• Tidak ada hasil yang ditemukan

A. Tinjauan Umum Makam Berdasarkan Hukum Islam 1. Pengertian Makam dan Dasar Hukumnya

Kata kuburan berasal dari kata dasar kubur, berasah dari bahasa arab, yang berarti memendam memasukan,melupakan mengebumikan Kata makam juga berarti tempat, tempat tinggal, kediaman. Kubur berasal dari bahasa arab adalah karta kerja yang berarti menanam atau memendam sesuatu biasanya jenazah seseorang atau bangkai hewan didalam tanah. Kuburan atau pekuburan adalah tempat dimana jenazah-jenazah dikuburkan juga disebut pemakaman.

Ada beberapa aturan yang terkait dengan kuburan yang dikemukakan para ahli fikih berdasarkan sunah Rasulullah SAW. Menguburkan mayat bertujuan agar tidak bauyang tidak sedap dari mayat. Lubang kubur harus luas panjang dalam dan lebar sesuai dengan sabda Rasullah SAW “Galilah kuburan lebarkan dan dalamkan(kuburan) itu”(HR at-Tirmizi).Dianjurkan untuk membuat lahad jika tanah kuburan keras yaitu lubang khusus di dinding samping lubang kubur ukuranya cukup untuk memiringkan mayat ke arah kiblat dalam dalam keadaan tidur. Posisi mayat munutur ulama Mazhab Syafi’i dan Hambali wajib di hadapkan ke kiblat alasanya karena RasulullahSAW sendiri ketika dikuburkan dihadapkan ke kiblat. Disunahkan bagi orang yang mengikuti jalannya pemakaman untuk ikut menimbun kuburan walaupun hanya beberapa gumpal tanah. Mahkruh hukumnya membuat kuburan seperti bangunan menandai dengan tulisan .Alasanya adalah hadis Rasulluah SAW dari Jabri bin Abdullah yang menyatakan :”Rasullah melarang membangun kuburan menulis tulisan

-tulisan di kuburan dan membuatnya seperti kubah masjid(HR.Muslim).Dilarang meletakkan alat penerangan sesuai dengan hadis berikut “Allah melaknat orang yahudiyang menjadikan kuburan sebagai tempat sujud dan memberikannya alat penerangan.

Para ahli fiqih telah sepakat bahwa memakamkan atau menguburkan jenazah hukumya adalah fardhu kifayah sebagaimana halnya memandikan, mengkafani dan menshalatkan.Kewajiban mengkuburkan ditetapkan berdasarkan al-qur’an berdasarkan surat al Mursalat ayat 25-26

ًاتاوْمَأَو ًءآَيْحَأ * ًاتاَفِك َضْرلأا ِلَعْجَن ْمَلَأ “*

yang artinya “ bukanlah kami menjadikan bumi ( tempat) berkumpul orang-orang hidup dan orang-orang mati.Selain iti dalam surat Abasa ayat 21 artinya “ kemudian Dia mematikannya dan memasukannya kedalam kubur”.

Hikmah dari persyariatan penguburan mayat itu ialah agar kemuliaan dan kehormatannya sebagaim manusia dapat diperlihatkan tidak menyerupai bangkai hewan karena Allah SWT telah menjadikan manusia sebagai makhluk-nya yang mulia.

Menguburkan jenazah hukumya wajib kifayah meskipun jenazah non muslim.Rasulullah SAW memerintahkan dan sekaligus sering turun tangan melaksanakan penguburan.Didalam hadisyang antara lain dari Abu Talhah diriwayatkan oleh Al-

Bukhari.Muslim,Ahmad, dan An-nasai.Selanjutnya dari Abdullah bin Umar riwayat ahmad dan Al-Bukhari diriwayatkan:

Artinya: “Bahwasanya Rasulullah SAW pada hari Badar memerintahkan (penguburan) dua puluh empat bangkai- bangkai kafirin Quraisy lalu mereka menggusur kaki-kakinya dan dilempar kedalam lembah diantara lembah-lembah Badar yang sangat kotor dan bau, bangkai-bangkai itu saling bertumpukkan”(H.R Ahmad, Al-Mausuatul). 2. Proses terjadinya tanah makam

Mati adalah perpindahan dari alam ke alam lain.Dalam sejarah kematian dalam al-quran pada surat Al- Maidah ayat 27-31 yang terjadi pada anak anak nabi Adam a.s . Pada saat itu beliau mempunyai 2 putra yang bernama Qabil dan Habil dan 2 orang putri yang bernama Iqlimah dan Labudah.Iqlimah dan qabil adalah saudara kembar begitu pula Labudah lahir kembar dengan Habil.

“Ceritakanlah kepada mereka kisah kedua putra Adam (Qabil dan Habil) ketika keduanya mempersembahkan kurban maka diterima dari salah seorang dari merekaberdua (Habil) dan tidak diterima yang lain (Qabil)”.

Ia berkata (Qabil):” Aku pasti membunuhmu!”.Berkata Habil:”Sesungguhnya Allah hanya menerima( kurban) dari orang – orang yang bertaqwa”.Sesunggunya kalau kamu kamu menggerakkan tanganku kepadamu untuk membunuhmu. Sesungguhnya aku takut kepada Allah”.

“Sesungguhnya aku ingin agar kamu kembali dengan membawa dosa (membunuh)ku dan dosamu sendiri makam kamu akan menjadi penghuni neraka dan yang demikian itulah pembalasan bagi orang-orang yang zalim”.

Maka hawa nafsu Qabil menjadikannya menganggap mudah membunuh saudaranya. Sebab itu dibunuhnyalah maka jadilah ia seorang diantara orang-orang yang merugi.Kemudian Allah menyuruh seekor burung gagak menggali-gali di bumi untuk memperlihatkan kepadanya (Qabil) bagaimana dia seharusnya menguburkan mayat saudaranya.Berkata Qabil:”Aduhai celaka aku , mengapa aku tidak mampu berbuat seperti burung gagak ini lalu aku dapat menguburkan mayat saudaraku ini.Karena itu jadilah dia seorang di antara orang-orang yang menyesal”.

Pada ayat 27 di jelaskan bahwa sebab terjadinya perselisihan Qabil dan Habil adalah “kecantikan” Iqlimah yang diperebutkan sehingga Qabil berani melanggar suat hukum yang telah di tetapkan .Hal ini membuat keresahan mendalam dan berlarut-larut bagi Nabi Adam a.s selaku orang tua mereka.Hingga datangnya petunjuk Allah permintaan kurban bagi kedua saudara tersebut dengan ketentuan kurban yang diterima berhak atas Iqlimah.Habil mempersembahkan seekor domba sedangkan Qabil mempersembahkan gandum karena ia seorang petani dan tanpa peduli diterima atau tidak sedangkan Habil adalah seorang peternak yang dengan ternaknya ia

menyembahkan seekor domba terbainya dengan penuh harap dan dengan hati yang rihdo bahkan seperti kata Ismail din Rafi’ bahwa satu-satunya harta yang disayanginya adalah domba tersebut.

Menurut Al-Sadiy bahwa sebelum Qabil bermaksut membunuh Habil, Habil telah berada di puncak sebuah gunung dan pada suatu kesempatan Qabil mendatanginya sedangkan Habil dalam keadaan tidur maka ia pun memanfaatkan keadaan tersebut dengan mengangkat sebuah batu yang cukup besar dan menimpakannya diatas kepala Habil yang membawa kepada kematiannya.

Lalu Allah SWT mengutus dua ekor burung gagak yang saling membunuh dan salah satunya mati terbunuh dan yang lainya menggunakan cakarnya menggaruk-garuk tanah membuat lubang untuk menanam kawanya itu.Kemudian Qabil melakukan seperti itu terhadap saudaranya.Perbuatan tersebut kemudian menjadi sunnah (tradisi) dikalangan Bani Adam untuk menguburkan mayat.Dalam Al-qur’an disebutkan yang artinya:

”Kemudian Allah mematikannya dan menguburkannya .”(Abasa:21).

Maksutnya Allah Ta’ala membuat kubur yang menutupi jasadnya sebagai penghormatan terhadapnya. Allah Ta’ala tidak membiarkan mayat manusia tergeletak begitu saja di atas tanah lalu dimakan burung dan binatang-binatangpemakan bangkai.

Adapun menurut Abu ubaidah,”Allah menjadikan kubur untuk mayat manusia,dan menyuruh supaya mayat itu dikubur. ”Dan dia katakan pula,takala Umar bin Hubairah membunuh Shalih Bin Abdurrahman, maka berkatalah Bani Tamim saat menemukan mayatnya, ”Maka Umar berkata,”Ambillah dia.

3. Proses Pemakaman Dalam Islam

Menurut Hukum Islam ketentuan-ketentuan yang wajib dilakukan terhadap suatu mayat bagi orang-orang masih hidup. Maka ada beberapa kewajiban yang berhubungan antara yang masih hidup dengan mayat apabila seorang muslim meninggal maka fardu kifayah atas orang hidup. Menyelenggarakan 4 perkara yaitu : memandikan mayat, mengkafani mayat, mensalatkan mayat dan mengkubur mayat.

Di Indinesia yang notabenenya adalah minoritas Islam tentunya banyak kuburan muslim yang ada diwilayah Indonesia. Dalam Islam ada aturan dalam membuat makam terutama untuk ukuran makam yang dianjurkan untuk tidak berlebihan yakni sesuai dengan tubuh jenazah yang dimakamkan.Untuk ukuran orang muslim banyak ulama yang menganjurkan bahwa memakamkan sebaiknya dengan membuat ukuran 2x1 meter saja yang mana pas sekali untuk ukuran tubuh manusia Indonesia yang tak banyak mendekati 2 meter.

Selain masalah ukuran tentu saja ada masalah yang lebih lagi yakni terkait membangun makam. Menurut Hadist Nabi yang diucapkan oleh banyak ulama bahwasanya membangun makam tidaklah diperbolehkan. Makam memang tidak boleh dibangun, diduduki dan dihias.

Tentunya disetiap larangan ada penjelasan. Alasan tidak bisa dibangun makamnya karena lahan makam yang akan semakin menyempit. Alasan tidak boleh mewarnai nisan adalah karena melebih-lebihkan juga untuk alasan membangun makam. Selanjutnya tentu saja menduduki jenazah meskipun dalam tanah sangatlah tidak sopan. Biasanya kuburan Muslim memang sanagt berdekatan sehingga sangat sulit untuk menemukan tempat berpijak yang mana bukan makam.sehingga banyak yang menduduki makam saat berziarah.

Disebutkan dalam hadis dari Basyir – pembantu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam– beliau bercerita:

ْشُمْلا ِروُبُقِب هرَم ملسو هيلع اللَّ ىلص ِ هاللَّ َلوُسَر يِشاَمُأ اَنَأ اَمَنْيَب

ِءَلاُؤَه َقَبَس ْدَقَل ( : َلاَقَف َنيِكِر

) اًريِثَك اًرْيَخ ِءَلاُؤَه َكَرْدَأ ْدَقَل ( : َلاَقَف َنيِمِلْسُمْلا ِروُبُقِب هرَم همُث ، اًثَلاَث ) اًريِثَك اًرْيَخ

Ketika saya sedang berjalan bersama Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, kami melewati kuburan orang musyrikin. Lalu beliau bersabda:“Mereka tertinggal untuk mendapatkan kebaikan yang banyak.” Beliau ucapkan 3 kali

Kemudian beliau melewati kuburan kaum muslimin, kemudian beliau mengatakan,“Mereka telah mendapatkan kebaikan yang banyak. ” (HR. Ahmad 20787, Abu Daud 3230 dan dishahihkan Syuaib al-Arnauth). Berdasarkan hadis ini, ulama sepakat bahwa pemakaman kaum muslimin dan non-muslim harus dipisahkan. Kecuali jika dalam kondisi darurat. Bahkan banyak diantara mereka yang menyatakan, haram menggabungkan pemakaman muslim dengan non-muslim.

Kita akan melihat beberapa pernyataan mereka, Keterangan Ibnu Hazm,

كرشم عم ٌملسم نفدُي لا نأ ملسو هيلع اللَّ ىلص اللَّ لوسر دهع نم ملاسلإا لهأ لمع

Kaum muslimin sejak zaman Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mereka tidak memakamkan muslim bersama orang musyrik.

Kemudian beliau membawakan hadis Basyir. Kemudian beliau mengatakan,

نيكرشملا روبق نع نيملسملا روبق قيرفت اذهب حصف

Berdasarkan hadis ini, sikap yang benar adalah memisahkan kuburan kaum muslimin dengan kuburan orang musyrik. (al-Muhalla, 5/143).

Keterangan an-Nawawi mengatakan,

نيملسم ةربقم يف رفاك لاو ، رافك ةربقم يف ملسم نفدُي لا هنأ ىلع اللَّ مهمحر انباحصأ قفتا

Ulama madzhab kami (syafi’iyah) – rahimahumullah – sepakat bahwa orang islam tidak boleh dimakamkan di kuburan orang kafir, dan juga orang kafir tidak boleh dimakamkan di kuburan kaum muslimin.

(al-Dengan demikian hukum tanah pemakaman muslim yang dilakukan oleh orang Islam, dalam praktiknya harus sesuai dengan kaidah-kaidah yang ditentukan oleh syariah dalam hukum hukum islam. Oleh karena itu, penulis akan membahas semua aspek yang berkaitan dengan tanah pemakaman khususnya tanah pemakaman non muslim yang berada di area makam muslim .

B. Tinjauan Umum Makam dalam Undang -Undang

1. Pengertian Makam dan Dasar Hukumya

Tanah makam merupakan kebutuhan umat atau orang banyak yang hakikatnya dilindungi oleh Negara mengenahi pemakaman diatur didalam Peraturan Pemerintahan No.9 tahun 1987 tentang Penyediaan dan penggunaan Tanah untuk Keperluan Tampat Pemakaman.

Menurut Pasal 5 Peraturan Pemerintah No.9 tahun 1987 Penyediaan dan Penggunaan Tanah untuk Keperluan Tempat Pemakaman menyatakan bahwa:“ pengelolaan tempat pemakaman umum yang terletak di kota dilakukan oleh Pemerintah Daerah yang bersangkutan berdasarkan Peraturan Pemerintah tingkat II. Sedangkan pengelolaan tempat pemakaman bukan umum dilakukan oleh suatu badan atau badan hukum yang bersifat sosial atau keagamaan dengan ijin kepada Pemerintah Daerah tingkat II yang bersangkutan “.

Pasal 2 ayat 3 Peraturan Pemerintah No.9 tahun 1987 tentang Penyediaan dan Penggunaan Tanah untuk Keperluan Tempat Pemakaman menyatakan bahwa: “Dalam pembangunan pemakaman

tersebut pengelola dilarang melakukan penggunaan tanah yang berlebih-lebihan dalam arti dilarang pemakaman yang dibuat sedemikian rupayang mengarah pada pemborosan yang mengakibatkan kesurakan pada sumber daya alam dan terganggunya keseimbangan hidup”.

Sehubungan dengan semakin langkanya sebagai akibat pertambahan penduduk dan kegiatan pembangunan maka perlu pengaturan tanah untuk masyarakat. Berbagai permasalahan pertanahan yang dihadapi menjadi upaya penyedian tanah utnuk perluasan makam ataupun penyediaan lahan baru untuk pemakaman semakin sulit,karena hal tersebut.

Secara eksplisit permasalahan penggunaan tanah telah di atur jelas di dalam UUD 1945 Pasal 33 ayat 3 menyatakan bahwa Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat.Kata-kata “dikuasai” kadang masih menimbulkan interpretasi. Sekilas rakyat.Kata-kata dikuasai menunjukan Negara adalah pemiliknya padahal tidak demikian. Pada penjelasan umum Undang-Undang Pokok Agraria (UUPA) disebutkan juga bahwa negara (pemerintah) dinyatakan menguasai hanyamenguasai tanah. pengertian tanah “dikuasai” bukanlah berarti “dimiliki” akan tetapi adalah pengertian yang memberi wewenang tertentu kepada Negara sebagai organisasi kekuasaan. hal ini

dirumuskan secara tegas di dalam Pasal 2 ayat 2 UUPA yang menegaskan kewenangan negara adalah :

1. Mengatur dan menyelenggarakan peruntukan, penggunaan, persediaan atau pemeliharaannya.

2. Menentukan hak-hak yang dapat dipunyai atas (bagian dari) bumi, air dan ruang angkasa itu.

3. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara orang-orang dan perbuatan-perbuatan hukum mengenai bumi, air dan ruang angkasa, segala sesuatunya dengan tujuan untuk mencapai sebesar-besarnya kemakmuran rakyat dalam masyarakat adil dan makmur.

Pemanfaatan tanah secara efektif selaras dengan ketetapan MPR Nomor II /MPR/1983 Bab IV Pola Umum Repelita IV sub D27 yang memerintahkan “pemanfaatan tanah harus sungguh-sungguh membantu usaha meningkatkan kesejahteraan rakyatserda dalam rangka mewujudkan keadilan sosial. Sehubungan itu perlu dilanjutkan dan makin ditingkatkan penataan kembali penggunaan ,penguasaan dan pemilikan tanah termasukpengadilan hak atas tanah”.

Pemakaman atau kuburan adalah sebidang tanah yang disediakan untuk kuburan. Pemakaman bisa bersifat umum (semua orang bisa di makamkan disana) maupun khusus misalnya :

Pemakaman yang hanya di peruntukkan oleh sesama agama misalnya: pemakaman muslim(pemakaman untuk orang yang beragama islam ), pemakaman khatolik , pemakam Kristen .

b. Pemakaman Pribadi milik keluarga

Pemakaman yang hanya untuk keluarganya saja. Pemakaman ini biasanya dalam satu petak yang diperuntukkan untuk keluarganya saja tidak bisa orang lain.

c. Pemakaman Tanah Makam Pahlawan

Tanah pemakaman yang khusus yang hanya untuk pejuang (pahlawan) raja-raja, para Wali. ( Suandra Wawan, 1994: 116) Dalam usaha melaksanakan ketetapan MPR Nomer II/MPR/1983 dan Undang-Undang Nomer 5 tahun 1996 terhadap penyediaan dan penggunaan tanah untuk keperluan tempat pemakaman ternyata banyak menemui permasalah di berbagai segi yaitu:

a. Lokasi tanah tempat pemakaman ternyata banyak yang terletak ditengah-tengah Kota atau berada pada pemukiman yang pada tpenduduk.Sehingga tidak sesuai dengan perencanaan pembangunan daerah.

b. Pemborosan pemakaian tanah untuk keperluan tempat pemakaman karena belum diatur mengenahi pembatasan tanah bagi pemakaman jenazah seseorang.

c. Kurang diperhatikan keserasian dan keselarasan lingkungan hidup. (Jayadinata, 2002:171)

Keadaan yang demikian yang bertentangan dengan usaha dan tujuan pemerintah untuk mewujutkan tata tertib dibidang pertanahan yaitu:

a. Penggunaan tanah tidak menjurus pada pemborosan yang mengakibatkan kesurakan pada sumber daya alam dan terganggunya keseimbangan lingkuan hidup.

b. Pemenuhan kebutuhan tanah untuk keperluan tempat pemakamansecara serasi dan seimbang mengingat persediaan tanah yang ada pada kenyataanya terbatas sedangkan kebutuan negara masyarakat terus meningkat

2. Pengelolaan tanah tempat pemakaman di Indosenia dapat dibedakan beberapa macam:

1. Tempat Pemakaman Umum

Tempat pemakam umum biasa disingkat TPU merupakan kawasan tempat pemakaman yang biasanya dilaksanakan oleh Pemerinta Daerah dan atau Pemerindah Desa di mana areal tanah tersebut disediakan untuk pemakaman jenazah bagi seluruyh anggota Masyarakat dengan tidak membedakan Agama ,Bangsa dan Kewarganegaraanya. Bagi jenazah yang tidak jelas identitasnya maupun agamanya penguburanya ditempatkan didalam lingkungan tertentu di tempat makam umum tersebut. Pengaturan atas tempat pemakaman umum dilakukan oleh Pemerintahan Daerah setempat dan

memperhatikan situasi dan kondisi adat istiadat masyarakat setempat. Areal tanah untuk keperluan Tempat Pemakaman Umum diberikan status hak pakai selama di pergunakan untuk keperluaan pemakaman. (Suandra Wawan, 1994: 120)

2. Tempat Pemakaman Bukan Umum

Tempat pemakaman itu juga disebut tempat pemakaman partikelir yang hanya dikelola oleh swasta dan hanya dimungkinkan utnuk suatu badan hukum atau yayasan yang bergerak dibidang sosial atau keagamaan dengan berpedoman pada ketentuan Pemerintah. Dalam hal ini Pemerintah Daerah lebih aktif perannya dalam menentikan izin lokasi tersebut yang diserasikan dengan rancangan pembangunan Daerah. (Suandra Wawan, 1994: 121)

3. Tempat Pemakaman Khusus

Tempat pemkaman ini biasanya meruoakan makam yang mempunyai nilai sejarah dan budaya seperti makam wali, makam para Pahlawan, makam para Raja-raja. (Suandra Wawan, 1994: 122)

4. Krematorium

Yaitu tempat pengabuan jenazah yang pelaksanaanya dilakukan oleh Pemda, masyarakat ataupun badan hukum/yayasan yang bergerak dibidang sosial atau agama yang dengan memperhatikan persyaratan yang ditetapkan oleh Pemda. (Suandra Wawan, 1994: 123)

Di beberapa tempat di Indonesia ada beberapa masyaratak hukum adat tidak menguburkan jenazah di dalam tanah melainkan menyimpatnya di lobang-lobang, goa-goa ataupun ditempat terbuka sepanjang adat tersebut masih ada dan berlaku pada suatu kelompok masyarakat maka Pemda yang menentukan lokasinya. Penentuan lokasi pemakaman umum oleh Pemda tersebut harus mendapatkan persetujuan dari DPRD dan Mentri Dalam Negri. (Suandra Wawan, 1994: 124)

Izin Mendirikan Bangunan secara umum diatur dalam Peraturan Menteri dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2010 tentang Pedoman Pemberian Izin Mendirikan Bangunan. Bangunan pemakaman menurut peraturan ini adalah salah satu jenis bangunan gedung dengan fungsi sosial seperti yang tercantum dalam Pasal 7 ayat 5 Peraturan Menteri dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2010 Pedoman Pemberian Izin Mendirikan Bangunan.

Fungsi sosial budaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d terdiriatas bangunan olahraga, bangunan pemakaman, bangunan kesenian/kebudayaan, bangunan pasar tradisional, bangunan terminal/haltebus, bangunan pendidikan, bangunan kesehatan, kantor pemerintahan, bangunan panti jompo, panti asuhan dan lain-lain sejenisnya.

Hal ini berarti bahwa untuk membangun bangunan pemakaman perlu adanya izin mendirikan bangunan pemakaman yang lebih jelas diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 9 tahun 1987 tentang

Penyediaan dan Penggunaan Tanah untuk Keperluan Tempat Pemakaman.

Menurut Pasal 4 ayat 1 Peraturan Pemerintah Nomor 9 tahun 1987 tentang Penyediaan dan Penggunaan Tanah untuk Keperluan Tempat Pemakaman, dituliskan bahwa setiap orang harus mendapatkan perlakuan yang sama untuk dimakamkan ditempat pemakaman umum serta memperhatikan pengelompokan berdasarkan masing-masing pemeluk agama agar terciptanya ketertiban dan keteraturan tempat pemakaman umum maupun tempat pemakaman bukan umum dengan memperhatikan luas area yang ditetapkan pemerintah untuk pemakaman jenazah yaitu untuk penggunaan tanah untuk pemakaman jenazah seseorang baik ditempat pemakaman umum maupun tempat pemakaman bukantempat pemakaman karena tidak ditaatinya aturan pembatasaan tanah untuk didirikan pemakaman seseorang, dipakainnya tanah tanah subur untuk tempat pemakaman kurang diperhatikan keserasian dan keselarasan lingkungan hidup, kurang memadainnya upaya pencegahan pengrusakan tanah.

Peraturan tentang bangunan pemakaman sebenarnya secara jelas mengatur bagaimana mendirikan bangunan pemakaman yang baik dan benar agar terpeliharanya lingkungan dan tata ruang di Negara ini. Saat ini tinggal bagaimana dari pemerintah mempertegas pemberlakuan peraturan ini dengan tidak pandang bulu serta masyarakat yang dengan tertib mau tunduk pada peraturan yang ada agar kebutuhan dan

penggunaan tanah dapat digunakan dan tercukupi dengan baik oleh masyarakat.

BAB III

PENOLAKAN JENAZAH NON MUSLIM DI TANAH MAKAM

Dokumen terkait