PENGARUH KEBERAGAMAAN TERHADAP
PERILAKU MENYIMPANG ANAK JALANAN
DI KOTA SALATIGA
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan Islam
Oleh :
GUNTUR BAYU AJI
NIM: 11105011
JURUSAN TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
SALATIGA
2010
Af
fG
Ef
PENGARUH KEBERAGAMAAN TERHADAP
PERILAKU MENYIMPANG ANAK JALANAN
DI KOTA SALATIGA
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan Islam
Oleh :
GUNTUR BAYU AJI
N IM : 11105011
JURUSAN TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISL*M NEGERI
SALATIGA
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Setelah dikoreksi d a i diperbaiki, maka skripsi saudara :
Nama : Guntur Bayu Aji
NIM : 11105011
Jurusan : Tarbiyah
Program Studi : Pendidikan Agama Islam
Judul :PENGARUH KEBERAGAMAAN TERHADAP
PERILAKU MENYIMPANG ANAK JALANAN DI KOTA SALATIGA
Telah kami setujui untuk dimunaqosahkan.
Salatiga, 20 agustus 2010
Pembimbing
Dra. Siti Asdiqoh. M.Si.
KEMENTERIAN AGAMA RI
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA
Jl. Tentara Pelajar 02 Telp. 323706 Fax. 323433 Kode Pos. 50721 Salatiga
hltp/Avww.salaliga.ac.id e-mail:akademik(a}stam.ac.id
PENGESAHAN KELULUSAN
Skripsi Saudara Guntur Bayu Aji dengan Nomor Induk Mahasiswa 11105011 yang
berjudul PENGARUH KEBERAGAMAAN TERHADAP PERILAKU
MENYIMPANG ANAK JALANAN DI KOTA SALATIGA telah dimunaqosahkan dalam Sidang Panitia Ujian Jurusan Tarbiyah, Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga pada Selasa, 31 Agustus 2010 dan telah diterima sebagai bagian dari syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I.)
Salatiga, 31 Agustus 2010 21 Ramadhan 1431
Panitia Ujian
Ketua Sidang )Sekretaris Sidang
540818 199403 1 004
Aahma^Hariyadi, M.Pd 9670112 199203 1 005
Penguji II
7 $ ^
-Benny RiHwan. M. Hum NIP 19730320 199903 1 003
Pembimbing
m i
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan dibawah in i:
Nama : Guntur Bayu Aji
NIM : 11105011
Jurusan : Tarbiyah
Program Study : Pendidikan Agama Islam
Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini merupakan hasil karya saya sendiri,
bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Salatiga, 19 Agustus 2010
Yang menyatakan,
Guntur Bayu Aji
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
Syukurilah apa yang kau dapat karena hidup tak akan baik selama kita tidak merasa
baik dan hidup tak akan adil selama kita tak merasa adil.
PERSEMBAHAN
Ayah ibu tercinta yang selalu setia dengan doa dan restunya untuku
Mas dan mbakku yang tak lelah memotifasiku
ABSTRAK
Aji, Guntur, Bayu. 2oi0.
Pengaruh Keberagamaan Terhadap Perilaku Menyimpang Anak Jalanan Di Kota Salatiga.- Skripsi. Jurusan Tarbiyah. Program Studi Pendidikan Agama Islam. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dra. Siti Asdiqoh. M.Si.Kata K unci: keberagamaan dan perilaku menyimpang.
Fenomena yang sering terjadi di negara ini, dengan banyaknya kemiskinan yang tak teratasi, bencana alam, kehancuran keluarga. Kota yang padat penduduknya dan banyak keluarga bermasalah membuat anak yang kurang gizi, kurang perhatian, kurang pendidikan, kurang kasih sayang dan kehangatan jiwa, serta kehilangan hak untuk bermain, bergembira, bermasyarakat, dan hidup merdeka, atau bahkan mengakibatkan anak-anak dianiaya batin, fisik, dan seksual oleh keluarga, teman, orang lain lebih dewasa, ditengarai sebagai salah satu sebab makin maraknya anak- anak di negeri ini yang tidak terurus. Anak-anak yang tidak terurus ini kemudian mencoba bertahan hidup sendiri dengan melakukan berbagai pekerjaan yang tidak seharusnya dilakukan oleh anak seumurnya. Pekerjaan sehari-hari yang dijalani oleh anak-anak jalanan ini, kadang hanya mereka gunakan sebagai sarana untuk mendapatkan perhatian dari orang lain. Hal itu terjadi karena kesulitan para orang tua untuk mewujudkan keseimbangan dalam pemenuhan kebutuhan lahir dan batin inilah yang menjadi penyebab awal mengapa kadang anak memilih teijun kejalanan. Fase umur dimana anak harus mendapat pendidikan yang memadai tentang berbagai ilmu pengetahuan pun harus dilewati tanpa pendidikan apapun. Bahkan pendidikan agama, yang telah disepakati sebagai salah satu pendidikan pokok bagi semua anak untuk membekali nilai-nilai dalam menjalani hidup ketika besar nanti, juga tidak pernah tersentuh sama sekali dikarenakan aktivitas mereka atau ketidak hadiran orang tua sebagai guru dan pendidik yang baik.
Penelitian ini mencoba mencari seberapa besar tingkat keberagamaan anak jalanan dan juga seberapa besar tingkat penyimpangan perilaku yang mereka lakukan serta mencari pengaruh keberagamaan terhadap perilaku menyimpang anak jalanan. Dari penelitian yang penulis lakukan penulis menemukan adanya pengaruh antara keberagamaan dan perilaku menyimpang pada anak jalanan di kota Salatiga
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan taufiq-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Skripsi ini penulis susun sebagai syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di
Jurusan Tarbiyah STAIN Salatiga, Program Studi Pendidikan Agama Islam. Adapun judul skripsi ini adalah “Pengaruh Keberagamaan Terhadap Perilaku Menyimpang
Anak Jalanan Di Kota Salatiga”.
Penulisan skripsi ini dapat selesai tidak lepas dari berbagai pihak yang telah memberikan dukungan moril maupun materiil. Dengan penuh kerendahan hati penilis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. Imam Sutomo, M.Ag selaku Ketua STAIN Salatiga.
2. Dra. Siti Asdiqoh. M.Si, selaku pembimbing yang telah mengarahkan dan memberi petunjuk sehingga dapat terselesaikanya penulisan skripsi ini.
3. Keluarga besar Bapak Bambang Setiyono terutama bapak dan ibu yang tak lelah
memberi doa dan restunya padaku karena tanpa itu aku takkan mampu menyelesaikan ini semua.
4. Kakak-kakaku : Mas Adi, Mbak Anggun, Mas Veri dan Adiku Sekar yang selalu mendukungku dan memotifasiku untuk menyelesaikan skripsi ini, serta Keponaanku Divla yang selalu hadir dengan keceriaanya.
5. Keluarga Bapak Sugeng Widodo, terutama Fitri Wulandari yang selalu mendukung
dan memotifasi tanpa kenal lelah.
6. Sahabat-sahabatku seangkatan yang selalu setia memberi motifasi dan menasehatiku
saat aku la la i: Rosyit, Heru, Umam, Ikhsan, Fajar, Rohmadi.
9. Adik-adik dan keluarga baruku, anak-anak jalanan kota salatiga yang telah memberiku inspirasi tentang karya ini.
10. Seluruh staf LSM Student Community yang telah membantu menyelesaikan ini semua.
11. Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini sehingga dapat diselesaikan.
Atas bantuan dan bimbingan yang telah diberikan kepada penulis, maka tiada
kata yang pantas diucapkan kecuali kata terima kasih dan doa semoga amal serta jasa baiknya dapat menjadi amal sholeh yang dapat diterima Allah SWT.
Salatiga, 15 agustus 2010
1
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... ...s...• ■... i
LEMBAR PERSETUJUAN ... ii
PENGESAHAN KELULUSAN... iii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN... iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN... v
ABSTRAK... vi
KATA PENGANTAR... vii
DAFTAR I S I ... ix
DAFTAR TABEL... xii
DAFTAR GAMBAR... xiii
DAFTAR LAMPIRAN... xiv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang M asalah... 1
B. Rumusan M asalah... 4
C. Tujuan Penelitian ... 4
D. Hipotesis Penelitian... 5
E. Kegunaan Penelitian ... 5
F. Definisi Operasional... 6
H. Sistematika Penulisan
12
BAB II KAJIAN PUSTAKAA. Pengertian Keberagamaan... 15
1. Pengertian Keberagamaan A nak... 15
2. Tahapan-Tahapan Kepercayaan... 17
3. pembentukan pemahaman dan perilaku keagamaan an ak... 21
B. Pengertian Perilaku dan M acamnya... 24
1. Pengertian Perilaku Menyimpang ... 24
2. Kriteria dan Ciri-ciri Perilaku Menyimpang... 26
3. Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Menyimpang ... 27
4. Indikator Perilaku Menyimpang ... 29
C. Pengaruh Keberagamaan Terhadap Perilaku Menyimpang... 30
BAB III LAPORAN HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian... 35
1. Sejarah ... 35
2. Keadaan Geografis... 39
3. Keadaan Sosial E konom i... 40
B. Penyajian Data... 41
BAB IV ANALIS DATA A. Analis D eskriptif... 46
C. Pembahasan ... 59
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 61
B. Saran... 61
DAFTAR PUSTAKA... 64
DAFTAR TABEL
TABEL I :DATA NAMA RESPONDEN ... ... ... 42
TABEL II : REKAPITULASI HASIL ANGKET ASPEK
KEBERAGAMAAN ... 43
TABEL III REKAPITULASI HASIL ANGKET ASPEK
KEBERAGAMAAN ... 44
TABEL IV :DATA FREKUENSI JAWABAN VARIABEL
KEBERAGAMAAN... 48
TABEL V :DATA FREKUENSI JAWABAN ANGKET PER ITEM
VARIABEL KEBERAGAMAAN ANAK JALANAN... 50
TABEL VI .DATA FREKUENSI JAWABAN VARIABEL
PERILAKU MENYIMPANG ... 52
TABEL VII :DATA FREKUENSI JAWABAN ANGKET PER ITEM
VARIABEL PERILAKU MENYIMPANG ANAK
JALANAN... 55
TABEL VIII :TABEL UNTUK MENGHITUNG KOEFISIEN
KORELASI ... 57
DAFTAR GAMBAR
GAMBARI :FREKUENSI DAN PROSENTASE KEBERAGAMAAN
ANAK JALANAN DI KOTA SALATIGA... 50
GAMBAR II: FREKUENSI PERILAKU MENYIMPANG ANAK
BABI
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap orang umumnya ingin menikah dan memiliki anak untuk menjadi
generasi penerus keluarga. Melalui seorang anak juga manusia diberi amanah oleh Allah SWT untuk mengasihi, merawat dan mendidik anak tersebut agar
menjadi calon generasi penerus bangsa. Dari kecil, anak dipelihara dan dibesarkan oleh dan dalam keluarga. Segala sesuatu yang ada dalam keluarga,
baik yang berupa benda-benda dan orang-orang serta peraturan-peraturan dan
adat istiadat yang berlaku dalam keluarga itu sangat berpengaruh dan menentukan corak perkembangan anak-anak.
Fenomena yang sering teijadi di negara ini, dengan banyaknya
kemiskinan yang tak teratasi, bencana alam, kehancuran keluarga. Kota yang
padat penduduknya dan banyak keluarga bermasalah membuat anak yang kurang gizi, kurang perhatian, kurang pendidikan, kurang kasih sayang dan
kehangatan jiwa, serta kehilangan hak untuk bermain, bergembira,
bermasyarakat, dan hidup merdeka, atau bahkan mengakibatkan anak-anak dianiaya batin, fisik, dan seksual oleh keluarga, teman, orang lain lebih
dewasa, ditengarai sebagai salah satu sebab makin maraknya anak-anak di
negeri ini yang tidak terurus. Anak-anak yang tidak terurus ini kemudian
mencoba bertahan hidup sendiri dengan melakukan berbagai pekerjaan yang
tidak seharusnya dilakukan oleh anak seumurnya. Mengamen, mengemis,
pedagang asongan, penyemir sepatu, hanyalah beberapa contoh pekerjaan
yang sering dijadikan sandaran hidup anak-anak terlantar ini. Jalanan (perempatan atau tempat lampu lalu lintas) dan tempat-tempat strategis
lainnya seperti pasar kemudian menjadi salah satu tempat pilihan untuk
mengadu nasib, bahkan bagi sebagian anak menjadi tempat tinggal. Karena
tempat dan pekeijaan inilah kita sering menyebut anak-anak itu dengan sebutan anak jalanan.
Pekeijaan sehari-hari yang dijalani oleh anak-anak jalanan ini, kadang
hanya mereka gunakan sebagai sarana untuk mendapatkan perhatian dari
orang lain. Hal itu teijadi karena kesulitan para orang tua untuk mewujudkan
keseimbangan dalam pemenuhan kebutuhan lahir dan batin inilah yang
menjadi penyebab awal mengapa kadang anak memilih teijun kejalanan.
Kasih sayang dan perhatian anak tersebut cenderung diabaikan oleh orang
tuanya. Oleh sebab itulah, ia akan mencari bentuk-bentuk pelampiasan dan
pelarian yang kadang mengarah pada hal-hal yang menyimpang. Seperti
masuk dalam anggota genk, mengonsumsi minuman keras dan narkoba, dan
lain-lain. Ia merasa jika masuk menjadi anggota genk, ia akan diakui,
dilindungi oleh kelompoknya. Di mana hal yang demikian tersebut tidak ia dapatkan dari keluarganya.
Pola tingkah laku seorang anak tidak bisa terlepas dari pola tingkah laku
anak-anak lain di sekitarnya. Anak-anak lain yang menjadi teman
sepergaulannya sering kali memengaruhi perilaku seorang anak. Dari teman bergaul itu, anak akan menerima norma-norma atau nilai-nilai sosial yang ada
dalam masyarakat. Apabila teman bergaulnya baik, dia akan menerima
konsep-konsep norma yang bersifat positif. Namun apabila teman bergaulnya
kurang baik, sering kali akan mengikuti konsep-konsep yang bersifat negatif.
Akibatnya teijadi pola tingkah laku yang menyimpang pada diri anak tersebut.
Karena lingkungan yang kurang mendukung dan juga tuntutan pekeijaan yang
dijalani oleh anak-anak inilah, seringkah menjadi salah satu penyebab mereka tidak mendapatkan pendidikan yang memadai bagi anak seumurnya.
Fase umur dimana anak harus mendapat pendidikan yang memadai
tentang berbagai ilmu pengetahuan pun harus dilewati tanpa pendidikan
apapun. Bahkan pendidikan agama, yang telah disepakati sebagai salah satu
pendidik yang baik. Pendidikan Agama yang diajarkan kepada anak, tidak
menjamin berimbas terhadap perilaku ritual keberagamaanya, namun
keberadaannya dapat memicu untuk melakukan ritual keagamaan yang baik.
Karena pengetahuan again? bersifat netral, dan semangat keagamaan
mempengaruhi anak untuk melakukan ritual keagamaan. Pengetahuan agama
sangat penting diberikan pada anak, namun semangat keagamaan juga perlu
ditumbuh kembangkan, sehingga agama dapat dipahami, diyakini
kebenarannya, dan dilaksanakan ajarannya. Sedangkan internalisasi
pendidikan agama pada anak di lingkungan keluarga juga berpengaruh
terhadap pelaksanaan hubungan sosial keagamaanya. Karena keluarga memiliki porsi tanggung jawab yang besar terhadap internalisasi pendidikan
agama terhadap anak. Karena keluarga dapat mewarnai tingkat keberagamaan
anak. Tingkat keberagamaan yang baik menunjukkan adanya kepedulian yang
tinggi dari keluarga terhadap peningkatan tingkat keberagamaan anak. Hal
tersebut perlu dipertahankan dan ditingkatkan agar masa depan keberagamaan
anak semakin cerah. Karena keyakinan seseorang berawal dari apa yang ia
terima dari 'gurunya (orang tua), kemudian diuji oleh 'suasana’ dalam peijalanan hidupnya dan dalam peijalanan itulah keyakinan seseorang bisa
semakin kuat karena menurutnya terbukti benar dan membantunya dalam
kehidupan sehari-hari. Akan tetapi keyakinan seseorang bisa juga semakin lemah atau bahkan berpaling dan berubah, karena ia ragu dengan apa yang telah ia anut dan ia jalani.
Kurangnya pendidikan dan bimbingan serta tingkat kepedulian dalam
bidang keagamaan justru memperparah keadaan dan situasi yang harus
dihadapi anak jalanan. Nilai-nilai moral yang sudah selayaknya dimiliki
seorang anak untuk membentengi mereka dari hal-hal negatif menjadi sebuah
hal yang sangat minim mereka dapatkan. Karena minimnya pengetahuan tentang agama inilah yang kadang meruntuhkan keteguhan akan nilai yang
dimiliki sebelumnya, sangat mungkin akan goyah ketika dihadapkan kepada
kenyataan keras yang dihadapi tiap harinya.
Kota Salatiga sebagai salah satu kota yang mempunyai tingkat
perekomian yang baik, justru banyak menjadi salah satu rujukan bagi anak-
anak yang mencari nafkah di jalanan, baik anak-anak asli Salatiga ataupun
daerah sekitarnya (Kab. Semarang dan Kab. Boyolali). Ditambah bahwa letak
geografi Salatiga yang menjadi salah satu kota penghubung kota besar lainnya
dengan dilaluinya transportasi darat, menjadi salah satu “Sawah” bagi anak
jalanan yang berprofesi sebagai pengamen, pengemis atau pedagang asongan.
Banyaknya anak jalanan di Salatiga ini, baik yang berprofesi sebagai
pengemis, pengamen, pedagang asongan, penyemir sepatu dan lainnya,
mengilhami penulis untuk meneliti lebih jauh bagaimana keberagamaan
mereka atau seberapa besarkah peran agama dalam menentukan perilaku
mereka. Ditambah juga bahwa Salatiga merupakan kota pelajar dan kota yang
terkenal dengan kota agama, karena masyarakat beragamanya. Dengan latar
belakang inilah, penulis mencoba untuk meneliti fenomena ini lebih jauh
dengan judul penelitian “ Pengaruh K eberagam aan T erhadap Perilaku
M enyimpang A nak Jalan an Di Kota Salatiga“
B. Rumusan Masalah
Untuk mempertajam dan memberikan batasan penelitian yang jelas,
maka penulis membuat beberapa pertanyaan sebagai rumusan masalah sebagai
berikut:
1. Bagaimana keberagamaan anak jalanan di Kota Salatiga ?
2. Bagaimana perilaku menyimpang anak jalanan di Kota Salatiga ?
3. Apakah keberagamaan berpengaruh terhadap perilaku menyimpang anak jalanan di Kota Salatiga ?
C. Tujuan Penelitian
3. Untuk mengetahui pengaruh keberagamaan terhadap perilaku
menyimpang anak jalanan di Kota Salatiga.
D. Hipotesis Penelitian
Menurut Prof. Drs. Sutrisno Hadi, MA., hipotesa adalah dugaan yang
mungkin benar atau mungkin salah. Sedangkan menurut Suharsini Arikunto,
hipotesis diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap
permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul.
* Dalam penelitian ini, penulis akan mengajukan hipotesa y a itu :
Ada pengaruh positif antara keberagamaan terhadap perilaku
menyimpang anak jalanan di kota Salatiga. Dengan kata lain semakin
baik keberagamaanya semakin baik pula perilakunya dan sebaliknya.
E. Kegunaan Penelitian '
Sesuai dengan judul yang penulis ajukan “Pengaruh Keberagamaan
Terhadap Perilaku Menyimpang Anak Jalanan “. Maka penulis bermaksud
untuk meneliti lebih lanjut bagaimana keberagamaan anak serta bagaimanakah
perilaku keseharianya dan dari penelitian ini penulis berharap nantinya dapat
berguna bagi diri penulis sendiri nantinya dan bagi pembaca.
Adapun manfaat atau kegunaan yang penulis harapkan adalah sebagai b erik u t:
1. Untuk memberi pengetahuan dan pengertian tentang pentingnya
pendidikan agama pada anak.
2. Untuk memberi pengetahuan pada orang tua bagaimana menanamkan
nilai-nilai keberagamaan pada anan.
3. Untuk memberikan pengetahuan pada orang tua bahwa pendidikan agama
sangat mempunyai pengaruh besar pada pembetukan perilaku anak.
F. Definisi Operasional
Untuk menghindari teijadinya penafsiran yang berbeda dengan maksud
penulis dalam menggunakan kata pada judul penelitian ini, maka penulis akan
menjelaskan istilah-istilah tersebut sebagai berikut:
1. Pengaruh, berarti daya atau akibat yang ditimbulkan dari suatu proses,
(w.j.s. Purwadarminta, 1982; 865)
2. Keberagamaan berarti, bagaimana orang mampu menjalankan ajaran
agama secara utuh dan komprehensif agar agama bisa menjadi kontribusi dalam proses pembangunan, akhirnya terwujud tampilan (profil) para
pemeluk agama yang santun, damai, serta harmonis (tidak anarkis).
(Bambang Wahyudi, 2007)
3. Perilaku menyimpang, berasal perilaku, yang artinya perbuatan, kelakuan,
cara menjalankan atau berbuat (W.J.S. Purwadarminta, 1982; 553).
Sedangkan menyimpang, yang artinya tidak menurut jalan yang betul
(W.J.S. Purwadarminta, 1982; 1125). Jadi perilaku menyimpang adalah
semua tindakan yang menyimpang dari norma yang berlaku dalam sistem
sosial dan menimbulkan usaha dari mereka yang berwenang dalam sitem
itu untuk memperbaiki perilaku menyimpang. Dalam aritikel yang penulis baca menurut Lemert penyimpangan dapat dibedakan menjadi dua
macam, yaitu penyimpangan primer dan penyimpangan sekunder.
Penyimpangan primer adalah suatu bentuk perilaku menyimpang yang
bersifat sementara dan tidak dilakukan terus-menerus sehingga masih
dapat ditolerir masyarakat seperti melanggar rambu lalu lintas, buang
sampah sembarangan, dll. Sedangkan penyimpangan sekunder yakni
perilaku menyimpang yang tidak mendapat toleransi dari masyarakat dan
umumnya dilakukan berulang kali seperti merampok, menjambret,
memakai narkoba, menjadi pelacur, dan lain-lain ( Muhammad Ikbal. S. sos, 2008).
(W.J.S. Purvvadarminta, 1982; 395). Secara umum Anak jalanan adalah
anak yang sebagian besar waktunya berada di jalanan atau di tempat-
tempat umum. Anak jalanan yang peneliti maksud dalam penelitian ini
adalah anak yang berusia antara 5 sampai dengan 18 tahun, melakukan
kegiatan atau berkeliaran di jalanan, penampilannya kebanyakan kusam
dan pakaian tidak terurus, mobilitasnya tinggi. Dalam artikel karya Tauran.
S.Sos Setidaknya ada 3 tipe anak jalanan, yaitu;
1. Anak yang tinggal / hidup di jalalanan.
2. Anak yang bekeija (berjualan) di jalanan.
3. Anak yang bermain-main dijalan.
Adapun yang penulis maksud dengan pengaruh keberagamaan terhadap
perilaku menyimpang anak jalanan di kota Salatiga dalam penelitian ini
adalah seberapa besar peran dan pengaruh agama dalam menentukan perilaku
anak jalanan di Kota Salatiga. Bardasarkan pada uraian diatas maka untuk
lebih memperjelas aspek-aspek apa saja yang akan penulis teliti beserta instrument yang akan penulis teliti. Maka setiap variable penulis jelaskan
melalui indikator sebagai berikut;
1. Keberagamaan Anak Jalanan
a. Dimensi Ibadah
1) Kontinuitas shalat fardu.
2) Puasa Ramadhan.
3) Keaktifan membaca Al-Qur’an.
b. Dimensi Muamalah
1) Pengetahuan tentang agama Islam.
2) Cara menghormati orang lain.
3) Sikap toleransi.
4) Sikap saling menghargai dan tenggang rasa.
2. Perilaku Menyimpang
a. Penyalah gunaan narkoba.
b. Mabuk-mabukan.
c. Seks bebas. ,v ■ .
d. Mencopet.
e. Tawuran.
f. Malak atau minta uang pada orang lain secara paksa. g. Menganggu orang lain.
h. Tidak menghormati orang lain.
G. Metode Penelitian
Metode penelitian sering disebut sebagai metodologi research yang
berarti sebagai usaha untuk menentukan, mengembangkan dan menuju suatu
kebenaran pengetahuan. Usaha itu dilakukan dengan menggunakan metode ilmiah.
Berdasarkan uraian diatas, jelas bahwa untuk menentukan kebenaran
ilmiah, harus memahami metode ilmiah. Adapun metode ilmiah yang penulis
gunakan adalah sebagai berik u t:
1. Pendekatan dan Rancangan Penelitian.
Pada penelitian ini penulis menggunakan metode pendekatan
kuantitatif, yaitu pendekatan peneitian yang bersifat objektif mencakup
pengumpulan dan analisis data kuantitatif serta menggunakan metode
pengujian statistik (Hermawan, 2004; 14). Jenis penelitian yang
digunakan pada penelitian ini ialah penelitian korelasional, yaitu penelitian
yang bertujuan untuk mengetahui kesamaan dan perbedaan, dan
menemukan ada tidaknya hubungan di an tara variabel, mengetahui
seberapa erat hubungan serta berarti tidaknya suatu hubungan variabel
Rancangan atau desain penelitian dalam arti sempit dimaknai
sebagai suatu proses pengumpulan dan analisis penelitian. Dalam arti luas
rancangan penelitian meliputi proses perencanaan dan pelaksanaan
penlitian. Dalam rancangan pereperencaan dimulai dengan megadakan
. observasi dan evaluasi rerhadap penelitian yang sudah dikeijakan dan
diketahui, sampai pada penetapan kerangka konsep dan hipotesis
penelitian yang perlu pembuktian lebih lanjut. Rancangan pelaksanaan
penelitian meliputi prose membuat prcobaan ataupun pengamatan serta
memilih pengukuran variable, prosedur dan teknik sampling, instrument,
pengumpulan data, analisis data yang terkumpul, dan pelaporan hasil penelitian.
2. Lokasi dan Waktu Penelitian.
Penelitian ini penulis lakukan di Kota Salatiga, alasan penulis
memilih lokasi penelitian di Kota Salatiga karena letaknya yang masih
satu kota dengan tempat penulis menuntut ilmu dan juga dari hasil
pengamatan penulis tentang anak jalanan yang kurang mendapatkan
perhatian. Dimulai pada bulan april 2010, penulis mulai mengamati dan
mencari data tentang anak jalanan yang ada di Kota Salatiga serta meneliti
bagaimana pengaruh keberagamaan terhadap perilaku menyimpang anak
jalanan di Kota Salatiga.
3. Metode Penentuan Subyek
a. Populasi
Populasi adalah jumlah dari keseluruhan objek (satuan-satuan /
individu-individu) yang karakteristiknya hendak diduga (Darwanto
p.s, 1993; 107). Sedangkan yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah anak-anak jalanan tipe ldan 2 yaitu anak-anak yang bekeija
untuk mencari uang (penghasilan) dengan mengamen, mengemis,
penjual koran dan pengasong di jalanan kota Salatiga. Di Salatiga
terdapat beberapa area tempat anak jalanan, antara lain seperti data
yang diambil oleh penulis terdapat 5 area yaitu area Kauman 31
orang, Pos Tingkir 30 orang, Pasar Raya 15 orang, Pancasila 5 orang,
Pandawa 4 orang, Total 85 orang. ( LSM Student Community, 2010). b. Sampel
Menurut Djarwanto P.S (1993; 108), sampel adalah sebagian
dari populasi yang karakteristiknya hendak diselidiki yang dianggap
dapat mewakili dari keseluruhan populasi.
Dalam pengambilan sampel, digunakan teknik ramdom
sampling, yaitu dengan cara acak tetapi tidak menyimpang dari
responden yang telah ditentukan. Dalam penelitian ini, penulis
mengambil sampel sebanyak 30 anak jalanan di kota Salatiga. Adapun
sampel yang akan dipakai adalah anak jalanan yang mangkal di tempat sebagai berikut:
1. Pertigaan Kauman.
2. Terimal Pos Tingkir.
3. Pasar Raya Salatiga.
4. Metode Pengumpulan Data
Dalam pengumpulan data yang berhubungan dengan penelitian ini
penulis mempergunakan m etode:
a. Metode Angket
Yaitu suatu susunan daftar pertanyaan yang akan diajukan
peneliti untuk dijawab responden. Peda penelitian ini penulis
menggunakan angket sebagai metode utama dalam mengumpulkan data-data sebagai bahan dalam penelitian ini. Penggunaan angket ini
dimaksudkan untuk mendapatkan data tentang keberagamaah dan
bagaimana perilaku anak jalanan serta latar belakang kehidupan
pribadi (keluarga), dengan cara membagikan daftar pertanyaan kepada
Angket yang penulis pergunakan adalah angket langsung yaitu
jumlah daftar pertanyaan dikirim langsung kepada responden atau
orang yang diminta untuk menceritakan keadaan dirinya (Sutrisno
Hadi, 1980; 22).
b. Metode Observasi
Menurut Sutrisno Hadi observasi yaitu cara untuk menggali data dengan menggunakan pemcatatan secara sistematis tentang
fenomena-fenomena yang disielidiki (diteliti). Observasi ini
dilakukan dengan cara untuk mengetahui secara langsung
keberagamaan anak jalanan dan pengaruhnya terhadap perilaku
menyimpang anak jalanan di Kota Salatiga. Metode ini penulis
Menurut Suharsini Arikunto metode dokumentasi adalah mencari data mengenai hal atau variable yang berupa catatan,
transkrip, buku, surat kabar, majalah, notulen dan lainnya yang
berhubungan dengan obyek penelitian.
Adapun dalam pemakain metode ini, penulis menggunakan
data tentang anak jalanan yang ada di Dinas Sosial atau lembaga
lainnya yang mengurusi atau concern terhadap masalah anak jalanan
di Kota Salatiga.
5. Metode Analisis Data
Setelah data yang diperlukan terkumpul, maka kesimpulan akhir dari penelitian ini dapat diperoleh dengan memperhatikan hipotesa yang
penulis ajukan.
Untuk menjawab rumusan masalah yang pertama dan kedua,
Keterangan :
P = Populasi individu dengan golongan
F = Frekuensi yang di observasi
N = Jumlah sampel penelitian
Kemudian untuk menjawab rumusan masalah yang ketiga, dan
untuk menguji hipotesa yang penulis ajukan, maka penulis menggunakan
analisa dengan teknik analisa korelasi Product Moment adalah:
Keterangan :
^xy = Koefisien korelasi Product Moment Variabel X dan Y
Yjx.y ~ Jumlah perkalian antara skor variabel X dan skor variable Y
Y ' jc = Jumlah skor variabel X
H. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan adalah penggunaan sistematika berfikir dari
penulisan dalam mengembangkan ide pokok yang terkandung dalam judul
skripsi. Sistematik? dalam penulisan skripsi ini dibagi dalam lima bab, yaitu
sebagai berikut:
r
y y = Jumlah skor variabel Y
BABI : PENDAHULUAN
Pada bab pendahuluan, terdiri dari latar belakang masalah,
rumusan masalah, tujuan penelitian, hipotesis penelitian, kegunaan
penelitian, definisi operasional, metodologi penelitian dan sistematika penulisan.
BABU : LANDASANTEORI
Pada bab ini dipaparkan tentang pengertian keberagamaan anak
dan tahapan-tahapan kepercayaan serta berbagai perspektif lain
yang berhubungan dengan keberagamaan anak. Adapun rincian
masalah yang penulis kembangkan adalah masalah perilaku
menyimpang anak jalanan yang meliputi pengertian, kriteria
perilaku penyimpang, ciri-ciri perilaku penyimpang dan berbagai faktor yang mempengaruhi perilaku menyimpang serta pengaruh
keberagamaan terhadap perilaku menyimpang anak jalanan. BAB III : LAPORAN PENELITIAN
Bab ini berisi tentang penjelasan mengenai data hasil penelitian, yang meliputi masalah gambaran umum medan penelitian, yang
memuat tentang tempat-tempat yang dijadikan penulis untuk
melakukan penelitian, serta obyek yang penulis jadikan sebagai
bahan penelitian. Bab ini diakhiri dengan data khusus penelitian
yang memuat data tentang pengaruh keberagamaan terhadap
perilaku menyimpang anak jalanan di kota Salatiga. BAB IV : ANALIS DATA
Pada bab ini membahas tentang pengolahan data yang penulis
peroleh dari hasil penelitian. Dimana hasil akhir dari analisa data
tersebut digunakan untuk menjawab rumusan masalah sekaligus
mencapai tujuan penelitian dan menguji hipotesa didalam penelitian ini.
BAB V : KESIMPULAN
Bab ini sebagai penutup dari penelitian ini yang berisi kesimpulan,
saran.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Pengertian Keberagamaan
1. Pengertian Keberagamaan anak
Dalam memberikan pendidikan agama pada anak barangkali kita
harus berani dan tegas memberikan pendidikan yang alami terhadap
masalah yang fundamental ini. Karena pada umumnya agama seseorang ditentukan oleh pendidikan, pengalaman dan latihan-latihan yang
dilaluinya pada masa kecilnya dulu. Dengan kata lain seseorang yang pada
masa kecilnya tidak pernah mendapatkan pendidikan agama, maka pada
masa dewasa nanti ia tidak akan merasakan pentingnya agama dalam
hidupnya (Zakiah Darajat, 1970; 35). Pendidikan agama yang prularis
secara substansial sangat berkaitan dengan bagaimana manusia
memandang agama itu sendiri. Secara garis besar agama memiliki dua
dimensi, yaitu dimensi risalah dan dimensi rahmat. Dimensi risalah
mengharuskan umat beagama menyebarluaskan ajaran agamanya seluas
mungkin. Sedangkan dimensi rahmat menuntut manusia agar dengan agamanya itu bisa menunjukkan sifat-sifat luhur seperti halnya sifat-sifat
yang dimiliki Tuhan kepada sesama manusia.
Istilah keberagamaan atau religiusty adalah perilaku yang
bersumber langsung atau tidak langsung kepada nash, dalam pengertian
agama Islam adalah al Qur’an dan Hadist. Dalam konteks ini istilah
keagamaan ditekankan pada aspek eksperimental, yakni bagian
keberagamaan yang bersifat efektif, artinya keterlibatan emosional dan
sentimental pada pelaksaan ajaran agama. Seseorang dalam kehidupan
sehari-hari, mempunyai banyak motivasi yang berbeda dalam memahami
dan melaksanakan perilaku keagamaannya, tergantung kepada kedalaman
Tuhan melalui bahasa dari kata-kata orang yang berada dilingkunganya,
yang pada permulaan diterima secara acuh tak acuh saja. Akan tetapi
setelah ia melihat orang-orang dewasa menunjukkan rasa kagum dan takut
terhadap Tuhan, maka mulailah ia akan merasa sedikit gelisah dan ragu dan lambat laun tanpa disadarinya akan masuklah pemikiran tentang tuhan
dalam pembinaan kepribadianyadan menjadi objek pengalaman agamis
(Zakiyah Darajat, 1970; 36). Bagi seorang anak penetahuan tentang agama
ia dapatkan dari yang memahami keberagamaan secara mendalam, baik
dari segi pengetahuan dan hakikat agama, mungkin akan memahami dan
orang tuanya, mulai dari bagai mana cara ia mengenal tuhan sampai bagaimana ia mengamalkan ajaran agamanya dalam setiap laku sehari-
hari. Keberagamaan pada anak berarti bagaimana seorang anak itu bisa
mengenal, menerima dan menjalankan ajaran agamanya. Dalam hal ini
orang tua mempunyai peran memberikan bimbingan tentang agama pada
anak karena penanaman nilai-nilai agama pada anak akan mempengaruhi
kepribadianya yang juga menentukan perilaku keberagamaanya, sehingga
ia dapat lebih mengendalikan dirinya karena agama telah menjadi bagian dari kepribadianya. (Dr. Dzakiyah Darajat, 1985; 56 ) Sehingga proses
kehidupannya, baik dalam pola relasi dengan manusia dan Tuhan, akan
menjadi selaras dalam laku alamiah dan tidak ada tendensi pribadi yang
berlebihan dalam melaksanakan ajaran agama selain hanya sebagai peng-
hamba-an kepada Allah SWT. Seperti telah ditegaskan dalam al Qur'an
dalam surat adz dzariyaat ayat 56 :
Artinya : "Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya
mereka m enyem bah-Ku". (Depag RI, Al-qur’an dan
teijemahanya; 862)
2. Tahapan-Tahapan Kepercayaan
Anak mengenal Tuhan pertama kali melalui bahasa dari kata- kata orang yang ada dalam lingkungannya, yang pada awalnya diterima secara
acuh (Dzakiyah D?rajat, 1970; 36). Tuhan bagi anak pada permulaan
merupakan nama sesuatu yang asing dan tidak dikenalnya serta diragukan
kebaikan niatnya. Tidak adanya perhatian terhadap tuhan pada tahap
pertama ini dikarenakan ia belum mempunyai pengalaman yang akan
membawanya kesana, baik pengalaman yang menyenangkan maupun yang
menyusahkan. Namun, setelah ia menyaksikan reaksi orang- orang
disekelilingnya yang disertai oleh emosi atau perasaan tertentu yang makin
lama makin meluas, maka mulailah perhatiannya terhadap kata tuhan itu
tumbuh. Perasaan si anak terhadap orang tuanya sebenarnya sangat kompleks, la merupakan campuran dari bermacam- macam emosi dan
dorongan yang saling bertentangan. James W. Fowler (1995; 95)
membagi tahapan-tahapan kepercayaan menjadi tujuh tahapan antara lain :
1. Kepercayaan awal dan elementer, 2. Kepercayaan intuitif proyektif, 3.
Kepercayaan mitis- harfiah, 4. kepercayaan sintetis-konensional, 5.
kepercayaan indifiduatif reflektif, 6. kepercayaan konjungtif, 7. keprcayaan yang mengacu pada unifersalitas.
1. Kepercayaan Awal dan Elementer.
Tahap kepercayaan ini teijadi pada anak usia 0 sampai dua
tahun, tahapan ini ditandai oleh citarasa yang bersifat praferbal
terhadap kondisi-kondisi eksistensi, yaitu rasa percaya dan setia yang mendasar pada semua orang dan lingkungan yang mengasuhnya.
Keprcayaan ini menyusun gambaran tentang kekuasaan akhir yang
dapat dipercayai untuk mengatasi rasa takut yang timbul dalam dirinya
sebagai akibat dari peniadaan hidup dan pemisahan dirinya dengan
2. Kepercayaan Intuitif Proyektif
Tahap kepercayaan ini terjadi pada anak usia dua tahun sampai enam tahun, pada tahapan ini pola pemikiran anak tentang Tuhan
masih bersifat labil, senantiasa berubah-ubah menurut apa yang ia lihat
dan ia temukan dalam pergaulan dengan orang-orang disekitamya.
Dalam masa ini juga mulai timbul pemikiran tentang Tuhan dalam diri
anak, sehingga ia muai bertanya-tanya dan rasa ingin tau tentang siapa
sebenarnya Tuhan dan juga mulai meniru aktifitas-aktfitas
keberagamaan orang tuanya. Jadi dalam masa inilah sebenarnya
penanaman tentang agama yang paling penting dilakukan oleh orang
tua sebagai pondasi bagi anak.
3. Kepercayaan Mistis-Harfiah
Tahap kepercayaan ini teijadi pada usia enam sampai sebelas
tahun. Dalam masa ini anak sudah dapat mencari dan menyusun
pengetahuan tentang arti Agama dan Tuhan. Pada tahapan ini anak
sudah dapat mencerna cerita-cerita tentang Tuhan yang kadang
membuatnya bertanya-tanya atas pengetahuan baru itu, jadi sebaiknya
dalam tahapan ini anak diberikan pengetahuan dan pemahaman tentang
bagaimana kita beragama dan untuk apa kita beragama melalui cerita cerita menarik agar anak dapat memahapi apa makna agama yang
sesungguhnya.
4. Kepercayaan Sitetis-Konfensional
Tahapan kepercayaan ini teijadi pada usia duabelas tahun
sampai masa dewasa. Dalam masa ini muncul lingkunngan-lingkungan
baru dalam dunia anak. Pada tahapan ini berbagai pengetahuan dan
ego yang dipantulkan dari orang lain dalam membentuk bayangan diri
serta aneka pengetahuan dan keterlibatan social semuanya mulai dipersatukan dan dirangkai oleh anak. Dalam masa ini anak juga
sedang mengalami krisis identitas yang menjadi salah satu masalah
yang utama. Maka tugas'yang paling besar pada masa ini adalah
menciptakan suatu sintesis dengan mempersatukan dan memadatkan
sekian banyak masalah yang ditemui pada anak dan memberikan
pengertian yang bijak sehingga memunculkan identitas sikap
keberagamaan yang mantab.
5. Kepercayaan Individuat-Reflektif
Tahapan kepercayaan ini teijadi pada masa dewasa awal atau
pada usia delapan belas tahun. Pada masa inii mulai timbul pengkuan
terhadap kepercayaannya sendiri terhadap suatu agama, ia juga mulai
mengalami dan berfikir tentang agama dari suatu kejadian-kejadian yang ia alami (pengalaman religius) dan juga ia mulai
mempertentangkan suatu agama dengan agama lain. Dalam masa ini
juga muncul suatu kesadaran diri yang baru yaitu sebagai ego (diri)
yang bertanggung jawab pada diri sendiri. Jadi ia lah yang menentukan
segla sesuatu yang berhubungan dengan dirinya, tetapi proses ini tidak
lantas mengesampinkan peran orang lain. Karena apa yang ia putuskan
pada masa ini harus selalu disesuaikan dengan kondisi lingkungan
yang ada disekitamya. Jadi pada masa ini lingkungan mempunyai
peranan yang sangat besar dalam menentukan keberagamaan atau tingkat keyakinan seseorang.
6. Kepercayaan Konjungtif
Masa ini dimulai pada usia sekitar dua puluh tahun, pada tahap
ini seseorang menjadi sangat peka terhadap segala macam pemahaman
dan segala macam pertentangan yang ingin disatukanya. Segala
pengalaman-pengalaman negative yang ia dapat malah justru
menjadikannya berfikir tentang hal yang positif. Dan pada masa ini seseorang tidak lagi mengandalkan egonya tetapi lebih pada usaha
untuk mengontrol dan berusaha untuk lebih rendah hati dalam
menyikapi suatu masalah.
7. Kepercayaan Yang Megacu Pada Unifersalitas
ini bertindak dan berperilaku didasarkan pada suatu keyakinan tentang
ajaran agama diamana ia memandang bahwa akan ada pembalasan
setelah ia meninggal jadi ia berusaha untuk lebih berhati-hati dalam melangkah.
Manusia disebut juga makhluk yang beragama karena tatkala Allah
SWT membekali insan itu dengan nikmat berpikir dan daya penelitian,
diberinya pula rasa bingung dan bimbang untuk memahami dan belajar mengenali alam sekitarnya sebagai imbangan atas rasa takut terhadap
kegarangan dan kebengisan alam itu. Hal inilah yang mendorong insan
tadi untuk mencari-cari insan tadi untuk mencari-cari suatu kekuatan yang
dapat melindungi dan membimbingnya di saat-saat yang gawat, hal dapat
dilihat dari dua segi yaitu : Pertama,segi naluri sifat pembawaan manusia
atau potensi tauhid yang menjadi potensi sejak lahir. Dan yang
kedua,dapat dilihat dari segi wahyu tuhan yang diturunkan kepada Nabi-
nabiNya. Jadi potensi manusia dan agama wahyu itu merupakan satu hal
yang tampak dalam dua sisi,ibaratnya mata uang logam yang mempunyai
sisi yang sama. Seiring bertambahnya usia, kemantapan jiw a seseorang terus berubah karena mereka sudah memiliki tanggung jawab terhadap
sistem nilai yang sudah dipilihnya, baik sistem nilai yang berasumber dari
ajaran agama maupun yang bersumber dari norma-norma lain dalam
kehidupan . Pokoknya, pemilihan nilai-nilai tersebut telah didasarkan atas
pertimbangan pemikiran yang matang . Berdasarkan hal ini ,maka sikap
keberagamaan seorang diusia dewasa sulit untuk diubah, jikapun terjadi
perubahan mungkin proses itu terjadi setelah didasarkan pada pola
pemikiran dan pertimbangan yang matang.
Sikap yang akan diteliti dalam hal ini adalah keterlibatan seorang
anak pada fungsi kognitif, afektif dan motorik. Aspek kognitif akan
nampak dalam keimanan atau kepercayaan seorang anak dalam memahami
ketuhanan (tauhid), sedangkan aspek motorik akan nampak dalam perilaku
dan perbuatan yang berirama dengan laku keagamaan (Abdul Aziz, 1991;
37). Dalam kehidupan sehari-hari, kedua aspek tersebut tidak dapat
dipisahkan karena merupakan suatu system kesadaran beragama yang
integral atau utuh dalam kepribadian seseorang.
3. Pembentukan Pemahaman dan Perilaku Keagamaan Pada Anak
Sesuai dengan kodrat yang ada pada anak, bahwa anak dilahirkan
tanpa nilai apapun dalam dirinya, maka menjadi kewajiban bagi orang tua
untuk mengajarkan nilai-nilai ajaran agama sebagai bekal anak untuk
hidup dewasa nanti, sehingga anak menjadi manusia yang utuh dengan
tetap berpegang pada petunjuk agama. Hal ini sangat senada dengan hadits yang diriwayatkan oleh Muslim, y a itu :
4 - i l J ) j a (J£
Artinya : Setiap anak dilahirkan dalam keadaan suci, maka kedua orang
tuanyalah yang pada kahirnya menjadikan dia yahudi, nasram
atau majusi (HR Muslim). (Zakiyah Darajat, 1984; 59)
Dengan memahami hadits tersebut, peran orang tua dalam mendidik anak sangatlah dominant. Apabila anak tidak mendapatkan suri
tauladan (uswatun hasanah) yang baik, maka kapasitas nilai-nilai yang
dipahami seorang anak menjadi sangat lemah. Oleh karena itu, tanggung
jawab orang tua terhadap anak menjadi sangat besar, baik dalah mengasuh,
merawat dan mendidik agar menjadi insan yang benar-benar dapat
diandalkan sebagai generasi penerus bangsa dan agama.
Dalam fase perkembangan keberagamaan anak, ada beberapa
faktor yang ikut andil, baik positif maupun negative, dalam membentuk
sikap atau pola laku keberagamaan anak. Adapun faktor-faktor tersebut
dipisahkan satu dengan lainnya, karena merupakan sebuah satu kesatuan
yang sangat berpengaruh kepada pembentukan keberagamaan anak.
a) Faktor rumah tangga
Keluarga, sebagai salah satu lingkungan sosial yang terkecil
dalam masyarakat, mempunyai fungsi penting dalam membebtuk,
mengajarkan dan menanamkan nilai-nilai agama kepada anak. Karena
lingkungan inilah yang peling pertama ditemui oleh seorang anak, dari
lingkungan ini pula anak dapat mencontoh langsung perilaku-perilaku
keagamaan orang tuanya sehingga apa yang dilihat dan dilakukan,
akan menjadi kebiasaan dan pengetahuan bagi anak ketika dewasa nanti.
Keluarga adalah lingkungan pertama yang dihadapi seorang
anak untuk menggali dan belajar tentang nilai-nilai atau norma
sebagai dasar pendidikan. Dalam keluarga anak belajar melalui kasih
sayang, kebersamaan, kesetaraan dan nilai-nilai kepatuhan. Karena pergaulan yang dialami sehari-hari bersifat alami dan pribadi, maka
penghayatan terhadapnya mempunyai arti yang amat penting (Zakiyah
Darajat, 1984; 63). Masih menurut Zakiyah, anak juga mulai
mengenal agama lewat pengalamannya melihat orang tua
melaksanakan ibadah, mendengarkan kata Allah dan kata agamis yang
mereka ucapkan dalam berbagai kesempatan.
b) Faktor lingkungan dan masyarakat
Masyarakat adalah kesatuan dari individu-individu yang
berkumpul membentuk satu komunitas yang didalamnya dibuat
aturan-aturan atau nilai yang disepakati bersama. Antara masyarakat
dan individu tidak dapat dipisahkan, karena keduanya adalah sebuah satu kesatuan dan entitas yang sama. Individu tidak dapat melepaskan
diri dari sebuah entitas masyarakat, mengingat manusia adalah
makhluk sosial yang membutuhkan bantuan manusia lainnya untuk
bertahan hidup, bersosialisasi, bahkan mendidik anaknya.
Lingkungan masyarakat dimana orang tua sedang dalam upaya
mendidik anak, terbukti mempunyai kontribusi yang signifikan, baik
positif maupun negatif. Anak mengambil nilai-nilai yang ada dan
dilakukan dalam masyarakat tempat ia berada. Ketika norma au»:’
nilai-nilai yang ada dalam masyarakat tidak sesuai dengan ajaran
agama, maka anak juga akan mudah terseret dalam pergaulan yang
ada di masyarakat itu. Dengan memahami ini, dapat disimpulkan
bahwa masyarakat dapat menjadi faktor pendorong pematangan
pemahaman keberagamaan anak atau justru sebagai penghambat.
c) Faktor individu
Individu adalah pemegang kendali untuk menentukan dirinya
sendiri. Individu dapat berkembang sesuai dengan karakteristik yang
dimilikinya untuk menentukan sikap terhadap suatu masalah yang dihadapinya atau memaknai sebuah masalah.
Manusia dibekali dengan rasa dan kemauan untuk mencari
pengetahuan dalam menghadapi hidup ini. Kodrat manusia adalah
untuk mengerti fenomena alam ini dan mengerti apa maksud dari
semua yang ada di bumi dengan mencari jati diri.
d) Faktor sarana dan prasarana
Sarana dan prasarana akan sangat mempengaruhi sikap
keberagamaan anak. Anak yang tersedia cukup sarana dalam bidang
agama, jauh memiliki banyak pengalaman daripada anak yang
kekurangan sarana. Anak yang dilengkapi sarana dan prasarana yang
cukup, akan lebih baik atau lebih mudah mengalami internalisasi ajaran agama, daripada anak yang kekurangan.
Dari ke empat faktor diatas faktor keluargalah yang penulis anggap
paling dominant mempengaruhi keberagamaan seseorang. Karena dalam
orang tua yang malah kurang begitu perhatian dengan masalah agama ini
sehingga anak tidak begitu tertarik untuk belajar agama karena kurangnya
dorongan dati orang tua. Karena kurangnya dorongan dan pengetahuan
agama yang diterimanya inilah yang kadang menjadi masalah besar saat ia
terjun kemasyarakat, karena ia akan lebih mudah terpengaruh oleh hal-hal
buruk yang ada disekitamya. Akan tetapi lingkungan tidak sselalu
memberikan efek negative pada anak karena ligkunan yang baik juga akan
memberikan efek yang baik. Ditambah lagi dengan didukung oleh sarana
dan prasarana yang mendukung anak untuk melakukan hal-hal baik pasti anak akan lebih baik.
B. Pengertian Perilaku Menyimpang dan Macamnya
1. Pengertian Perilaku Menyimpang
Perilaku menyimpang, berasal perilaku, yang artinya perbuatan,
kelakuan, cara menjalankan atau berbuat (W.J.S. Purwadarminta, 1982;
553), sedangkan menyimpang artinya tidak menurut jalan yang betul
(W.J.S. Purwadarminta, 1982; 1125). Jadi perilaku menyimpang adalah semua tindakan yang menyimpang dari norma yang berlaku dalam sistem
sosial dan menimbulkan usaha dari mereka yang berwenang dalam sitem
itu untuk memperbaiki perilaku menyimpang. Menurut M. Gold dan J.
Petronio perilakun menyimpang juga didevinisikan sebagai kenakalan anak yaitu kegiatan melanggar hukum yang dilakukan dengan sengaja oleh
seseorang (Dr. Sarlito Wirawan, 1997; 196)
Masa remaja adalah usia yang niscaya dilewati oleh setiap orang
dewasa. Masa ini akan menguji setiap orang bahwa tidak selamanya hidup
dilewati dengan perjalanan yang mulus dan lurus. Mungkin si pejalan yang
remaja itu tahu lurusnya jalan. Namun, menjalani tidak semudah hanya
mengetahui, seorang pedayung yang hendak menuju suatu pulau mungkin
tahu arah jalannya dan mungkin tahu ada badai di depan, tapi tidak semua
pedayung bisa melewati badai dan sampai pada tempat yang dituju. Masa
remaja adalah masa yang penuh badai dan tidak semua orang bisa lolos
melewati masa-masa itu. Sikap seorang remaja yang otoritas dan
cenderung labil. Remaja akan banyak diterpa oleh otoritas-otoritas lain
yang mampu memengaruhi sikapnya. Independensi didapat melalui
penghargaan atas otoritas orang tua, teman sebaya, guru maupun orang
yang dituakan. Dalam masa ini keadaan jiwa anak juga cenderung labil
sehingga mudah dipengaruhi oleh rangsang emosi di luar dirinya. Remaja
akan terdorong bertindak agresif hanya dengan dipanas-panasi oleh teman
sepermainannya dan mempunyai keinginan untuk diakui dalam
lingkunganya. Kebutuhan untuk diakui bisa menjerat remaja pada tindakan
yang dilarang oleh norma. Dengan kata lain, remaja bisa saja melakukan
tindakan yang melanggar norma asal dirinya bisa diakui oleh orang lain. Hal diatas memungkinkan remaja terantuk pada posisi oleng dan
melakukan berbagai perilaku yang menyimpang dari norma-norma yang
ada di masyarakat.
2. Kriteria dan Ciri-ciri Perilaku Menyimpang
Kenakalan remaja dalam studi masalah sosial dapat dikategorikan kedalam perilaku menyimpang. Dalam perspektif perilaku menyimpang
masalah sosial teijadi karena terdapat penyimpangan perilaku dari
berbagai aturan-aturan sosial ataupun dari nilai dan norma sosial yang
berlaku. Perilaku menyimpang dapat dianggap sebagai sumber masalah
karena dapat membahayakan tegaknya sistem sosial. Penggunaan konsep
perilaku menyimpang secara tersirat mengandung makna bahwa ada jalur
baku yang harus ditempuh. Perilaku yang tidak melalui jalur tersebut
berarti telah menyimpang,
a) Kriteria Perilaku Menyimpang
Dalam banyak hal perilaku menyimpang memang sangat sulit
dilakukan oleh seseorang yang belum devvasayang sengaja melanggar
hukumdan orang itu sadar bahwa perbuatan itu melanggar hukum dan
ia bisa dikenakan sangsi atas perbuatanya itu (Dr. Sarlitto Wirawan,
1997; 196). B e rd a ^ k a n pengertian diatas penulis mendapatkan
kriteria penyimpangan adalah segala sesuatu yang dilakukan seseorang
secara sadar yang melanggar hukum atau norma-norma yang ada
dalam masarakat.
b) Ciri-Ciri Perilaku Menyimpang
Menurut arti bahasa yang termuat dalam Kamus Lengkap
Bahasa Indonesia, perilaku menyimpang diteijemahkan sebagai
tingkah laku, perbuatan, atau tanggapan seseorang terhadap
lingkungan yang mengacu pada norma-norma dan hukum yang ada di dalam masyarakat. Perilaku menyimpang teijadi karena seseorang
telah mengabaikan norma, aturan, atau tidak mematuhi patokan baku,
berupa produk hukum baik yang tersirat maupun tersurat dan berlaku
di tengah masyarakat. Sehingga perilaku itu sering diidentikkan
dengan istilah-istilah negatif, yang notabene dianggap kontraproduktif dengan aturan yang sudah ditetapkan atau terdapat di dalam norma-
norma maupun hukum Agama dan Negara. Disini perilaku
menyimpang yang akan penulis teliti memiliki ciri sebagai b erik u t:
• Tindakan atau perilaku yang melanggar hukum seperti mabuk-
mabukan, penyalahgunaan narkoba, seks bebas dan mencuri.
• Tindakan atau perilaku yang dapat merugikan orang lain seperti
malak atau meminta uang dengan memaksa pada orang lain dan
mencopet.
• Tindakan atau perilaku yang mengganggu ketertiban lingkungan
seperti tawuran dan mabuk-mabukan.
3. Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Menyimpang.
Jika ada anak remaja bermasalah berarti pada proses tumbuh
kembangnya, anak remaja tersebut sedang mengalami gangguan sekaligus
telah teijadi sesuatu yang salah dalam pembentukan jati dirinya. Beberapa
faktor yang menyebabkan anak remaja bermasalah tebagi menjadi dua
faktor yaitu faktor lingkungan dan faktor diri sendiri (Dr. Sarlito Wirawan,
1997; 199).
a) Faktor Lingkungan
Dalam hal ini lingkungan mempunyai andil terbesar dalam
mempengaruhi dan menentukan pola prilaku seseorang. Dalam factor
ini ada beberapa hal lagi yang ada didalamnya antara la in :
• Keluarga, keluarga yang menjadi lingkungan pertama ini sangat
berpengaruh sekali terhadap perilaku anak. Karena kebanyakan
waktu anak berada dalam keluarga, tapi kadang orang tua malah
mmengabaikan ini karena cenderung mengutamakan pekeijaan dan
juga kadang perceraian orang tua yang menyebabkan anak menjadi
kurang perhatian lantas melakuakan penyimpangan-penyimpangan
dengan maksud untuk mendapatkan perhatian yang tidak pernah ia
dapatkan.
• Kebutuhan Nutrisi, nutrisi adalah asupan pertama yang dibutuhkan
seseorang untuk melakukan suatu kegiatan dengan asupan nutrisi
yang pasti akan berakibat pada kualitas kegiatan yang ia jalani.
• Ekonomi, keadaan ekonomi seseorang kadang membuat orang
melakukan suatu penyimpangan. Dalam hal ini terutama orang
yang dalam kondisi kekurangan dan juga tidak mempunyai
landasan agama yang kuat akan lebih cenderung melakukan hal
apa saja untuk memenuhi kebutuhanya walau mungkin itu
melanggar aturan (menyipang).
• Kondisi sekitar, kondisi sekitar yang kadang kurang kondusif atau
kepadatan jumlah penduduk yang malah justru mendukung orang
untuk melakukan penyimpangan inilah yang kadang membuat
wadah untuk anak terpengaruh temanya melakukan penyimpangan-
penyimpangan. Hal ini karena kadan pemilihan metode pengajaran
dan kurikulum yang kadang membosankan sehingga tidak menarik
minat siswa untuk mendalami suatu ilmu,
b) Faktor Pribadi
Faktor pribadi ini adalah factor yang ada atau berasal dari
dalam diri seseorang factor ini terbagi menjadi beberapa antara lain :
• Watak, watak merupakan sifat seseorang yang cenderung ada
dalam diri seseorang. Seseorang yang berwatak atau tempramen
rendah kadang lebih cenderung pemarah dan kadang ia menjadi
gampang tersinggung lantas melekukan hal-hal yang menyipang.
• Kondisi tubuh, yang dimaksud dengan kondisi tubuh disini adalah
keadaan seseorang yang berbeda dengan orang lain serta yang
kadang membuat ia lebih menonjol dari yang lain serta kurangnya
pemahaman dan penjelasan dari orang tuanya jadi kadang ia memanfaatkan itu untuk kegiatan-kegiatan yang menyimpang.
Penyesuaian diri, penyesuaian diri yang dimaksud disini
adalah bagaimana seseorang dapat menyesuaikan diri dengan
lingkunganya dan kadang seseorang itu cenderung membuat orang
menjadi mudah terbawa arus dan suasana.
4. Indikator perilaku menyimpang pada anak jalanan.
Membahas perilaku menyimpang tidak akan ada habisnya. Karena
banyak definisi dan arti dari perilaku menyimpang itu. Perilaku menyimpang dalam masyarat sangatlah erat kaitanya dengan aturan-aturan
atau norma-norma yang ada dalam masyarakat tempat dimana seseorang
berada, karena setiap daerah pasti memiliki aturan dan juga norma yang
berbeda dari daerah lain. Tapi disini penulis mengutip definisi perilaku menyimpang menurut Dr. Sarlito Wirawan adalah segala sesuatu yang
dilakukan secara sadar yang perbuatan itu melanggar norma-norma dan
aturan yang ada (1997; 197). Dalam kehidupan masyarakat, semua
tindakan manusia dibatasi oleh aturan (norma) untuk berbuat dan
berperilaku sesuai dengan sesuatu yang dianggap baik oleh masyarakat.
Namun demikian di tengah kehidupan masyarakat kadang-kadang masih kita jumpai tindakan-tindakan yang tidak sesuai dengan aturan (norma)
yang berlaku pada masyarakat. Dalam kasus ini penyimppangan pada anak
jalanan lebih cenderung karena seseorang (indifidu) yang mudah
terpengaruh lingkunganya, kenapa penulis menyebutkan lingkungan
karena pada dasarnya lingkungan tempat dimana anak-anak jalanan ini
tinggal atau bermukim adalah lingkungan yang sangat kurang mendukung
ditambah lagi banyaknya permasalahan dan problematika yang dialami oleh anak jalanan dan juga kurangnya pemahaman dan tingkat
pengetahuan agama sehingga mendorong mereka untuk semaunya dan
sebisa mungkin bebas dari masalah mereka Dalam hal ini bentuk penyimpangan yang sering dilakukan adalah secara kelompok (bersama)
dengan teman teman mereka. Bentuk penyimpangan ini dihasilkan dari
adanya pergaulan atau pertemanan sekelompok orang yang menimbulkan
solidaritas antar anggotanya sehingga mau tidak mau terkadang harus ikut
dalam tindak kenakalan atau kejahatan kelompok, walau mungkin hal itu
melanggar norma-norma dan aturan yang ada. Dari sini penulis mencoba
untuk menjabarkan dan membuat indikator perilaku menyimpang pada anak jalanan adalah segala sesuatu yang dilakukan oleh seseomg atau kelompok yang perbuatan itu melanggar norma dan aturan hukum serta
merugikan orang lain.
C. Pengaruh Keberagamaan Terhadap Perilaku Menyimpang.
Dewasa ini, pembahasan mengenai agama dan pengaruh-pengaruhnya yang signifikan terhadap berbagai sisi kehidupan, merupakan sebuah topiK
menjadi pusat perhatian banyak pihak. Hal ini terjadi karena banyaknya orang
yang beranggapan bahwa aktivitas keagamaan memberikan nilai positif dalam
menunjukkan arah kehidupan seorang manusia. Sikap-sikap keagamaan
seperti ibadah dan tawakal, akan memunculkan harapan dan pandangan positif
terhadap kehidupan, serta memberikan ketenangan kepada jiw a manusia.
Kepercayaan bahwa Tuhan itu ada dan segala aspek kehidupan manusia berada di bawah kekuasaan Tuhan, akan mengurangi rasa tertekan atau
depresi dalam jiw a manusia. Secara umum, manusia yang beriman akan
memiliki hubungan erat dengan Tuhannya, sebagaimana eratnya hubungan
manusia dengan sahabatnya. Penulis juga beranggapan bahwa Agama
berperan dalam membentuk pribadi insan kamil disamping juga membentuk
masyarakat yang ideal, agama menitik beratkan pembentukan moral dan
spiritual sesebuah masyarakat tetapi tidak lupa juga membangun dan membina
jiw a yang kukuh dan berwibawa dimata dunia. Lebih daripada itu agama
adalah cara hidup. Agama memberi jawapan kepada pertanyaan abadi
kehidupan pertanyaan tersebut adalah darimanakah asal-usul manusia dan
kemanakah mereka akan pergi dan apakah arti kehidupan ini. Itulah salah satu
fungsi dari agama yaitu memberikan jawapan kepada persoalan yang belum
tentu bisa dijelaskan secara nalar. Bahkan agama juga menyediakan jalan
bagaimana manusia harus hidup agar mereka tidak sia-sia dan sesat. Selain
mambangun insan yang bermoral agama juga membangun budi pekerti yang
luhur, karena itu agama tidak sepatutnya dipisahkan dari politik dan
kemasyarakatan. Manusia sebagai khalifah berfungsi untuk memastikan
hukum Syari’at Allah berlaku di bumi ini. Hal ini dibuktikan dengan fakta
bahwa nabi sendiri membangun sebuah negara dan mengatur sistem
kemasyarakatan. Bahkan sebenarnya Islam tidak dapat dilaksanakan
sepenuhnya tanpa tegaknya negara Islam yang bertanggungjawab melaksanakan Syari’at Allah. Hal lain yang penulis anggap menyebabkan
manusia memerlukan agama adalah karena manusia dalam kehidupannya
senantiasa menghadapi berbagai tantangan, baik yang datang dari luar maupun
yang datng dari dalam. Tantangan dari dalam berufa dorongan hawa nafsu dan
bisikan setan. Sedangkan yang datang dari luar dapat berupa rekayasa dan
upaya-upaya yang dilakukan manusia yang secara sengaja berupa ingin
memalingkan manausia dari Tuhan. Mereka dengan rela mengeluarka biaya,
tenaga, dan fikiran yang dimanifestasikan dalai.: berbagai bentuk kebudayaan
yang didalamnya mengandung misi menjauhkan manusia dari tuhan. Bagi
manusia yang beriman dan menyakini bahwa dengan berserah diri dan
bersandar kepada Tuhan, dia akan mampu menghadapi berbagai kondisi
kehidupan yang datang tak terduga. Orang yang tawakal kepada Tuhan, selain
menggunakan berbagai sarana untuk mencapai tujuannya, juga mempercayai
bahwa pertolongan Allah adalah faktor penting dalam tercapainya sebuah tujuan. Tawakal kepada Tuhan akan memberikan kepercayaan diri kepada
manusia dan menumbuhkan keberanian untuk mengambil keputusan.
Manusia-manusia besar dan pembuat sejarah seperti Nabi Ibrahim, Nabi
Musa, Nabi Isa, dan Nabi Muhammad saw, adalah teladan bagi manusia
dalam masalah ketawakalan kepada Tuhan. Agama juga mengajarkan pada
pemeluknya untuk senantiasa melakukan muhasabah atau instospeksi diri.
Islam menganjurkan umatnya agar setiap hari, menjelang tidur, mereka
melakukan instrospeksi atau menilai sendiri segala perilaku dan perbuatan
yang dilakukannya sepanjang hari. Introspeksi diri akan membantu manusia
menemukan titik kelemahan atau kekurangan dalam dirinya, serta menemukan titik kelebihan yang dimilikinya. Manusia yang mengetahui dengan benar
letak keburukan yang dimilikinya, akan mudah menemukan jalan untuk
menghilangkan keburukan itu dan berakibat ia akan menjadi berpikir lagi bila
melakukan dosa karena ia takut akan tuhan.
Kecenderungan kepada materialisme dan kehidupan serba mesin telah
menimbulkan tekanan pada jiw a manusia. Itulah sebabnya, manusia dalam kondis' seperti itu akan berada dalam tekanan mental dan depresi, yang lama-
kelamaan akan berkembang menjadi penyakit kejiwaan yang serius. Dengan
pun akan semakin berkembang. Selain itu, aturan-aturan agama juga akan
memberi pengaruh pada perilaku manusia dan memberikan keselamatan
jasmani, ruhani, dan keseimbangan jiw a dan juga memberikan nilai positif
dalam menunjukkan arah kehidupan seorang manusia. Sikap-sikap keagamaan
seperti ibadah dan tawakal, akan memunculkan harapan dan pandangan positif
terhadap kehidupan, serta memberikan ketenangan kepada jiw a manusia.
Kepercayaan bahwa Tuhan itu ada dan segala aspek kehidupan manusia
berada di bawah kekuasaan Tuhan, akan mengurangi rasa tertekan atau
depresi dalam jiw a manusia. Secara umum, manusia yang beriman akan
memiliki hubungan erat dengan Tuhannya, sebagaimana eratnya hubungan
manusia dengan sahabatnya. Seperti halnya terdapat pada surat al ankabuut ayat 45 berikut i n i :
o
!
'
« dUi i - W L;
$
jj
S
(
j
U
<Ul j
<111
j j j
*LsL>ciJI
Artinya .-Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al
quran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari
(perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya
mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari
ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu
kerjakan (Depag RI, Al-qur’an dan teijemahanya; 635)
Dari uaraian tersebut kita dapat melihat bahwa ternyata agama jika
dipahami dan diamalkan dengan sungguh-sungguh kita yang beriman
menyakini bahwa dengan berserah diri dan bersandar kepada Allah, kita akan
mampu menghadapi berbagai kondisi kehidupan yang datang tak terduga.
Orang yang tawakal kepada Allah, selain menggunakan berbagai sarana untuk
mencapai tujuannya, juga mempercayai bahwa pertolongan Allah adalah
faktor penting dalam tercapainya sebuah tujuan. Tawakal kepada Allah akan
memberikan kepercayaan diri kepada manusia dan menumbuhkan keberanian
untuk mengambil keputusansehingga kelak ia tidak menyesal dan tidak mersa
dirugikan dengan keputusan itu, Karena agamaselalu memberikan pengaruh
yang positif bagi pemeluknya. Agama juga memberikan kesan yang positif
dalam kehidupan manusia, hubungannya dengan sesama manusia dan
hubungannya dengan Allah akan semakin erat. Ini dapat dibuktikan dengan
kehidupan seorang yang beragama akan lebih tenang dan bahagia dibanding
dengan orang tidak beragama. Seorang yang beragama tahu akan kebahagiaan
sebenar yang jauh dari materialistic, ia selalu merasa adanya perlindungan dan