• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONFLIK PEMANGKU KEPENTINGAN DALAM PELAKSANAAN PROGRAM PENDIDIKAN ANAK USIA DINI(PAUD)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KONFLIK PEMANGKU KEPENTINGAN DALAM PELAKSANAAN PROGRAM PENDIDIKAN ANAK USIA DINI(PAUD)"

Copied!
103
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

i

KONFLIK PEMANGKU KEPENTINGAN DALAM

PELAKSANAAN PROGRAM PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

(PAUD)

( Studi eksploratif tentang konflik pemangku kepentingan dalam pelaksanaan program Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Sinar Pelangi di Kelurahan

Semanggi, Kecamatan Pasar Kliwon, Kota Surakarta )

Disusun Guna Melengkapi Tugas Akhir dan Memenuhi Persyaratan untuk Mencapai Gelar Sarjana Sosial Jurusan Ilmu Sosiologi

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret

Oleh: SINUNG REJEKI

D 0306057

JURUSAN SOSIOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(2)

commit to user

ii

PERSETUJUAN

Disetujui Untuk Dipertahankan di Hadapan Panitia Ujian Skripsi

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sebelas Maret

Surakarta

Dosen Pembimbing Skripsi

(3)

commit to user

iii

PENGESAHAN

Skripsi ini telah diterima dan disahkan oleh Panitia Ujian Skripsi

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sebelas Maret Surakarta

Hari :

Tanggal :

Panitia Penguji

Disahkan Oleh :

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sebelas Maret Surakarta

Dekan

(4)

commit to user

iv

MOTTO

Jangan pernah takut dan jangan pernah menyesal

(5)

commit to user

v

PERSEMBAHAN

Dengan segala kerendahan diri, kupersembahkan Karya ini kepada :

♫ Heru Sutarto, bapak yang telah mengorbankan waktu dan hidupnya demi masa depanku

♫ Pawestri Mitayani S.si, mbak ku yang selalu ada untukku

♫ Masku, ibu dan adik baruku yang senantiasa memberi semangat

(6)

commit to user

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan

hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “Konflik

Pemangku Kepentingan Dalam Pelaksanaan Program Pendidikan Anak Usia Dini

(PAUD)” ( Studi eksploratif tentang konflik pemangku kepentingan dalam

pelaksanaan program Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)Sinar Pelangi di Kelurahan

Semanggi, Kecamatan Pasar Kliwon, Kota Surakarta). Penulis menyadari bahwa

tanpa dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, maka penyusunan skripsi ini tidak

akan terselesaikan dengan baik. Pada kesempatan ini penulis menghaturkan ucapan

terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat Bapak Drs. Argyo

Demartoto, M.si selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah dengan sabar

memberikan arahan dan bimbingan dalam penulisan skripsi ini. Dalam kesempatan

ini pula, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Bapak Drs. Supriyadi SN, SU selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Ibu Dra. Hj. Trisni Utami, M.Si selaku Ketua Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Ibu Dra. Suyatmi, MS selaku Pembimbing Akademik yang telah memberikan

pengarahan bagi penulis selama belajar di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sebelas Maret Surakarta.

4. Seluruh dosen pengajar yang telah begitu banyak membekali ilmu pengetahuan

(7)

commit to user

vii

5. Seluruh staf dan karyawan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Sebelas Maret Surakarta atas segala bantuan dan pelayanan akademik yang

diberikan kepada penulis.

6. Keluargaku yang sangat mengasihiku, yang telah memberikan dukungan secara

materiil maupun immateriil sehingga penulis dapat melangkah sampai sejauh ini.

7. Iin Suryaningsih, Novita Ayudi Hermanto, Indah Werdiningrum yang selalu

menjadi sahabat terbaik.

8. Teman- teman Jurusan Sosiologi dan saudara seperjuangan di LKI yang secara

langsung atau tidak langsung memberikan motivasi kepada penulis.

9. Seluruh informan beserta semua pihak yang telah membantu dalam menyusun

skripsi ini.

Semoga Allah SWT membalas budi baik dan amal mereka yang tiada tara dan

anugerah yang berlipat ganda atas jasa yang tiada ternilai harganya. Dan akhirnya

penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Surakarta, Januari 2011

(8)

commit to user

C. Tujuan Penelitian………... 10

D. Manfaat Penelitian………..…. 10

E. Tinjauan Pustaka………..… 11

F. Penelitian Terdahulu yang Menjadi Acuan……… ….. 16

G. Kerangka Pemikiran………....…. 18

H. Metode Penelitian………..….. 22

1. Lokasi Penelitian …………...……….………. …. 22

2. Jenis Penelitian………...……..…. 22

3. Sumber Data……….…. 23

4. Teknik Pengumpulan Data……… 24

5. Teknik Pengambilan sampel………... 25

6. Validitas Data……… 26

7. Teknik Analisa Data ………. 27

(9)

commit to user

ix

B. Lokasi PAUD Sinar Pelangi……….. 31

C. Visi, Misi dan Tujuan PAUD Sinar Pelangi…….………. 32

D. Kondisi Sarana dan Prasarana PAUD Sinar Pelanggi….……. 34

E. Struktur Organisasi PAUD Sinar Pelangi ……… 36

F. Sumber Pendanaan PAUD Sinar Pelangi……….. 37

G. Prosedur Penerimaan Anak Didik PAUD Sinar Pelangi……… 37

H. Anak Didik PAUD Sinar Pelangi………... 37

I. Kegiatan Anak Didik PAUD Sinar Pelangi………. 40

J. Pola Pengklasifikasian anak didik PAUD Sinar Pelangi……….. 42

K. Metode Pembelajaran PAUD Sinar Pelangi……….... 42

BAB III. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN……….. 44

1. Profil Informan……… 44

2. Peran atau Dukungan Pemangku Kepentingan di PAUD Sinar Pelangi………. 50

3. Konflik yang Terjadi di PAUD Sinar Pelangi………. 63

a.Konflik yang terjadi antara pengelola dengan Pemerintah Keluraha……… 63

b.Konflik yang terjadi antara pengelola dengan masyarakat sekitar yang beragama Islam……… 65

c.Konflik yang terjadi antara pengelola dengan Orang tua Murid ……….. 70

(10)

commit to user

x

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Daftar Usia Anak PAUD Sinar Pelangi……… 38

(11)

commit to user

xi

DAFTAR BAGAN

Skema 1. Kerangka Pemikiran ……….. 21

(12)

commit to user

xii

DAFTAR MATRIKS

Matrik III. 1 Profil Informan………. ……..……… 50

Matrik III. 2 Peran dan Dukungan dari Pemangku Kepentingan di

PAUD Sinar Pelangi ……….… 62

Matrik III. 3.1 Tanggapan Informan terhadap konflik yang terjadi

antara pengelola dengan Pemerintah……….. 64

Matrik III. 3.2 Tanggapan Informan terhadap konflik yang terjadi

antara pengelola dengan masyarakat……….. 68

Matrik III. 3.3 Tanggapan Informan terhadap konflik yang terjadi

antara pengelola dengan orang tua murid..………….. 71

Matrik III. 3. 4 Tanggapan Informan terhadap konflik yang terjadi

antara pengelola dengan donatur….……….. 74

(13)

commit to user

xiii

ABSTRAK

SINUNG REJEKI, D0306057, Konflik Pemangku Kepentingan Dalam

Pelaksanaan Program Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) ( Studi eksploratif tentang konflik pemangku kepentingan dalam pelaksanaan program Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)Sinar Pelangi Di Kelurahan Semanggi, Kecamatan Pasar Kliwon, Kota Surakarta), Skripsi, Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik,

Universitas Sebelas Maret, Surakarta, 2011.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konflik yang terjadi antar pemangku kepentingan dalam pelaksanaan program Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Sinar Pelangi di Kelurahan Semanggi, Kecamatan Pasar Kliwon, Kota Surakarta

Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksploratif kualitatif. Dalam penelitian ini sampel yang diambil sebanyak 10 (sepuluh) orang, dengan perincian sebagai berikut: 1 (satu) orang Pengelola PAUD, 1 (satu) orang anggota masyarakat, 1 (satu) orang donatur. 1 (satu) orang anggota Tim Pemantau PAUD tingkat Kota, 1 (satu) orang staff Kelurahan, 1 (satu) orang dari PKK, 1 (satu) orang wali murid yang pernah menitipkan anaknya di PAUD Sinar Pelangi, 3 (tiga) orang wali murid PAUD Sinar Pelangi. Teknik pengumpulan data melalui wawancara mendalam, observasi berperan pasif dan dokumentasi, sedangkan pengambilan sampel penelitian dilakukan dengan teknik purposive sampling. Informan yang diambil adalah merupakan informan yang memiliki latar belakang yang sesuai dengan kebutuhan peneliti.

(14)

commit to user

xiv ABSTRACT

SINUNG REJEKI, D0306057, Stakeholder Conflict in Progress Program Early Childhood Education (PAUD) (explorative study about conflict of stakeholders in the implementation of Early Childhood Education (PAUD) Sinar Pelangi At Semanggi Semanggi Subdistrict, Pasar Kliwon District Of Surakarta City), Script Faculty of Social Science and Political Science, Sebelas Maret University, 2011.

This study aims to identify conflicts between stakeholders in the implementation of Early Childhood Education program (PAUD) Sinar Pelangi in Semanggi Subdistrict,

Pasar Kliwon District Of Surakarta City.

This research is a type of exploratory qualitative research. In this study samples was 10 (ten) persons, with details as follows: 1 (one) Management of PAUD, 1 (one) member of society, 1 (one) of the donor. 1 (one) member of the Monitoring Team City early childhood level, 1 (one) District staff, 1 (one) out of the PKK, 1 (one) of parents who never leave their children in early childhood Sinar Pelangi, 3 (three) persons guardian Light Rain Early Childhood students. Techniques of collecting data through in-depth interviews, observation and documentation passive role, whereas sampling of research conducted with a purposive sampling technique. Informants are taken is an informant who has a background in accordance with the needs of researchers.

(15)

commit to user

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Indonesia berkomitmen dalam menindaklanjuti deklarasi A World

Fit For Children yang diterjemahkan ke dalam Program Nasional Bagi Anak

Indonesia (PNBAI) 2015. PNBAI 2015 mencakup 4 (empat) bidang pokok

yaitu: promosi hidup sehat; penyediaan pendidikan berkualitas; perlindungan

terhadap perlakuan salah; eksploitasi dan kekerasan; serta, memerangi

HIV/AIDS. Untukmempercepat pelaksanaan PNBAI 2015, Kementerian Negara

Pemberdayaan Perempuan bersama sektor pemerintah terkait, organisasi

masyarakat dan lembaga swadaya masyarakat mengembangkan model Kota

Layak Anak, yaitu kota yang didalamnya telah meramu semangat untuk

memberikan perlindungan terhadap anak sebagai kegiatan atau upaya untuk

menjamin dan melindungi anak dan hak-haknya dalam proses pembangunan

berkelanjutan.

Inisiatif Kota Layak Anak (KLA) yang dikembangkan oleh

UNICEF merujuk pada hasil penelitian Kevin Lynch mengenai “Children’s

Perception of theEnvironment” di Melbourne, Warsawa, Salta dan Mexico City

tahun 1971- 1975. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lingkungan yang terbaik

untuk anakadalah yang mempunyai kelompok yang kuat secara fisik dan sosial,

kelompok yang mempunyai aturan yang jelas dan tegas, kelompok yang

(16)

commit to user

2 memberi kesempatan pada anak, dan kelompok yang mempunyai fasilitas

pendidikan yang memberi kesempatan anak untuk mempelajari dan menyelidiki

lingkungan dan dunia mereka. Dari penelitian inilah kemudian dikembangkan

berbagai indikatoruntuk mengukur suatu wilayah/ kawasan ramah terhadap anak

atau belum.

KLA kemudian diperkenalkan oleh UNICEF bersama UNHABITAT

Pada UnitedNations General Assembly Special Session on Children (UN-GASS)

tahun 2002 yang mendeklarasikan World fit for Children. Pada paragraf 13

pembukaan menegaskan bahwa anak dan remaja harus mempunyai tempat

tinggal yang layak, terlibat dalam proses pengambilan keputusan baik di kota

maupun komunitas, dan penting untuk terpenuhinya kebutuhan dan peran anak

dalam bermain di komunitasnya. Istilah Ramah Anak kemudian lahir di

Indonesia menandai sebuah kondisi dimana masyarakat diajak bersama- sama

lebih memperhatikan, mengakomodir dan memenuhi hak-hak anak.

Model Kota Layak Anak dikembangkan dengan pertimbangan

bahwa 43,24% anak Indonesia tinggal di perkotaan (UNICEF, 2007) dengan

pertumbuhan sekitar 4,4% diperkirakan pada tahun 2025, sekitar 60% anak

Indonesia tinggal di kota. Permasalahan anak di kota mendapat perhatian

tersendiri mengingat belakangan banyak berkembang berbagai perlakuan tak

layak terhadap anak seperti kekerasan, kelaparan dan gizi buruk, penyakit

(17)

commit to user

3 anak dan kondisi traumatis, serta tidak mendapatkan kesempatan memperoleh

pendidikan.

Untuk mempercepat terwujudnya pengembangan Kota Layak Anak

(KLA), Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan menjadikan model KLA

ini sebagai prioritas program dalam bidang kesejahteraan dan perlindungan anak

denganmenetapkan 7 (tujuh) aspek penting dalam pengembangan KLA yaitu :

1. Kesehatan

2. Pendidikan

3. Sosial

4. Hak Sipil dan Partisipasi

5. Perlindungan Hukum

6. Perlindungan Ketenagakerjaan

7. Infrastruktur

Salah satu aspek terpenting dalam perkembangan hidup anak yaitu

aspek pendidikan dan sosialisasi anak. Pada usia 0-6 tahun merupakan masa

emas bagi pertumbuhan anak. Aneka stimulus yang diberikan pada masa itu

akan meningkatkan daya pikir dan kreativitas anak. Karena itu, beberapa tahun

terakhir ini bermunculan "sekolah" yang diperuntukkan bagi anak di bawah usia

4 tahun yang akrab disebut pre school.

Berikut kutipan dari sebuah jurnal yang berisikan pentingnya

pendidikan anak sejak usia dini terutama sebagai sarana untuk mengenalkan

(18)

commit to user

4 Usia dini yang lazim diartikan pada kisaran 0-6 tahun memang

merupakan usia yang sangat menentukan dalam pembentukan karakter dan

pengembangan intelegensi seorang anak. Sudah banyak penelitian yang

membuktikan pada usia tersebut anak-anak memiliki tingkat intelegensi atau

kecerdasan paling optimal.

Tujuan utama pendidikan usia dini adalah memfasilitasi

pertumbuhan dan perkembangan anak sejak awal yang meliputi aspek fisik,

psikis, dan sosial secara menyeluruh. Dengan begitu anak diharapkan lebih siap

untuk belajar lebih lanjut. Bukan hanya belajar secara akademik di sekolah,

melainkan juga sosial, emosional, dan moral di semua lingkungan. (Tri Subeno.

2009)

Dengan diadakannya pendidikan sejak dini, maka kualitas generasi

muda akan lebih optimal. Namun, tak semua anak Indonesia dapat menikmati

pre school akibat mahalnya biaya pendidikan yang harus ditanggung orang tua.

Belajar dari pengalaman itu, maka dikembangkan satu Program Pendidikan

Anak Usia Dini (PAUD) berbasis masyarakat. Program PAUD berbasis

masyarakat yang diupayakan secara mandiri merupakan satu upaya mengatasi

kendala dana bagi anak dari keluarga tidak mampu untuk dapat menikmati

rangsangan dalam pendidikan sejak usia dini.

Pendidikan anak usia dini sebenarnya menjadi kebutuhan anak,

terutama yang tinggal di perumahan sempit, dengan fasilitas yang kurang

(19)

commit to user

5 di rumah dengan satu kamar tidur dan satu ruang tamu. Mereka jadi tidak

mengenal dengan perbendaharaan kata- kata kamar bermain, ruang keluarga

atau kamar belajar. Yang ada dibenak mereka hanya kamar tidur dan ruang

tamu saja. Dengan kata lain, perbendaharaan kata mereka terbatas atau jadi

miskin kata-kata. Pendidikan anak usia dini dapat diselenggarakan dengan biaya

murah, karena perangkat pendidikannya bisa dibuat sendiri dan tidak membeli

produk impor yang harganya jutaan. Sehingga, biaya pendidikan yang dipungut

ke orang tuanya tidak terlalu mahal.

Meskipun anak baru berusia satu tahun, mereka sudah bisa

diperkenalkan dengan lingkungan belajar sekaligus bermain, sebelum memasuki

lingkungan sekolah. Jadi di dalam PAUD pendidikannya tidak sama dengan

taman kanak-kanak atau sekolah dasar yang mulai diperkenalkan huruf-huruf

atau angka.

Pendidikan anak usia dini dapat dilakukan sendiri oleh para ibu di

rumah, hal itu mungkin saja dapat dilakukan bila kualitas pendidikan sang ibu

memenuhi kriteria untuk itu. Tapi persoalannya, pendidikan anak usia dini tak

sekedar melatih kemampuan kognitif anak tetapi juga bersosialisasi dengan

lingkungan. Karena biasanya keluarga masa kini hanya punya dua anak. Dan itu

sangat berbeda bila anak bergaul dengan lingkungannya di dalam kelompok

belajar.

Pendidikan anak usia dini (PAUD) merupakan jenjang pendidikan

(20)

commit to user

6 mengembangkan potensi yang dimiliki anak sesuai bakat dan talenta melalui

kurikulum pendidikan yang bersifat tutorial. Lembaga ini menjadi media

pendorong tumbuh-kembang anak sesuai tahapan usia dengan mengutamakan

unsur kegembiraan, permainan, dan kreasi berpikir bebas.

Saat ini banyak lembaga sosial atau yayasan pendidikan, yang

menyelenggarakan pendidikan anak usia dini diberbagai wilayah. Meskipun

demikian, disadari atau tidak, pendirian PAUD, baik berupa playgroup, TK,

maupun Raudhatul Athfal, dan sebagainya lebih didorong oleh motivasi

ekonomi. Di tengah arus komersialisasi pendidikan institusi ini tampak sebagai

“alat ekonomi” untuk menarik laba sang pemilik. Tidak mengherankan di

berbagai kota besar bermunculan institusi penyelenggara PAUD yang

menawarkan berbagai fasilitas, metode pendidikan, serta segala keunggulan

yang tentu saja harus ditebus orang tua siswa dalam bentuk sumbangan (biaya)

pendidikan yang mahal.

Berikut kutipan dari sebuah jurnal yang menyatakan mahalnya

biaya pendidikan usia dini formal. Sehingga perlu adanya PAUD non formal

agar dapat diakses oleh anak dari keluarga yang termasuk dalam ekonomi

bawah:

Persoalan yang muncul adalah PAUD yang formal seperti TK

masih lebih banyak dinikmati oleh anak-anak dari masyarakat kelas menengah

ke atas. Realitas seperti itu terjadi karena biaya pendidikan di TK tergolong

(21)

commit to user

7 demikian, anak-anak dari lapisan masyarakat bawah kehilangan akses untuk

memasuki PAUD formal. Karena itu, yang mendesak untuk dilakukan adalah

menggalakkan PAUD nonformal seperti kelompok bermain, tempat penitipan

anak, dan pengasuhan di rumah.. Pemanfaatan jalur nonformal dan informal

tersebut, menurut saya, akan menambah akses bagi masyarakat luas untuk

memasukkan anak-anaknya ke dalam PAUD. (Bahtiar, 2009)

Berikut kutipan dua jurnal internasional yang berisikan bahwa anak

dari keluarga miskin akan lebih susah mengakses pendidikan dibanding dengan

anak-anak dari keluarga mampu:

Socioeconomic factors.Children from families that are better off economically and socially are more likely to be enrolled than are children from families with few resources or that are part of groups discriminated against socially. Although this statement is logical and comes from a general literature review, in evaluation reports prepared for the World Education Forum almost no attempt was made to present hard data showing how enrollment is related to

economic or social status (ROBERT G. MYERS Gale Encyclopedia of

Education)

Faktor sosial ekonomi. Anak-anak dari keluarga yang lebih baik secara ekonomi dan sosial lebih berpeluang untuk mendaftarkan diri daripada anak-anak dari keluarga dengan sumber daya yang sedikit (miskin) yang merupakan bagian dari kelompok pinggiran. Meskipun pernyataan ini logis dan berasal dari tinjauan literatur umum, dalam laporan evaluasi dipersiapkan untuk Forum Pendidikan Dunia hampir tidak ada usaha untuk menyajikan data nyata yang menunjukkan bagaimana pendaftaran terkait dengan status ekonomi atau sosial

Furthermore, within districts, the poor get the worst of all of these inequities. Children from poor families start school later, complete fewer years of schooling, and have higher dropout and repetition rates. These children also have lower rates of participation in early childhood education and development services.

(22)

commit to user

8 kemudian putus sekolah, dan harus mengulang. Anak-Anak ini juga mempunyai tingkat keikutsertaan yang rendah dalam pendidikan anak usia dini dan pengembangan jasa. (NAEYC 1994. 64 Early Childhood Education and Development in Indonesia)

Tidak ketinggalan di tengah inflasi partisipasi publik dalam

penyelenggaraan pendidikan anak usia dini sesuai amanat Undang-undang

Nomor 20 Tahun 2003, diberbagai wilayah, terutama di Surakarta bermunculan

institusi penyelenggara PAUD bersifat sosial. Institusi penyelenggara yang

bersifat sosial umumnya didirikan oleh komunitas pro-edukasi atau oleh

pemerintah lokal. Banyak institusi penyelenggara yang didirikan oleh kalangan

organisasi non-pemerintah dan elemen civil society dengan sasaran komunitas

dampak (beneficiaries community) adalah anak-anak usia prasekolah dari

keluarga miskin.

Sebuah iktikad pelayanan sosial di bidang pendidikan dasar yang

tanpa menarik biaya sepeser pun dari orang tua siswa atau dengan menarik

biaya seminimal mungkin. Dukungan dari lembaga donor atau unit

penggalangan dana, menjadikan aktivitas pendidikan anak usia dini bagi

keluarga miskin bisa terselenggara secara berkelanjutan.

Partisipasi multipihak pada penyelenggaraan pendidikan usia dini

bagi masyarakat miskin memiliki beberapa ciri sosial. Pertama,

diselenggarakan di wilayah tinggal para siswa usia dini. Wilayah edukasi

berbasis kampung (teritori tinggal) anak yang mengikuti fasilitas pendidikan

(23)

commit to user

9 melibatkan partisipasi multipihak. Karena itu ada kerja sama untuk memajukan

proses pendidikan anak usia dini. Ketiga, lebih mengedepankan aspek

pembelajaran yang mendorong penguatan aspek solidaritas sosial dalam ranah

peningkatan psikomotorik siswa anak usia prasekolah.

Di Kota Surakarta institusi PAUD berbasis kampung pada

umumnya berada di wilayah pinggiran kota yang didiami masyarakat urban

yang biasanya berprofesi sebagai pekerja informal. Sayangnya berbagai institusi

penyelenggara PAUD yang bervisi sosial, untuk kepentingan masyarakat

kurang mampu (miskin) masih memiliki kekurangan. Kekurangan itu meliputi:

fasilitas atau infrastruktur kegiatan baik berupa bangunan yang semi permanen,

alat peraga-permainan yang ala kadarnya, sampai model kurikulum

pembelajaran yang belum inovatif. Tenaga pendidik institusi penyelenggara

PAUD berbasis kampung, juga merupakan tenaga honorer tanpa pendidikan

keahlian. Meski demikian kompetensi mereka tidak diragukan dalam mendidik

anak-anak usia dini. Sebenarnya jika ada respons kreatif dari pemegang

kebijakan anggaran pendidikan institusi PAUD yang berfungsi sosial

seharusnya berhak mendapatkan alokasi anggaran sesuai kebutuhan. Lagipula,

saat ini ada goodwill dari pemerintah pusat/ daerah untuk mengalokasikan 20

persen dana APBN/APBD untuk sektor pendidikan. Meski dalam implementasi

masih terkendala kebijakan birokrasi.

(24)

commit to user

10 Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah dikemukakan di

atas dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :

“Bagaimanakah konflik pemangku kepentingan dalam pelaksanaan

program PAUD institusi Sinar Pelangi di Kelurahan Semanggi Kecamatan Pasar

Kliwon Kota Surakarta?”

C. TUJUAN PENELITIAN

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui kepentingan pemerintah, dan lembaga sosial/ lembaga

donor dalam pola relasi dengan Pemangku Kepentingan PAUD Sinar Pelangi

di Kelurahan Semanggi Kecamatan Pasar Kliwon Kota Surakarta.

2. Untuk mengetahui kepentingan masyarakat dan wali murid dalam pola relasi

dengan Pemangku Kepentingan PAUD Sinar Pelangi di Kelurahan Semanggi

Kecamatan Pasar Kliwon Kota Surakarta.

3. Untuk mengetahui jenis atau tipe- tipe konflik antar pemangku kepentingan

dalam pelaksanaan program PAUD Sinar Pelangi di Kelurahan Semanggi

Kecamatan Pasar Kliwon Kota Surakarta.

4. Untuk mengetahui faktor-faktor penyebab konflik antar pemangku

kepentingan dalam pelaksanaan program PAUD Sinar Pelangi di Kelurahan

(25)

commit to user

11 5. Untuk mengetahui resolusi yang diambil dalam upaya menyelesaikan konflik

antar pemangku kepentingan dalam pelaksanaan program PAUD Sinar

Pelangi di Kelurahan Semanggi Kecamatan Pasar Kliwon Kota Surakarta.

D. MANFAAT PENELITIAN

Adapun manfaat yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Memberi sumbangan dan sekaligus ikut memperkaya khasanah ilmu

pengetahuan khususnya bagi ilmu Sosiologi.

2. Dapat digunakan sebagai titik tolak untuk melakukan penelitian secara lebih

mendalam.

3. Menjadi referensi dalam pengembangan proses pendidikan usia dini

khususnya PAUD Sinar Pelangi di Kelurahan Semanggi, Kecamatan Pasar

Kliwon Kota Surakarta.

E. TINJAUAN PUSTAKA

1. Teori Yang Digunakan

Dalam karya Dahrendorf (1958, 1959), pendirian teori konflik dan

teori fungsional disejajarkan. Menurut Dahrendorf dan teoritisi lainnya,

setiap masyarakat setiap saat tunduk pada proses perubahan. Teoritisi konflik

melihat pertikaian dan konflik dalam sistem sosial, berbagai elemen

(26)

commit to user

12 konflik melihat apa pun keteraturan yang terdapat dalam masyarakat berasal

dari pemaksaan terhadap anggotanya oleh mereka yang berada diatas. Teori

ini juga menekankan pada peran kekuasaan dalam mempertahankan

ketertiban dalam masyarakat. Teori konflik harus menguji konflik

kepentingan dan penggunaan kekerasan yang mengikat masyarakat bersama

dihadapan tekanan itu.

Menurut Dahrendorf, ada dua kelompok konflik yang dapat

terbentuk di dalam setiap asosiasi. Kelompok yang memegang posisi otoritas

dan kelompok subordinat yang mempunyai kepentingan tertentu “yang arah

dan substansinya saling bertentangan”. Konsep kunci dalam teori konflik

Dahrendorf adalah kepentingan. (Ritzer dan Goodman, 2007: 153-154)

Menurut Dahrendorf, teori konflik bertujuan mengatasi watak yang

secara dominan bersifat arbiter dari peristiwa-peristiwa sejarah yang tidak

dapat dijelaskan, dengan menurunkan peristiwa-peristiwa tersebut dari

elemen-elemen struktur sosial. Dengan kata lain, menjelaskan proses-proses

tertentu dengan penyajian yang bersifat ramalan. Koflik antar buruh dan

majikan memang memerlukan penjelasan tetapi yang lebih penting ialah

menunjukkan bukti bahwa konflik yang demikian didasari oleh

susunan-susunan struktur tertentu, yang oleh karenanya di manapun cenderung

melahirkan susunan struktur sebagaimana yang telah ada. Dengan demikian

yang menjadi tugas sisiologi ialah melihat hubungan konflik dengan struktur

(27)

variabel-commit to user

13 variabel psikologi (“sifat-sifat agresif”) atau variabel historis deskriptif

(masuknya orang negro ke amerika serikat) atau unsur kebetulan (Poloma,

2005 : 129).

Teori konflik berorientasi ke studi struktur dan institusi sosial.

Dalam karya Dahrendorf, teoritisi konflik lainnya, setiap masyarakat tunduk

pada proses perubahan. Teoritisi konflik juga melihat pertikaian dan konflik

dalam sistem sosial. Teoritisi konflik juga melihat berbagai elemen

kemasyarakatan menyumbang terhadap disintegrasi dan perubahan. (Ritzer

dan Goodman, 2003 : 153).

Dahrendorf membedakan golongan yang terlibat konflik itu atas

dua tipe. Pertama kelompok semu (Quasi Group) dan kelompok kepentingan.

Kelompok semu merupakan kumpulan dari para pemegang kekuasaan atau

jabatan dengan kepentingan yang sama yang terbentuk karena munculnya

kelompok kepentingan. Sedangkan kelompok yang kedua yakni kelompok

kepentingan terbentuk dari kelompok semu yang lebih luas. Kelompok

kepentingan ini mempunyai struktur, organisasi, program, tujuan serta

anggota yang jelas. Kelompok kepentingan inilah yang menjadi sumber

nyata timbulnya konflik dalam masyarakat. (Ritzer, 2004 : 27)

Kedua kelompok ini dilukiskan oleh Dahrendorf seperti berikut :

“Mode perilaku yang sama adalah karakteristik dari kelompok kepentingan

yang direkrut dari kelompok semu yang lebih besar. Kelompok kepentingan

(28)

commit to user

14 adalah agen riil dari konflik kelompok. Kelompok ini mempunyai struktur,

bentuk organisasi tujuan atau program dan anggota perorangan. Dari

berbagai jenis kelompok kepentingan itulah muncul kelompok konflik atau

kelompok yang terlibat dalam konflik aktual (Ritzer dan Goodman, 2003 :

156).

Kondisi-kondisi tersebut, kepemimpinan, ideologi, kebebasan

politik yang minimal, komunikasi internal merupakan prasyarat dasar untuk

pembentukan kelompok-kelompok konflik. Dengan demikian berarti bahwa

apabila salah satu dari elemen-elemen tersebut tidak ada diantara para

anggota suatau kelompok semu, maka suatu kelompok konflik tidak akan

terbentuk. Kondisi-kondisi ini juga harus diingat sebagai variabel- variabel

yang mungkin mempunyai nilai yang berbeda dalam kelompok konflik yang

berbeda. Disamping itu, diluar tingkat minimal yang diperlukan untuk

pembentukan kelompok konflik, peminpin-pemimpin dan idiologi- idiologi

mungkin sangat berbeda menurut kemampuannya untuk menggerakkan dan

merangsang tindakan kelompok kolektif. Begitu pula dengan tingkat

kebebasan politik eksternal serta tingkat komunikasi antar anggota dalam

suatu kelompok konflik dan intensitas serta frekuensinya mungkin

berbeda-beda antara kelompok konflik satu dengan kelompok konflik lainnya.

(Demartoto, 2007 : 80)

Dahrendorf menyatakan bahwa segera setelah kelompok konflik

(29)

commit to user

15 dalam struktur sosial. Bila konflik itu hebat, perubahan yang terjadi adalah

radikal. Bila konflik disertai tindakan kekerasan, akan terjadi perubahan

struktur secara tiba-tiba. Apapun ciri konflik, sosiologi harus membiasakan

diri dengan hubungan antara konflik dan perubahan maupun dengan

hubungan antara konfik dan status quo (Ritzer dan Goodman, 2003 : 157).

Fungsi konflik menurut Dahendorf adalah

a. Membantu membersihkan suasana yang sedang kacau

b. Katub penyelamat (proses / salah satu sikap serta ide) yang berfungsi

dalam permusuhan

c. Keagresifan dalam konflik yang realitas (dalam kekecewaan) dan konflik

tidak realitas (dalam kebutuhan untuk meredakan ketegangan) mungkin

terakumulasi dalam proses interaksi lain sebelum ketegangan dalam

situasi konflik diredakan

d. Konflik tidak selalu berakhir dengan rasa permusuhan

e. Konflik dapat dipakai sebagai indikator kekuatan dan stabilitas suatu

hubungan

f. Konflik dengan berbagai outgroup dapat memperkuat kohesi (hubungan

atau kerjasama) internal suatu kelompok (Dahrendorf, 1986 : 255-259).

Seperti halnya konsensus dan konflik adalah sebuah realitas sosial.

Teori konflik Dahrendorf adalah mata rantai antara konflik dan perubahan

sosial yang mengabaikan norma- norma dan nilai-nilai.

(30)

commit to user

16 tetapi sebenarnya menurut Dahrendorf “kepentingan” selalu memiliki suatu

harapan- harapan. Dalam memegang peran penguasa seseorang tersebut akan

bertindak demi keuntungan organisasi sebagai suatu keseluruhan dan dalam

kepentingan untuk mempertahankan kekuasaan (Ritzer dan Goodman, 2003 :

153-154).

2. Definisi Konseptual

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, kepentingan

didefinisikan sebagai suatu kebutuhan, keperluan yang menjadi tujuan.

(KBBI, 1988: 644). Konflik kepentingan adalah suatu keadaan sewaktu

seseorang pada posisi yang memerlukan kepercayaan. Seperti pengacara,

politikus, eksekutif atau direktur suatu perusahaan, memiliki kepentingan

profesional dan pribadi yang bersinggungan. Persinggungan kepentingan ini

dapat menyulitkan orang tersebut untuk menjalankan tugasnya. Suatu konflik

kepentingan dapat mengurangi kepercayaan terhadap seseorang atau suatu

profesi. (Lawang, 1986: 270)

Pemangku kepentingan didefinisikan sebagai pengelola,

penyelenggara, orang yang mewakili/ orang yang mempunyai keperluan atau

kebutuhan. (KBBI, 1988: 644). Pemangku kepentingan di dalam PAUD

yaitu meliputi Pemerintah, Pengelola, Donatur, Orang Tua Murid, Murid dan

Masyarakat.

Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

(31)

commit to user

17 upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia

enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk

membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak

memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.

F. Penelitian Terdahulu yang Menjadi Acuan

Penelitian yang dilakukan oleh Fatwa Nurul Hakim untuk mencapai

derajat sarjana S-1. Penelitian tentang konflik manajemen pedagang pasar

Windujenar Solo. Konflik yang terjadi di pasar Windujenar adalah konflik yang

bersifat langsung dan konflik tidak langsung. Dinamika konflik langsung terjadi

antara pedagang dengan Dinas Pengelola Pasar (DPP). Pedagang merasa pasca

revitalisasi, pasar Windujenar masih sepi pembeli. Ada kejanggalan dalam

pembagian kios, penyempitan kios dan pembagian kios pedagang yang berada di

laitai 2, serta kemasan event yang berdampak pada sepinya pembeli. Selanjutnya

DPP berkeinginan untuk merubah pasar Windujenar yang sebelumnya kotor,

kumuh dan becek, menjadi bersih, modern dan rapi.

Konflik yang bersifat langsung juga terjadi antar pedagang. Hal ini

disebabkan oleh adanya perwakilan pedagang (yang sudah ditunjuk oleh beberapa

pedagang) untuk mewakili aspirasi pedagang dalam revitalisasi pasar windujenar

tahap kedua, ada semacam keinginan dari perwakilan pedagang untuk menempati

kios yang dekat dengan akses jalan. Akhirnya hal tersebut diketahui oleh pedagang

(32)

commit to user

18 tidak tercapai karena DPP telah mempertemukan 15 SHP pembangunan tahap II

pasar Windujenar dan mengembalikan kios pedagang seperti semula.

Konflik tidak langsung yang terjadi di pasar Windujenarantara pedagang

pasar Windujenar dengan kontraktor Pasar Windujenar. Kontraktor pada dasarnya

ditunjuk oleh DPP melalui proses lelang. Konflik ini terjadi karena pedagang

merasa kontraktor dalam pembangunan pasar Windujenar dianggap tidak

professional, hal ini terbukti dengan talang saluran air pasar Windujenar sudah ada

yang bocor, padahal pasar baru selesai dibangun. Kemudian lantai keramik yang

sudah lepas, dan yang paling membuat pedagang kecewa adalah adanya tangga

yang berada di depan kios dan tangga itu sangat sempit. Pedagang mengutarakan

kekecewaannya itu kepada DPP, tetapi DPP berkilah itu karena pekerjaan

kontraktor. Pedagang pasar Windujenar jarang sekali bertemu dengan kontraktor

pembangunan pasar Windujenar Solo.

G. KERANGKA BERFIKIR

Anak usia dini (0-6 tahun) adalah sosok yang istimewa, karena diusia

inilah mereka akan menjalani suatu proses perkembangan yang sangat pesat bagi

kehidupan selanjutnya. Kepribadian dan kecerdasan sang anak dimasa anak-anak,

remaja dan dewasa juga sangat ditentukan oleh pembelajaran yang dia dapatkan

dari orang tuanya sejak usia dini. Sifat anak- anak usia dini memang unik dan

(33)

commit to user

19 apa yang dilihat dan didengarnya. Mereka juga memiliki rasa ingin tahu yang

besar, memiliki sifat egosentris dan seolah- olah tidak pernah berhenti belajar.

Mereka juga sosok yang kaya dengan fantasi dan memiliki daya perhatian yang

pendek. Jadi di usia dini inilah masa- masa pembelajaran yang paling potensial

dilakukan.

Anak adalah aset bangsa yang akan menentukan masa depan bangsa

dan negara kita, sehingga perlu dibina dan dikembangkan sejak dini. Untuk

mewujudkan perkembangan yang optimal dalam membentuk sumber daya

manusia yang berkualitas, anak membutuhkan dukungan dari semua pihak seperti

orang tua, lingkungan masyarakat sekitarnya dan Negara. Hal ini sesuai dengan

hak anak, sebagaimana diatur dalam UU No. 23 tahun 2002 tentang Perlindungan

Anak. Salah satu dari hak ini adalah bahwa setiap anak berhak memperoleh

pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat

kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakatnya. Pola asuh orangtua yang tepat

dapat mengembangkan bakat atau potensi anak, sebaliknya, jika orangtua salah

asuh anak- anak akan tumbuh menjadi pribadi yang berperilaku buruk dan sulit

diterima di lingkungannya. Ketidaksensitifan orangtua terhadap kesulitan anak

bisa juga terjadi, alasan utama yang dikemukakan biasanya karena kurangnya

waktu karena orangtua bekerja di luar rumah. Pada hakikatnya belajar harus

berlangsung sepanjang hayat. Untuk menciptakan generasi yang berkualitas,

(34)

commit to user

20 Usia Dini (PAUD), yaitu pendidikan yang ditujukan bagi anak sejak lahir hingga

usia 6 tahun. PAUD menjadi sangat penting mengingat potensi kecerdasan dan

dasar-dasar perilaku seseorang terbentuk pada rentang usia ini. Sedemikian

pentingnya masa ini sehingga usia dini sering disebut the golden age (usia emas).

Pada penelitian ini lokasi yang dipilih yaitu PAUD Sinar Pelangi di Kelurahan

Semanggi, Kecamatan Pasar Kliwon, Kota Surakarta. PAUD Sinar Pelangi dapat

berjalan dengan dukungan dari berbagai pihak yang kemudian disebut sebagai

“pemangku kepentingan”. Para pemangku kepentingan tersebut antara lain: 1)

Pendiri/ Pemilik, 2) Pengajar, 3) Pemerintah, 4) Masyarakat, 5) Orang Tua Murid.

Meski demikian orientasi atau cara berfikir dari masing- masing pemangku

kepentingan di PAUD Sinar Pelangi akan mempengaruhi cara berhubungan dan

bentuk dari hubungan tersebut yang kemudian akan terlihat dalam tindakan atau

perilaku yang ditunjukkan dalam kesehariannya. Di dalam orientasi sosial

terdapat orientasi mutual antara perilaku pihak yang satu terhadap pihak yang

lain. Isinya mungkin menyangkut konflik, sikap permusuhan, daya tarik seksual,

persahabatan, kepercayaan dan lain sebagainya. Dilain pihak isinya mungkin

menyangkut pemenuhan suatu kebutuhan, pengelakan terhadap kemajuan serta

ketegasan agar menaati perjanjian dan seterusnya. (Soekanto, 2002: 64)

Dari perbedaan orientasi tersebut muncul konflik. Konflik disini tidak

berbentuk bentrokan secara fisik, akan tetapi lebih kepada tujuan- tujuan

(35)

commit to user

21 Penyebabnya bermacam- macam, mulai dari kepentingan ekonomi sampai dengan

kepentingan politik. Sebagai contohnya yaitu tujuan dari pemilik dan pengajar

yang seharusnya mengabdikan diri untuk anak didik tetapi tergantikan dengan

tujuan memperoleh penghasilan untuk mencukupi kebutuhan ekonomi pribadi

mereka. Begitu pula tujuan dari pemerintah menyuplai dana untuk

mengembangkan program PAUD, tujuan itu kadang tergantikan dengan tujuan-

tujuan yang menyalahi aturan. Sebagian golongan pemerintah hanya

memanfaatkan hal ini untuk kepentingan politik, seperti pemanfaatan dalam

kampanye sebagai upaya perbaikan citra diri semata.

Dampak yang ditimbulkan dari konflik tersebut yaitu kurang

optimalnya pelaksanaan program PAUD. Untuk mengatasi permasalahan ini

hendaknya masing- masing pemangku kepentingan PAUD kembali meluruskan

niat dan tujuan awal pembentukan PAUD sesuai dengan UU Nomor 20 Tahun

2003.

PAUD sesuai dengan UU Nomor 20 Tahun 2003 yaitu suatu upaya

pembinaan yang ditujukan kepada anak usia dini, tidak selayaknya

disalahgunakan. Pihak- pihak yang terkait hendaknya benar- benar tulus dalam

mendukung berkembangnya program PAUD (bukan sekedar untuk kepentingan

politik atau kepentingan pribadi, untuk mendapatkan uang semata). Wujud dari

dukungan tersebut antara lain perhatian berupa dana, waktu, tenaga, dan kegiatan-

(36)

commit to user

22 program PAUD. Dari program PAUD ini diharapkan dapat mewujudkan sumber

daya manusia yang berkualitas.

Secara singkat kerangka berfikir diatas dapat digambarkan dalam

skema sebagai berikut:

Bagan 1. Kerangka Berfikir

Anak Usia Dini ( 0-6 tahun ) Mempunyai Hak Memperoleh Pendidikan

Pemenuhan Hak Anak akan Pendidikan Melalui PAUD Sinar Pelangi

Proses Pelaksanaan PAUD

Pemangku Kepentingan yang Terlibat: Pengelola PAUD

Donatur

Orang Tua Murid Pemerintah Masyarakat

Ada konflik anatara 2 kelompok kepentingan

(kelompok yg ingin PAUD sinar Pelangi bubar dan kelompok yang ingin PAUD Sinar Pelangi tetap berjalan)

Dampak terhadap PAUD Sinar Pelangi

Resolusi konflik

(37)

commit to user

23

H. METODE PENELITIAN

1.Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Semanggi Kecamatan Pasar

Kliwon Kota Surakarta, karena di Kelurahan Semanggi terdapat lembaga yang

menyelenggarakan program PAUD yaitu Sinar Pelangi. Peneliti memilih

program pendidikan PAUD Sinar Pelangi di Kelurahan Semanggi dan

pendapat berbagai pemangku kepentingan yang terlibat didalamnya sebagai

tempat penelitian karena PAUD Sinar Pelangi merupakan salah satu PAUD

yang bersifat sosial yang masih tumbuh di kota Surakarta. Selain itu PAUD

Sinar Pelangi di Kelurahan Semanggi Kecamatan Pasar Kliwon Kota Surakarta

lebih mudah dijangkau oleh peneliti.

2. Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini, bentuk penelitian yang dipilih adalah penelitian

eksploratif. Penelitian Esploratif dilakukan bilamana peneliti tidak familiar

dengan masalah yang dia teliti. Topik yang dia teliti masih relatif baru.

Literature atau hasil penelitian yang membahas masalah tersebut masih langka.

Peneliti ibaratnya masuk hutan yang belum pernah ia masuki. Peneliti

mengidentifikasi orang- orang yang ada berdasarkan ciri- ciri sosiologis dan

perannya di dalam masyarakat. Peneliti mencatat kejadian-kejadian. Dari

kategori- kategori itu peneliti mengembangkan konsep sesuai dengan keadaan

yang ada di lapangan, atau mungkin juga merevisi konsep- konsep ilmiah yang

(38)

commit to user

24 Penelitian ini menitik beratkan pada field research atau penelitian

lapangan, namun juga tidak mengesampingkan pada studi kepustakaan atau

library research terutama dalam menyusun landasan teori.

3. Sumber Data

Di dalam penelitian ini menggunakan data yang akan dikumpulkan

dari berbagai sumber antara lain:

a. Data Primer

Data primer adalah data yang didapat dari sumber pertama baik dari

individu maupun perseorangan seperti hasil dari wawancara atau hasil

pengisian kuesioner yang biasa dilakukan oleh peneliti. Data primer yang

akan digunakan dalam penelitian ini adalah informan. Informan merupakan

orang yang dianggap mengetahui permasalahan yang akan dihadapi baik

itu permasalahan yang terjadi pada dirinya sendiri ataupun yang terjadi

pada orang lain. Adapun yang nantinya akan dijadikan informan untuk

penelitian ini adalah Pemerintah Kelurahan Semanggi, Pengelola PAUD

Sinar Pelangi, Orang Tua Murid, donatur dan Masyarakat.

b. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data primer yang telah diolah secara

lebih lanjut dan disajikan baik oleh pihak pengumpul data primer atau

(39)

commit to user

25 4 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah sebagai beikut :

a. Interview (Wawancara)

Teknik wawancara dilakukan dengan struktur yang fleksibel atau

informal guna menanyakan pendapat informan tentang suatu peristiwa

tertentu. Wawancara ini bersifat lentur dan terbuka, tidak terstruktur ketat,

tidak dalam suasana formal, dan bisa dilakukan berulang pada informan

yang sama. Untuk melakukan wawancara peneliti menggunakan Interview

Guide merupakan teknik pengumpulan data dengan melalui beberapa

daftar pertanyaan yang telah disusun terlebih dahulu oleh peneliti. Dalam

penelitian ini dilakukan secara fleksibel, artinya pertanyaan yang diajukan

kepada informan akan berkembang dan tidak hanya terpancang pada

daftar pertanyaan, karena sifat dari penelitian kualitatif yaitu semakin

banyak informasi yang diperoleh, maka akan semakin valid data yang

akan diperoleh dalam penelitian tersebut.

b. Observasi Langsung

Kegiatan observasi dapat dilakukan baik secara formal maupun

informal. Secara formal dapat diamati, secara informal dapat dilakukan

selama kunjungan dengan mengamati situasi berbagai hal. Guna menjaga

reliabilitas studi, observasi sebaiknya tidak dilakukan sekali saja, baik

(40)

commit to user

26 sebelum penelitian baik secara formal maupun informal dilakukan agar

penulis dapat menentukan sampel yang benar, supaya nantinya dapat

diperoleh hasil yang maksimal.

c. Dokumentasi

Dokumentasi yaitu teknik pengumpulan data dengan cara mencatat

arsip- arsip, surat- surat, pendapat dan dokumen lain yang mendukung

(Nawawi, 1995: 95)

5. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini

adalah penarikan sampel dari populasi.

a. Populasi

Populasi adalah kumpulan unsur-unsur survei yang memiliki

spesifikasi tertentu (Slamet, 2001: 2). Berkaitan dengan penelitian ini,

maka yang menjadi populasi adalah seluruh pihak yang terkait dalam

pelaksanaan program Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Sinar Pelangi

di Kelurahan Semanggi, Kecamatan Pasaar Kliwon, Kota Surakarta.

b. Sampel

Sampel merupakan subset atau bagian dari populasi. Tentang siapa

dan berapa jumlah sampel sangat tergantung dari informasi yang

diperlukan. (Slamet, 2001: 5). Dalam penelitian ini, sampel yang diambil

tidak mutlak jumlahnya, artinya sampel yang akan diambil disesuaikan

(41)

commit to user

27 Adapun teknik pengambilan sampel yanng digunakan dalam

penelitian ini adalah purposive sampling (sampel bertujuan) dan maximum

variation sampling. Purposive sampling adalah dimana peneliti cenderung

memilih informan yang dianggap tahu dan dapat dipercaya untuk menjadi

sumber data yang lebih valid dan mengetahui secara mendalam

berdasarkan observasi langsung yang telah dilakukan oleh penulis.

Sedangkan maximum variation sampling ini dimaksudkan untuk bisa

menangkap atau menggambarkan tema sentral dari studi melalui informasi

yang saling silang- menyilang dari berbagai tipe responden (Slamet,2001:

25).

6.Validitas Data

Validitas membuktikan bahwa apa yang diamati sesuai dengan apa

yang ada dalam dunia kenyataan dan apakah penjelasan yang diberikan

tentang dunia kenyataan memang sesuai dengan apa yang sebenarnya terjadi.

Dalam penelitian ini akan dilakukan dengan cara sebagai berikut:

a. Triangulasi

Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang

memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan

pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data ini. Denzin (1978)

membedakan empat macam triangulasi sebagai teknik pemeriksaan yang

memanfaatkan penggunaan sumber, metode, penyidik, dan teori (Moleong,

(42)

commit to user

28 1. Membandingkan data hasil observasi dengan data hasil wawancara.

2. Membandingkan apa yang dikatakan orang didepan umum dengan apa

yang dikatakannya secara pribadi.

3. Membandingkan apa yang dikatakan orang- orang tentang situasi

penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu.

4. Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai

pendapat dan pandangan orang seperti rakyat biasa, orang yang

berpendidikan menengah atau tinggi, orang berada, orang

pemerintahan.

5. Membandingkan hasil wawancara dengan isu dokumen yang berkaitan.

b. Member check

Member check merupakan salah satu cara yang penting, pada

akhir wawancara juga pada saat penelitian berlangsung. peneliti

mengulangi dalam garis besarnya apa yang telah dikatakan oleh informan

dengan maksud agar dapat memperbaiki bila ada kekeliruan atau

menambah apa yang masih kurang. (Sutopo, 2006: 32)

7. Teknik Analisa Data

Dari data yang diperoleh dilapangan kemudian akan dianalisa

secara kualitatif. Teknik analisa yang digunakan dalam penelitian ini adalah

teknik analisa data interaktif. Dalam tahap analisa ada tiga komponen pokok

(43)

commit to user

29 tersebut adalah reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.

(Sutopo, 2006: 113)

a. Reduksi Data

Reduksi data adalah merupakan proses seleksi, pemfokusan,

penyederhanaan, dan abstraksi data (kasar) yang ada dalam field note.

Proses ini berlangsung terus sepanjang pelaksanaan riset, yang dimulai

dari awal bahkan sebelum pengumpulan data dilakukan. Proses reduksi

ini terus berlangsung sampai laporan akhir penelitian selesai ditulis.

Reduksi data adalah bagian dari analisis, suatu bentuk analisis yang

mempertegas, memperpendek, membuat fokus, membuang hal yang tidak

penting, dan mengatur data sedemikian rupa sehingga kesimpulan akhir

dapat dilakukan.

b. Penyajian Data

Penyajian data adalah suatu rakitan organisasi informasi yang

memungkinkan kesimpulan riset dapat dilakukan. Dengan melihat suatu

penyajian data, peneliti akan mengerti apa yang terjadi dan

memungkinkan untuk mengerjakan sesuatu pada analisa ataupun

tindakan lain berdasarkan pengertian tersebut.

c. Penarikan Kesimpulan

Penarikan kesimpulan merupakan proses konklusi- konklusi

yang terjadi selama pengumpulan dari data awal sampai akhir.

(44)

commit to user

30 kemudian semakin meningkat secara eksplisit dan memiliki landasan

yang kuat. Kesimpulan akhir tidak akan terjadi sampai pengumpulan data

berakhir. Kesimpulan yang perlu diverifikasi, yang dapat berupa suatu

pengulangan yang meluncur cepat, sebagai pemikiran kedua yang timbul

melintas dalam pikiran peneliti pada waktu menulis dengan melihat

kembali sebentar pada field note. (Sutopo, 2006: 116)

BAB II

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

A. Sejarah Berdiri PAUD Sinar Pelangi

Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Sinar Pelangi terletak di

Kelurahan Semanggi, Kecamatan Pasar Kliwon Kota Surakarta. PAUD

Sinar Pelangi dirintis oleh Bapak Joko Kristianto mulai tahun 2005. Pada

awalnya Bapak Joko Kristianto tertarik mendirikan PAUD, setelah beliau

mengetahui adanya program pemerintah yaitu Kota Layak Anak yang

didalamnya juga terdapat program pemenuhan hak anak khususnya hak

untuk memperoleh pendidikan sejak dini yang kemudian diwujudkan

dengan mendirikan Lembaga PAUD. Selain ketertarikan beliau terhadap

program pemerintah tersebut, pendirian PAUD Sinar Pelangi juga

didasarkan pada pengalaman masa lalu beliau yang pernah hidup dijalanan

sebagai pengamen untuk membiayai sekolahnya dulu. Bapak Joko

(45)

commit to user

31 amat keras dan sangat jauh dari sentuhan pendidikan yang berakibat pada

tidak terpenuhinya kesejahteraan hidup anak- anak jalanan tersebut. Pada

awalnya Bapak Joko Kristianto hanya ikut membantu menjalankan PAUD

Pelangi yang didirikan oleh Bapak Eko yang beralamat di Kelurahan

Sangkrah, Kecamatan Pasar Kliwon, Kota Surakarta. Namun dikemudian

hari justru muncul inisiatif untuk mendirikan lembaga PAUD yang

berlokasi di rumahnya yang kemudian diberi nama PAUD Sinar Pelangi.

Inisiatif ini tumbuh karena Bapak Joko Kristianto melihat perilaku sosial

budaya masyarakat sekitar rumahnya yang kurang memperhatikan

pendidikan anak sejak usia dini yang disebabkan oleh kondisi ekonomi

yang tergolong kalangan tidak mampu. Oleh karena itu kemudian Bapak

Joko Kristianto melakukan survei wilayah di sekitar tempat tinggalnya,

kemudian melakukan pemetaan daerah mana saja yang akan didatangi

untuk mensosialisasikan pentingnya pendidikan anak pada usia dini.

Setelah proses pemetaan selesai Bapak Joko kristianto mulai mendatangi

penduduk satu persatu dengan membawa brosur tentang PAUD Sinar

Pelangi yang dapat diikuti warga dengan biaya yang sangat terjangkau

yaitu biaya pendaftaran sebesar Rp.5000,- dan uang bulanan sebesar

Rp.5000,- dan ini pun tidak diwajibkan, apabila ada orangtua murid yang

merasa keberatan dengan jumlah biaya ini maka dari pihak PAUD Sinar

(46)

commit to user

32 Usaha sosialisasi yang dilakukan oleh Bapak Joko Kristianto

membuahkan hasil. Masyarakat sekitar memberi respon positif terhadap

berdirinya PAUD Sinar Pelangi. Pada awalnya ada sekitar 65 wali murid

yang mendaftarkan anak-anak mereka menjadi murid PAUD Sinar

Pelangi.

Selama 1 bulan pertama, proses belajar mengajar dapat

berjalan dengan lancar, meskipun hanya dengan sarana prasarana yang

sangat terbatas. Kondisi bangunan kelas PAUD Sinar Pelangi pada saat

itu, lantainya berupa tanah yang dtimbun dengan batu kerikil, kemudian

diatasnya dibentangkan tikar sebagai alas duduk bagi murid dan pengajar.

Setelah proses belajar mengajar berjalan 1 bulan, mulai terjadi

konflik. Ada beberapa pihak yang kurang setuju dengan didirikannya

PAUD Sinar Pelangi. Ada beberapa hal yang mendasari sikap sebagian

masyarakat tersebut, diantaranya yaitu: 1) Kondisi kelas yang sangat jauh

dari standar. Banyak diantara orang tua murid yang mengeluhkan kondisi

bangunan PAUD Sinar Pelangi yang kurang layak, yang kemudian mereka

memutuskan untuk tidak lagi menitipkan putra- putri mereka di sana. 2)

Mayoritas masyarakat Kelurahan Semanggi beragama Islam, sedangkan

pendiri PAUD Sinar Pelangi bukan beragama Islam. Hal ini menyebabkan

merosotnya jumlah peminat PAUD Sinar Pelangi. Pada bulan ke 2, jumlah

muridnya merosot tajam. Yang mulanya terdiri dari 65 orang murid

(47)

commit to user

33 inipun tidak selalu penuh tiap harinya. Tiap hari murid yang masuk hanya

sekitar 15 orang anak saja.

B. Lokasi PAUD Sinar Pelangi

PAUD Sinar Pelangi ini berada di tengah- tengah pemukiman

penduduk. Di kawasan marginal pinggiran sungai Bengawan Solo. PAUD

Sinar Pelangi beralamat di Jalan Comal 7 No.7 Semanggi Mojo RT 06/V

Kelurahan Semanggi Kecamatan Pasar Kliwon Kota Surakarta

Batas- batas lokasi PAUD Sinar Pelangi adalah sebagai berikut:

1. Sebelah Selatan : Pasar Klithikan Notoharjo Semanggi

2. Sebelah Timur : Jembatan Mojo Sungai Bengawan Solo

Kelurahan Semanggi, Kecamatan Pasar

Kliwon, Kota Surakarta

3. Sebelah Utara : Pemukiman penduduk Kelurahan Semanggi,

Kecamatan Pasar Kliwon, Kota Surakarta

4. Sebelah Barat : SMA MTA Kelurahan Semanggi, Kecamatan

Pasar Kliwon, Kota Surakarta

C. Visi , Misi dan Tujuan PAUD Sinar Pelangi

(48)

commit to user

34 Memberikan layanan yang sebaik-baiknya kepada seluruh

lapisan masyarakat terhadap Pendidikan Anak Usia Dini untuk

memberikan karakter anak dan mengembangkan potensi kecerdasan

intelegensia anak secara maksimal, melalui peningkatan kesehatan

gizi, ketrampilan, dan nilai- nilai agama serta dapat menyesuaikan diri

dengan lingkungannya.

2. Tujuan PAUD Sinar Pelangi adalah sebagai berikut:

Tujuan dari Pendidikan Anak Usia Dini ini untuk

mengembangkan potensi anak usia dini di wilayah Kelurahan

Semanggi, melalui pertumbuhan anak terhadap kesehatan psiko,

sosial, fisik, bahasa, moral, dan nilai-nilai agama serta rangsangan

intelektual lainnya.

Adapun tujuan kegiatan PAUD Sinar Pelangi secara rinci

yaitu:

1. Tujuan Umum

1) Sebagai tempat pendidikan masyarakat yang bersifat

kebangsaan dan berwawasan nusantara, tanpa membedakan

derajat/martabat, ras/suku dan dan agama.

2) Meningkatkan mutu pemerataan layanan pendidikan bagi anak

usia dini agar kelak memiliki kesiapan dalam memasuki

(49)

commit to user

35 3) Meningkatkan kesadaran masyarakat, khususnya orangtua akan

pentingnya pembinaan dan pengembangan anak usia dini.

2. Tujuan Khusus

1) Membangun perkembangan dan mencerdaskan anak usia dini.

2) Meringankan beban masyarakat yang kurang mampu untuk

tetap dapat menikmati pendidikan dengan biaya terjangkau.

3) Meningkatkan kemampuan dan kesadaran orangtua, keluarga

dan masyarakat akan pentingnya pendidikan, pembinaan dan

pengembangan anak usia dini.

D. Kondisi Sarana dan Prasarana PAUD Sinar Pelangi

Secara umum bangunan PAUD Sinar Pelangi dalam keadaan

baik tetapi kurang memenuhi syarat sebagai tempat berlangsungnya

kegiatan belajar mengajar. Karena tempatnya masih menjadi satu dengan

tempat tinggal Bapak Joko sehingga ukurannya pun sempit, yakni

berukuran sekitar 4 x 6 m2. Alas yang dipakai belajar masih beralaskan

semen dan dinding bagian depan masih batu bata serta pintu berupa

potongan triplek dan seng sehingga rawan untuk bermain anak-anak.

Dibagian dalam bangunan tidak ada pembagian ruangan

semuanya jadi satu ruangan antara ruang guru dan perpustakaan mini. Di

ruang ini terdapat 2 buah jendela, yang masing- masing belum ada

(50)

commit to user

36 air kecil atau besar maka dapat menggunakan kamar mandi milik

penduduk.

Fasilitas PAUD Sinar Pelangi diantaranya adalah sebagai

berikut :

1. Koleksi buku-buku: sains, buku cerita, bergambar, majalah, buletin

dan lain- lain

2. Tempat bermain : ayunan, prosotan

3. Alat-alat penunjang belajar mengajar :

a. Bangku : 4 buah

b. Kursi mini : 10 buah

c. Papan Tulis : 1 buah apan tulis hitam dan I buah papan

tulis putih

d. Rak dan almari : 3 buah

e. Meja guru : 1 buah

f. Kursi guru : 1 buah

g. Jam dinding : 1 buah

h. Tikar : 3 buah

Meskipun sarana penunjang belajar masih terbatas tetapi anak

didik yang belajar PAUD Sinar Pelangi itu masih tetap semangat

(51)

commit to user

37 hanya diajar oleh 1 orang guru yang merangkap sebagai Kepala Sekolah

dan guru. Karena keterbatasan dana sehingga sangat sulit untuk mencari

guru sukarelawan atau yang bekerja secara sosial. Yang aktif setiap hari

mengajar hanya Bapak Joko Kristianto, beliau mengajar dengan ikhlas

tanpa mendapatkan gaji tiap bulannya.

Dulu memang ada 1 guru perempuan yang ikut membantu

mengajar di PAUD Sinar Pelangi, tetapi karena beliau baru melahirkan

sehingga memutuskan untuk berhenti mengajar. Selain itu ada seorang

wali murid bernama ibu Siti yang kadang kala menggantikan mengajar

jika Bapak Joko Kristianto berhalangan karena ada acara yang penting.

Upaya ini dilakukan agar anak tidak kecewa karena ketika anak berangkat

dari rumah sudah mempunyai semangat namun sampai tempat belajar

tidak ada guru yang mengajar, hal ini akan mengganggu psikis anak.

E. Struktur Organisasi PAUD Sinar Pelangi

Struktur Organisasi PAUD Sinar Pelangi Kelurahan Semanggi,

Kecamatan Pasar Kliwon, Kota Surakarta adalah sebagai berikut:

Bagan 2

Struktur Organisasi PAUD Sinar Pelangi Kelurahan Semanggi, Kecamatan Pasar Kliwon, Kota Surakarta

--- Kepala Sekolah Joko Kristianto --- Komite Sekolah

(52)

commit to user

38 Keterangan :

: Garis Komando

--- : Garis Koordinasi

F. Sumber Pendanaan PAUD Sinar Pelangi

Dana bagi sebuah sekolah adalah sangat penting, terutama

untuk pengadaan sarana belajar mengajar. Meskipun dana adalah salah

satu orientasi dalam lembaga sekolah tetapi PAUD Sinar Pelangi dapat

menyiasatinya, yaitu dengan memanfaatkan barang- barang bekas yang

yang ada di sekitar.

Sumber pendanaan PAUD ini berasal dari:

1. Dana tidak tetap ( dari masyarakat, pemerintah atau instansi swasta)

2. Iuran siswa tiap bulan ( Rp 5000,- per bulan ) Guru

Siswa

Masyarakat Penjaga Sekolah

Guru

Guru Guru

Siti S. Nuriyah Guru

Joko Kristiyanto

(53)

commit to user

39 3. Dana kegiatan siswa (dari pihak penyelenggara kegiatan)

G. Prosedur Penerimaan Anak Didik PAUD Sinar Pelangi

Prosedur penerimaan anak didik di PAUD Sinar Pelangi yakni:

1. Usia antara 2-6 tahun

2. Mengisi formulir pendaftaran

3. Menyerahkan fotocopy AKTA kelahiran atau surat kelahiran anak

4. Membayar administrasi sebesar Rp 5.000,-

H. Anak Didik PAUD Sinar Pelangi

Anak didik PAUD Sinar Pelangi berjumlah 25 orang anak yang

berasal dari masyarakat sekitar Kelurahan Semanggi. Karena masyarakat

tersebut masih marginal sehingga hal tersebut berpengaruh juga kepada

pendidikan anak. Ketika belajar di PAUD anak masih perlu penjagaan

dari orangtua. Tetapi yang terjadi adalah orangtua lebih mementingkan

untuk mencari uang guna menafkahi keluarga sehingga mendampingi

anak sewaktu belajar menjadi suatu hal yang tidak penting lagi bagi

mereka. Padahal Dukungan orangtua menjadi faktor utama agar anak

berminat dan mau belajar.

Daftar usia anak PAUD Sinar Pelangi di Kelurahan

Semanggi, Kecamatan Pasar Kliwon Kota Surakarta Tahun 2009/ 2010

(54)

commit to user

40 Tabel 1

Daftar Usia Anak PAUD Sinar Pelangi di Kelurahan Semanggi, Kecamatan Pasar Kliwon Kota Surakarta Tahun 2009/ 2010

Usia Laki-laki Perempuan Jumlah

2 Tahun 1 1 2

3 Tahun 4 3 7

4 Tahun 4 2 6

5 Tahun 3 3 6

6 Tahun 2 2 4

Jumlah 14 11 25

(Sumber: Buku administrasi PAUD Sinar Pelangi Tahun 2009/2010 )

Adapun daftar nama anak didik PAUD Sinar Pelangi di

Kelurahan Semanggi, Kecamatan Pasar Kliwon Kota Surakarta Tahun

2009/2010 dapat dilihat pada tabel 2 berikut ini :

Tabel 2

Daftar Nama Anak Didik PAUD Sinar Pelangi di Kelurahan Semanggi, Kecamatan Pasar Kliwon Kota Surakarta Tahun 2009/2010

No Nama Anak TTL Alamat

(55)

commit to user

41 4 Chantika Amalia Putri Batam, 20 Juni 2005 Semanggi, RT 02/23 5 Nathazya Zahra Surakarta, 3 Desenber 1996 Semanggi, RT 01/23 6 Wulan Sari Kurnia Surakarta, 28 Oktober 2004 Semanggi, RT 01/04 7 Dimas Firmansyah Surakarta, 19 April 2006 Semanggi, RT 02/32 8 Olda Sang Brian Putra Surakarta, 15 februari 2006 Semanggi, RT 06/05 9 Rois Ahmad Al falah Surakarta, 27 Oktober 2006 Semanggi, RT 06/05 10 Muhammad Jasen Surakarta, 22 Oktober 2005 Semanggi, RT 02/23 11 Muhammad Ridwan Santoso Surakarta, 29 Juni 2005 Semanggi, RT 06/05 12 Chelsea Chandra Lamongi Surakarta, 1 Juni 2005 Semanggi, RT 07/5 13 Ornela Alfiani Surakarta, 7 November 2004 Semanggi, RT 02/23 14 Azriel Pradana Jaya Praseyta Surakarta, 21 Oktober 2006 Semanggi, RT 03/02 15 Andika Wahyu Yulianto Surakarta, 28 Juli 2008 Semanggi, RT 06/05 16 M. Yoga Widyanto Pacitan, 13 Maret 2007 Semanggi, RT 06/05 17 Vannia Ferby mellanie Sukoharjo, 25 Juni 2007 Semanggi, RT 03/05 18 Safira Kirana Gustavanie Surakarta, 2 Agustus 2007 Semanggi, RT 06/05 19 Rich Arif Hidayah Surakarta, 2 Desember 2007 Semanggi, RT 01/04 20 Fransisca Chreesna Surakarta, 23 Desember 2007 Semanggi, RT 06/05 21 Christoper Milano Yuli P Surakarta, 13 Mei 2007 Semanggi, RT 08/05 22 Rangga Reza Aldriano Surakarta, 29 Oktober 2007 Semanggi, RT 06/05 23 Ahmad Zainuri Rizki Utomo Surakarta, 13 Juli 2006 Semanggi, RT 08/05 24 Bintang Pamungkas Surakarta, 16 Desember 2004 Semanggi, RT 07/05 25 Nareth Kirana Adi Surakarta, 2 Januari 2007 Semanggi, RT 02/23

(Sumber: Buku administrasi PAUD Sinar Pelangi Tahun 2009/2010)

I. Kegiatan Anak Didik PAUD Sinar Pelangi

PAUD Sinar Pelangi dalam rangka meletakkan dasar ke-arah

perkembangan sikap, perilaku, ketrampilan dan daya cipta serta

mempersiapkan anak untuk memasuki Sekolah Dasar mengadakan

berbagai kegiatan diantaranya:

Gambar

Tabel 2. Daftar Nama Anak Didik PAUD Sinar Pelangi ……………… 39
Tabel 1 Daftar Usia Anak PAUD  Sinar Pelangi  di Kelurahan Semanggi,

Referensi

Dokumen terkait

Peningkatan rata-rata c ash outflow Trw IV 2016 sebesar Rp 6.31 Tn, terutama disebabkan oleh peningkatan sumber pendanaan dari korporasi yang meningkatkan cash outflow sebesar

Tujuan pemakaian alat pelindung kepala adalah untuk melindungi kepala dari bahaya terbentur dengan.. benda tajam atau benda keras, baik yang sifatnya jatuh, melayang atau

Tujuan penelitian ini adalah mempelajari pengaruh proses dua siklus autoclaving-cooling terhadap kadar pati resisten tepung dan bihun beras yang

• LAMPIRAN DAFTAR PENERIMAAN BESERTA SOFTCOPY (SOFTCOPY DIEMAIL DAHULU KE BANK JOGJA UNTUK. DIVERIFIKASI SEBELUM PROSES

Pengujian pendahuluan aktivitas antikanker dan antimalaria dilakukan secara in vitro dari ekstrak metanol, fraksi n -heksan, dan etil asetat daun E.. variegata

Apakah terjadi Week Four Effect pada indeks harga saham LQ45 di Bursa

Dan diketahui bahwa (1) semakin lama waktu liquifaksi, DE yang dihasilkan semakin tinggi dan viskositasnya semakin turun, (2) konsentrasi pati rendah menghasilkan

Sehubungan dengan dilaksanakannya proses evaluasi dokumen penawaran dan dokumen kualifikasi, Kami selaku Panitia Pengadaan Barang dan Jasa APBD-P T. A 2013 Dinas Bina Marga