BAB I PENDAHULUAN
1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian
1.1.1 PT. Unilever Indonesia
PT. Unilever Indonesia telah tumbuh menjadi salah satu perusahaan terdepan untuk produk Home and Personal Care serta Foods & Ice Cream di Indonesia. Rangkaian Produk PT. Unilever Indonesia mencangkup brand-brand ternama yang disukai di dunia seperti Pepsodent, Lux, Lifebuoy, Dove, Sunsilk, Clear, Rexona, Vaseline, Rinso, Molto, Sunlight, Walls, Blue Band, Royco, Bango, dan lain-lain.
Gambar 1.1 Logo PT. Unilever Indonesia
(Sumber :www.unilever.co.id, di akses pada Januari 2011)
Logo Unilever sendiri didesain menggunakan elemen gambar kecil-kecil mewakili konsep ratusan brand produk PT. Unilever Indonesia. Keseluruhan gambar kecil-kecil itu membentuk huruf'U'.Didesain oleh agensi Lowe LDB Sri Lanka tahun 2004. Lilamani Dias Benson, pemimpin Lowe LDB mengatakan, berdasarkan
konsep vitality, logo tersebut sekaligus ingin menyimbolkan: 'U' can
make a difference. (Sumber:
http://desainkumat.blogspot.com/2010/02/arti-logo-unilever.html, diakses pada Januari 2011)
Selama ini, tujuan PT. Unilever Indonesia tetap sama, dimana PT. Unilever Indonesia bekerja untuk menciptakan masa depan yang lebih baik setiap hari, membuat pelanggan merasa nyaman, berpenampilan baik dan lebih menikmati kehidupan melalui brand dan jasa yang memberikan manfaat, menginspirasi masyarakat untuk melakukan tindakan kecil setiap harinya yang bila digabungkan akan membuat perubahan besar bagi dunia, dan senantiasa mengembangkan cara baru dalam berbisnis yang memungkinkan perusahaan untuk tumbuh sekaligus mengurangi dampak lingkungan.
Perseroan memiliki enam pabrik di Kawasan Industri Jababeka, Cikarang, Bekasi, dan dua pabrik di Kawasan Industri Rungkut, Surabaya, Jawa Timur, dengan kantor pusat di Jakarta. Produk-produk perseroan berjumlah sekuitar 32 brand utama dan 700 SKU, dipasarkan melalui jaringan yang melibatkan sekitar 370 distributor independen yang menjangkau ratusan ribu toko yang tersebar di seluruh Indonesia.Produk-produk tersebut didistribusikan melalui pusat distribusi milik sendiri, gudang tambahan, depot dan fasilitas distribusi lainnya.(Sumber:http://www.unilever.co.id, di akses pada januari 2011)
1.1.2 Sejarah PT. Unilever Indonesia
PT. Unilever Indonesia Tbk (perusahaan) didirikan pada 5 Desember 1933 sebagai Zeepfabrieken N.V. Lever dengan akta No. 33 yang dibuat oleh Tn.A.H. van Ophuijsen, notaris di Batavia. Akta ini disetujui oleh Gubernur Jenderal van Negerlandsch-Indie dengan surat No. 14 pada tanggal 16 Desember 1933, terdaftar di Raad van Justitie di Batavia dengan No. 302 pada tanggal 22 Desember 1933 dan diumumkan dalam Javasche Courant pada tanggal 9 Januari 1934 Tambahan No. 3.
Dengan akta No. 171 yang dibuat oleh notaris Ny. Kartini Mulyadi tertanggal 22 Juli 1980, nama perusahaan diubah menjadi PT. Unilever Indonesia. Dengan akta no. 92 yang dibuat oleh notaris Tn. Mudofir Hadi, S.H. tertanggal 30 Juni 1997, nama perusahaan diubah menjadi PT. Unilever Indonesia Tbk. Akta ini disetujui oleh Menteri Kehakiman dengan keputusan No. C2-1.049HT.01.04TH.98 tertanggal 23 Februari 1998 dan diumumkan di Berita Negara No. 2620 tanggal 15 Mei 1998 Tambahan No. 39.
Perusahaan mendaftarkan 15% dari sahamnya di Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya setelah memperoleh persetujuan dari Ketua Badan Pelaksana Pasar Modal (Bapepam) No.SI-009/PM/E/1981 pada tanggal 16 November 1981.
Table 1.1
Sejarah Singkat PT. Unilever Indonesia
Tahun Keterangan
1920-1930 Import oleh van den Bergh, Jurgen and Brothers 1933 Pabrik sabun – Zeepfabrieken NV Lever – Angke,
Jakarta
1936 Produksi margarin dan minyak oleh Pabrik van den Bergh NV – Angke, Jakarta
1942 Pabrik komestik – Colibri NV, Surabaya 1942-1946 Kendali oleh PT. Unilever Indonesia dihentikan
(Perang Dunia II)
1965-1966 Di bawah kendali pemerintah
1967 Kendali usaha kembali ke PT. Unilever Indonesia berdasarkan undang-undang penanaman modal asing 1981 Go public dan terdaftar di Bursa Efek Jakarta 1982 Pembangunan pabrik Ellida Gibbs di Rungkut,
Surabaya
1988 Pemindahan Pabrik Sabun Mandi dari Colibri ke Pabrik Rungkut, Surabaya
1990 Terjun di bisnis the 1992 Membuka pabrik es krim
1995 Pembangunan pabrik deterjen dan makanan di Cikarang, Bekasi
1996-1998 Penggabungan instalasi produksi – Cikarang, Rungkut 1999 Deterjen Cair NSD – Cikarang
2000 Terjun ke bisnis kecap
2001 Membuka pabrik teh – Cikarang
2002 Membuka pusat distribusi sentral Jakarta 2003 Terjun ke bisnis obat nyamuk bakar 2004 Terjun ke bisnis makanan ringan 2005 Membuka pabrik sampo cair – Cikarang 2008 Terjun ke bisnis minuman sari buah
(Sumber: http://www.unilever.co.id/id/aboutus/ourhistory/,diakses pada Januari 2011)
1.1.3 Kecap Bango
Kecap Bango telah didirikan oleh Keluarga Tjoa Eng Nio pada 1928 di di Tangerang di bawah bendera PT Anugerah Setia Lestari. Pada tahun 2001 PT. Unilever Indonesia mengakuisisi merek dan usaha ini, sejak itu perusahaan ini tumbuh begitu menjanjikan. Sejak proses akuisisi perusahaan berkembang dua kali lipat lebih besar, tercermin dari meningkatnya pangsa pasar dan pertumbuhan penjualan yang rata – rata 3% per tahun.
Produk ini telah didistribusikan keseluruh negeri bahkan dapat ditemukan diluar negeri, terutama dimana ada komunitas warga Indonesia.
Gambar 1.2 Logo Kecap Bango
(Sumber :http://www.unilever.com, diakses pada Januari 2011)
Penggunaan warna hijau pada background logo dan merah pada tulisan “Bango” menunjukkan tampilan cerah yang mengartikan bahwaPT. Unilever Indonesia ingin membawa kecap bango kearah yang lebih baik setelah di akuisisi dari pemilik brand dan logo sebelumnya.Sedangkan konsep model burung bango sendiri tetap dipertahankan demi menjaga orisinalitas merk kecap bango.
Kecap Bangoterbuat dari bahan-bahan terpilih yang bermutu tinggi: kacang kedele hitam, gula kelapa, garam dan air tanpa bahan pengawet atau bahan kimia tambahan. Kacang kedele hitam difermentasi selama beberapa bulan agar dapat dicampur dengan baik dalam suatu proses khusus dengan bahan-bahan lain untuk memberikan rasa khusus yang membuat Kecap Bangoberbeda dari produk lain yang menggunakan kacang kedele kuning.
Gambar 1.3 Kemasan Kecap Bango
(Sumber :http://www.unilever.com, di akses pada Januari 2011) Produk kecap bango sendiri dikemas dengan berbagai macam kemasan yang menarik, mulai dari kemasan sachet 14 ml yang dapat memudahkan konsumen hingga kemasan botol 300 ml lengkap dengan kemasan pouch refillnya.
Strategi PT. Unilever Indonesia dalam mengorbitkan Bango merupakan strategi dasar yang selama ini telah mengantarkan kesuksesan bagi produk-produk PT. Unilever Indonesia lainnya, yaitu push market melalui distribusi yang dalam dan merata, dan pull market melalui promosi yang gencar. PT. Unilever Indonesia tetap menggunakan pakem yang sama untuk mendongkrak penjualan Bango. (Soenarjo, Sumber: http://swa.co.id,diakses pada Januari 2011)
1.2 Latar Belakang Masalah
Dalam persaingan perusahaan harus mampu menunjukkan keunggulan produknya yang membedakan dengan produk pesaing lainnya yang sejenis dan sekaligus dapat dijadikan Competitive Advantagesatau keunggulan bersaing bagi perusahaan tersebut sehingga perusahan dapat bersaing dengan perusahaan lain yang sejenis.Konsep yang biasanya disajikan sebagai Competitive Advantages oleh suatu perusahaan adalah bauran pemasaran (Marketing Mix), yang terdiri dari 4 variabel yang merupakan inti dari sistem pemasaran, yaitu: keunggulan dalam hal Produk (Product), Harga (Price), Tempat/Lokasi (Place), Dan Promosi (Promotion), yang diupayakan dengan semaksimal mungkin agar dapat menciptakan keputusan pembelian. Hal-hal tersebut yang biasanya diolah oleh suatu perusahaan agar dapat memasuki persaingan di pasar yang semakin ketat dewasa ini.
“Marketing is all about adjusting, blending, or better yet, “mixing” the four Ps into an optimum blend that would satisfy the needs and desires of customers. Further, this marketing mix model was not a static one. Rather, it was dynamic because over time, those responsible for mixing the marketing mix usually referred to as “marketing managers” would monitor their customers or “target market” through marketing research to ascertain their changing needs and desires”. (Rosenbloom, Dimitrova, 2011)
“Marketing environments have become more turbulent, i.e. they are subject to more shocks that alter their evolution pattern. For example, in many industries, new products enter and exit more frequently, which affects the competitive setting faced by the
incumbents. Time-series models are being used to diagnose quickly the implications of such entries and exits” (Dekimpe and Hanssens, 2010)
Dalam Varadarajan (2009) “Marketing is the activity, set of institutions, and processes for creating, communicating, delivering, and exchanging offerings that have value for customers, clients, partners, and society at large.” These definitions were preceded during the past century by four other official definitions of marketing that were adopted
by the AMA in 1935, 1948, 1960 and 1985 (Gundlach 2007).Sedangkan
Menurut Kotler (2007:92), “Marketing mix is the set of marketing tools that the firm uses to pursue its marketing objectives in the target market”, memiliki arti bahwa bauran pemasaran adalah sejumlah alat-alat pemasaran yang digunakan perusahaan untuk menyakinkan obyek pemasaran atau target pasar yang dituju.
PT. Unilever Indonesia, dalam hal ini Kecap Bango, menyadari akan pentingnya konsumen dalam kesuksesan suatu produk, oleh karena itu strategi bauran pemasaran digunakan semaksimal mungkin dalam usaha untuk menciptakan minat pembelian dan meningkatkan angka penjualan terhadap produk yang ditawarkan oleh perusahaan. Persaingan yang ketat dengan produk sejenis yaitu kecap ABC (PT.Heinz ABC Indonesia), kecap Indofood, kecap Sedaap, dan produk lokal daerah lainnya mengharuskan tim marketing dari Kecap Bangountuk terus memacu kegiatan marketingnya agar mendapatkan tempat dihati konsumen.
PT. Unilever Indonesiamemang dikenal sebagai perusahaan yang paling gemar membombardir pasar dengan iklan yang agresif. Berdasarkan pemantauan Nielsen Media Research, pada periode
Januari-Juni 2004 saja PT. Unilever Indonesia telah menggelontorkan dana Rp 29 miliar untuk kegiatan promosi above the line di berbagai media. Dengan pengeluaran itu, boleh jadi belanja iklan PT. Unilever Indonesia untuk Kecap Bangotahun 2004 akan meningkat dibanding tahun 2003. Sepanjang 2003 PT. Unilever Indonesia menghabiskan Rp 36,7 miliar untuk mempromosikan produknya ini di berbagai media.
Gambar 1.4
Screen Shoot Iklan Kecap Bango
Gambar 1.5
Screen Shoot Iklan Kecap ABC
Tabel 1.2
Penilaian Pakar Terhadap Iklan Kecap Bango Vs Kecap ABC Iklan
kecap Bango Bango ABC ABC
Konsep *** *** ** ** Komuni kasi *** *** ** *** Eksekusi *** **** ** ** Komenta r
Yang menarik dari iklan ini adalah terasa lebih mencerminkan realitas (elemen yang menurut saya sangat penting). Voice over yang mengatakan: ”Harapan Anda hanya Kecap Bango…” menguatkan product benefit dan menjadi solusi situasional.
Dibanding dengan kompetitornya, iklan ini terlihat berbeda dan lebih menarik karena di-inject sebuah cerita singkat di dalamnya. Secara keseluruhan, iklan ini dikemas lebih down to earth, gak banyak tambahan kosmetik sehingga lebih terasa real.
Maaf, tapi si nenek ini mengada-ada. Dan casting-nya buruk sekali. Judul commercial ini ditulis “Grandmother”, mungkin akan lebih menarik kalau dikembangkan dari hubungan mertua vs menantu, bukan nenek dan cucu”
Meng-impress mertua/ibu/orang tua..., cara jualan tempoe doeloe, klise banget. Secara flow cerita terasa fake dan kaku dengan adanya scene sang menantu beserta suami dan anaknya berdiri manis di sebelah ibu mertua saat beliau mencicipi hidangan. Keterang an
Oleh Gandhi Suryoto, Managing Partner Tgf-Lemonade Oleh Teguh b. Arianto, Managing Partner Berakar Komunikasi (Sumber: http://mix.co.id , april 2011)
Keterangan : Score: * sangat buruk, ** buruk, *** sedang/standard, **** baik, ***** sangat baik
Selain menggeber promosi above the line, PT. Unilever Indonesia juga gencar melakukan kegiatan below the line.Salah satunya, kegiatan “Piknik Ala Bango”. Pada kegiatan yang dimeriahkan dengan games dan lucky draw ini, koki yang disiapkan PT. Unilever Indonesia memeragakan cara memasak berbagai resep makanan yang menggunakan Kecap Bangosebagai salah satu bahannya. “Piknik ala Bango”digelar di 50 kecamatan di 5 kota besar di Indonesia, yakni Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya dan Makassar. Tujuannya tak lain untuk semakin mendekatkan merek Kecap Bangokepada masyarakat.
Selain berani dalam beriklan, PT. Unilever Indonesiajuga mengandalkan kekuatan distribusinya untuk mengangkat penjualan Kecap Bango.Dalam mendistribusikan Kecap Bango, PT. Unilever Indonesia seperti tidak ingin head on dengan kecap ABC. Sementara kecap ABC lebih banyak didistribusikan pada grosir makanan, PT. Unilever Indonesia memilih merangkul grosir-grosir sembako. Demikian juga dengan strategi PT. Unilever Indonesia dalam merangkul restoran dan pedagang kaki lima yang menjadi salah satu pasar terbesar untuk kategori ini. PT. Unilever Indonesia merangkul pedagang atau restoran makanan Indonesia dan internasional, dan mereka menghindari restoran Chinesse karena mereka tahu restoran Chinesse adalah dominasi kecap ABC. (Budhisetiawan, www.swa.co.id, diakses april 2011)
Tabel 1.3
Perbandingan Kecap Bango VS Kecap ABC
Kecap Bango Kecap ABC
Tahun Berdiri 1928
Induk Perusahaan
PT. Unilever Indonesia PT. Heinz - ABC Variasi Produk Kecap Manis Kecap Manis, Kecap
Asin, Kecap Black Gold, Kecap Inggris, Kecap
Pedas Variasi Kemasan 14 ml (sachet) Rp 500 100 ml (Pouch) Rp 1.700 100 ml (pouch) Rp 2.000 140 ml (botol) Rp 3.600 135 ml (botol) 195 ml (botol) Rp 6.500 225 ml (pouch) Rp 5.500 275 ml (botol) Rp 7.300 300 ml (botol) 600 ml (botol) Rp 11.800 600 ml (pouch) Rp 12.500 620 ml (botol) Rp 17.800 620 ml (pouch) Rp 19.000 Event
festival jajanan bango (2004 – 2010)
lomba masak kecap black Gold
piknik ala bango (2003 - 2005)
demo memasak di pusat perbelanjaan (jakarta) Jalur Distribusi restoran makanan
Indonesia dan Internasional
restoran makanan Chinese
Sumber :www.swa.co.id ; http://unsurya.web.id ;
http://majalah.tempointeraktif.com ; http://www.PT. Unilever Indonesia.com ; di akses pada april 2011)
Kecap Bango sendiri mengalami peningkatan penjualan yang pesat dalam sepuluh tahun terakhir.Sepanjang April 2006 hingga Maret 2007, pembelian kecap ABC partai besar mengalami penurunan dari 51 menjadi 41 persen. Sebaliknya, penjualan Kecap Bango dalam kurun waktu yang sama naik dari 19 menjadi 21 persen. (Sumber :www.unilever.co.id/ diakses pada april 2011)
Menurut lembaga riset pasar Euromonitor International, pada 2001, ABC menguasai 40 persen dari total penetrasi pasar (market share) kecap di Indonesia sebesar Rp 1,6 triliun. Namun, pada 2005, posisinya menurun hingga 33 persen dari total pasar yang mencapai Rp 3 triliun.Sebaliknya, pangsa pasar Kecap Bangotetap stabil selama 2001–2005, yakni sebesar 32 persen.(Sumber: Single Source Survey dari lembaga riset pasar asal Australia; http://majalah.tempointeraktif.com, di akses april 2011)
Persaingan dengan kecap ABC telah dimenangkan oleh Kecap Bango ditahun 2010, melalui bauran pemasaran aspek promosi yang kuat dengan menghadirkan event promotion “Festival Jajanan Bango” yang rutin diadakan setiap tahunnya dibeberapa kota–kota besar. Event ini berdampak besar terhadap keberhasilan Kecap Bango. Event ini memberikan pengalaman langsung kepada konsumen untuk mencoba berbagai macam masakan Indonesia yang menjadi sangat nikmat dan enak rasanya ketika menambahkan Kecap Bango didalamnya serta menikmati wisata kuliner Indonesia dalam satu event.
Gambar 1.6
Logo Festival Jajanan Bango
(Sumber : http://www.unilever.com,di akses pada maret 2011)
Pada penyelenggaraannya yang terakhir di tahun 2010 Kecap Bango mengapresiasikan peran ibu dalam rumah tangga sekaligus menjadi pewaris tradisi kuliner warisan nusantara dengan mengangkat tema “Pilihan Ibu Nusantara”. Hal ini senada dengan karakter yang dimiliki oleh Bango yang sepenuh hati menyatukan bahan alami untuk menghasilkan kecap berkualitas yang digemari semua anggota keluarga (http://us.surabaya.detik.com,di akses pada april2011).
Kampanye pemasaran ini mengemas pesan: “Segala Sesuatu Yang Datangnya Dari Hati Akan Menciptakan Hasil Yang Istimewa.” Seperti halnya dalam pembuatan Kecap Bango, mulai dari proses awal bahan baku utama melibatkan peran para petani kedele hitam dan pengrajin gula kelapa binaan Yayasan PT. Unilever Indonesia Indonesia (YUI).
Karena data penjualan Kecap Bango bersifat rahasia penulis melakukan serangkaian test dilingkungan penulis. Test ini dilakukan
untuk membuktikan pilihan kecap apa yang digunakan oleh masyarakat pada umum, test ini dilakukan pada :
hari/tanggal : kamis, 28 april 2011 Tempatpengambilan sample : jl.Picung, Bandung Jumlah Responden : 60 orang
Karakteristik responden : Ibu Rumah Tangga *Lembar polling dan tabulasi data terlampir.
Hasil Test :
Tabel 1.4 Pilihan kecap responden
Merk Responden
Bango 31
ABC 15
Sedaap 8
Grafik 1.1
Dari tabel 1.4 dan grafik 1.1 di atas, dapat disimpulkan bahwa sample yang diambil dari sebuah populasi dengan jumlah 60 orang, lebih memilih menggunakan Kecap Bango dengan jumlah 31 orang.
Tabel 1.5
lama menggunakan Kecap Bango
Tahun Responden > 5 thn 11 < 5 thn 15 < 1 thn 5 new 0 0 5 10 15 20 25 30 35
Bango ABC sedaap lainnya
pilihan kecap responden
pilihan kecap responden
Grafik 1.2
Pada tabel 1.5 dan grafik 1.2 dapat dilihat bahwa 15 orang responden menggunakan Kecap Bango dalam 5 tahun terakhir, 11 orang menggunakan Kecap Bango lebih dari 5 tahun terakhir, dan hanya 5 orang yang menggunakan Kecap Bango pada 1 tahun terakhir.
Tabel 1.6
(Atribut Produk) Faktor Memilih Kecap Bango
Atribut Responden rasanya enak 17 aroma sedap 9 kental 18 merek popular 19 mudah dicari 14
membuat masakan sedap 20
mutuny bagus 16 0 5 10 15 20 > 5 thn < 5 thn < 1 thn new
lama menggunakan kecap
bango responden
lama menggunakan kecap bango responden
Grafik 1.3
Dari tabel 1.6 dan grafik 1.3 dapat disimpulkan bahwa atribut produk membuat masakan menjadi lebih sedap merupakan faktor utama pilihan responden, diikuti dengan faktor merk (19 responden), kecap kental (18 responden), rasanya enak (17 responden), mutunya bagus (16 responden), mudah dicari (14 responden), aroma sedap (9 respoden).
Tabel 1.7 Repeat buyer Pilihan Responden Ya 31 Tidak 0 Ragu 0 0 5 10 15 20 25
faktor memilih kecap bango
responden
faktor memilih kecap bango responden
Grafik 1.4
(Sumber: hasil uji Peneliti, april 2011)
Tabel 1.7 dan grafik 1.4 menunjukkan bahwa seluruh responden yang berjumlah 31 orang kembali menggunakan Kecap Bango dimasa mendatang. Hasil dari penelitian diatas dengan menyunting pemilih yang tidak sesuai dengan kriteria, yaitu yang bukan pengguna kecap bango, menunjukkan bahwa 50% dari populasi yang di ambil lebih memilih menggunakan kecap bango dan sisanya terbagi untuk kecap jenis lainnya.
Tabel 1.8 Top Of Mind Award
Top of Mind ABC BANGO
2002 69,23% 10,24%
2003 63,2% 17,5%
2004 62,5% 24,1%
Top of Mind (http://swa.co.id, diakses pada Januari 2011) 0 5 10 15 20 25 30 35 ya tidak ragu
repeat buyer responden
repeat buyer responden
Dari tabel 1.8 diatas, hasil riset majalah SWA pada tahun 2002 – 2004 menunjukkan bahwa kecap ABC pada awal periode tahun 2000 sangat menguasai pasar kecap di Indonesia, sedangkan Kecap Bango yang baru beberapa tahun di akuisisi oleh PT. Unilever Indonesia masih menguasai >10% pasar indonesia, hingga tahun 2004 perlahan-lahan Kecap Bango mulai meningkat penggunanya.
Tabel 1.9 Top Brand Award 2009
Top Brand Award Merk
kecap ABC Kecap Bango
2007 49.10% 39.10%
2008 48.50% 40.60%
2009 39.80% 47.00%
(Sumber: http://www.topbrand-award.comdiakses pada januari 2011) Berdasarkan analisis oleh Handi Irawan (tabel 1.9) persaingan antara Kecap ABC dan Kecap Bango sampai pada puncaknya. Diawal tahun 2007 persaingan mencapai selisih 10% antara Kecap Bango dan Kecap ABC. Hal ini didasarkan pada berpindahnya sebagian besar konsumen kecap ABC ke Kecap Bango, dikarenakan faktor promosi Kecap Bango yang dinilai sangat efektif dalam peningkatan penjualan dan merk. Hingga tahun 2009, Kecap Bango berhasil melangkahi kecap ABC dengan perolehan 47,00%, sedangkan kecap ABC berada pada posisi 39,80%.
Kecap Bango menjadi salah satu produk kebanggaan PT. Unilever Indonesia saat ini, dengan tingkat pertumbuhan yang cepat
dalam 5 tahun terakhir, dan mampu meraih berbagai penghargaan menjadikan Kecap Bangosebagai brand unggulan bagi PT. Unilever Indonesia.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk menganalisis pengaruh yang ditimbulkan dari praktek bauran pemasaran yang dilakukan oleh suatu perusahaan dalam menciptakan minat dan proses keputusan pembelian produk Kecap Bangotersebut dengan judul penelitian :“PENGARUH BAURAN PEMASARAN
TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN PRODUK KECAP BANGODI BANDUNG”.
1.3 Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang penelitian, permasalahan yang dapat dirumuskan adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana persepsi responden terhadap bauran pemasaran produk kecap bango di Bandung?
2. Bagaimana persepsi responden terhadap keputusan pembelian produk kecap bango di Bandung?
3. Seberapa besar pengaruh dari bauran pemasaran terhadap keputusan pembelian produk Kecap Bangodi Bandung?
1.4 Tujuan Penelitian
Dalam penelitian ini ditetapkan beberapa tujuan untuk memfokuskan permasalahan dengan hasil akhir adalah laporan akhir. Adapun tujuan dari penulisan adalah:
1. Untuk mengetahui persepsi responden terhadap bauran pemasaran produk kecap bango di Bandung
2. Untuk mengetahui bagaimana persepsi responden terhadap keputusan pembelian produk kecap bango di Bandung.
3. Untuk mengetahui Seberapa besar pengaruh dari bauran pemasaran terhadap keputusan pembelian produk Kecap Bangodi Bandung.
1.5 Kegunaan Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat memperluas dan memperkaya bahan referensi, bahan penelitian serta sumber bacaan khususnya mengenai di lingkungan institute manajemen Telkom, bandung.
2. Secara praktisi, penelitian ini diharapkan memberikan masukan kepada pihak PT. Unilever Indonesia Indonesia yang membutuhkan informasi, khususnya lembaga atau para pelaku marketing di dalam mengkomunikasikan suatu merek kepada konsumen.
1.6 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dibuat untuk memberi gambaran umum tentang penelitian yang dilakukan dan untuk kejelasan penulisan hasil penelitian.
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, dan pembatasan masalah yang dilakukan mulai dari konsep awal penelitian sampai dengan tercapainya tujuan penelitian dan sistematika penulisan.
BAB II LANDASAN TEORI
Pada bab ini akan diuraikan tentang teori-teori yang berhubungan dengan masalah yang dibahas dan teori penunjang dalam memecahkan masalah yang dicapai. Pada bab ini juga akan dibahas tentang kerangka teori penelitian
BAB III METODE PENELITIAN
Bab III akan membahas jenis penelitian, operasionalisasi variabel, desain kuesioner dan skala pengukuran, jenis dan teknik pengumpulan data, teknik sampling, teknik analisis data, analisis data yang digunakan dalam penelitian, teknik analisis konsistensi, dan tahapan penelitian.
BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN
Pada bab IV menceritakan hasil dan pembahasan mengenai karakteristik responden dilihat dari berbagai aspek, membahas dan menjawab rumusan masalah serta hasil perhitungan analisis data yang telah dilakukan.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai kesimpulan terhadap hasil penelitian berikut saran-saran.