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikandan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013tentang Perubahan atas PP Nomor 19 tahun 2005 tersebut. Berdasarkan UU dan PP tersebut suatu satuan pendidikan harus menyusun dan mengembangkan kurikulum tingkat satuan

pendidikan berdasarkan panduan penyusunan kurikulum yang ditetapkan BSNP.

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan adalah kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing Satuan Pendidikan. KTSP jenjang pendidikan dasar dan menengah

dikembangkan oleh sekolah/madrasah berpedoman pada Standar Kompetensi Lulusan (SKL) dan Standar Isi, serta panduan penyusunan kurikulum yang dibuat oleh BSNP.

Pendidikan Diniyah merupakan pendidikan yang mempersiapkan peserta untuk dapat menjalankan peranan yang menuntut penguasaan penegetahuan khusus tentang ajaran agama Islam baik secara formal, non formal maupun informal13. Jenjang

pendidikan diniyah terdiri dari Pendidikan DiniyahTakmiliyah Ula setara dengan Madrasah Ibtidaiyah, SD; Pendidikan Diniyah Takmiliyah Wustha setara dengan Madrasah Tsanawiyah, SLTP;

Madrasah Diniyah Takmiliyah Ula setara dengan Madrasah Aliyah, SMU.14

Dimasa penjajahan, lembaga pengajaran dan pendidikan agama hampir ada di semua lingkungan masyarakat yang mayoritas

penduduknya beragama Islam dengan nama dan bentuk yang beragam, seperti pengajian, surau, rangkang, sekolah agama dan lain- lain. Namun secara umum materi- materi keagamaan tersebut meliputi akidah, ibadah, baca tulis al-Qur’an,dan bahasa Arab. Penyelenggaraandan pengelolaan pendidikan semacam ini

13

Kementerian Agama RI, Pedoman Administrasi Madrasah Diniyah, Jakarta,

2012, 41.

14

ditumbuhkembangkan oleh masyarakat dan untuk kepentingan

masyarakat itu sendiri15.

Keberhasilan suatu sistem pendidikan sangat di pengaruhi oleh perangkat kurikulum yang dilaksanakan oleh lembaga pendidikan tertentu. Pada kurikulum pendidikan nasional, yang masih terasa adanya pendikotomian dalam persoalan ilmu pengetahuan pada umumnya dan ilmu pengetahuan agama.

Di Indonesia telah terjadi dikotomi yang cukup mendasar dan meluas. Dikotomi tersebut terjadi dalam bentuk pemisahan kelembagaan pendidikan umum (nasional) dan lembaga keagamaan (Islam). Begitu juga telah terjadi pemisahan antara mata pelajaran umum dan mata pelajaran agama.

Upaya untuk menyelesaikan persoalan dikotomi bukannya tidak ada. Menurut Fazlur Rahman terdapat dua pola yang pernah dilakukan di berbagai negara muslim. Pertama, dengan menerima

pendidikan sekuler modern sebagaimana telah berkembang secara

umum di Barat dan mencoba untuk “mengislamkannya” dengan cara

mengisinya konsep-konsep tertentu dari Islam. Kedua, dengan cara

menggabungkan atau memadukan cabang-cabang pengetahuan modern dengan cabang-cabang pengetahuan keislaman tradisional yang diberikan secara bersama-sama di suatu lembaga pendidikan Islam.3 Pola pendidikan terpadu sebagaimana digambarkan oleh

15

Kementerian Agama RI, Pedoman Penyelenggaraan Madrasah DiniyahTakmiliyah, Jakarta, 2012, 2.

Fazlur Rahman di atas tampaknya hampir mirip dengan apa yang yang telah dilaksanakan pada pendidikan Islam di Indonesia.16

Dengan adanya gejala tersebut banyak di jumpai dari sejumlah out put pendidikan tidak seimbang tentang pemahaman mereka terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi dengan pemahaman mereka terhadap pemahaman iman dan taqwa sesuai dengan agama yang mereka anut.

Pendidikan keagamaan melalui Madrasah Diniyah Takmiliyah dimaksudkan untuk memberi tambahan dan pendalaman pengetahuan agama Islam bagi siswa pendidikan formal atau umum tingkat dasar dan menengah, lembaga ini tetap membuka diri bagi siapapun yang masih dalam usia pendidikan dasar dan menengah.

Dokumen terkait