• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH KEBERAGAMAAN TERHADAP PERILAKU MENYIMPANG ANAK JALANAN DI KOTA SALATIGA SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENGARUH KEBERAGAMAAN TERHADAP PERILAKU MENYIMPANG ANAK JALANAN DI KOTA SALATIGA SKRIPSI"

Copied!
85
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH KEBERAGAMAAN TERHADAP

PERILAKU MENYIMPANG ANAK JALANAN

DI KOTA SALATIGA

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan Islam

Oleh :

GUNTUR BAYU AJI

NIM: 11105011

JURUSAN TARBIYAH

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI

SALATIGA

2010

Af

fG

Ef

(2)

PENGARUH KEBERAGAMAAN TERHADAP

PERILAKU MENYIMPANG ANAK JALANAN

DI KOTA SALATIGA

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan Islam

Oleh :

GUNTUR BAYU AJI

N IM : 11105011

JURUSAN TARBIYAH

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISL*M NEGERI

SALATIGA

(3)

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Setelah dikoreksi d a i diperbaiki, maka skripsi saudara :

Nama : Guntur Bayu Aji

NIM : 11105011

Jurusan : Tarbiyah

Program Studi : Pendidikan Agama Islam

Judul :PENGARUH KEBERAGAMAAN TERHADAP

PERILAKU MENYIMPANG ANAK JALANAN DI KOTA SALATIGA

Telah kami setujui untuk dimunaqosahkan.

Salatiga, 20 agustus 2010

Pembimbing

Dra. Siti Asdiqoh. M.Si.

(4)

KEMENTERIAN AGAMA RI

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA

Jl. Tentara Pelajar 02 Telp. 323706 Fax. 323433 Kode Pos. 50721 Salatiga

hltp/Avww.salaliga.ac.id e-mail:akademik(a}stam.ac.id

PENGESAHAN KELULUSAN

Skripsi Saudara Guntur Bayu Aji dengan Nomor Induk Mahasiswa 11105011 yang

berjudul PENGARUH KEBERAGAMAAN TERHADAP PERILAKU

MENYIMPANG ANAK JALANAN DI KOTA SALATIGA telah dimunaqosahkan dalam Sidang Panitia Ujian Jurusan Tarbiyah, Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga pada Selasa, 31 Agustus 2010 dan telah diterima sebagai bagian dari syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I.)

Salatiga, 31 Agustus 2010 21 Ramadhan 1431

Panitia Ujian

Ketua Sidang )Sekretaris Sidang

540818 199403 1 004

Aahma^Hariyadi, M.Pd 9670112 199203 1 005

Penguji II

7 $ ^

-Benny RiHwan. M. Hum NIP 19730320 199903 1 003

Pembimbing

m i

(5)

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan dibawah in i:

Nama : Guntur Bayu Aji

NIM : 11105011

Jurusan : Tarbiyah

Program Study : Pendidikan Agama Islam

Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini merupakan hasil karya saya sendiri,

bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Salatiga, 19 Agustus 2010

Yang menyatakan,

Guntur Bayu Aji

(6)

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

Syukurilah apa yang kau dapat karena hidup tak akan baik selama kita tidak merasa

baik dan hidup tak akan adil selama kita tak merasa adil.

PERSEMBAHAN

Ayah ibu tercinta yang selalu setia dengan doa dan restunya untuku

Mas dan mbakku yang tak lelah memotifasiku

(7)

ABSTRAK

Aji, Guntur, Bayu. 2oi0.

Pengaruh Keberagamaan Terhadap Perilaku Menyimpang Anak Jalanan Di Kota Salatiga.- Skripsi. Jurusan Tarbiyah. Program Studi Pendidikan Agama Islam. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dra. Siti Asdiqoh. M.Si.

Kata K unci: keberagamaan dan perilaku menyimpang.

Fenomena yang sering terjadi di negara ini, dengan banyaknya kemiskinan yang tak teratasi, bencana alam, kehancuran keluarga. Kota yang padat penduduknya dan banyak keluarga bermasalah membuat anak yang kurang gizi, kurang perhatian, kurang pendidikan, kurang kasih sayang dan kehangatan jiwa, serta kehilangan hak untuk bermain, bergembira, bermasyarakat, dan hidup merdeka, atau bahkan mengakibatkan anak-anak dianiaya batin, fisik, dan seksual oleh keluarga, teman, orang lain lebih dewasa, ditengarai sebagai salah satu sebab makin maraknya anak- anak di negeri ini yang tidak terurus. Anak-anak yang tidak terurus ini kemudian mencoba bertahan hidup sendiri dengan melakukan berbagai pekerjaan yang tidak seharusnya dilakukan oleh anak seumurnya. Pekerjaan sehari-hari yang dijalani oleh anak-anak jalanan ini, kadang hanya mereka gunakan sebagai sarana untuk mendapatkan perhatian dari orang lain. Hal itu terjadi karena kesulitan para orang tua untuk mewujudkan keseimbangan dalam pemenuhan kebutuhan lahir dan batin inilah yang menjadi penyebab awal mengapa kadang anak memilih teijun kejalanan. Fase umur dimana anak harus mendapat pendidikan yang memadai tentang berbagai ilmu pengetahuan pun harus dilewati tanpa pendidikan apapun. Bahkan pendidikan agama, yang telah disepakati sebagai salah satu pendidikan pokok bagi semua anak untuk membekali nilai-nilai dalam menjalani hidup ketika besar nanti, juga tidak pernah tersentuh sama sekali dikarenakan aktivitas mereka atau ketidak hadiran orang tua sebagai guru dan pendidik yang baik.

Penelitian ini mencoba mencari seberapa besar tingkat keberagamaan anak jalanan dan juga seberapa besar tingkat penyimpangan perilaku yang mereka lakukan serta mencari pengaruh keberagamaan terhadap perilaku menyimpang anak jalanan. Dari penelitian yang penulis lakukan penulis menemukan adanya pengaruh antara keberagamaan dan perilaku menyimpang pada anak jalanan di kota Salatiga

(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan taufiq-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Skripsi ini penulis susun sebagai syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di

Jurusan Tarbiyah STAIN Salatiga, Program Studi Pendidikan Agama Islam. Adapun judul skripsi ini adalah “Pengaruh Keberagamaan Terhadap Perilaku Menyimpang

Anak Jalanan Di Kota Salatiga”.

Penulisan skripsi ini dapat selesai tidak lepas dari berbagai pihak yang telah memberikan dukungan moril maupun materiil. Dengan penuh kerendahan hati penilis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. Imam Sutomo, M.Ag selaku Ketua STAIN Salatiga.

2. Dra. Siti Asdiqoh. M.Si, selaku pembimbing yang telah mengarahkan dan memberi petunjuk sehingga dapat terselesaikanya penulisan skripsi ini.

3. Keluarga besar Bapak Bambang Setiyono terutama bapak dan ibu yang tak lelah

memberi doa dan restunya padaku karena tanpa itu aku takkan mampu menyelesaikan ini semua.

4. Kakak-kakaku : Mas Adi, Mbak Anggun, Mas Veri dan Adiku Sekar yang selalu mendukungku dan memotifasiku untuk menyelesaikan skripsi ini, serta Keponaanku Divla yang selalu hadir dengan keceriaanya.

5. Keluarga Bapak Sugeng Widodo, terutama Fitri Wulandari yang selalu mendukung

dan memotifasi tanpa kenal lelah.

6. Sahabat-sahabatku seangkatan yang selalu setia memberi motifasi dan menasehatiku

saat aku la la i: Rosyit, Heru, Umam, Ikhsan, Fajar, Rohmadi.

(9)

9. Adik-adik dan keluarga baruku, anak-anak jalanan kota salatiga yang telah memberiku inspirasi tentang karya ini.

10. Seluruh staf LSM Student Community yang telah membantu menyelesaikan ini semua.

11. Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini sehingga dapat diselesaikan.

Atas bantuan dan bimbingan yang telah diberikan kepada penulis, maka tiada

kata yang pantas diucapkan kecuali kata terima kasih dan doa semoga amal serta jasa baiknya dapat menjadi amal sholeh yang dapat diterima Allah SWT.

Salatiga, 15 agustus 2010

(10)

1

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... ...s...• ■... i

LEMBAR PERSETUJUAN ... ii

PENGESAHAN KELULUSAN... iii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN... v

ABSTRAK... vi

KATA PENGANTAR... vii

DAFTAR I S I ... ix

DAFTAR TABEL... xii

DAFTAR GAMBAR... xiii

DAFTAR LAMPIRAN... xiv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang M asalah... 1

B. Rumusan M asalah... 4

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Hipotesis Penelitian... 5

E. Kegunaan Penelitian ... 5

F. Definisi Operasional... 6

(11)

H. Sistematika Penulisan

12

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian Keberagamaan... 15

1. Pengertian Keberagamaan A nak... 15

2. Tahapan-Tahapan Kepercayaan... 17

3. pembentukan pemahaman dan perilaku keagamaan an ak... 21

B. Pengertian Perilaku dan M acamnya... 24

1. Pengertian Perilaku Menyimpang ... 24

2. Kriteria dan Ciri-ciri Perilaku Menyimpang... 26

3. Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Menyimpang ... 27

4. Indikator Perilaku Menyimpang ... 29

C. Pengaruh Keberagamaan Terhadap Perilaku Menyimpang... 30

BAB III LAPORAN HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian... 35

1. Sejarah ... 35

2. Keadaan Geografis... 39

3. Keadaan Sosial E konom i... 40

B. Penyajian Data... 41

BAB IV ANALIS DATA A. Analis D eskriptif... 46

(12)

C. Pembahasan ... 59

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 61

B. Saran... 61

DAFTAR PUSTAKA... 64

(13)

DAFTAR TABEL

TABEL I :DATA NAMA RESPONDEN ... ... ... 42

TABEL II : REKAPITULASI HASIL ANGKET ASPEK

KEBERAGAMAAN ... 43

TABEL III REKAPITULASI HASIL ANGKET ASPEK

KEBERAGAMAAN ... 44

TABEL IV :DATA FREKUENSI JAWABAN VARIABEL

KEBERAGAMAAN... 48

TABEL V :DATA FREKUENSI JAWABAN ANGKET PER ITEM

VARIABEL KEBERAGAMAAN ANAK JALANAN... 50

TABEL VI .DATA FREKUENSI JAWABAN VARIABEL

PERILAKU MENYIMPANG ... 52

TABEL VII :DATA FREKUENSI JAWABAN ANGKET PER ITEM

VARIABEL PERILAKU MENYIMPANG ANAK

JALANAN... 55

TABEL VIII :TABEL UNTUK MENGHITUNG KOEFISIEN

KORELASI ... 57

(14)

DAFTAR GAMBAR

GAMBARI :FREKUENSI DAN PROSENTASE KEBERAGAMAAN

ANAK JALANAN DI KOTA SALATIGA... 50

GAMBAR II: FREKUENSI PERILAKU MENYIMPANG ANAK

(15)

BABI

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setiap orang umumnya ingin menikah dan memiliki anak untuk menjadi

generasi penerus keluarga. Melalui seorang anak juga manusia diberi amanah oleh Allah SWT untuk mengasihi, merawat dan mendidik anak tersebut agar

menjadi calon generasi penerus bangsa. Dari kecil, anak dipelihara dan dibesarkan oleh dan dalam keluarga. Segala sesuatu yang ada dalam keluarga,

baik yang berupa benda-benda dan orang-orang serta peraturan-peraturan dan

adat istiadat yang berlaku dalam keluarga itu sangat berpengaruh dan menentukan corak perkembangan anak-anak.

Fenomena yang sering teijadi di negara ini, dengan banyaknya

kemiskinan yang tak teratasi, bencana alam, kehancuran keluarga. Kota yang

padat penduduknya dan banyak keluarga bermasalah membuat anak yang kurang gizi, kurang perhatian, kurang pendidikan, kurang kasih sayang dan

kehangatan jiwa, serta kehilangan hak untuk bermain, bergembira,

bermasyarakat, dan hidup merdeka, atau bahkan mengakibatkan anak-anak dianiaya batin, fisik, dan seksual oleh keluarga, teman, orang lain lebih

dewasa, ditengarai sebagai salah satu sebab makin maraknya anak-anak di

negeri ini yang tidak terurus. Anak-anak yang tidak terurus ini kemudian

mencoba bertahan hidup sendiri dengan melakukan berbagai pekerjaan yang

tidak seharusnya dilakukan oleh anak seumurnya. Mengamen, mengemis,

pedagang asongan, penyemir sepatu, hanyalah beberapa contoh pekerjaan

yang sering dijadikan sandaran hidup anak-anak terlantar ini. Jalanan (perempatan atau tempat lampu lalu lintas) dan tempat-tempat strategis

lainnya seperti pasar kemudian menjadi salah satu tempat pilihan untuk

mengadu nasib, bahkan bagi sebagian anak menjadi tempat tinggal. Karena

(16)

tempat dan pekeijaan inilah kita sering menyebut anak-anak itu dengan sebutan anak jalanan.

Pekeijaan sehari-hari yang dijalani oleh anak-anak jalanan ini, kadang

hanya mereka gunakan sebagai sarana untuk mendapatkan perhatian dari

orang lain. Hal itu teijadi karena kesulitan para orang tua untuk mewujudkan

keseimbangan dalam pemenuhan kebutuhan lahir dan batin inilah yang

menjadi penyebab awal mengapa kadang anak memilih teijun kejalanan.

Kasih sayang dan perhatian anak tersebut cenderung diabaikan oleh orang

tuanya. Oleh sebab itulah, ia akan mencari bentuk-bentuk pelampiasan dan

pelarian yang kadang mengarah pada hal-hal yang menyimpang. Seperti

masuk dalam anggota genk, mengonsumsi minuman keras dan narkoba, dan

lain-lain. Ia merasa jika masuk menjadi anggota genk, ia akan diakui,

dilindungi oleh kelompoknya. Di mana hal yang demikian tersebut tidak ia dapatkan dari keluarganya.

Pola tingkah laku seorang anak tidak bisa terlepas dari pola tingkah laku

anak-anak lain di sekitarnya. Anak-anak lain yang menjadi teman

sepergaulannya sering kali memengaruhi perilaku seorang anak. Dari teman bergaul itu, anak akan menerima norma-norma atau nilai-nilai sosial yang ada

dalam masyarakat. Apabila teman bergaulnya baik, dia akan menerima

konsep-konsep norma yang bersifat positif. Namun apabila teman bergaulnya

kurang baik, sering kali akan mengikuti konsep-konsep yang bersifat negatif.

Akibatnya teijadi pola tingkah laku yang menyimpang pada diri anak tersebut.

Karena lingkungan yang kurang mendukung dan juga tuntutan pekeijaan yang

dijalani oleh anak-anak inilah, seringkah menjadi salah satu penyebab mereka tidak mendapatkan pendidikan yang memadai bagi anak seumurnya.

Fase umur dimana anak harus mendapat pendidikan yang memadai

tentang berbagai ilmu pengetahuan pun harus dilewati tanpa pendidikan

apapun. Bahkan pendidikan agama, yang telah disepakati sebagai salah satu

(17)

pendidik yang baik. Pendidikan Agama yang diajarkan kepada anak, tidak

menjamin berimbas terhadap perilaku ritual keberagamaanya, namun

keberadaannya dapat memicu untuk melakukan ritual keagamaan yang baik.

Karena pengetahuan again? bersifat netral, dan semangat keagamaan

mempengaruhi anak untuk melakukan ritual keagamaan. Pengetahuan agama

sangat penting diberikan pada anak, namun semangat keagamaan juga perlu

ditumbuh kembangkan, sehingga agama dapat dipahami, diyakini

kebenarannya, dan dilaksanakan ajarannya. Sedangkan internalisasi

pendidikan agama pada anak di lingkungan keluarga juga berpengaruh

terhadap pelaksanaan hubungan sosial keagamaanya. Karena keluarga memiliki porsi tanggung jawab yang besar terhadap internalisasi pendidikan

agama terhadap anak. Karena keluarga dapat mewarnai tingkat keberagamaan

anak. Tingkat keberagamaan yang baik menunjukkan adanya kepedulian yang

tinggi dari keluarga terhadap peningkatan tingkat keberagamaan anak. Hal

tersebut perlu dipertahankan dan ditingkatkan agar masa depan keberagamaan

anak semakin cerah. Karena keyakinan seseorang berawal dari apa yang ia

terima dari 'gurunya (orang tua), kemudian diuji oleh 'suasana’ dalam peijalanan hidupnya dan dalam peijalanan itulah keyakinan seseorang bisa

semakin kuat karena menurutnya terbukti benar dan membantunya dalam

kehidupan sehari-hari. Akan tetapi keyakinan seseorang bisa juga semakin lemah atau bahkan berpaling dan berubah, karena ia ragu dengan apa yang telah ia anut dan ia jalani.

Kurangnya pendidikan dan bimbingan serta tingkat kepedulian dalam

bidang keagamaan justru memperparah keadaan dan situasi yang harus

dihadapi anak jalanan. Nilai-nilai moral yang sudah selayaknya dimiliki

seorang anak untuk membentengi mereka dari hal-hal negatif menjadi sebuah

hal yang sangat minim mereka dapatkan. Karena minimnya pengetahuan tentang agama inilah yang kadang meruntuhkan keteguhan akan nilai yang

dimiliki sebelumnya, sangat mungkin akan goyah ketika dihadapkan kepada

kenyataan keras yang dihadapi tiap harinya.

(18)

Kota Salatiga sebagai salah satu kota yang mempunyai tingkat

perekomian yang baik, justru banyak menjadi salah satu rujukan bagi anak-

anak yang mencari nafkah di jalanan, baik anak-anak asli Salatiga ataupun

daerah sekitarnya (Kab. Semarang dan Kab. Boyolali). Ditambah bahwa letak

geografi Salatiga yang menjadi salah satu kota penghubung kota besar lainnya

dengan dilaluinya transportasi darat, menjadi salah satu “Sawah” bagi anak

jalanan yang berprofesi sebagai pengamen, pengemis atau pedagang asongan.

Banyaknya anak jalanan di Salatiga ini, baik yang berprofesi sebagai

pengemis, pengamen, pedagang asongan, penyemir sepatu dan lainnya,

mengilhami penulis untuk meneliti lebih jauh bagaimana keberagamaan

mereka atau seberapa besarkah peran agama dalam menentukan perilaku

mereka. Ditambah juga bahwa Salatiga merupakan kota pelajar dan kota yang

terkenal dengan kota agama, karena masyarakat beragamanya. Dengan latar

belakang inilah, penulis mencoba untuk meneliti fenomena ini lebih jauh

dengan judul penelitian “ Pengaruh K eberagam aan T erhadap Perilaku

M enyimpang A nak Jalan an Di Kota Salatiga“

B. Rumusan Masalah

Untuk mempertajam dan memberikan batasan penelitian yang jelas,

maka penulis membuat beberapa pertanyaan sebagai rumusan masalah sebagai

berikut:

1. Bagaimana keberagamaan anak jalanan di Kota Salatiga ?

2. Bagaimana perilaku menyimpang anak jalanan di Kota Salatiga ?

3. Apakah keberagamaan berpengaruh terhadap perilaku menyimpang anak jalanan di Kota Salatiga ?

C. Tujuan Penelitian

(19)

3. Untuk mengetahui pengaruh keberagamaan terhadap perilaku

menyimpang anak jalanan di Kota Salatiga.

D. Hipotesis Penelitian

Menurut Prof. Drs. Sutrisno Hadi, MA., hipotesa adalah dugaan yang

mungkin benar atau mungkin salah. Sedangkan menurut Suharsini Arikunto,

hipotesis diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap

permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul.

* Dalam penelitian ini, penulis akan mengajukan hipotesa y a itu :

Ada pengaruh positif antara keberagamaan terhadap perilaku

menyimpang anak jalanan di kota Salatiga. Dengan kata lain semakin

baik keberagamaanya semakin baik pula perilakunya dan sebaliknya.

E. Kegunaan Penelitian '

Sesuai dengan judul yang penulis ajukan “Pengaruh Keberagamaan

Terhadap Perilaku Menyimpang Anak Jalanan “. Maka penulis bermaksud

untuk meneliti lebih lanjut bagaimana keberagamaan anak serta bagaimanakah

perilaku keseharianya dan dari penelitian ini penulis berharap nantinya dapat

berguna bagi diri penulis sendiri nantinya dan bagi pembaca.

Adapun manfaat atau kegunaan yang penulis harapkan adalah sebagai b erik u t:

1. Untuk memberi pengetahuan dan pengertian tentang pentingnya

pendidikan agama pada anak.

2. Untuk memberi pengetahuan pada orang tua bagaimana menanamkan

nilai-nilai keberagamaan pada anan.

3. Untuk memberikan pengetahuan pada orang tua bahwa pendidikan agama

sangat mempunyai pengaruh besar pada pembetukan perilaku anak.

(20)

F. Definisi Operasional

Untuk menghindari teijadinya penafsiran yang berbeda dengan maksud

penulis dalam menggunakan kata pada judul penelitian ini, maka penulis akan

menjelaskan istilah-istilah tersebut sebagai berikut:

1. Pengaruh, berarti daya atau akibat yang ditimbulkan dari suatu proses,

(w.j.s. Purwadarminta, 1982; 865)

2. Keberagamaan berarti, bagaimana orang mampu menjalankan ajaran

agama secara utuh dan komprehensif agar agama bisa menjadi kontribusi dalam proses pembangunan, akhirnya terwujud tampilan (profil) para

pemeluk agama yang santun, damai, serta harmonis (tidak anarkis).

(Bambang Wahyudi, 2007)

3. Perilaku menyimpang, berasal perilaku, yang artinya perbuatan, kelakuan,

cara menjalankan atau berbuat (W.J.S. Purwadarminta, 1982; 553).

Sedangkan menyimpang, yang artinya tidak menurut jalan yang betul

(W.J.S. Purwadarminta, 1982; 1125). Jadi perilaku menyimpang adalah

semua tindakan yang menyimpang dari norma yang berlaku dalam sistem

sosial dan menimbulkan usaha dari mereka yang berwenang dalam sitem

itu untuk memperbaiki perilaku menyimpang. Dalam aritikel yang penulis baca menurut Lemert penyimpangan dapat dibedakan menjadi dua

macam, yaitu penyimpangan primer dan penyimpangan sekunder.

Penyimpangan primer adalah suatu bentuk perilaku menyimpang yang

bersifat sementara dan tidak dilakukan terus-menerus sehingga masih

dapat ditolerir masyarakat seperti melanggar rambu lalu lintas, buang

sampah sembarangan, dll. Sedangkan penyimpangan sekunder yakni

perilaku menyimpang yang tidak mendapat toleransi dari masyarakat dan

umumnya dilakukan berulang kali seperti merampok, menjambret,

memakai narkoba, menjadi pelacur, dan lain-lain ( Muhammad Ikbal. S. sos, 2008).

(21)

(W.J.S. Purvvadarminta, 1982; 395). Secara umum Anak jalanan adalah

anak yang sebagian besar waktunya berada di jalanan atau di tempat-

tempat umum. Anak jalanan yang peneliti maksud dalam penelitian ini

adalah anak yang berusia antara 5 sampai dengan 18 tahun, melakukan

kegiatan atau berkeliaran di jalanan, penampilannya kebanyakan kusam

dan pakaian tidak terurus, mobilitasnya tinggi. Dalam artikel karya Tauran.

S.Sos Setidaknya ada 3 tipe anak jalanan, yaitu;

1. Anak yang tinggal / hidup di jalalanan.

2. Anak yang bekeija (berjualan) di jalanan.

3. Anak yang bermain-main dijalan.

Adapun yang penulis maksud dengan pengaruh keberagamaan terhadap

perilaku menyimpang anak jalanan di kota Salatiga dalam penelitian ini

adalah seberapa besar peran dan pengaruh agama dalam menentukan perilaku

anak jalanan di Kota Salatiga. Bardasarkan pada uraian diatas maka untuk

lebih memperjelas aspek-aspek apa saja yang akan penulis teliti beserta instrument yang akan penulis teliti. Maka setiap variable penulis jelaskan

melalui indikator sebagai berikut;

1. Keberagamaan Anak Jalanan

a. Dimensi Ibadah

1) Kontinuitas shalat fardu.

2) Puasa Ramadhan.

3) Keaktifan membaca Al-Qur’an.

b. Dimensi Muamalah

1) Pengetahuan tentang agama Islam.

2) Cara menghormati orang lain.

3) Sikap toleransi.

4) Sikap saling menghargai dan tenggang rasa.

(22)

2. Perilaku Menyimpang

a. Penyalah gunaan narkoba.

b. Mabuk-mabukan.

c. Seks bebas. ,v ■ .

d. Mencopet.

e. Tawuran.

f. Malak atau minta uang pada orang lain secara paksa. g. Menganggu orang lain.

h. Tidak menghormati orang lain.

G. Metode Penelitian

Metode penelitian sering disebut sebagai metodologi research yang

berarti sebagai usaha untuk menentukan, mengembangkan dan menuju suatu

kebenaran pengetahuan. Usaha itu dilakukan dengan menggunakan metode ilmiah.

Berdasarkan uraian diatas, jelas bahwa untuk menentukan kebenaran

ilmiah, harus memahami metode ilmiah. Adapun metode ilmiah yang penulis

gunakan adalah sebagai berik u t:

1. Pendekatan dan Rancangan Penelitian.

Pada penelitian ini penulis menggunakan metode pendekatan

kuantitatif, yaitu pendekatan peneitian yang bersifat objektif mencakup

pengumpulan dan analisis data kuantitatif serta menggunakan metode

pengujian statistik (Hermawan, 2004; 14). Jenis penelitian yang

digunakan pada penelitian ini ialah penelitian korelasional, yaitu penelitian

yang bertujuan untuk mengetahui kesamaan dan perbedaan, dan

menemukan ada tidaknya hubungan di an tara variabel, mengetahui

seberapa erat hubungan serta berarti tidaknya suatu hubungan variabel

(23)

Rancangan atau desain penelitian dalam arti sempit dimaknai

sebagai suatu proses pengumpulan dan analisis penelitian. Dalam arti luas

rancangan penelitian meliputi proses perencanaan dan pelaksanaan

penlitian. Dalam rancangan pereperencaan dimulai dengan megadakan

. observasi dan evaluasi rerhadap penelitian yang sudah dikeijakan dan

diketahui, sampai pada penetapan kerangka konsep dan hipotesis

penelitian yang perlu pembuktian lebih lanjut. Rancangan pelaksanaan

penelitian meliputi prose membuat prcobaan ataupun pengamatan serta

memilih pengukuran variable, prosedur dan teknik sampling, instrument,

pengumpulan data, analisis data yang terkumpul, dan pelaporan hasil penelitian.

2. Lokasi dan Waktu Penelitian.

Penelitian ini penulis lakukan di Kota Salatiga, alasan penulis

memilih lokasi penelitian di Kota Salatiga karena letaknya yang masih

satu kota dengan tempat penulis menuntut ilmu dan juga dari hasil

pengamatan penulis tentang anak jalanan yang kurang mendapatkan

perhatian. Dimulai pada bulan april 2010, penulis mulai mengamati dan

mencari data tentang anak jalanan yang ada di Kota Salatiga serta meneliti

bagaimana pengaruh keberagamaan terhadap perilaku menyimpang anak

jalanan di Kota Salatiga.

3. Metode Penentuan Subyek

a. Populasi

Populasi adalah jumlah dari keseluruhan objek (satuan-satuan /

individu-individu) yang karakteristiknya hendak diduga (Darwanto

p.s, 1993; 107). Sedangkan yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah anak-anak jalanan tipe ldan 2 yaitu anak-anak yang bekeija

untuk mencari uang (penghasilan) dengan mengamen, mengemis,

penjual koran dan pengasong di jalanan kota Salatiga. Di Salatiga

terdapat beberapa area tempat anak jalanan, antara lain seperti data

(24)

yang diambil oleh penulis terdapat 5 area yaitu area Kauman 31

orang, Pos Tingkir 30 orang, Pasar Raya 15 orang, Pancasila 5 orang,

Pandawa 4 orang, Total 85 orang. ( LSM Student Community, 2010). b. Sampel

Menurut Djarwanto P.S (1993; 108), sampel adalah sebagian

dari populasi yang karakteristiknya hendak diselidiki yang dianggap

dapat mewakili dari keseluruhan populasi.

Dalam pengambilan sampel, digunakan teknik ramdom

sampling, yaitu dengan cara acak tetapi tidak menyimpang dari

responden yang telah ditentukan. Dalam penelitian ini, penulis

mengambil sampel sebanyak 30 anak jalanan di kota Salatiga. Adapun

sampel yang akan dipakai adalah anak jalanan yang mangkal di tempat sebagai berikut:

1. Pertigaan Kauman.

2. Terimal Pos Tingkir.

3. Pasar Raya Salatiga.

4. Metode Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data yang berhubungan dengan penelitian ini

penulis mempergunakan m etode:

a. Metode Angket

Yaitu suatu susunan daftar pertanyaan yang akan diajukan

peneliti untuk dijawab responden. Peda penelitian ini penulis

menggunakan angket sebagai metode utama dalam mengumpulkan data-data sebagai bahan dalam penelitian ini. Penggunaan angket ini

dimaksudkan untuk mendapatkan data tentang keberagamaah dan

bagaimana perilaku anak jalanan serta latar belakang kehidupan

pribadi (keluarga), dengan cara membagikan daftar pertanyaan kepada

(25)

Angket yang penulis pergunakan adalah angket langsung yaitu

jumlah daftar pertanyaan dikirim langsung kepada responden atau

orang yang diminta untuk menceritakan keadaan dirinya (Sutrisno

Hadi, 1980; 22).

b. Metode Observasi

Menurut Sutrisno Hadi observasi yaitu cara untuk menggali data dengan menggunakan pemcatatan secara sistematis tentang

fenomena-fenomena yang disielidiki (diteliti). Observasi ini

dilakukan dengan cara untuk mengetahui secara langsung

keberagamaan anak jalanan dan pengaruhnya terhadap perilaku

menyimpang anak jalanan di Kota Salatiga. Metode ini penulis

Menurut Suharsini Arikunto metode dokumentasi adalah mencari data mengenai hal atau variable yang berupa catatan,

transkrip, buku, surat kabar, majalah, notulen dan lainnya yang

berhubungan dengan obyek penelitian.

Adapun dalam pemakain metode ini, penulis menggunakan

data tentang anak jalanan yang ada di Dinas Sosial atau lembaga

lainnya yang mengurusi atau concern terhadap masalah anak jalanan

di Kota Salatiga.

5. Metode Analisis Data

Setelah data yang diperlukan terkumpul, maka kesimpulan akhir dari penelitian ini dapat diperoleh dengan memperhatikan hipotesa yang

penulis ajukan.

Untuk menjawab rumusan masalah yang pertama dan kedua,

(26)

Keterangan :

P = Populasi individu dengan golongan

F = Frekuensi yang di observasi

N = Jumlah sampel penelitian

Kemudian untuk menjawab rumusan masalah yang ketiga, dan

untuk menguji hipotesa yang penulis ajukan, maka penulis menggunakan

analisa dengan teknik analisa korelasi Product Moment adalah:

Keterangan :

^xy = Koefisien korelasi Product Moment Variabel X dan Y

Yjx.y ~ Jumlah perkalian antara skor variabel X dan skor variable Y

Y ' jc = Jumlah skor variabel X

H. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan adalah penggunaan sistematika berfikir dari

penulisan dalam mengembangkan ide pokok yang terkandung dalam judul

skripsi. Sistematik? dalam penulisan skripsi ini dibagi dalam lima bab, yaitu

sebagai berikut:

r

y y = Jumlah skor variabel Y

(27)

BABI : PENDAHULUAN

Pada bab pendahuluan, terdiri dari latar belakang masalah,

rumusan masalah, tujuan penelitian, hipotesis penelitian, kegunaan

penelitian, definisi operasional, metodologi penelitian dan sistematika penulisan.

BABU : LANDASANTEORI

Pada bab ini dipaparkan tentang pengertian keberagamaan anak

dan tahapan-tahapan kepercayaan serta berbagai perspektif lain

yang berhubungan dengan keberagamaan anak. Adapun rincian

masalah yang penulis kembangkan adalah masalah perilaku

menyimpang anak jalanan yang meliputi pengertian, kriteria

perilaku penyimpang, ciri-ciri perilaku penyimpang dan berbagai faktor yang mempengaruhi perilaku menyimpang serta pengaruh

keberagamaan terhadap perilaku menyimpang anak jalanan. BAB III : LAPORAN PENELITIAN

Bab ini berisi tentang penjelasan mengenai data hasil penelitian, yang meliputi masalah gambaran umum medan penelitian, yang

memuat tentang tempat-tempat yang dijadikan penulis untuk

melakukan penelitian, serta obyek yang penulis jadikan sebagai

bahan penelitian. Bab ini diakhiri dengan data khusus penelitian

yang memuat data tentang pengaruh keberagamaan terhadap

perilaku menyimpang anak jalanan di kota Salatiga. BAB IV : ANALIS DATA

Pada bab ini membahas tentang pengolahan data yang penulis

peroleh dari hasil penelitian. Dimana hasil akhir dari analisa data

tersebut digunakan untuk menjawab rumusan masalah sekaligus

mencapai tujuan penelitian dan menguji hipotesa didalam penelitian ini.

BAB V : KESIMPULAN

Bab ini sebagai penutup dari penelitian ini yang berisi kesimpulan,

saran.

(28)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian Keberagamaan

1. Pengertian Keberagamaan anak

Dalam memberikan pendidikan agama pada anak barangkali kita

harus berani dan tegas memberikan pendidikan yang alami terhadap

masalah yang fundamental ini. Karena pada umumnya agama seseorang ditentukan oleh pendidikan, pengalaman dan latihan-latihan yang

dilaluinya pada masa kecilnya dulu. Dengan kata lain seseorang yang pada

masa kecilnya tidak pernah mendapatkan pendidikan agama, maka pada

masa dewasa nanti ia tidak akan merasakan pentingnya agama dalam

hidupnya (Zakiah Darajat, 1970; 35). Pendidikan agama yang prularis

secara substansial sangat berkaitan dengan bagaimana manusia

memandang agama itu sendiri. Secara garis besar agama memiliki dua

dimensi, yaitu dimensi risalah dan dimensi rahmat. Dimensi risalah

mengharuskan umat beagama menyebarluaskan ajaran agamanya seluas

mungkin. Sedangkan dimensi rahmat menuntut manusia agar dengan agamanya itu bisa menunjukkan sifat-sifat luhur seperti halnya sifat-sifat

yang dimiliki Tuhan kepada sesama manusia.

Istilah keberagamaan atau religiusty adalah perilaku yang

bersumber langsung atau tidak langsung kepada nash, dalam pengertian

agama Islam adalah al Qur’an dan Hadist. Dalam konteks ini istilah

keagamaan ditekankan pada aspek eksperimental, yakni bagian

keberagamaan yang bersifat efektif, artinya keterlibatan emosional dan

sentimental pada pelaksaan ajaran agama. Seseorang dalam kehidupan

sehari-hari, mempunyai banyak motivasi yang berbeda dalam memahami

dan melaksanakan perilaku keagamaannya, tergantung kepada kedalaman

(29)

Tuhan melalui bahasa dari kata-kata orang yang berada dilingkunganya,

yang pada permulaan diterima secara acuh tak acuh saja. Akan tetapi

setelah ia melihat orang-orang dewasa menunjukkan rasa kagum dan takut

terhadap Tuhan, maka mulailah ia akan merasa sedikit gelisah dan ragu dan lambat laun tanpa disadarinya akan masuklah pemikiran tentang tuhan

dalam pembinaan kepribadianyadan menjadi objek pengalaman agamis

(Zakiyah Darajat, 1970; 36). Bagi seorang anak penetahuan tentang agama

ia dapatkan dari yang memahami keberagamaan secara mendalam, baik

dari segi pengetahuan dan hakikat agama, mungkin akan memahami dan

orang tuanya, mulai dari bagai mana cara ia mengenal tuhan sampai bagaimana ia mengamalkan ajaran agamanya dalam setiap laku sehari-

hari. Keberagamaan pada anak berarti bagaimana seorang anak itu bisa

mengenal, menerima dan menjalankan ajaran agamanya. Dalam hal ini

orang tua mempunyai peran memberikan bimbingan tentang agama pada

anak karena penanaman nilai-nilai agama pada anak akan mempengaruhi

kepribadianya yang juga menentukan perilaku keberagamaanya, sehingga

ia dapat lebih mengendalikan dirinya karena agama telah menjadi bagian dari kepribadianya. (Dr. Dzakiyah Darajat, 1985; 56 ) Sehingga proses

kehidupannya, baik dalam pola relasi dengan manusia dan Tuhan, akan

menjadi selaras dalam laku alamiah dan tidak ada tendensi pribadi yang

berlebihan dalam melaksanakan ajaran agama selain hanya sebagai peng-

hamba-an kepada Allah SWT. Seperti telah ditegaskan dalam al Qur'an

dalam surat adz dzariyaat ayat 56 :

Artinya : "Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya

mereka m enyem bah-Ku". (Depag RI, Al-qur’an dan

teijemahanya; 862)

(30)

2. Tahapan-Tahapan Kepercayaan

Anak mengenal Tuhan pertama kali melalui bahasa dari kata- kata orang yang ada dalam lingkungannya, yang pada awalnya diterima secara

acuh (Dzakiyah D?rajat, 1970; 36). Tuhan bagi anak pada permulaan

merupakan nama sesuatu yang asing dan tidak dikenalnya serta diragukan

kebaikan niatnya. Tidak adanya perhatian terhadap tuhan pada tahap

pertama ini dikarenakan ia belum mempunyai pengalaman yang akan

membawanya kesana, baik pengalaman yang menyenangkan maupun yang

menyusahkan. Namun, setelah ia menyaksikan reaksi orang- orang

disekelilingnya yang disertai oleh emosi atau perasaan tertentu yang makin

lama makin meluas, maka mulailah perhatiannya terhadap kata tuhan itu

tumbuh. Perasaan si anak terhadap orang tuanya sebenarnya sangat kompleks, la merupakan campuran dari bermacam- macam emosi dan

dorongan yang saling bertentangan. James W. Fowler (1995; 95)

membagi tahapan-tahapan kepercayaan menjadi tujuh tahapan antara lain :

1. Kepercayaan awal dan elementer, 2. Kepercayaan intuitif proyektif, 3.

Kepercayaan mitis- harfiah, 4. kepercayaan sintetis-konensional, 5.

kepercayaan indifiduatif reflektif, 6. kepercayaan konjungtif, 7. keprcayaan yang mengacu pada unifersalitas.

1. Kepercayaan Awal dan Elementer.

Tahap kepercayaan ini teijadi pada anak usia 0 sampai dua

tahun, tahapan ini ditandai oleh citarasa yang bersifat praferbal

terhadap kondisi-kondisi eksistensi, yaitu rasa percaya dan setia yang mendasar pada semua orang dan lingkungan yang mengasuhnya.

Keprcayaan ini menyusun gambaran tentang kekuasaan akhir yang

dapat dipercayai untuk mengatasi rasa takut yang timbul dalam dirinya

sebagai akibat dari peniadaan hidup dan pemisahan dirinya dengan

(31)

2. Kepercayaan Intuitif Proyektif

Tahap kepercayaan ini terjadi pada anak usia dua tahun sampai enam tahun, pada tahapan ini pola pemikiran anak tentang Tuhan

masih bersifat labil, senantiasa berubah-ubah menurut apa yang ia lihat

dan ia temukan dalam pergaulan dengan orang-orang disekitamya.

Dalam masa ini juga mulai timbul pemikiran tentang Tuhan dalam diri

anak, sehingga ia muai bertanya-tanya dan rasa ingin tau tentang siapa

sebenarnya Tuhan dan juga mulai meniru aktifitas-aktfitas

keberagamaan orang tuanya. Jadi dalam masa inilah sebenarnya

penanaman tentang agama yang paling penting dilakukan oleh orang

tua sebagai pondasi bagi anak.

3. Kepercayaan Mistis-Harfiah

Tahap kepercayaan ini teijadi pada usia enam sampai sebelas

tahun. Dalam masa ini anak sudah dapat mencari dan menyusun

pengetahuan tentang arti Agama dan Tuhan. Pada tahapan ini anak

sudah dapat mencerna cerita-cerita tentang Tuhan yang kadang

membuatnya bertanya-tanya atas pengetahuan baru itu, jadi sebaiknya

dalam tahapan ini anak diberikan pengetahuan dan pemahaman tentang

bagaimana kita beragama dan untuk apa kita beragama melalui cerita cerita menarik agar anak dapat memahapi apa makna agama yang

sesungguhnya.

4. Kepercayaan Sitetis-Konfensional

Tahapan kepercayaan ini teijadi pada usia duabelas tahun

sampai masa dewasa. Dalam masa ini muncul lingkunngan-lingkungan

baru dalam dunia anak. Pada tahapan ini berbagai pengetahuan dan

ego yang dipantulkan dari orang lain dalam membentuk bayangan diri

serta aneka pengetahuan dan keterlibatan social semuanya mulai dipersatukan dan dirangkai oleh anak. Dalam masa ini anak juga

sedang mengalami krisis identitas yang menjadi salah satu masalah

yang utama. Maka tugas'yang paling besar pada masa ini adalah

menciptakan suatu sintesis dengan mempersatukan dan memadatkan

(32)

sekian banyak masalah yang ditemui pada anak dan memberikan

pengertian yang bijak sehingga memunculkan identitas sikap

keberagamaan yang mantab.

5. Kepercayaan Individuat-Reflektif

Tahapan kepercayaan ini teijadi pada masa dewasa awal atau

pada usia delapan belas tahun. Pada masa inii mulai timbul pengkuan

terhadap kepercayaannya sendiri terhadap suatu agama, ia juga mulai

mengalami dan berfikir tentang agama dari suatu kejadian-kejadian yang ia alami (pengalaman religius) dan juga ia mulai

mempertentangkan suatu agama dengan agama lain. Dalam masa ini

juga muncul suatu kesadaran diri yang baru yaitu sebagai ego (diri)

yang bertanggung jawab pada diri sendiri. Jadi ia lah yang menentukan

segla sesuatu yang berhubungan dengan dirinya, tetapi proses ini tidak

lantas mengesampinkan peran orang lain. Karena apa yang ia putuskan

pada masa ini harus selalu disesuaikan dengan kondisi lingkungan

yang ada disekitamya. Jadi pada masa ini lingkungan mempunyai

peranan yang sangat besar dalam menentukan keberagamaan atau tingkat keyakinan seseorang.

6. Kepercayaan Konjungtif

Masa ini dimulai pada usia sekitar dua puluh tahun, pada tahap

ini seseorang menjadi sangat peka terhadap segala macam pemahaman

dan segala macam pertentangan yang ingin disatukanya. Segala

pengalaman-pengalaman negative yang ia dapat malah justru

menjadikannya berfikir tentang hal yang positif. Dan pada masa ini seseorang tidak lagi mengandalkan egonya tetapi lebih pada usaha

untuk mengontrol dan berusaha untuk lebih rendah hati dalam

menyikapi suatu masalah.

7. Kepercayaan Yang Megacu Pada Unifersalitas

(33)

ini bertindak dan berperilaku didasarkan pada suatu keyakinan tentang

ajaran agama diamana ia memandang bahwa akan ada pembalasan

setelah ia meninggal jadi ia berusaha untuk lebih berhati-hati dalam melangkah.

Manusia disebut juga makhluk yang beragama karena tatkala Allah

SWT membekali insan itu dengan nikmat berpikir dan daya penelitian,

diberinya pula rasa bingung dan bimbang untuk memahami dan belajar mengenali alam sekitarnya sebagai imbangan atas rasa takut terhadap

kegarangan dan kebengisan alam itu. Hal inilah yang mendorong insan

tadi untuk mencari-cari insan tadi untuk mencari-cari suatu kekuatan yang

dapat melindungi dan membimbingnya di saat-saat yang gawat, hal dapat

dilihat dari dua segi yaitu : Pertama,segi naluri sifat pembawaan manusia

atau potensi tauhid yang menjadi potensi sejak lahir. Dan yang

kedua,dapat dilihat dari segi wahyu tuhan yang diturunkan kepada Nabi-

nabiNya. Jadi potensi manusia dan agama wahyu itu merupakan satu hal

yang tampak dalam dua sisi,ibaratnya mata uang logam yang mempunyai

sisi yang sama. Seiring bertambahnya usia, kemantapan jiw a seseorang terus berubah karena mereka sudah memiliki tanggung jawab terhadap

sistem nilai yang sudah dipilihnya, baik sistem nilai yang berasumber dari

ajaran agama maupun yang bersumber dari norma-norma lain dalam

kehidupan . Pokoknya, pemilihan nilai-nilai tersebut telah didasarkan atas

pertimbangan pemikiran yang matang . Berdasarkan hal ini ,maka sikap

keberagamaan seorang diusia dewasa sulit untuk diubah, jikapun terjadi

perubahan mungkin proses itu terjadi setelah didasarkan pada pola

pemikiran dan pertimbangan yang matang.

Sikap yang akan diteliti dalam hal ini adalah keterlibatan seorang

anak pada fungsi kognitif, afektif dan motorik. Aspek kognitif akan

nampak dalam keimanan atau kepercayaan seorang anak dalam memahami

ketuhanan (tauhid), sedangkan aspek motorik akan nampak dalam perilaku

dan perbuatan yang berirama dengan laku keagamaan (Abdul Aziz, 1991;

(34)

37). Dalam kehidupan sehari-hari, kedua aspek tersebut tidak dapat

dipisahkan karena merupakan suatu system kesadaran beragama yang

integral atau utuh dalam kepribadian seseorang.

3. Pembentukan Pemahaman dan Perilaku Keagamaan Pada Anak

Sesuai dengan kodrat yang ada pada anak, bahwa anak dilahirkan

tanpa nilai apapun dalam dirinya, maka menjadi kewajiban bagi orang tua

untuk mengajarkan nilai-nilai ajaran agama sebagai bekal anak untuk

hidup dewasa nanti, sehingga anak menjadi manusia yang utuh dengan

tetap berpegang pada petunjuk agama. Hal ini sangat senada dengan hadits yang diriwayatkan oleh Muslim, y a itu :

4 - i l J ) j a (J£

Artinya : Setiap anak dilahirkan dalam keadaan suci, maka kedua orang

tuanyalah yang pada kahirnya menjadikan dia yahudi, nasram

atau majusi (HR Muslim). (Zakiyah Darajat, 1984; 59)

Dengan memahami hadits tersebut, peran orang tua dalam mendidik anak sangatlah dominant. Apabila anak tidak mendapatkan suri

tauladan (uswatun hasanah) yang baik, maka kapasitas nilai-nilai yang

dipahami seorang anak menjadi sangat lemah. Oleh karena itu, tanggung

jawab orang tua terhadap anak menjadi sangat besar, baik dalah mengasuh,

merawat dan mendidik agar menjadi insan yang benar-benar dapat

diandalkan sebagai generasi penerus bangsa dan agama.

Dalam fase perkembangan keberagamaan anak, ada beberapa

faktor yang ikut andil, baik positif maupun negative, dalam membentuk

sikap atau pola laku keberagamaan anak. Adapun faktor-faktor tersebut

(35)

dipisahkan satu dengan lainnya, karena merupakan sebuah satu kesatuan

yang sangat berpengaruh kepada pembentukan keberagamaan anak.

a) Faktor rumah tangga

Keluarga, sebagai salah satu lingkungan sosial yang terkecil

dalam masyarakat, mempunyai fungsi penting dalam membebtuk,

mengajarkan dan menanamkan nilai-nilai agama kepada anak. Karena

lingkungan inilah yang peling pertama ditemui oleh seorang anak, dari

lingkungan ini pula anak dapat mencontoh langsung perilaku-perilaku

keagamaan orang tuanya sehingga apa yang dilihat dan dilakukan,

akan menjadi kebiasaan dan pengetahuan bagi anak ketika dewasa nanti.

Keluarga adalah lingkungan pertama yang dihadapi seorang

anak untuk menggali dan belajar tentang nilai-nilai atau norma

sebagai dasar pendidikan. Dalam keluarga anak belajar melalui kasih

sayang, kebersamaan, kesetaraan dan nilai-nilai kepatuhan. Karena pergaulan yang dialami sehari-hari bersifat alami dan pribadi, maka

penghayatan terhadapnya mempunyai arti yang amat penting (Zakiyah

Darajat, 1984; 63). Masih menurut Zakiyah, anak juga mulai

mengenal agama lewat pengalamannya melihat orang tua

melaksanakan ibadah, mendengarkan kata Allah dan kata agamis yang

mereka ucapkan dalam berbagai kesempatan.

b) Faktor lingkungan dan masyarakat

Masyarakat adalah kesatuan dari individu-individu yang

berkumpul membentuk satu komunitas yang didalamnya dibuat

aturan-aturan atau nilai yang disepakati bersama. Antara masyarakat

dan individu tidak dapat dipisahkan, karena keduanya adalah sebuah satu kesatuan dan entitas yang sama. Individu tidak dapat melepaskan

diri dari sebuah entitas masyarakat, mengingat manusia adalah

makhluk sosial yang membutuhkan bantuan manusia lainnya untuk

bertahan hidup, bersosialisasi, bahkan mendidik anaknya.

(36)

Lingkungan masyarakat dimana orang tua sedang dalam upaya

mendidik anak, terbukti mempunyai kontribusi yang signifikan, baik

positif maupun negatif. Anak mengambil nilai-nilai yang ada dan

dilakukan dalam masyarakat tempat ia berada. Ketika norma au»:’

nilai-nilai yang ada dalam masyarakat tidak sesuai dengan ajaran

agama, maka anak juga akan mudah terseret dalam pergaulan yang

ada di masyarakat itu. Dengan memahami ini, dapat disimpulkan

bahwa masyarakat dapat menjadi faktor pendorong pematangan

pemahaman keberagamaan anak atau justru sebagai penghambat.

c) Faktor individu

Individu adalah pemegang kendali untuk menentukan dirinya

sendiri. Individu dapat berkembang sesuai dengan karakteristik yang

dimilikinya untuk menentukan sikap terhadap suatu masalah yang dihadapinya atau memaknai sebuah masalah.

Manusia dibekali dengan rasa dan kemauan untuk mencari

pengetahuan dalam menghadapi hidup ini. Kodrat manusia adalah

untuk mengerti fenomena alam ini dan mengerti apa maksud dari

semua yang ada di bumi dengan mencari jati diri.

d) Faktor sarana dan prasarana

Sarana dan prasarana akan sangat mempengaruhi sikap

keberagamaan anak. Anak yang tersedia cukup sarana dalam bidang

agama, jauh memiliki banyak pengalaman daripada anak yang

kekurangan sarana. Anak yang dilengkapi sarana dan prasarana yang

cukup, akan lebih baik atau lebih mudah mengalami internalisasi ajaran agama, daripada anak yang kekurangan.

Dari ke empat faktor diatas faktor keluargalah yang penulis anggap

paling dominant mempengaruhi keberagamaan seseorang. Karena dalam

(37)

orang tua yang malah kurang begitu perhatian dengan masalah agama ini

sehingga anak tidak begitu tertarik untuk belajar agama karena kurangnya

dorongan dati orang tua. Karena kurangnya dorongan dan pengetahuan

agama yang diterimanya inilah yang kadang menjadi masalah besar saat ia

terjun kemasyarakat, karena ia akan lebih mudah terpengaruh oleh hal-hal

buruk yang ada disekitamya. Akan tetapi lingkungan tidak sselalu

memberikan efek negative pada anak karena ligkunan yang baik juga akan

memberikan efek yang baik. Ditambah lagi dengan didukung oleh sarana

dan prasarana yang mendukung anak untuk melakukan hal-hal baik pasti anak akan lebih baik.

B. Pengertian Perilaku Menyimpang dan Macamnya

1. Pengertian Perilaku Menyimpang

Perilaku menyimpang, berasal perilaku, yang artinya perbuatan,

kelakuan, cara menjalankan atau berbuat (W.J.S. Purwadarminta, 1982;

553), sedangkan menyimpang artinya tidak menurut jalan yang betul

(W.J.S. Purwadarminta, 1982; 1125). Jadi perilaku menyimpang adalah semua tindakan yang menyimpang dari norma yang berlaku dalam sistem

sosial dan menimbulkan usaha dari mereka yang berwenang dalam sitem

itu untuk memperbaiki perilaku menyimpang. Menurut M. Gold dan J.

Petronio perilakun menyimpang juga didevinisikan sebagai kenakalan anak yaitu kegiatan melanggar hukum yang dilakukan dengan sengaja oleh

seseorang (Dr. Sarlito Wirawan, 1997; 196)

Masa remaja adalah usia yang niscaya dilewati oleh setiap orang

dewasa. Masa ini akan menguji setiap orang bahwa tidak selamanya hidup

dilewati dengan perjalanan yang mulus dan lurus. Mungkin si pejalan yang

remaja itu tahu lurusnya jalan. Namun, menjalani tidak semudah hanya

mengetahui, seorang pedayung yang hendak menuju suatu pulau mungkin

tahu arah jalannya dan mungkin tahu ada badai di depan, tapi tidak semua

pedayung bisa melewati badai dan sampai pada tempat yang dituju. Masa

(38)

remaja adalah masa yang penuh badai dan tidak semua orang bisa lolos

melewati masa-masa itu. Sikap seorang remaja yang otoritas dan

cenderung labil. Remaja akan banyak diterpa oleh otoritas-otoritas lain

yang mampu memengaruhi sikapnya. Independensi didapat melalui

penghargaan atas otoritas orang tua, teman sebaya, guru maupun orang

yang dituakan. Dalam masa ini keadaan jiwa anak juga cenderung labil

sehingga mudah dipengaruhi oleh rangsang emosi di luar dirinya. Remaja

akan terdorong bertindak agresif hanya dengan dipanas-panasi oleh teman

sepermainannya dan mempunyai keinginan untuk diakui dalam

lingkunganya. Kebutuhan untuk diakui bisa menjerat remaja pada tindakan

yang dilarang oleh norma. Dengan kata lain, remaja bisa saja melakukan

tindakan yang melanggar norma asal dirinya bisa diakui oleh orang lain. Hal diatas memungkinkan remaja terantuk pada posisi oleng dan

melakukan berbagai perilaku yang menyimpang dari norma-norma yang

ada di masyarakat.

2. Kriteria dan Ciri-ciri Perilaku Menyimpang

Kenakalan remaja dalam studi masalah sosial dapat dikategorikan kedalam perilaku menyimpang. Dalam perspektif perilaku menyimpang

masalah sosial teijadi karena terdapat penyimpangan perilaku dari

berbagai aturan-aturan sosial ataupun dari nilai dan norma sosial yang

berlaku. Perilaku menyimpang dapat dianggap sebagai sumber masalah

karena dapat membahayakan tegaknya sistem sosial. Penggunaan konsep

perilaku menyimpang secara tersirat mengandung makna bahwa ada jalur

baku yang harus ditempuh. Perilaku yang tidak melalui jalur tersebut

berarti telah menyimpang,

a) Kriteria Perilaku Menyimpang

Dalam banyak hal perilaku menyimpang memang sangat sulit

(39)

dilakukan oleh seseorang yang belum devvasayang sengaja melanggar

hukumdan orang itu sadar bahwa perbuatan itu melanggar hukum dan

ia bisa dikenakan sangsi atas perbuatanya itu (Dr. Sarlitto Wirawan,

1997; 196). B e rd a ^ k a n pengertian diatas penulis mendapatkan

kriteria penyimpangan adalah segala sesuatu yang dilakukan seseorang

secara sadar yang melanggar hukum atau norma-norma yang ada

dalam masarakat.

b) Ciri-Ciri Perilaku Menyimpang

Menurut arti bahasa yang termuat dalam Kamus Lengkap

Bahasa Indonesia, perilaku menyimpang diteijemahkan sebagai

tingkah laku, perbuatan, atau tanggapan seseorang terhadap

lingkungan yang mengacu pada norma-norma dan hukum yang ada di dalam masyarakat. Perilaku menyimpang teijadi karena seseorang

telah mengabaikan norma, aturan, atau tidak mematuhi patokan baku,

berupa produk hukum baik yang tersirat maupun tersurat dan berlaku

di tengah masyarakat. Sehingga perilaku itu sering diidentikkan

dengan istilah-istilah negatif, yang notabene dianggap kontraproduktif dengan aturan yang sudah ditetapkan atau terdapat di dalam norma-

norma maupun hukum Agama dan Negara. Disini perilaku

menyimpang yang akan penulis teliti memiliki ciri sebagai b erik u t:

• Tindakan atau perilaku yang melanggar hukum seperti mabuk-

mabukan, penyalahgunaan narkoba, seks bebas dan mencuri.

• Tindakan atau perilaku yang dapat merugikan orang lain seperti

malak atau meminta uang dengan memaksa pada orang lain dan

mencopet.

• Tindakan atau perilaku yang mengganggu ketertiban lingkungan

seperti tawuran dan mabuk-mabukan.

3. Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Menyimpang.

Jika ada anak remaja bermasalah berarti pada proses tumbuh

kembangnya, anak remaja tersebut sedang mengalami gangguan sekaligus

(40)

telah teijadi sesuatu yang salah dalam pembentukan jati dirinya. Beberapa

faktor yang menyebabkan anak remaja bermasalah tebagi menjadi dua

faktor yaitu faktor lingkungan dan faktor diri sendiri (Dr. Sarlito Wirawan,

1997; 199).

a) Faktor Lingkungan

Dalam hal ini lingkungan mempunyai andil terbesar dalam

mempengaruhi dan menentukan pola prilaku seseorang. Dalam factor

ini ada beberapa hal lagi yang ada didalamnya antara la in :

• Keluarga, keluarga yang menjadi lingkungan pertama ini sangat

berpengaruh sekali terhadap perilaku anak. Karena kebanyakan

waktu anak berada dalam keluarga, tapi kadang orang tua malah

mmengabaikan ini karena cenderung mengutamakan pekeijaan dan

juga kadang perceraian orang tua yang menyebabkan anak menjadi

kurang perhatian lantas melakuakan penyimpangan-penyimpangan

dengan maksud untuk mendapatkan perhatian yang tidak pernah ia

dapatkan.

• Kebutuhan Nutrisi, nutrisi adalah asupan pertama yang dibutuhkan

seseorang untuk melakukan suatu kegiatan dengan asupan nutrisi

yang pasti akan berakibat pada kualitas kegiatan yang ia jalani.

• Ekonomi, keadaan ekonomi seseorang kadang membuat orang

melakukan suatu penyimpangan. Dalam hal ini terutama orang

yang dalam kondisi kekurangan dan juga tidak mempunyai

landasan agama yang kuat akan lebih cenderung melakukan hal

apa saja untuk memenuhi kebutuhanya walau mungkin itu

melanggar aturan (menyipang).

• Kondisi sekitar, kondisi sekitar yang kadang kurang kondusif atau

kepadatan jumlah penduduk yang malah justru mendukung orang

untuk melakukan penyimpangan inilah yang kadang membuat

(41)

wadah untuk anak terpengaruh temanya melakukan penyimpangan-

penyimpangan. Hal ini karena kadan pemilihan metode pengajaran

dan kurikulum yang kadang membosankan sehingga tidak menarik

minat siswa untuk mendalami suatu ilmu,

b) Faktor Pribadi

Faktor pribadi ini adalah factor yang ada atau berasal dari

dalam diri seseorang factor ini terbagi menjadi beberapa antara lain :

• Watak, watak merupakan sifat seseorang yang cenderung ada

dalam diri seseorang. Seseorang yang berwatak atau tempramen

rendah kadang lebih cenderung pemarah dan kadang ia menjadi

gampang tersinggung lantas melekukan hal-hal yang menyipang.

• Kondisi tubuh, yang dimaksud dengan kondisi tubuh disini adalah

keadaan seseorang yang berbeda dengan orang lain serta yang

kadang membuat ia lebih menonjol dari yang lain serta kurangnya

pemahaman dan penjelasan dari orang tuanya jadi kadang ia memanfaatkan itu untuk kegiatan-kegiatan yang menyimpang.

Penyesuaian diri, penyesuaian diri yang dimaksud disini

adalah bagaimana seseorang dapat menyesuaikan diri dengan

lingkunganya dan kadang seseorang itu cenderung membuat orang

menjadi mudah terbawa arus dan suasana.

4. Indikator perilaku menyimpang pada anak jalanan.

Membahas perilaku menyimpang tidak akan ada habisnya. Karena

banyak definisi dan arti dari perilaku menyimpang itu. Perilaku menyimpang dalam masyarat sangatlah erat kaitanya dengan aturan-aturan

atau norma-norma yang ada dalam masyarakat tempat dimana seseorang

berada, karena setiap daerah pasti memiliki aturan dan juga norma yang

berbeda dari daerah lain. Tapi disini penulis mengutip definisi perilaku menyimpang menurut Dr. Sarlito Wirawan adalah segala sesuatu yang

dilakukan secara sadar yang perbuatan itu melanggar norma-norma dan

(42)

aturan yang ada (1997; 197). Dalam kehidupan masyarakat, semua

tindakan manusia dibatasi oleh aturan (norma) untuk berbuat dan

berperilaku sesuai dengan sesuatu yang dianggap baik oleh masyarakat.

Namun demikian di tengah kehidupan masyarakat kadang-kadang masih kita jumpai tindakan-tindakan yang tidak sesuai dengan aturan (norma)

yang berlaku pada masyarakat. Dalam kasus ini penyimppangan pada anak

jalanan lebih cenderung karena seseorang (indifidu) yang mudah

terpengaruh lingkunganya, kenapa penulis menyebutkan lingkungan

karena pada dasarnya lingkungan tempat dimana anak-anak jalanan ini

tinggal atau bermukim adalah lingkungan yang sangat kurang mendukung

ditambah lagi banyaknya permasalahan dan problematika yang dialami oleh anak jalanan dan juga kurangnya pemahaman dan tingkat

pengetahuan agama sehingga mendorong mereka untuk semaunya dan

sebisa mungkin bebas dari masalah mereka Dalam hal ini bentuk penyimpangan yang sering dilakukan adalah secara kelompok (bersama)

dengan teman teman mereka. Bentuk penyimpangan ini dihasilkan dari

adanya pergaulan atau pertemanan sekelompok orang yang menimbulkan

solidaritas antar anggotanya sehingga mau tidak mau terkadang harus ikut

dalam tindak kenakalan atau kejahatan kelompok, walau mungkin hal itu

melanggar norma-norma dan aturan yang ada. Dari sini penulis mencoba

untuk menjabarkan dan membuat indikator perilaku menyimpang pada anak jalanan adalah segala sesuatu yang dilakukan oleh seseomg atau kelompok yang perbuatan itu melanggar norma dan aturan hukum serta

merugikan orang lain.

C. Pengaruh Keberagamaan Terhadap Perilaku Menyimpang.

Dewasa ini, pembahasan mengenai agama dan pengaruh-pengaruhnya yang signifikan terhadap berbagai sisi kehidupan, merupakan sebuah topiK

(43)

menjadi pusat perhatian banyak pihak. Hal ini terjadi karena banyaknya orang

yang beranggapan bahwa aktivitas keagamaan memberikan nilai positif dalam

menunjukkan arah kehidupan seorang manusia. Sikap-sikap keagamaan

seperti ibadah dan tawakal, akan memunculkan harapan dan pandangan positif

terhadap kehidupan, serta memberikan ketenangan kepada jiw a manusia.

Kepercayaan bahwa Tuhan itu ada dan segala aspek kehidupan manusia berada di bawah kekuasaan Tuhan, akan mengurangi rasa tertekan atau

depresi dalam jiw a manusia. Secara umum, manusia yang beriman akan

memiliki hubungan erat dengan Tuhannya, sebagaimana eratnya hubungan

manusia dengan sahabatnya. Penulis juga beranggapan bahwa Agama

berperan dalam membentuk pribadi insan kamil disamping juga membentuk

masyarakat yang ideal, agama menitik beratkan pembentukan moral dan

spiritual sesebuah masyarakat tetapi tidak lupa juga membangun dan membina

jiw a yang kukuh dan berwibawa dimata dunia. Lebih daripada itu agama

adalah cara hidup. Agama memberi jawapan kepada pertanyaan abadi

kehidupan pertanyaan tersebut adalah darimanakah asal-usul manusia dan

kemanakah mereka akan pergi dan apakah arti kehidupan ini. Itulah salah satu

fungsi dari agama yaitu memberikan jawapan kepada persoalan yang belum

tentu bisa dijelaskan secara nalar. Bahkan agama juga menyediakan jalan

bagaimana manusia harus hidup agar mereka tidak sia-sia dan sesat. Selain

mambangun insan yang bermoral agama juga membangun budi pekerti yang

luhur, karena itu agama tidak sepatutnya dipisahkan dari politik dan

kemasyarakatan. Manusia sebagai khalifah berfungsi untuk memastikan

hukum Syari’at Allah berlaku di bumi ini. Hal ini dibuktikan dengan fakta

bahwa nabi sendiri membangun sebuah negara dan mengatur sistem

kemasyarakatan. Bahkan sebenarnya Islam tidak dapat dilaksanakan

sepenuhnya tanpa tegaknya negara Islam yang bertanggungjawab melaksanakan Syari’at Allah. Hal lain yang penulis anggap menyebabkan

manusia memerlukan agama adalah karena manusia dalam kehidupannya

senantiasa menghadapi berbagai tantangan, baik yang datang dari luar maupun

yang datng dari dalam. Tantangan dari dalam berufa dorongan hawa nafsu dan

(44)

bisikan setan. Sedangkan yang datang dari luar dapat berupa rekayasa dan

upaya-upaya yang dilakukan manusia yang secara sengaja berupa ingin

memalingkan manausia dari Tuhan. Mereka dengan rela mengeluarka biaya,

tenaga, dan fikiran yang dimanifestasikan dalai.: berbagai bentuk kebudayaan

yang didalamnya mengandung misi menjauhkan manusia dari tuhan. Bagi

manusia yang beriman dan menyakini bahwa dengan berserah diri dan

bersandar kepada Tuhan, dia akan mampu menghadapi berbagai kondisi

kehidupan yang datang tak terduga. Orang yang tawakal kepada Tuhan, selain

menggunakan berbagai sarana untuk mencapai tujuannya, juga mempercayai

bahwa pertolongan Allah adalah faktor penting dalam tercapainya sebuah tujuan. Tawakal kepada Tuhan akan memberikan kepercayaan diri kepada

manusia dan menumbuhkan keberanian untuk mengambil keputusan.

Manusia-manusia besar dan pembuat sejarah seperti Nabi Ibrahim, Nabi

Musa, Nabi Isa, dan Nabi Muhammad saw, adalah teladan bagi manusia

dalam masalah ketawakalan kepada Tuhan. Agama juga mengajarkan pada

pemeluknya untuk senantiasa melakukan muhasabah atau instospeksi diri.

Islam menganjurkan umatnya agar setiap hari, menjelang tidur, mereka

melakukan instrospeksi atau menilai sendiri segala perilaku dan perbuatan

yang dilakukannya sepanjang hari. Introspeksi diri akan membantu manusia

menemukan titik kelemahan atau kekurangan dalam dirinya, serta menemukan titik kelebihan yang dimilikinya. Manusia yang mengetahui dengan benar

letak keburukan yang dimilikinya, akan mudah menemukan jalan untuk

menghilangkan keburukan itu dan berakibat ia akan menjadi berpikir lagi bila

melakukan dosa karena ia takut akan tuhan.

Kecenderungan kepada materialisme dan kehidupan serba mesin telah

menimbulkan tekanan pada jiw a manusia. Itulah sebabnya, manusia dalam kondis' seperti itu akan berada dalam tekanan mental dan depresi, yang lama-

kelamaan akan berkembang menjadi penyakit kejiwaan yang serius. Dengan

(45)

pun akan semakin berkembang. Selain itu, aturan-aturan agama juga akan

memberi pengaruh pada perilaku manusia dan memberikan keselamatan

jasmani, ruhani, dan keseimbangan jiw a dan juga memberikan nilai positif

dalam menunjukkan arah kehidupan seorang manusia. Sikap-sikap keagamaan

seperti ibadah dan tawakal, akan memunculkan harapan dan pandangan positif

terhadap kehidupan, serta memberikan ketenangan kepada jiw a manusia.

Kepercayaan bahwa Tuhan itu ada dan segala aspek kehidupan manusia

berada di bawah kekuasaan Tuhan, akan mengurangi rasa tertekan atau

depresi dalam jiw a manusia. Secara umum, manusia yang beriman akan

memiliki hubungan erat dengan Tuhannya, sebagaimana eratnya hubungan

manusia dengan sahabatnya. Seperti halnya terdapat pada surat al ankabuut ayat 45 berikut i n i :

o

!

'

« dUi i - W L;

$

jj

S

(

j

U

<Ul j

<111

j j j

*LsL>ciJI

Artinya .-Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al

quran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari

(perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya

mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari

ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu

kerjakan (Depag RI, Al-qur’an dan teijemahanya; 635)

Dari uaraian tersebut kita dapat melihat bahwa ternyata agama jika

dipahami dan diamalkan dengan sungguh-sungguh kita yang beriman

menyakini bahwa dengan berserah diri dan bersandar kepada Allah, kita akan

mampu menghadapi berbagai kondisi kehidupan yang datang tak terduga.

Orang yang tawakal kepada Allah, selain menggunakan berbagai sarana untuk

mencapai tujuannya, juga mempercayai bahwa pertolongan Allah adalah

(46)

faktor penting dalam tercapainya sebuah tujuan. Tawakal kepada Allah akan

memberikan kepercayaan diri kepada manusia dan menumbuhkan keberanian

untuk mengambil keputusansehingga kelak ia tidak menyesal dan tidak mersa

dirugikan dengan keputusan itu, Karena agamaselalu memberikan pengaruh

yang positif bagi pemeluknya. Agama juga memberikan kesan yang positif

dalam kehidupan manusia, hubungannya dengan sesama manusia dan

hubungannya dengan Allah akan semakin erat. Ini dapat dibuktikan dengan

kehidupan seorang yang beragama akan lebih tenang dan bahagia dibanding

dengan orang tidak beragama. Seorang yang beragama tahu akan kebahagiaan

sebenar yang jauh dari materialistic, ia selalu merasa adanya perlindungan dan

Gambar

TABEL I :DATA NAMA RESPONDEN ...........................................
TABEL IDATA NAMA RESPONDEN
FREKUENSI DAN PERSENTASE KEBERAGAMAAN ANAKGAMBAR I
DATA FREKUENSI JAWABAN ANGKET PER ITEM VARIABELTABEL V
+5

Referensi

Dokumen terkait

Majid (2013 : 371) menerangkan bahwa lembar kerja (LK) atau lembar tugas (LT) dimaksudkan untuk memicu dan membantu siswa melakukan kegiatan belajar dalam rangka menguasai

Hasil pengukuran geolistrik vertikal sounding di Kampus Unhas Tamalanrea menunjukkan bahwa dari semua titik sounding resistivitas semu cenderung naik terhadap spasi

Bu çalışmada, karaçalı ( Paliurus spina-christi Mill.) ve hünnap ( Zizyphus jujuba Mill.) türlerinde bazı tohum özellikleri ile GA 3 , çıtlatma ve uygun ekim

besar. 3) Dapat diikuti oleh peserta didik dalam jumlah banyak. 2) Mengandung unsur paksaan kepada peserta didik.. 3) Mengandung sedikit daya kritis peserta didik. 4) Bagi peserta

[r]

Menurut Bismar Siregar dan Abdul Hakim Garuda Nusantara: “Hukum harus menitikberatkan pada hak anak pada umumnya, dan dalam proses peradilan pidana pada.. khususnya akan

4.3 Variabel yang Paling Dominan yang Mempengaruhi Kualitas Pelayanan Jasa Terhadap Kepuasan Pelanggan

Perlu bimbingan 4 3 2 1 1 Kelengkapan organ pencernaan Organ pencernaan dijelaskan secara lengkap dengan definisi fungsi yang tepat Organ pencernaan dijelaskan