• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENOLAKAN JENAZAH NON MUSLIM DI TANAH MAKAM PUNGKRUK SARI DI DESA KESONGO DALAM PERSPEKRIF HUKUM ISLAM DAN PP NO.91987 TENTANG PENYEDIAAN DAN PENGGUNAAN TANAH UNTUK KEPERLUAN TANAH PEMAKAMAN SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperole

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENOLAKAN JENAZAH NON MUSLIM DI TANAH MAKAM PUNGKRUK SARI DI DESA KESONGO DALAM PERSPEKRIF HUKUM ISLAM DAN PP NO.91987 TENTANG PENYEDIAAN DAN PENGGUNAAN TANAH UNTUK KEPERLUAN TANAH PEMAKAMAN SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperole"

Copied!
91
0
0

Teks penuh

(1)

PENOLAKAN JENAZAH NON MUSLIM DI TANAH

MAKAM PUNGKRUK SARI DI DESA KESONGO DALAM

PERSPEKRIF HUKUM ISLAM DAN PP NO.9/1987 TENTANG

PENYEDIAAN DAN PENGGUNAAN TANAH UNTUK

KEPERLUAN TANAH PEMAKAMAN

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam

Oleh:

Ulfa Nur Khamidah

NIM : 211-14-018

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA ISLAM

FAKULTAS SYARI’AH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

2018

(2)

PENOLAKAN JENAZAH NON MUSLIM DI TANAH MAKAM

PUNGKRUK SARI DI DESA KESONGO DALAM

PERSPEKRIF HUKUM ISLAM DAN PP NO.9/1987 TENTANG

PENYEDIAAN DAN PENGGUNAAN TANAH UNTUK

KEPERLUAN TANAH PEMAKAMAN

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam

Oleh:

Ulfa Nur Khamidah

NIM : 211-14-018

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA ISLAM

FAKULTAS SYARI’AH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

2018

(3)
(4)

NOTA PEMBIMBING

Lamp : 4 (empat) eksemplar Hal : Pengajuan Naskah Skripsi

Kepada Yth.

Dekan Fakultas Syari’ah IAIN Salatiga

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Disampaikan dengan hormat, setelah dilaksanakan bimbingan, arahan dan koreksi, maka naskah skripsi mahasiswa:

Nama : Ulfa Nur Khamidah NIM : 21114018

Judul : PENOLAKAN JENAZAH NON MUSLIM DI TANAH MAKAM PUNTUK SARI DI DESA KESONGO DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN PP NO.9/1987 TENTANG PENYEDIAN DAN PENGGUNAAN TANAH UNTUK KEPERLUAN TANAH PEMAKAMAN.

dapat diajukan kepada Fakultas Syari’ah IAIN Salatiga untuk diujikan dalam sidang munaqasyah.

Demikian nota pembimbing ini dibuat, untuk menjadi p erhatian dan digunakan sebagaimana mestinya.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Salatiga, September 2018 Pembimbing

Evi Ariyani, S.H., M.H.

(5)

KEMENTERIAN AGAMA RI

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

Jl. Nakula Sadewa No. 09 Telp (0298) 323706, 323433 Salatiga

Website: www.iainsalatiga.ac.id E-mail: administrasi@iainsalatiga.ac.id

PENGESAHAN

Skripsi Berjudul:

PENOLAKAN JENAZAH NON MUSLIM DI TANAH MAKAM PUNGKRUK SARI DI DESA KESONGO DALAM PERSPEKTIF HUKUM

ISLAM DAN PP NO.9/1987 TENTANG PENYEDIAN DAN

PENGGUNAAN TANAH UNTUK KEPERLUAN TANAH PEMAKAMAN

Oleh:

Ulfa Nur Khamidah NIM: 21114018

Telah dipertahankan di depan sidang munaqasyah skripsi Fakultas Syari’ah, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga, pada hari senin, tanggal 24 September 2018, dan telah dinyatakan memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar

Penguji II : Luthfiana Zahriani, SH., M.H. ………

Salatiga, 24 September 2018 Dekan Fakultas Syariah

(6)

PERNYATAAN KEASLIAN

DAN

KESEDIAAN DI PUBLIKASIKAN

Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Ulfa Nur Khamidah NIM : 21114018

Program Studi : Hukum Ekonomi Syari’ah Fakultas : Syari’ah

Judul Skripsi : PENOLAKAN JENAZAH NON MUSLIM DI TANAH MAKAM PUNGKRUK SARI DI DESA KESONGO DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN PP

NO.9/1987 TENTANG PENYEDIAN DAN PENGGUNAAN TANAH UNTUK KEPERLUAN TANAH PEMAKAMAN

Menyatakan bahwa skripsi ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip dan dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah. Skripsi ini diperbolehkan untuk di Publikasikan oleh Perpustakaan IAIN Salatiga

Salatiga, September 2018 Yang menyatakan

(7)

Motto

Berdoalah, (memintalah) kepada-Ku (Allah SWT), hendaknya kamu

berharam.

Dan janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya

tidak berputus asa dari rahmat Allah melainkan orang-orang yang

kufur (terhadap karunia Allah)

(8)

PERSEMBAHAN

Bismillahirrahmanirrahim. Puji syukur alhamdulillah kepada Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya dalam menyelesaikan karya ini. Kupersembahkan karya ini kepada:

1. Kedua orang tuaku tercinta (Bp. M.Yusuf dan Ibu Misriyati). Terima kasih atas kasih sayang, cinta, dorongan, kepercayaan, kesabaran, jerih payahserta pengorbanan tanpa pamrih.

2. Saudara-saudaraku (Siti Tasdikoh,Mariya Ulfa,Mbk Halimah ,M. Nauval,Najmudin,Laila Qadariah,Hasanudin) yang telah memberikan semangat untuk mengerjakan skripsi ini.

3. Bapak dan Ibu Dosen IAIN Salatiga yang telah memberikan berbagai ilmu kepadaku.

4. Ibu Evi Ariyani ,M H. selaku dosen pembimbing yang selalu memberikan motivasi dan bimbingan dalam menyelesaikan skripsi ini. 5. Semua teman seperjuanganku prodi Ahwal Al-Syakhsyiyyah angkatan

2014.

6. Kepada Kepala Desa Kesongo yang telah mengizinkan melakukan peneltian di Desa Kesongo Lor Tuntang.

(9)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena atas rahmat dan karuninnya-Nya, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini disusun untuk diajukan sebagai salah satu persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana dalam hukum Islam, Fakultas Syari’ah, Program Studi Hukum Keluarga Islam. Penulis menyadari tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, mulai dari masa perkuliahan sampai dalam penyusunannya. Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan banyak terimakasih kepada :

1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd, selaku Rektor IAIN Salatiga.

2. Ibu Dr. Siti Zumrotun, M.Ag. selaku Dekan Fakultas Syari’ah IAIN Salatiga. 3. Bapak Sukron Ma’mun, S.H.I M.Si., selaku Ketua Program Studi Hukum

Keluarga Islam IAIN Salatiga.

4. Ibu Evi Ariyani, S.H., M.H. selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran serta dukungannya untuk selalu memberikan pengarahan dan masukan yang berkaitan dengan penulisan skripsi ini.

5. Ahmad Zasuf S yang selalu menyemangatiku.

6. Kepada semua narasumber yang berkenan memberikan informasi.

7. Teman seperjuangan prodi Hukum Keluarga Islam angkatan 2014 IAIN Salatiga.

(10)

9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu, yang telah memberikan Konstribusi dan dukungan yang cukup besar sehingga penulis dapat menjalani perkuliahan dari awal hingga akhir di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.

Semoga Allah SWT membalas semua amal kebaikan mereka dengan balasan yang lebih dari yang mereka berikan dan senantiasa mendapatkan maghfiroh, dilingkupi rahmat dan cita-Nya, Amin.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna baik dari segi materi ataupun skripsi. Sehingga saran, dan kritik serta perbaikan yang membangun dari pembaca akan penulis terima dengan kerendahan hati, agar mudah dipahami.

Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu, baik bagi penulis sendiri ataupun bagi pembaca pada umumnya.

Salatiga, September 2018

(11)

ABSTRAK

Nur Khamidah, Ulfa. 2018. Penolakan Jenazah Non Muslim di Tanah Makam Pungkruk Sari dalam Perspektif Hukum Islam dan PP No.9 Tentang

Penyediaan dan Penggunaan Tanah untuk Keperluan Tempat Pemakaman.

Skripsi. Salatiga: Jurusan Syari’ah. Program Studi Hukum Keluarga Islam. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Dosen Pembimbing: Evi Ariyani, S.H., M.H.

Kata Kunci: Penolakan, Pemakaman, Perspektif Hukum Islam dan PP No.9/1978 Penelitian ini merupkan upaya untuk mengetahui tentang adanya Penolakan Jenazah Non Muslim di makam Pungkruk Sari Desa Kesongo. Fokus penelitian yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah (1) Mengapa terjadi penolakan pemakaman jenazah non muslim di tanah makam Punkruk Sari di desa Kesongo?, (2) Bagaimana tinjauan hukum islam dan PP No. 9/ 1987 tentang penyedian dan penggunaan tanah untuk keperluan tanah pemakaman terhadap penolakan jenazah non muslim di tanah makam Pungkruk Sari desa Kesongo?. Untuk menjawab pertanyaan tersebut maka penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif yang digunakan bersifat deskriptif yaitu untuk menggambarka data yang seteliti mungkin tentang keadaan atau gejala-gejala bisa berupa masalah dalam bentuk lain seperti dokumen, foto, catatan. Pendekatan dalam penelitian adalah pendekatan Yuridis-Normatif yang bertujuan untuk memperoleh gambaran yang menyeluruh dan sistematis melalui proses analisis dengan menggunakan peraturan hukum, asas hukum, teori-teori hukum dan pengertian hukum.

(12)

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL... i

HALAMAN JUDUL... ii

LEMBAR LOGO IAIN SALATIGA... iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING... iv

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN... v

PENGESAHAN KELULUSAN... vi

MOTTO... vii

PERSEMBAHAN... viii

KATA PENGANTAR... ix

ABSTRAK... xi

DAFTAR ISI... xii

DAFTAR TABEL... xvi

DAFTAR LAMPIRAN... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Kegunaan Penelitian ... 5

E. Penegasan Istilah ... 6

F. Telaah Pustaka ... 7

(13)

1. Jenis dan Pendekatan ... 10

2. Lokasi Penlitian ... 11

3. Jenis dan Sumber Data ... 11

4. Tehnik Pengumpulan Data ... 12

5. Analisis Data ... 13

6. Pengeckan Kabsahan Data ... 14

7. Tahap – Tahap Penelitian ... 14

H. Sistematika Penulisan ... 15

BAB II LANDASAN TEORI ... 16

I Tinjauan Umum Makam Berdasarkan Hukum Islam ... 16

1. Pengertian Makam dan Dasar Hukumnya ... 18

2. Proses Terjadinya Tanah Makam ... 21

II. Tinjauan Umum Makam dalam Undang-Undang ... 24

1. Pengertian Makam dan Dasar Hukumnya ... 24

2. Pengelolaan tanah Tempat Pemakaman di Indonesia ... 28

BAB III ANALISIS TERJADINYA PENOLAKAN JENAZAH NON MUSLIM DI TANAH MAKAM PUNGKRUK SARI DI DESA KESONGO DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN PP NO. 9/1987 TENTANG PENYEDIAN DAN PENGGUNAAN TANAH UNTUK KEPERLUAN TEMPAT PEMAKAMAN ... 33

A. Paparan Data ... 33

1. Sejarah Desa Kesongo Lor ... 33

(14)

3. Letak Wilayah . ... 34

4. Luas Wilayah ... ... 35

5. Tanah Fasilitas Umum ... ... . 35

6. Perhubungan ... ... 35

7. Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian ... ... . 35

8. Data Demografi ... ... 36

9. Sejarah Makam ... 45

10.Letak Geografis Tanah Makam ... ... 45

11.Data Informan ... ... 45

B. Hasil Wawancara ... ... 47

C. Kronoligi Penolakan Jenazah Non Muslim Di Makam Pungkruk Sari Desa Kesongo . ... 49

BAB IV Analisis Terjadinya Penolakan Jenazah Non Muslim Di Tanah Makam Pungkruk Sari Di Desa Kesongo Dalam Perspektif Hukum Islam Dan PP No. 9/1987 Tentang Penyedian Dan Penggunaan Tanah Untuk Keperluan Tempat Pemakaman ... ... 51

A. Alasan Terjadinya Penolakan Jenazah Non Muslim Di Makam Pungkruk Sari .. ... 51

B. Tinjauan Hukum Islam dan PP No.9/1987 Tentang Penyedian dan Penggunaan Tanah Untuk Keperluan Tanah Pemakaman... .... . 52

BAB V PENUTUP... .... 58

A. Kesimpulan... ... 58

(15)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Menurut Usia ... 36

Tabel 4.2 Jumlah Penduduk Menurut Pendidikan ... 38

Tabel 4.3 Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian ... 40

Tabel 4.4 Jumlah Kepala Keluarga Berdasarkan Jenis Kelamin ... 43

Tabel 4.5 Struktur Pemerintahan Desa Kesongo ... 43

Tabel 4.6 Tokoh Agama ... 44

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Biodata Diri Lampiran 2 Daftar Nilai SKK Lampiran 3 Surat Izin Penelitian Lampiran 4 Surat Balasan Penelitian

Lampiran 5 Surat Keterangan Tanah Makam Lampiran 6 Lembar Konsultasi

(17)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hidup dan menghembuskan nafas itu adalah hakikatnya yang sulit dibantah dan hampir tidak di perselisihkan oleh manusia. Sedangkan manusia terkadang tidak sadar setelah tidak menghembuskan nafas, akan mengalami suatu proses yaitu kematian, yang mana proses itu terkadang tidak diperhatikan oleh sekalian manusia, terkadang bahkan dilupakan.( shihab Quraish, 2005: 18)

Banyak yang menganggap kematian kelenyapan, akhir dari segalanya. Karena mati begitu menakutkan, kematian dipandang kekuatan maha dahsyat yang siap merenggut eksistensi seseorang kapan saja dan dimana saja. Ada satu makna kematian yang diajarkan oleh orang – orang suci sepanjang sejarah dan bersumber dari Rasulullah SAW, yaitu kematian sebagai proses penyucian dosa-dosa yang tidak bisa kita bersihkan sepanjang hidup kita. Proses tersebut setelah kita dimakamkan.

(18)

Pemakaman merupakan kebutuhan setiap individu yang bernyawa karena pada hakiktnya adalah makhluk yang bernyada akan mati dan dikuburkan di dalam tanah. Jumlah penduduk di Indonesia saat ini sudah mencapai angka 237.641.326 jiwa, yang mencangkup mereka yang muslim dan non muslimyang bertimpat tinggal di perkotaan dan di daerah pedesaan. Dari data jumlah penduduk tersebut maka semua akan sama-sama mati dan membutuhkan tempat pemakaman.

pemakaman dapat berubah menjadi satu masalah di masyarakat jika kita salah memahaminya. Salah satu persoalan besar yang mengganggu kerukunan umat beragama yang sudah lama berjalan dan dipupuk setiap saat adalah pemisahan tempat pemakaman mayat. Di beberapa daerah seringkali kita melihat gerbang makam bertuliskan TPU (Tempat Pemakaman Umum) ditambah nama daerahnya, di situ tersirat bahwa pemakaman tersebut dipakai atau digunakan oleh umum, semua kalangan bisa memakai. Ada juga gerbang pemakaman yang bertuliskan khusus bagi penggunanya, misalnya: Pemakaman Cina, yang di mana dikhususkan bagi orang-orang Cina atau Tionghoa. Di sinilah timbul pertannyaan apakah baik atau tidak jika pemakaman itu saling bersanding untuk setiap etnik dan agama.( Sjafa’at ,1964:102)

(19)

dan non muslim yang tunduk dan hidup berdampingan dengan umat Islam (kafir dzimmi). Konsep demikian sesungguhnya tidak memiliki landasan teologis, baik dari Quran, Hadis, maupun sejarah sahabat (atsar al-shahabah). Rumusan ini murni berdasarkan kondisi sosial masyarakat di mana para penulis kitab-kitab fikih itu hidup. Saat itu umat Islam di sebagian daerah sedang menghadapi serangan dari daerah luar yang kebetulan beragama lain, sehingga untuk membedakan mana kawan dan mana lawan para fuqaha membahasakannya dengan “muslim” dan “kafir”, bagi kafir yang masih memusuhi umat Islam disebutnya dengan “kafir harbi”.

Pemisahan umat agama lain dari masyarakat muslim ini tidak hanya dalam tataran istilah, melainkan juga dalam hak-haknya secara keseluruhan, termasuk di dalamnya persoalan pemakaman jenazah. Menurut fikih klasik non muslim dilarang dimakamkan di tempat yang berdampingan dengan makam umat Islam kecuali dalam keadaan terpaksa (dlarurah) seperti tidak ada tempat lain yang layak digunakan untuk pemakaman. Non muslim dimaksud adalah kafir dzimmi, sedangkan bagi kafir harbi haram dimakamkan, tapi harus dibuang jauh-jauh, disingkirkan dari daerah yang dikuasai umat Islam.( Syihabuddin Al-Ramli ,1984 : 8)

(20)

pemakaman. Keyakinan itu adalah larangan mencampurkan jenazah muslim dengan jenazah non muslim didalam satu area pemakaman. Dengan adanya keyakinan itu masyarakat Kesongo menolak adanya jenazah non muslim utuk di makamkan di desa tersebut.

Berdasarkan fakta adanya penolakan yang dilakukan, maka penulis tertarik untuk meneliti ingin dan mengkaji tentang permasalahan penolakan pemakaman yang ada di Desa Kesongo Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang. Sehingga penulis memberikan judul penelitian skripsi : PENOLAKAN JENAZAH NON MUSLIM DI TANAH MAKAM PUNTUK SARI DI DESA KESONGO DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN PP NO.9/1987 TENTANG PENYEDIAN DAN PENGGUNAAN TANAH UNTUK KEPERLUAN TANAH PEMAKAMAN.

B. Rumusan Masalah

1. Mengapa terjadi penolakan pemakaman jenazah non muslim di tanah makam Punkruk Sari di desa Kesongo?

(21)

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui mengapa terjadi penolakan pemakaman jenazah non muslim di tanah makam punkruk sari di Desa Kesongo.

2. Untuk mengetahui bagaimana tinjauan hukum islam dan PP No.9/1987 tentang Penyediaan dan Penggunaan Tanah untuk Keperluan Tanah Pemakaman terhadap penolakan pemakaman jenazah non muslim di makam Pungkruk Sari desa Kesongo.

D. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan dan manfaat dari penelitian ini diantaranya sebagai berikut:

1. Manfaat Teoristis:

a. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan pengetahuan kepada masyarakat tentang pandangan pemakaman.

b. Hasil penelitian ini nantinya akan berguna untuk masyarakat sebagai penambah pemahaman terbaru untuk masa sekarang dan masa yang akan datang.

2. Manfaat Praktis

Selain kegunaan manfaat teoristis, diharapkan hasil penelitianini juga mampu memberikan manfaat secara praktis yaitu:

(22)

Dapat memberikan pandangan terhadap masyarakat mengenai mekanisme penyediaan lahan untuk pemakaman umum.

b. Bagi fakultas

Penelitian ini dapat menambah khazanah ilmu pengetahuan dan literatur pada fakultas syariah.

E. Penegasan Istilah

Sebelum memulai penyusunan skripsi ini perlu penulis sampaikan bahwa judul skripsi adalah PENOLAKAN JENAZAH NON MUSLIM DI TANAH MAKAM PUNGKRUK SARI DI DESA KESONGO DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN PP NO. 9/1987 TENTANG PENYEDIAN DAN PENGGUNAAN TANAH UNTUK KEPERLUAN TEMPAT PEMAKAMAN. Untuk menghindari kesalah fahaman pengertian, maka penulis kemukakan perngertian serta sekaligus penegasan judul skripsi ini sebagai berikut:

a. Tanah makam : tempat menguburkan mayat, tempat tinggal,

kediaman, bersemayam yang merupakan tempat persinggahan

terakhir manusia yang sudah meninngal dunia. (Puerwodarminto,

1993: 157)

(23)

kepada penganut agama Islam saja. Non muslim dalam penelitian ini adalah beda agama (Non Islam)

F. Telaah Pustaka

Penulisan terdahulu dibutuhkan untuk menjelaskan, menegaskan, melihat kelebihan dan kelemahan berbagai teori yang digunakan penulis lain dalam penelitian atau pembahasan masalah yang serupa. Selain itu penelitian terdahulu perlu di sebutkan dalam sebuah penelitian untuk memudahkan pembaca melihan dan membandinkan perbedaan teori yang digunakan dari perbedaan hasil kesimpulan oleh penulis dengan yang lain dalam melakukan pembahasan tema yang hampir sama. Berikut ini penelitian yang menyerupai topik tema yang hampir serupa dengan skripsi ini:

Skripsi Davit Ardiyanto Nugroho yang berjudul “ Penggunaan Tanah Wakaf Pemakaman untuk Kepentingan Umum di Dusun Dogaten Desa Sukorejo Kecamatan Mertoyudan Kabupaten Magelang” (Studi Komparasi antara Hukum Isalam dan Hukum Adat). Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga yogyakarta,2016. Dalam penelitian tersebut terdapat rumusan masalah, yaitu:

1) Bagimana pandangan hukum Adat dan hukum Islam tentang kasus pendayagunaan tanah makam wakaf didusun Dogaten?

(24)

Adapun hasil penelitian dari rumusan masalah di atas adalah sebagai berikut:

1) Bahwa aturan pemanfaatan tanah wakaf khususnya tanah makam dalam hukum adat dusun dogaten dan hukum Islam tidak bisa dilepaskan rukun dan syarat yang harus dipenuhi, walaupun syarat dan rukun berbeda. Dalam pandangan adat dusun Dogaten kaitanya pemanfaatan tanah wakaf makan lebih terkesan komersial dan tidak ada sekat atau lebih terkesan campur, siapapun berhak tanda melihat etnis agama, selama memenuhii syarat diperbilehkan. Adapun pemanfaatan tanah wakaf menurut agama Islam yaitu hanya untuk kepentingan agama Islam secara umum, dan bagi agama yang lainnya tidak mempunyai hak untuk mengambil manfaat dari tanah wakaf tersebut. Agar apa yang menjadi tujuan visi maupun misi bagi orang yang mewakafkan tanah tersebut tercapai sesuai dengan substansi dari wakaf itu sendiri dan tidak di salah artikan dan tidak di salah gunakan.

(25)

ummat atau orang banyak, bahwa penggunaan tanah wakaf makamm harus atas seizin dari pengurus makam, supaya terdata dengan rapi. Adapun perbedaan bahwa dalam hukum Islam tidak ada aturan yang bersifat pembayaran materi, semua bersifat non komersial dan non meteri semua tanpa imbalan yang tujuannya tidak lain hanya berniat mendekatkan diri kepada Allah SWT guna untuk kepentingan agama Islam. Sedangkan dalam tradisi di dusun Dogaten kaitanya pemanfaatan tanah wakaf makam masih ada transaksi keuangan dan masih ada percampuran pemanfaatannya bagi agama selain Islam.

Skipsi FirmansyahM. Dini Handoko, Institut Agama Islam Negeri Metro yang berjudul “ Analisis Pemakaman Multi Etnik dan Multi agama di Kota Metro”. Dalam penelitian tersebut terdapat rumusan masalah, yaitu:

1) Bagaimana analisis pemakaman multi entik dan agama di Kota Metro?

Adapun hasil penelitian dari rumusan masalah di atas sebagai berikut:

(26)

hadis tentang jenazah dan pemakaman, maka dapat di ketahui bahwa pemakaman umum 21 layak sebagai pemakaman umum. Namun ada beberapa hadis yang mengatakan bahwa pemakaman yang baik bagi orang muslim adalah yang dekat dengan sesama muslim atau seseorang yang semasa hidupnya menguasai tentang ilmu agama.

Dari beberapa skripsi yang telah penulis paparkan di atas, terdapat perbedaan dengan skripsi yang penulis kerjakan. Adapun perbedaan tersebut terletak pada fokus penelitian. Pada penelitian ini, Penulis fokus pada bagaimana pengelolaan tanah makam dalam masyarakat, kemudian dikaitkan dengan hukum Islam dan Undang-undang PP No 9/1987 tentang penyedian dan penggunaan tanah untuk keperluan tempat pemakaman.

G. Metode Penelitian

1. Jenis dan Pendekata Penelitian

(27)

Pendekatan empiris adalah penelitian yang fokus meneliti suatu fenomena atau keadaan dari objek penelitian secara detail dengan menghimpun kenyataan yang terjadi serta mengembangkan konsep yang ada. (Zainal Asikin, 2004:24).

2. Lokasi penelitian

Penelitian dilaksanakan di Desa Kesongo Lor Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang. Pemakaman Pungkruk Sari menjadi sasaran Objek penelitian

3. Jenis dan Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu:

a. Sumber primer adalah sumber data yang dibutuhkan untuk memperoleh data-data yang berkaitan langsung dengan objek peneliti, sumber primer disini diambil dari beberapa informal kunci, sedangkan yang dimaksut informal kunci adalah partisipan yang karena kedudukannya dalam komunikasi memiliki pengetahuan khusus mengenahi orang lain, proses maupun peristiwa secara luas dan terperinci dibandingkan orang lain (Serosa, 2012:59). Dalam hal ini keterangan diperolah dari pihak petugas kelurahan desa Kesongo, keluarga dari jenazah non muslim dan warga desa Kesongo.

(28)

2007 : 91) Dalam memperoleh data sekunder biasanya berwujud data dokumentasi atau laporan yang tersedia. Peneliti menggunakan Hukum Islam dan Undang-Undang (UU) tentang pemakaman sebagai sumber resmi.

4. Tehnik Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah prosedur yang sistematis dan standar untuk memperoleh data yang diperlukan. Instrumen pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan data agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan lebih mudah.(Ridwan,2004:137)

Peneliti menggunakan tehnik pengumpulan data sebagai berikut a. Wawancara

Wawancara merupakan metode pengumpulan data dengan cara bertanya langsung.Dalam wawancara ini terjadi interaksi komunikasi antara pihak penulis selaku penanya dan selaku pihak yang diharapkan memberikan jawaban.Yakni suatu komunikasi yang bertujuan memperoleh informasi secara sistematis menggali informasi secara mendalam mengenahi pengelolahan tanah pemakaman yang ada di Desa Kesongo .Wawancara di laksanakan pada pengelolaan tanah pemakaman untuk mengetahui pengelolaan tanah makam tersebut.

(29)

Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data dengan cara menguntip dan meneliti dukumen –dokumen, catatan-catatan dan arsip. Penulis menggali data tentang gambaran umum tanah pemakaman di Desa Kesongo yang diperoleh dari arsip kemudian dianalisis sebagai data pelengkap hasil wawancara.

5. Analisis Data

Menganalisis data merupakan suatu langkah yang sangat kritis dalam penelitian.Penelitian ini bersifat kualitatif dengan penelitian ini digunakan metode induktif.

a. Metode induktif

Metode menarik suatu kesimpulan yang umum atau dasar pengetahuan tentang hal-hal yang khusus terhadap hal-hal atau peristiwa- peristiwa dari data yang telah dikumpulkan melalui observasi, wawancara dan dokumentasi yang bisa digenerasikan.

Penalaran secara induktif dimulai dengan mengemukakan pernyataan- pernyataan yang mempunyai ruang lingkup yang khas dan terbatas dalam menyusun argumentasi yang diakhiri dengang pernyatan yang bersifat umum.

6. Pengecekan Keabsahan Data

(30)

keabsahan data. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain dalam membandingkan hasil wawancara terhadap objek penelitian (Moleong, 2009:330). Untuk melakukan triangulasi yaitu keterangan informan dicek dengan informan lainnya, kemudian keterangan informan dicek dengan observasi dan dokumentasi

7. Tahap-Tahap Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan melalui berbagai tahap. Tahap Pertama Pra lapangan, penelitian menentukan topik penelitian, mencari informasi tentang makam di desa kesongo. Selanjutnya, Penelitian melakukan wawancara kepada beberapa warga di desa Kesongo untuk meminta keterangan tentang faktor penyebab adanya penolakan jenazah non muslim di makam Pungkruk Sari desa Kesongo. Tahap terakhir yaitu penyusunan laporan penelitian dengan cara menganalisis data temuan kemudian memaparkan dengan pendekatan yuridis empiris.

H. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan dalam pembahasan yang lebih lanjut dan jelas dalam membaca penelitian disusunlah sistematika penulisan penelitian ini sebagai berikut:

(31)

pengumpulan data, analisis data, pengecekan keabsahan data, tahap-tahap penelitian dan sistematika penulisan.

Bab kedua, berisi teori tentang gambaran umum tatanan pemakaman dalam Islam yang meliputi pengertian makam, proses terjadinya makam, dasar hukumnya. Selain itu juga membahas pemakaman dalam Undang-Undang yang meliputi pengertian makam, pengelolaan, dasar hukumnya.

Bab ketiga, bab ini berisi tentang profil Desa Kesongo, sejarah makam Pungkruk Sari, hasil wawancara kepada pejabat kelurahan Desa kesonog, keluarga dari jenazah non muslim yang ditolak, tokoh masyarakat. Bab keempat, merupakan hasil analisis penulis mengenahi apakah pandangan warga terhadap penolakan jenazah non muslim di makam Pungkruk Sari di desa Kesongo sudah sesuai dengan ajaran Isalam dan pandangan Perundang- undangan atau tidak.

Bab kelima, merupakan bagian terakhir dari skripsi ini, yang terdiri dari kesimpulan dan saran-saran.

BAB II

LANDASAN TEORI

(32)

Kata kuburan berasal dari kata dasar kubur, berasah dari bahasa arab, yang berarti memendam memasukan,melupakan mengebumikan Kata makam juga berarti tempat, tempat tinggal, kediaman. Kubur berasal dari bahasa arab adalah karta kerja yang berarti menanam atau memendam sesuatu biasanya jenazah seseorang atau bangkai hewan didalam tanah. Kuburan atau pekuburan adalah tempat dimana jenazah-jenazah dikuburkan juga disebut pemakaman.

(33)

-tulisan di kuburan dan membuatnya seperti kubah masjid(HR.Muslim).Dilarang meletakkan alat penerangan sesuai dengan hadis berikut “Allah melaknat orang yahudiyang menjadikan kuburan sebagai tempat sujud dan memberikannya alat penerangan.

Para ahli fiqih telah sepakat bahwa memakamkan atau menguburkan jenazah hukumya adalah fardhu kifayah sebagaimana halnya memandikan, mengkafani dan menshalatkan.Kewajiban mengkuburkan ditetapkan berdasarkan al-qur’an berdasarkan surat al Mursalat ayat 25-26

ًاتاوْمَأَو ًءآَيْحَأ * ًاتاَفِك َضْرلأا ِلَعْجَن ْمَلَأ

“*

yang artinya “ bukanlah kami menjadikan bumi ( tempat) berkumpul orang-orang hidup dan orang-orang mati.Selain iti dalam surat Abasa ayat 21 artinya “ kemudian Dia mematikannya dan memasukannya kedalam kubur”.

Hikmah dari persyariatan penguburan mayat itu ialah agar kemuliaan dan kehormatannya sebagaim manusia dapat diperlihatkan tidak menyerupai bangkai hewan karena Allah SWT telah menjadikan manusia sebagai makhluk-nya yang mulia.

(34)

Bukhari.Muslim,Ahmad, dan An-nasai.Selanjutnya dari Abdullah bin Umar riwayat ahmad dan Al-Bukhari diriwayatkan:

Artinya: “Bahwasanya Rasulullah SAW pada hari Badar memerintahkan (penguburan) dua puluh empat bangkai- bangkai kafirin Quraisy lalu mereka menggusur kaki-kakinya dan dilempar kedalam lembah diantara lembah-lembah Badar yang sangat kotor dan bau, bangkai-bangkai itu saling bertumpukkan”(H.R Ahmad, Al-Mausuatul). 2. Proses terjadinya tanah makam

Mati adalah perpindahan dari alam ke alam lain.Dalam sejarah kematian dalam al-quran pada surat Al- Maidah ayat 27-31 yang terjadi pada anak anak nabi Adam a.s . Pada saat itu beliau mempunyai 2 putra yang bernama Qabil dan Habil dan 2 orang putri yang bernama Iqlimah dan Labudah.Iqlimah dan qabil adalah saudara kembar begitu pula Labudah lahir kembar dengan Habil.

“Ceritakanlah kepada mereka kisah kedua putra Adam (Qabil dan Habil) ketika keduanya mempersembahkan kurban maka diterima dari salah seorang dari merekaberdua (Habil) dan tidak diterima yang lain (Qabil)”.

(35)

“Sesungguhnya aku ingin agar kamu kembali dengan membawa dosa (membunuh)ku dan dosamu sendiri makam kamu akan menjadi penghuni neraka dan yang demikian itulah pembalasan bagi orang-orang yang zalim”.

Maka hawa nafsu Qabil menjadikannya menganggap mudah membunuh saudaranya. Sebab itu dibunuhnyalah maka jadilah ia seorang diantara orang-orang yang merugi.Kemudian Allah menyuruh seekor burung gagak menggali-gali di bumi untuk memperlihatkan kepadanya (Qabil) bagaimana dia seharusnya menguburkan mayat saudaranya.Berkata Qabil:”Aduhai celaka aku , mengapa aku tidak mampu berbuat seperti burung gagak ini lalu aku dapat menguburkan mayat saudaraku ini.Karena itu jadilah dia seorang di antara orang-orang yang menyesal”.

(36)

menyembahkan seekor domba terbainya dengan penuh harap dan dengan hati yang rihdo bahkan seperti kata Ismail din Rafi’ bahwa satu-satunya harta yang disayanginya adalah domba tersebut.

Menurut Al-Sadiy bahwa sebelum Qabil bermaksut membunuh Habil, Habil telah berada di puncak sebuah gunung dan pada suatu kesempatan Qabil mendatanginya sedangkan Habil dalam keadaan tidur maka ia pun memanfaatkan keadaan tersebut dengan mengangkat sebuah batu yang cukup besar dan menimpakannya diatas kepala Habil yang membawa kepada kematiannya.

Lalu Allah SWT mengutus dua ekor burung gagak yang saling membunuh dan salah satunya mati terbunuh dan yang lainya menggunakan cakarnya menggaruk-garuk tanah membuat lubang untuk menanam kawanya itu.Kemudian Qabil melakukan seperti itu terhadap saudaranya.Perbuatan tersebut kemudian menjadi sunnah (tradisi) dikalangan Bani Adam untuk menguburkan mayat.Dalam Al-qur’an disebutkan yang artinya:

”Kemudian Allah mematikannya dan menguburkannya .”(Abasa:21).

(37)

Adapun menurut Abu ubaidah,”Allah menjadikan kubur untuk mayat manusia,dan menyuruh supaya mayat itu dikubur. ”Dan dia katakan pula,takala Umar bin Hubairah membunuh Shalih Bin Abdurrahman, maka berkatalah Bani Tamim saat menemukan mayatnya, ”Maka Umar berkata,”Ambillah dia.

3. Proses Pemakaman Dalam Islam

Menurut Hukum Islam ketentuan-ketentuan yang wajib dilakukan terhadap suatu mayat bagi orang-orang masih hidup. Maka ada beberapa kewajiban yang berhubungan antara yang masih hidup dengan mayat apabila seorang muslim meninggal maka fardu kifayah atas orang hidup. Menyelenggarakan 4 perkara yaitu : memandikan mayat, mengkafani mayat, mensalatkan mayat dan mengkubur mayat.

(38)

Selain masalah ukuran tentu saja ada masalah yang lebih lagi yakni terkait membangun makam. Menurut Hadist Nabi yang diucapkan oleh banyak ulama bahwasanya membangun makam tidaklah diperbolehkan. Makam memang tidak boleh dibangun, diduduki dan dihias.

Tentunya disetiap larangan ada penjelasan. Alasan tidak bisa dibangun makamnya karena lahan makam yang akan semakin menyempit. Alasan tidak boleh mewarnai nisan adalah karena melebih-lebihkan juga untuk alasan membangun makam. Selanjutnya tentu saja menduduki jenazah meskipun dalam tanah sangatlah tidak sopan. Biasanya kuburan Muslim memang sanagt berdekatan sehingga sangat sulit untuk menemukan tempat berpijak yang mana bukan makam.sehingga banyak yang menduduki makam saat berziarah.

Disebutkan dalam hadis dari Basyir – pembantu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam– beliau bercerita:

ْشُمْلا ِروُبُقِب هرَم ملسو هيلع اللَّ ىلص ِ هاللَّ َلوُسَر يِشاَمُأ اَنَأ اَمَنْيَب

ِءَلاُؤَه َقَبَس ْدَقَل ( : َلاَقَف َنيِكِر

) اًريِثَك اًرْيَخ ِءَلاُؤَه َكَرْدَأ ْدَقَل ( : َلاَقَف َنيِمِلْسُمْلا ِروُبُقِب هرَم همُث ، اًثَلاَث ) اًريِثَك اًرْيَخ

(39)

Kemudian beliau melewati kuburan kaum muslimin, kemudian beliau mengatakan,“Mereka telah mendapatkan kebaikan yang banyak. ” (HR. Ahmad 20787, Abu Daud 3230 dan dishahihkan Syuaib al-Arnauth). Berdasarkan hadis ini, ulama sepakat bahwa pemakaman kaum muslimin dan non-muslim harus dipisahkan. Kecuali jika dalam kondisi darurat. Bahkan banyak diantara mereka yang menyatakan, haram menggabungkan pemakaman muslim dengan non-muslim.

Kita akan melihat beberapa pernyataan mereka, Keterangan Ibnu Hazm,

كرشم عم ٌملسم نفدُي لا نأ ملسو هيلع اللَّ ىلص اللَّ لوسر دهع نم ملاسلإا لهأ لمع

Kaum muslimin sejak zaman Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mereka tidak memakamkan muslim bersama orang musyrik.

Kemudian beliau membawakan hadis Basyir. Kemudian beliau mengatakan,

نيكرشملا روبق نع نيملسملا روبق قيرفت اذهب حصف

Berdasarkan hadis ini, sikap yang benar adalah memisahkan kuburan kaum muslimin dengan kuburan orang musyrik. (al-Muhalla, 5/143).

Keterangan an-Nawawi mengatakan,

نيملسم ةربقم يف رفاك لاو ، رافك ةربقم يف ملسم نفدُي لا هنأ ىلع اللَّ مهمحر انباحصأ قفتا

(40)

(al-Dengan demikian hukum tanah pemakaman muslim yang dilakukan oleh orang Islam, dalam praktiknya harus sesuai dengan kaidah-kaidah yang ditentukan oleh syariah dalam hukum hukum islam. Oleh karena itu, penulis akan membahas semua aspek yang berkaitan dengan tanah pemakaman khususnya tanah pemakaman non muslim yang berada di area makam muslim .

B. Tinjauan Umum Makam dalam Undang -Undang

1. Pengertian Makam dan Dasar Hukumya

Tanah makam merupakan kebutuhan umat atau orang banyak yang hakikatnya dilindungi oleh Negara mengenahi pemakaman diatur didalam Peraturan Pemerintahan No.9 tahun 1987 tentang Penyediaan dan penggunaan Tanah untuk Keperluan Tampat Pemakaman.

Menurut Pasal 5 Peraturan Pemerintah No.9 tahun 1987 Penyediaan dan Penggunaan Tanah untuk Keperluan Tempat Pemakaman menyatakan bahwa:“ pengelolaan tempat pemakaman umum yang terletak di kota dilakukan oleh Pemerintah Daerah yang bersangkutan berdasarkan Peraturan Pemerintah tingkat II. Sedangkan pengelolaan tempat pemakaman bukan umum dilakukan oleh suatu badan atau badan hukum yang bersifat sosial atau keagamaan dengan ijin kepada Pemerintah Daerah tingkat II yang bersangkutan “.

(41)

tersebut pengelola dilarang melakukan penggunaan tanah yang berlebih-lebihan dalam arti dilarang pemakaman yang dibuat sedemikian rupayang mengarah pada pemborosan yang mengakibatkan kesurakan pada sumber daya alam dan terganggunya keseimbangan hidup”.

Sehubungan dengan semakin langkanya sebagai akibat pertambahan penduduk dan kegiatan pembangunan maka perlu pengaturan tanah untuk masyarakat. Berbagai permasalahan pertanahan yang dihadapi menjadi upaya penyedian tanah utnuk perluasan makam ataupun penyediaan lahan baru untuk pemakaman semakin sulit,karena hal tersebut.

(42)

dirumuskan secara tegas di dalam Pasal 2 ayat 2 UUPA yang menegaskan kewenangan negara adalah :

1. Mengatur dan menyelenggarakan peruntukan, penggunaan, persediaan atau pemeliharaannya.

2. Menentukan hak-hak yang dapat dipunyai atas (bagian dari) bumi, air dan ruang angkasa itu.

3. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara orang-orang dan perbuatan-perbuatan hukum mengenai bumi, air dan ruang angkasa, segala sesuatunya dengan tujuan untuk mencapai sebesar-besarnya kemakmuran rakyat dalam masyarakat adil dan makmur.

Pemanfaatan tanah secara efektif selaras dengan ketetapan MPR Nomor II /MPR/1983 Bab IV Pola Umum Repelita IV sub D27 yang memerintahkan “pemanfaatan tanah harus sungguh-sungguh membantu usaha meningkatkan kesejahteraan rakyatserda dalam rangka mewujudkan keadilan sosial. Sehubungan itu perlu dilanjutkan dan makin ditingkatkan penataan kembali penggunaan ,penguasaan dan pemilikan tanah termasukpengadilan hak atas tanah”.

Pemakaman atau kuburan adalah sebidang tanah yang disediakan untuk kuburan. Pemakaman bisa bersifat umum (semua orang bisa di makamkan disana) maupun khusus misalnya :

(43)

Pemakaman yang hanya di peruntukkan oleh sesama agama misalnya: pemakaman muslim(pemakaman untuk orang yang beragama islam ), pemakaman khatolik , pemakam Kristen .

b. Pemakaman Pribadi milik keluarga

Pemakaman yang hanya untuk keluarganya saja. Pemakaman ini biasanya dalam satu petak yang diperuntukkan untuk keluarganya saja tidak bisa orang lain.

c. Pemakaman Tanah Makam Pahlawan

Tanah pemakaman yang khusus yang hanya untuk pejuang (pahlawan) raja-raja, para Wali. ( Suandra Wawan, 1994: 116) Dalam usaha melaksanakan ketetapan MPR Nomer II/MPR/1983 dan Undang-Undang Nomer 5 tahun 1996 terhadap penyediaan dan penggunaan tanah untuk keperluan tempat pemakaman ternyata banyak menemui permasalah di berbagai segi yaitu:

a. Lokasi tanah tempat pemakaman ternyata banyak yang terletak ditengah-tengah Kota atau berada pada pemukiman yang pada tpenduduk.Sehingga tidak sesuai dengan perencanaan pembangunan daerah.

b. Pemborosan pemakaian tanah untuk keperluan tempat pemakaman karena belum diatur mengenahi pembatasan tanah bagi pemakaman jenazah seseorang.

(44)

Keadaan yang demikian yang bertentangan dengan usaha dan tujuan pemerintah untuk mewujutkan tata tertib dibidang pertanahan yaitu:

a. Penggunaan tanah tidak menjurus pada pemborosan yang mengakibatkan kesurakan pada sumber daya alam dan terganggunya keseimbangan lingkuan hidup.

b. Pemenuhan kebutuhan tanah untuk keperluan tempat pemakamansecara serasi dan seimbang mengingat persediaan tanah yang ada pada kenyataanya terbatas sedangkan kebutuan negara masyarakat terus meningkat

2. Pengelolaan tanah tempat pemakaman di Indosenia dapat dibedakan beberapa macam:

1. Tempat Pemakaman Umum

(45)

memperhatikan situasi dan kondisi adat istiadat masyarakat setempat. Areal tanah untuk keperluan Tempat Pemakaman Umum diberikan status hak pakai selama di pergunakan untuk keperluaan pemakaman. (Suandra Wawan, 1994: 120)

2. Tempat Pemakaman Bukan Umum

Tempat pemakaman itu juga disebut tempat pemakaman partikelir yang hanya dikelola oleh swasta dan hanya dimungkinkan utnuk suatu badan hukum atau yayasan yang bergerak dibidang sosial atau keagamaan dengan berpedoman pada ketentuan Pemerintah. Dalam hal ini Pemerintah Daerah lebih aktif perannya dalam menentikan izin lokasi tersebut yang diserasikan dengan rancangan pembangunan Daerah. (Suandra Wawan, 1994: 121)

3. Tempat Pemakaman Khusus

Tempat pemkaman ini biasanya meruoakan makam yang mempunyai nilai sejarah dan budaya seperti makam wali, makam para Pahlawan, makam para Raja-raja. (Suandra Wawan, 1994: 122)

4. Krematorium

Yaitu tempat pengabuan jenazah yang pelaksanaanya dilakukan oleh Pemda, masyarakat ataupun badan hukum/yayasan yang bergerak dibidang sosial atau agama yang dengan memperhatikan persyaratan yang ditetapkan oleh Pemda. (Suandra Wawan, 1994: 123)

(46)

Di beberapa tempat di Indonesia ada beberapa masyaratak hukum adat tidak menguburkan jenazah di dalam tanah melainkan menyimpatnya di lobang-lobang, goa-goa ataupun ditempat terbuka sepanjang adat tersebut masih ada dan berlaku pada suatu kelompok masyarakat maka Pemda yang menentukan lokasinya. Penentuan lokasi pemakaman umum oleh Pemda tersebut harus mendapatkan persetujuan dari DPRD dan Mentri Dalam Negri. (Suandra Wawan, 1994: 124)

Izin Mendirikan Bangunan secara umum diatur dalam Peraturan Menteri dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2010 tentang Pedoman Pemberian Izin Mendirikan Bangunan. Bangunan pemakaman menurut peraturan ini adalah salah satu jenis bangunan gedung dengan fungsi sosial seperti yang tercantum dalam Pasal 7 ayat 5 Peraturan Menteri dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2010 Pedoman Pemberian Izin Mendirikan Bangunan.

Fungsi sosial budaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d terdiriatas bangunan olahraga, bangunan pemakaman, bangunan kesenian/kebudayaan, bangunan pasar tradisional, bangunan terminal/haltebus, bangunan pendidikan, bangunan kesehatan, kantor pemerintahan, bangunan panti jompo, panti asuhan dan lain-lain sejenisnya.

(47)

Penyediaan dan Penggunaan Tanah untuk Keperluan Tempat Pemakaman.

Menurut Pasal 4 ayat 1 Peraturan Pemerintah Nomor 9 tahun 1987 tentang Penyediaan dan Penggunaan Tanah untuk Keperluan Tempat Pemakaman, dituliskan bahwa setiap orang harus mendapatkan perlakuan yang sama untuk dimakamkan ditempat pemakaman umum serta memperhatikan pengelompokan berdasarkan masing-masing pemeluk agama agar terciptanya ketertiban dan keteraturan tempat pemakaman umum maupun tempat pemakaman bukan umum dengan memperhatikan luas area yang ditetapkan pemerintah untuk pemakaman jenazah yaitu untuk penggunaan tanah untuk pemakaman jenazah seseorang baik ditempat pemakaman umum maupun tempat pemakaman bukantempat pemakaman karena tidak ditaatinya aturan pembatasaan tanah untuk didirikan pemakaman seseorang, dipakainnya tanah tanah subur untuk tempat pemakaman kurang diperhatikan keserasian dan keselarasan lingkungan hidup, kurang memadainnya upaya pencegahan pengrusakan tanah.

(48)

penggunaan tanah dapat digunakan dan tercukupi dengan baik oleh masyarakat.

BAB III

PENOLAKAN JENAZAH NON MUSLIM DI TANAH MAKAM

PUNGKRUK SARI DI DESA KESONGO DALAM

PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN PP NO. 9/1987 TENTANG

PENYEDIAN DAN PENGGUNAAN TANAH UNTUK

(49)

A. Profil Desa

1. Sejarah Desa Kesongo Lor

(50)

Dengan demikian desa Kesongo diera modern ini menjadi desa yang ramai dan tentram.

2. Visi dan Misi a. Visi Desa

Mewujudkan desa kesongo menjadi desa “bermartabat” dan mandiri melalui bidang pertanian dan industri kecil

b. Misi Desa

Memperbaiki dan menambah sarana dan prasarana yang dibutuhkan untuk Meningkatkan SDM melalui pendidikan formal maupun informal.

Bekerja sama dengan petugas penyuluh lapangan untuk meningkatkan hasil pertanian dan nelayan. Meningkatkan usaha Pertanian dan perikanan. Meningkatkan dan mengelola Pendapatan Asli Desa. Mewujudkan pemerintahan yang baik dan bersih melalui pelaksanaan Otonomi Daerah

3. Letak Wilayah

Desa Kesongo adalah sebuah desa terletak di kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang, Provinsi Jawa Tengah. Memiliki Luas wilayah 158,566. Desa Kesongo berbatasan dengan :

(51)

d. Bagian Timur : Kodya Salatiga 4. Luas wilayah Menurut Penggunaan

a. Luas Pemukiman :460,933 ha/ m2 b. Luas Persawhan :2.564,638 ha/m2 c. Luas kuburan :29,017 ha/m2 d. Perkantoran :4,723 ha/m2 e. Luas Prasarana Umum lainnya :15,006 ha/m2

Total Luas :3.074,317 ha/m2 5. Tanah Fasilitas Umum

a. Kas Desa/Kelurahan :17,64 ha/m2 b. Tanah Bengkok :11,32 ha/m2 c. Lapangan :0,1779 ha/m2 d. Tempat Pemakaman Desa :29,017 ha/m2 e. Tempat pembungan Sampah :0.0152 ha/m2 f. Bangunan Sekolah :0,7384 ha/m2 g. Fasilitas Pasar :0,3757 ha/m2

h. Jalan :2,5446 ha/m2

i. Usaha Perikanan :150 ha/m2 6. Perhubungan

Alat transportasi Desa Kesongo, Kecamatan Tuntang yaitu mayoritas menggunakan Sepeda motor.

(52)

Data dari desa menunjukkan mata pencaharain terbesar di Kesongo ada yang berprofesi sebagai buruh tani sebanyak 639 orang, petani 478 orang, buruh industri 105 orang.

8. Data Demografi a. Data Penduduk

Desa Kesongo terdiri dari 7 dusun, yaitu Dusun Krajan, Dusun Ngentaksari, Dusun Kesongo Lor, Dusun Ngreco, Dusun Sejambu, Dusun Widoro dan Dusun Banjaran. Jumlah total penduduk mencapai 7507 orang dengan raiso 3.724 perempuan dn 3.783 laki-laki. Jumlah KK mencapai 2.150 orang. Penduduk mayoritas berusia 16-55 tahun baik laki-laki maupun perempuan.

Tabel 4.1

Jumlah Penduduk Menurut Usia

Kelompok Usia Laki-laki Perempuan Jumlah

0-4 415 422 837

5-9 339 291 630

10-14 251 257 508

15-19 261 243 504

20-24 287 313 600

25-29 313 311 624

30-34 338 319 657

40-44 259 245 504

(53)

50-54 196 178 374

55-59 175 172 347

60-64 122 122 244

65-69 82 101 183

70-74 72 79 151

>74 105 119 224

(Sumber: diambil dari data Monografi Bulan November 2017 Desa Kesongo) Berdasarkan data pada tabel 4.1 diatas bahwa jumlah penduduk paling banyak terdapat pada kelompok umur 0-4 tahun yaitu 837 jiwa, sedangkan jumlah penduduk paling sedikit terdapat pada kelompok umur 70-74 tahun yaitu hanya 151 jiwa

b. Klimatologi :

1. Suhu : 27 – 30 °C 2. Curah Hujan : 2000/3000 mm 3. Kelembaban udara

4. Kecepatan angin c. Luaslahanpertanian

1. Sawahteririgasi : 122,180 Ha 2. Sawah tadah hujan : 6,280 Ha d. Agama

(54)

Prostestan : 0 Khatolik : 3 Budha : 1 Kong Hu Chu :0 Kepercayaan :0

Mayoritas penduduk desa Kesong beragama Islam yaitu 7443 jiwa. Kristen menempati urutan kedua dan ketiga dengan jumlah 40 jiwa, jumlah tempat ibadah jumlah tempat ibadah yang ada di Desa Kesongo tediri atas 22 musholla dan 6 masjid.

e. Lembaga Pendidikan

Desa Kesongo memiliki 2 PAUD, 2 TK dan 3 SD. Tabel 4.2

Jumlah penduduk menurut pendidikan

No Keterangan Laki-laki Perempuan Jumlah 1 Tidak/belum

sekolah

672 748 1420

2 Belum tamat/SD sederajat

367 322 689

3 Tamat SD/ sederajat

(55)

4 SLTP/ sederajat

528 512 1040

5 Diplomat I/II 13 17 30 6 Diplomat III 41 62 103 7 Diplomat

IV/Strata I

117 132 219

8 Strata II 15 8 23

9 Strata III 1 0 1

Sumber: diambil dari data Monografi Bulan November 2017 Desa Kesongo)

Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui bahwa cukup banyak penduduk yang menempuh pendidikan diatas SLTA diantaranya yaitu Diploma I/II dengan jumlah 30 jiwa, Akademi/Diploma III/ Sarjana Muda dengan jumlah 103 jiwa, Diploma IV/ Strata I dengan jumlah 249 jiwa, Strata II dengan jumlah 23 jiwa dan Strata III dengan jumlah 1jiwa. Mayoritas tingkat pendidikan di Desa Kesongo hanya tamat SD dengan jumlah 1748 jiwa, sehingga dapat disimpulkan bahwa pendidikan di Desa Kesongo sudah cukup baik terbukti dengan banyaknya jiwa yang menempuh pendidikan diatas SLTA.

(56)
(57)
(58)

33 Dosen 4 7 11

34 Guru 9 47 56

35 Arsitek 1 0 1

36 Konsultan 1 0 1

37 Dokter 1 0 1

38 Bidan 0 3 3

39 Perawat 0 3 3

40 Penyiar Radio 1 0 1

41 Tukang sampah 3 2 5

42 Wirausaha 6 7 13

43 Tukang Kuli 11 0 11

44 Nelayan 56 0 56

45 Sopir 45 0 45

46 Pedagang 30 48 78

Sumber: diambil dari data Monografi Bulan November 2017 Desa Kesongo).

Berdasarkan pada tabel 4.3 mayoritas penduduk Desa Kecandran berprofesi sebagai buruh harian lepas dengan jumlah 1189 jiwa, sedangkan penduduk yang belum atau tidak bekerja sebanyak 1307 jiwa diantaranya 650 penduduk laki-laki dan 657 penduduk perempuan.

(59)

Jumlah Kepala Keluarga Berdasarkan Jenis Kelamin

Kepala kelurga Laki-Laki Kepala Kelurga Perempuan

1794 274

Jumlah Total Kepala Kelurga 2068

Sumber: diambil dari data Monografi Bulan November 2017 Desa Kesengo)

Berdasarkan data pada tabel 4.4 jumlah kepala keluarga di Desa Kesongo berjumlah 2068 kepala keluarga, diantaranya 1794 kepala keluarga laki-laki dan 274 kepala keluarga perempuan.

Tabel 4.5

struktur Pemerintahan Desa kesongo

NO NAMA JABATAN AGAMA

1. Agus Riyanto Kepala Desa Islam

2. Dendi Sarwo Edi SekDes Islam

3. Ma’arif Kasi Pemerintah Islam

4. Kuni Mafrohati Kasi Pelayanan Islam

5. Ruhoro Kajur Keuangan Islam

6. Ahmad Muhaimin Kajur Umum dan Perencaan

Islam

7. Jumalin Kadus Krajan Islam

(60)

10. Suyadi Kades Sejambu Islam

11. Mahmudi Kadus widoro Islam

12. Misdi Kadus Banjaran Islam

13. Ujang Mustahid Kadus Ngerco Islam

Tabel 4.6 Tokoh Agama

NO NAMA JABATAN ALAMAT

1. Samsur Ro’i Kyai Pondok

Al-Riyadhoh

Kesongo Lor

2. Muh Asan Kyai Pondok Al-Azhar

Ngentaksari

3. Ahmad Subahi Kyai Pondok Keramat

Sejambu

.4. Mansuri Kyai Pondok Al-Qoriah

Banjaran

f. Organisasi Massa/ Keagamaan

(61)

9. Sejarah Makam

Adapun sejarah yang terkait dengan adanya tempat makan atau berdirinya makam menurut responden dan informan tidak diketahui secara pasti kapan mulai adanya baik tahunnya secara pasti, tidak ada bukti arkeologi yang bisa untuk ditelusuri, kapan orang mulai membentuk tempat makam tersebut dan mulai menggunakan tempat itu sebagai pemakaman. Namun yang jelas bagi masyarakat desa Kesongo hanya mengetahui asal mula dinamakan makam Pungkruk Sari dikarenakan ada bagian makam yang tanahnya tidak rata atau menyerupai bukit (seperti pungkrukan tanah yang tinggi sehingga di sebut Prungkruk .Dengan kejadian-kejadian yang terjadi di tempat tersebut dan kisah sejarahnya hanya diketahui dari mulut-kemulut yang disampaikan oleh orang yang sangat tua atau orangorang terdahulu.

10.Status Tanah Makam

Di sampaikan bahwa lokasi makam Pungkruk Sari berada di wilayah Desa Kesongo Lor dengan bukti tanah No.SPPT:3322060100150040 merupakan tanah bondo desa atau tanah kas desa, yang di peruntukkan untuk semua warga desa kesongo.

11.Letak Geografis Tanah Makam

(62)

yang diperuntukkan untuk warga kesongo. Batah wilayah tanah makam Pungkruk Sari yaitu:

a. Batas wilayah Barat : RT 03 Kesongo Lor (rumah bu Surtinah). b. Batas wilayah Utara : Jalan Kesongo , Desa Ngereco

c. Batas wilayah Timur : Gang, Lapangan

d. Batas wilayah Selatan :Pembatasan Dusun Kesongo dan Desa Ngerajan.

12.Data Informan

Data informan yang di wawancarai dalam penelitian ini adalah 2 petugas Kelurahan, 3warga dan 1 keluarga dari keluarga non muslim.Merekan semua tinggal di Desa Kesongo Lor Kecamatan Tuntang .

Tabel 4.7 Data Informan

No Nama Usia Keterangan

1 DD 34 Seketaris Desa

2 AR 54 Kasi Pemerintah

3 NR 42 Keluarga

Peninggal

4 RN 26 Warga

5 KM 73 Warga

(63)

7 FZ 25 Warga

8 MR 38 Warga

B . Hasil Wawancara

Hasil wawancara yang dilakukan oleh penulis kepada petugas Kelurahan desa Kesongo yaitu

(64)

2. Hasil wawancara kepada bapak AR Kasi Pemerintahan, pada tanggal 15 Agustus 2018 beliau berpendapat bahwasananya penduduk yang mendiami desa Kesongo mayoritas beragama islam tidak bisa dipungkiri kalau adat sesama muslim sudah ada dan tidak mudah untuk merubahnya.

3. RN warga desa, pada tanggal 17 Agustus 2018 berpendapat bahwasanya pemakaman Pungkrik Sari adalah pemakaman umum akan tetapi beliau tidak menyetujui dengan adanya pemakaman non muslim di makamkan di pemakaman Pungkruk Sari .Alasan beliau karena adat yang mayoritasnya beragama muslim.

4. KM warga desa berdasarkan wawancara 18 Agustus 2018 beliau berpendapat bahwasanya pemakaman Pungkruk Sari adalah pemakaman umum untuk desa dan beliau setuju akan adanya pemakaman non muslim akan tetapi pemakaman di bedakan, diberi pembatas atau bersandingan.Alasan menyetujui adanya pemakaman non muslim dikarena warga non muslim tersebut juga memiliki hak atas tanah makam karena dia juga warga Kesongo.

(65)

makam Pungkruk Sari dengan alasan masih adanya kepercayaan yaitu apabila jenazah muslim ikut merasakan kepedihan siksaannya.

6. FZ warga desa, berdasarkan hasil wawancara pada tanggal 18 Agustus yang dilakukan beliau setuju dengan adanya pemakaman non muslim akan tetapi pemakaman itu di beti pematas atau sekat agar dapat membedakannya.

7. MR warga desa, berdasarkan hasil wawancara pada tanggal 18 Agustus 2018 yang dilakukan beliau berpendapat tidak setuju dengan alasan sudah dari dahulu makam tersebut hanya ada satu makam dan belum ada pembatas atau makam untuk agama lain. C. Kronologi Penolakan Jenazah Non Muslim di makam Pungkruk Sari Desa

Kesongo.

(66)

jenazah beliau di makam Pungkruk Sari dikarenakan agama beliau tidak muslim (Islam). Bapak Carik (wakil lurah) akhirnya mengadakan mediasi dengan warga dalam persoalan ini. Tidak adanya hasil yang di capai dalam mediasi yang dilakukan. Warga tetap bersikeras menolak jenazah beliau untuk di makamkan di makam Pungkruk Sari dengan alasan bahwa warga mempercayai tidak boleh mempersandingkan jenazah muslim dengan non muslim. Adanya penolakan dari warga akhirnya jenazah kakek SA di makamkan di luar desa.

BAB IV

ANALISIS TERJADINYA PENOLAKAN JENAZAH NON

MUSLIM DI TANAH MAKAM PUNGKRUK SARI DI DESA

KESONGO DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN PP

(67)

A. Alasan Terjadinya Penolakan Jenazah Non Muslim di Makam Pungkruk Sari.

1. Ada beberapa alasan yang menjadi latar belakang terjadinya penolakan pemakaman non muslim didesa Kesongo karena beberapa faktor yaitu:

a. Kepercayaan

Yang dimaksut kepercayaan disini ialah kepercayaan adanya cerita zaman dulu apabila jenazah muslim akan ikut serta merasakan pedihnya siksaan Tuhan yang ditimpakan kepada non muslim yang dimakamkan di sampingnya. Cerita yang dibawakan dari mulut kemulut sudah melekat tanpa ada yang mengetahui asal mulanya.

b. Adat Istiadat

Yang dimaksutkan disini ialah budaya yang sudah ada karena faktor penduduknya mayoritas muslim sehingga makam tersebut hampir semua yang meninggal muslim sehingga mayoritas muslim mereka menganggap tanah makam itu di peruntukkan untuk muslim.

B. Tinjauan Hukum Islam dan PP No.9/1987 Tentang Penyedian dan Penggunaan Tanah Untuk Keperluan Tanah Pemakaman.

(68)

Menguburkan jenazah hukumya wajib kifayah meskipun jenazah non muslim.Rasulullah SAW memerintahkan dan sekaligus sering turun tangan melaksanakan penguburan.

Makam berarti tempat, tempat tinggal, kediaman. Kubur berasal dari bahasa arab adalah karta kerja yang berarti menanam atau memendam sesuatu biasanya jenazah seseorang atau bangkai hewan didalam tanah. Kuburan atau pekuburan adalah tempat dimana jenazah-jenazah dikuburkan juga disebut pemakaman.

Ditinjau berdasarkan hukum Islam bahwasannya kaidah-kaidah pemakaman muslim bersadarkan dalil hadis Basyir Bin Khashashiyah dan Ibnu Hazm disebutkan

َنيِكِرْشُمْلا ِروُبُقِب هرَم ملسو هيلع اللَّ ىلص ِ هاللَّ َلوُسَر يِشاَمُأ اَنَأ اَمَنْيَب

َنيِمِلْسُمْلا ِروُبُقِب هرَم همُث ، اًثَلاَث ) اًريِثَك اًرْيَخ ِءَلاُؤَه َقَبَس ْدَقَل ( : َلاَقَف

َكَرْدَأ ْدَقَل ( : َلاَقَف

) اًريِثَك اًرْيَخ ِءَلاُؤَه

Ketika saya sedang berjalan bersama Rasulullah Shallallahu ‘alaihiwa sallam, kami melewati kuburan orang musyrikin. Lalu beliau bersabda:“Mereka tertinggal untuk mendapatkan kebaikan yang banyak.” Beliau ucapkan 3 kali.

Ibnu Hazm berkata:

(69)

Kaum muslimin sejak zaman Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mereka tidak memakamkan muslim bersama orang musyrik.

Berdasarkan hadis ini, ulama sepakat bahwa pemakaman kaum muslimin dan non-muslim harus dipisahkan. Kecuali jika dalam kondisi darurat. Bahkan banyak diantara mereka yang menyatakan, haram menggabungkan pemakaman muslim dengan non-muslim.

Menurut Hasil wawancara yang dilakukan dengan beberapa warga dan pamong desa, ditemukan bahwasan sebagian besar penduduk desa Kesongo beragama muslim, dan berdasarkan hukum adat yang berlaku di Desa Kesongo, pemakaman warga muslim dipisahkan dengan pemakaman warga non muslim.

2. Menurut Peraturan pemerintah No.9/1987 Tentang Penyedian dan Penggunaan Tanah Untuk Keperluan Tanah Makam.

Tanah makam merupakan kebutuhan umat atau orang banyak yang hakikatnya dilindungi oleh Negara mengenahi pemakaman diatur didalam Peraturan Perundang-undangan di Indonesia.

(70)

serta memperhatikan pengelompokan berdasarkan masing-masing pemeluk agama agar terciptanya ketertiban dan keteraturan tempat pemakaman umum maupun tempat pemakaman bukan umum.

Alasan Masyarakat terhadap Penolakan Pemakaman Alasan perilaku masyarakat yang dimaksud disini adalah sesuatu yang mendorong masyarakat dalam mempercayai keramat yang ada pada objek tersebut. Alasan pada dasarnya mempunyai kaitan yang erat bagi seseorang dalam melakukan sesuatu bahkan alasan bisa menjadi penyebab utama dalam menunjang suatu kegiatan yang bisa menyangkut masalah apa saja, termasuk menyangkut masalah kepercayaan. Berdasarkan hasil penelitian yang penulis lakukan di lokasi penelitian dapat diketahui alasan dan perilaku masyarakat dalam penolakan pemakaman non muslim atau objek tersebut adalah karena kepercayaan bahwa jenazah muslim akan ikut serta merasakan pedihnya siksaan Tuhan yang ditimpakan kepada non muslim yang dimakamkan di sampingnya.

BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

(71)

maka ada beberapa halyang menjadi titik tekan sebagai kesimpulan skripsi ini, yaitu:

1. Alasan warga terhadap penolakan pemakaman non muslim di desa Kesongo.

a. Kepercayaan

Adanya cerita zaman dulu apabila jenazah muslim akan ikut serta merasakan pedihnya siksaan Tuhan yang ditimpakan kepada non muslim yang dimakamkan di sampingnya.

b. Adat Istiadat

Budaya yang sudah ada karena faktor penduduknya mayoritas muslim sehingga makam tersebut hampir semua yang meninggal muslim sehingga mayoritas muslim mereka menganggap tanah makam itu di peruntukkan untuk muslim.

2 Tinjauan Hukum Islam dan Peraturan Pemerintah Nomor 9 tahun 1987. a. Menurut Hukum Islam

Menurut hadis Basyir dan Ibnu Hazm tindakan warga terhadap penolakan pemakaman sudah sesuai yang tidak mencampurkan atau tidak berdekatan pekuburan Muslim dengan pekuburan Non Muslim.

(72)

tindakan warga terhadap penolakan pemakaman belum sesuai bahwasannya dituliskan bahwa setiap orang harus mendapatkan perlakuan yang sama untuk dimakamkan di tempat pemakaman umum serta memperhatikan pengelompokan berdasarkan masing-masing pemeluk agama.

B. Saran

Setelah melakukan penelitian dan menganalisa hasil yang didapatkan melalui wawancara, penulis bermaksud memberikan saran sebagai berikut:

1. Bagi Pemerintah

Perlunya ditegaskan peraturan tentang pemakaman dengan lebih detail baik itu mencangkup pemanfaatan makam seperti jangka waktu penggunaan makam , fasilitas pendukung maupun peraturan yang mengatur tentang penyediaan lahan makam. Perlunya menerapkan aturan lokasi makam sesuai dengan peraturan yang telah di tetapkan hal ini guna mewujudkan lingkungan yang serasi. Selain itu, perlu di tertimbangkan pula penyediaan pemakaman menurut agama masing-masing, sehingga kebutuhan pemakaman antar agama dapat terpenuhi dan dapat meminimalisir masalah sosial yang mungkin muncul kedepanya.

2. Bagi Masyarakat

(73)

suku,ras dan agama. Perbedaan akan selalu ada namun perbedaan bukanlah hal yang perlu diperdebatkan karena perbedaan ada bukanlah agar kita saling merusak tatanan yang sudah baik namun perbedaan ada agar kita saling melengkapi dan membangun masyarakat untuk lebih baik atau perlu perencanaan lahan untuk pemakaman. Perencanaan ini dapat meliputi pengefisienan laham makam dengan mengalokasikan lahan makam untuk dibagi beberapa meter untuk makam muslim dan berapa meter untuk yang non muslim. Demi menjaga kerukunan antar warga kita harus tetap mengedepankan telerensi antar umat beragama khususnya di Desa Kesongo dan bagaimana kita mencari jalan keluar bersama-sama dalam mengatasi permasalahan pemakaman.

3. Bagi Tokoh Agama

(74)

DAFTAR PUSTAKA

Arif Kurnianto. (2011). ”Masyarakat Multi Etnis di Kota Padang: Kehidupan etnis Tionghoa di Kelurahan Batang Arau Kota Padang Tahun 1967-2000”. Skripsi,Padang: Universitas Andalas.

Agustina, Dewi, 2004. Warga Semarang Berburu Makah Mewah. Merdeka: Semarang

Baaz , Syaikh Abdul’Aziz bin, dkk., Fatwa-Fatwa Terkini, Jakarta: Darul Haq, 2003.

Ghazali, Abdul Rahmal Rahmat, dkk., Fiqih Muamalah. Jakarta: Kencana 2010. Hadi Sabari Yunus. Struktur Tata Ruang Kota. Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 2000. Hamzah, Andi. 1994. Hukum Pertanahan Indonesia. PT Rineka Cipta: Jakarta

Anggota Ikapi.

Hanafiah, Kemas Ali. 2014. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Jakarta: Rajawali Pres. Hasan, Ali. Manajemen Bisnis Syariah. Yogyakarta: Pustaka Pelajaran, 2009. Johara T. Jayadinata. 1992. Tata Guna Tanah Dalam Perencanaan Pedesaan

Perkotaan dan Wilayah. ITN Bandung.

Jujun, Suriasumantri. 2005. Filsafat Ilmu. Pustaka Sinar Harapan: 125. Kuntowijoyo. Metodelogi Sejarah. Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya, 2003. Lahir, Muhammad dan Zuldafrial. 2002. Penelitian Kualitatif. Klece Kadipiro:

Surakarta 57136.

Moleong, Lexy J. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif. PT Rosdakarya Offset: Bandung.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomer 9 tahun 1978 Tentang Penyediaan dan penggunaan Tanah Untuk Keperluan Tanah Pemakaman Raharjo Adisasmita. Pembangunan Pedesaan Perkotaan. Yogyakarta: Graha

Ilmu, 2006.

(75)
(76)
(77)
(78)
(79)
(80)
(81)
(82)
(83)
(84)
(85)
(86)
(87)
(88)
(89)
(90)
(91)

Gambar

Tabel 4.1
Tabel 4.2
Tabel 4.3
Tabel 4.4
+4

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan serta pengaruh waktu dan variasi penambahan air terhadap kadar karbohidrat, air, dan asam sianida dari kulit singkong

Di samping itu, pengamatan dan analisis mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran uang (M2) merupakan variabel kunci bagi otoritas moneter untuk menetapkan

Menurut Sihite (2011:65), menyatakan bahwa setiap orang yang datang ke hotel baik untuk menginap, makan, minum, atau untuk keperluan lainnya, biasanya disebut

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh pentingnya Siswa Kelas XI sebagai remaja untuk mempunyai kemampuan menghadapi dan mengatasi masalah, terlebih dengan

Pengolahan data Sanggar Seni Universitas Cokroaminoto Palopo masih menggunakan sistem konvensional artinya informasi yang di dapat oleh pengunjung seperti

Begitu juga dengan sifat-sifat yang telah disepakati atau kesesuaian produk untuk aplikasi tertentu tidak dapat disimpulkan dari data yang ada dalam Lembaran Data Keselamatan

Dari latar belakang permasalahan yang telah diuraikan, maka penelitian ini difokuskan pada faktor atau variabel yang mempengaruhi PMDN dengan judul “ Faktor – Faktor Yang

Pored sadržaja skroba koji jeste bitan ali ne i dovoljan uslov za postizanje visokog prinosa i iskorišćenja skroba veoma je važan i sadržaj proteina u zrnu kukuruza.. Uporedni