PENINGKATAN HASIL BELAJAR AQIDAH AKHLAK MATERI IMAN KEPADA MALAIKAT MELALUI MODEL NUMBERED HEAD
TOGETHER PADA SISWA KELAS VII MTs MIR’ATUL MUSLIEMIEN NGAMBAKREJO KAB. GROBOGAN
TAHUN PELAJARAN 2016/1017
SKRIPSI
Diajukan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh : NELY KAMALIA
NIM : 111 13 227
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Setelahdikoreksidandiperbaiki, makaskripsi Saudara :
Nama : NELY KAMALIA
NIM : 111 13 227
Jurusan : Pendidikan Agama Islam
Fakultas : FakultasTarbiyah dan Ilmu Keguruan
Judul : PENINGKATAN HASIL BELAJAR AKHIDAH
AKHLAK MATERI IMAN KEPADA MALAIKAT
MEELALUI MODEL NUMBERED HEAD TOGETHER
PADA SISWA KELAS VII MTs MIR’ATUL
MUSLIMIEN NGAMBAKREJO KECAMATAN
TANGGUNG HARJO KABUPUPATEN GROBOGAN
TAHUN PELAJARAN 2016/2017
Telah kami setujui untuk dimunaqosahkan.
Salatiga, 11 September 2017
Pembimbing
SKRIPSI
PENINGKATAN HASIL BELAJAR AQIDAH AKHLAK MATERI IMAN KEPADA MALAIKAT MELALUI MODEL NUMBERED HEAD
TOGETHER PADA SISWA KELAS VII MTS MTs MIR’ATUL MUSLIMIEN, NGAMBAKREJO KECAMATAN TANGGUNG HARJO
KABABUPATEN GROBOGAN 2016/2017 Disusun oleh
NELY KAMALIA NIM : 11113227
Telah dipertahankan di depan Panitia dewan Penguji Skripsi Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga, pada tanggal 26 Sebtember 2017 dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan.
Susunan Panitia Penguji
Ketua Penguji : Dr. Winarno, S.Si, M.Pd : ………
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Nely Kamalia
NIM : 111-13-227
Jurusan : Pendidikan Agama Islam (PAI)
Fakultas : Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK)
Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benr-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan dari orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau di rujuk berdasarkan kode etik ilmiah dan naskah skripsi ini boleh untuk dipubliksikan.
Salatiga, 11 September 2017
Yang menyatakan
MOTTO
Allah tidak akan membiarkan masalah tanpa ada solusinya
Setiap takdir yang tergores tidak akan luput hikmah didalamnya
PERSEMBAHAN Skripsi ini penulis persembahkan kepada :
• Alm. Ayah saya ( Sunardi Aby Abdullah) dan ibu saya ( Masruroh) kakak
dan adik saya yang saya sayangi (Mirza Kamal dan Muhammad Adib Naufal)
beserta kluarga besarku (Agus Mulyono, Khoirul Anam,Sulistyani) taklupa kakek
dan nenek saya, karena mereka semualah yang selalu memberikan kasih sayang ,
semangat, do’a, dukungan moral maupun materi untuk kesuksesnku.
• Sahabat saya Luthfi hanifah,Nurul Aini Ellok Fadida,Inna Lailla, Aisyah
Setya Ningrum, Landia, Neni,Nurul,Mila madatul Chusna,Eko Budiyono
• Dan tak lupa teman-tema saya seperjuangan khususnya rekan-rekan PAI
angkatan 2013.
• Pembimbing saya Drs.Ahmad Sultoni, Mpd.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat Rahmat
dan Karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Shalawat
beserta salam semoga senantiasa terlimpah curahkan kepada Nabi Muhammad
SAW, kepada keluarganya, para sahabatnya, hingga kepada umatnya hingga akhir
zaman, amin,
Penulisan skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat
Memperoleh gelar Sarjana pada Program Pendidikan Agama Islam Fakultas
Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Judul
yang penulis ajukan adalah “PENNGKATAN HASIL BELAJAR AQIDAH
AKHLAK MATERI IMAN KEPADA MALAIKAT MELALUI MODEL
NUMBERED HEAD TOGETHER MTs MIR’ATUL MUSLIMIEN
NGAMBAKREJO KAB. GROBOGAN Tahun Pelajaran 2016/2017”.
Dalam penyusunan dan penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan,
bimbingan serta dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan
ini penulis dengan senang hati menyampaika terima kasih kepada yang terhormat:
1. Bapak DR. H. Rahmat Hariyadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga.
2. Bapak Suwardi, M.Pd., selaku Dekan IAIN Salatiga.
3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag selaku ketua jurusan Pendididkan Agama Islam
IAIN Salatiga.
4. Bapak Drs.Ahmad Sultoni,M.Pd. selaku pembimbing yang selalu bijaksana
memberikan bimbingan, nasehat serta waktunya selama penelitian dan
5. Staf Dosen PAI IAIN Salatiga yang telah membekali penulis dengan bebagai
ilmu selama mengikuti perkuliahan sampai akhir penulisan skripsi.
6. Bapak Dr. Abdul Mujib,M.Pd.I, selaku Kepala sekolah MTs. Mir’atul
Muslimien, Ngambakrejo yang telah memberikan kesempatan dan waktu
untuk melaksanakan penelitian.
7. Bapak Ustadzi S.Pd.I selaku wali kelas di kelas VII MTs. Mir’atul Muslimien,
Ngambakrejo yang telah membantu dalam penelitian.
8. Guru - guru MTs. Mir’atul Muslimien, Ngambakrejo yang telah memberikan
dukungan partisipasinya selama penulis menyelesaikan skripsi sehingga
penulisan skripsi ini berjalan dengan lancar.
9. Para siswa kelas VII MTs. Mir’atul Muslimien, Ngamabakrejo yang telah
mendukung dan membantu dalam melakukan penelitian.
10.Sahabat-sahabatku tercinta yang telah banyak memberikan dorongan,
semangat, dan kasih sayang demi lancarnya penyusunan skripsi ini.
11.Teman-teman seperjuangan PAI 2013, yang selama ini telah berjuang
bersama.
12.Semua pihak yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini.
Semoga Allah SWT memberikan balasan yang berlipat ganda kepada
semuanya. Demi perbaikan selanjutnya, saran dan kritik yang membangun akan
serahkan segalanya mudah-mudahan dapat bermanfaat khususnya bagi penulis
umumnya bagi kita semua.
Salatiga, 25 Agustus 2016
ABSTRAK
Kamalia Nely. 2017. Peningkatan prestasi Belajar Aqidah Akhlak materi iman Kepada Malaikat melalui model Numbered Head Together Pada Siswa
Kelas VII MTs Mir’atul Muslimien Ngambakrejo kecamatan Tanggungharjo
kabupaten Grobogan 2016/2017. Skripsi Jurusan Pendidikan Agama Islam. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing : Drs. Amad Sultoni, M.Pd.
Kata Kunci : Metode pembelajaran Numbered Head Together. Hasil Belajar dan Aqidah Akhlak.
Penelitian ini di latar belakangi oleh rendahnya hasil belajar siswa kelas VII MTs mir’atul Muslimien Ngambakrejo mata pelajaran Aqidah Akhlak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : Adakah peningkatan prestasi belajar peserta didik pada pembelajaran Aqidah Akhlak materi Iman Kepada Malaikat melalui model Numbered Head Together di MTs Mir’atul Muslimien Ngambakrejo Tahun Pelajaran 2016/2017.
Dengan model ini mempermudah mudah guru untuk merangsang keaktivan peserta didik melalui pemberian tugas atau pertanyaan yang dikerjakan oleh peserta didik secara bersama-sama dalam kelompok kecil. Guru juga mudah memantau aktivitas peserta didik sehingga tingkat kesukaran dan permasalahan yang dihadapi oleh peserta didik dapat diketahui dan dicarikan solusinya oleh guru.
Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa model pembelajaran Numbered
Head Together dapat meningkatkan. Dapat dilihat dari hasil analisis data mulai
dari pra siklus dengan rata-rata 33.93 dengan presentasi 58.06%. Pada siklus I dengan rata-rata 77.41 dengan presentase 75.16% dan siklus II meningkat menjadi rata-rata 86.77% dengan presentase 100%. Maka dengan demikian dapat di ambil
kesimpulan bahwa penerapan model Numbered Head Together dapat
DAFTAR ISI
SAMPUL ... i
LEMBAR BERLOGO ... ii
JUDUL ... iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iv
PENGESAHAN KELULUSAN ... v
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... vi
MOTTO ... vii
PERSEBAHAN ……….. viii
KATA PENGANTAR ... ix
ABSTRAK ... xii
DAFTRA ISI ... xiii
DAFTAR TABEL ... xvi
DAFTAR GAMBAR ... xvii
DAFTAR LAMPIRAN ... xviii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 7
C. Tujuan Penelitian ... 7
D. Hipotesis Penelitian ... 7
E. Manfaat Penelitian ... 7
F. Definisi Operasional ... 7
1. Rancangan Penelitian ... 10
2. Lokasi Penelitian ……… 11
3. Subjek Penelitian ... 11
4. Langkah-langkah Penelitian ... 11
5. Instruktur Penelitian ... 16
6. Indikator Keberhasilan Siswa ... 17
7. Teknik Pengumpulan Data ... 18
8. Analisis Data ... 18
H. Sistematika Penulisan ... 20
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hasil Belajar ... 22
1. Pengertian Prestasi Belajar ... 22
2. Faktor - faktor Yang Mempengarui Belajar ... 21
3. Pengertian Hasil Belajar ... 22
B. Pembelajaran Aqidah Akhlak ... 23
1. Pengertian Aqidah Akhlak ... 23
2. Tujuan Pembelajaran Aqidah Akhlak ... 25
C. Model Pembelajaran Numbered Head Together ... 26
1. Pengertian Model Numbered Head Together ………… .26
2. Tujuan Model Numbered Head Together……… 29
3. Kelebihan Model Numbered Head Together………….. 31
4. Kekurangan Numbered head Together……… 32
D. Krangka Berfikir ……….. 34
BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN A. Gambaran UmumMTs Mir’atul Muslimien Ngambakrejo .... 37
B. Setitng Pelaksanaan Penelitian ... 44
C. Pelaksanaan Penelitian ………... 46
1. Siklus I ... 48
2. Siklus II ... 50
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Analisis Data persiklus ... 56
1. Analis Data Persiklus ………. 56
2. Analisis Data Siklus I……….. 59
3. Analisis Data Siklus II ……… 65
B. Analisis Data Akhir ... . 71
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 75
B. Saran ... 76
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Data Guru dan Karyawan MTs Mir’atui Muslimien ... 40
Tabel 3.2 Data Koleksi perpustakaan... 41
Tabel 3.3 Data Alat Peraga dan Pembelajaran ... 41
Tabel 3.4 Data Media Pebelajaran ... 42
Tabel 3.5 Data Perabotan Sekolah ... 42
Tabel 3.6 Data Prasarana Sekolah ... 43
Tabel 3.7 Data Ruaang Pokok Sekolah ... 43
Tabel 3.8 Data Ruang Penunjang Sekolah ... 43
Tabel 3.9 Data Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah ... 44
Tabel 3.10 Data Kerjasama Sekolah ... 44
Tabel 3.11 Data nama siswa ... 45
Tabel 4.1 Nilai Pra Siklus ... 57
Tabel 4.2 Rekap Pra Siklus ... 58
Tabel 4.3 Hasil Tes Formatif Siklus I ... 60
Tabel 4.4 Rekapitulasi Ketuntasan Siswa Siklus I ………. 61
Tabel 4.5 Lembar Pengamatan Guru siklus I ..……… 62
Table 4.6 Hasil Pengamatan Siswa siklus I ……….. 63
Table 4.7 Hasil Tes Formatif Siklus II ………. 66
Table 4.8 Rekapitulasi Ketuntasan Siswa Siklus II ………. 67
Table 4.9 Hasil Pengamatan Guru Siklus II ………. 69
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I
Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II
Lampiran 3 Lembar Pre-Test Siklus I
Lampiran 4 Lembar Post-Test Siklus I
Lampiran 5 Lembar Pre-Test Siklus II
Lampiran 6 Lembar Post-Test Siklus II
Lampiran 7 Dokumentasi Hasil Test Formatif Siklus I
Lampiran 8 Dokumentasi Hasil Test Formatif Siklus II
Lampiran 9 Dokumentasi Rekapitulasi Nilai Siswa Per Siklus
Lampiran 10 Dokumentasi Gambar Kegiatan Siklus I
Lampiran 11 Dokumentasi Gambar Kegiatan Siklus II
Lampiran 12 Lembar Pengamatan Guru Pada Siklus I
Lampiran 13 Lembar Pengamatan Guru Pada Siklus II
Lampiran 14 Lembar Pengamatan Siswa Pada Siklus I
Lampiran 15 Lembar Pengamatan Siswa Pada Siklus II
Lampiran 16 Silabus
Lampiran 27 Surat Nota Pembimbing
Lampiran 28 Surat Permohonan Izin Penelitian MTs. Miratul Muslimien
Lampiran 29 Surat Bukti penelitian MTs Mir’atul Muslimien
Lampiran 30 Lembar Konsultasi Pembimbing
BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah
Pembelajaran merupakan langkah utama untuk meningkatkan kualitas
manusia karena semakin tinggi pendidikan yang telah didapatkan maka
manusia akan semakin tinggi pula derajat yang ia dapat. Manusia
membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Sebab pendidikan merupakan
suatu usaha agar manusia dapat mengembangkan potensi dirinya melalui
proses pembelajaran. Pembelajaran pada hakekatnya adalah interaksi antara
peserta didik dengan lingkungannya sehingga terjadi perubahan ke arah yang
lebih baik. Pembelajaran terkait dengan bagaimana membelajarkan siswa atau
bagaimana siswa dapat belajar dengan mudah dengan dorongan dan
kemauannya sendiri untuk mempelajari apa yang teraktualisasikan dalam
kurikulum sebagai kebutuhan peserta didik (Ismail.2008: 10).
Pembelajaran merupakan suatu proses yang kompleks dan melibatkan
berbagai aspek yang saling berkaitan. Oleh karena itu untuk menciptakan
pembelajaran yang kreatif, dan menyenangkan, diperlukan keterampilan. Di
antaranya adalah “keterampilan membelajarkan dan keterampilan mengaja“
(Mulyasa, 2005: 69).
Model sebagai salah satu komponen yang utama harus dipenuhi dalam
proses belajar mengajar. Sebagai upaya perbaikan hasil belajar peserta didik
untuk materi pelajaran terutama pelajaran pada Aqidah Akhlak. Guru perlu
mengenal beraneka macam model pembelajaran yang ada, agar dapat
melakukan model pembelajaran yang sesuai dengan tujuan yang diharapkan
dari pelajar tersebut.
Selama ini metode ceramah masih dominan digunakan para pendidik
dalam menyampaikan materi pelajaran, dan juga adanya ketidak aktifan peserta
didik dalam mengikuti pelajaran terutama mata pelajaran Aqidah Akhlak.
Peserta didik hanya sekedar mengikuti pelajaran Akidak Akhlak yang
diajarkan guru di dalam kelas, hanya dengan mendengar ceramah dan
mengerjakan soal yang diberikan oleh guru tanpa adanya respon, kritik dan
pertanyaan peserta didik kepada guru sebagai feed back.
Tantangan yang dihadapi dalam pendidikan agama Islam khususnya
Aqidah Akhlak adalah bagaimana mengimplementasikannya, bukan hanya
mengajarkan pengetahuan tentang agama akan tetapi bagaimana mengarahkan
peserta didik agar memiliki kualitas iman, taqwa dan akhlak mulia. Dengan
demikian materi Aqidah Akhlak bukan hanya mengajarkan pengetahuan
tentang agama akan tetapi bagaimana membentuk kepribadian peserta didik
agar memiliki keimanan dan ketakwaan yang kuat dalam kehidupannya yang
senantiasa dihiasi dengan akhlak yang mulia di manapun mereka berada, dan
dalam posisi apapun mereka bekerja (Djamaludin, 2006: 80).
Untuk mengatasi permasalahan di atas dibutuhkan proses pembelajaran
yang tepat. Salah satu kesulitan peserta didik dalam mengikuti pembelajaran
mendapat perhatian anak didik, mungkin saja bisa di sebabkan dalam
pembelajaran Aqidah Akhlak karena terlalu monoton. Sehingga terkesan
memaksa, bahkan tersedianya perangkat pembelajaran yang kurang atau ada
tetapi belum difungsikan dengan baik dan benar.
Metodologi mengajar dalam dunia pendidikan sangat perlu dimiliki oleh
pendidik, karena keberhasilan kegiatan belajar mengajar (KBM) bergantung
pada model yang digunakan oleh gurunya. Jika model mengajar guru enak dan
enjoy, maka peserta didik akan tekun, rajin, dan antusias menerima pelajaran
yang diberikan, sehingga diharapkan akan terjadi perubahan tingkah laku pada
peserta didik baik tutur katanya, sopan santunnya, motoriknya dan gaya
hidupnya. Salah satu model yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran
Aqidah Akhlak adalah dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif
yang merupakan strategi pembelajaran yang menuntut keaktifan peserta didik
dalam kelompok dan memungkinkan peserta didik saling membantu dalam
memahami konsep, memeriksa dan memperbaiki jawaban teman sebagai
masukan serta kegiatan lain yang bertujuan untuk mencapai hasil belajar yang
lebih optimal.
Pembelajaran kooperatif mengupayakan peserta didik mampu
mengajarkan sesuatu kepada peserta didik lainnya, mengajar teman sebaya,
memberikan kesempatan pada peserta didik untuk mempelajari sesuatu dengan
baik dan pada waktu bersamaan, peserta didik menjadi nara sumber bagi
peserta didik lain. Pembelajaran kooperatif berbeda dengan metode diskusi
kelompok kecil, peserta didik belajar dan bekerja sama untuk mencapai tujuan
yang optimal. Pembelajaran kooperatif memiliki dampak yang positif terhadap
peserta didik yang rendah hasil belajarnya, karena peserta didik yang rendah
hasil belajarnya dapat meningkatkan motivasi, hasil belajar dan penyimpanan
materi pelajaran yang lebih lama (Masnur, 2007: 22).
Salah satu cara terbaik untuk meningkatkan belajar aktif adalah dengan
memberikan tugas belajar yang dilakukan dalam kelompok kecil peserta didik
dan keragaman pendapat, pengetahuan, serta ketrampilan mereka akan
membantu menjadikan belajar bersama sebagai bagian berharga dari iklim
belajar di kelas. karena hal yang demikian itu bisa mewujudkan dan
meningkatkan rasa percaya diri peserta didik yang memiliki kemampuan
rendah, menciptakan kebersamaan serta dapat saling melengkapi dengan
demikian maka tujuan dari pembelajaran akan tercapai.
Bermacam-macam model pembelajaran dapat digunakan oleh guru dan
masing-masing metode pembelajaran ada kelemahan dan keuntungannya.
Tugas guru ialah memilih metode pembelajaran yang tepat untuk menciptakan
proses belajar mengajar.
Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan dalam proses
belajar mengajar Aqidah Akhlak adalah dengan menerapkan model
pembelajaran Numbered Head Together. Numbered Head Together atau penomoran berpikir bersama adalah merupakan jenis pembelajaran kooperatif
yang dirancang untuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling
pembelajaran Numbered Head Together pertama kali dikembangkan oleh Spencer Kagan pada 1992. Metode ini juga dapat mendorong siswa untuk
meningkatkan kerja sama antar siswa (Lie, 2004: 59).
Peneliti memilih model pembelajaran ini karena mempunyai
keunggulan di antaranya melibatkan peserta didik dalam mereview bahan yang
tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek atau memeriksa pemahaman
mereka mengenai isi pelajaran tersebut, meningkatkan keyakinan ide atau
gagasan sendiri, meningkatkan kesediaan menggunakan ide orang lain yang
dirasakan lebih baik, mengembangkan kesadaran bertanggung jawab dan saling
menjaga perasaan juga meningkatkan pandangan peserta didik terhadap guru
yang bukan hanya pengajar tetapi juga pendidik.
Peserta didik yang aktif akan terlibat kesungguhannya dalam belajar
dan seorang peserta didik semakin mampu mempersiapkan sesuatu dengan
sungguh-sungguh dan teliti. Makin mampu memberikan keterangan yang
masuk akal, berarti ia makin mampu belajar dari kerja kelompok tersebut.
Memberikan keterangan yang bagus dan masuk akal pada anggota yang lain
lebih penting dibandingkan dengan hanya menerima keterangan dari orang
lain, dengan memberikan keterangan yang benar berarti ia belajar.
Maka dalam penelitian ini penulis selain meneliti prestasi belajar juga
aktivitas belajar peserta didik, karena keduanya saling keterkaitan. Aktivitas
belajar peserta didik yang dimaksudkan dalam penelitian tindakan kelas ini
adalah keterlibatan dalam proses belajar mengajar (tatap muka). Keaktifan
menjawab pertanyaan guru, menanggapi permasalahan maupun materi yang
diajarkan, mencari/melengkapi contoh yang mutakhir (up to date).
Baik merespon guru maupun sesama peserta didik yang lain. Suasana
pembelajaran yang dinamis akan terlihat apabila antar anggota dalam satu
kelompok saling mengemukakan paparan dan argumennya secara teratur.
Penelitian tindakan kelas ini peneliti terapkan di MTs MIR’ATUL
MUSLIEMIEN Ngambakrejo Tahun Pelajaran 2016/2017.
Berdasarkan pengamatan awal terhadap proses belajar mengajar dan
hasil prestasi belajar Aqidah Akhlak Kelas VII, ditemukan beberapa
permasalahan, diantaranya: pertama, model pembelajarannya masih satu arah
(ceramah) belum bervariasi sehingga pelajaran yang seharusnya dikuasai
dengan baik oleh peserta didik hasilnya kurang optimal. Kedua, aktivitas
belajar peserta didik juga masih rendah dan peserta didik cendeurng pasif.
Maka hal ini disebabkan karena peserta didik tidak merasa dilibatkan dalam
kegiatan belajar mengajar.
Sehubungan dengan latar belakang tersebut maka penulis mencoba
mengangkat skripsi dengan judul “PENINGKATKAN HASIL BELAJAR
PADA PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK MATERI IMAN KEPADA
MALAIKAT MELALUI MODEL NUMBER HEAD TOGETHER PADA
SISWA KELAS VII MTs MIR’ATUL MUSLIMIEN NGAMBAK REJO
B.Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat diajukan rumusan
masalah sebagai berikut : Apakah penerapan model Numbered Head Together
dapat meningkatkan hasil belajar Aqidah Akhlak siswa kelas VII
Ngambakrejo, kabupaten Grobogan tahun pelajaran 2016/2017.
C.Tujuan Penelitian
Berdasarkan pokok permasalahan di atas, maka tujuan yang ingin di
capai penulis dalam peneliti ini adalah untuk mengetahui penerapan model
Numbered Head Together dapat meningkatkan hasil belajar Aqidah Akhlak
siswa kelas VII Ngambakrejo, kab. Grobogan tahun pelajaran 2016/2017.
D.Hipotesis Tindakan
Hipotesis tindakan peneliti ini adalah melalui model Numbered Head
Together dapat meningkatkan hasil belajar Aqidah Akhlak siswa kelas VII
Ngambakrejo, Kab. Grobogan tahun pelajaran 2016/2017.
E.Manfaat Penelitian
Pelaksanaan penelitian kelas ini diharapkan akan memberikan beberapa
manfaat antara lain:
1. Bagi peserta didik, penerapan model pembelajaranNumbered Head Together
dapat berbagi pengalaman juga memecahkan permasalahan secara
bersama-sama, selain dengan guru.
2. Bagi guru, akan membantu permasalahan pendidikan yang dihadapi dan
mendapat tambahan wawasan, penerapan model Numbered Head Together
dilakukan oleh para guru di sekolah. Karena itu, hasil penelitian ini dapat
memberikan pengalaman secara langsung pada guru-guru yang terlibat
dalam memperoleh pengalaman baru untuk menerapkan metode yang lebih
inovatif dalam pembelajaran Aqidah Akhlak sera dapat di gunakan untuk
meningkatkan mutunya.
3. Bagi sekolah, hasil penelitian ini dapat memberikan pengalaman pada
guru-guru lain sehingga memperoleh pengalaman baru yaitu penerapan model
pembelajaran Numbered Head Together dalam meningkatkan prestasi belajar dan aktivitas belajar peserta didik.
4. Bagi peneliti akan bertambah wawasan dan pengetahuannya.
F. Definisi Operasional
Untuk menghindari kemungkinan terjadinya penafsiran yang berbeda
dengan maksud utama penulis dalam penggunaan kata pada judul penelitian
ini, perlu penjelasan beberapa istilah pokok maupun kata kata yang menjadi
variable penelitian.
1. Prestasi Belajar Aqidah Akhlak
Ada beberapa pengertian tentang prestasi belajar, menurut beberapa
pendapat ahli diantaranya:
a. Menurut Kamus Besar Bahasa Idonesia Hasil belajar (Balai
Pustaka.1994:787) adalah penguasaan pengetahuan atau ketrampilan
yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan
b. Menurut Bloom (1971:7) hasil belajar merupakan hasil perubahan
tingkah laku yang meliputi tiga ranah yaitu: kognitif, afektif, dan
psikomotor.
c. Hasil belajar adalah suatu kemampuan aktual yang dapat diukur secara
langsung dengan tes. Prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh
disekolah dan di luar sekolah yang diperoleh anak-anak berupa nilai
mata pelajaran (Sunartana, 1997:55).
d. Sedangkan menurut Nurkencana (1986:62) hasil belajar adalah hasil
yang telah dicapai atau diperoleh anak berupa nilai mata pelajaran.
Ditambahkan bahwa hasil belajar merupakan perubahan dalam diri
individu sebagai hasil dari aktivitas dalam belajar.
Berdasarkan definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa hasil
belajar adalah hasil atau taraf kemampuan yang telah dicapai siswa setelah
mengikuti proses belajar mengajar dalam waktu tertentu baik berupa
perubahan tingkah laku, keterampilan dan pengetahuan dan kemudian akan
diukur dan dinilai yang kemudian diwujudkan dalam angka atau pernyataan.
2. Model Pembelajaran Numbered Head Together
Model pembelajaran Numbered Head Together adalah pembelajaran yang diawali dengan numbering (penomoran), mengajukan pertanyaan, berpikir bersama (berdiskusi), dan menjawab pertanyaan (Suprijono, 2010:
92).
memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk saling berkomunikasi
secara aktif dalam menyelesaikan tugas-tugas mereka. Seperti yang
dikemukakan oleh Lie “model pembelajaran ini memberikan kesempatan
kepada peserta didik untuk memberikan ide-ide dan mempertimbangkan
jawaban yang paling tepat” (Lie, 2002: 59).
Dari definisi-definisi di atas dapat dipahami bahwa yang dimaksud
judul dalam penelitian ini adalah upaya yang dilakukan guru dalam rangka
meningkatkan hasil belajar peserta didik pada pembelajaran Aqidah Akhlak
di kelas VII Ngambakrejo tahun pelajaran 2016/2017 melalui implementasi
model pembelajaran Numbered Head Together secara sistematis dan terprogram.
G. Metode Penelitian 1. Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian ini dengan mengunakan model Penelitian
Tindakan Kelas (PTK), Karena model penelitian ini adalah penelitian yang
dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri, yang
bertujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga proses
pembelajaran dapat berjalan dengan baik dan hasil belajar siswa meningkat
(Uno, dkk: 2012: 41).
Penelitian tersebut dilakukan dalam rangka meningkatkan hasil
belajarAqidah Ahlak materi iman kepda malaikat dengan metode Number
Head Together di kelas VII MTs Miratul Muslimien, Ngambakrejo, Tahun
2. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di MTs Miratul Muslimien, Ngambakrejo,
Tahun Pelajaran 2016/2017.
3. Subyek Penelitian dan Kolabolator
Penelitian Tindakan Kelas ini dilakukan di kelas VII B MTs Miratul
Musliemien Ngambakrejo dengan jumlah siswa 31 anak, yang terdiri dari
14 siswa laki-laki dan 17 siswa perempuan. Penelitian ini dilakukan pada
semester genap Tahun Pelajaran 2016/2017. Kolabulator adalah seorang
guru atau pendidik yang mengajar pada kelas VII B MTs Miratul
Musliemien Ngambak Rejo yaitu Bpk Ustadzi, S.PdI.
4. Langkah-langkah atau siklus penelitian
Dalam pelaksanaan siklus diawali dari siklus I, apabila belum berhasil
Gambar 1.1
Tahapan-tahapan Pelaksanaan PTK menurut Arikunto (2006: 16)
a. Perencanaan
Langkah pertama adalah melakukan perencanaan secara matang
dan teliti. Dalam perencanaan PTK terdapat tiga kegiatan dasar, yaitu
identifikasi masalah, merumuskan masalah, dan pemecahan
masalah.Pada masing-masing kegiatan, terdapat sub-sub kegiatan yang
sebaiknya dilaksanakan untuk sempurnya tahap perencanaan.
Rancangan yang dilakukan adalah:
1) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran.
2) Menyiapkan materi Aqidah Akhlak materi iman kepada malaikat.
3) Merencanakan tindakan dengan ilustrasi PTK anatara Guru dan
Peneliti sebagai mitra kolaboratif, dengan menerapkan model
pembelajaran Numbered Head Together pada mata pelajaran Aqidah Akhlak.
5) Membagi peserta didik ke dalam beberapa kelompok yang terdiri
dari 5 anggota dan tiap anggota diberi nomor 1-5 sesuai jumlah
anggotanya.
6) Membuat lembar soal pretest untuk mengetahui daya serap siswa
dalam pembelajaran.
7) Membuat lembar soal ulangan atau posttest untuk mengetahui hasil
belajar setelah melakukan penilaian.
b. Pelaksanaan
Tahap kedua dari PTK adalah pelaksanaa. Pelaksanaan adalah
menerapkan apa yang telah direncanakan pada tahap satu, yaitu
bertindak di kelas. Hendaknya perlu di ingat bahwa pada tahap ini,
tindakan harus sesuai dengan rencana, tetapi harus terkesan alamiah
tanpa di rekayasa. Hal ini akan berpengaruh dalam proses refleksi pada
tahap empat nanti agar hasilnya dapat di sinkronkan dengan maksud
semula. Ttindakan yang dilakukan peneliti adalah pelaksanaan
pembelajaran Aqidah Akhlak materi iman kepada malikat model
Numbered Head Together. Tindakan ini dilaksanakan dengan tiga tahap
yaitu tahap pendahuluan, tahap inti, dan tahap penutup.
c. Observasi
Tahap ketiga PTK adalah pengamatan (observasing). Supardi
dalam bukunya Suyadi (2010: 63) bahwa yang dimaksud pada tahap III
adalah pengumpulan data. Dengan kata lain, observasi adalah alat untuk
observasi ini dilakukan selama proses belajar mengajar, untuk
mengetahui aktivitas belajar siswa selama pembelajaran Aqidah
Akhlak. Selama proses belajar mengajar berlangsung, peneliti
melakukan pengamatan terhadap kegiatan siswa dalam pembelajaran
menggunakan lembar observasi. Adapun aspek pengamatan yang
diamati adalah aspek keaktifan siswa, perhatian siswa, kedisiplinan
siswa dan penugasan siswa.
d. Refleksi
Refleksi adalah kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang
telah dilakukan. Refleksi sering disebut dengan istilah memantul.
Dalam hal ini, peneliti seolah memantulkan pengalamannya, baik
kelemahan dan kekurangannya.
Refleks di laksanakan setelah tindakan berakhir, yaitu diakhir
proses pembelajaran. Sebelumnya, guru melakukan analisis mengenai
hasil tes dan observasi. Hasil analisis tersebut di gunakan untuk
mengetahui hasil belajar hasil belajar siswa dalam pembelajaran
tersebut. Berdasarkan analis data-data yang diperoleh, dilakukan
refleksi terhadap pembelajaran. Jika ada kelebihan dalam pembelajaran
maka kelebihan tersebut harus dipertahankan dan jika permasalahan
selama pembelajaran haruslah dicarikan pemecahannya. Permasalahan
tersebut dianalisa dan dilakukan perbaikan pada siklus berikutnya.
Disamping hal tersebut hasil belajar siswa belum mencapai target atau
siswa masih ada yang belum menunjukkan sikap positif. Hal ini terbukti
dengan adanya siswa yang masih bermain-main dan berbicara sendiri
saat melakukan strategi Numbered Head Together. Setelah melakukan tahapan-tahapan pembelajaran pada siklus penelitian, maka akan
diketahui beberapa hal yang berkaitan dengan perubahan aktifitas
belajar siswa selama pembelajaran, yaitu tentang peningkatan belajar
Akhidah Akhlaq materi iman kepada malaikat dengan metode
Numbered Head Together.
5. Instrumen Penelitian
Dalam intrumen penelitian berisikan alat yang digunakan untuk
mengambil data penelitian, misalkan dari:
a. Lembar Observasi
Lembar observasi berupa lembar data yang digunakan untuk
mencatat kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan. Dengan lembar
observasi dapat diketahui kendala-kendala dan kekurangan yang
dihadapi dalam kegiatan pembelajaran.
b. Soal tes
Berupa sejumlah soal test yang digunakan untuk mengukur
presentasi belajar siswa. Selain itu juga digunakan untuk mengukur
sejauh mana kemampuan siswa mendalami materi yang dipelajari dan
untuk mengetahui kemajuan belajar siswa. Soal test digunakan saat
c. Dokumentasi
Untuk melihat nilai Aqidah Akhlak sebelum penerapan penelitian
tindakan kelas, peneliti dapat mengetahui data-data dan informasi yang
terkait dengan siswa sebagai pendukung penelitian. Dokumentasi juga
menggambarkan situasi saat pembelajaran berlangsung.
6. Indikator Keberhasilan Siswa
Indikator yang digunakan untuk mengukur peningkatan hasil belajar
siswa adalah peningkatan hasil belajar siswa baik secara individual maupun
klasikal serta ketuntasan belajar siswa. Secara klasikal keberhasilan 85%
sedangkan untuk nilai KKM 70 .
7. Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini
antara lain:
a. Tes
Tes adalah seperangkat rangsangan yang diberikan kepada
seseorang dengan maksud untuk medapatkan jawaban yang dapat
dijadikan dasar bagi penetapan skor angka. Pengukuran tes hasil belajar
ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui hasil belajar siswa
b. Pengamatan/observasi
Dipandu dengan lembar pengamatan yang dilakukan langsung oleh
peneliti untuk memperoleh data penelitian, aktifitas siswa dan data
c. Dokumentasi
Untuk melihat nilai Aqidah Akhlak sebelum penerapan penelitian
tindakan kelas, sehingga dapat mengelompokkan siswa menjadi tiga
kelompok yaitu tinggi, sedang, rendah.
8. Teknik Analisis Data
Untuk menganalisis tingkat keberhasilan atau persentase keberhasilan
siswa setelah proses belajar mengajar setiap putarannya dilakukan dengan
cara memberikan evaluasi berupa soal tes tertulis pada setiap akhir putaran
dan melakukan pengematan terhadap aktivitas belajar siswa. Sehingga data
yang diperoleh dari penelitian tindakan ini berupa data kuantitatif dan
kualitatif yang kemudian diolah dengan menggunakan teknik pengolahan
hasil test dan hasil observasi. Analisis dimulai dengan menganalisis data
persiklus dan analisis antar siklus.
Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
pengolahan hasil test yang akan dirinci dari data mentah yang diperoleh
dari hasil test (pre-test dan post-test) kemudian diolah melalui cara
penyekoran, menilai setiap siswa, menghitung nilai rata-rata kemampuan
siswa untuk mengetahui gambaran yang jelas mengenai hasil belajar dalam
memahami pelajaran Akidah Akhlak. Untuk menghitung nilai dan rata-rata
nilai siswa rumus yang digunakan sebagai berikut:
M =
Keterangan:
Σ X = Jumlah semua nilai siswa
N = Jumlah siswa
Nilai yang diperoleh siswa pada saat melaksanakan post-test
kemudian dikonversikan terhadap KKM yang dibuat guru untuk
menentukan bahwa siswa tersebut mencapai kriteria tuntas atau belum.
Sedangkan untuk menentukan ketercapaian hasil belajar semua siswa
dalam satu kelas dihitung dengan cara mencari rat-rata skor siswa dengan
rumus berikut:
P = 100%
Keterangan:
P = Nilai dalam persen
F = Frekuensi
N = Jumlah keseluruhan (Djamarah,2006: 225-226).
Setelah hasil belajar Aqidah Akhlak materi jenis-jenis pekerjaan
melalui metode Numbered Head Together dianalisis secara kuantitatif yakni dengan memberikan angka/nilai yang kemudian dideskripsikan
menggunakan teknik deskripsi persentase dimana analisis data hasil
perhitungan mulai dari siklus pertama sampai terakhir dipakai sebagai
acuan penelitian (Muslich, 2007: 36).
H.Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut, bagian inti, bagian
akhir. Pada bagian awal terdiri dari: Halaman Judul, Persetujuan Pembimbing,
Kata Pengantar, Abstrak, Daftar Isi, dan Daftar Tabel.Sedangkan pada bagian
inti skripsi terdapat lima bab yang terdiri dari:
Bab I tentang Pendahuluan, pada bab ini terdiri dari: Latar Belakang,
Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Hipotesis Tindakan, Kegunaan
Penelitian, Definisi Operasional, dan Sistematika Penulisan.
Bab II berisi tentang Landasan Teori, pada bab ini terdiri dari: Pengertian
Hasil Belajar Aqidah Akhlak, Aqidah akhak dengan model pembelajaran
Numbered Head Together.
Bab III tentang Pelaksanaan Penelitian, pada bab ini terdiri dari: Subjek
Penelitian, Deskripsi Pra siklus, Siklus I, dan Siklus II.
Bab IV tentang Hasil Penelitian dan Pembahasan, pada bab ini terdiri dari:
Deskripsi Persiklus dan Pembahasan.
Bab V tentang Penutup, pada bab ini terdiri dari: Kesimpulan, Saran dan
Penutup. Sedangkan pada bagian akhir terdiri dari Lampiran-lampiran yang
terdiri dari: Surat Keterangan, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, Soal
BAB I I KAJIAN PUSTAKA A. Prestasi Belajar
1. Pengertian Prestasi Belajar
Kata prestasi belajar mengandung dua kata yakni prestasi dan
belajar. Oleh karena itu sebelum pengertian prestasi belajar dibicarakan
ada baiknya kedua kata itu dijelaskan artinya satu persatu. Secara bahasa
kata “prestasi” diartikan sebagai hasil yang telah dicapai, dilakukan,
dikerjakan dan sebagainya (Suharso dan Retnoningsih, 2009: 390).
Belajar sebagai suatu proses, ditandai dengan adanya perubahan pada
diri seseorang. Perubahan sebagai hasil proses belajar dapat ditunjukkan
dengan berbagai bentuk, seperti perubahan dalam pengetahuan, sikap dan
ketrampilan. Perubahan ini memang dapat diamati dan berlaku dalam
waktu relatif lama. Perubahan yang relatif lama tersebut disertai dengan
berbagai usaha seperti membaca, pengamatan, eksperimen dan lain
sebagainya. Berdasarkan pendapat di atas, pada intinya belajar merupakan
suatu proses untuk mencapai suatu tujuan yaitu perubahan kearah yang
lebih baik. Perubahan tersebut adalah perubahan pengetahuan,
pemahaman, keterampilan dan sikap yang bersifat menetap. Belajar
merupakan suatu efektifitas jiwa yang sadar akan tujuan.
Tujuan adalah terjadinya sesuatu perubahan dalam diri individu.
Perubahan yang dimaksud tentu saja menyangkut semua unsur yang ada
belajar, setelah ia memperoleh hasil, yakni terjadinya perubahan tingkah
laku, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi
mengerti dan lain sebagainya. Kemudian secara istilah, prestasi belajar
adalah ”terjadinya perubahan tingkah laku pada diri peserta didik yang
mencakup bidang kognitif, afektif dan psikomotor”(Sudjana, 2002: 3)
Sedangkan menurut A.J. Romiszowski seperti dikutip Mulyono
Abdurrahman prestasi belajar merupakan ”keluaran (outputs) dari suatu sistem proses masukan (inputs). Outputs tersebut berasal dari berbagai macam informasi sedangkan inputs adalahperbuatan atau kinerja
(performance)” (Mulyono, 2003: 38).
Dengan demikian, prestasi belajar adalah hasil yang dicapai peserta
didik dari mempelajari suatu ilmu pengetahuan tertentu dengan alat ukur
berupa evaluasi yang dinyatakan dalam bentuk angka, huruf, atau simbul.
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar
Belajar merupakan suatu proses. Sebagai suatu proses sudah barang
tentu harus ada yang diproses (masukan atau input), dan hasil dari
pemprosesan (keluaran atau output). Faktor utama yang mempengaruhi
prestasi belajar adalah kesiapan (readiness) dan kematangan (maturity)
dari dalam diri peserta didik ( Conny, 2002: 1).
Meskipun begitu ada faktor dari luar peserta didik yang juga
mempengaruhi prestasi belajar mereka. Pada dasarnya faktor-faktor yang
mempengaruhi prestasi belajar ada dua macam, yaitu faktor internal atau
faktor yang datang dari luar individu. Faktor-faktor internal antara lain
faktor fisiologis, psikologis, minat, bakat, motivasi, kematangan, dan
lain-lain. Sedangkan faktor-faktor eksternal antara lain faktor lingkungan
keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat. Pengukuran
prestasi belajar dilakukan melalui penilaian, danproses penilaian ini salah
satunya dipengaruhi oleh metode mengajar (Sudjana, 1996: 6).
Dalam artian metode pembelajaran yang digunakan guru sangat
mempengaruhi prestasi belajar peserta didik. Pemilihan metode yang tepat
dapat membantu peserta didik untuk memahami materi yang disampaikan
oleh guru sehingga akhirnya prestasi belajarnya dapat meningkat.
3. Hasil Belajar
a. Pengertian hasil belajar
Makna hasil belajar, yaitu perubahan-perubahan yang terjadi pada
diri siswa, baik yang menyangkut aspek kognitif, afektif maupun
psikomotor sebagai hasil dari kegiatan belajar. Pengertian tentang hasil
belajar sebagaimana diuraikan diatas dipertegas lagi oleh Nahrowi dalam
K. Brahim (2007: 37) yang mengatakan bahwa hasil belajar dapat
diartikan sebagai tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi
pelajaran disekolah yang dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari hasil
tes mengenal sejumlah materi pelajaran tertentu.
Secara sederhana yang dimaksud dengan hasil belajar siswa adalah
kemampuan yang diperoleh anak setelah melaluikegiatan belajar. Karena
untuk memperoleh suatu bentuk perubahan perilaku yang relative
menetap. Untuk mengetahui apakah hasil belajar yang dicapai telah sesuai
dengan tujuan yang dikehendaki dapat diketahui melalui evaluasi.
Sebagaimana dikemukakan oleh Sunal (1993: 94), bahwa evaluasi
merupakan proses penggunaan informasi untuk membuat pertimbangan
seberapa efektif suatu program telah memenuhi kebutuhan siswa. Selain
itu, dengan dilakukannya evaluasi atau penilaian ini dapat dijadikan
feedback atau tindak lanjut, atau bahkan cara untuk mengukur tingkat
penguasaan siswa (Ahmad Susanto, 2012: 5).
Dilihat dari pengertian diatas dapat dikatakan bahwa hasil belajar
merupakan kemampuan yang diperoleh peserta didik melalui proses
pembelajaran yang dilaksanakan dengan baik, sehingga peserta didik akan
mengalami perubahan-perubahan kearah yang lebih baik. Misalnya dari
semula yang tidak bisa menjadi bisa. Pengukuran hasil belajar ini dapat
dilakukan melalui tes atau dari pertanyaan-pertanyaan setelah selesainya
materi pelajaran, yang bertujuan untuk meningkatkan daya ingat siswa.
Melalui tes ini kemampuan masing-masing dari siswa dapat dilihat,
apakah sudah memenuhi kriteria yang ditetapkan atau belum, dan dapat
menunjang dari belajar itu sendiri.
B. Pembelajaran Aqidah Akhlak di MTs Mir’atui Muslimien 1. Pengertian Mata Pelajaran Aqidah Akhlak
Secara syara’ Aqidah yaitu iman kepada Allah, para malaikatnya,
yang baik maupun yang buruk. Hal ini juga disebut sebagai rukun iman.
Sedangkan kata akhlak adalah jamak dari kata khilqun atau khulqun yang
berarti perangai, kelakukan, tabiat, watak dasar.
Ibnu Miskawaih seperti dikutip Abudin Nata menyatakan bahwa
akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang mendorongnya untuk
melakukan perbuatan tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan
(Abudin,2006: 2-3).
Jadi ilmu akhlaq adalah ilmu yang menentukan batas antara baik dan
buruk, terpuji dan tercela, tentang perkataan atau perbuatan manusia lahir
dan batin. Ruang lingkup pembahasan ilmu akhlak adalah membahas
tentang perbuatan-perbuatan manusia, kemudian menetapkannya apakah
perbuatan tersebut tergolong perbuatan yang baik dan atau buruk (Abudin
Nata, 2006 : 18).
Mata pelajaran Aqidah Akhlak merupakan salah satu mata pelajaran
PAI yang mempelajari tentang rukun iman yang dikaitkan dengan suasana
keteladanan dan pembiasaan dalam mengamalkan akhlak terpuji dan adab
Islami melalui pemberian contoh-contoh perilaku dan cara
mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Secara substansial mata
pelajaran Aqidah-Akhlak memiliki kontribusi dalam memberikan motivasi
kepada peserta didik untuk mempraktikkan akhlakul karimah dan adab
Islami dalam kehidupan sehari-hari sebagai tanda dari keimanannya
kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya,
Jadi pelajaran Aqidah Akhlak adalah merupakan salah satu
pelanjaran terpenting dari pendidikan Agama Islam yang diajarkan di
madrasah yang berisi tentang materi keimanan dan perilaku manusia yang
baik dan buruk.
2. Tujuan Mata Pelajaran Aqidah Akhlak
Mata Pelajaran Aqidah Akhlak di Madrasah Tsanawiyah bertujuan
untuk membekali peserta didik agar :
a. Menumbuh kembangkan Aqidah melalui pemberian, pemupukan, dan
pengembangan pengetahuan, penghayatan, pengamalan, pembiasaan,
serta pengalaman peserta didik tentang Aqidah Islam sehingga
menjadi manusia muslim yang terus berkembang keimanan dan
ketakwaannya kepada Allah SWT.
b. Mewujudkan manusia Indonesia yang berakhlak mulia dan
menghindari akhlak tercela dalam kehidupan sehari-hari baik dalam
kehidupan individu maupun sosial, sebagai manifestasi dari ajaran
dan nilai-nilai Aqidah Islam (Peraturan Menteri Agama Republik
Indonesia Nomor 2, 2008: 21).
Sebagai mana firman allah dalam surai Al- Baqarah ayat 285 sebagai
berikut :
ِهِبُتُكَو ِهِتَكِئلاَمَو ِ َّللَّاِب َهَمآ ٌّمُك َنوُىِمْؤُمْناَو ِهِّبَر ْهِم ِهْيَنِإ َلِزْوُأ اَمِب ُلوُسَّرنا َهَمآ
َحَأ َهْيَب ُقِّرَفُو لا ِهِهُسُرَو
َكْيَنِإَو اَىَّبَر َكَواَرْفُغ اَىْعَطَأَو اَىْعِمَس اوُناَقَو ِهِهُسُر ْهِم ٍد
Artinya: “Rasul telah beriman kepada Al Qur'an yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (Mereka mengatakan): "Kami tidak membeda-bedakan antara seseorang pun (dengan yang lain) dari rasul rasul-Nya", dan mereka mengatakan: "Kami dengar dan kami taat". (Mereka berdoa): "Ampunilah kami ya Tuhan kami dan kepada Engkaulah tempat kembali".
Mata pelajaran Aqidah-Akhlak di Madrasah Ibtidaiyah berisi
pelajaran yang dapat mengarahkan kepada pencapaian kemampuan dasar
peserta didik untuk dapat memahami rukun iman dengan sederhana serta
pengamalan dan pembiasaan berakhlak Islami secara sederhana pula.
C. Model Pembelajaran Numbered Head Together
1. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Numbered Head Together
Pembelajaran kooperatif disebut juga pembelajaran gotong royong,
yang berdasar pada falsafah homo homini socius yang menekankan bahwa
manusia adalah mahluk sosial yang membutuhkan bantuan orang lain
(Anita ,2004: 28).
Berbeda dengan metode kerja kelompok, dalam pembelajaran
kooperatif bukan hanya sekedar kerja kelompok saja yang diperkenalkan,
tetapi juga pada penstrukturannya. Seperti yang diungkapkan oleh Lie
“pembelajaran kooperatif dapat didefinisikan sebagai kerja kelompok yang
terstruktur” (Anita ,2004: 18).
Di dalam struktur ini terdapat lima unsur pokok seperti yang
positif, tanggung jawab individual, interaksi personal, keahlian
bekerjasama dan proses kelompok” (Anita ,2004: 18).
Sedangkan model pembelajaran kooperatif Numbered Head
Together atau penomoran berpikir bersama adalah jenis pembelajaran
kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi peserta
didik dan berbagai alternatif terhadap struktur kelas tradisional (Trianto,
2007: 62).
Pembelajaran dengan menggunakan model Numbered Head
Together diawali dengan numbering (penomoran), mengajukan
pertanyaan, berpikir bersama (berdiskusi), dan menjawab pertanyaan
(Suprijono,2010: 92).
Model pembelajaran Numbered Head Together ini merupakan salah satu dari sekian banyak teknik dalam model pembelajaran kooperatif yang
memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk saling berkomunikasi
secara aktif dalam menyelesaikan tugas-tugas mereka. Seperti yang
dikemukakan oleh Lie “model pembelajaran ini memberikan kesempatan
kepada peserta didik untuk memberikan ide-ide dan mempertimbangkan
jawaban yang paling tepat”( Trianto,2007: 63).
Selanjutnya Lie juga mengungkapkan bahwa model pembelajaran ini
mendorong peserta didik untuk meningkatkan semangat kerja sama
mereka dan bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan semua
tingkatan usia didik. Jadi model pembelajaran Numbered Head Together
pemahaman atau mengecek pemahaman peserta didik terhadap materi
pembelajaran dengan langkah berpikir bersama dalam kelompok kecil
untuk menemukan jawaban yang dianggap paling tepat dari permasalahan
yang diberikankannya.
Model Numbered Head Together merupakan tipe pembelajaran kooperatif terdiri atas empat tahap yang digunakan untuk mereviu
fakta-fakta dan informasi dasar yang berfungsi untuk mengatur interaksi siswa.
Adapun langkah dalam pembelajan Numbered Head Together antara lain yaitu penomoran, mengajukan pertanyaan, berfikir bersama, dan
menjawab. Ibrahim (2000: 28). Menurut pelaksanaan adalah sebagai
berikut:
a. Penomoran
Penomoran adalah hal yang utama dalam Numbered Head
Together, dalam tahap ini guru membagi siswa menjadi beberapa
kelompok yang beranggotakan 4-5 orang dan memberi siswa nomor
sehingga setiap siswa dalam tim mempunyai nomor yang berbeda,
sesuai dengan siswa didalam kelompok.
b. Mengajukan pertanyaan
Guru mengajukan sebuah pertanyaan kepada peserta didik.
Pertanyaan dapat bervariasi. Pertanyaan dapat spesifik dan dalam
c. Berpikir bersama
Setelah mendapatkan pertanyaan-pertanyaan dari guru, siswa
berpikir bersama untuk menemukan jawaban dan menjelaskan jawaban
kepada anggota dalam timnya sehingga semua anggota mengetahui
jawaban dari masing-masing pertanyaan.
d. Pemberian Menjawab
Langkah terakhir guru menyebut salah satu nomor dan setiap
siswa dari tiap kelompok yang bernomor sama mengangkat tangan dan
menyiapkan jawaba untuk seluruh kelas, kemudian guru secara random
memilih kelompok yang menjawab pertanyaan tersebut, selanjutnya
siswa yang nomornya disebut guru dari kelompok tersebut mengangkat
tangan dan berdiri untuk menjawab pertanyaan. Kelompok lain yang
bernomor sama menanggapi jawaban tersebut.
Dalam model pembelajaran kooperatif, “penataan ruang kelas
perlu memperhatikan prinsip-prinsip tertentu”(Lie,2004: 51).
Bangku perlu ditata sedemikian rupa sehingga semua peserta didik
dapat melihat guru atau papan tulis dengan jelas serta melihat rekan
sekelompoknya dengan baik dan berada dalam jangkauan kelompoknya
dengan merata. Kelompok-kelompok yang dibentuk ini dapat berada
dalam posisi dekat satu sama lain tetapi tidak mengganggu antara satu
kelompok dengan kelompok lainnya.
Model pembelajaran Numbered Head Together yang pertama kali dikembangkan oleh Spenser Kagen (1993) ini bertujuan:
a. Untuk melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi yang
tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka
terhadap isi pelajaran tersebut (Trianto,2007: 62).
Pada prinsipnya model pembelajaran kooperatif Numbered
Head Together untuk membuat peserta didik supaya lebih memahami
materi yang disampaikan guru. Tiap individu dikondisikan supaya
mampu memahami materi tersebut dengan cara memberikan
pertanyaan yang lebih spesifik. Sehingga guru dapat mengetahui
sampai sejauhmana pemahaman peserta didik terhadap materi yang
disampaikan.
b. Untuk menjalin kerjasama di antara peserta didik. Pembelajaran
kooperatif
dalam kelas menekankan pada kerja sama kelompok yang saling
mendukung untuk berhasil dalam memahami materi yang telah
disampaikan oleh guru. Dalam penerapan pembelajaran kooperatif, dua
atau lebih individu saling tergantung satu sama lain untuk mencapai
satu penghargaan bersama.
Mereka akan berbagi penghargaan tersebut seandainya mereka
berhasil sebagai kelompok. Unsur ini menunjukkan bahwa dalam
pembelajaran kooperatif ada dua pertanggungjawaban kelompok.
menjamin semua anggota kelompok secara individu mempelajari bahan
yang ditugaskan tersebut (Suprijono, 2010: 58-59).
3. Kelebihan Model Pembelajaran Kooperatif Numbered Head Together, di antaranya adalah :
a. Peserta didik dilibatkan dalam pembelajaran secara aktif
Dipilihnya model belajar Numbered Head Together diterapkan pada mata pelajaran Aqidah Akhlak karena cocok untuk
memperhatikan tujuan dari pelajaran tersebut di antaranya yaitu untuk
menumbuhkan dan meningkatkan keimanan peserta didik yang
diwujudkan dalam akhlaknya yang terpuji, melalui pemberian dan
pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengamalan serta pengalaman
peserta didik tentang Akidah dan Akhlak Islam. Untuk menunjang
tercapainya tujuan Aqidah Akhlak tersebut harus didukung oleh iklim
pembelajaran yang kondusif di antaranya peserta didik harus dilibatkan
dalam kegiatan belajar mengajar..
b. Mengoptimalkan tutor sebaya
Keberhasilan belajar menurut model belajar Numbered Head
Together ini bukansemata-mata ditentukan oleh kemampuan individu
secara utuh, melainkan perolehan belajar itu akan semakin baik apabila
dilakukan secara bersama-sama dalam kelompok-kelompok belajar
kecil yang terstruktur dengan baik. Melalui belajar dari teman yang
pemahaman peserta didik akan semakin mudah dan cepat terhadap
materi yang dipelajari.
c. Menumbuhkan rasa kebersamaan
Disamping itu, suasana belajar dan rasa kebersamaan yang
tumbuh dan berkembang di antara sesama anggota kelompok
memungkinkan peserta didik untuk mengerti dan memahami
materipelajaran dengan lebih baik. Proses pengembangan kepribadian
yang demikian, juga membantu mereka yang kurang berminat menjadi
lebihbergairah dalam belajar. Peserta didik yang kurang bergairah
dalam belajar akan dibantu oleh peserta didik lain yang mempunyai
gairah lebih tinggi dan memiliki kemampuan untuk menerapkan apa
yang telah dipelajarinya.
4. Kekurangan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together
Kekurangan dari model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head
Together, di antaranya adalah:
a. Suasana pembelajaran bisa menjadi tidak kondusif jika guru tidak bisa
mengelola kelas dengan baik.
b. Kondisi kelompok akan stagnan jika tidak ada peserta didik yang bisa
menjadi leader dan memiliki kemampuan lebih dibanding
temantemannya. Oleh karena itu, guru perlu memperhatikan kondisi
kelompok yang homogen misalnya dalam satu kelompok harus ada
c. Kemungkinan ada peserta didik yang hanya mengikuti pendapat
temannya tapi tidak benar-benar memahami materi. Oleh karena itu,
guru perlu mengecek pemahaman peserta didik satu persatu.
5. Efektifitas Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Aqidah Akhlak Pembelajaran
kooperatif merupakan strategi pembelajaran yang mengutamakan adanya
kerjasama antar peserta didik dalam kelompok untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Para peserta didik dibagi ke dalam kelompok-kelompok
kecil dan diarahkan untuk mempelajari materi pelajaran yang telah
ditentukan. Tujuan dibentuknya kelompok kooperatif adalah untuk
memberikan kesempatan kepada peserta didik agar dapat terlibat secara
aktif dalam proses berpikir dan dalam kegiatan-kegiatanmbelajar. Dalam
hal ini sebagian besar aktifitas pembelajaran berpusat pada peserta didik,
yakni mempelajari materi pelajaran serta berdiskusi untuk memecahkan
masalah. Pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran yang
mengutamakan adanya kerjasama antar peserta didik dalam kelompok
untuk mencapai tujuan pembelajaran. Para peserta didik dibagi ke dalam
kelompok-kelompok kecil dan diarahkan untuk mempelajari materi
pelajaran yang telah ditentukan. Tujuan dibentuknya kelompok kooperatif
adalah untuk memberikan kesempatan kepada peserta didik agar dapat
terlibat secara aktif dalam proses berpikir dan dalam kegiatan-kegiatan
Dalam hal ini sebagian besar aktifitas pembelajaran berpusat pada
peserta didik, yakni mempelajari materi pelajaran serta berdiskusi untuk
memecahkan masalah. Dengan keterlibatan peserta didik secara aktif
dalam pembelajaran dan adanya upaya memecahkan masalah yang
berkaitan materi pelajaran secara bersama-sama, maka pemahaman peserta
didik terhadap materi Aqidah Akhlak akan menjadi lebih baik. Sehingga
akhirnya prestasi belajar Aqidah Akhlak peserta didik juga meningkat.
Oleh karena itu, model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head
Together sangat efektif dalam meningkatkanprestasi Akhidah Akhlaq.
D. Kerangka Berpikir
Kondisi proses belajar mengajar Aqidah Akhlak yang ada di MTs
MIR’ATUL MUSLIEMIEN Ngambakrejo,masih diwarnai dengan model
belajar satu arah (ceramah) sehingga tidak merangsang peserta didik untuk
terlibat secara aktif dalam proses belajar mengajar sehingga membosankan.
Padahal model belajar Numbered Head Together ini memandang bahwa keberhasilan dalam belajar bukan semata-mata harus diperoleh dari guru,
melainkan bisa juga dari pihak lain yang terlibat dalam pembelajaran itu, yaitu
teman sebaya. Dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe
Numbered Head Together pada mata pelajaran Aqidah Akhlak, peserta didik
lebih mudah menemukan dan memahami konsep-konsep yang sulit apabila
mereka saling mendiskusikan masalah-masalah tersebut dengan temannya,
keterlibatan peserta didik dalam pembelajaran dan memberi kesempatan pada
Numbered Head Together ini pada mata pelajaran Aqidah Akhlak dengan sendirinya akan menggerakkan aktivitas belajar peserta didik yang akan
berdampak positif pada nilai kognitif.
Berdasarkan kerangka berfikir secara teoritis di atas dapat dikatakan
bahwa pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together dapat meningkatkan kualitas pembelajaran yang meliputi aktivitas belajar dan
prestasi belajar yang signifikan. Dengan demikian, diharapkan penerapan
model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together dapat meningkatkan kualitas hasil belajar Aqidah Akhlak pada peserta didik kelas
VII MIR’ATUL MUSLIEMIEN Ngambakrejo.
Alur kerja penelitian ini dapat dilihat pada bagan di bawah ini.
upa
Hipotesis yang penulis ajukan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah
bahwa model pembelajaran Numbered Head Together dapat meningkatkan prestasi belajar peserta didik pada pembelajaran Aqidah Akhlak materi iman
kepada malaikat MTs Mir’atul Muslimien Ngambakrejo, tahun pelajaran
BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN
A. Gambaran umum MTs MIR’ATUL MUSLIMIEN Ngambakrejo 1. Profil sekolah
a. Sejarah Berdirinya Sekolah
Dengan bekal seangat para warga dan akta notris yang telah di dapat,
para pengurus yayasan segera mengalang potensi yang ada di dalam
masyarakt untuk mendirikan madrasah yang bercorakan islam. Tujuan
utama dari yayasan ini adalah yang berkeinginan mendirikan suatu
lembaga yang bercorakan islam. Hal ini di latar belakangi karena di
daerah tersebut mempunyai pondok pesantren, pondok pesantren inilah
yang menjadi awalmula berdirinya madrasah.
Latar belakang dari berdirinya MTs MIR’ATUL MUSLIMIEN
Ngambakrejo adalah keinginan dan kebutuhan dari masyarakat
Ngambakrejo dan sekitarnya akan adanya sekolah di lingkungan mereka.
Pada saat itu, sekolah di daerah tersebut masih sangat sedikit jumlahnya
dan jarak antara rumah warga dengan sekolah tersebut sangat jauh.
Dengan demikian melihat fenomena tersebut, beberapa tokoh agama yang
mempunyai tanggung jawab dan merasa berkewajiban untuk
mempersiapkan generasi muda yang berpengetahuan agama dan umum.
Harapan itu terealisasi dengan berdirinya MTs MIR’ATUL MUSLIMIEN
Pada awal berdirinya, kegiatan belajar mengajar diMTs MIR’ATUL
MUSLIMIEN harus di laksanakan di rumah-rumah warga karena belum
mempunyai bangunan sendiri saat itu. Di usianya yang sudah sekitar 26
tahun, MTs MIR’ATUL MUSLIMIEN Ngambakrejo telah berkembang
menjadi salah satu sekolah yang diminati oleh masyarakat Ngambak Rejo
b. Identitas Sekolah
Nama Sekolah : MTs Mir,atul Muslimien
Alamat :
- Jalan : kauman no.38
- Desa/ Kelurahan : Ngambak Rejo
- Kecamatan : Tanggung Harjo
- Kabupaten/ Kota : Grobogan
- Provinsi : Jawa Tengah
- Kode Pos : 58167
- No. Telepon/HP : (0292) 5135259
Mulai operasional : Tahun 1990
Luas Tanah : 1169 m2
Luas Bangunan : 633 m2
Status Tanah : Wakaf
Status Bangunan : Milik Sendiri
c. Visi dan Misi
Visi
Terwujudnya warga Madrasah yang Cerdas, Religius dan
Berakhlakul karimah baik secara individual maupun sosial.
1) Cerdas Secara Intelektual dalam prestasi Akademik.
2) Cerdas Secara Emosional dalam berperilaku.
3) Cerdas Secara Spiritual dalam motivasi dan aktivitas.
4) Berkarakter Kemandirian.
5) Berkarakter Percaya diri, disiplin dan jujur.
6) Berkarakter Peka dan Tangung jawab.
7) Berkarakter Teliti dan Sabar.
8) Sholeh Ritual : Dasar Tauhid kokoh berpola Ikhsan.
9) Sholeh Ritual : Disiplin dalam beribadah.
10) Sholeh Sosial : Berakhlaq mulia, toleran, sopan dan santun
11) Sholeh Personal : Ikhlas dan sabar.
Misi: Belajar Enjoy Sepanjang Hayat, Rincian Misi :
1) Menanamkan kesadaran prinsip hidup Belajar Sepanjang Hayat.
2) Mengembangkanmodelpembelajaran yang ENJOY (Efektif,
Nyaman, Jelas, Obyektif dan Islami).
3) Memantik potensidasar siswa secara Multikecerdasan.
4) Menumbuhkan wawasan patriotism kebangsaan.
5) Mengembangkan pola kehidupan yang menjunjung tinggi nilai
6) Mengembangkan potensi masyarakat Peduli Pendidikan.
d. Tujuan
1) Mencetak generasi muslimah yang berakhlakul karima ala ahlisuna
wal jamaah.
2) Membantu pemerintah dalam pelaksanaan wajib belajar 9 tahun.
3) Mengembangkan potensi masyarakat Peduli Pendidikan.
4) Mengembangkan tata lingkungan yang menunjang proses
pendidikan.
a. Data Guru dan Kariyawan di MTs Miratul Muslimien Ngamabakrejo
Tabel 3.1
Data Guru dan Karyawan MTs Miratul Muslimien, Ngambakrejo
15 Amanah P S1
16 Nikmah P SLTA
17 Karmi L SLTA
b. Sarana Prasarana
Tabel 3.2
Data Koleksi Perpustakaan di MTs Miratul Muslimien, Ngambakrejo
No Jenis Koleksi Buku Jumlah Satuan
1 Buku Teks Utama 500 Examplar
2 Buku Bacaan 2800 Examplar
3 Buku Referensi 300 Examplar
Tabel 3.3
Data Alat Peraga Pembelajaran di MTs Miratul Muslimien, Ngambakrejo
No Jenis Peralatan Jumlah Satuan Kondisi
1. Alat Peraga IPA (Torso) - - -
2. IPS 5 Set Cukup
3. Matematika 2 Unit Rusak
4. Bahasa Indonesia 4 Unit Rusak
5. Bahasa Inggris 2 Unit Rusak
Tabel 3.4
Data Media Pembelajaran di MTs Miratul Muslimien, Ngambakrejo
No Jenis Perabotan sekolah Jumlah Satuan Kondisi
Data Perabot Sekolah di MTs Miratul Muslimien, Ngambakrejo No Jenis Perabotan Sekolah Jumlah Satuan Kondisi
Tabel 3.6
Data Prasarana MTs Miratul Muslimien, Ngambakrejo 2016/2017
Jenis Keberadaan Berfungsi
Ya Tidak Ya Tidak
Data ruangan Pokok Sekolah di MTs Miratul Muslimien, Ngambakrejo