NASKAH PUBLIKASI
disusun oleh:
Hasim Triyono
07.12.2705
JURUSAN SISTEM INFORMASI
SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER
AMIKOM
YOGYAKARTA
2011
Effect of Speeck Codec GSM, ILBC dab PCMU on the Quality of Voip
Services in SMK Syubbanul Wathon
PENGARUH SPEECH CODEC
GSM, ILBC DAN PCMU PADA KUALITAS LAYANAN VOIP
DI SMK SYUBBANUL WATHON
Hasim Triyono
Jurusan sistem Informasi
STMIK AMIKOM YOGYAKARTA
ABSTRACT
Voice Over Internet Protocol (VoIP) is one example of technological developments in telecommunications technology that carries IP (internet protocol) as a medium for information delivery. But the trouble is in the use of this technology is the number of people who claim that the perception of voice quality on a VoIP conversation is still quite bad. This is mostly caused by the use of codecs that do not correspond to the capacity problems on the network and the IP network is used that ultimately caused the delay, jitter, and packet loss.
In this study will be determined what the proper codec on the VoIP network in vocational environments Syubbanul Wathon?. The codec is a codec tested GSM, iLBC and G.711 µ-law. To be able to know the flow of communication in VoIP, then implemented a client that can make calls to the destination via a VoIP server. As for analyzing the type of codec suitable for this VoIP network using software VQManager.
From the research, in general it was found that the GSM codec has the best quality for the local network to generate delay, jitter, packet loss is the smallest of the iLBC codec and PCMU and to produce a good MOS value of 3.5.
1.
Pendahuluan
Teknologi dunia telekomunikasi pada saat ini berkembang dengan sangat pesat dan inovatif, sehingga membawa perubahan yang signifikan dalam sistem aplikasinya. Salah satu dari teknologi telekomunikasi yang terus berkembang dewasa ini yaitu VoIP. VoIP (Voice Over Internet Protocol) merupakan teknologi yang memungkinkan percakapan suara dalam jarak yang cukup jauh melalui media internet atau dalam suatu sistem jaringan. Data suara diubah menjadi kode digital dan dialirkan melalui jaringan yang mengirimkan paket-paket data.
Namun yang menjadi masalah dalam penggunaan teknologi ini adalah banyaknya persepsi masyarakat yang menyatakan bahwa kualitas suara pada percakapan VoIP masih tergolong buruk. Hal ini banyak disebabkan oleh penggunaan codec yang tidak sesuai dengan kapasitas jaringan dan masalah pada jaringan IP yang digunakan yang pada akhirnya menyebabkan terjadinya delay, jitter, dan packet loss. Untuk teknologi yang bersifat real-time ini tentunya parameter-parameter tersebut akan sangat mempengaruhi kualitas suara yang dihasilkan.
Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian untuk menganalisis hubungan antara parameter-parameter tersebut dengan kualitas suara yang dihasilkan. Adapun codec yang diuji adalah codec GSM, iLBC dan G.711 μ-law. Untuk dapat mengetahui alur komunikasi pada VoIP, maka diimplementasikan sebuah client yang dapat melakukan panggilan ke tujuan melalui server VoIP. Sedangkan untuk menganalisa jenis codec yang cocok digunakan untuk jaringan VoIP ini menggunakan software VQManager. Dari penelitian tersebut diharapkan dapat terlihat pengaruh hubungan antara codec-codec tersebut di atas dengan kualitas suara percakapan VoIP sehingga didapat kualitas percakapan VoIP yang lebih baik.
2.
Landasan Teori
2.1
VoIP (Voice Over Iternet Protokol)
IP Telephony, Internet Telephony, Broadband Telephony, atau diistilahkan dengan VoIP (Voice Over Internet Protocol) merupakan teknologi yang memanfaatkan Internet Protocol untuk menyediakan komunikasi suara secara elektronis dan real-time1.
Voice over Internet Protocol (VoIP) di kenal juga dengan sebutan IP telepony. Voip di definisikan sebagai suatu mekanisme untuk melakukan pembicaraan melalui jaringan internet atau intranet yang menggunakan teknologi Internet Protocol (IP).
1
Jaringan IP sendiri adalah merupakan jaringan komunikasi data yang berbasis paket-switching, jadi dalam bertelphon menggunakan jaringan IP atau internet protocol2.
Salah satu tujuan implementasi VoIP adalah untuk menekan biaya operasional perusahaan maupun individu dalam melakukan komunikasi satu sama lain. Penekanan biaya itu dapat dilakukan dengan cara memanfaatkan jaringan data yang sudah ada. Sehingga apabila kita ingin membangun jaringan telekomunikasi VoIP, tidak perlu membangun infrastruktur baru yang mengeluarkan biaya yang sangat besar.
2.2
Protokol-Protokol Penunjang VoIP
Protocol merupakan salah satu aturan atau rule yang harus di penuhi oleh akses komuikasi dalam hal ini kounukasi VoIP yang dapat melewati suatu jaringan3. Protokol tersebut antara lain :
TCP (Transmission Control Protocol)
Dalam mentransmisikan data pada layer Transpor ada dua protokol yang berperan yaitu TCP dan UDP. TCP merupakan protokol yang connection-oriented yang artinya menjaga reliabilitas hubungan komunikadasi end-to-end. Dalam hubungan VoIP, TCP digunakan pada saat signaling, TCP digunakan untuk menjamin setup suatu call pada sesi signaling. TCP tidak digunakan dalam pengiriman data suara pada VoIP karena pada suatu komunikasi data VoIP penanganan data yang mengalami keterlambatan lebih penting daripada penanganan paket yang hilang.
User Datagram Protocol (UDP)
UDP pada VoIP digunakan untuk mengirimkan audio stream yang dikrimkan secara terus menerus. UDP digunakan pada VoIP karena pada pengiriman audio streaming yang berlangsung terus menerus lebih mementingkan kecepatan pengiriman data agar tiba di tujuan tanpa memperhatikan adanya paket yang hilang walaupun mencapai 50% dari jumlah paket yang dikirimkan. (VoIP) karena UDP mampu mengirimkan data streaming dengan cepat, maka dalam teknologi VoIP UDP merupakan salah satu protokol penting yang digunakan sebagai header pada pengiriman data selain RTP dan IP.
2 Onno W. Purb, TCP/IP dan Implementasinya, Elecmedia Komputindo 1999.
3
1. Internet Protocol (IP)
Internet Protocol didesain untuk interkoneksi sistem komunikasi komputer pada jaringan paket switched. Pada jaringan TCP/IP, sebuah komputer diidentifikasi dengan alamat IP. Tiap-tiap komputer memiliki alamat IP yang unik, masing-masing berbeda satu sama lainnya. Hal ini dilakukan untuk mencegah kesalahan pada transfer data. Secara umum protokol ini bertugas untuk menangani pendeteksian kesalahan pada saat transfer data. Salah satu hal penting dalam IP dalam pengiriman informasi adalah metode pengalamatan pengirim dan penerima
2. Real Time Protocol (RTP)
Real Time Protokol (RTP) adlah protokol yang di gunakan user voice. Tiap-tiap paket berisi potongan paket dari voice conversatiaon. Besarnya ukuran paket suara bergantung pada codec yang di gunakan. Jika paket RTP hilang (lost) pada jaringan, maka RTP tidak akan melakukan retransmission (pengiriman ulang). Hal ini agar user tidak terlalu lama menunggu yang menyebabkan delay.
3. Real Time Control Protocol (RTCP)
Adalah protokol data VoIP yang jarang di gunakan. Protokol ini memungkinkan endpoint mengatur call secara realtime untuk meningkatkan kualitas voice. RTCP juga signifikan membantu mengatasi masalah voice stream.
4. Sesion Initiation Protocol (SIP)
Di kembangkan oleh IETF (Internet Engeenering Task Force), merupakan lembaga engeenering tertinggi di internet. Sesion Initiation Protocol (SIP) adalah salah satu metode signaling atau pensinyalan dari panggilan VoIP.
2.3
Codec Pendukung VoIP
Ada banyak sekali codec pendukung VoIP, namun penulis hanya mengambil beberapa codec yang open source. Walaupun open source, kemampuan mereka dapat diandalkan. Adapun codec yang diuji adalah codec GSM, iLBC dan G.711 μ-law. Untuk dapat mengetahui alur komunikasi pada VoIP, maka diimplementasikan sebuah client yang dapat melakukan panggilan ke tujuan melalui server VoIP dalam pengujian kali ini aplikasi server yang di pakai menggunakan Sistem Operasi Opensource Briker4. Sedangkan untuk menganalisa jenis codec yang cocok digunakan untuk jaringan VoIP ini
menggunakan software VQManager5. Aplikasi ini bisa di unduh secara cuma-cuma atau gratis
2.4
Parameter Kualitas Percakapan VoIP
Di dalam membangun teknologi VoIP,terdapat beberapa parameter QoS (Quality of Service) antara lain6 :
1. Delay
Delay adalah waktu yang dibutuhkan untuk mengirimkan data dari terminal sumber sampai terminal tujuan. Kualitas suara akan sangat tergantung dari waktu delay. ITU merekomendasikan untuk aplikasi suara, delay maksimum adalah 150 ms, sedangkan delay maksimum dengan kualitas suara yang masih dapat diterima oleh pengguna adalah 250 ms.
2. Jitter
Jitter merupakan variasi delay yang terjadi akibat adanya selisih waktu atau interval antar kedatangan paket di penerima. Untuk mengatasi jitter maka paket data yang datang dikumpulkan dulu dalam jitter buffer selama waktu yang telah ditentukan sampai paket dapat diterima pada sisi penerima dengan urutan yang benar.
3. Loss packet
Loss packet timbul ketika terjadi peak load dan congestion (kemacetan transmisi paket akibat padatnya traffic yang harus dilayani) dalam batas waktu tertentu, maka frame (gabungan data payload dan header yang di transmisikan) suara akan dibuang sebagaimana perlakuan terhadap frame data lainnya pada jaringan berbasis IP. Salah satu alternatif solusi permasalahan di atas adalah membangun link antar node pada jaringan.
3.
Analisis
3.1
Denah Fisik Gedung SMK Syubanul Wathon
Arsitektur jaringan internet SMK Syubbanul Wayhon kususnya pada laboratorium jaringan komputer menggunakan Switch yang di hubungkan dengan kabel
5 http://www.vqmanager.com/download: di akses 10 Juni 2011
6 Aryka Grandistyana. dan Sudarmawan. 2008. Kajian Kerja Protokol Pada Jaringan Voice Over
UTP yang nantinya akan di manfaatkan untuk perancangan system VoIP. Dibawah ini merupakan denah dari SMK Syubbanul Wathone dan jalur VoIP yang akan di bangun.
Gambar 3.1 Layout kabel jaringan VoIP
Berdasarkan Gambar 3.1 dapat di lihat ada delapan ruangan yang bisa terhubung oleh kabel VoIP
Setelah memeiksa dan mengamati seluruh ruangan, maka dapat di ketahui peralatan-peralatan apa saja yang di butuhkan dalam implementasi jaringan VoIP yang akan di bangun. Dan dari hasil pengamatan yang di lakukan penulis mengidentifikasi masalah terkait dengan hal tersebut, di antaranya adalah :
1. Penggunaan layanan VoIP memerlukan suatu perangakat kusus seperti server dan client, sedangakan di lingkungan SMK tersebut belum ada server kusus untuk layanan VoIP.
2. Hanya terdapat 1 Switch di laboratorium jaringan komputer, komputer yang tersedia tiap ruangan hanya ada lima ruang saja yaitu R.kepala Sekolah, lab.KKPI, lab.HW/SW, lab.Jarkom dan Lab.Aplikasi sehingga harus menambahkan tiga komputer di ruang Lab.Jarkom.
3. Tidak semua aplikasi softphon berjalan mulus, ada 4 aplikasi yang di ujikan di antaranya: siplite, xlite, sjphone dan zoiper. Berdasarkan hasil pengujian ternyata Zoiper yang paling baik untuk ujicoba VoIP.
4. Belum adanya topologi kusus untuk jaringan di lingkungan SMK Syubbanul Wathon, hanya terdapat modem speedy yang di pake untuk kepentingan kantor kepala sekolah dan laboratorium komputer
3.2
Skema Jaringan Perancangan Sistem
Dalam perancangan jaringan VoIP sederhana, penulis menggunakan jenis jaringan client-server dengan jumlah komputer sebanyak sembilan buah, dimana satu unit komputer difungsikan sebagai Server (Softswitch) dan delapan unit komputer lainnya sebagai client. Dalam hal ini penilis menggunakan server VoIP Opensource “Briker” program tersebut bisa di unduh bebas di alamat http://www.briker.org
Swcitch/hub sebagai penghubung anatar client dan server sebagai node pusat jaringan VoIP yang di rancang akan memanfaatkan lokasi Hub yang telah ada yang di tempatkan pada salah satu ruang yaitu Laboratorium Komputer. Dari Hub yang telah terpasang di ruangan tersebut inilah akan di tarik titik-titik distribusi menggunakan kabel LAN ke setiap ruangan (client) dan server jaringan VoIP. Adapun topologi yang di bangun dengan memanfaatkan Switch yang ada:
Gambar 3.2 Skema Jaringan Lokal
Dari proses panggilan yang di implementasikan, setiap codec akan di lakukan pangilan sebanyak 25 kali. Agar waktu yang di butuhkan untuk proses monitoring tidak terlalu lama atau terlalu singkat maka durasi tiap panggilan di lakukan kurang lebih 3 menit. Untuk mengetahui parameter-parameter yang berkaitan dengan analisis VoIP seperti nilai MOS, Delay, Jitter dan Packet loss di gunakan perangakat lunak VQManager, di mana fungsi utamanya yaitu untuk memonitor segala trafik data atau
suara yang sedang di lakukan proses pemanggilan, dengan demikian Analisis perfoman masing-masing codec bisa di analisa dan dibandingkan.
3.3
Hardware / Software Penelitian
3.3.1
Kebutuhan Perangkat Keras (Hardwere)
Adapun spesifikasi perangkat keras adalah sebagai berikut :
1. Komputer yang di gunakan untuk server VoIP dengan sepesifikasi sebagai berikut :
¾ Processor : Intel Core 2 Duo T5750 2.00Ghz, Mainboard INTEL, VGA Geforce 7200GS Express, Memory 1 GB, Hardisk WDC 160 GB, LAN Card Realtek RT8102E Family PCI-E, Chipset Intel chipset, Fast Ethernet RJ 45, Keyboard dan mouse, CD-Rom, Monitor.
2. Komputer yang di gunakan untuk client, dengan sepesifikasi masing-masing sebagai berikut :
¾ Mainboard : Jetway 690G/690V, Processor AMD 64 athlon LE 1620, VGA ATI Radeon 1200 Express , Memory 1 GB, Hardisk TOSHIBA 120 GB, LAN Card Realtek RT8102E Family PCI-E, Chipset AMD chipset, Fast Ethernet RJ 45, Keyboard dan mouse, CD-Rom, Monitor.
3. Switch/Hub : D-Link DES 1024D 24 Port 10Base-T/100Base-TX 4. Kabel UTP Etherner 10base-T
5. Microphon/Headset
3.3.2
Kebutuhan Perangakat Lunak (Software)
Perangakat lunak yang digunakan untuk merealisasikan sistem ini ada dua macam yaitu untuk sistem operasi dan aplikasi VoIP.
1. Sistem operasi
a. Linux
Linux merupakan sistem operasi yang akan di gunakan untuk kebutuhan server. Pemilihan linux sebagai server di karenakan kesetabilan sistem yang di gunakan di linux terjamin dan sangat mendukung beberapa aplikasi software untuk sistem VoIP.
b. Windows
Sistem operasi ini akan di gunakan untuk kebutuhan client yang sifatnya user friendly
2. Aplikasi server
a. Briker 1.0.2
Briker adalah sebuah VoIP Phone System berbasiskan sistem open source bersifat free karena mengkombinasikan paket-paket Open Source Telepon yang disertakan didalam sistem operasi. Serta paket-paket untuk VoIP Server dijadikan dalam satu bundle dengan Ubuntu 09.04 sehingga menjadi sistem operasi opensource Briker 1.0.2.
3. Aplikasi client
a. Zoiper
Merupakan salah satu perangkat lunak layanan VoIP client yang menghubungkan panggilan dari IP ke IP yang akan terhubung dengan server.
3.3.3
Prosedur Pengambilan Data
Dalam pengujian ini dilakukan dengan dua prosedur antara lain: Pertama prosedur Monitoring, Implementasi ini bertujuan untuk mengetahui alur pemanggilan protokol signaling, menganalisa codec yang berjalan pada percakapan antara kedua penelpohone dan pada akhirnya menentukan codec yang tepat untuk kompresi suara pada jaringan VoIP local di lingkungan SMK Syubbanul Wathon.
Kedua prosedur Perencanaan Pemilihan Jenis Codec, meliputi blok design sebuah pemanggilan user agent satu dengan user agent lainya melalui VoIP server pada jaringan local dengan melakukan tiga jenis pemanggilan masing-masing pemanggilan menggunakan codec yang sudah di tentukan, dan ada penelitian ini hanya ditekankan hanya pada tiga buah codec yaitu GSM, ILBC dan PCMU.
1. Prosedur PerencanaanMonitoring
a. Melakukan perancangan sistem seperti Gambar 3.2
b. Mengimplementasikan server IPPBX Briker dan software-software pendukung seperti Zoiper sebagai user agent client softphone serta VQManager untuk monitoring data VoIP pada komputer server.
c. Meregisterisasikan user Zoiper ke server Briker IPPBX yang telah di bangun. Pada implementasi ini user diregistrasikan dengan nomor: 1001-1002 sebagai client monitoring
d. Menjalankan Software Zoiper pada client1. Klik Start >> Program >> Attractel >> Zoiper >> Zoiper free pada menu start windows.
e. Lakukan proses dialling dari nomor 1001 (Clien1) ke nomor 1002 (Clien2) yang sudah teregistrasi dengan server VoIP Briker.
f. Setelah terhubung maka proses komunikasi dapat dilakukan. g. Tutup Telephone untuk mengakhiri sesi komunikasi,
h. Mengamati dan melakukan pengambilan data dari hasil monitoring dari software VQManager.
2. Prosedur Perencanaan Pemilihan Jenis Codec
a. Jalankan software Zoiper (klik start >> Program >> Attractel >> Zoiper >> Zoiper free.
b. klik kanan pada layar kemudian pilih menu Options dan pilih tab Audio codec. c. Kemudian pada menu Audio Codecs, klik codec yang ingin kita enable-kan
dengan klik codec tersebut dan pilih tanda “->”. Kemudian klik OK. Dalam tugas akhir ini kita hanya memakai codec GSM, iLBC dan PCMU (u-law). d. Jalankan software VQManager.
e. Lakukan proses dialling dari nomor 1001 (Clien1) ke nomor 1002 (Clien2) yang sudah teregistrasi dengan server VoIP Briker.
f. Setelah terhubung maka proses komunikasi dapat dilakukan. g. Melakukan Setting Codec yang diinginkan pada softphone Zoiper.
h. Melakukan komunikasi dan mengamati data serta mengambil tampilan pada VQManager.
Setelah prosedur di atas selesai dilakukan maka dilakukan perbandingan nilai delay, jitter dan packet loss yang dibutuhkan pada setiap codec pada jaringan VoIP ini, untuk menentukan codec yang tepat pada jaringan VoIP di lingkungan SMK Syubbanul Wathon.
4.
Hasil Penelitian dan Pembahasan
4.1
Hasil Pengujian Kualitas Suara Pada Protokol SIP
Pengujian dilakukan dengan cara, salah satu client/extensions melakukan panggilan kepada client/extensions lainnya kemudian dilakukan pengukuran. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan codec GSM, iLBC dan PCMU. Tabel dan Grafik di bawah ini menunjukkan hasil pengukuran tersebut.
1. Perbandingan Codec Terhadap Waktu Tunda (delay)
Berdasarkan tabel 4.4 dan Gambar 4.35 dapat terlihat delay yang dihasilkan pada jaringan lokal sangatlah kecil yaitu 0-2 ms mengingat nilai minimum untuk delay masih dapat diterima adalah <150 ms. Delay yang terjadi tidak akan mengganggu kualitas suara percakapan. Hal ini dikarenakan tidak adanya trafik lain pada jaringan tersebut dan hanya bersifat lokal.
Tabel 4.1 Hasil Pengukuran Delay dan MOS pada Jaringan Lokal
Panggilan
ke-25=1
Delay
(ms)
gsm
Delay
(ms)
ilbc
Delay
(ms)
pcmu
MOS
gsm
MOS
ilbc
MOS
pcmu
1 0 1 0 3.5
4.4
4.4
2 0 - 1 3.5
- 4.4
3 0 1 1 3.5
4.4
4.4
4 0 0 1 3.5
4.4
4.4
5 1 1 0 3.5
4.4
4.4
6 1 1 2 3.5
4.4
4.4
7 1 1 1 3.5
4.4
4.4
8 0 - 1 3.5
- 4.4
9 0 1 1 3.5
4.4
4.4
10 0 0 0 3.5
4.4
4.4
Rata-rata
0.3 0.75 0.8
0 0.5 1 1.5 2 2.5 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Delay (ms) gsm Delay (ms) ilbc Delay (ms) pcmuGambar 4.1 Grafik Hasil Pengukuran Delay pada Jaringan Lokal
Dari table 4.1 dapat dilihat bahwa pada codec GSM memiliki kualitas yang paling baik dari semua codec yang di ujikan, karena menghasilkan delay yang paling kecil, dengan nilai rata-rata 0.3 ms, hal ini dikarenakan tidak adanya trafik lain di luar jaringan tersebut.
Pada codec iLBC memiliki kualitas paling buruk di antara semua codec walaupun nilai MOS sudah memadahi tetapi karena pengaruh jitter yang padat kualitas suara menjadi terganggu, nilai rata-rata yang di hasilkan adalah: 0.75.
Pada codec PCMU delay yang terjadi juga sangat kecil, suara yang di hasilkan masih bisa di dengar dengan jelas kecuali pada percobaan ke-18 dan 24 telah mengalami kegagalan pemanggilan membuat delay mengalami perubahan naik dari 0 sampai 1 ms. Mengingat nilai minimum untuk delay masih dapat diterima adalah <150 ms, jadi pengaruh delay yang di hasilkan oleh kualitas codec tersebut masih dapat di dengar baik.
2.
Perbandingan codec terhadap variasi waktu tunda (jitter)
Tabel 4.2 Hasil Pengukuran Jitter dan MOS pada Jaringan Lokal
Panggilan
ke-25=1
jitter (ms)
gsm
jitter (ms)
ilbc
jitter (ms)
pcmu
MOS
gsm
MOS
ilbc
MOS
pcmu
1 2 10
10
3.5 4.4 4.4
2 2
- 4 3.5
- 4.4
3
2
5
11
3.5
4.4
4.4
4 2 2 6 3.5
4.4
4.4
5 3 5 10 3.5
4.4
4.4
6 3 1 9 3.5
4.4
4.4
7 3 10 6 3.5
4.4
4.4
8 4 - 32 3.5
- 4.4
9 2 7 31 3.5
4.4
4.4
10 2 1 10 3.5
4.4
4.4
Rata-rata 2.5
5.125
12.9
0 5 10 15 20 25 30 35 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Jitter (ms) gsm Jitter (ms) ilbc Jitter (ms) pcmuBerdasarkan Tabel 4.5 dan Gambar 4.36 dapat kita lihat hasil pengukuran nilai jitter pada jaringan lokal. Codec PCMU berdasarkan ujicoba memiliki kualitas Jitter paling buruk dibandingkan codec-codec lainnya karena memiliki jitter yang besar.
Pada tabel 4.5 di atas tampak bahwa codec GSM yang memiliki kualitas paling baik karena memiliki jitter yang paling kecil. Hal ini disebabkan payload voice size pada codec tersebut sebesar 20 bytes dengan PPS (Packets per Second) sebesar 50. Artinya dalam setiap detik ada 50 packet suara dengan masing-masing packet sebesar 20 bytes (total 1000 bytes=1 kilobyte) yang ditranmisikan. Sedangkan pada codec PCMU memiliki payload voice size sebesar 20 bytes dan PPS sebesar 50. Artinya dalam setiap detik ada 50 packet suara dengan masing-masing packet sebesar 160 bytes (total 8000 bytes=8 kilobyte) yang ditranmisikan. Hal ini tentu saja akan memperbesar peluang terjadinya congestion yang pada akhirnya berdampak pada nilai jitter yang semakin bertambah
Pada hasil percobaan di atas, pengaruh dari jitter ini menyebabkan suara terputus-putus. Namun hal tersebut tidak terlalu menjadi masalah bagi pendengar karena suara yang diterima masih dapat dimengerti.
3. Perbandingan Codec Terhadap Paket Hilang (packet loss)
Tabel 4.3 Hasil Pengukuran Packet loss dan MOS pada Jaringan Lokal
Panggilan
ke-25=1
Packet
loss (ms)
gsm
Packet
loss (ms)
ilbc
Packet
loss (ms)
pcmu
MOS
gsm
MOS
ilbc
MOS
pcmu
1 0 0 0 3.5
4.4
4.4
2 0 - 0 3.5
- 4.4
3 0 0 0 3.5
4.4
4.4
4 0 0 0 3.5
4.4
4.4
5 0 0 0 3.5
4.4
4.4
6 0 0 0 3.5
4.4
4.4
7 0 0 0 3.5
4.4
4.4
8 0 - 0 3.5
- 4.4
9 0 0 0 3.5
4.4
4.4
10 0 0 0 3.5
4.4
4.4
Rata-rata
0 0 0
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Packet loss (%) gsm Packet loss (%) ilbc Packet loss (%) pcmu
Gambar 4.3 Grafik Hasil Pengukuran Packet loss pada Jaringan Lokal
Berdasarkan tabel dan gambar di atas dapat kita lihat bahwa tidak terjadi adanya packet loss pada jaringan. Hal ini dikarenakan hanya packet dari jaringan VoIP ini saja yang berjalan pada jaringan, sehingga kemungkinan untuk terjadinya collision data hampir nol, tetapi dari hasil pengamatan suara masih dapat dimengerti.
5.1
Kesimplan
Dari penjelasan dan uraian pada bab-bab sebelumnya dan sampai pada pengujian dan pengukuran yang dilakukan, ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Kualitas suara yang dihasilkan teknologi VoIP bergantung kepada jenis codec yang digunakan, karma pemilihan codec yang tepat akan mempengaruhi kualitas layanan secara keseluruhan .
2. Untuk jaringan lokal yang di bangun, kualitas suara yang paling baik dihasilkan oleh codec GSM dengan menghasilkan delay, jitter, dan packet loss paling kecil di antara codec iLBC dan PCMU. Disamping itu, codec ini juga memberikan nilai MOS dengan kriteria cukup baik menurut ITU-T yaitu 3.5.
3. Perbedaan kualitas antara codec GSM dan codec PCMU pada percobaan ke dua yaitu pengujian dengan dua buah client tidak terlalu signifikan delay yang di hasilkan dengan selisih delay antara 0-1 ms, Jitter selisih antara 2-6 ms dan packet loss 0%. Codec GSM tetap memiliki kualitas paling baik di antara ketiga codec yang di ujikan, Namun karena pengaruh jitter yang besar kualitas suarapun jadi menurun. Codec PCMU ini menghasilkan jitter yang cukup tinggi tetapi hal itu sebanding dengan kualitas suara yang dihasilkan nilai MOS sebesar 4.4.
4. Delay serialisasi berbanding terbalik dengan kapasitas jaringan. Semakin besar kapasitas jaringan maka semakin kecil delay serialisasi dan begitu juga sebaliknya. Delay serialisasi yang semakin besar akan berdampak buruk pada kualitas suara, hal ini menyebabkan semakin besar pula terjadinya congestion yang berdampak pada naiknya nilai jitter.
5.1
Saran
Berikut ini adalah saran-saran untuk pengembangan lebih lanjut terhadap
penelitian skripsi ini:
1.
Diharapkan pada penelitian selanjutnya perangkat keras yang
digunakan seperti network card, microphone, kabel UTP, sound card,
sebaiknya memiliki kualitas yang baik. Hal ini untuk meminimalisasi
adanya gangguan tambahan akibat perangkat keras tersebut.
2.
Pengujian dapat dilakukan pada codec yang belum pernah diujikan
sebelumnya, penambahan parameter seperti bandwidth untuk
implementasi jaringan Interlokal serta dengan menggunakan protokol
yang berbeda.
3.
Diharapkan semoga aplikasi ini dapat dimanfaatkan dengan sebaik-
baiknya.
Daftar Pustaka
Grandistyana, A. dan Sudarmawan. 2008. Kajian Kerja Protokol Pada Jaringan Voice Over Internet Rotokol (Voip) Pada Jaringan Intranet UGM. Yogyakarta: STMIK AMIKOM. Onno W. Purb, TCP/IP dan Implementasinya, Elecmedia Komputindo 1999.
Sugeng, W. 2008. Membangun Telepon Berbasis VoIP. Bandung: Informatika.
Tharom, T. dan Purbo, Onno W. 2001. Teknologi VoIP. Jakarta: PT. Media Elex Komputindo.
Wisan Jayah, Perhitungan dan Analisa Banwidth Voip, 2008, hal 30.
http://www.vqmanager.com/download : di akses 10 Juni 2011.