• Tidak ada hasil yang ditemukan

Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan pemanfaatan batubara secara optimal serta untuk meningkatkan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan pemanfaatan batubara secara optimal serta untuk meningkatkan"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL

REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 24 TAHUN 2016

TENTANG

PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI

ENERGI

DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR

09

TAHUN 2015 TENTANG

TATA CARA PENYEDIAAN DAN PENETAPAN HARGA BATUBARA

UNTUK PEMBANGKIT LISTRIK MULUT TAMBANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan pemanfaatan

batubara secara optimal serta untuk meningkatkan

kelayakan pengembangan pembangkit listrik mulut

tambang, perlu mengatur kembali ketentuan mengenai

harga batubara untuk pembangkit listrik mulut tambang,

b.

bahwa

berdasarkan

pertimbangan

sebagaimana

dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Peraturan

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral tentang

Perubahan atas Peraturan Menteri Energi dan Sumber

Daya Mineral Nomor 09 Tahun 2016 tentang Tata Cara

Penyediaan dan Penetapan Harga Batubara untuk

(2)

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2007 tentang Energi

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007

I Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4746);

2. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 4, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4959);

3. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 133, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5052);

4. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2010 Nomor 29, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 5111) sebagaimana telah beberapa kali

diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 77

Tahun 2014 tentang Perubahan Ketiga atas Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan

Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014

Nomor 263, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 5489);

5. Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2012 tentang Kegiatan Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 28,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5281);

6. Peraturan Presiden Nomor 68 Tahun 2015 tentang

Kementerian Enei-gi dan Sumber Daya Mineral (Lembaran

(3)

7. Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 34 Tahun 2009 tentang Pengutamaan Pemasokan

Kebutuhan Mineral dan Batubara Untuk Kepentingan

Dalam Negeri (Berita Negara Republik Indonesia Tahun

2009 Nomor 546);

8. Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral

Nomor 17 Tahun 2010 tentang Tata Cara Penetapan

Harga Patokan Penjualan Mineral dan Batubara (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 463);

9. Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral

Nomor 35 Tahun 2013 tentang Tata Cara Perizinan

Usaha Ketenagalistrikan (Berita Negara Republik

Indonesia Tahun 2013 Nomor 1524);

10. Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral

Nomor 09 Tahun 2016 tentang Tata Cara Penyediaan dan

Penetapan Harga Batubara untuk Pembangkit Listrik Mulut Tambang (Berita Negara Republik Indonesia Tahun

2016 Nomor 512);

11. Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 13 Tahun 2016 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (Berita

Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 782);

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA

MINERAL TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR 09

TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENYEDIAAN DAN PENETAPAN HARGA BATUBARA UNTUK PEMBANGKIT

(4)

Pasal I

Beberapa ketentuan dalam Peraturan Menteri Energi dan

Sumber Daya Mineral Nomor 09 Tahun 2016 tentang Tata

Cara Penyediaan dan Penetapan Harga Batubara untuk

Pembangkit Listrik Mulut Tambang (Berita Negara Republik

Indonesia Tahun 2016 Nomor 512) diubah sehingga berbunyi

sebagai berikut:

1. Ketentuan Pasal 1 angka 2 diubah sehingga Pasal 1

berbunyi sebagai berikut:

Pasal 1

Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:

1. Batubara adalah endapan senyawa organik karbonan yang terbentuk secara alamiah dari sisa

tumbuh tumbuhan.

2. Harga Batubara Untuk Pembangkit Listrik Mulut Tambang adalah harga khusus untuk Batubara yang digunakan sebagai bahan bakar pembangkit

listrik mulut tambang.

3. Harga Dasar Batubara adalah harga dasar yang

ditentukan berdasarkan total biaya produksi

Batubara ditambah margin.

4. Pembangkit Listrik Mulut Tambang adalah pembangkit listrik tenaga uap dan pembangkit listrik tenaga gas Batubara, yang menggunakan

bahan bakar Batubara, yang dijamin ketersediaan

Batubaranya oleh Perusahaan Tambang sesuai

kesepakatan perjanjian jual beli Batubara.

5. Perusahaan Tambang adalah Perusahaan yang

melakukan kegiatan usaha pertambangan Batubara. 6. Perusahaan Pembangkit Listrik Mulut Tambang adalah pemegang Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik yang mengoperasikan Pembangkit Listrik Mulut Tambang.

(5)

7. Izin Usaha Pertambangan Operasi Produksi Batubara, yang selanjutnya disebut lUP Operasi

Produksi Batubara, adalah izin usaha yang

diberikan setelah selesai pelaksanaan Izin Usaha Pertambangan Eksplorasi Batubara untuk melakukan tahapan kegiatan operasi produksi

Batubara.

8. Izin Usaha Pertambangan Khusus Operasi Produksi Batubara, yang selanjutnya disebut lUPK Operasi

Produksi Batubara, adalah izin usaha yang

diberikan setelah selesai pelaksanaan Izin Usaha Pertambangan Khusus Eksplorasi Batubara untuk melakukan tahapan kegiatan operasi produksi Batubara di Wilayah Izin Usaha Pertambangan

Khusus Batubara.

9. Perjanjian Kerjasama Pengusahaan Pertambangan Batubara, yang selanjutnya disingkat PKP2B, adalah perjanjian antara Pemerintah Republik Indonesia dengan perusahaan berbadan hukum Indonesia

untuk melaksanakan usaha pertambangan bahan

galian Batubara.

10. Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik, yang

selanjutnya disingkat lUPTL, adalah izin untuk melakukan usaha penyediaan tenaga listrik untuk

kepentingan umum.

11. Menteri adalah Menteri yang menyelenggarakan

urusan pemerintahan di bidang pertambangan

mineral dan Batubara.

12. Direktur Jenderal adalah Direktur Jenderal yang

melaksanakan tugas dan bertanggung jawab atas perumusan serta pelaksanaan kebijakan dan

standardisasi teknis di bidang mineral dan

(6)

2. Ketentuan Pasal 7 diubah sehingga Pasal 7 berbunyi

sebagai berikut:

Pasal 7

Harga Batubara Untuk Pembangkit Listrik Mulut

Tambang dihitung berdasarkan Harga Dasar Batubara

ditambah iuran produksi/royalti.

3. Ketentuan Pasal 8 diubah sehingga Pasal 8 berbunyi

sebagai berikut:

Pasal 8

(1) Harga Dasar Batubara sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 7 ditentukan berdasarkan basil

kesepakatan antara Perusahaan Tambang dengan Perusahaan Pembangkit Listik Mulut Tambang.

(2) Harga Dasar Batubara sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) dihitung berdasarkan formula biaya produksi ditambah margin dengan

memperhitungkan eskalasi.

4. Ketentuan Pasal 9 diubah sehingga Pasal 9 berbunyi

sebagai berikut:

Pasal 9

(1) Biaya produksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 dihitung atas komponen biaya produksi yang

terdiri atas:

a. biaya pengupasan overburden;

b. penggalian Batubara;

c. pengangkutan Batubara dari lokasi tambang

sampai lokasi pengolahan;

d. pengangkutan Batubara dari lokasi pengolahan

ke stockpile PLTU; e. pengolahan Batubara;

(7)

g. reklamasi dan pascatambang;

h. keselamatan dan kesehatan kerja;

i.

pengembangan dan pemberdayaan masyarakat;

j. pembebasan/penggantian tanah;

k. overhead;

1. depresiasi dan amortisasi; dan

m. iuran tetap.

(2) Biaya produksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

sudah termasuk pajak serta biaya lain yang terdapat pada proses produksi Batubara.

(3) Patokan

besaran

komponen biaya

produksi

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)

ditetapkan dalam Keputusan Menteri tersendiri.

5. Ketentuan Pasal 10 ayat (3) dihapus sehingga Pasal 10

berbunyi sebagai berikut:

Pasal 10

(1) Besaran margin sebagaimana dimaksud dalam Pasal

8 mencakup keuntungan Perusahaan Tambang paling rendah sebesar 15% (lima belas persen) dan paling tinggi sebesar 25% (dua puluh lima persen) dari total biaya produksi sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 9.

(2) Besaran margin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditentukan berdasarkan basil kesepakatan antara Perusahaan Tambang dengan Perusahaan

Pembangkit Listrik Mulut Tambang.

(3) Dihapus.

6. Judul BAB 111 Bagian Keempat diubah sehingga berbunyi

"Harga Dasar Batubara".

(8)

8. Ketentuan Pasal 12 diubah sehingga Pasal 12 berbunyi

sebagai berikut:

|

Pasal 12

Harga Dasar Batubara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 berlaku tetap selama jangka waktu perjanjian jual beli Batubara atau jangka waktu perjanjian jual ball

tenaga listrik (power purchase agreement).

9. Diantara Pasal 12 dan Pasal 13 disisipkan 1 (satu) Pasal

yakni Pasal 12A yang berbunyi sebagai berikut:

Pasal 12A

Perusahaan Tambang wajib menyampaikan Harga Dasar Batubara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 kepada Menteri.

10. Ketentuan Pasal 15 diubah sehingga Pasal 15 berbunyi

sebagai berikut:

Pasal 15

Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, Perjanjian

Jual Beli Tenaga Listrik (Power Purchase Agreement) yang

telah ditandatangani, dan/atau Harga Batubara untuk Pembangkit Listrik Mulut Tambang yang telah mendapatkan persetujuan harga jual tenaga listrik dari

Menteri, hasil lelang dan/atau penunjukan langsung yang telah ditetapkan dalam Jual Beli Tenaga Listrik

(Power Purchase Agreement), wajib disesuaikan dengan

berpedoman pada Peraturan Menteri ini berdasarkan

(9)

diundangkan.

Agar

setiap

orang

mengetahuinya,

memerintahkan

pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta

Pada tanggal 6 September 2016

Pit. MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

LUHUT BINSAR PANDJAITAN

Diundangkan di Jakarta

Pada tanggal 13 September 2016

DIREKTUR JENDERAL

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

WIDODO EKATJAHJANA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2016 NOMOR 1367

SaliQgn sesuai aslinya

KEMENTEFU^^^S^?^N SUMBER DAYA MINERAL

\Hukum,

) a

Referensi

Dokumen terkait

produsen maupun pada jalur transportasi seperti Laut Cina Selatan, Selat Malaka, Lautan Hindia, berdampak buruk terhadap pasokan energi di INDONESIA. Secara taktis, Indonesia

Sudah kira-kira dari lahir ia tinggal ditempat ini bersama dengan ibunya tanpa sang ayah, ia seolah mendambakkan akan seorang pria yang datang menjemputnya dan mengajak ia dan

Pengawalan dan pengamanan tahanan pada setiap tahap sebagaimana dimaksud dalarn Pasal 5, pasal 6, pasal 7 dan pasal g dilakukan minimal oleh 2 (dua) orang

Dengan doa dan partisipasi aktif dari semua pihak, melalui serangkaian strategi yang akan dievaluasi pada berbagai tahapannya, diharapkan visi-misi yang dirumuskan dapat tercapai

Sedangkan hasil dari analisis rancangan dengan pendekatan CFD menggunakan software Ansys R19.0 diketahui bahwa distribusi panas di sepanjang pipa primary SH, yaitu terjadi

Pada tahap pertama, Hilmi menyampaikan, pihak Medco menargetkan untuk dapat membangun pembangkit listrik tenaga surya berkapasitas 20 megawatt (MW) dengan alokasi dana

Berdasarkan penilaian terhadap siswa kelas VII1 dan VII2 SMP IT Aziziyyah Pekanbaru pada aspek latar diketahui bahwa kemampuan memahai unsur intrinsik teks narasi siswa kelas VII

Pernyataan bahwa komunikasi telah terjadi sebenarnya bersifat artificial dalam arti bahwa kita mencoba menangkap suatu gambaran diam (statis) dari proses tersebut dengan maksud