commit to user
i
KONFLIK PEMANGKU KEPENTINGAN DALAM
PELAKSANAAN PROGRAM PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
(PAUD)
( Studi eksploratif tentang konflik pemangku kepentingan dalam pelaksanaan program Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Sinar Pelangi di Kelurahan
Semanggi, Kecamatan Pasar Kliwon, Kota Surakarta )
Disusun Guna Melengkapi Tugas Akhir dan Memenuhi Persyaratan untuk Mencapai Gelar Sarjana Sosial Jurusan Ilmu Sosiologi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret
Oleh: SINUNG REJEKI
D 0306057
JURUSAN SOSIOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET
commit to user
ii
PERSETUJUAN
Disetujui Untuk Dipertahankan di Hadapan Panitia Ujian Skripsi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sebelas Maret
Surakarta
Dosen Pembimbing Skripsi
commit to user
iii
PENGESAHAN
Skripsi ini telah diterima dan disahkan oleh Panitia Ujian Skripsi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Hari :
Tanggal :
Panitia Penguji
Disahkan Oleh :
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Dekan
commit to user
iv
MOTTO
Jangan pernah takut dan jangan pernah menyesal
commit to user
v
PERSEMBAHAN
Dengan segala kerendahan diri, kupersembahkan Karya ini kepada :
♫ Heru Sutarto, bapak yang telah mengorbankan waktu dan hidupnya demi masa depanku
♫ Pawestri Mitayani S.si, mbak ku yang selalu ada untukku
♫ Masku, ibu dan adik baruku yang senantiasa memberi semangat
commit to user
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “Konflik
Pemangku Kepentingan Dalam Pelaksanaan Program Pendidikan Anak Usia Dini
(PAUD)” ( Studi eksploratif tentang konflik pemangku kepentingan dalam
pelaksanaan program Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)Sinar Pelangi di Kelurahan
Semanggi, Kecamatan Pasar Kliwon, Kota Surakarta). Penulis menyadari bahwa
tanpa dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, maka penyusunan skripsi ini tidak
akan terselesaikan dengan baik. Pada kesempatan ini penulis menghaturkan ucapan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat Bapak Drs. Argyo
Demartoto, M.si selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah dengan sabar
memberikan arahan dan bimbingan dalam penulisan skripsi ini. Dalam kesempatan
ini pula, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1. Bapak Drs. Supriyadi SN, SU selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Ibu Dra. Hj. Trisni Utami, M.Si selaku Ketua Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Ibu Dra. Suyatmi, MS selaku Pembimbing Akademik yang telah memberikan
pengarahan bagi penulis selama belajar di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
4. Seluruh dosen pengajar yang telah begitu banyak membekali ilmu pengetahuan
commit to user
vii
5. Seluruh staf dan karyawan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Sebelas Maret Surakarta atas segala bantuan dan pelayanan akademik yang
diberikan kepada penulis.
6. Keluargaku yang sangat mengasihiku, yang telah memberikan dukungan secara
materiil maupun immateriil sehingga penulis dapat melangkah sampai sejauh ini.
7. Iin Suryaningsih, Novita Ayudi Hermanto, Indah Werdiningrum yang selalu
menjadi sahabat terbaik.
8. Teman- teman Jurusan Sosiologi dan saudara seperjuangan di LKI yang secara
langsung atau tidak langsung memberikan motivasi kepada penulis.
9. Seluruh informan beserta semua pihak yang telah membantu dalam menyusun
skripsi ini.
Semoga Allah SWT membalas budi baik dan amal mereka yang tiada tara dan
anugerah yang berlipat ganda atas jasa yang tiada ternilai harganya. Dan akhirnya
penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Surakarta, Januari 2011
commit to user
C. Tujuan Penelitian………... 10
D. Manfaat Penelitian………..…. 10
E. Tinjauan Pustaka………..… 11
F. Penelitian Terdahulu yang Menjadi Acuan……… ….. 16
G. Kerangka Pemikiran………....…. 18
H. Metode Penelitian………..….. 22
1. Lokasi Penelitian …………...……….………. …. 22
2. Jenis Penelitian………...……..…. 22
3. Sumber Data……….…. 23
4. Teknik Pengumpulan Data……… 24
5. Teknik Pengambilan sampel………... 25
6. Validitas Data……… 26
7. Teknik Analisa Data ………. 27
commit to user
ix
B. Lokasi PAUD Sinar Pelangi……….. 31
C. Visi, Misi dan Tujuan PAUD Sinar Pelangi…….………. 32
D. Kondisi Sarana dan Prasarana PAUD Sinar Pelanggi….……. 34
E. Struktur Organisasi PAUD Sinar Pelangi ……… 36
F. Sumber Pendanaan PAUD Sinar Pelangi……….. 37
G. Prosedur Penerimaan Anak Didik PAUD Sinar Pelangi……… 37
H. Anak Didik PAUD Sinar Pelangi………... 37
I. Kegiatan Anak Didik PAUD Sinar Pelangi………. 40
J. Pola Pengklasifikasian anak didik PAUD Sinar Pelangi……….. 42
K. Metode Pembelajaran PAUD Sinar Pelangi……….... 42
BAB III. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN……….. 44
1. Profil Informan……… 44
2. Peran atau Dukungan Pemangku Kepentingan di PAUD Sinar Pelangi………. 50
3. Konflik yang Terjadi di PAUD Sinar Pelangi………. 63
a.Konflik yang terjadi antara pengelola dengan Pemerintah Keluraha……… 63
b.Konflik yang terjadi antara pengelola dengan masyarakat sekitar yang beragama Islam……… 65
c.Konflik yang terjadi antara pengelola dengan Orang tua Murid ……….. 70
commit to user
x
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Daftar Usia Anak PAUD Sinar Pelangi……… 38
commit to user
xi
DAFTAR BAGAN
Skema 1. Kerangka Pemikiran ……….. 21
commit to user
xii
DAFTAR MATRIKS
Matrik III. 1 Profil Informan………. ……..……… 50
Matrik III. 2 Peran dan Dukungan dari Pemangku Kepentingan di
PAUD Sinar Pelangi ……….… 62
Matrik III. 3.1 Tanggapan Informan terhadap konflik yang terjadi
antara pengelola dengan Pemerintah……….. 64
Matrik III. 3.2 Tanggapan Informan terhadap konflik yang terjadi
antara pengelola dengan masyarakat……….. 68
Matrik III. 3.3 Tanggapan Informan terhadap konflik yang terjadi
antara pengelola dengan orang tua murid..………….. 71
Matrik III. 3. 4 Tanggapan Informan terhadap konflik yang terjadi
antara pengelola dengan donatur….……….. 74
commit to user
xiii
ABSTRAK
SINUNG REJEKI, D0306057, Konflik Pemangku Kepentingan Dalam
Pelaksanaan Program Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) ( Studi eksploratif tentang konflik pemangku kepentingan dalam pelaksanaan program Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)Sinar Pelangi Di Kelurahan Semanggi, Kecamatan Pasar Kliwon, Kota Surakarta), Skripsi, Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik,
Universitas Sebelas Maret, Surakarta, 2011.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konflik yang terjadi antar pemangku kepentingan dalam pelaksanaan program Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Sinar Pelangi di Kelurahan Semanggi, Kecamatan Pasar Kliwon, Kota Surakarta
Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksploratif kualitatif. Dalam penelitian ini sampel yang diambil sebanyak 10 (sepuluh) orang, dengan perincian sebagai berikut: 1 (satu) orang Pengelola PAUD, 1 (satu) orang anggota masyarakat, 1 (satu) orang donatur. 1 (satu) orang anggota Tim Pemantau PAUD tingkat Kota, 1 (satu) orang staff Kelurahan, 1 (satu) orang dari PKK, 1 (satu) orang wali murid yang pernah menitipkan anaknya di PAUD Sinar Pelangi, 3 (tiga) orang wali murid PAUD Sinar Pelangi. Teknik pengumpulan data melalui wawancara mendalam, observasi berperan pasif dan dokumentasi, sedangkan pengambilan sampel penelitian dilakukan dengan teknik purposive sampling. Informan yang diambil adalah merupakan informan yang memiliki latar belakang yang sesuai dengan kebutuhan peneliti.
commit to user
xiv ABSTRACT
SINUNG REJEKI, D0306057, Stakeholder Conflict in Progress Program Early Childhood Education (PAUD) (explorative study about conflict of stakeholders in the implementation of Early Childhood Education (PAUD) Sinar Pelangi At Semanggi Semanggi Subdistrict, Pasar Kliwon District Of Surakarta City), Script Faculty of Social Science and Political Science, Sebelas Maret University, 2011.
This study aims to identify conflicts between stakeholders in the implementation of Early Childhood Education program (PAUD) Sinar Pelangi in Semanggi Subdistrict,
Pasar Kliwon District Of Surakarta City.
This research is a type of exploratory qualitative research. In this study samples was 10 (ten) persons, with details as follows: 1 (one) Management of PAUD, 1 (one) member of society, 1 (one) of the donor. 1 (one) member of the Monitoring Team City early childhood level, 1 (one) District staff, 1 (one) out of the PKK, 1 (one) of parents who never leave their children in early childhood Sinar Pelangi, 3 (three) persons guardian Light Rain Early Childhood students. Techniques of collecting data through in-depth interviews, observation and documentation passive role, whereas sampling of research conducted with a purposive sampling technique. Informants are taken is an informant who has a background in accordance with the needs of researchers.
commit to user
1 BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Indonesia berkomitmen dalam menindaklanjuti deklarasi A World
Fit For Children yang diterjemahkan ke dalam Program Nasional Bagi Anak
Indonesia (PNBAI) 2015. PNBAI 2015 mencakup 4 (empat) bidang pokok
yaitu: promosi hidup sehat; penyediaan pendidikan berkualitas; perlindungan
terhadap perlakuan salah; eksploitasi dan kekerasan; serta, memerangi
HIV/AIDS. Untukmempercepat pelaksanaan PNBAI 2015, Kementerian Negara
Pemberdayaan Perempuan bersama sektor pemerintah terkait, organisasi
masyarakat dan lembaga swadaya masyarakat mengembangkan model Kota
Layak Anak, yaitu kota yang didalamnya telah meramu semangat untuk
memberikan perlindungan terhadap anak sebagai kegiatan atau upaya untuk
menjamin dan melindungi anak dan hak-haknya dalam proses pembangunan
berkelanjutan.
Inisiatif Kota Layak Anak (KLA) yang dikembangkan oleh
UNICEF merujuk pada hasil penelitian Kevin Lynch mengenai “Children’s
Perception of theEnvironment” di Melbourne, Warsawa, Salta dan Mexico City
tahun 1971- 1975. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lingkungan yang terbaik
untuk anakadalah yang mempunyai kelompok yang kuat secara fisik dan sosial,
kelompok yang mempunyai aturan yang jelas dan tegas, kelompok yang
commit to user
2 memberi kesempatan pada anak, dan kelompok yang mempunyai fasilitas
pendidikan yang memberi kesempatan anak untuk mempelajari dan menyelidiki
lingkungan dan dunia mereka. Dari penelitian inilah kemudian dikembangkan
berbagai indikatoruntuk mengukur suatu wilayah/ kawasan ramah terhadap anak
atau belum.
KLA kemudian diperkenalkan oleh UNICEF bersama UNHABITAT
Pada UnitedNations General Assembly Special Session on Children (UN-GASS)
tahun 2002 yang mendeklarasikan World fit for Children. Pada paragraf 13
pembukaan menegaskan bahwa anak dan remaja harus mempunyai tempat
tinggal yang layak, terlibat dalam proses pengambilan keputusan baik di kota
maupun komunitas, dan penting untuk terpenuhinya kebutuhan dan peran anak
dalam bermain di komunitasnya. Istilah Ramah Anak kemudian lahir di
Indonesia menandai sebuah kondisi dimana masyarakat diajak bersama- sama
lebih memperhatikan, mengakomodir dan memenuhi hak-hak anak.
Model Kota Layak Anak dikembangkan dengan pertimbangan
bahwa 43,24% anak Indonesia tinggal di perkotaan (UNICEF, 2007) dengan
pertumbuhan sekitar 4,4% diperkirakan pada tahun 2025, sekitar 60% anak
Indonesia tinggal di kota. Permasalahan anak di kota mendapat perhatian
tersendiri mengingat belakangan banyak berkembang berbagai perlakuan tak
layak terhadap anak seperti kekerasan, kelaparan dan gizi buruk, penyakit
commit to user
3 anak dan kondisi traumatis, serta tidak mendapatkan kesempatan memperoleh
pendidikan.
Untuk mempercepat terwujudnya pengembangan Kota Layak Anak
(KLA), Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan menjadikan model KLA
ini sebagai prioritas program dalam bidang kesejahteraan dan perlindungan anak
denganmenetapkan 7 (tujuh) aspek penting dalam pengembangan KLA yaitu :
1. Kesehatan
2. Pendidikan
3. Sosial
4. Hak Sipil dan Partisipasi
5. Perlindungan Hukum
6. Perlindungan Ketenagakerjaan
7. Infrastruktur
Salah satu aspek terpenting dalam perkembangan hidup anak yaitu
aspek pendidikan dan sosialisasi anak. Pada usia 0-6 tahun merupakan masa
emas bagi pertumbuhan anak. Aneka stimulus yang diberikan pada masa itu
akan meningkatkan daya pikir dan kreativitas anak. Karena itu, beberapa tahun
terakhir ini bermunculan "sekolah" yang diperuntukkan bagi anak di bawah usia
4 tahun yang akrab disebut pre school.
Berikut kutipan dari sebuah jurnal yang berisikan pentingnya
pendidikan anak sejak usia dini terutama sebagai sarana untuk mengenalkan
commit to user
4 Usia dini yang lazim diartikan pada kisaran 0-6 tahun memang
merupakan usia yang sangat menentukan dalam pembentukan karakter dan
pengembangan intelegensi seorang anak. Sudah banyak penelitian yang
membuktikan pada usia tersebut anak-anak memiliki tingkat intelegensi atau
kecerdasan paling optimal.
Tujuan utama pendidikan usia dini adalah memfasilitasi
pertumbuhan dan perkembangan anak sejak awal yang meliputi aspek fisik,
psikis, dan sosial secara menyeluruh. Dengan begitu anak diharapkan lebih siap
untuk belajar lebih lanjut. Bukan hanya belajar secara akademik di sekolah,
melainkan juga sosial, emosional, dan moral di semua lingkungan. (Tri Subeno.
2009)
Dengan diadakannya pendidikan sejak dini, maka kualitas generasi
muda akan lebih optimal. Namun, tak semua anak Indonesia dapat menikmati
pre school akibat mahalnya biaya pendidikan yang harus ditanggung orang tua.
Belajar dari pengalaman itu, maka dikembangkan satu Program Pendidikan
Anak Usia Dini (PAUD) berbasis masyarakat. Program PAUD berbasis
masyarakat yang diupayakan secara mandiri merupakan satu upaya mengatasi
kendala dana bagi anak dari keluarga tidak mampu untuk dapat menikmati
rangsangan dalam pendidikan sejak usia dini.
Pendidikan anak usia dini sebenarnya menjadi kebutuhan anak,
terutama yang tinggal di perumahan sempit, dengan fasilitas yang kurang
commit to user
5 di rumah dengan satu kamar tidur dan satu ruang tamu. Mereka jadi tidak
mengenal dengan perbendaharaan kata- kata kamar bermain, ruang keluarga
atau kamar belajar. Yang ada dibenak mereka hanya kamar tidur dan ruang
tamu saja. Dengan kata lain, perbendaharaan kata mereka terbatas atau jadi
miskin kata-kata. Pendidikan anak usia dini dapat diselenggarakan dengan biaya
murah, karena perangkat pendidikannya bisa dibuat sendiri dan tidak membeli
produk impor yang harganya jutaan. Sehingga, biaya pendidikan yang dipungut
ke orang tuanya tidak terlalu mahal.
Meskipun anak baru berusia satu tahun, mereka sudah bisa
diperkenalkan dengan lingkungan belajar sekaligus bermain, sebelum memasuki
lingkungan sekolah. Jadi di dalam PAUD pendidikannya tidak sama dengan
taman kanak-kanak atau sekolah dasar yang mulai diperkenalkan huruf-huruf
atau angka.
Pendidikan anak usia dini dapat dilakukan sendiri oleh para ibu di
rumah, hal itu mungkin saja dapat dilakukan bila kualitas pendidikan sang ibu
memenuhi kriteria untuk itu. Tapi persoalannya, pendidikan anak usia dini tak
sekedar melatih kemampuan kognitif anak tetapi juga bersosialisasi dengan
lingkungan. Karena biasanya keluarga masa kini hanya punya dua anak. Dan itu
sangat berbeda bila anak bergaul dengan lingkungannya di dalam kelompok
belajar.
Pendidikan anak usia dini (PAUD) merupakan jenjang pendidikan
commit to user
6 mengembangkan potensi yang dimiliki anak sesuai bakat dan talenta melalui
kurikulum pendidikan yang bersifat tutorial. Lembaga ini menjadi media
pendorong tumbuh-kembang anak sesuai tahapan usia dengan mengutamakan
unsur kegembiraan, permainan, dan kreasi berpikir bebas.
Saat ini banyak lembaga sosial atau yayasan pendidikan, yang
menyelenggarakan pendidikan anak usia dini diberbagai wilayah. Meskipun
demikian, disadari atau tidak, pendirian PAUD, baik berupa playgroup, TK,
maupun Raudhatul Athfal, dan sebagainya lebih didorong oleh motivasi
ekonomi. Di tengah arus komersialisasi pendidikan institusi ini tampak sebagai
“alat ekonomi” untuk menarik laba sang pemilik. Tidak mengherankan di
berbagai kota besar bermunculan institusi penyelenggara PAUD yang
menawarkan berbagai fasilitas, metode pendidikan, serta segala keunggulan
yang tentu saja harus ditebus orang tua siswa dalam bentuk sumbangan (biaya)
pendidikan yang mahal.
Berikut kutipan dari sebuah jurnal yang menyatakan mahalnya
biaya pendidikan usia dini formal. Sehingga perlu adanya PAUD non formal
agar dapat diakses oleh anak dari keluarga yang termasuk dalam ekonomi
bawah:
Persoalan yang muncul adalah PAUD yang formal seperti TK
masih lebih banyak dinikmati oleh anak-anak dari masyarakat kelas menengah
ke atas. Realitas seperti itu terjadi karena biaya pendidikan di TK tergolong
commit to user
7 demikian, anak-anak dari lapisan masyarakat bawah kehilangan akses untuk
memasuki PAUD formal. Karena itu, yang mendesak untuk dilakukan adalah
menggalakkan PAUD nonformal seperti kelompok bermain, tempat penitipan
anak, dan pengasuhan di rumah.. Pemanfaatan jalur nonformal dan informal
tersebut, menurut saya, akan menambah akses bagi masyarakat luas untuk
memasukkan anak-anaknya ke dalam PAUD. (Bahtiar, 2009)
Berikut kutipan dua jurnal internasional yang berisikan bahwa anak
dari keluarga miskin akan lebih susah mengakses pendidikan dibanding dengan
anak-anak dari keluarga mampu:
Socioeconomic factors.Children from families that are better off economically and socially are more likely to be enrolled than are children from families with few resources or that are part of groups discriminated against socially. Although this statement is logical and comes from a general literature review, in evaluation reports prepared for the World Education Forum almost no attempt was made to present hard data showing how enrollment is related to
economic or social status (ROBERT G. MYERS Gale Encyclopedia of
Education)
Faktor sosial ekonomi. Anak-anak dari keluarga yang lebih baik secara ekonomi dan sosial lebih berpeluang untuk mendaftarkan diri daripada anak-anak dari keluarga dengan sumber daya yang sedikit (miskin) yang merupakan bagian dari kelompok pinggiran. Meskipun pernyataan ini logis dan berasal dari tinjauan literatur umum, dalam laporan evaluasi dipersiapkan untuk Forum Pendidikan Dunia hampir tidak ada usaha untuk menyajikan data nyata yang menunjukkan bagaimana pendaftaran terkait dengan status ekonomi atau sosial
Furthermore, within districts, the poor get the worst of all of these inequities. Children from poor families start school later, complete fewer years of schooling, and have higher dropout and repetition rates. These children also have lower rates of participation in early childhood education and development services.
commit to user
8 kemudian putus sekolah, dan harus mengulang. Anak-Anak ini juga mempunyai tingkat keikutsertaan yang rendah dalam pendidikan anak usia dini dan pengembangan jasa. (NAEYC 1994. 64 Early Childhood Education and Development in Indonesia)
Tidak ketinggalan di tengah inflasi partisipasi publik dalam
penyelenggaraan pendidikan anak usia dini sesuai amanat Undang-undang
Nomor 20 Tahun 2003, diberbagai wilayah, terutama di Surakarta bermunculan
institusi penyelenggara PAUD bersifat sosial. Institusi penyelenggara yang
bersifat sosial umumnya didirikan oleh komunitas pro-edukasi atau oleh
pemerintah lokal. Banyak institusi penyelenggara yang didirikan oleh kalangan
organisasi non-pemerintah dan elemen civil society dengan sasaran komunitas
dampak (beneficiaries community) adalah anak-anak usia prasekolah dari
keluarga miskin.
Sebuah iktikad pelayanan sosial di bidang pendidikan dasar yang
tanpa menarik biaya sepeser pun dari orang tua siswa atau dengan menarik
biaya seminimal mungkin. Dukungan dari lembaga donor atau unit
penggalangan dana, menjadikan aktivitas pendidikan anak usia dini bagi
keluarga miskin bisa terselenggara secara berkelanjutan.
Partisipasi multipihak pada penyelenggaraan pendidikan usia dini
bagi masyarakat miskin memiliki beberapa ciri sosial. Pertama,
diselenggarakan di wilayah tinggal para siswa usia dini. Wilayah edukasi
berbasis kampung (teritori tinggal) anak yang mengikuti fasilitas pendidikan
commit to user
9 melibatkan partisipasi multipihak. Karena itu ada kerja sama untuk memajukan
proses pendidikan anak usia dini. Ketiga, lebih mengedepankan aspek
pembelajaran yang mendorong penguatan aspek solidaritas sosial dalam ranah
peningkatan psikomotorik siswa anak usia prasekolah.
Di Kota Surakarta institusi PAUD berbasis kampung pada
umumnya berada di wilayah pinggiran kota yang didiami masyarakat urban
yang biasanya berprofesi sebagai pekerja informal. Sayangnya berbagai institusi
penyelenggara PAUD yang bervisi sosial, untuk kepentingan masyarakat
kurang mampu (miskin) masih memiliki kekurangan. Kekurangan itu meliputi:
fasilitas atau infrastruktur kegiatan baik berupa bangunan yang semi permanen,
alat peraga-permainan yang ala kadarnya, sampai model kurikulum
pembelajaran yang belum inovatif. Tenaga pendidik institusi penyelenggara
PAUD berbasis kampung, juga merupakan tenaga honorer tanpa pendidikan
keahlian. Meski demikian kompetensi mereka tidak diragukan dalam mendidik
anak-anak usia dini. Sebenarnya jika ada respons kreatif dari pemegang
kebijakan anggaran pendidikan institusi PAUD yang berfungsi sosial
seharusnya berhak mendapatkan alokasi anggaran sesuai kebutuhan. Lagipula,
saat ini ada goodwill dari pemerintah pusat/ daerah untuk mengalokasikan 20
persen dana APBN/APBD untuk sektor pendidikan. Meski dalam implementasi
masih terkendala kebijakan birokrasi.
commit to user
10 Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah dikemukakan di
atas dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :
“Bagaimanakah konflik pemangku kepentingan dalam pelaksanaan
program PAUD institusi Sinar Pelangi di Kelurahan Semanggi Kecamatan Pasar
Kliwon Kota Surakarta?”
C. TUJUAN PENELITIAN
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui kepentingan pemerintah, dan lembaga sosial/ lembaga
donor dalam pola relasi dengan Pemangku Kepentingan PAUD Sinar Pelangi
di Kelurahan Semanggi Kecamatan Pasar Kliwon Kota Surakarta.
2. Untuk mengetahui kepentingan masyarakat dan wali murid dalam pola relasi
dengan Pemangku Kepentingan PAUD Sinar Pelangi di Kelurahan Semanggi
Kecamatan Pasar Kliwon Kota Surakarta.
3. Untuk mengetahui jenis atau tipe- tipe konflik antar pemangku kepentingan
dalam pelaksanaan program PAUD Sinar Pelangi di Kelurahan Semanggi
Kecamatan Pasar Kliwon Kota Surakarta.
4. Untuk mengetahui faktor-faktor penyebab konflik antar pemangku
kepentingan dalam pelaksanaan program PAUD Sinar Pelangi di Kelurahan
commit to user
11 5. Untuk mengetahui resolusi yang diambil dalam upaya menyelesaikan konflik
antar pemangku kepentingan dalam pelaksanaan program PAUD Sinar
Pelangi di Kelurahan Semanggi Kecamatan Pasar Kliwon Kota Surakarta.
D. MANFAAT PENELITIAN
Adapun manfaat yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Memberi sumbangan dan sekaligus ikut memperkaya khasanah ilmu
pengetahuan khususnya bagi ilmu Sosiologi.
2. Dapat digunakan sebagai titik tolak untuk melakukan penelitian secara lebih
mendalam.
3. Menjadi referensi dalam pengembangan proses pendidikan usia dini
khususnya PAUD Sinar Pelangi di Kelurahan Semanggi, Kecamatan Pasar
Kliwon Kota Surakarta.
E. TINJAUAN PUSTAKA
1. Teori Yang Digunakan
Dalam karya Dahrendorf (1958, 1959), pendirian teori konflik dan
teori fungsional disejajarkan. Menurut Dahrendorf dan teoritisi lainnya,
setiap masyarakat setiap saat tunduk pada proses perubahan. Teoritisi konflik
melihat pertikaian dan konflik dalam sistem sosial, berbagai elemen
commit to user
12 konflik melihat apa pun keteraturan yang terdapat dalam masyarakat berasal
dari pemaksaan terhadap anggotanya oleh mereka yang berada diatas. Teori
ini juga menekankan pada peran kekuasaan dalam mempertahankan
ketertiban dalam masyarakat. Teori konflik harus menguji konflik
kepentingan dan penggunaan kekerasan yang mengikat masyarakat bersama
dihadapan tekanan itu.
Menurut Dahrendorf, ada dua kelompok konflik yang dapat
terbentuk di dalam setiap asosiasi. Kelompok yang memegang posisi otoritas
dan kelompok subordinat yang mempunyai kepentingan tertentu “yang arah
dan substansinya saling bertentangan”. Konsep kunci dalam teori konflik
Dahrendorf adalah kepentingan. (Ritzer dan Goodman, 2007: 153-154)
Menurut Dahrendorf, teori konflik bertujuan mengatasi watak yang
secara dominan bersifat arbiter dari peristiwa-peristiwa sejarah yang tidak
dapat dijelaskan, dengan menurunkan peristiwa-peristiwa tersebut dari
elemen-elemen struktur sosial. Dengan kata lain, menjelaskan proses-proses
tertentu dengan penyajian yang bersifat ramalan. Koflik antar buruh dan
majikan memang memerlukan penjelasan tetapi yang lebih penting ialah
menunjukkan bukti bahwa konflik yang demikian didasari oleh
susunan-susunan struktur tertentu, yang oleh karenanya di manapun cenderung
melahirkan susunan struktur sebagaimana yang telah ada. Dengan demikian
yang menjadi tugas sisiologi ialah melihat hubungan konflik dengan struktur
variabel-commit to user
13 variabel psikologi (“sifat-sifat agresif”) atau variabel historis deskriptif
(masuknya orang negro ke amerika serikat) atau unsur kebetulan (Poloma,
2005 : 129).
Teori konflik berorientasi ke studi struktur dan institusi sosial.
Dalam karya Dahrendorf, teoritisi konflik lainnya, setiap masyarakat tunduk
pada proses perubahan. Teoritisi konflik juga melihat pertikaian dan konflik
dalam sistem sosial. Teoritisi konflik juga melihat berbagai elemen
kemasyarakatan menyumbang terhadap disintegrasi dan perubahan. (Ritzer
dan Goodman, 2003 : 153).
Dahrendorf membedakan golongan yang terlibat konflik itu atas
dua tipe. Pertama kelompok semu (Quasi Group) dan kelompok kepentingan.
Kelompok semu merupakan kumpulan dari para pemegang kekuasaan atau
jabatan dengan kepentingan yang sama yang terbentuk karena munculnya
kelompok kepentingan. Sedangkan kelompok yang kedua yakni kelompok
kepentingan terbentuk dari kelompok semu yang lebih luas. Kelompok
kepentingan ini mempunyai struktur, organisasi, program, tujuan serta
anggota yang jelas. Kelompok kepentingan inilah yang menjadi sumber
nyata timbulnya konflik dalam masyarakat. (Ritzer, 2004 : 27)
Kedua kelompok ini dilukiskan oleh Dahrendorf seperti berikut :
“Mode perilaku yang sama adalah karakteristik dari kelompok kepentingan
yang direkrut dari kelompok semu yang lebih besar. Kelompok kepentingan
commit to user
14 adalah agen riil dari konflik kelompok. Kelompok ini mempunyai struktur,
bentuk organisasi tujuan atau program dan anggota perorangan. Dari
berbagai jenis kelompok kepentingan itulah muncul kelompok konflik atau
kelompok yang terlibat dalam konflik aktual (Ritzer dan Goodman, 2003 :
156).
Kondisi-kondisi tersebut, kepemimpinan, ideologi, kebebasan
politik yang minimal, komunikasi internal merupakan prasyarat dasar untuk
pembentukan kelompok-kelompok konflik. Dengan demikian berarti bahwa
apabila salah satu dari elemen-elemen tersebut tidak ada diantara para
anggota suatau kelompok semu, maka suatu kelompok konflik tidak akan
terbentuk. Kondisi-kondisi ini juga harus diingat sebagai variabel- variabel
yang mungkin mempunyai nilai yang berbeda dalam kelompok konflik yang
berbeda. Disamping itu, diluar tingkat minimal yang diperlukan untuk
pembentukan kelompok konflik, peminpin-pemimpin dan idiologi- idiologi
mungkin sangat berbeda menurut kemampuannya untuk menggerakkan dan
merangsang tindakan kelompok kolektif. Begitu pula dengan tingkat
kebebasan politik eksternal serta tingkat komunikasi antar anggota dalam
suatu kelompok konflik dan intensitas serta frekuensinya mungkin
berbeda-beda antara kelompok konflik satu dengan kelompok konflik lainnya.
(Demartoto, 2007 : 80)
Dahrendorf menyatakan bahwa segera setelah kelompok konflik
commit to user
15 dalam struktur sosial. Bila konflik itu hebat, perubahan yang terjadi adalah
radikal. Bila konflik disertai tindakan kekerasan, akan terjadi perubahan
struktur secara tiba-tiba. Apapun ciri konflik, sosiologi harus membiasakan
diri dengan hubungan antara konflik dan perubahan maupun dengan
hubungan antara konfik dan status quo (Ritzer dan Goodman, 2003 : 157).
Fungsi konflik menurut Dahendorf adalah
a. Membantu membersihkan suasana yang sedang kacau
b. Katub penyelamat (proses / salah satu sikap serta ide) yang berfungsi
dalam permusuhan
c. Keagresifan dalam konflik yang realitas (dalam kekecewaan) dan konflik
tidak realitas (dalam kebutuhan untuk meredakan ketegangan) mungkin
terakumulasi dalam proses interaksi lain sebelum ketegangan dalam
situasi konflik diredakan
d. Konflik tidak selalu berakhir dengan rasa permusuhan
e. Konflik dapat dipakai sebagai indikator kekuatan dan stabilitas suatu
hubungan
f. Konflik dengan berbagai outgroup dapat memperkuat kohesi (hubungan
atau kerjasama) internal suatu kelompok (Dahrendorf, 1986 : 255-259).
Seperti halnya konsensus dan konflik adalah sebuah realitas sosial.
Teori konflik Dahrendorf adalah mata rantai antara konflik dan perubahan
sosial yang mengabaikan norma- norma dan nilai-nilai.
commit to user
16 tetapi sebenarnya menurut Dahrendorf “kepentingan” selalu memiliki suatu
harapan- harapan. Dalam memegang peran penguasa seseorang tersebut akan
bertindak demi keuntungan organisasi sebagai suatu keseluruhan dan dalam
kepentingan untuk mempertahankan kekuasaan (Ritzer dan Goodman, 2003 :
153-154).
2. Definisi Konseptual
Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, kepentingan
didefinisikan sebagai suatu kebutuhan, keperluan yang menjadi tujuan.
(KBBI, 1988: 644). Konflik kepentingan adalah suatu keadaan sewaktu
seseorang pada posisi yang memerlukan kepercayaan. Seperti pengacara,
politikus, eksekutif atau direktur suatu perusahaan, memiliki kepentingan
profesional dan pribadi yang bersinggungan. Persinggungan kepentingan ini
dapat menyulitkan orang tersebut untuk menjalankan tugasnya. Suatu konflik
kepentingan dapat mengurangi kepercayaan terhadap seseorang atau suatu
profesi. (Lawang, 1986: 270)
Pemangku kepentingan didefinisikan sebagai pengelola,
penyelenggara, orang yang mewakili/ orang yang mempunyai keperluan atau
kebutuhan. (KBBI, 1988: 644). Pemangku kepentingan di dalam PAUD
yaitu meliputi Pemerintah, Pengelola, Donatur, Orang Tua Murid, Murid dan
Masyarakat.
Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
commit to user
17 upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia
enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk
membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak
memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.
F. Penelitian Terdahulu yang Menjadi Acuan
Penelitian yang dilakukan oleh Fatwa Nurul Hakim untuk mencapai
derajat sarjana S-1. Penelitian tentang konflik manajemen pedagang pasar
Windujenar Solo. Konflik yang terjadi di pasar Windujenar adalah konflik yang
bersifat langsung dan konflik tidak langsung. Dinamika konflik langsung terjadi
antara pedagang dengan Dinas Pengelola Pasar (DPP). Pedagang merasa pasca
revitalisasi, pasar Windujenar masih sepi pembeli. Ada kejanggalan dalam
pembagian kios, penyempitan kios dan pembagian kios pedagang yang berada di
laitai 2, serta kemasan event yang berdampak pada sepinya pembeli. Selanjutnya
DPP berkeinginan untuk merubah pasar Windujenar yang sebelumnya kotor,
kumuh dan becek, menjadi bersih, modern dan rapi.
Konflik yang bersifat langsung juga terjadi antar pedagang. Hal ini
disebabkan oleh adanya perwakilan pedagang (yang sudah ditunjuk oleh beberapa
pedagang) untuk mewakili aspirasi pedagang dalam revitalisasi pasar windujenar
tahap kedua, ada semacam keinginan dari perwakilan pedagang untuk menempati
kios yang dekat dengan akses jalan. Akhirnya hal tersebut diketahui oleh pedagang
commit to user
18 tidak tercapai karena DPP telah mempertemukan 15 SHP pembangunan tahap II
pasar Windujenar dan mengembalikan kios pedagang seperti semula.
Konflik tidak langsung yang terjadi di pasar Windujenarantara pedagang
pasar Windujenar dengan kontraktor Pasar Windujenar. Kontraktor pada dasarnya
ditunjuk oleh DPP melalui proses lelang. Konflik ini terjadi karena pedagang
merasa kontraktor dalam pembangunan pasar Windujenar dianggap tidak
professional, hal ini terbukti dengan talang saluran air pasar Windujenar sudah ada
yang bocor, padahal pasar baru selesai dibangun. Kemudian lantai keramik yang
sudah lepas, dan yang paling membuat pedagang kecewa adalah adanya tangga
yang berada di depan kios dan tangga itu sangat sempit. Pedagang mengutarakan
kekecewaannya itu kepada DPP, tetapi DPP berkilah itu karena pekerjaan
kontraktor. Pedagang pasar Windujenar jarang sekali bertemu dengan kontraktor
pembangunan pasar Windujenar Solo.
G. KERANGKA BERFIKIR
Anak usia dini (0-6 tahun) adalah sosok yang istimewa, karena diusia
inilah mereka akan menjalani suatu proses perkembangan yang sangat pesat bagi
kehidupan selanjutnya. Kepribadian dan kecerdasan sang anak dimasa anak-anak,
remaja dan dewasa juga sangat ditentukan oleh pembelajaran yang dia dapatkan
dari orang tuanya sejak usia dini. Sifat anak- anak usia dini memang unik dan
commit to user
19 apa yang dilihat dan didengarnya. Mereka juga memiliki rasa ingin tahu yang
besar, memiliki sifat egosentris dan seolah- olah tidak pernah berhenti belajar.
Mereka juga sosok yang kaya dengan fantasi dan memiliki daya perhatian yang
pendek. Jadi di usia dini inilah masa- masa pembelajaran yang paling potensial
dilakukan.
Anak adalah aset bangsa yang akan menentukan masa depan bangsa
dan negara kita, sehingga perlu dibina dan dikembangkan sejak dini. Untuk
mewujudkan perkembangan yang optimal dalam membentuk sumber daya
manusia yang berkualitas, anak membutuhkan dukungan dari semua pihak seperti
orang tua, lingkungan masyarakat sekitarnya dan Negara. Hal ini sesuai dengan
hak anak, sebagaimana diatur dalam UU No. 23 tahun 2002 tentang Perlindungan
Anak. Salah satu dari hak ini adalah bahwa setiap anak berhak memperoleh
pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat
kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakatnya. Pola asuh orangtua yang tepat
dapat mengembangkan bakat atau potensi anak, sebaliknya, jika orangtua salah
asuh anak- anak akan tumbuh menjadi pribadi yang berperilaku buruk dan sulit
diterima di lingkungannya. Ketidaksensitifan orangtua terhadap kesulitan anak
bisa juga terjadi, alasan utama yang dikemukakan biasanya karena kurangnya
waktu karena orangtua bekerja di luar rumah. Pada hakikatnya belajar harus
berlangsung sepanjang hayat. Untuk menciptakan generasi yang berkualitas,
commit to user
20 Usia Dini (PAUD), yaitu pendidikan yang ditujukan bagi anak sejak lahir hingga
usia 6 tahun. PAUD menjadi sangat penting mengingat potensi kecerdasan dan
dasar-dasar perilaku seseorang terbentuk pada rentang usia ini. Sedemikian
pentingnya masa ini sehingga usia dini sering disebut the golden age (usia emas).
Pada penelitian ini lokasi yang dipilih yaitu PAUD Sinar Pelangi di Kelurahan
Semanggi, Kecamatan Pasar Kliwon, Kota Surakarta. PAUD Sinar Pelangi dapat
berjalan dengan dukungan dari berbagai pihak yang kemudian disebut sebagai
“pemangku kepentingan”. Para pemangku kepentingan tersebut antara lain: 1)
Pendiri/ Pemilik, 2) Pengajar, 3) Pemerintah, 4) Masyarakat, 5) Orang Tua Murid.
Meski demikian orientasi atau cara berfikir dari masing- masing pemangku
kepentingan di PAUD Sinar Pelangi akan mempengaruhi cara berhubungan dan
bentuk dari hubungan tersebut yang kemudian akan terlihat dalam tindakan atau
perilaku yang ditunjukkan dalam kesehariannya. Di dalam orientasi sosial
terdapat orientasi mutual antara perilaku pihak yang satu terhadap pihak yang
lain. Isinya mungkin menyangkut konflik, sikap permusuhan, daya tarik seksual,
persahabatan, kepercayaan dan lain sebagainya. Dilain pihak isinya mungkin
menyangkut pemenuhan suatu kebutuhan, pengelakan terhadap kemajuan serta
ketegasan agar menaati perjanjian dan seterusnya. (Soekanto, 2002: 64)
Dari perbedaan orientasi tersebut muncul konflik. Konflik disini tidak
berbentuk bentrokan secara fisik, akan tetapi lebih kepada tujuan- tujuan
commit to user
21 Penyebabnya bermacam- macam, mulai dari kepentingan ekonomi sampai dengan
kepentingan politik. Sebagai contohnya yaitu tujuan dari pemilik dan pengajar
yang seharusnya mengabdikan diri untuk anak didik tetapi tergantikan dengan
tujuan memperoleh penghasilan untuk mencukupi kebutuhan ekonomi pribadi
mereka. Begitu pula tujuan dari pemerintah menyuplai dana untuk
mengembangkan program PAUD, tujuan itu kadang tergantikan dengan tujuan-
tujuan yang menyalahi aturan. Sebagian golongan pemerintah hanya
memanfaatkan hal ini untuk kepentingan politik, seperti pemanfaatan dalam
kampanye sebagai upaya perbaikan citra diri semata.
Dampak yang ditimbulkan dari konflik tersebut yaitu kurang
optimalnya pelaksanaan program PAUD. Untuk mengatasi permasalahan ini
hendaknya masing- masing pemangku kepentingan PAUD kembali meluruskan
niat dan tujuan awal pembentukan PAUD sesuai dengan UU Nomor 20 Tahun
2003.
PAUD sesuai dengan UU Nomor 20 Tahun 2003 yaitu suatu upaya
pembinaan yang ditujukan kepada anak usia dini, tidak selayaknya
disalahgunakan. Pihak- pihak yang terkait hendaknya benar- benar tulus dalam
mendukung berkembangnya program PAUD (bukan sekedar untuk kepentingan
politik atau kepentingan pribadi, untuk mendapatkan uang semata). Wujud dari
dukungan tersebut antara lain perhatian berupa dana, waktu, tenaga, dan kegiatan-
commit to user
22 program PAUD. Dari program PAUD ini diharapkan dapat mewujudkan sumber
daya manusia yang berkualitas.
Secara singkat kerangka berfikir diatas dapat digambarkan dalam
skema sebagai berikut:
Bagan 1. Kerangka Berfikir
Anak Usia Dini ( 0-6 tahun ) Mempunyai Hak Memperoleh Pendidikan
Pemenuhan Hak Anak akan Pendidikan Melalui PAUD Sinar Pelangi
Proses Pelaksanaan PAUD
Pemangku Kepentingan yang Terlibat: Pengelola PAUD
Donatur
Orang Tua Murid Pemerintah Masyarakat
Ada konflik anatara 2 kelompok kepentingan
(kelompok yg ingin PAUD sinar Pelangi bubar dan kelompok yang ingin PAUD Sinar Pelangi tetap berjalan)
Dampak terhadap PAUD Sinar Pelangi
Resolusi konflik
commit to user
23
H. METODE PENELITIAN
1.Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Semanggi Kecamatan Pasar
Kliwon Kota Surakarta, karena di Kelurahan Semanggi terdapat lembaga yang
menyelenggarakan program PAUD yaitu Sinar Pelangi. Peneliti memilih
program pendidikan PAUD Sinar Pelangi di Kelurahan Semanggi dan
pendapat berbagai pemangku kepentingan yang terlibat didalamnya sebagai
tempat penelitian karena PAUD Sinar Pelangi merupakan salah satu PAUD
yang bersifat sosial yang masih tumbuh di kota Surakarta. Selain itu PAUD
Sinar Pelangi di Kelurahan Semanggi Kecamatan Pasar Kliwon Kota Surakarta
lebih mudah dijangkau oleh peneliti.
2. Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini, bentuk penelitian yang dipilih adalah penelitian
eksploratif. Penelitian Esploratif dilakukan bilamana peneliti tidak familiar
dengan masalah yang dia teliti. Topik yang dia teliti masih relatif baru.
Literature atau hasil penelitian yang membahas masalah tersebut masih langka.
Peneliti ibaratnya masuk hutan yang belum pernah ia masuki. Peneliti
mengidentifikasi orang- orang yang ada berdasarkan ciri- ciri sosiologis dan
perannya di dalam masyarakat. Peneliti mencatat kejadian-kejadian. Dari
kategori- kategori itu peneliti mengembangkan konsep sesuai dengan keadaan
yang ada di lapangan, atau mungkin juga merevisi konsep- konsep ilmiah yang
commit to user
24 Penelitian ini menitik beratkan pada field research atau penelitian
lapangan, namun juga tidak mengesampingkan pada studi kepustakaan atau
library research terutama dalam menyusun landasan teori.
3. Sumber Data
Di dalam penelitian ini menggunakan data yang akan dikumpulkan
dari berbagai sumber antara lain:
a. Data Primer
Data primer adalah data yang didapat dari sumber pertama baik dari
individu maupun perseorangan seperti hasil dari wawancara atau hasil
pengisian kuesioner yang biasa dilakukan oleh peneliti. Data primer yang
akan digunakan dalam penelitian ini adalah informan. Informan merupakan
orang yang dianggap mengetahui permasalahan yang akan dihadapi baik
itu permasalahan yang terjadi pada dirinya sendiri ataupun yang terjadi
pada orang lain. Adapun yang nantinya akan dijadikan informan untuk
penelitian ini adalah Pemerintah Kelurahan Semanggi, Pengelola PAUD
Sinar Pelangi, Orang Tua Murid, donatur dan Masyarakat.
b. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data primer yang telah diolah secara
lebih lanjut dan disajikan baik oleh pihak pengumpul data primer atau
commit to user
25 4 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah sebagai beikut :
a. Interview (Wawancara)
Teknik wawancara dilakukan dengan struktur yang fleksibel atau
informal guna menanyakan pendapat informan tentang suatu peristiwa
tertentu. Wawancara ini bersifat lentur dan terbuka, tidak terstruktur ketat,
tidak dalam suasana formal, dan bisa dilakukan berulang pada informan
yang sama. Untuk melakukan wawancara peneliti menggunakan Interview
Guide merupakan teknik pengumpulan data dengan melalui beberapa
daftar pertanyaan yang telah disusun terlebih dahulu oleh peneliti. Dalam
penelitian ini dilakukan secara fleksibel, artinya pertanyaan yang diajukan
kepada informan akan berkembang dan tidak hanya terpancang pada
daftar pertanyaan, karena sifat dari penelitian kualitatif yaitu semakin
banyak informasi yang diperoleh, maka akan semakin valid data yang
akan diperoleh dalam penelitian tersebut.
b. Observasi Langsung
Kegiatan observasi dapat dilakukan baik secara formal maupun
informal. Secara formal dapat diamati, secara informal dapat dilakukan
selama kunjungan dengan mengamati situasi berbagai hal. Guna menjaga
reliabilitas studi, observasi sebaiknya tidak dilakukan sekali saja, baik
commit to user
26 sebelum penelitian baik secara formal maupun informal dilakukan agar
penulis dapat menentukan sampel yang benar, supaya nantinya dapat
diperoleh hasil yang maksimal.
c. Dokumentasi
Dokumentasi yaitu teknik pengumpulan data dengan cara mencatat
arsip- arsip, surat- surat, pendapat dan dokumen lain yang mendukung
(Nawawi, 1995: 95)
5. Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini
adalah penarikan sampel dari populasi.
a. Populasi
Populasi adalah kumpulan unsur-unsur survei yang memiliki
spesifikasi tertentu (Slamet, 2001: 2). Berkaitan dengan penelitian ini,
maka yang menjadi populasi adalah seluruh pihak yang terkait dalam
pelaksanaan program Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Sinar Pelangi
di Kelurahan Semanggi, Kecamatan Pasaar Kliwon, Kota Surakarta.
b. Sampel
Sampel merupakan subset atau bagian dari populasi. Tentang siapa
dan berapa jumlah sampel sangat tergantung dari informasi yang
diperlukan. (Slamet, 2001: 5). Dalam penelitian ini, sampel yang diambil
tidak mutlak jumlahnya, artinya sampel yang akan diambil disesuaikan
commit to user
27 Adapun teknik pengambilan sampel yanng digunakan dalam
penelitian ini adalah purposive sampling (sampel bertujuan) dan maximum
variation sampling. Purposive sampling adalah dimana peneliti cenderung
memilih informan yang dianggap tahu dan dapat dipercaya untuk menjadi
sumber data yang lebih valid dan mengetahui secara mendalam
berdasarkan observasi langsung yang telah dilakukan oleh penulis.
Sedangkan maximum variation sampling ini dimaksudkan untuk bisa
menangkap atau menggambarkan tema sentral dari studi melalui informasi
yang saling silang- menyilang dari berbagai tipe responden (Slamet,2001:
25).
6.Validitas Data
Validitas membuktikan bahwa apa yang diamati sesuai dengan apa
yang ada dalam dunia kenyataan dan apakah penjelasan yang diberikan
tentang dunia kenyataan memang sesuai dengan apa yang sebenarnya terjadi.
Dalam penelitian ini akan dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a. Triangulasi
Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan
pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data ini. Denzin (1978)
membedakan empat macam triangulasi sebagai teknik pemeriksaan yang
memanfaatkan penggunaan sumber, metode, penyidik, dan teori (Moleong,
commit to user
28 1. Membandingkan data hasil observasi dengan data hasil wawancara.
2. Membandingkan apa yang dikatakan orang didepan umum dengan apa
yang dikatakannya secara pribadi.
3. Membandingkan apa yang dikatakan orang- orang tentang situasi
penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu.
4. Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai
pendapat dan pandangan orang seperti rakyat biasa, orang yang
berpendidikan menengah atau tinggi, orang berada, orang
pemerintahan.
5. Membandingkan hasil wawancara dengan isu dokumen yang berkaitan.
b. Member check
Member check merupakan salah satu cara yang penting, pada
akhir wawancara juga pada saat penelitian berlangsung. peneliti
mengulangi dalam garis besarnya apa yang telah dikatakan oleh informan
dengan maksud agar dapat memperbaiki bila ada kekeliruan atau
menambah apa yang masih kurang. (Sutopo, 2006: 32)
7. Teknik Analisa Data
Dari data yang diperoleh dilapangan kemudian akan dianalisa
secara kualitatif. Teknik analisa yang digunakan dalam penelitian ini adalah
teknik analisa data interaktif. Dalam tahap analisa ada tiga komponen pokok
commit to user
29 tersebut adalah reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.
(Sutopo, 2006: 113)
a. Reduksi Data
Reduksi data adalah merupakan proses seleksi, pemfokusan,
penyederhanaan, dan abstraksi data (kasar) yang ada dalam field note.
Proses ini berlangsung terus sepanjang pelaksanaan riset, yang dimulai
dari awal bahkan sebelum pengumpulan data dilakukan. Proses reduksi
ini terus berlangsung sampai laporan akhir penelitian selesai ditulis.
Reduksi data adalah bagian dari analisis, suatu bentuk analisis yang
mempertegas, memperpendek, membuat fokus, membuang hal yang tidak
penting, dan mengatur data sedemikian rupa sehingga kesimpulan akhir
dapat dilakukan.
b. Penyajian Data
Penyajian data adalah suatu rakitan organisasi informasi yang
memungkinkan kesimpulan riset dapat dilakukan. Dengan melihat suatu
penyajian data, peneliti akan mengerti apa yang terjadi dan
memungkinkan untuk mengerjakan sesuatu pada analisa ataupun
tindakan lain berdasarkan pengertian tersebut.
c. Penarikan Kesimpulan
Penarikan kesimpulan merupakan proses konklusi- konklusi
yang terjadi selama pengumpulan dari data awal sampai akhir.
commit to user
30 kemudian semakin meningkat secara eksplisit dan memiliki landasan
yang kuat. Kesimpulan akhir tidak akan terjadi sampai pengumpulan data
berakhir. Kesimpulan yang perlu diverifikasi, yang dapat berupa suatu
pengulangan yang meluncur cepat, sebagai pemikiran kedua yang timbul
melintas dalam pikiran peneliti pada waktu menulis dengan melihat
kembali sebentar pada field note. (Sutopo, 2006: 116)
BAB II
DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
A. Sejarah Berdiri PAUD Sinar Pelangi
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Sinar Pelangi terletak di
Kelurahan Semanggi, Kecamatan Pasar Kliwon Kota Surakarta. PAUD
Sinar Pelangi dirintis oleh Bapak Joko Kristianto mulai tahun 2005. Pada
awalnya Bapak Joko Kristianto tertarik mendirikan PAUD, setelah beliau
mengetahui adanya program pemerintah yaitu Kota Layak Anak yang
didalamnya juga terdapat program pemenuhan hak anak khususnya hak
untuk memperoleh pendidikan sejak dini yang kemudian diwujudkan
dengan mendirikan Lembaga PAUD. Selain ketertarikan beliau terhadap
program pemerintah tersebut, pendirian PAUD Sinar Pelangi juga
didasarkan pada pengalaman masa lalu beliau yang pernah hidup dijalanan
sebagai pengamen untuk membiayai sekolahnya dulu. Bapak Joko
commit to user
31 amat keras dan sangat jauh dari sentuhan pendidikan yang berakibat pada
tidak terpenuhinya kesejahteraan hidup anak- anak jalanan tersebut. Pada
awalnya Bapak Joko Kristianto hanya ikut membantu menjalankan PAUD
Pelangi yang didirikan oleh Bapak Eko yang beralamat di Kelurahan
Sangkrah, Kecamatan Pasar Kliwon, Kota Surakarta. Namun dikemudian
hari justru muncul inisiatif untuk mendirikan lembaga PAUD yang
berlokasi di rumahnya yang kemudian diberi nama PAUD Sinar Pelangi.
Inisiatif ini tumbuh karena Bapak Joko Kristianto melihat perilaku sosial
budaya masyarakat sekitar rumahnya yang kurang memperhatikan
pendidikan anak sejak usia dini yang disebabkan oleh kondisi ekonomi
yang tergolong kalangan tidak mampu. Oleh karena itu kemudian Bapak
Joko Kristianto melakukan survei wilayah di sekitar tempat tinggalnya,
kemudian melakukan pemetaan daerah mana saja yang akan didatangi
untuk mensosialisasikan pentingnya pendidikan anak pada usia dini.
Setelah proses pemetaan selesai Bapak Joko kristianto mulai mendatangi
penduduk satu persatu dengan membawa brosur tentang PAUD Sinar
Pelangi yang dapat diikuti warga dengan biaya yang sangat terjangkau
yaitu biaya pendaftaran sebesar Rp.5000,- dan uang bulanan sebesar
Rp.5000,- dan ini pun tidak diwajibkan, apabila ada orangtua murid yang
merasa keberatan dengan jumlah biaya ini maka dari pihak PAUD Sinar
commit to user
32 Usaha sosialisasi yang dilakukan oleh Bapak Joko Kristianto
membuahkan hasil. Masyarakat sekitar memberi respon positif terhadap
berdirinya PAUD Sinar Pelangi. Pada awalnya ada sekitar 65 wali murid
yang mendaftarkan anak-anak mereka menjadi murid PAUD Sinar
Pelangi.
Selama 1 bulan pertama, proses belajar mengajar dapat
berjalan dengan lancar, meskipun hanya dengan sarana prasarana yang
sangat terbatas. Kondisi bangunan kelas PAUD Sinar Pelangi pada saat
itu, lantainya berupa tanah yang dtimbun dengan batu kerikil, kemudian
diatasnya dibentangkan tikar sebagai alas duduk bagi murid dan pengajar.
Setelah proses belajar mengajar berjalan 1 bulan, mulai terjadi
konflik. Ada beberapa pihak yang kurang setuju dengan didirikannya
PAUD Sinar Pelangi. Ada beberapa hal yang mendasari sikap sebagian
masyarakat tersebut, diantaranya yaitu: 1) Kondisi kelas yang sangat jauh
dari standar. Banyak diantara orang tua murid yang mengeluhkan kondisi
bangunan PAUD Sinar Pelangi yang kurang layak, yang kemudian mereka
memutuskan untuk tidak lagi menitipkan putra- putri mereka di sana. 2)
Mayoritas masyarakat Kelurahan Semanggi beragama Islam, sedangkan
pendiri PAUD Sinar Pelangi bukan beragama Islam. Hal ini menyebabkan
merosotnya jumlah peminat PAUD Sinar Pelangi. Pada bulan ke 2, jumlah
muridnya merosot tajam. Yang mulanya terdiri dari 65 orang murid
commit to user
33 inipun tidak selalu penuh tiap harinya. Tiap hari murid yang masuk hanya
sekitar 15 orang anak saja.
B. Lokasi PAUD Sinar Pelangi
PAUD Sinar Pelangi ini berada di tengah- tengah pemukiman
penduduk. Di kawasan marginal pinggiran sungai Bengawan Solo. PAUD
Sinar Pelangi beralamat di Jalan Comal 7 No.7 Semanggi Mojo RT 06/V
Kelurahan Semanggi Kecamatan Pasar Kliwon Kota Surakarta
Batas- batas lokasi PAUD Sinar Pelangi adalah sebagai berikut:
1. Sebelah Selatan : Pasar Klithikan Notoharjo Semanggi
2. Sebelah Timur : Jembatan Mojo Sungai Bengawan Solo
Kelurahan Semanggi, Kecamatan Pasar
Kliwon, Kota Surakarta
3. Sebelah Utara : Pemukiman penduduk Kelurahan Semanggi,
Kecamatan Pasar Kliwon, Kota Surakarta
4. Sebelah Barat : SMA MTA Kelurahan Semanggi, Kecamatan
Pasar Kliwon, Kota Surakarta
C. Visi , Misi dan Tujuan PAUD Sinar Pelangi
commit to user
34 Memberikan layanan yang sebaik-baiknya kepada seluruh
lapisan masyarakat terhadap Pendidikan Anak Usia Dini untuk
memberikan karakter anak dan mengembangkan potensi kecerdasan
intelegensia anak secara maksimal, melalui peningkatan kesehatan
gizi, ketrampilan, dan nilai- nilai agama serta dapat menyesuaikan diri
dengan lingkungannya.
2. Tujuan PAUD Sinar Pelangi adalah sebagai berikut:
Tujuan dari Pendidikan Anak Usia Dini ini untuk
mengembangkan potensi anak usia dini di wilayah Kelurahan
Semanggi, melalui pertumbuhan anak terhadap kesehatan psiko,
sosial, fisik, bahasa, moral, dan nilai-nilai agama serta rangsangan
intelektual lainnya.
Adapun tujuan kegiatan PAUD Sinar Pelangi secara rinci
yaitu:
1. Tujuan Umum
1) Sebagai tempat pendidikan masyarakat yang bersifat
kebangsaan dan berwawasan nusantara, tanpa membedakan
derajat/martabat, ras/suku dan dan agama.
2) Meningkatkan mutu pemerataan layanan pendidikan bagi anak
usia dini agar kelak memiliki kesiapan dalam memasuki
commit to user
35 3) Meningkatkan kesadaran masyarakat, khususnya orangtua akan
pentingnya pembinaan dan pengembangan anak usia dini.
2. Tujuan Khusus
1) Membangun perkembangan dan mencerdaskan anak usia dini.
2) Meringankan beban masyarakat yang kurang mampu untuk
tetap dapat menikmati pendidikan dengan biaya terjangkau.
3) Meningkatkan kemampuan dan kesadaran orangtua, keluarga
dan masyarakat akan pentingnya pendidikan, pembinaan dan
pengembangan anak usia dini.
D. Kondisi Sarana dan Prasarana PAUD Sinar Pelangi
Secara umum bangunan PAUD Sinar Pelangi dalam keadaan
baik tetapi kurang memenuhi syarat sebagai tempat berlangsungnya
kegiatan belajar mengajar. Karena tempatnya masih menjadi satu dengan
tempat tinggal Bapak Joko sehingga ukurannya pun sempit, yakni
berukuran sekitar 4 x 6 m2. Alas yang dipakai belajar masih beralaskan
semen dan dinding bagian depan masih batu bata serta pintu berupa
potongan triplek dan seng sehingga rawan untuk bermain anak-anak.
Dibagian dalam bangunan tidak ada pembagian ruangan
semuanya jadi satu ruangan antara ruang guru dan perpustakaan mini. Di
ruang ini terdapat 2 buah jendela, yang masing- masing belum ada
commit to user
36 air kecil atau besar maka dapat menggunakan kamar mandi milik
penduduk.
Fasilitas PAUD Sinar Pelangi diantaranya adalah sebagai
berikut :
1. Koleksi buku-buku: sains, buku cerita, bergambar, majalah, buletin
dan lain- lain
2. Tempat bermain : ayunan, prosotan
3. Alat-alat penunjang belajar mengajar :
a. Bangku : 4 buah
b. Kursi mini : 10 buah
c. Papan Tulis : 1 buah apan tulis hitam dan I buah papan
tulis putih
d. Rak dan almari : 3 buah
e. Meja guru : 1 buah
f. Kursi guru : 1 buah
g. Jam dinding : 1 buah
h. Tikar : 3 buah
Meskipun sarana penunjang belajar masih terbatas tetapi anak
didik yang belajar PAUD Sinar Pelangi itu masih tetap semangat
commit to user
37 hanya diajar oleh 1 orang guru yang merangkap sebagai Kepala Sekolah
dan guru. Karena keterbatasan dana sehingga sangat sulit untuk mencari
guru sukarelawan atau yang bekerja secara sosial. Yang aktif setiap hari
mengajar hanya Bapak Joko Kristianto, beliau mengajar dengan ikhlas
tanpa mendapatkan gaji tiap bulannya.
Dulu memang ada 1 guru perempuan yang ikut membantu
mengajar di PAUD Sinar Pelangi, tetapi karena beliau baru melahirkan
sehingga memutuskan untuk berhenti mengajar. Selain itu ada seorang
wali murid bernama ibu Siti yang kadang kala menggantikan mengajar
jika Bapak Joko Kristianto berhalangan karena ada acara yang penting.
Upaya ini dilakukan agar anak tidak kecewa karena ketika anak berangkat
dari rumah sudah mempunyai semangat namun sampai tempat belajar
tidak ada guru yang mengajar, hal ini akan mengganggu psikis anak.
E. Struktur Organisasi PAUD Sinar Pelangi
Struktur Organisasi PAUD Sinar Pelangi Kelurahan Semanggi,
Kecamatan Pasar Kliwon, Kota Surakarta adalah sebagai berikut:
Bagan 2
Struktur Organisasi PAUD Sinar Pelangi Kelurahan Semanggi, Kecamatan Pasar Kliwon, Kota Surakarta
--- Kepala Sekolah Joko Kristianto --- Komite Sekolah
commit to user
38 Keterangan :
: Garis Komando
--- : Garis Koordinasi
F. Sumber Pendanaan PAUD Sinar Pelangi
Dana bagi sebuah sekolah adalah sangat penting, terutama
untuk pengadaan sarana belajar mengajar. Meskipun dana adalah salah
satu orientasi dalam lembaga sekolah tetapi PAUD Sinar Pelangi dapat
menyiasatinya, yaitu dengan memanfaatkan barang- barang bekas yang
yang ada di sekitar.
Sumber pendanaan PAUD ini berasal dari:
1. Dana tidak tetap ( dari masyarakat, pemerintah atau instansi swasta)
2. Iuran siswa tiap bulan ( Rp 5000,- per bulan ) Guru
Siswa
Masyarakat Penjaga Sekolah
Guru
Guru Guru
Siti S. Nuriyah Guru
Joko Kristiyanto
commit to user
39 3. Dana kegiatan siswa (dari pihak penyelenggara kegiatan)
G. Prosedur Penerimaan Anak Didik PAUD Sinar Pelangi
Prosedur penerimaan anak didik di PAUD Sinar Pelangi yakni:
1. Usia antara 2-6 tahun
2. Mengisi formulir pendaftaran
3. Menyerahkan fotocopy AKTA kelahiran atau surat kelahiran anak
4. Membayar administrasi sebesar Rp 5.000,-
H. Anak Didik PAUD Sinar Pelangi
Anak didik PAUD Sinar Pelangi berjumlah 25 orang anak yang
berasal dari masyarakat sekitar Kelurahan Semanggi. Karena masyarakat
tersebut masih marginal sehingga hal tersebut berpengaruh juga kepada
pendidikan anak. Ketika belajar di PAUD anak masih perlu penjagaan
dari orangtua. Tetapi yang terjadi adalah orangtua lebih mementingkan
untuk mencari uang guna menafkahi keluarga sehingga mendampingi
anak sewaktu belajar menjadi suatu hal yang tidak penting lagi bagi
mereka. Padahal Dukungan orangtua menjadi faktor utama agar anak
berminat dan mau belajar.
Daftar usia anak PAUD Sinar Pelangi di Kelurahan
Semanggi, Kecamatan Pasar Kliwon Kota Surakarta Tahun 2009/ 2010
commit to user
40 Tabel 1
Daftar Usia Anak PAUD Sinar Pelangi di Kelurahan Semanggi, Kecamatan Pasar Kliwon Kota Surakarta Tahun 2009/ 2010
Usia Laki-laki Perempuan Jumlah
2 Tahun 1 1 2
3 Tahun 4 3 7
4 Tahun 4 2 6
5 Tahun 3 3 6
6 Tahun 2 2 4
Jumlah 14 11 25
(Sumber: Buku administrasi PAUD Sinar Pelangi Tahun 2009/2010 )
Adapun daftar nama anak didik PAUD Sinar Pelangi di
Kelurahan Semanggi, Kecamatan Pasar Kliwon Kota Surakarta Tahun
2009/2010 dapat dilihat pada tabel 2 berikut ini :
Tabel 2
Daftar Nama Anak Didik PAUD Sinar Pelangi di Kelurahan Semanggi, Kecamatan Pasar Kliwon Kota Surakarta Tahun 2009/2010
No Nama Anak TTL Alamat
commit to user
41 4 Chantika Amalia Putri Batam, 20 Juni 2005 Semanggi, RT 02/23 5 Nathazya Zahra Surakarta, 3 Desenber 1996 Semanggi, RT 01/23 6 Wulan Sari Kurnia Surakarta, 28 Oktober 2004 Semanggi, RT 01/04 7 Dimas Firmansyah Surakarta, 19 April 2006 Semanggi, RT 02/32 8 Olda Sang Brian Putra Surakarta, 15 februari 2006 Semanggi, RT 06/05 9 Rois Ahmad Al falah Surakarta, 27 Oktober 2006 Semanggi, RT 06/05 10 Muhammad Jasen Surakarta, 22 Oktober 2005 Semanggi, RT 02/23 11 Muhammad Ridwan Santoso Surakarta, 29 Juni 2005 Semanggi, RT 06/05 12 Chelsea Chandra Lamongi Surakarta, 1 Juni 2005 Semanggi, RT 07/5 13 Ornela Alfiani Surakarta, 7 November 2004 Semanggi, RT 02/23 14 Azriel Pradana Jaya Praseyta Surakarta, 21 Oktober 2006 Semanggi, RT 03/02 15 Andika Wahyu Yulianto Surakarta, 28 Juli 2008 Semanggi, RT 06/05 16 M. Yoga Widyanto Pacitan, 13 Maret 2007 Semanggi, RT 06/05 17 Vannia Ferby mellanie Sukoharjo, 25 Juni 2007 Semanggi, RT 03/05 18 Safira Kirana Gustavanie Surakarta, 2 Agustus 2007 Semanggi, RT 06/05 19 Rich Arif Hidayah Surakarta, 2 Desember 2007 Semanggi, RT 01/04 20 Fransisca Chreesna Surakarta, 23 Desember 2007 Semanggi, RT 06/05 21 Christoper Milano Yuli P Surakarta, 13 Mei 2007 Semanggi, RT 08/05 22 Rangga Reza Aldriano Surakarta, 29 Oktober 2007 Semanggi, RT 06/05 23 Ahmad Zainuri Rizki Utomo Surakarta, 13 Juli 2006 Semanggi, RT 08/05 24 Bintang Pamungkas Surakarta, 16 Desember 2004 Semanggi, RT 07/05 25 Nareth Kirana Adi Surakarta, 2 Januari 2007 Semanggi, RT 02/23
(Sumber: Buku administrasi PAUD Sinar Pelangi Tahun 2009/2010)
I. Kegiatan Anak Didik PAUD Sinar Pelangi
PAUD Sinar Pelangi dalam rangka meletakkan dasar ke-arah
perkembangan sikap, perilaku, ketrampilan dan daya cipta serta
mempersiapkan anak untuk memasuki Sekolah Dasar mengadakan
berbagai kegiatan diantaranya: