1
ANALISIS DAMPAK SKEMA PERBANDINGAN TARIF PELAYANAN SECTIO
CAESAR BERDASARKAN PERHITUNGAN BADAN LAYANAN UMUM (BLU) RSUP PROF. DR. R.D. KANDOU DAN BADAN PENYELENGGARAAN JAMINAN SOSIAL (BPJS)
Meychelin Srikandi Singal*,Gustaaf A. E. Ratag**, S.L.H.V. Joyce Lapian** *Pascasarjana Universitas Sam Ratulangi
** Dosen Program Pascasarjana Universitas Sam Ratulangi ABSTRAK
Pelayanan kesehatan yang bermutu dengan pembiayaan yang efisien menjadi pilihan masyarakat saat ini. Peneliti tertarik untuk menganalisa biaya berdasarkan Unit Cost pada tindakan Sectio Caesaria di RSUP Prof. dr. R.D. Kandou Kota Manado, karena selain mengetahui cost berdasarkan semua aktivitas yang ada juga dapat mengetahui pembanding tarif rumah sakit yang berlaku saat ini dimana tarifnya ditetapkan oleh unit yang bersangkutan dan kebijakan direktur Rumah Sakit, serta membandingkan juga dengan tarif berdasarkan INA-CBG dimana tarifnya ditetapkan oleh Tim Case Mix yang dibentuk oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Penelitian ini adalah penelitian mix method, dengan mengkombinasikan kuantitatif untuk memberikan gambaran pembiayaan rumah sakit dari hasil sampel sebanyak 85 responden dan penelitian kualitatif yang bersifat investigasi secara mendalam terhadap informan yang berjumlah sebanyak 5 (lima) informan yang terdiri dari 1 Direktur Keuangan dan Administrasi Umum, 1 Kepala Bidang Pelayanan Medik, 1 Verifikator BPJS Rumah Sakit, 1 Dokter Spesialis Obsgin, dan 1 Pasien pasca operasi Sectio Caesaria. Data dirangkum dalam bentuk matriks dari hasil wawancara, kemudian disajikan dalam bentuk narasi. Validasi data menggunakan triangulasi sumber dan triangulasi teknik metode. Hasil penelitian ini disimpulkan bahwa dampak perbedaan tarif yang ditetapkan oleh BLU RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou dan BPJS terletak pada pembebanan biaya, dimana dalam paket pembiayaan BPJS biaya yang bersumber dari pemerintah/APBN tidak diperhitungkan dalam pembiayaan sedangkan dari sisi BLU RSUP Prof. Dr. R. D Kandou itu dimasukan secara full costing dimana biaya yang bersumber dari APBN ditambahkan dengan biaya yang bersumber dari BLU RS.
Kata Kunci: Tarif Pelayanan Sectio Caesar, Badan Layanan Umum (BLU)
ABSTRACT
Quality health services with an efficient financing people's choice at the moment. Researchers are interested in analyzing the costs based on the Sectio Caesaria actions of Unit Cost in the Central Hospital of Prof. dr. R.D. Kandou Manado, because in addition to knowing the cost is based on all activities can also find comparison rates the hospital current whereby the rates set by the unit concerned and policy director of the Hospital, and compares well with rates based INA-CBG’s in which the rate is set by Mix Case team formed by the Ministry of Health of the Republic of Indonesia. This research is mixed method, combining quantitative to provide an overview of financing hospitals from the results of a sample of 85 respondents and qualitative research that is both in-depth investigation of the informant, amounting to as much as 5 (five) informants consisting of a Director of Finance and Public Administration, a Head of Medical Services, a Verifier BPJS Hospital, a Physician Specialist Obsgin, and a Patient Postoperative Sectio Caesaria. Data are summarized in a matrix form of interviews, then presented in narrative form. Validation data using triangulation techniques triangulation of sources and methods.
The results of this study concluded that the impact of differences in the rates stipulated by Central Hospital of Prof. dr. R.D. Kandou Manado of BLU and BPJS lies in the charges, which in BPJS financing package costs from government / state budget is not taken into account in the financing of the Central Hospital of Prof. dr. R.D. Kandou Manado of BLU was included in the full costing where expenses from the state budget added to the cost coming from BLU RS.
2
PENDAHULUANPelayanan kesehatan merupakan hak setiap orang yang dijamin
Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 yang harus diwujudkan dengan upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan bagi
masyarakat dengan karakteristik
tersendiri yang dipengaruhi oleh
perkembangan ilmu pengetahuan
kesehatan, kemajuan teknologi dan kehidupan sosial ekonomi masyarakat yang harus tetap mampu meningkatkan pelayanan yang lebih bermutu dan
terjangkau oleh masyarakat agar
terwujud derajat kesehatan yang
setinggi-tingginya (Anonim, 2009). Globalisasi terjadi pada seluruh dunia maupun regional dan tidak terkecuali mempengaruhi daerah. Dalam era globalisasi di segala bidang juga berpengaruh pada bidang kesehatan termasuk rumah sakit. Untuk dapat bersaing dan bertahan dalam globalisasi di bidang rumah sakit, maka rumah sakit
harus berkompetesi dalam segala
bidang, baik bidang pelayanan maupun harga. Harga yang kompetitif adalah harga yang diperhitungkan dengan cermat dengan memperhitungkan semua faktor yang mempengaruhi terbentuknya harga baik di sisi biaya investasi, biaya operasional, maupun biaya pemeliharaan
yang akan menghasilkan total biaya yang jka dibagi dengan jumlah pasien, maka akan menghasilkan biaya per jenis layanan atau tindakan (Ratmaya, 2012).
Permenkes Nomor 27 Tahun 2014 menjelaskan tentang penerapan sistem INA-CBGs sebagai pembayaran jasa pelayanan rumah sakit dapat
meningkatkan efisiensi biaya
pengobatan karena penentuan biaya berdasarkan standar prosedur sehingga tindakan medis yang dilakukan tidak berlebihan. Sistem INA-CBGs telah mengatur jika rumah sakit memakai sumber daya pelayanan sedikit, maka akan memperoleh keuntungan, akan tetapi jika memakai sumber daya pelayanan banyak maka akan merugi, jadi harus ada keseimbangan antara kekurangan dan kelebihan. Sistem casemix mendorong adanya insentif pada pemberi pelayanan kesehatan untuk melakukan cara medis yang dapat menurunkan Length of Stay (LOS) agar penggunaan sarana kesehatan yang berlebihan (over utilization) dapat dicegah.Rumah sakit akan memberikan perhatian lebih kepada akurasi diagnosis penyakit primer dan sekunder dan memperbaiki kualitas rekam medis karena sangat berpengaruh pada klaim tarif paket INA-CBGs (anonim, 2014a). Pemberi pelayanan kesehatan (PPK) dan dokter akan menjadi sensitif dengan biaya dan berdampak pada rasionalisasi
3
penggunaan obat dan rasionalisasipenggunaan teknologi kedokteran.
Peluang moral hazard akan berkurang karena tidak ada insentif jika melakukan tindakan pemborosan (Pribadi, 2016 ; Yulianto, 2013).
Rumah Sakit Umum Pusat Prof. DR. R.D. Kandou Kota Manado
merupakan tindakan emergency
terbanyak pada unit Obstetri dan Ginekologi dalam persalinan Sectio Caesarea, dan pasien yang terbanyak adalah pasien yang pembayarannya di tanggung oleh pemerintah melalui BPJS. Oleh karena itu diperlukan perhitungan Unit Cost sebagai tindakan dari pelayanan Sectio Caesarea yang riil dan sebenarnya agar dapat mengefisiensikan
keuangan rumah sakit dalam
penganggaran dan pengeluaran hingga pada akhirnya rumah sakit dapat berkembang mengingat statusnya yang sudah menjadi Badan Layanan Umum.
Rumah Sakit Umum Pusat Prof. dr. R.D. Kandou Kota Manado merupakan Badan Layanan Umum sebagai Rumah Sakit Pemerintah Pusat di bawah binaan
Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia dan merupakan Rumah Sakit Kelas A Pendidikan dan pusat rujukan pelayanan kesehatan Provinsi Sulawesi Utara dan Indonesia Timur Bagian Utara ditetapkan namanya pada tanggal 20
Maret 2015. Proses melaksanakan
fungsinya RSUP Prof. dr. R.D. Kandou
Kota Manado mendapat dana dari pemerintah Provinsi Sulawesi Utara
setiap tahunnya, pemberian dana
tersebut mengalami peningkatan dari tahun ke tahun sesuai dengan prinsip
pengelolaan keuangan pemerintah.
Untuk penetapan tarif tindakan
emergency pada unit Obstetri dan Ginekologi seperti Sectio Caesaria,tarif yang digunakan adalah tarif berdasrkan BLU dan tarif berdasarkan BPJS. Berdasarkan data yang ada Tarif Sectio Caesaria yang di tetapkan BLU untuk kelas I sebesar Rp.8.580.000, kelas II Rp.7.800.00, kelas III Rp.7.020.000 tarif tersebut sudah termasuk jasa sarana dan jasa pelayanan. Tarif yang di tetapkan oleh INA-CBG dibawah kementrian kesehatan didalamnya BPJS tarif Sectio Caesaria kelas I sebesar Rp.7.420.500, kelas II Rp.6.360.500, dan kelas III
Rp.5.300.400 didalamnya sudah
termasuk biaya jasa sarana dan
pelayanan (Anonim, 2014b).
Studi yang dilakukan oleh
Ambariani, et al (2015) menyatakan tarif Sectio Caesaria RSUD Bajawa untuk Clinical Pathway di kelas I =
Rp.5.580.734; tarif aktual =
Rp.6.607.494; Clinical Pathway di kelas II = Rp.5.218.279; tarif aktual = Rp.6.158.667; Clinical Pathway di kelas III = Rp.5.169.526; tarif aktual = Rp.5.708.904. Besaran dibandingkan dengan RSUD Umbu Rara Meha
4
Clinical Pathway di kelas I =
Rp.5.448.393; tarif aktual =
Rp.5.835.826; Clinical Pathway di kelas II = Rp.5.258.426; tarif aktual = Rp.5.609.691; Clinical Pathway di kelas III = Rp.5.099.978; tarif aktual = Rp.5.453.884. Besaran biaya satuan berdasarkan tindakan aktual di RS Bajwa lebih besar dibandingkan dengan Rumah Sakit Umbu Rara Meha. Tarif INA‐CBG’s prosedur Sectio caesaria lebih rendah dari pada biaya satuan, kecuali untuk kelas I di RS Bajawa. Hal
ini mengindikasikan bahwa tarif
INA‐CBG’s tidak cukup untuk menutup biaya prosedur Sectio caesaria.
Masalah yang sering ditemukan dalam penyelenggaraan JKN KIS adalah adanya perbedaan tarif rumah sakit berdasarkan Peraturan Daerah (Tarif Perda) Tentang Retribusi Jasa Umum termasuk Retribusi Pelayanan Kesehatan yang hitungan riil cost memakai fee for service yang standar tarifnya lebih tinggi dengan tarif paket INA-CBG’s pada pasien JKN KIS, terutama pada instalasi rawat inap yang diakibatkan oleh
kasus-kasus tertentu yang bercirikan
pengobatan lama, biaya pengobatan tinggi dan beresiko tinggi, termasuk sectio caesarea. Penyebabnya antara lain, kurangnya pemahaman dokter, penulisan rekam medis tidak lengkap dan belum adanya upaya untuk kendali mutu dan kendali biaya (Sari, 2014 ;
Widyastuti, 2013). Hal ini akan berdampak terhadap operasional rumah
sakit dan dapat mengganggu
sustainability rumah sakit (Yulianto, 2013).
Hasil uraian latar belakang diatas
membuat peneliti tertarik untuk
menganalisa perhitungan tarif Sectio Caesaria berdasarkan BLU dan BPJS,
sehingga peneliti memberi judul
“Analisis Dampak dari Skema
Perbandingan Tarif Paket Pelayanan Sectio Caesaria (SC) berdasarkan Perhitungan Badan Layanan Umum (BLU) RSUP Prof. dr. R.D. Kandou
Kota Manado dan Badan
Penyelenggaraan Jaminan Sosial
(BPJS)”.
METODE
Jenis penelitian ini adalah penelitian mix method yang mengombinasikan 2 tipe pendekatan kuantitatif dan kualitatif dimana perlakuan dilakukan dengan metode kuantitatif dan hasil yang diperoleh dilakukan metode kualitatif sebagai investigasi mendalam terhadap
informan dalam bentuk in depth
interview (wawancara mendalam), yang dilakukan di BLU RSUP Prof. dr. R.D. Kandou Kota Manado yang dimulai dari bulan Oktober 2016 sampai dengan bulan Maret 2017. Populasi dalam penelitian uji kuantitatif ini adalah seluruh ibu hamil yang berjumlah
5
sebanyak 615 pasien, sedangkan sampel penelitian tersebut diperoleh sebanyak 85 responden, dan uji kualitatif diperoleh sebanyak 5 informan yaitu Direktur Keuangan dan AdministrasiUmum, Kepala Bidang Pelayanan
Medik, Verifikator BPJS Rumah Sakit, Dokter Spesialis Obsgin, dan Pasien telah menjalani operasi Sectio Caesaria. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah visibilitas provider rumah sakit, kelebihan dan kekurangan dari pola tarif, dan pola tarif tidak efisien yang merugikan provider. Variabel terikat adalah perbandingan tarif operasi Sectio Caesar pada pasien Obsgin. Analisis univariat untuk mendiskripsikan secara umum seluruh subyek penelitian dan variabel yang diteliti, baik variabel bebas maupun variabel terikat dengan menggunakan table distribusi frekuensi. Analisis data kualitatif dilakukan dengan triangulasi yaitu triangulasi sumber, triangulasi metode, dan triangulasi waktu.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil penelitian didapatkan bahwa umur responden 21-30 tahun sebanyak 41 responden (47,6%). Hasil penelitian diperoleh bahwa LOS yang terbanyak pada hari ke-5 sebanyak 39 responden (45,3%). Dilihat dari status kelas BPJS pasien terbanyak didapatkan pada kelas 3 sebanyak 47 responden (54,7%); status
tarif pembayaran pasien didapatkan bahwa rumah sakit mengalami kerugian. Hasil Observasi diperoleh :
Perencanaan yang diberikan kepada 5 informan pada 3 (tiga) kategori dikatakan cukup yaitu anggaran biaya rumah sakit sangat dirugikan oleh pihak Provider BPJS yang dinilai cukup memberatkan pihak rumah sakit dengan adanya prosedur yang dijalankan di rumah sakit dan pihak rumah sakit telah menjalankan prosedur sesuai keputusan rapat keuangan RSUP Prof. dr. R.D. Kandou Kota Manado, akan tetapi tidak dijelaskan secara mendetail tentang tujuan, manfaat, dan hasil pelaksanaan
serta akibat dari perencanaan,
penggerakan dan pelaksanaan, termasuk
pengawasan, pengendalian, dan
penilaian bagi Provider BPJS dan BLU yang dijalankan oleh pihak rumah sakit secara lengkap.
Visibilitas provider rumah sakit di RSUP Prof. dr. R.D. Kandou Kota Manado menghasilkan anggaran cukup memberatkan, hal tersebut terlihat pengeluaran alat dan bahan serta sarana pada anggaran yang diterima Provider BPJS sangat sesuai hasil yang diperoleh dari observasi, dimana anggaran yang diterima BLU sangat dirugikan terhadap anggaran yang diterima Provider BPJS, dan kerugiaan anggaran yang diterima BLU, serta hasil kalkulasi sangat sesuai yang diperoleh oleh peneliti di lapangan.
6
Hal tersebut dikarenakan peralatan dan obat-oabatan harus dikeluarkan oleh pihak rumah sakit kepada pasiensejumlah banyak yang dkenakan
biayanya dengan anggaran yang
diperhitungkan tidak sesuai dengan perhitungan yang diterima oleh pihak rumah sakit, sehingga segala hasil anggaran membuat pembengkakan di pihak rumah sakit.
Kelebihan dan kekurangan dari pola tarif pada BPJS dan BLU terhadap anggaran yang diterima Provider BPJS di rumah sakit menghasilkan cukup banyak diuntungkan, namun anggaran yang diterima BLU malah sebaliknya yang mengakibatkan kerugian bagin
pihak rumah sakit masih belum
maksimal diperoleh keuntungan yang baik bagi rumah sakit. Hal tersebut
dikarenakan penerimaan laporan
pemasukan selalu diterima oleh pihak Provider BPJS, sehingga tidak ada
penyesuaian keseimbangan dalam
keuntungan yang diterima oleh pihak BLU rumah sakit, dan segala hasil penerimaan anggaran diterima oleh Provider BPJS.
Efiseinsi pola tarif terhadap provider terlihat cukup diterima
anggaran dengan baik dari yang
diharapkan dalam penerimaan ibu
melahirkan dengan SC pada post OP di rumah sakit dimana tahap-tahap yang
dilaksanakan tidak memberikan
keuntunagn bagi pihak rumah sakit meski hasil observasi menyatakan cukup sesuai, namun tetap harus adanya
perbaikan dalam hal penerimaaan
pengaturan anggaran rumah sakit dan hal tersebut dapat terlihat pada observasi hasil penerimaan keuntungan belum sepenuhnya diterima oleh rumah sakit sesuai prosedur yang telah ditetapkan sejak awal perjanjian ditetapkan oleh kedua belah pihak di rumah sakit, namun pasien tetap terus masuk rumah sakit dan waktu terus berjalan melayani pasien.
Kebijakan yang dikeluarkan oleh pihak Rumah Sakit masih belum
sepenuhnya diputuskan masalah
penyelesaian untuk kedua belah pihak agar sama-sama memperoleh keutungan sesuai kesepakatan bersama yaitu
Provider BPJS tetap menerima
keuntungan dan pihak BLU rumah sakit juga menerima keuntungan sebaliknya.
Visibilitas Provider Rumah Sakit Hasil penelitian ini, terlihat jelas bahwa Visibilitas Provider Rumah Sakit
mengenai analisis dampak skema
perbandingan tarif pelayanan sectio caesar berdasarkan perhitungan Badan Layanan Umum (BLU) RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou Kota Manado dan Badan Penyelenggaraan Jaminan Sosial (BPJS) di mana informan menyatakan bahwa infrastruktur keuangan Rumah Sakit
7
Kandou diatur BLU. Untuk RS Kandou, dana yang ada sebesar 40% untuk bagian administrasi, sedangkan sebesar 60% untuk bagian pelayanan. BLU Kandou mengelola keuangan kemudiandilaporkan bentuk tertulis dan
disampaikan kepada Kementerian
Keuangan. RSUP Prof. dr. R.D. Kandou menerapkan prinsip efisiensi dan
produktifitas untuk meningkatkan
pelayanan kesehatan. Strategi rumah sakit dalam penetapan tarif yaitu efisiensi. Semua rumah sakit di Indonesia bekerja sama dengan BPJS dan menerima pasien-pasien BPJS yang ditetapkan aturan Pemerintah. Kalau
untuk kerugian kami akan terus
mengevaluasi dan menyampaikan ke
bagian kementerian supaya ada
perubahan tarif atau ditindak lanjuti dan pihak RS menerapkan subsidi silang untuk menutupi kerugian yang ada. Setiap tahun ada pertemuan dari seluruh
rumah sakit di indonesia untuk
membicarakan tarif-tarif seperti ini. Penelitian Muttaqien, dkk., (2014)
dengan judul Perbandingan Tarif
Tindakan Operasi Berdasarkan Relative Value Unit (RVU), Indonesia Case Based Groups (INA-CBG`s) dan Tarif Kolegium diperoleh hasil wawancara dengan informan secara mendalam bahwa penggunaan tarif kolegium untuk proses penerimaan pembayaran sampai saat kini masih memerlukan pengkajian
ulang agar penerapan di rumah sakit dapat berjalan baik, di mana hasil analisis menunjukkan penerapan tarif kolegium pada beberapa diagnosis dan sub diagnosis memiliki nilai yang jauh lebih tinggi dari biaya satuan atau biaya yang dibutuhkan untuk melaksanakan tindakan.
Penelitian Kusumaningtyas (2013) dengan judul Analisis Perbedaan Biaya Riil Rumah Sakit dengan tarif INA-CBG’s untuk Kasus Persalinan dengan Sectio Caesaria pada Pasien Jamkesmas di RSUD Tugurejo Semarang Triwulan I Tahun 2013 diperoleh hasil wawancara dengan informan secara mendalam
bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi biaya riil rumah sakit pada kasus persalinan dengan Sectio Caesaria diantaranya meliputi biaya
pemeriksaan penunjang, biaya
pengobatan, perawatan intensif, serta lama dirawat.
Makkasau (2008) juga berpendapat bahwa adanya berbagai jenis tarif dan kesenjangan terhadap jasa pelayanan khususnya tindakan operasi menjadikan peluang sekaligus ancaman bagi rumah sakit untuk menentukan tarif pelayanan mana yang harus diikuti sesuai dengan daya beli masyarakat, sehingga perlu dilakukan analisis terhadap jenis tarif berdasarkan Relative Value Unit (RVU), tarif berdasarkan Indonesia Case Based
8
Kolegium untuk tindakan operasi, sehingga diharapkan menjadi acuan bagi rumah sakit dalam menerapkan tarif pelayanan yang lebih rasional.Kelebihan dan Kekurangan dari Pola Tarif pada BPJS dan BLU
Hasil penelitian ini, terlihat jelas bahwa Kelebihan dan Kekurangan dari Pola Tarif pada BPJS dan BLU mengenai analisis dampak skema perbandingan
tarif pelayanan sectio caesar
berdasarkan perhitungan Badan Layanan Umum (BLU) RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou Kota Manado dan Badan Penyelenggaraan Jaminan Sosial (BPJS) di mana informan menyatakan bahwa kekurangan terjadi pada kelas III, karena presentasi nilainya dibawah nilai dari besaran biaya yang dikeluarkan rumah sakit, sedangkan kelebihannya seluruh lapiasan masyarakat dapat menikmati keuntungan layanan rumah sakit dengan biaya yang terjangkau dan untuk masyarakat tidak mampu mendapatkan bantuan dari pemerintah dengan tidak perlu membayar iuran.. Penetapan tarif BLU disetujui oleh kementerian atas usulan rumah sakit dan berdasarkan letak wilayah RS, sedangkan penetapan tarif BPJS sudah ditetapkan kementerian kesehatan dengan tarif sama di seluruh Indonesia. Tarif BPJS dan BLU Kandou sesuai dengan peraturan-peraturan dan undang-undang berlaku.
Penelitian Putri (2013) dengan judul Analisis Perhitungan Tarif Rawat Inap Rumah Sakit dengan Metode Activity Based Costing di RSUD Sunan
Kalijaga Demak diperoleh hasil
wawancara dengan informan secara mendalam bahwa harga beradsarkan perhitungan yang telah dilakukan dapat diketahui baha biaya rawat inap untuk pasien di rumah sakit berbeda-beda tiap kelasnya. Hal tersebut dikarenakan harus menyesuaikan dengan fasilitas yang diberikan oleh pihak rumah sakit, sehingga tidak memberikan keuntungan yang nyata bagi pighak rumah sakit
dengan adanya perhitungan
menggunakan metode Activity Based Costing terhadap seluruh anggaran yang diterima rumah sakit.
Penelitian Alvina, dkk., (2016)
dengan judul Analisis Rekrutmen
Tenaga Kesehatan di Dinas Kesehatan Kabupaten Minahasa Selatan diperoleh
hasil wawancara dengan informan
secara mendalam bahwa tarif yang disesuaikan dengan metode Activity Based Costing adalah sebesar Rp. 5.018.260, sedangkan hasil tarif INA-CBG`s adalah Rp. 4.112.954. Hasil selisih dari tarif Activity Based Costing dengan INA-CBG`s diperoleh sebesar 18%, dimana tarif ABC lebih tinggi. Hasil identifikasi aktivitas pelayanan perlu ada standar pelayanan yang baku seperti clinical pathway, sehingga
9
perhitungan dengan metode Activity Based Costing dapat lebih akurat.Hamka (2010) juga berpendapat bahwa perbedaan yang terjadi antara tarif tindakan Sectio caesaria dengan menggunbakan metode tradisional dan
metode ABC disebabkan karena
pembebanan biaya overhead pada
masing-masing produk. Pada metode akuntansi biaya tradisional biaya overhead pada masing-nmasing produk selalu dibebankan pada banyak cost driver yang ada di rumah sakit saat melakukan pelayanan.
Efisiensi Pola Tarif Terhadap Provider
Hasil penelitian ini, terlihat jelas bahwa efisiensi pola tarif terhadap provider
mengenai analisis dampak skema
perbandingan tarif pelayanan sectio caesar berdasarkan perhitungan Badan Layanan Umum (BLU) RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou Kota Manado dan Badan Penyelenggaraan Jaminan Sosial (BPJS) di mana informan menyatakan bahwa pemberlakuan tarif SC yang ditetapkan BPJS memakai standar tarif nasional, dan jika memakai standar nasional akan mengambil sampel data pembiayaan dari beberapa rumah sakit yang dapat mewakili wilayah di Indonesia. Sejauh ini belum efisien karena terdapat kesenjangan yang begitu tinggi anatara kedua tarif tersebut. Dampak perbedaan
tarif yang ditetapkan oleh BLU RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou dan BPJS terletak pada pembebanan biaya, dimana dalam paket pembiayaan BPJS biaya yang bersumber dari pemerintah/APBN tidak diperhitungkan dalam pembiayaan sedangkan dari sisi BLU RSUP Prof. Dr. R. D Kandou itu dimasukan secara full costing dimana biaya yang bersumber dari APBN ditambahkan dengan biaya
yang bersumber dari BLU RS.
Dampaknya perbedaan tarif terhadap provider yang ditetapkan BPJS dan BLU
mengarahkan ke remunerasi dan
kesejahteraan.
Penelitian Kusumaningtyas (2013) dengan judul Analisis Perbedaan Biaya Riil Rumah Sakit dengan tarif INA-CBG’s untuk Kasus Persalinan dengan Sectio Caesaria pada Pasien Jamkesmas di RSUD Tugurejo Semarang Triwulan I Tahun 2013 diperoleh hasil wawancara dengan informan secara mendalam bahwa rata-rata besar perbedaan antara biaya riil dengan tarif INA-CBG`s pada kasus persalinan dengan Sectio Caesaria untuk kerugian diperoleh sebesar Rp.
1.273.595, dan keuntungan yang
diperoleh sebanyak Rp. 274.437.
Penelitian Aulia, dkk., (2016) dengan judul Cost Recovery rate Program jaminan Kesehatan Nasional
BPJS Kesehatan diperoleh hasil
wawancara dengan informan secara mendalam bahwa cost recovery rate
10
untuk pasien JKN dalam pelayanan rawat jalan dan termasuk rawat inap di ruamh sakit XYZ diperoleh rata-rata sebesar 93% untuk sampel selama 9bulan, dengan keuntungan yang
diperoleh oleh pihak rumah sakit rata-rata sebesar 9%. Hal tersebut dapat dikatakan bahwa keuntungan yang diperoleh rumah sakit sangat jauh minim dari keuntungan yang ingin dicapai. Keuntungan yang diperoleh tersebut belum termasuk perhitungan
beban depresi yang merupakan
keterbatasan dalam penelitian ini.
Namun mengingat ini merupakan
program pemerintah untuk membantu masyarakat miskin, maka keuntungan yang diperoleh memang tidak dapat maksimal seperti yang ditarget oleh rumah sakit.
KESIMPULAN
Setelah melaksanakan penelitian dan menganalisis data yang diperoleh, maka dapat ditarik kesimpulan, yaitu :
1. Visibilitas Provider Rumah Sakit bahwa infrastruktur keuangan dari Rumah Sakit Kandou diatur oleh BLU. Untuk RS Kandou, dana
sebesar 40% untuk bagian
administrasi, sedangkan sebesar 60% untuk bagian pelayanan. Rumah Sakit mengalami kerugian atau selisih terhadap tarif sectio caesarea yang ditetapkan oleh BPJS. Strategi
rumah sakit dalam penetapan tarif agar tidak mengalami kerugian yaitu menjalankan efisiensi dan efektifitas. 2. Kelebihan dan Kekurangan dari Pola Tarif pada BPJS dan BLU mengenai analisis dampak skema perbandingan tarif pelayanan sectio caesar
berdasarkan perhitungan Badan
Layanan Umum (BLU) RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou Kota Manado dan
Badan Penyelenggaraan Jaminan
Sosial (BPJS) yaitu kelebihannya adalah seluruh lapiasan masyarakat dapat menikmati keuntungan layanan
rumah sakit. Sedangkan
kekurangannya terjadi pada kelas III, karena presentasi nilainya dibawah nilai dari besaran biaya yang dikeluarkan rumah sakit sehingga pihak rumah sakit mengalami defisit. 3. Efisiensi pola tarif terhadap provider mengenai analisis dampak skema perbandingan tarif pelayanan sectio caesar berdasarkan perhitungan Badan Layanan Umum (BLU) RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou Kota Manado dan Badan Penyelenggaraan Jaminan Sosial (BPJS) sangat tidak efisien karena tarif BLU memperhitungkan ABPN sedangkan tarif BPJS tidak memperhitungkan APBN. Dampak perbedaan tarif yang ditetapkan BPJS
dan BLU mengarahkan ke
11
pegawai yang ada di RS baik tenaga medis, non medis.SARAN
1. Bagi Rumah Sakit Umum Pusat
Prof. Dr. R. D. Kandou.
a. Perlu evaluasi tarif yang ditetapkan agar tidak terjadi kesenjangan yang begitu tinggi.
b. Perlu menerapkan prinsip
efisiensi dan efektivitas dan standarisasi biaya.
c. Perlu mengubah cara pandang dan cara mengelola RS dan
pasien dengan menerapkan
kendali mutu dan kendali biaya yang mengarah pada pelayanan, perencanaan, dan pengadaan barang yang jasa yang efektif.
d. Perlu mengimplementasikan
remunerasi berbasis kinerja.
2. Bagi pengembangan ilmu
pengetahuan, hasil penelitian ini dapat dipakai sebagai referensi dan disarankan penelitian lanjutan mengenai analisa tarif BLU dan BPJS dengan upaya efisiensi dan
pengendalian biaya melalui
perbaikan standar proses dan input.
Menganalisi Fraud terhadap
penetapan tarif RS dan BPJS.
DAFTAR PUSTAKA
Alvina, Y., A. Maidin, dan B. Bahar. 2014. Biaya Tindakan Medik
Sectio Caesaria Berdasarkan
Activity Base Costing System di Kamar Operasi Instalasi Rawat
Darurat RSUD Ampana
kabupaten Tojo Una-Una. Tesis. Pascasarjana. Bagian Administrasi Rumah Sakit. Fakultas Kesehatan
Masyarakat. Universitas
Hasanuddin. Makassar.
Ambariani, A.S., dan Y. Mahendradata. 2015. Kajian Penentuan Besaran Unit Cost, Penyerapan Klaim
INA-CBG’s, dan Kebijakan
Pemanfaatan Dana Sisa dalam
Monitoring Penyelenggaraan
Program Jaminan Kesehatan
Nasional (JKN) di Provinsi Nusa
Tenggara Timur. Penelitian
Kebijakan Kesehatan dan
Kedokteran. Australian AID.
Yogyakarta.
Aulia, S., Supriadi, D.K. sari, dan A. Mutiha. 2016. Cost Recovery rate
Program jaminan Kesehatan
Nasional BPJS Kesehatan.
Program Vokasi Universitas
Indonesia. Jurnal Akuntabilitas. Vol.8(2):111-120.
Anonimous, 2009. Undang-undang
Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit. Anonimous, 2014a. Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2014 tentang
12
Indonesian Case Base Groups (INA-CBGs).Hamka, F. 2010. Analisis Biaya Satuan Tindakan Sectio Caesarea Paket Hemat A di Rumah Sakit X Tahun 2009. Tesis. Pascasarjana. Kajian
Administrasi Rumah Sakit.
Universitas Indonesia. Depok. Kusumaningtyas, D.R.S., L. Kresnowati,
dan D. Ernawati. 2013. Analisis Perbedaan Biaya Riil Rumah Sakit dengan Tarif INA-CBG’s untuk Kasus Persalinan dengan Sectio Caesaria pada Pasien Jamkesmas di RSUD Tugurejo Semarang Triwulan I Tahun 2013. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Dian Nuswantoro. Semarang.
Makkasau, K. 2008. Metode Penetapan Tarif Berdasarkan Relative Value Unit pada Unit Bedah Rumah Sakit di Provinsi Sulawesi
Selatan. Tesis. Program
Pascasarjana. Universitas
Hasanuddin. Makassar.
Muttaqien A.R.M, N.B. Noor, dan S.A. Pasinringi. 2014. Perbandingan
Tarif Tindakan Operasi
Berdasarkan Relative Value Unit (RVU), Indonesia Case Based Groups (INA-CBG`s) dan Tarif Kolegium. Tesis. Pascasarjana.
Universitas Hasanuddin.
Makassar.
Putri, M.I. 2013. Analisis Perhitungan Tarif Rawat Inap Rumah Sakit dengan Metode Activity Based Costing di RSUD Sunan Kalijaga
Demak. Skripsi. Fakultas
Kesehatan Masyarakat.
Universitas Dian Nuswantoro. Semarang.
Pribadi, F. 2016.Stategi Dalam
Mengantisipasi INA-CBGs di
Rumah Sakit.
http://firmanpribadi.staff.umy.ac.i d/ Diaksespada 1 Oktober 2016. Ratmaya, K.A. 2012. Perhitungan Biaya
Kamar Operasi Menggunakan
Activity Based Costing di Rumah Sakit Umum Puri Raharja. Tesis.
Pascasarjana. Program Studi
Kajian Administrasi Rumah Sakit. Universitas Indonesia. Jakarta. Sari, R. P. 2014.PerbandinganBiaya Riil
Tarif Paket INA-CBG’s dan
Analisis Faktor yang
Mempengaruhi Biaya Riil Pada Pasien Diabetes Mellitus Rawat Inap Jamkesmas di RSUP DR. Sarjito Yogyakarta. Jurnal Spread. Vol 4 (1) : 61 – 70.
Widyastuti, A. 2013. Evaluasi
Implementasi INA-CBG’s
Kasus Diabetes
Mellitus Pasien Jamkesmas
Rawat Inap di RSUP A. Wahab
Sjahranie Samarinda.Tesis
13
Kesehatan Masyarakat
Universitas Gajah
Mada.Yogyakarta.
Yulianto, R. 2013. Implementasi
polatarif INA-CBG Dalam Era Jaminan Kesehatan
Nasional.Nasional Casemix
Center Kementerian Kesehatan RI. Jakarta.