• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERANAN BANK SYARIAH DALAM MENGEMBANGKAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH Muhadjirin*

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERANAN BANK SYARIAH DALAM MENGEMBANGKAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH Muhadjirin*"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

PERANAN BANK SYARIAH DALAM MENGEMBANGKAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH

Muhadjirin*

Abstraksi: Perbankan syariah mempunyai peranan strategis dalam meningkatkan usaha UMKM terutama dalam masalah pendanaan dan supporting dalam kegiatan pendampingan teknis dan non teknis. Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) merupakan salah satu komponen pelaku usaha yang mempunyai peran cukup besar dalam menciptakan lapangan pekerjaan di Indonesia. Oleh sebab itu keberadaan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) sangat dibutuhkan masyarakat khususnya masyarakat dengan kemampuan ekonomi menengah kebawah dan keterampilan yang terbatas sebagai sarana untuk meningkatkan kesejahteraan, dan mengembangkan potensi atau keterampilan yang mereka miliki. Tantangan utama lembaga keuangan syariah adalah menyelesaikan permasalahan fundamental yang terdiri dari kerangka sistem yang berbasis pada bunga, ketidakstabilan standar mata uang dan pola pikir permissive akibat lingkungan kehidupan kapitalistik.

Kata Kunci: Bank Syari‟ah, Usaha, Ekonomi, Dana, UMKM

Pendahuluan

Perkembangan sektor usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) di Indonesia sejauh ini menunjukkan geliat yang sangat baik. Namun kondisi keuangan dan ketidak stabilan perekonomian menjadi masalah serius bagi pelaku usaha mikro, kecil dan menengah di Indonesia. Perbankan merupakan perantara keuangan dari dua pihak, yakni pihak yang mempunyai kelebihan dana dan pihak yang memiliki keterbatasan dana. Hal tersebut tercermin pada Undang-Undang Republik Indonesai tahun 1998 yang mengatakan bahwa bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya dana dari masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.1

Wajar bila sektor ini menjadi fokus pembiayaan perbankan syariah, di mana sektor UMKM bahkan mampu menopang

(2)

pertumbuhan ekonomi nasional. Sektor ini juga yang menjadi pendorong perekonomian saat krisis melanda. Sama seperti UMKM, perbankan syariah yang selama ini seolah ditepikan justru menunjukkan geliatnya saat krisis terjadi. Potensi besar dari UMKM tersebut juga menjadi salah satu poin penting, bagi bank-bank syariah untuk penyaluran pembiayaannya.

Sebagai pionir bank syariah di Indonesia, Bank Muamalat telah menggalakan program pembiayaan terhadap UMKM sejak 2005. Bank Muamalat melakukan program aliansi dengan jaringan lembaga keuangan mikro syariah (BMT/ Baitul Mal Wat Tamwil), sebagai salah satu strategi penyaluran pembiayaan. Saat dibuka kala itu, BMT yang dimiliki Bank Muamalat di seluruh Indonesia telah tercatat sekitar 3.043. Jaringan BMT tersebut juga dapat dimanfaatkan sebagai perpanjangan pihak bank umum syariah untuk menjangkau layanan pembiayaan kepada usaha kecil dan mikro, melalui program linkage.

Bukan hanya Bank Muamalat yang peduli terhadap perkembangan UMKM. PT Bank Syariah Mandiri (BSM) juga termasuk yang serius untuk meraih pangsa pasar UMKM. Untuk 2009, BSM akan tetap mempertahankan porsi dana 12 penyaluran untuk UMKM sebesar 57%. Kendati demikian, BSM berharap bisa meningkatkan pertumbuhan hingga 80%. Total pembiayaan pada 2008 mencapai lebih dari Rp13 triliun. Pembiayaan untuk UMKM terus mengalami peningkatan. Pada 2005, posisi pembiayaan UMKM oleh BSM mencapai Rp3,26 triliun. Pada 2006 naik lagi menjadi Rp4,83 triliun. Tahun lalu dan hingga 31 Oktober 2008 telah mencapai Rp7,72 triliun. Potensi UMKM juga dicermati bank-bank umum yang memiliki unit syariah. Salah satunya adalah Bank BII, yang menganggap UMKM sebagai salah satu sektor penting untuk penyaluran pembiayaan.2

Untuk meningkatkan perannya dalam mengoptimalkan UMKM. Bank syariah terus neningkatkan strategi pengembangan UMKM, di antaranya, melalui program kemitraan, linkage program dengan lembaga keuangan mikro untuk perluasan pembiayaan syariah, model penjaminan cash collateral dari instansi dan peningkatan pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil.3

2 www.seputar-indonesia.com: Raih Dukungan Bank Syariah, diakses

tanggal 30 maret 2009.

3 www.niriah.com/berita: BRI Syariah Bakal Fokus di UMKM, diakses

(3)

Sejarah Singkat Lahirnya Bank Syariah

Perbankan syariah atau perbankan Islam adalah suatu sistem perbankan yang dikembangkan berdasarkan syariah (hukum) Islam. Usaha pembentukan sistem ini didasari oleh larangan dalam agama Islam untuk memungut maupun meminjam dengan bungan atau yang disebut dengan riba serta larangan investasi untuk usaha-usaha yang dikategorikan haram (misal: usaha yang berkaitan dengan produksi makanan/minuman haram, usaha media yang tidak Islami, dan lain-lain), di mana hal ini tidak dapat dijamin oleh sistem perbankan konvensional.4

Perbankan syariah pertama kali muncul di Mesir dengan nama Mith Ghamr. Pemimpin perintis usaha ini adalah Ahmad El Najjar, mengambil bentuk sebuah bank simpanan yang berbasis profit sharing (pembagian laba) di kota Mith Ghamr pada tahun 1963. Karena gejolak politik saat itu, operasonal Mith Ghamr hanya bertahan hingga tahun 1967, dan saat itu sudah berdiri 9 bank dengan konsep serupa di Mesir.

Bank Syariah pertama pada tingkat internasional, berdirilah Islamic Development Bank (IDB) pada tahun 1974 yang disponsori oleh negara-negara yang tergabung dalam Organisasi Konferensi Islam (OKI). Tujuan utamanya adalah untuk menyediakan dana bagi proyek pembangunan di negara-negara anggotanya. IDB menyediakan jasa finansial berbasis fee dan profit sharing untuk negara-negara anggotanya, dan secara eksplisit menyatakan diri berdasarkan nilai-nilai syariah.

Bank Syariah di Indonesia bermula dari prakarsa Majelis Ulama Indonesia pada Lokakarya Bunga Bank dan Perbankan yang dilakukan pada tanggal 18-20 Agustus 1990 di Cisarua, Bogor. Hasil lokakarya ini didukung oleh eksponen Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia (ICMI) dan beberapa pengusaha Muslim. Sebagai tindak lanjut, pada tahun 1991 ditandatangani Akta Pendirian PT. Bank Muamalat Indonesia sebagai Bank Umum Syariah pertama di Indonesia.5

4 Arifin, Zainul, Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah (Jakarta: Pustaka

Alvabet, 2005).

5

(4)

Prinsip Operasional Perbankan Syariah

Prinsip syariah yang dipakai sebagai landasan operasional Bank Syariah di antaranya:

1. Bebas dari Bunga (riba). Dalam pengertian ini bunga dianggap sama dengan riba.

2. Bebas dari kegiatan spekulatif non produktif (judi: maysir) Dalam artian tidak diperkenankan dalam system syariah seseorang melakukan sesuatu yang bersifat spekulatif, dengan keuntungan besar serta risiko yang besar.

1. Bebas dari hal-hal meragukan (gharar)

1) Menjual barang yang belum ditangan penjual, 2) Penjualan barang yang sulit dipindah tangankan,

3) Penjualan yang belum ditentukan harga, jumlah dan kualitasnya,

4) Penjualan yang menguntungkan satu pihak saja. 2. Bebas dari hal-hal rusak (batil)

1) Jual beli barang-barang psikotropika, 2) Produk-produk yang merusak lingkungan.

Adapun perbedaan prinsip antara Sistem Konvensional dan Sistem Syariah:

No. Pokok-pokok

Perbedaan Sistem Konvensional Sistem Syariah

1. Dasar perjanjian penentuan bunga/imbalan

Tidak berdasarkan

keuntungan/kerugian Berdasarkan keuntungan/ kerugian 2. Dasar

perhitungan bunga/imbalan

Persentase tertentu dari total

dana yang dipinjamkan Besarnya (bagi hasil) nisbah didasarkan atas jumlah keuntungan yang diperoleh nasabah 3. Kewajiban pembayaran bunga

1. Harus terus dilakukan meskipun usaha nasabah rugi.

2. Besarnya pembayaran bunga tetap, meskipun keuntungan nasabah lebih besar.

3. Dilakukan jika nasabah untung, jika rugi ditanggung bersama.

(5)

No. Pokok-pokok

Perbedaan Sistem Konvensional Sistem Syariah

4. Besarnya imbalan berubah sesuai keuntungan. 4. Persyartan

jaminan

Berupa barang/harta nasabah Tidak mutlak 5. Objek

pembiayaan Jenis usaha tidak dibedakan asal memenuhi persyaratan Jenis usaha yang dibiayai harus sesuai syariah 6. Pandangan

sistem syariah terhadap sistem bunga

Pengenaan bunga kepada

debitur dianggap haram Pembayaran imbalan berdasarkan bagi hasil sifatnya

Prinsip Dasar Kegiatan Usaha Bank Syariah

1. Prinsip Titipan (al-wadi‟ah)

1) Wadiah yad amanah (trustee depository)

Barang titipan tidak dapat dimanfaatkan oleh penerima titipan atau tidak diberikan izin oleh pemilik barang.

2) Wadiah yad dhomanah (guarantee depository)

Barang titipan dapat dimanfaatkan oleh penerima titipan. Dasar hukum al-Wadiah adalah:

“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu untuk menyampaikan amanat (titipan), kepada yang berhak menerimanya.6

2. Prinsip Bagi Hasil (profit sharing) 1) Al-Mudharabah

Merupakan akad kerjasama usaha antara dua pihak di mana pihak pertama (shahibul maal) menyediakan seluruh (100%), sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola (mudharib). a) Muthlaqah (cakupannya sangat luas dan tidak dibatasi)

b) Muqayyadah (di mana mudharib memberikan batasan kepada shahibul maal mengenai tempat, cara dan obyek investasi)7

Dasar hukum mudharabah:

“Dan sebagian dari mereka orang-orang yang berjalan di muka

6 Q.S. An-Nisa: 58

7

(6)

bumi mencari sebagian karunia Allah Swt”.8 2) Al-Musyarakah

Menurut fiqh ada 2 (dua) bentuk musyarakah, yaitu: a) Terjadinya secara otomatis disebut syarikah Amlak b) Terjadinya atas dasar kontrak disebut syarikah Uqud

Syarikah Uqud ada 5 jenis, yaitu:

Syirkah Inan

– Besarnya penyertaan modal dari masing-masing anggota harus sama,

– Masing-masing anggota berhak penuh aktif dalam pengelolaan perusahaan,

– Pembagian keuntungan bisa dilakukan menurut besarnya modal dan bisa berdasarkan persetujuan.9

Syirkah Mufadhah

– Kesamaan penyertaan modal masing-masing anggota, – Setiap anggota harus aktif dalam pengelolaan usaha, – Pembagian keuntungan maupun kerugian ditentukan

menurut persetujuan.

Syirkah Wujuh

– Para anggota hanya mengandalkan wibawa dan nama baik mereka, tanpa menyertakan modal,

– Pembagian keuntungan maupun kerugian ditentukan menurut persetujuan.

Syirkah Abdan

– Pekerja atau usahanya berkaitan, – Menerima pesanan dari pihak ketiga,

– Keuntungan dan kerugian dibagi menurut perjanjian.

Syirkah Mudharabah 3. Prinsip Jual Beli (al-tijarah)

1) Al-Murabahah

Merupakan persetujuan jual-beli suatu barang dengan harga sebesar harga pokok dan ditambah dengan keuntungan dibagi berdasarkan kesepakatan. 10

2) Salam

8 Q.S. Al-Muzzammil: 20

9 E ko Kurniasih Pratiwi, 2 Jurnal Peran Pebankan Syariah Terhadap

Pengembangan UMKM di Kota Magelang. Universitas Muhammadiyah Magelang

(7)

Merupakan prinsip jual beli suatu barang tertentu antara pihak penjual dan pembeli sebesar harga pokok ditambah nilai keuntungan yang disepakati, di mana waktu penyerahan barang dilakukan dikemudian hari sementara penyerahan uang dilakukan dimuka (secaratunai)11

3) Istishna

Menyerupai salam, tetapi dalam istishna pembayarannya dapat dilakukan dalam beberapa kali (cicilan). Sementara untuk penyerahan barang dilakukan dikemudian hari.12 4. Prinsip Sewa (al-ijarah)

1) Ijarah (sewamurni)

Ijarah al muntahiya bit tamlik (penggabungan sewa dan beli, di mana si penyewa mempunyai hak untuk memiliki barang pada akhir masa sewa) Ada juga instrumen lain juga yang merupakan bagian dari sewa, yakni:

Al-Ta‟jiri

Di mana dalam perjanjian ini setelah berakhir masa sewa, pemilik barang menjual barang tersebut kepada penyewa dengan harga yang disetujui kedua belah pihak.

1.Prinsip Jasa (fee based service) 1) Al- Wakalah

Nasabah memberi kuasa kepada untuk mewakili dirinya melakukan pekerjaan jasa tertentu.

2) Al-Kafalah

Di mana jaminan yang diberikan oleh penanggung kepada pihak ketiga (3) untuk memenuhi kewajiban pihak kedua (2) atau yang ditanggung.

3) Al-Hawalah

Merupakan pengalihan hutang dari orang yang berhutang kepada orang lain yang wajib menanggungnya.

4) Al-Rahn

Di mana menahan salah satu harta milik si peminjam sebagai jaminan atas pinjaman yang diterimanya.

5) Al-Qardh

11 Sunarto Zulkifli, Panduan Praktis Transaksi Perbankan Syariah, (Jakarta:

Zikrul Hakim, 2003), 41.

12 Karim, Adiwarman, Bank Islam, ( Jakarta: PT. Raja GrafindoPersada, 2006),

(8)

Di mana pemberian harta kepada orang lain yang dapat ditagih atau diminta kembali atau dengan kata lain meminjamkan tanpa mengharapkan imbalan.13

Sumber Dana Bank Syariah

Dalam hal operasionalnya, bank syariah tidak jauh berbeda dengan bank konvensional. Bank syariah juga menerima dana dari pemilik bank dalam bentuk modal dan dari nasabah dalam bentuk simpanan. Hanya pengelolaan dana ini yang membedakannya kemudian. Bagaimana prinsip dasar operasional bank syariah dapat dilihat pada gambar 1.1 dibawah ini

Sumber: Otoitas Jasa Keuangan (OJS)

Dari buku Mengenal Lebih Dekat Bank Syariah terbitan Departemen Perbankan Syariah Otoritas Jasa Keuangan (DPbS OJK, 2015) didapat penjelasan sebagai berikut: Bank syariah memeroleh modal dari para pemegang sahamnya. Ada bank syariah yang dimiliki oleh BUMN dan ada yang dimiliki oleh swasta/ masyarakat. BNI Syariah misalnya, sahamnya mayoritas dimiliki oleh PT Bank BNI Tbk, yaitu salah satu BUMN di bidang perbankan. Dalam kasus seperti ini, BNI Syariah bukanlah bank BUMN, melainkan bank swasta yang sahamnya dimiliki oleh salah satu BUMN. Bahkan, belum ada satupun bank syariah yang merupakan BUMN. Oleh karena itulah kemudian pernah muncul wacana pembentukan bank BUMN Syariah.14

13 Sulhan, Manajemen …, 127-129.

14

(9)

Selain dari pemilik modal dalam bentuk saham, bank syariah memeroleh dana utamanya juga dari simpanan nasabah. Simpanan dapat berasal dari aneka produk seperti tabungan reguler, deposito, dan giro. Dana dari dua sumber itulah yang kemudian disalurkan dalam bentuk pembiayaan oleh bank syariah. Tidak jauh berbeda dengan operasional di bank konvensional, bank syariah juga berperan sebagai mediator antara mereka yang memiliki dana dan yang membutuhkan dana.

Untuk pemilik saham, bank syariah menawarkan keuntungan dalam bentuk bagi hasil atas keuntungan yang diperoleh oleh bank syariah. Sedangkan, bagi nasabah penabung atau deposan, keuntungan yang ditawarkan disesuaikan dengan skema penempatan dananya. Jika Anda nasabah tabungan reguler berskema wadiah, Anda tidak mendapatkan bagi hasil, namun bank syariah dapat memberikan Anda bonus. Perlu diingat bahwa bonus ini tidak diperjanjikan di awal. Hal yang sama untuk nasabah giro berskema wadiah, biasanya ini nasabah kelas korporat. Ada juga bank syariah yang memiliki produk tabungan berkskema mudharabah. Jika Anda mengambil produk ini, Anda berhak atas bagi hasil. Wadiah adalah akad titipan, jadi Anda sekadar menitipkan dana anda kepada bank syariah.

Sekilas tidak jauh berbeda mekanisme pendanaan bank syariah dan bank konvensional dalam memeroleh dana dan memanen keuntungan dari pengelolaannya. Namun, sejatinya berbeda, sederhananya, bank syariah tidak mengambil keuntungan dari bunga, melainkan margin atas jual beli dengan nasabah, bagi hasil atas pembiayaan, biaya sewa, dan komisi atau fee based income. Keuntungan bank syariahpun, tidak langsung dibagikan kepada nasabah atau pemilik modal dalam bentuk bonus, deviden, atau bagi hasi. Bank syariah berkewajiban membayar zakat, selain pajak, sebelum mendistribusikan keuntungan kepada nasabah atau pemilik modal.

Peranan Bank Syariah Dalam UMKM

Perbankan syariah yang telah dirintis sejak tahun 1991 nampaknya kini dapat menjadi harapan baru bagi pengembangan usaha kecil menengah, khususnya dalam pengadaan modal kerja. Dari peristiwa krisis yang telah melanda bangsa Indonesia tersebut telah menciptakan kemiskinan bagi sebagian kalangan masyarakat kita yang sifatnya terstruktur, melalui pemberdayaan perbankan

(10)

syariah ini harapan kita akan bisa menangani kemiskinan melalui proses trickle down effect.

Berdirinya Bank Syariah dalam upaya pengembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengan (UMKM) di Indonesia awalnya tidak terlepas dari peran yang telah dilakukan oleh Bank- Bank lain yang telah ada sebelumnya di Indonesia. Di mana Bank-bank tersebut kebanyakan mereka hanya mau meminjamkan uang atau memberikan kredit kepada orang yang sudah bermodal dalam arti memiliki penghasilan dan aset, kesalahan pola berfikir inilah yang dirubah oleh Bank Syariah. Di mana institusi ini lahir dengan idealisme menciptakan sistem pelayanan keuangan berbasis syariah yang berlandaskan rasa saling percaya, akuntabilitas, partisipasi dan kreativitas.

Peran Bank Syariah dalam upaya pengembangan Usaha Mikro Kecil dan Menegah yang ada dalam masyarakat yakni, bantuan yang diberikan tanpa jaminan atau penjamin, target kelompok adalah masyarakat kecil miskin yang kurang mampu yang mempunyai potensi untuk mengembangkan usaha perekonomiannya serta ketentuan lain yang juga diterapkan adalah jika anggota meninggal dunia, mereka dibebaskan dari pembayaran kredit Dalam menjalankan program pelayanan kredit mikronya,

Bank Syariah mengorganisasi masyarakat miskin yang menjadi peminjamnya dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri atas lima anggota. Tujuannya, memperkuat para peminjam sehingga mereka mempunyai kapasitas untuk merencanakan dan melaksanakan pengambilan keputusan di tingkat mikro. Centre (kumpulan kelompok) juga dibentuk sebagai media penghubung dengan kantor cabang di mana petugas lapangan Bank Syariah harus menghadiri pertemuan centre setiap minggu. Sementara dalam hal penyaluran kredit, tetap diprioritaskan pada kelompok masyarakat yang benar- benar membutuhkan dana untuk menunjang keberhasilan usahanya.

Upaya Bank Syariah dalam pengembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah yang ada dalam masyarakat kita dalam hal pemberian bantuan, Bank Syariah mengfokuskan prioritasnya kepada pemberian kredit tidak didasarkan atas kedermawanan atau belas kasihan, sebab akan menyebabkan terjadinya ketergantungan pada pihak lain. Serta bantuan kredit yang telah diberikan harus dapat menyiapkan persyaratan dan prosedur kredit yang sesuai dengan kondisi masyarakat (fleksibel). Di

(11)

samping itu bantuan kredit yang diberikan oleh Bank Syariah tidak mensyaratkan adanya agunan atau jaminan anggota. Yang lebih menariknya dari kebijakan Bank Syariah ini dalam upaya memberikan bantuan dana kepada masyarakat kecil adalah terkait dengan pengelolaan bantuan kredit itu sendiri harus dilakukan secara terbuka dan profesional dengan berprinsip dari, oleh dan untuk anggota. Dan juga dalam pelaksanaan programnya, berusaha memanfaatan kelompok-kelompok yang sudah ada di masyarakat sebagai sarana penyalur bantuan kredit.

Bagi industri perbankan yang dalam hal ini adalah Perbankan Syariah, proses penyaluran pembiayaan yang mereka lakukan terhadap sektor UMKM lebih menguntungkan dibandingkan sektor non UMKM. Sebap, sektor UMKM memiliki ketahanan bisnis lebih kuat. Di samping itu faktor pendukung lainnya yang juga akan menguntungkan perbankan syariah yaitu terkait dengan pembiayaan UMKM yang saat sekarang ini mendapat alokasi bantuan yang besar dari pemerintah terkait dengan pengembangan UMKM tersebut, karena alokasi pembiayaan yang cukup besar tersebut lahir dan dipicu oleh keinginan pemerintah agar industri perbankan nasional memiliki kontribusi lebih besar dalam mendorong perkembangan sektor UMKM.15

Tantangan Perbankan Syariah

Semakin sengitnya persaingan di industri jasa keuangan akan berpengaruh negatif terhadap kinerja perbankan syariah karena masih terkendala beberapa masalah seperti keterbatasan modal, sumber dana, SDM dan Teknologi yang belum memumpuni. Perbankan syariah diharapkan turut berkonstribusi dalam mendukung transformasi perekonomian pada aktivitas ekonomi produktif, bernilai tambah tinggi dan inklusif, terutama dengan memanfaatkan bonus demografi dan prospek pertumbuhan ekonomi yang tinggi, sehingga peran perbankan syariah dapat terasa signifikan bagi masyarakat.

Semakin besar pertumbuhan perbankan syariah, maka akan semakin banyak masyarakat yang terlayani. Makin meluasnya jangkauan perbankan syariah menunjukkan peran perbankan syariah makin besar untuk pembangunan ekonomi rakyat di negeri

15

http://www.kompasiana.com/sangsurya/peran-bank-syariah-dalam-mengembangan-usaha-kecil-menengah_5517d225a333114907b6616c, diakses Tanggal 21 Mei 2016.

(12)

ini. Perbankan syariah seharusnya tampil sebagai garda terdepan atau lokomotif untuk terwujudnya financial inclusion. Namun dalam pengembangannya, perbankan syariah menghadapi sejumlah tantangan yang harus dihadapai dengan berbagai macam langkah strategis. Oleh sebab itu, diharapkan perekonomian nasional di 2016 akan semakin pulih terutama dengan banyaknya proyek-proyek infrastruktur dan semakin baiknya pemerintahan pusat dan daerah dalam penyerapan anggaran.

Dalam pembangunan proyek infrastruktur yang sedang gencar-gencarnya dilaksanakan pemerintah, seharusnya perbankan syariah dapat mengambil peran. Dalam hal ini bank-bank syariah dapat melakukan pembiayaan sindikasi baik sesama bank syariah maupun bergabung (bersindikasi) dengan bank-bank konvensional. Diprediksikan bahwa 2016, pertumbuhan aset perbankan syariah diperkirakan sekitar 15%. Dengan demikian pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) dan pembiayaan masih berkisar di angka tersebut. Meskipun program sekuritisasi aset perbankan syariah akan dilakukan di Indonesia terhadap perbankan syariah, tampaknya, program ini baru jalan di awal tahun 2017, kecuali lembaga penerbit EBA SP Syariah bergerak lebih cepat. Tahun 2016 akan diwarnai oleh tingkat kompetisi bisnis jasa keuangan yang semakin ketat, karena mulai berlakunya masyarakat ekonomi ASEAN (MEA) di mana untuk industri perbankan hal ini tertuang dalam ASEAN Banking Integration Framework (ABIF). Semakin sengitnya persaingan di industri jasa keuangan akan berpengaruh negatif terhadap kinerja perbankan syariah karena masih terkendala beberapa masalah seperti keterbatasan modal, sumber dana, SDM dan Teknologi yang belum mumpuni.16

Sementara dalam rangka mengembangkan industri perbankan syariah untuk menjadi pemain yang unggul dan berperan signifikan di Indonesia, terdapat beberapa tantangan dan strategis yang harus menjadi prioritas bagi stakeholders perbankan syariah. Pertama, yakni inovasi produk keuangan dan perbankan syariah yang merupakan pilar utama dalam pengembangan industri perbankan syariah. Bank-bank syariah harus memiliki produk inovatif yang makin beragam agar bisa berkembang dengan baik.

16 Agustianto Mingka Ketua Ikatan Ahli E konomi Islam Indonesia (IAE I)

(13)

Upaya ini mutlak dilakukan karena bank syariah akhir-akhir ini mengalami pelambatan pertumbuhan bahkan penurunan market share dibanding konvensional. Inovasi produk bank syariah adalah sebuah keniscayaan, agar bank syariah bisa kembali tumbuh dan bersaing dengan perbankan konvensional maupun lembaga lain.

Catatan Akhir

Dapat kita ketahui bahwa kondisi perbankan syariah di masa depan memiliki tantangan yang cukup berat di mana bank- bank syari‟ah dalam menyajikan produk-produknya harus menarik, kompetitif, sesuai dengan kebutuhan UMKM, tetapi tetap sesuai dengan prinsip-prinsip syariah, karena itu perbankan syariah harus lebih kreatif dan inovatif dalam mendesain produk dan pelayanannya. Produk-produk bank syariah yang ada sekarang harus dikembangkan variasi dan kombinasinya, sehingga menambah daya tarik bank syariah. Untuk mengembangkan produk-produk yang bervariasi dan menarik, bank syariah di Indonesia dapat membangun hubungan kerjasama dengan lembaga-lembaga keuangan lainnya baik secara lokal maupun internasional.

Prospek perbankan syariah kedepannya sangat cerah, ini dapat menjadi berita baik bagi dunia usaha. Karena yang kita harapkan adalah bank syariah mampu menjadi lembaga yang dapat meningkatkan jumlah Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) yang ada di Indonesia. Mengingat pangsa pasar bank syariah yang sangat besar. Dapat dilihat dari banyak bank-bank konvensional yang membuka cabang syariah secara langsung maupun melalui konversi cabang-cabang konvensionalnya menjadi cabang syariah. Apabila itu semua dapat mewadahi praktek dunia usaha pasti akan memberikan dampak yang signifikan terhadap peningkatan UMKM di Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Zainul. 2005. Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah. Jakarta: Pustaka

Alvabet. Arthesa

Eko Kurniasih Pratiwi. 2014. Jurnal Peran Pebankan Syariah Terhadap

Pengembangan UMKM di Kota Magelang. Universitas Muhammadiyah Magelang

(14)

M. Sulhan, dkk, 2008. Manajemen Bank Konvensional dan Syariah, Malang: UIN-Malang Press.

Sunarto Zulkifli, 2003. Panduan Praktis Transaksi Perbankan Syariah, Jakarta:

Zikrul Hakim.

Undang-undang RI No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan

Agustianto Mingka Ketua Ikatan Ahli Ekonomi Islam Indonesia (IAEI) dalam www.infobanknews.com

www.seputar-indonesia.com: Raih Dukungan Bank Syariah, tanggal 30 maret 2009

www.niriah.com/berita: BRI Syariah Bakal Fokus di UMKM , tanggal 30 Maret 2009

http:/ / makalah-update.blogspot.com/ 2013/ 02/ prinsip-prinsip-syariah-sebuah-bankhtml Akses tanggal 20 Mei 2016

https://nainah93.wordpress.com/2014/02/06/prinsip-operasional-perbankan-syariah/ Akses Tanggal 8 Maret 2014

http://keuangansyariah.mysharing.co/bank-bumn-syariah-ditargetkan-berdiri-paling-lambat-2017/ akses tanggal 21 mei 2016

http://www.kompasiana.com/sangsurya/peran-bank-syariah-dalam-mengembangan-usaha-kecil-menengah_5517d225a333114907b6616c Akses Tanggal 21 Mei 2016

Referensi

Dokumen terkait

Oleh sebab itu maka dalam kegiatan ini kedua mitra akan dikenalkan pada proses produksi pangan yang baik sesua dengan standart BPOM, antara lain yaitu

Memang terlihat ganjal antara Pengungsi dan Pencari Suaka sebab berdasarkan Pasal 1 poin A(2), Pengungsi yaitu “Orang-orang yang mengungsi diakibatkan oleh ketakutan yang beralasan

Hasil penelitian menunjukan bahwa faktor yang mempengaruhi ketidak-tertarikan mahasiswa etnis Tionghoa Universitas Kristen Petra Surabaya terhadap bahasa Tionghoa

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan (Yonathan,2017) mengenai analisis pengaruh pengetahuan tentang pengelolaan sampah terhadap perilaku warga dalam mengelola

Berdasarkan Tabel 10 dapat dilihat bahwa nilai MSE yang terkecil adalah model GSTAR(1;3) dengan menggunakan matriks bobot biner sehingga model yang terbaik untuk data set 3

Dalam kegiatan Pelayanan Purna Jual ada beberapa unsur yang perlu diketahui (Hindle dan Thomas dalam Fandy Tjiptono, 2008) yaitu Ada empat indikator dalam layanan

Berikut adalah hasil analisa dari program berbasis FEM didapatkan besarnya maximum stress yang terjadi pada side ramp door untuk setiap kodisi pembebanan,

Bonet, dalam perspektif interaksi simbolik, juga menjadi media untuk mengomunikasikan konsep diri masyarakat Desa Boti. Mereka mengomunikasikan diri sebagai satu-satunya