• Tidak ada hasil yang ditemukan

3. Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan III-2006

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "3. Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan III-2006"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

3. Perkembangan dan Kebijakan

Moneter Triwulan III-2006

Selama triwulan III-2006, kondisi moneter menun Selama triwulan III-2006, kondisi moneter menun Selama triwulan III-2006, kondisi moneter menun Selama triwulan III-2006, kondisi moneter menun

Selama triwulan III-2006, kondisi moneter menunjjjjjukkan perkembangan yangukkan perkembangan yangukkan perkembangan yangukkan perkembangan yangukkan perkembangan yang semakin membaik.

semakin membaik. semakin membaik. semakin membaik.

semakin membaik. Perkembangan tersebut ditunjukkan oleh kecenderungan inflasi yang terus menurun, nilai tukar rupiah yang stabil disertai penurunan volatilitas yang signifikan, serta kondisi likuiditas yang tetap terjaga. Dengan mempertimbangkan perkembangan tersebut serta prospek inflasi ke depan yang diperkirakan sesuai dengan target yang ditetapkan untuk 2006 dan 2007 yaitu masing-masing sebesar 8±1% dan 6±1%, penuruanan BI Rate teus dilakukan secara bertahap. Selama triwulan III-2006, penurunan BI Rate telah dilakukan selama tiga kali dengan total penurunan sebesar 125 bps hingga level BI Rate menjadi 11,25%. Sinyal penurunan BI Rate yang ditempuh sejak Mei 2006 telah direspon positif oleh Sinyal penurunan BI Rate yang ditempuh sejak Mei 2006 telah direspon positif oleh Sinyal penurunan BI Rate yang ditempuh sejak Mei 2006 telah direspon positif oleh Sinyal penurunan BI Rate yang ditempuh sejak Mei 2006 telah direspon positif oleh Sinyal penurunan BI Rate yang ditempuh sejak Mei 2006 telah direspon positif oleh para pelaku di sektor keuangan.

para pelaku di sektor keuangan. para pelaku di sektor keuangan. para pelaku di sektor keuangan.

para pelaku di sektor keuangan. Di perbankan, meskipun masih terbatas, sinyal penurunan BI Rate telah ditransmisikan ke suku bunga dana dan kredit bank. Fungsi intermediasi yang sebelumnya relatif terkendala, menunjukkan peningkatan cukup besar pada Agustus 2006, tercermin dari kenaikan kredit sebesar Rp 10,8 triliun. Perkembangan ini disertai dengan perbaikan risiko kredit, sebagaimana menurunnya rasio kredit bermasalah (NPL) menjadi 5,0 % (neto) dan 8,8% (gross). Penurunan suku bunga juga telah mendorong kegairahan di pasar modal tercermin dari meningkatnya IHSG menjadi 1.535 dan turunnya rata-rata yield Surat Utang Negara menjadi 10,77% pada akhir triwulan III-2006. Di sektor riil, sinyal penurunan suku bunga juga telah meningkatkan optimisme para pelaku ekonomi.

INFLASI

Inflasi IHK sampai dengan September 2006 tetap terkendali dan terus menurun. Inflasi IHK sampai dengan September 2006 tetap terkendali dan terus menurun. Inflasi IHK sampai dengan September 2006 tetap terkendali dan terus menurun. Inflasi IHK sampai dengan September 2006 tetap terkendali dan terus menurun. Inflasi IHK sampai dengan September 2006 tetap terkendali dan terus menurun. Penurunan inflasi IHK didorong oleh faktor non-fundamental, yaitu karena minimalnya dampak inflasi administered prices dan rendahnya inflasi volatile foods. Minimalnya inflasi administered prices disebabkan karena tidak terdapat kebijakan yang strategis. Sementara itu, rendahnya

inflasi volatile foods didorong oleh kondisi pasokan bahan

makanan yang lebih baik dibanding tahun sebelumnya. Dengan perkembangan tersebut, inflasi IHK secara tahunan masih menunjukkan kecenderungan menurun. Laju inflasi IHK pada triwulan III-2006 secara tahunan mencapai 14,55% (y-o-y), menurun dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 15,53% (y-o-y) (Grafik 3.1). Sementara itu, secara triwulanan inflasi IHK mencapai 1,16% (q-t-q), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 0,87% (q-t-q). Sedangkan secara tahun kalender, laju inflasi sepanjang 2006 mencapai 4,06% (y-t-d), lebih rendah dibandingkan laju inflasi kalender pada 2005 yang

Grafik 3.1

Inflasi IHK, Administered, Inti dan Volatile Foods 0 5 10 15 20 25 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 IHK %, yoy %, yoy 2005 2006 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Administered Prices (skala kanan)

Volatile Foods Inti

(2)

mencapai 6,39% (ytd). Selama triwulan laporan, kelompok barang yang dominan dalam menyumbang inflasi adalah kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga, serta kelompok bahan makanan (Grafik 3.2).

Tekanan inflasi Tekanan inflasi Tekanan inflasi Tekanan inflasi

Tekanan inflasi administered prices administered prices administered prices administered prices administered prices selama triwulan III-2006selama triwulan III-2006selama triwulan III-2006selama triwulan III-2006selama triwulan III-2006 sangat kecil sejalan dengan minimnya kebijakan

sangat kecil sejalan dengan minimnya kebijakan sangat kecil sejalan dengan minimnya kebijakan sangat kecil sejalan dengan minimnya kebijakan

sangat kecil sejalan dengan minimnya kebijakan administeredadministeredadministeredadministeredadministered prices

prices prices prices

prices yang bersifat strategis.yang bersifat strategis.yang bersifat strategis.yang bersifat strategis.yang bersifat strategis. Selama triwulan laporan, tekanan inflasi kelompok administered prices berasal dari kenaikan tarif PAM pada bulan Juli 2006. Walaupun demikian, kenaikan tarif PAM ini hanya berpengaruh sedikit terhadap inflasi IHK. Selain kenaikan tarif PAM, tekanan inflasi juga datang dari kenaikan harga minyak tanah di tingkat eceran. Hal ini disebabkan oleh kelangkaan pasokan akibat gangguan distribusi di beberapa daerah. Sementara itu, selama triwulan III-2006 terjadi penurunan harga BBM non-subsidi (Tabel 3.1). Berhubung BBM non-subsidi masih tercampur dalam komoditas bensin, maka penurunan inflasi BBM non-subsidi juga turut mempengaruhi inflasi administered. Dengan demikian, pada triwulan III-2006 inflasi kelompok administered prices secara tahunan menurun menjadi 28,6% (y-o-y) dari 30,01% (y-o-y) pada triwulan II-2006. Secara triwulanan, inflasi administered prices pada akhir triwulan III-2006 mencapai 0,22% (q-t-q), lebih rendah bila dibandingkan dengan triwulan III-2005 yang mencapai 1,32% (q-t-q) maupun dibandingkan triwulan II-2006 sebesar 0,56% (q-t-q).

Inflasi nflasi nflasi nflasi nflasi volatile foodsvolatile foodsvolatile foodsvolatile foodsvolatile foods pada pada pada pada pada triwulan laporan menurun triwulan laporan menurun triwulan laporan menurun triwulan laporan menurun triwulan laporan menurun dibandingkan triwulan dibandingkan triwulan dibandingkan triwulan dibandingkan triwulan dibandingkan triwulan sebelumnya, sebelumnya, sebelumnya, sebelumnya,

sebelumnya, yakni mencapai 17,57% (y-o-y) dibandingkan 19,70% (y-o-y) pada triwulan sebelumnya. Sementara secara triwulanan, inflasi volatile foods tercatat sebesar 1,31% (q-t-q) lebih tinggi dibandingkan 0,62% (q-t-q) pada triwulan sebelumnya. Lebih tingginya inflasi triwulanan tersebut merupakan pola musiman inflasi volatile foods. Namun, inflasi volatile foods pada triwulan III-2006 ini jauh lebih rendah bila dibandingkan triwulan yang sama tahun 2005, disebabkan karena membaiknya pasokan bahan makanan. Sementara itu, inflasi inti masih berada pada level yang tinggi yakni sebesar 9,13% Sementara itu, inflasi inti masih berada pada level yang tinggi yakni sebesar 9,13%Sementara itu, inflasi inti masih berada pada level yang tinggi yakni sebesar 9,13% Sementara itu, inflasi inti masih berada pada level yang tinggi yakni sebesar 9,13% Sementara itu, inflasi inti masih berada pada level yang tinggi yakni sebesar 9,13% (o-y) meski lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (9,58%, y-(y-o-y) meski lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (9,58%, y-(o-y) meski lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (9,58%, (o-y) meski lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (9,58%, (o-y) meski lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (9,58%, y-o-y).

o-y).o-y). o-y).

o-y). Secara triwulanan, inflasi inti meningkat sebesar 1,51% dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 1,08% (q-t-q). Tingginya inflasi inti tersebut terutama disebabkan oleh ekspektasi masyarakat yang masih tinggi. Tingginya ekspektasi inflasi tercermin pada hasil Survei Persepsi Pasar dan Consensus Forecast yang menunjukkan bahwa responden survei memproyeksikan inflasi masih akan berada pada level yang cukup tinggi. Hasil kedua survei tersebut juga didukung

Grafik 3.2

Inflasi dan Sumbangan Inflasi per Kelompok Triwulan III-2006 (q-t-q)

Transportasi dan Komunikasi Pendidikan, Rekr & OlahRaga Kesehatan Sandang Perumahan Makanan Jadi, Minuman, dan Rokok Bahan Makanan Sumbangan TW III- 2006 (qtq) Inflasi TW III-2006 (qtq) -0,1 0,9 1,9 2,9 3,9 4,9 5,9 6,9 7,44 0,08 0,70 0,57 0,78 0,80 1,27 Tabel 3.1

Penurunan Harga Bensin Non-subsidi

Juli Agustus 1 September 19 September Rata-rata kenaikan/penurunan (%) 0 -1,66 -1,21 -7,27

(3)

Grafik 3.5

Perkembangan Nilai Tukar Rupiah

oleh Survei Konsumen yang menunjukkan bahwa ekspektasi pedagang dan konsumen untuk 3 bulan yang akan datang masih meningkat. Walaupun demikian, ekspektasi inflasi pedagang maupun konsumen untuk 6 bulan yang akan datang kembali menurun (Grafik 3.3). Sementara itu, tekanan dari faktor eksternal dan kesenjangan output (output gap) masih relatif minimal. Tekanan dari faktor eksternal yang berasal dari imported inflation dapat diredam oleh penguatan nilai tukar. Adapun tekanan kesenjangan output masih minimal karena belum pulihnya daya beli masyarakat, yang menyebabkan permintaan agregat belum kuat di tengah terjaganya pasokan. Hal ini tergambar dari pertumbuhan indeks penjualan eceran √ dari hasil Survei Penjualan Eceran Bank Indonesia √ pada triwulan II-2006 yang masih negatif (Grafik 3.4).

NILAI TUKAR RUPIAH

Selama triwulan III-2006 nilai tukar rupiah bergerak stabil Selama triwulan III-2006 nilai tukar rupiah bergerak stabil Selama triwulan III-2006 nilai tukar rupiah bergerak stabil Selama triwulan III-2006 nilai tukar rupiah bergerak stabil Selama triwulan III-2006 nilai tukar rupiah bergerak stabil didukung oleh perkembangan neraca pembayaran yang didukung oleh perkembangan neraca pembayaran yang didukung oleh perkembangan neraca pembayaran yang didukung oleh perkembangan neraca pembayaran yang didukung oleh perkembangan neraca pembayaran yang membaik.

membaik. membaik. membaik.

membaik. Secara rata-rata, nilai tukar rupiah triwulan III-2006 mencapai Rp 9.124 per dolar AS atau sedikit melemah dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar Rp 9.115 per dolar AS (Grafik 3.5). Secara point to point, rupiah mengalami apresiasi sebesar 0,4% dari Rp 9.263 menjadi Rp 9.225. Perkembangan rupiah yang stabil ini juga tergambar pada volatilitas yang menurun signifikan dari 3,01% menjadi 0,85% (Grafik 3.6). Faktor domestik yang mendukung stabilitas rupiah, antara lain membaiknya indikator makroekonomi, menariknya imbal hasil penanaman instrumen rupiah, dan menurunnya indikator risiko investasi. Beberapa indikator makroekonomi selama triwulan III-2006 yang mengalami perbaikan antara lain PDB, inflasi, dan kinerja ekspor. Sementara itu hasil investasi rupiah kembali menurun sepanjang triwulan ini, namun masih tetap menarik dibandingkan kawasan regional. Dari sisi risiko investasi, faktor risiko dalam negeri membaik tercermin pada peningkatan rating Indonesia, penurunan premi swap, dan stabilnya yield spread. Adapun faktor eksternal yang mendukung stabilitas rupiah antara lain adalah keputusan Bank Sentral Amerika yang mempertahankan suku bunga kebijakannya (Fed Funds Rate). Terjaganya perkembangan rupiah ditopang oleh membaiknya Terjaganya perkembangan rupiah ditopang oleh membaiknya Terjaganya perkembangan rupiah ditopang oleh membaiknya Terjaganya perkembangan rupiah ditopang oleh membaiknya Terjaganya perkembangan rupiah ditopang oleh membaiknya kondisi makroekonomi domestik.

kondisi makroekonomi domestik. kondisi makroekonomi domestik. kondisi makroekonomi domestik.

kondisi makroekonomi domestik. Beberapa indikator ekonomi yaitu ekspor, PDB, serta inflasi, terus membaik sehingga turut menopang stabilitas nilai tukar rupiah. Ekspor non migas pada bulan Agustus 2006 tumbuh 30,97% (y-o-y), tertinggi dalam 5 tahun terakhir, sehingga total ekspor periode Januari-Agustus 2006 tumbuh

Grafik 3.3

Ekspektasi Harga Konsumen 6 Bulan Ke Depan

Grafik 3.4

Pertumbuhan Indeks Penjualan Eceran 110 120 130 140 150 160Indeks 2003 2004 2005 2006 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 %, yoy -75 -50 -25 0 25 50 75 100 125 150 2004 2005 2006 1 23 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 23 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 23 4 5 6 7 8 Pakaian Makanan dan Tembakau Peralatan Rumah Tangga

Total 8.000 8.500 9.000 9.500 10.000 10.500 Rp/USD 9.201 9.252 9.379 9.558 9.480 9.631 9.810 10.003 10.218 10.085 10.042 9.852 9.479 9.256 9.163 8.939 9.024 9.370 9.131 9.094 9.151 9.299 9.124 9.115 2005 2006 Des

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep

Rata-rata Bulanan Rata-rata Triwulanan

(4)

17,13% dibanding tahun sebelumnya. Meningkatnya ekspor yang didorong oleh kenaikan harga produk ekspor Indonesia menjadikan terms of trade Indonesia membaik. Perkembangan tersebut menyebabkan peningkatan surplus pada NPI. Sementara itu, pertumbuhan PDB triwulan II-2006 yang mencapai 5,22% dan inflasi yang terus menurun menimbulkan ekspektasi positif terhadap membaiknya prospek ekonomi, sehingga semakin meningkatkan kepercayaan terhadap rupiah. Pada triwulan III-2006 faktor risiko dalam negeri membaik, Pada triwulan III-2006 faktor risiko dalam negeri membaik, Pada triwulan III-2006 faktor risiko dalam negeri membaik, Pada triwulan III-2006 faktor risiko dalam negeri membaik, Pada triwulan III-2006 faktor risiko dalam negeri membaik, tercermin pada peningkatan rating Indonesia, penurunan tercermin pada peningkatan rating Indonesia, penurunan tercermin pada peningkatan rating Indonesia, penurunan tercermin pada peningkatan rating Indonesia, penurunan tercermin pada peningkatan rating Indonesia, penurunan premipremipremipremipremi swap

swap swap swap

swap, dan stabilnya , dan stabilnya , dan stabilnya , dan stabilnya , dan stabilnya yield spreadyield spreadyield spreadyield spread. yield spread. . . . Lembaga pemeringkat internasional Standard and Poor»s, pada Juli 2006 meningkatkan sovereign rating Indonesia (long-term foreign currency debt) dari «B+« menjadi «BB-«. Lembaga pemeringkat Fitch pada Agustus 2006 juga meningkatkan peringkat country ceiling Indonesia dari «BB-« menjadi «BB». Sementara itu, indikator risiko yield spread relatif terjaga dan premi swap semakin menurun (Grafik 3.7). Perbaikan indikator risiko telah turut menopang stabilitas rupiah di tengah kecenderungan penurunan BI rate di mana imbal hasil rupiah tetap menarik bagi masuknya aliran modal asing.

Aliran masuk dana asing menambah pasokan valas di pasar Aliran masuk dana asing menambah pasokan valas di pasar Aliran masuk dana asing menambah pasokan valas di pasar Aliran masuk dana asing menambah pasokan valas di pasar Aliran masuk dana asing menambah pasokan valas di pasar valas perbankan domestik

valas perbankan domestik valas perbankan domestik valas perbankan domestik

valas perbankan domestik. Pada bulan Juli 2006 terjadi aliran masuk dana investasi asing yang relatif besar sehingga pasar valas mengalami ekses pasokan, yang kemudian mendorong rupiah terapresiasi. Pada bulan Agustus 2006 aliran masuk dana investasi asing melambat, namun pada saat yang sama tekanan dari ekses permintaan domestik juga menurun. Secara keseluruhan terjadi akumulasi ekses permintaan valas namun dalam jumlah yang kecil. Menjelang akhir triwulan III terjadi pelepasan aset rupiah oleh asing yang disertai dengan konversi ke valas, sehingga terjadi ekses permintaan dari pihak luar negeri. Di pihak lain, minimnya pasokan valas dari pihak dalam negeri menjadikan terjadinya ekses permintaan di pasar valas sehingga rupiah melemah terhadap dolar AS. Adapun permintaan valas dalam negeri masih didominasi oleh permintaan valas korporasi. Dengan perkembangan di atas, secara akumulasi sepanjang triwulan III-2006 terjadi aliran masuk dana asing sehingga menambah pasokan valas untuk memenuhi ekses permintaan.

KEBIJAKAN MONETER Strategi Kebijakan

Setelah melakukan asesmen perekonomian secara keseluruhan dan Setelah melakukan asesmen perekonomian secara keseluruhan danSetelah melakukan asesmen perekonomian secara keseluruhan dan Setelah melakukan asesmen perekonomian secara keseluruhan dan Setelah melakukan asesmen perekonomian secara keseluruhan dan mempertimbangkan sejumlah faktor risiko yang dapat mengganggu kinerja mempertimbangkan sejumlah faktor risiko yang dapat mengganggu kinerjamempertimbangkan sejumlah faktor risiko yang dapat mengganggu kinerja mempertimbangkan sejumlah faktor risiko yang dapat mengganggu kinerja mempertimbangkan sejumlah faktor risiko yang dapat mengganggu kinerja

Grafik 3.6

Volatilitas Nilai Tukar Rupiah

Grafik 3.7

Premi Swap Berbagai Tenor

Kurs, Rp/USD Volatilitas, %

8.000 8.500 9.000 9.500 10.000 10.500 11.000 -2,0 4,0 6,0 8,0 10,0 12,0 Kurs Harian Volatilitas Rata-rata Volatilitas 9.225 9.263 3,01 0,85

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep

2005 2006

Sumber : Reuters (diolah)

0,0 2,0 4,0 6,0 8,0 10,0 12,0 14,0 16,0 Persen Premi 3 M Premi 12 M Premi 1 M Premi 6 M 2005 2006

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Jan Sep Des Mei

(5)

ekonomi ke depan, Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia terus ekonomi ke depan, Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia terus ekonomi ke depan, Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia terus ekonomi ke depan, Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia terus ekonomi ke depan, Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia terus melanjutkan penurunan BI Rate.

melanjutkan penurunan BI Rate. melanjutkan penurunan BI Rate. melanjutkan penurunan BI Rate.

melanjutkan penurunan BI Rate. Selama triwulan III-2006, RDG pada tanggal 6 Juli 2006, 8 Agustus 2006, dan 5 September 2006 menetapkan penurunan level BI Rate masing-masing sebesar 25 bps, 50 bps, dan 50 bps hingga level BI Rate menjadi 11,25%. Langkah ini didukung dari sisi operasional di mana beberapa ketentuan telah dilaksanakan, antara lain Fixed Rate Tender dalam pelaksanaan lelang SBI 1 bulan, penjarangan SBI 3 bulan, serta diskresi (penutupan) penyediaan window FASBI 7 hari. Secara eseluruhan, pelaksanaan kebijakan moneter selama triwulan III-2006 berjalan cukup optimal. Hal ini terlihat dari kecenderungan suku bunga PUAB yang terus mendekati BI Rate, serta turunnya suku bunga perbankan baik simpanan maupun pinjaman.

Di bidang nilai tukar, Bank Indonesia terus melakukan serangkaian upaya untuk Di bidang nilai tukar, Bank Indonesia terus melakukan serangkaian upaya untuk Di bidang nilai tukar, Bank Indonesia terus melakukan serangkaian upaya untuk Di bidang nilai tukar, Bank Indonesia terus melakukan serangkaian upaya untuk Di bidang nilai tukar, Bank Indonesia terus melakukan serangkaian upaya untuk menjaga kestabilan nilai tukar rupiah.

menjaga kestabilan nilai tukar rupiah. menjaga kestabilan nilai tukar rupiah. menjaga kestabilan nilai tukar rupiah.

menjaga kestabilan nilai tukar rupiah. Upaya tersebut antara lain dilakukan dengan instrumen suku bunga, serta penyempurnaan berbagai instrumen moneter yang diperlukan. Selain itu Bank Indonesia juga terus berupaya menjaga kecukupan cadangan devisa yang dapat digunakan sebagai penyangga apabila terjadi pembalikan modal secara mendadak, terutama pasca percepatan pelunasan utang IMF sebesar $ 3,8 juta yang dilakukan pada 30 Juni 2006. Di samping itu, Bank Indonesia juga terus memantau beberapa peraturan terkait nilai tukar terutama untuk mengendalikan tekanan terhadap melemahnya rupiah dari arus modal asing jangka pendek (khususnya dalam bentuk swap beli) dan atau transaksi valas yang tidak mempunyai transaksi ekonomi yang mendasarinya (non-underlying transactions). Peraturan tersebut antara lain seperti yang tertera pada ketentuan PBI 7/14/2005 tentang Pembatasan Transaksi Rupiah dan Pemberian Kredit Valuta Asing oleh Bank yang dikeluarkan pada tanggal 14 Juni 2005.

Koordinasi kebijakan dengan pemerintah terus dilakukan untuk menjaga stabilitas Koordinasi kebijakan dengan pemerintah terus dilakukan untuk menjaga stabilitas Koordinasi kebijakan dengan pemerintah terus dilakukan untuk menjaga stabilitas Koordinasi kebijakan dengan pemerintah terus dilakukan untuk menjaga stabilitas Koordinasi kebijakan dengan pemerintah terus dilakukan untuk menjaga stabilitas makroekonomi.

makroekonomi. makroekonomi. makroekonomi.

makroekonomi. Bank Indonesia terus berupaya untuk bersinergi bersama pemerintah dalam mengoptimalkan stimulus fiskal serta memperbaiki iklim investasi yang merupakan kunci dalam mendorong pertumbuhan ekonomi. Adapun langkah-langkah untuk menuju hal itu terus disinergikan, antara lain adalah upaya untuk mempercepat belanja modal pemerintah, mempercepat realisasi anggaran terutama untuk pemerintah daerah serta mendorong kemajuan implementasi perbaikan iklim investasi dan infrastruktur.

Suku Bunga

Sejalan dengan penurunan BI Rate selama triwulan III-2006, seluruh suku bunga Sejalan dengan penurunan BI Rate selama triwulan III-2006, seluruh suku bunga Sejalan dengan penurunan BI Rate selama triwulan III-2006, seluruh suku bunga Sejalan dengan penurunan BI Rate selama triwulan III-2006, seluruh suku bunga Sejalan dengan penurunan BI Rate selama triwulan III-2006, seluruh suku bunga instrumen moneter juga mengalami penurunan.

instrumen moneter juga mengalami penurunan. instrumen moneter juga mengalami penurunan. instrumen moneter juga mengalami penurunan.

instrumen moneter juga mengalami penurunan. Suku bunga FASBI O/N menjadi berada pada level 6,25%, dan suku bunga SBI Repo menjadi 14,25%. Sementara itu, rata-rata tertimbang suku bunga PUAB O/N berkisar antara 9-10% dengan volatilitas PUAB O/N rata-rata mencapai 3,1-3,7%.

(6)

Penurunan BI Rate tersebut Penurunan BI Rate tersebut Penurunan BI Rate tersebut Penurunan BI Rate tersebut Penurunan BI Rate tersebut diikuti pula oleh penurunan diikuti pula oleh penurunan diikuti pula oleh penurunan diikuti pula oleh penurunan diikuti pula oleh penurunan suku bunga penjaminan dan suku bunga penjaminan dan suku bunga penjaminan dan suku bunga penjaminan dan suku bunga penjaminan dan suku bunga simpanan. suku bunga simpanan. suku bunga simpanan. suku bunga simpanan. suku bunga simpanan. Dalam triwulan III-2006 suku bunga penjaminan deposito rupiah 1 bulan menurun sebesar 125 bps menjadi 11,25% dari 12,50% di akhir triwulan II-2006. Penurunan ini selanjutnya diikuti oleh turunnya suku bunga deposito 1 bulan counter rate menjadi 9,8% pada akhir triwulan III-2006 dari 10,4% di akhir triwulan sebelumnya (Tabel 3.2). Secara rata-rata tertimbang (weighted average) suku bunga deposito rupiah 1 bulan pada Agustus 2006 tercatat 10,8%, juga menurun dibanding akhir triwulan II-2006 sebesar 11,3%. Penurunan suku bunga deposito ini merupakan kelanjutan dari kecenderungan suku bunga deposito yang telah menurun sejak bulan Februari 2006 (Grafik 3.8).

Suku bunga kredit seperti yang ditunjukkan oleh Suku bunga kredit seperti yang ditunjukkan oleh Suku bunga kredit seperti yang ditunjukkan oleh Suku bunga kredit seperti yang ditunjukkan oleh

Suku bunga kredit seperti yang ditunjukkan oleh base lendingbase lendingbase lendingbase lendingbase lending rate

rate rate rate

rate juga mengalami penurunan. juga mengalami penurunan. juga mengalami penurunan. juga mengalami penurunan. juga mengalami penurunan. Pada akhir triwulan III-2006, base lending rate tercatat sebesar 15,5%, menurun dibanding akhir triwulan sebelumnya sebesar 15,8% (Tabel 3.2). Sementara itu, sampai dengan akhir Agustus 2006 suku bunga Kredit Modal Kerja (KMK) menurun menjadi 16,1% dari akhir triwulan II-2006 sebesar 16,2%. Adapun suku bunga Kredit Investasi (KI) dan Kredit Konsumsi (KK) tidak mengalami perubahan dibanding akhir triwulan II-2006. Dengan menurunnya suku bunga simpanan dan perkembangan suku bunga kredit yang demikian, selisih suku bunga kredit dan simpanan mengalami sedikit peningkatan.

Dana, Kredit, dan Uang Beredar

Penurunan BI Rate direspon oleh perlambatan pertumbuhan dana Penurunan BI Rate direspon oleh perlambatan pertumbuhan dana Penurunan BI Rate direspon oleh perlambatan pertumbuhan dana Penurunan BI Rate direspon oleh perlambatan pertumbuhan dana Penurunan BI Rate direspon oleh perlambatan pertumbuhan dana masyarakat.

masyarakat. masyarakat. masyarakat.

masyarakat. Sampai dengan Agustus 2006, pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) terus menurun (Grafik 3.9). Pada akhir Agustus 2006, pertumbuhan DPK mencapai 13,6% (y-o-y), lebih rendah dari akhir triwulan II-2006 sebesar 15,6% (y-o-y). Penurunan pertumbuhan tersebut terjadi pada komponen deposito. Sementara itu pertumbuhan giro dan tabungan sedikit meningkat dari akhir triwulan II-2006. Dengan demikian, terdapat kecenderungan masyarakat untuk menyimpan dananya dalam produk perbankan yang bersifat jangka pendek seiring dengan kecenderungan penurunan suku bunga.

Tabel 3.2

Perkembangan Berbagai Suku Bunga

Triwulan I-2006 Triwulan II-2006 Triwulan III-2006

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep

Suku Bunga

BI Rate 12,75 12,75 12,75 12,75 12,50 12,50 12,25 11,75 11,25 Penjaminan Dep, 1 bulan 12,75 12,75 12,50 12,50 13,00 12,50 12,00 11,75 11,25 Dep, 1 bulan (Weight Avg) 12,0 11,9 11,8 11,7 11,6 11,3 11,1 10,8

Dep, 1 bulan (Counter Rate) 10,6 10,4 10,4 10,5 11,2 10,4 10,2 10,0 9,8 Base Lending Rate 16,1 16,1 16,0 16,0 16,0 15,8 15,8 15,7 15,5 Kredit Modal Kerja (KMK) 16,3 16,3 16,4 16,3 16,3 16,2 16,1 16,1

Kredit Investasi (KI) 15,8 15,9 15,9 15,9 15,9 15,9 15,9 15,9 Kredit Konsumsi (KK) 17,1 17,3 17,5 17,7 17,8 17,8 17,9 17,8

Grafik 3.8

Perkembangan Berbagai Suku Bunga

Persen 4 6 8 10 12 14 16 18 20 2004 2005 2006 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9

rKredit Modal Kerja

BI Rate* rJam.Dep.1 bln

rKredit Investasi rDeposito 1 bln rKredit Konsumsi

Grafik 3.9 Perkembangan Dana Total DPK Giro Tabungan Deposito (%, y-o-y) sumber: DPNP (20) (10) -10 20 30 40 50 2004 2005 2006

(7)

Dari sisi kredit, penurunan BI Rate sudah mulai diikuti dengan Dari sisi kredit, penurunan BI Rate sudah mulai diikuti dengan Dari sisi kredit, penurunan BI Rate sudah mulai diikuti dengan Dari sisi kredit, penurunan BI Rate sudah mulai diikuti dengan Dari sisi kredit, penurunan BI Rate sudah mulai diikuti dengan peningkatan fungsi intermediasi perbankan.

peningkatan fungsi intermediasi perbankan. peningkatan fungsi intermediasi perbankan. peningkatan fungsi intermediasi perbankan.

peningkatan fungsi intermediasi perbankan. Fungsi intermediasi yang sebelumnya relatif terkendala, menunjukkan peningkatan cukup besar. Hal ini tercermin dari kenaikan kredit perbankan sebesar Rp 10,8 triliun selama bulan Agustus 2006. Dengan demikian, total penyaluran kredit sampai akhir Agustus 2006 mencapai Rp 765,3 triliun (Tabel 3.3). Secara tahun kalender, total pertumbuhan kredit mencapai 4,82% (y-t-d). Perkembangan yang baik ini disertai dengan perbaikan risiko kredit, sebagaimana menurunnya rasio kredit bermasalah (NPL √ Non Performing Loan) menjadi 5,0% (neto) dan 8,8% (gross). Dengan sinyal penurunan BI Rate yang tetap terbuka di masa datang, pertumbuhan kredit diharapkan dapat lebih tinggi lagi terutama memasuki triwulan IV-2006.

Dari sisi uang beredar, likuiditas perekonomian mengalami Dari sisi uang beredar, likuiditas perekonomian mengalami Dari sisi uang beredar, likuiditas perekonomian mengalami Dari sisi uang beredar, likuiditas perekonomian mengalami Dari sisi uang beredar, likuiditas perekonomian mengalami perkembangan yang positif.

perkembangan yang positif. perkembangan yang positif. perkembangan yang positif.

perkembangan yang positif. Pada akhir Agustus 2006, secara nominal M2 tumbuh sebesar 13,9% (y-o-y). Dengan pertumbuhan tersebut, pada akhir Agustus 2006 level M2 tercatat sebesar Rp 1.270,5 triliun, meningkat sebesar Rp 16,6 triliun dari akhir triwulan II-2006. Kenaikan M2 tersebut disumbang oleh uang giral dan uang kuasi rupiah. Dari sisi faktor-faktor yang mempengaruhinya, kenaikan M2 terutama disumbang oleh kenaikan posisi kredit kepada bisnis dan rumah tangga. Kenaikan posisi kredit tersebut terjadi baik pada kredit rupiah maupun valas. Adapun secara riil, pertumbuhan M2 mulai tumbuh negatif dibanding akhir triwulan II-2006 (Grafik 3.10). Sementara itu penciptaan uang cukup stabil pada triwulan III-2006 walaupun dengan kecenderungan yang melambat (Grafik 3.11).

Pasar Keuangan

Penurunan BI Rate selama 3 kali pada triwulan III-2006 semakin mendorong Penurunan BI Rate selama 3 kali pada triwulan III-2006 semakin mendorong Penurunan BI Rate selama 3 kali pada triwulan III-2006 semakin mendorong Penurunan BI Rate selama 3 kali pada triwulan III-2006 semakin mendorong Penurunan BI Rate selama 3 kali pada triwulan III-2006 semakin mendorong maraknya perdagangan pasar modal.

maraknya perdagangan pasar modal. maraknya perdagangan pasar modal. maraknya perdagangan pasar modal.

maraknya perdagangan pasar modal. Reaksi pasar tersebut terlihat dari kondisi pra dan pasca penurunan BI Rate dimana perdagangan saham semakin ramai. Pada akhir periode laporan IHSG ditutup di level 1.535 atau menguat 224 (17,1%) dibanding triwulan sebelumnya. Dari sisi domestik, sentimen positif berupa kesesuaian ekspektasi pelaku pasar atas penurunan BI Rate, pertumbuhan ekonomi Indonesia triwulan II-2006 yang cukup baik, dan pergerakan nilai tukar yang cenderung stabil mendorong investor untuk menambah portofolio investasinya di pasar saham. Sentimen positif juga datang dari kenaikan rating utang Indonesia oleh lembaga S&P pada akhir Juli. Di sisi eksternal, kebijakan bank sentral AS yang menahan kenaikan suku bunga Fed Funds Rate untuk kedua kalinya telah mendorong pasar modal dunia untuk meningkat. Sentimen global ini kemudian ikut mendukung peningkatan IHSG. Secara keseluruhan, membaiknya kondisi

Grafik 3.10

Pertumbuhan Ekonomi dan Likuiditas Perekonomian

Grafik 3.11

Perkembangan Angka Pengganda Uang -10 -8 -6 -4 -2 0 2 4 6 8 1,70 1,80 1,90 2,00 2,10 2,20 2,30 2,40 2,50 2,60 2001 2002 2003 2004 2005 2006 Persen 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3* Velocity M2 Riil PDB 4,00 4,50 5,00 5,50 6,00 6,50 7,00 9,0 9,5 10,0 10,5 11,0 11,5 12,0 12,5 13,0 13,5 MM2 (M2/M0) C/DPK C/DPK M2/M0 (%) 2004 2005 2006 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7

(8)

fundamental Indonesia serta kemungkinan penurunan suku bunga BI rate lebih lanjut semakin mendorong minat investor domestik maupun asing untuk memperbesar aktivitasnya. Perdagangan oleh investor asing masih mempengaruhi perilaku Perdagangan oleh investor asing masih mempengaruhi perilakuPerdagangan oleh investor asing masih mempengaruhi perilaku Perdagangan oleh investor asing masih mempengaruhi perilaku Perdagangan oleh investor asing masih mempengaruhi perilaku pemodal domestik.

pemodal domestik. pemodal domestik. pemodal domestik.

pemodal domestik. Perkembangan kondisi global, yang ditandai oleh bertahannya suku bunga AS menyebabkan pasar saham

kembali bullish. Hal ini mendorong investor asing untuk

menambah portofolio saham di Indonesia yang tercermin dari besarnya posisi net beli asing selama periode laporan. Relatif besarnya pembelian saham oleh investor non-residen mempengaruhi pemodal lokal untuk melakukan hal yang serupa sehingga mempengaruhi kenaikan IHSG. Selama triwulan III-2006, posisi net beli asing mencapai Rp 3,5 triliun (Grafik 3.12), meningkat dibanding triwulan II-2006 sebesar Rp 3,2 triliun. Sementara untuk rata-rata harian, net beli asing juga meningkat dari triwulan sebelumnya sebesar Rp 52 miliar/hari menjadi sebesar Rp 58 miliar/hari.

Penurunan BI Rate juga berdampak positif pada pasar Surat Penurunan BI Rate juga berdampak positif pada pasar SuratPenurunan BI Rate juga berdampak positif pada pasar Surat Penurunan BI Rate juga berdampak positif pada pasar Surat Penurunan BI Rate juga berdampak positif pada pasar Surat Utang Negara (SUN), tercermin dari penurunan rata-rata yield Utang Negara (SUN), tercermin dari penurunan rata-rata yieldUtang Negara (SUN), tercermin dari penurunan rata-rata yield Utang Negara (SUN), tercermin dari penurunan rata-rata yield Utang Negara (SUN), tercermin dari penurunan rata-rata yield SUN menjadi 10,77% pada akhir triwulan III-2006.

SUN menjadi 10,77% pada akhir triwulan III-2006.SUN menjadi 10,77% pada akhir triwulan III-2006.

SUN menjadi 10,77% pada akhir triwulan III-2006.SUN menjadi 10,77% pada akhir triwulan III-2006. Sepanjang triwulan III-2006 perdagangan SUN terus mengalami peningkatan aktivitas, baik dari sisi volume maupun frekuensi perdagangan (Grafik 3.13). Maraknya transaksi tersebut didorong oleh penurunan suku bunga yang terus terjadi sejak triwulan sebelumnya, serta kemungkinan akan terus berlanjutnya kecenderungan ini hingga akhir tahun laporan. Selain itu, dukungan dari kondisi makroekonomi yang kondusif serta perkembangan pasar modal yang bullish turut mendukung peningkatan harga SUN untuk seluruh tenor, sehingga rata-rata yield SUN menurun menjadi 10,77% di akhir triwulan III-2006. Dari sisi aktivitas per kelompok, kelompok non residen masih mendominasi pembelian SUN, diikuti oleh reksadana dan asuransi. Secara keseluruhan, selama triwulan III-2006 investor asing mencatat net beli sebesar Rp 5,5 triliun sehingga selama tahun 2006, kelompok tersebut sudah menambah porsi kepemilikan SUN-nya sebesar Rp 25,9 triliun.

Maraknya perdagangan SUN juga terjadi pada pasar perdana, baik dari lelang SUN Maraknya perdagangan SUN juga terjadi pada pasar perdana, baik dari lelang SUNMaraknya perdagangan SUN juga terjadi pada pasar perdana, baik dari lelang SUN Maraknya perdagangan SUN juga terjadi pada pasar perdana, baik dari lelang SUN Maraknya perdagangan SUN juga terjadi pada pasar perdana, baik dari lelang SUN reguler maupun lelang Obligasi Ritel Indonesia (ORI) yang mengalami

reguler maupun lelang Obligasi Ritel Indonesia (ORI) yang mengalami reguler maupun lelang Obligasi Ritel Indonesia (ORI) yang mengalami reguler maupun lelang Obligasi Ritel Indonesia (ORI) yang mengalami

reguler maupun lelang Obligasi Ritel Indonesia (ORI) yang mengalami oversubscribedoversubscribedoversubscribedoversubscribed...oversubscribed Dari lelang SUN reguler selama triwulan III-2006, yaitu reopening FR033 dan FR034, serta penawaran perdana FR038, FR039, dan FR040, jumlah penawaran yang masuk dan jumlah yang dimenangkan oleh pemerintah selalu jauh lebih besar dibanding targetnya. Dari sisi investor, secara umum kelompok pemodal asing tetap mendominasi pemenang lelang melalui jalur bank asing. Sementara itu, sebagai upaya pemerintah dalam manajemen profil utang dan perluasan investor, untuk

Grafik 3.12

IHSG dan Net Beli Asing pada Triwulan II-2006

Grafik 3.13 Aktivitas Perdagangan SUN 0,0 20,0 40,0 60,0 80,0 100,0 120,0 0 800 1.600 2.400 3.200 4.000 4.800 Vol (Rp t) Frek

Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei Jul Sep

2005 2006 Vol Frek Net Beli Net Jual IHSG -600,00 -400,00 -200,00 0,00 200,00 400,00 600,00 1100 1200 1300 1400 1500 1600 1700

(9)

pertama kalinya diterbitkan seri Obligasi Negara Ritel seri ORI-001 dengan target indikatif Rp 2,0 triliun. Minat investor retail domestik terlihat tinggi, tercermin dari penawaran yang masuk sejumlah Rp 3,3 triliun. Pemerintah kemudian menetapkan untuk memenangkan seluruhnya. Dalam perkembangannya, aktivitas pasar ORI cukup aktif sehingga harganya terus mengalami peningkatan. Di samping melakukan penerbitan SUN dan ORI, dalam upaya mengatur maturity profile utang tahun 2007-2009, dalam triwulan laporan telah dilaksanakan empat kali debt switching. Secara keseluruhan, total obligasi yang dimenangkan dalam proses debt switching tersebut mencapai Rp 5,6 triliun.

Referensi

Dokumen terkait

Di tengah gejolak keuangan global dan melambatnya pertumbuhan ekonomi dunia, perekonomian Indonesia pada triwulan III-2008 masih mencatat pertumbuhan yang tinggi.. PDB

Selama bulan Februari, BI Rate yang tidak berubah telah direspon dengan stabilnya suku bunga pasar uang seperti tercermin pada relatif stabilnya suku bunga JIBOR 1 bulan yang

Selain dipengaruhi oleh kenaikan suku bunga, peningkatan simpanan dana masyarakat pada perbankan juga berkaitan perpindahan dana yang sebelumnya ditanamkan dalam bentuk reksa

Inflasi inti pada triwulan II 2015 relatif terkendali dan rendah akibat perlambatan ekonomi domestik dan penurunan harga komoditas global.... Inflasi Inti Nontraded Ekspektasi

Usaha bank untuk lebih menarik simpanan masyarakat pada simpanan yang berjangka waktu menengah dan panjang terlihat dengan pelambatan penurunan suku bunga nya dibandingkan

1 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan II - 2008 Di tengah berkembangnya berbagai gejolak eksternal maupun domestik, perekonomian Di

Nilai tukar rupiah pada triwulan III-2007 secara rata-rata melemah dibandingkan triwulan Nilai tukar rupiah pada triwulan III-2007 secara rata-rata melemah dibandingkan triwulan Nilai

1 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2006 Secara umum, kinerja perekonomian Indonesia pada triwulan IV-2006 terus menunjukkan