i
TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP
PELAKSANAAN AKAD MURABAHAH PADA PRODUK
PEMBIAYAAN MITRA USAHA
(Studi Kasus di BMT Tumang Cabang Salatiga)
SKRIPSI
Diajukan Untuk memenuhi Salah Satu Syarat
guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam
Oleh:
SITI JAMILATUN
NIM: 21412012
JURUSAN HUKUM EKONOMI SYARI’AH
FAKULTAS SYARI’AH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA (IAIN)
ii
NOTA PEMBIMBING
Lamp : 4 (empat) eksemplar Hal : Pegajuan Naskah Skripsi
Kepada Yth.
Dekan Fakultas Syari’ah IAIN Salatiga Di Salatiga
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Disampaikan dengan hormat, setelah dilaksanakan bimbingan, arahan dan koreksi, maka naskah skripsi mahasiswa.
Nama : Siti Jamilatun
NIM : 214-12-012
Judul :TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP
PELAKSANAAN AKAD MURABAHAH PADA PRODUK PEMBIAYAAN MITRA USAHA (Studi Kasus di BMT Tumang Cabang Salatiga)
Dapat diajukan kepada fakultas syari’ah IAIN Salatiga untuk diajukan dalam sidang munaqosyah.
Demikian nota pembimbing ini dibuat, untuk menjadi perhatian dan digunakan sebagaimana mestinya.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Salatiga, 20 September 2016 Pembimbing,
iii
KEMENTERIAN AGAMA RI
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA FAKULTAS SYARI’AH
Jl. Nakula-Sadewa V No.9 Telp.(0298) 3419400 Fax 323433 Salatiga Website: www.Iainsalatiga.ac.id E-mail: administrasi@iainsalatiga.ac.id
PENGESAHAN
Skripsi Berjudul:
TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN AKAD MURABAHAH PADA PRODUK PEMBIAYAAN MITRA USAHA
(Studi Kasus di BMT Tumang Cabang Salatiga)
Oleh: Siti Jamilatun NIM : 21412012
Telah dipertahankan di depan sidang munaqasyah skripsi Fakultas Syari’ah, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga, pada hari Kamis, 29 September 2016 dan telah dinyatakan memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar sarjana dalam hukum Islam.
Dewan Sidang Munaqasyah
Ketua Sidang : Dr. H. Muh. Irfan Helmy, Lc., M.A. : ... Sekretaris Sidang : H. M. Yusuf Khumaini, M.H. :... Penguji I : Luthfiana Zahriani, SH., M.H :... Penguji II : Farkhani, SH., S.H.I., M.H. :...
Salatiga, 29 September 2016 Dekan Fakultas Syari’ah
iv
PERNYATAAN KEASLIAN
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Siti Jamilatun
NIM : 21412012
Jurusan : Hukum Ekonomi Syari’ah
Fakultas : Syari’ah
Judul Skripsi : TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADA PELAKSANAAN AKAD MURABAHAH PADA PRODUK PEMBIAYAAN MITRA USAHA (Studi Kasus di BMT Tumang Cabang Salatiga)
Menyatakan bahwa skripsi ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip dan dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Salatiga, 23 September2016
Yang menyatakan
Siti Jamilatun
v
MOTTO
Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.
...
bukan karena kelebihan yang akan membuatmu bersyukur.
vi
PERSEMBAHAN
Puji syukur kehadirat Allah SWT. Atas limpahan rahmat serta
karunia-Nya, skripsi ini penulis persembahkan untuk:
1. Bapak dan ibuku tercinta, Bapak Munir Abdullah dan Ibu Muntamah Ma’sum yang telah mencurahkan segenap kasih sayangnya, do’anya,
serta segala dukungannya dalam setiap langkah-langkahku.
2. Kakak-kakakku (Nor Kholis, Ali Muhtar, Siti Malikhatun, Siti Latifah)
tersayang, yang dukungan serta doanya tak pernah surut mengiringi
perjuanganku.
3. Adikku Umi Hanik yang saya sayangi, terimakasih yang selalu saling
mengingetkan untuk selalu semangat dalam menuntut ilmu dan
menjalani kehidupan didunia ini.
vii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrohim
Alhamdulillahirabbil’alamin, puji syukur penulis panjatkan kepada Allah
SWT, yang selalu memberikan rahmat serta hidayah-Nya kepada penulis sehingga
penulis mampu menyelesaikan skripsi ini dengan judul “TINJAUAN HUKUM
ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN AKAD MURABAHAH PADA PRODUK PEMBIAYAAN MITRA USAHA (Studi Kasus di BMT Tumang Cabang Salatiga)”.
Salawat serta salam semoga tetap tercurah kepada Nabi agung, Nabi
Akhiruzzaman, Nabi Muhammad SAW, kepada keluarga, sahabat serta
pengikutnya yang senantiasa setia dan menjadikannya suri tauladan. Beliaulah
yang membawa umat manusia dari zaman kegelapan menuju zaman yang terang
benderang, yakni Dinul Islam.
Penulisan skripsi ini tidak akan terselesaikan tanpa bantuan dan dukungan
dari berbagai pihak yang telah tulus iklas membantu penulis menyelesaikan
skripsi ini. Oleh karena itu penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, Md, selaku Rektor IAIN Salatiga.
viii
3. Bapak Ilya Muhsin,S.H.i., M.Si, selaku Wakil Dekan Fakultas Syari’ah Bidang Kemahasiswaan dan Kerja Sama yang selaku memberikan imunya
sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan lancar dan
baik.
4. Ibu Evi Ariyani, M.H, selaku Ketua Jurusan S1 Hukum Ekonomi Syari’ah di IAIN Salatiga.
5. Ibu Dra. Siti Muhtamirah, M.SI. selaku Dosen Pembimbing yang selalu
memberikan saran, pengarahan, dan masukan berkaitan penulisan skripsi
sehingga dapat selesai dengan maksimal sesuai yang diharapkan.
6. Ibu Lutfia Zahriani,M.H, selaku kepala Lab.Fakultas Syari’ah IAIN Salatiga 7. Bapak Ni’am selaku manager BMT Tumang Cabang Salatiga yang telah berkenan memberikan izin penelitian di BMT Tumang Cabang Salatiga serta
memberikan informasi berkaitan skripsi.
8. Bapak dan Ibu Dosen selaku staf pengajar dan seluruh staf administrasi Fakultas Syari’ah yang telah memberikan ilmunya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini tanpa halangan apapun.
9. Keluarga Besar Pondok Pesantren Edi Mancoro, terutama Romo K.H
Mahfudz Ridwan Lc, yang selaku mendoakan santrinya untuk meraih
keberhasilan dalam menuntut ilmu, baik dalam keadaan apapun maupun di
manapun.
10. Keluarga Besar Ya Bismillah IAIN Salatiga, Bidikmisi dari angkatan
2011-2015 yang selalu memberikan dorongan serta motivasi agar selalu bersabar
ix
11. Sahabat-sahabatku tercinta seperjuangan Mbak Suci, Mbak Siti, Mbak Anim,
Mbak winda, Mbak Dina, Selfi, Mbak Ama, Fida, Mbak Asya, Mbak Alfi,
Hafsari, Mbak wardah, Dik Mumun, Dik Nisa, Vivi, Dik Dyah, Viky dan
Mbak Fitri yang selalu mendukung penulis dalam menyusun skripsi.
12. Sahabat-sahabatku Iva Ekowati, Mas’adah, Fitriyatuz Zahroh, Hafsari Ayu, dan teman-teman Jurusan S1 Hukum Ekonomi Syari’ah angkatan 2012 di IAIN Salatiga yang telah memberikan banyak cerita selama menempuh
pendidikan di IAIN Salatiga.
Semoga Allah SWT membalas semua amal kebaikan mereka dengan balasan
yang lebih dari yang mereka berikan kepada penulis, agar pula senantiasa
mendapatkan maghfiroh, dan dilingkupi rahmat dan cita-Nya. Amiin.
Penulis sepenuhnya sadar bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan,
maka kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. Semoga
hasil dari penelitian ini dapat bermanfaat bagi penulis khusunya, serta pembaca
pada umumnya. Amin
Salatiga, September 2016
x
Abstrak
Jamilatun, Siti. 2016. Tinjauan Hukum Islam Terhadap Pelaksanaan Akad Murabahah Pada Produk Pembiayaan Mitra Usaha (Studi Kasus di BMT Tumang Salatiga) Skripsi. Fakultas Syari’ah. Jurusan S1 Hukum Ekonomi Syari’ah, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Pembimbing: Dra. Siti Muhtamirah, M.SI.
Kata Kunci: Hukum Islam, Murabahah, BMT, Pembiayaan.
Murabahah adalah akad jual beli barang dengan menyatakan harga perolehan dan keuntungan (margin) yang disepakati oleh penjual dan pembeli. Pembiayaan murabahah merupakan pembiayaan yang banyak digunakan oleh bank-bank syari’ah karena proses dan prakteknya lebih mudah dibandingkan dengan pembiayaan lainnya. Pada prinsipnya murabahah didasarkan pada 2 (dua) elemen pokok, yaitu harga beli serta biaya yang terkait dan kesepakatan atas margin atau keuntungan. Namun semakin maraknya penerapan murabahah sehingga menuai kritikan terhadap pelaksanaan murabahah, penggunakan akad wakalah serta penentuan margin.Pokok permasalahan dalam peneltian ini adalah bagaimana pelaksanaan akad murabahah pada produk pembiayaan Mitra Usaha di BMT Tumang cabang Salatiga dan bagaimana tinjauan hukum Islam terhadap praktek tersebut?
Penelitian ini adalah jenis penelitian kualitatif dengan pendekatan emperis. Adapun teknik pengumpulan data meliputi observasi, interview, dokumentasi, sedangkan teknik analisisnya adalah analisis deskriptif, yaitu metode yang dipakai untuk membantu dalam menggambarkan keadaan-keadaan yang mungkin terdapat dalam situasi tertentu serta mengetahui bagaimana mencapai tujuan yang diinginkan. Data yang diperoleh akan dianalisis dan digambarkan secara menyeluruh dari fenomena yang terjadi pada akad murabahah pada produk pembiayaan Mitra Usaha di BMT Tumang cabang Salatiga.
xi
A. Latar Belakang Masalah………....
B. Rumusan Masalah………..
xii
BAB II: AKAD MURABAH PADA PRODUK PEMBIAYAAN
MITRA USAHA
A. Tinjauan Umum Akad Murabahah
..………... 19
1. Pengertian Murabahah………...………… 19
2. Landasan Hukum Murabahah...………... …… 21
3. Rukun dan Syarat Murabahah………....……... 22
4. Jenis Murabahah .... ………....………... 24
5. Manfaat Murabahah………. 25
6. Resiko Murabahah ...…...… 25
B. Tinjauan Umum BMT..……… 26
1. Pengertian BMT ...………...…… 26
2. Prinsip-prinsip BMT...……... 27
3. Kegiatan BMT……….……… 29
C. Tinjauan Umum Pembiayaan……… 30
1. Pengertian Pembiayaan ………...……… 2. Jenis-jenis Pembiayaan……… 30 31 3. Jaminan Pembiayaan………...……… 38
4. Prinsip-prinsip Pembiayaan………...… 39
5. Teknik Penyelesaian Pembiayaan Macet………...… 41
xiii
1. Sejarah BMT Tumang...………...………. 44
2. Visi dan Misi BMT Tumang……… 45
3. Keunggulan BMT Tumang ...……… 45
4. Kelengkapan Organisasi...……… 46
5. Struktur Organisasi ...……… 46
6. Kondisi Sumber Daya Insani...……… 7. Produk-produk BMT Tumang ... B. Pelaksanaan Akad Murabahah Pada Produk Pembiayaan MitraUsaha ... 54 56 63 C. Ketentuan Umum Pembiayaan Murabahah pada Produk Mitra Usaha di BMT Tumang... 70 BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN AKAD MURABAHAH PADA PRODUK PEMBIAYAAN MITRA USAHA DI BMT TUMANG A. Tinjauan Terhadap Pelaksanaan Akad Murabahah Pada Produk Pembiayaan Mitra Usaha ………... 75 B. Tinjauan Hukum Islam Terhadap Pelaksanaan Akad Murabahah Pada Produk Pembiayaan Mitra Usaha di BMT Tumang………....……… 81
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan……….. 95
B. Saran ………... 96
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1: Struktur Organisasi KJKS BMT Tumang 47
xvi
DAFTAR TABEL
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran I : Fatwa Dewan Syari’ah No: 04/DSN-MUI/IV/2000
Lampiran II : Akad Pembiayaan Murabahah di BMT Tumang
Lampiran III : Akad Pembiayaan Al-Wakalah di BMT Tumang
Lampiran IV : Kuitansi Pembiayaan, Slip Angsuran, Kuitansi
Lampiran V : Formulir Permohonan Pembiayaan
Lampiran VI : Tanda Terima dan Pengambilan Jaminan
Lampiran VII : Brosur BMT Tumang
Lampiran VIII : Riwayat Hidup Penulis
Lampiran IX : Lembar Konsultasi
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Baitul Maal wat-Tamwil (BMT) merupakan Lembaga Keuangan Syari’ah, bukan bank yang berdiri berdasarkan syari’at Islam dan bergerak
dalam upaya memberdayakan umat, serta keuangan non bank yang beroperasi
sesuai dengan prinsip syari’ah. Baitul Maal wat-Tamwil ini bergerak dalam
penggalangan dana masyarakat dalam bentuk simpanan serta menyalurkannya
dalam bentuk pinjaman atau pembiayaan usaha dengan sistem jual beli, bagi
hasil maupun jasa.
BMT lebih menekankan pada prinsip bagi hasil yang merupakan
landasan utama dalam semua operasinya, baik dalam pengerahan dananya
maupun dalam penyaluran dananya (pembiayaan).Oleh karena itu, jenis-jenis penghimpunan dana dan pemberian pembiayaan pada bank syari’ah terutama
juga menggunakan prinsip bagi hasil (mudharabah), kerjasama (musyarakah)
dan jual beli. Penyaluran dana dengan prinsip jual beli bisa dilakukan dengan
akad murabahah, salam, ataupun istishna’.Penyaluran dana dengan prinsip
sewa dengan akad ijarah. Penyaluran dana dengan prinsip jual beli yang
paling dominan adalah menggunakan akad murabahah (Veithzal Rivai dkk,
2007:768).
2
belinya kepada pembeli dan pembeli membayarnya dengan harga yang lebih
sebagai laba (Muthaher, 2012:58).
Murabahah dalam fiqih Islam merupakan bentuk jual beli yang tidak
ada hubungannya dengan pembiayaan pada mulanya. Murabahah dalam
Islam berarti jual beli ketika penjual memberitahukan kepada pembeli biaya
perolehan dan keuntungan yang diinginkannya. Namun demikian bentuk jual
beli ini kemudian digunakan oleh perbankan syari’ah dengan menambah
beberapa konsep lain sehingga menjadi bentuk pembiayaan
(Viethzal,2007:779).
Pembiayaan murabahah merupakan pembiayaan yang banyak
digunakan oleh bank-bank syari’ah karena proses dan prakteknya lebih mudah dibanding dengan pembiayaan lainnya. Pembiayaan murabahah
memiliki karaktersistik tersendiri.Pertama, akad yang digunakan dalam
pembiayaan murabahah adalah akad jual beli. Kedua, barang dagangan harus
tetap dalam tanggungan bank selama transaksi antara bank dan nasabah
belum diselesaikan.Ketiga, keuntungan dalam pembiayaan murabahah
berbentuk margin penjualan yang sudah termasuk harga jual. Keempat,
pembayaran harga barang dilakukan secara tunai maupun cicil. Kelima,
pembiayaan murabahah memungkinkan adanya jaminan(Andria,2007:780).
Dalam pelayanan produk pembiayaan baik untuk keperluan konsumtif,
investasi, maupun produktif hanya menggunakan akad murabahah.Sehingga,
keperluan pembiayaan pada mitra usaha yang sifatnya produktif juga
3
yang sifatnya produktifitu cenderung menggunakan akad mudharabah
musyarakah.Tapi dalam prakteknya, akad murabahah itu diterapkan pada
produk pembiayaan mitra usahadi BMT Tumang Cabang Salatiga.
Fenomena tersebut diatas mendorong penulis untuk meneliti lebih
lanjut bagaimana pelaksanaan akad murabahah di BMT Tumang Cabang
Salatiga. Sehingga penulis tertarik akan melakukan penelitian dalam sebuah
skripsi yang berjudul “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Pelaksanaan Akad Murabahah pada Produk Pembiayaan Mitra Usaha (StudiKasus di BMT Tumang Cabang Salatiga)”.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pelaksanaanakad murabahah pada produk pembiayaan mitra
usaha di BMT Tumang Cabang Salatiga?
2. Bagaimana pandangan hukum Islam terhadap pelaksanaan akad
murabahah pada produk pembiayaan mitra usaha di BMT Tumang
Cabang Salatiga?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui peksanaan akad murabahah pada produk pembiayaan
mitra usaha di BMT Tumang Cabang Salatiga
2. Untuk mengetahui tentang pandangan hukum Islam terhadap pelaksanaan
akad murabahah pada produk pembiayaan mitra usaha di BMT Tumang
Cabang Salatiga.
4
Manfaat yang diharapkan dari penulisan ini adalah:
1. Secara Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan ide dan
sumbangan pemikiran yang bernilai ilmiah bagi pengembangan khasanah
dan ilmu pengetahuan.
2. Kegunaan Praktis
a. Bagi BMT Tumang Cabang Salatiga
Memberikan sumbangan pemikiran terhadap pentingnya
ketegasan hukum Islam dalam masalah-masalah yang terjadi dalam
pelaksanaan akad murabahah pada produk pembiayaan mitra usaha
diBMT Tumang Cabang Salatiga.
b. Bagi Peneliti
Menambah ilmu pengetahuan serta wawasan dan pembentukan
pola berpikir dalam menganalisa bagaimana pelaksanaan akad
murabahah pada produk pembiayaan mitra usaha di BMT Tumang
Cabang Salatiga apakah sudah sesuai hukum Islam atau belum.
c. Bagi Mahasiswa
Memberi wawasan dan pemahaman kepada mahasiswa sebagai
bahan informasi untuk penelitian lebih lanjut.
5 1. Hukum Islam
Hukum Islam merupakan khitbah (sabda) pencipta syari’at yang
berkaitan dengan perbuatan orang-orang mukallaf, yang mengandung
suatu tuntutan atau pilihan yang menjadikan sesuatu sebagai sebab,syarat
atau penghalang bagi adanya sesuatu yang lain (Mukhta Yahya dkk, 1986:
121).
Menurut para ahli fiqh hukum Islam disistimatisasikan menjadi dua
bagian besar yaitu ibadat dan muamalat. Tujuan ibadat adalah sebagai
pernyataan syukur kepada Allah dan mendekatkan diri kepadaNya
(taqarrub) serta mengharapkan pahala di hari akhirat. Sedangkan
mu’amalat tujuan pokoknya adalah mewujudkan berbagai kemaslahatan
manusia dalam pergaulan hidupnya di dunia (Zarkowi Soejoeti, 1987:10).
Di kalangan madzhab Hanafi, menyebutkan bahwa urusan agama itu
meliputi keyakinan (al-i’tiqadat), akhlak (al-adab), ibadat, muamalat dan
uqubat. Dua yang pertama bukan bidang fiqh, sedangkan ibadat terdiri
sholat, zakat, puasa, haji. Muamalat meliputi lima pembahasan yakni
al-mu’awadlat al-maliyah (transaksi kebendaan), al- amanat (deposit),
al-ziwaj (perkawinan), al-mukhashamat (perselisihan di pengadilan),
al-tarikat (warisan), uqubat (hukuman) (Zarkowi Soejoeti, 1987:11).
Para fuqaha Imam Syafi’i membagi lapangan fiqh kepada empat
rukun, yaitu al-ibadat, al-mu’amalat, al-ziwaj dan yang berhubungan
6
yang berhubungan dengan urusan duniawi diantaranya yang dimaksudkan
untuk memelihara kelangsungan diri manusia yaitu mu’amalat, yang
berhubungan dengan pemeliharaan kelangsungan jenis di lingkungan
keluarga yaitu ziwajdan yang berhubungan dengannya, dan memelihara
kelangsungan jenis di lingkungan kota yaitu uqubat (Zarkowi Soejoeti,
1987:11-12).
2. Akad (perikatan)
Akad menurut para ahli hukum Islam yaitu pertalian antara ijab dan
qabul yang dibenarkan oleh syara’ yang menimbulkan akibat hukum
terhadap obyeknya(Gemala dkk,2005:46).
Yang di maksud akad dalam pembahasan ini adalah adanya
kesepakatan antara nasabah dengan BMT Tumang Cabang Salatiga
dimana akad tersebut menimbulkan akibat hukum terhadap obyek yang
diperjanjikan.
3. Murabahah
Murabahah yaitu akad jual beli barang dengan menyatakan harga
perolehan dan keuntungan (margin) yang disepakati oleh penjual dan
pembeli. Akad ini merupakan salah satu bentuk natural certainty
contracts, karena dalam murabahah ditentukan berupa required rate of
profit nya atau keuntungan yang ingin diperoleh (Karim, 2010:113).
Murabahah yang dimaksudkan dalam pembahasan ini adalah suatu
produk yang berupa pembiayaan mitra usaha di BMT Tumang Cabang
7
Cabang Salatiga sebagai pemberi modal dengan menyatakan harga
ditentukan oleh jangka waktu pembayaran dengan margin keuangan yang
disepakati anatara nasabah BMT Tumang Cabang Salatiga.
4. Pembiayaan Mitra Usaha.
Pembiayaan yang dimaksudkan disini adalah pendanaan yang
dilakukan oleh BMT Tumang Cabang Salatiga kepada nasabah sebagai
pembiayaan mitra usaha. Sedangkan mitra usaha adalah pemberian modal
usaha berupa barang oleh BMT kepada nasabah yang digunakan untuk
modal usaha kerja.
F. Tinjauan Pustaka
Penelitian ini tidak merupakan duplikasi atau pengulangan dari
penelitian yang ada. Beberapa penelitian terkait yang membahas tentang
murabahah dalam ruang lingkup yang berbeda diantaranya adalah:
Pertama, Atika Emilia Sula (2010) yang berjudul “Reformulasi Akad
Pembiayaan murabahah dengan sistem musyarakah sebagai Inovasi Produk
Perbankan Syari’ah”. Penelitian tersebut tentang konsep pembiayaan
murabahah dengan sistem musyarakah dengan menggabungkan dua skim
pembiayaan dalam transaksi dan operasionalnya tetap menggunakan sistem
murabahah sebagai akad diawal pembiayaan konsumtif tetapi mengubah
model angsuran pembiayaan tersebut dengan sistem musyarakah, yang
semula pengembalian atau angsuran dilakukan dengan pembayaran pokok
8
musyarakah, bahkan dapat dimungkinkan untuk terjadi pemindahan
kepemilikan barang dengan sistem sewa beli (ijarah muntahia bittamlik).
Kedua, Isral Sani (2011) yang berjudul “Pelaksanaan Pembiayaan Berdasarkan Prinsip Bagi Hasil (Mudharabah) Pada Baitul Mal Wa
Tamwil(BMT) Agama Madani Nagari Sungai Pua Kabupaten Agam”. Penelitian tersebut mengkaji hakdan kewajiban BMT Agam Madani dalam
pelaksanaan pembiayaan prinsip bagi hasil serta bagaimana mekanisme
pembiayaan dan kendala-kendalanya dalam pembiayaan dengan prinsip bagi
hasil. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif yang bersifat
deskriptif. Hasil penelitiannya menunjukan bahwa dalam pelaksanaan
pembiayaan tersebut ada beberapa kendala dalam pengelolaan usaha adanya
anggota yang belum mampu mengelola usahanya secara baik dan kurangnya
profesionalisme BMT dalam melaksanakan pembiayaan dalam jumlah besar.
Hal yang tak terduga yang menimpa nasabah sehingga tidak bisa
melaksanakan kewajibanya untuk memberikan bagi hasil dari usahanya
karena merugi. Untuk mengatasi permasalahan yang ada, pihak BMT Agam
lebih berhati-hati dalam memberikan pembiayaan mudharabah kepada
nasabah supaya tidak rugi, selain itu lebih meningkatkan pengontrolan dan
pengawasan terhadap usaha yang dilakukan nasabah, guna menghindari
terjadinya penyalahgunaan dana yang diberikan. Dan diharapkan kepada
9
Ketiga, skripsi dari Nur Inayah (2009) yang berjudul “Strategi Penanganan Pembiayaan Bermasalah pada Pembiayaan Murabahah di BMT
Bina Ihsanul Fikri Yogyakarta”. Dalam penelitian tersebut dijelaskan tentang
strategi penanganan pembiayaan bermasalah pada pembiayaan murabahah di
BMT Bina Ihsanul Fikri Yogyakarta. Metode yang digunakan dalam
penelitian tersebut adalah deskriptif kualitatif yaitu menggambarkan dan
menguraikan data-data yg telah terkumpul yang diperoleh di lapangan. Hasil
penelitiannya menunjukkan bahwa dalam penanganan terhadap nasabah yang
pembiayaannya bermasalah pihak BMT menggunakan cara-cara yang lebih
bersifat kekeluargaan seperti melakukan silaturahim, pembinaan
rescheduling, memberi peringatan kemudian sita jaminan.
Keempat, skripsi dari Benny Kurniawan(2001) dengan judul “ Studi
Analisis Tentang Praktek Pembiayaan murabahah di Bank Muamalah
Cabang Semarang (Studi Kasus Pembelian Mesin Cetak Finishing Pada PT
Karya Toha Putra Semarang)”. Dimana dalam praktek murabahah tersebut
merupakan bentuk bisnis dan kegiatan pinjam meminjam menjadi transaksi
jual beli (lading acting) menjadi permindahan hak milik barang(sale
purchase translation). Dalam murabahah ini pihak bank dapat memberikan
atau menyediakan barang-barang yang dibutuhkan oleh pengusaha untuk
dijual lagi dan bank minta tambahan harga (cost) atas harga pembelian.
Dengan syarat si pemilik barang harus memberikan informasi kepada pembeli
tentang harga dan keuntungan bersihnya. Selain membahas praktek
10
skripsi ini juga dibahas tentang murabahah menurut fatwa Dewan Syari’ah Nasional (DSN) No.04/GSM-MUI/IV/2000 serta relevansinya dalam praktek
murabahah di Bank Muamalah Cabang Semarang.
Kelima, Skripsi oleh Ahmad Irfan (1999) yang berjudul “Tinjauan
Hukum Islam Terhadap Praktek Wakalah di Bank Syari’ah Mandiri (BSM)
Pekalongan”.Dalam skripsinya dia menjelaskan tentang bentuk wakalah
yang ada di Bank Syari’ah Mandiri Pekalongan. Dari berbagai macam
bentuk wakalah yang ada di perbankan syari’ah, di BSM Pekalongan hanya bentuk transfer uang saja, jasa transfer yang dilakukan tidak bertentangan
dengan hukum Islam, karena dalam hal ini berlaku akad ijarah dimana wakil
sebagai ajir sedangkan muwakil sebagai musta’jir, dengan demikian pada
prinsipnya wakalah merupakan sebuah akad, maka muwakil dan wakil harus
memenuhi persyaratan kecakapan bertindak secara sempurna.
Dari beberapa hasil penelitian yang ada, terlihat bahwa ada kedekatan
judul dengan judul penelitian yang penulis lakukan. Namun penelitian yang
penulis lakukan berbeda dengan penelitian yang sudah diteliti oleh peneliti
lainnya. Letak perbedaannya pada permasalahan yang penulis fokuskan.
Penulis menitikberatkan pada bagaimana pelaksanaan akad murabahah pada
produk pembiayaan mitra usaha di BMT Tumang Cabang Salatiga apakah
sudah sesuai dengan hukum Islam atau belum.
G. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian& Pendekatan
11
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif yaitu
penelitian yang bermaksud untuk memahami keadaan atau fenomena
tentang apa yang dialami oleh subyek penelitian dengan cara deskripsi
dalam bentuk kata-kata dan bahasa dengan memanfaatkan berbagai
metode alamiah. Dalam penelitian kualitatif ini metode yang digunakan
adalah wawancara (observasi) pengamatan dan pemanfaatan dokumen
(Moleong, 2001:6).
Penelitian ini berusaha untuk memahami bagaimana hukum Islam
menganalisis pelaksanaan akad murabahah pada produk pembiayaan
mitra usaha di BMT Tumang cabang Salatiga. Penelitian kualitatif
dipilih karena dipandang cocok untuk mengekspresikan temuan
kasus-kasus yang berkaitan dengan pelaksanaan akad murabahah pada
produk pembiayaan mitra usaha dengan cara terjun langsung ke
lapangan yaitu di BMT Tumang Cabang Salatiga.
b. Pendekatan
Yang bertujuan untuk mengetahui, bagaimana pelaksanaan akad
murabahah pada produk pembiayaan mitra usaha di BMT Tumang
Cabang Salatiga ini menggunakan pendekatanyuridis normatif yaitu
suatu penelitian yang secara deduktif dimulai analisa terhadap
pasal-pasal dalam peraturan perundang-undangan yang megatur terhadap
permasalahan tersebut.
Penggunaan pendekatan ini, dimaksudkan untuk memahami
12
murabahahpada produk pembiayaan mitra usaha di BMT Tumang
Cabang Salatiga.
2. Kehadiran Peneliti
Dalam Penelitian ini, penulis bertindak sebagai pengumpul data di
lapangan dengan menggunakan alat penelitian aktif dalam mengumpulkan
data di lapangan. Selain itu alat yang dijadikan untuk pengumpulan data
bisa berupa dokumen-dokumenyang menunjang keabsahan hasil penelitian
nanti serta alat-alat bantu lain yang dapat mendukung terlaksananya
penelitian, seperti kamera dan alat perekam.
3. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian adalah tempat di mana penelitian itu akan
dilakukan. Dalam penelitian yang akan penulis teliti adalah di koperasi
jasa keuangan BMT Tumang Cabang Salatiga.
4. Sumber Data
a. Sumber Data Primer
Sumber data primer adalah sumber data yang langsung
didapatkan dari lapangan atau lokasi penelitian.
1) Responden
Responden adalah orang yang dapat memberikan informasi
tentang hal-hal yang berhubungan dengan penelitian. Dalam
13
BMTTumang Cabang Salatiga, para pegawai BMT Tumang Cabang
Salatigadan nasabah BMT Tumang Cabang Salatiga.
2) Dokumen
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data-data
primer, yaitu dokumen-dokumen berhubungan dengan BMT
Tumang Cabang Salatiga, yang di antaranya adalah struktur
organisasi di BMT Tumang Cabang Salatiga, data-data berupa
keuangan nasabah BMT Tumang Cabang Salatiga, data-data tata
cara dalam memberikan pembiayaan kepada nasabah.
b. Sumber Data Sekunder
Sumber data sekunder adalah sumber data yang diperoleh dari
berbagai bacaan atau hasil penelitian sebelumnya yang bertema sama.
Jadi sumber data lain yang bisa mendukung penelitian ini adalah
dengan telaah pustaka seperti buku-buku, jurnal ataupun hasil penelitian
sebelumnya yang meneliti hal serupa.
5. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini akan menggunakan tiga metode pengumpulan
data :
a. Observasi
Observasi adalah pengamatan secara langsung kepada suatu
obyek yang akan diteliti yang dilakukan dalam waktu singkat (Gorys
14
Dalam observasi nanti, data yang ingin peneliti peroleh secara
langsung dari BMT Tumang Cabang Salatiga dengan melakukan
pengamatan secara langsung terhadap kegiatan yang terjadi pada obyek
penelitian seperti dengan cara mengamati keadaan sekitar BMT
Tumang Cabang Salatiga proses pelayanan pada nasabah dalam
memberikan pembiayaan, serta fasilitas yang ada di BMT Tumang
Cabang Salatiga tersebut.
b. Interview
Interview yaitu cara memperoleh keterangan atau data dengan
cara mengajukan pertanyaan secara langsung kepada pihak BMT
Tumang Cabang Salatiga dalam hal ini adalah manager BMT Tumang
Cabang Salatiga, pegawai BMT Tumang Cabang Salatiga dan sebagian
nasabah BMT Tumang Cabang Salatigayang telah mengajukan
pembiayaan mitra usaha di BMT tersebut.
c. Dokumentasi
Dokumentasi yaitu mengumpulkan, menyusun dan mengelola
dokumen-dokumen tertulis yang terdapat di BMT Tumang Cabang
Salatiga dan kegiatan yang dianggap berguna untuk dijadikan bahan
keterangan yang berhubungan dengan penelitian nanti.
6. Analisis Data
Dalam menganalisis data, penulis menggunakan metode deskriptif
15
terhadap data primer dan sekunder. Selanjutnya diuraikan dan disimpulkan
dengan memakai metode berfikir induktif yaitu pengambilan kesimpulan
dimulai dari pernyataan atau fakta-fakta khusus menuju pada kesimpulan
yang bersifat umum (Sudjana, 1988:7).
Kesimpulan ini ditarik dari fakta atau data khusus berdasarkan
pengamatan di lapangan untuk menilai apakah pelaksanaan akad
murabahah pada produk pembiayaan murabahah di BMT Tumang Cabang
Salatiga sudah sesuai denganhukum Islam atau belum.
7. Pengecekan Keabsahan Data
Dalam suatu penelitian, validitas data mempunyai pengaruh yang
sangat besar dalam menentukan hasil akhir suatu penelitian sehingga untuk
mendapatkan data yang valid diperlukan suatu teknik untuk memeriksa
keabsahan data.
Dalam penelitian nanti, penulis menggunakan pengecekan keabsahan
data dengan menggunakan teknik triangulasi. Menurut Sugiyono
(2010:274) triangulasi dalam pengujian kredibilitas dapat dilakukan
dengan berbagai cara yaitu sebagai berikut:
a. Triangulasi sumber yaitu untuk menguji kredibilitas data dilakukan
dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa
sumber.
b. Triangulasi teknik yaitu untuk menguji kredibilitas data dilakukan
dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik
16
Dalam penelitian nanti, penulis menggunakan triangulasi sumber dan
triangulasi teknik, yaitu dengan membandingkan data hasil pengamatan
dengan data hasil wawancara dan membandingkan hasil wawancara
dengan isi suatu dokumen yang berkaitan.
8. Tahap-tahap Penelitian
Dalam penelitian yang akan peneliti teliti nanti akan dilakukan
dengan berbagai tahap yaitu:
a. Tahap sebelum lapangan, yaitu hal-hal yang dilakukan sebelum
melakukan penelitian seperti penulis menentukan topik penelitian,
mencari informasi tentang pelaksanaan akad murabahah pada produk
pembiayaan mitra usaha di BMT Tumang Cabang Salatiga, pembuatan
proposal penelitian, menetapkan fokus penelitian dan sebagainya yang
harus dipenuhi sebelum melakukan penelitian.
b. Tahap pekerjaan lapangan yaitu penulis terjun langsung ke lapangan
untuk mencari data-data yang diperlukan seperti wawancara kepada
informan, melakukan observasi dan dokumentasi.
c. Tahap analisa data, apabila semua data telah terkumpul dan dirasa
cukup maka tahap selanjutnya adalah menganalisa data-data tersebut
dan menggambarkan hasil penelitian sehingga bisa memberi arti pada
objek yang akan diteliti.
d. Tahap penulisan laporan yaitu apabila semua data telah terkumpul dan
17
dilakukan penulis selanjutnya adalah menulis hasil penelitian tersebut
sesuai dengan pedoman penulisan yang telah ditentukan.
H. Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan hasil laporan penelitian nanti adalah
sebagai berikut;
Bab I Pendahuluan, yang merupakan garis-garis besar pembahasan isi
pokok penelitian yang terdiri atas; latar belakang masalah, fokus penelitian,
tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metodelogi penelitian,
dan sistematika penulisan penelitian.
Bab II Kajian Pustaka, meliputi tinjauan umum tentang murabahahyang
meliputi murabahah dalam fiqh muammalah, murabahah dalam DSN MUI
No:04/DSN/MUI/IV/2000 dan murabahah dalam lembaga keuangan syari’ah
dan tinjauan umum tentang BMT (Baitul Maal wat Tamwiil) dan tinjauan
umum tentang pembiayaan murabahah
Bab III Paparan Data dan Temuan Penelitian yaitu mendiskripsikan
tentang pelaksanaan akad murabahah pada produk pembiayaan mitra usahadi
BMT Tumang Cabang Salatiga. Pada bab ini dijelaskan sekilas tentang objek
penelitian seperti sejarah berdirinya, struktur organisasi beserta
tugas-tugasnya, visi dan misi , bidang usaha pemberian modal yang mana harga
ditentukan jangka waktu pembayaran dan karakteristik akad murabahah.
Bab IV Pembahasan yaitu membahas tentang analisis hukum Islam
terhadap pelaksanaan akad murabahah pada produk pembiayaan mitra
18
jawaban terhadap pokok permasalahan dari penelitian yaitu tentang
pelaksanaan akad murabahah pada produk pembiayaan mitra usaha di BMT
Tumang Cabang Salatiga apakah sudah sesuai dengan hukum Islam atau
belum.
Bab V adalah penutup yang merupakan kesimpulan dan saran-saran
mengenai persoalan yang telahdijabarkan pada bab-bab
sebelumnya.Kemudian pada bagian akhir dari skripsi nanti adalah daftar
19
BAB II
AKAD MURABAHAH PADA PRODUK PEMBIAYAAN MITRA USAHA
A.Tinjauan Umum Akad Murabahah
1. Pengertian Murabahah
Secara bahasa, murabahah berasal dari kata ribh yang bermakna
tumbuh dan berkembang dalam perniagaan. Dalam istilah syari’ah, konsep
murabahah terdapat berbagai formulasi definisi yang berbeda-beda menurut
pendapat para ulama’. Di antaranya, menurut Utsmani, murabahah merupakan salah satu bentuk jual beli yang mengharuskan penjual
memberikan informasi kepada pembeli tentang biaya-biaya yang
dikeluarkan untuk mendapatkan komoditas (harga pokok pembelian) dan
tambahan profit yang diinginkan yang tercermin dalam harga jual (Ismail,
2012: 91).
Menurut Antonio sebagaimana yang dikutip oleh Osmad Muthaher
(2012: 57) murabahah adalah jual beli barang pada harga asal dengan
tambahan keuntungan yang disepakati. Jadi dalam jual beli murabahah
penjual harus memberi tahu kepada pembeli mengenai harga pokok barang
yang ia beli dan menentukan keuntungan sebagai tambahannya.
Sedangkan menurut para fuqaha, murabahah sebagai penjualan
20
margin keuntungan yang disepakati. Secara khusus penjual harus memberi
tahu pembeli mengenai harga pembelian produk dan menyatakan jumlah
keuntungan yang ditambahkan pada biaya (cost) tersebut (Wiroso, 2005:
13).
Murabahah menekankan adanya pembelian komoditas berdasarkan
permintaan konsumen, dan proses penjualan kepada konsumen dengan
harga jual yang merupakan akumulasi dari biaya beli dan tambahan profit
yang diinginkan.
Dengan demikian, bila terikat dengan pihak bank diwajibkan untuk
menerangkan tentang harga beli dan tambahan keuntungan yang diinginkan
kepada nasabah. Dalam konteks ini, bank tidak meminjamkan uang kepada
nasabah untuk membeli komoditas tertentu. Akan tetapi, pihak banklah yang
berkewajiban untuk membelikan komoditas pesanan nasabah dari pihak
ketiga, dan kemudian dijual kembali kepada nasabah dengan harga yang
disepakati kedua pihak (Ismail, 2015: 91).
Murabahah berbeda dengan jual beli biasa (musawamah). Dalam jual
beli musawamah terdapat proses tawar menawar (bargaining) antara penjual
dan pembeli untuk menentukan harga jual, penjual juga tidak menyebutkan
harga beli dan keuntungan yang diinginkan. Berbeda dengan murabahah,
harga beli dan margin yang diinginkan harus dijelaskan kepada pembeli
(Ismail, 2015: 91).
Dari berbagai definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa murabahah
21
penjual dan pembeli, setelah sebelumnya penjual menyebutkan dengan
sebenarnya harga perolehan atas barang tersebut dan besarnya keuntungan
yang diperolehnya.
2. Landasan Hukum Murabahah
Menurut Zuhaili sebagaimana yang dikutip oleh Wiroso (2015:15),
bahwa ketentuan tentang murabahah merupakan suatu jenis jual beli yang dibolehkan oleh syari’at, dalil kebolehannya adalah sama dengan jual beli
pada umumnya yaitu:
a. Al-Qur’an
Dalam surat An-Nisa’ Allah swt, berfirman:
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesama dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku suka sama suka diantara kamu,dan janganlah kamu membunuh dirimu, sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang
kepadamu”(QS. An-Nisa’(4) :29) b. Hadis
Menurut Imam Syafi’i diperbolehkannya jual beli dalam kitab al
22
c. Himpunan Fatwa Dewan Syari’ah Nasional
Dewan Syari’ah Nasional menetapkan aturan tentang murabahah
sebagaimana tercantum dalam fatwa DSN MUI Nomor
04/DSN-MUI/IV/2000 tertanggal 1 April 2000.
3. Rukun dan Syarat Murabahah
a. Rukun Murabahah
Murabahah mempunyai beberapa rukun yaitu:
1) Penjual (ba’iu )
2) Pembeli (musytari’ )
3) Barang yang diperjual belikan (mabi’)
4) Harga barang (tsaman )
5) Pernyataan serah terima (ijab qabul ) (Veithzal dkk, 2008: 146-147).
b. Syarat Murabahah
Terdapat delapan syarat terbentuknya akad murabahah, yaitu:
1) Tamyiz
2) Berbilang pihak
3) Pertemuan kehendak atau kesepakatan
4) Kesatuan majlis
5) Obyek ada pada waktu akad (dapat diserahkan)
6) Obyek dapat ditransaksikan
7) Obyek tertentu atau dapat ditentukan.
23
Dalam jual beli murabahah, menurut Ismail Nawawi sebagaimana
yang dikutip oleh Al-Kasani (220-222) dikatakan sah jika memenuhi
beberapa syarat berikut ini:
1) Mengetahui harga pokok
Akad jual beli ini berdasarkan pada kejelasan informasi
tentang harga beli. Jika harga beli tidak dijelaskan kepada pembeli dan
ia telah meninggalkan majlis maka jual beli dinyatakan akadnya batal.
2) Adanya kejelasan keuntungan (margin)
Hendaknya margin keuntungan juga diketahui oleh pembeli,
karena margin keuntungan tersebut termasuk bagian dari harga,
sedangkan mengetahui harga merupakan syarat sah jual beli.
3) Modal yang digunakan untuk membeli obyek transaksi harus
merupakan barang mitsil, dalam arti terdapat padanannya di pasaran,
alangkah baiknya jika menggunakan uang.
Disamping itu dalam ijab qabul terdapat beberapa syarat yang
harus dipenuhi, menurut Zuhaily (1989: 105-106) sebagai berikut:
1) Adanya kejelasan maksud dari kedua belah pihak
Dalam arti ijab dan qabul yang dilakukan harus bisa
mengekspresikan tujuan dan maksud keduanya dalam bertransaksi.
Penjual mampu memahami apa yang diinginkan oleh pembeli dan
begitu sebaliknya.
24
Dalam hal obyek transaksi ataupun harga, artinya terdapat
kesamaan di antara keduanya tentang kesepakatan, maksud, dan obyek
transaksi. Jika tidak terdapat kesesuaian maka akad dinyatakan batal.
3) Adanya pertemuan antara ijab dan qabul (berurutan dan bersambung)
Yakni ijab dan qabul dilakukan dalam satu majlis, maksudnya
kedua pihakuntuk membuat kesepakatan, atau pertemuan pembicaraan
dalam satu obyek transaksi.
Di samping syarat-syarat di atas, terdapat juga syarat-syarat khusus,
yaitu:
1) Penjual memberi tahu biaya modal kepada nasabah.
2) Kontrak pertama harus sah sesuai dengan rukun yang ditetapkan.
3) Kontrak harus bebas dari riba
4) Penjual harus menjelaskan kepada pembeli bila terjadi cacat atas
barang yang sesudah pembelian.
5) Penjual harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan
pembelian, misalnya pembelian secara hutang. Secara prinsip, jika
syarat dalam (1) (4) (5) tidak dipenuhi, pembeli memiliki pilihan
untuk melanjutkan pembelian seperti apa adanya atau kembali kepada
penjual dan menyatakan ketidaksetujuan atas barang yang dijual, atau
membatalkan kontrak (Antonio, 2001:102).
4. Jenis Murabahah
Murabahah dapat dibedakan menjadi dua yaitu:
25
Jual beli murabahah dilakukan tidak melihat ada yang pesan atau tidak, sehingga penyediaan barang, dilakukan sendiri oleh bank syari’ah
dan dilakukan tidak terkait dengan jual beli murabahah.
b. Murabahah berdasarkan pesanan
Bank syari’ah baru akan melakukan transaksi murabahah atau jual
beli apabila ada nasabah yang memesan barang sehingga penyediaan
barang baru dilakukan jika ada pesanan pada murabahah ini, pengadaan
barang-barang tergantung atau terkait langsung pesanan atau pembelian
barang tersebut.
5. Manfaat Murabahah
Sesuai dengan sifat bisnis, transaksi murabahahmemiliki beberapa
manfaat, murabahah memberi banyak manfaat kepada bank syari’ah. Salah
satunya adalah adanya keuntungan yang muncul dari selisih harga beli dari
penjual dengan harga jual kepada nasabah dan sistemnya sangat sederhana
(Antonio, 2001:106-107).
6. Resiko Murabahah
1) Default atau kelalaian; nasabah sengaja tidak membayar angsuran.
2) Fluktuasi harga komparatif; ini terjadi bila harga suatu barang di pasar
naik setelah bank membelikannya untuk nasabah. Bank tidak bisa
mengubah harga jual beli tersebut.
3) Penolakan nasabah; barang yang dikirim bisa saja ditolak nasabah karena
26
4) Dijual; karena murabahah bersifat jual beli dengan utang, maka ketika
kontrak ditandatangani barang itu menjadi milik nasabah. Nasabah bebas
melakukan apapun terhadap asset miliknya tersebut, termasuk untuk
menjualnya. Jika terjadi demikian resiko untuk default akan besar
(Antonio, 2001:106-107).
B.Tinjauan Umum BMT (Baitul Maal Wat Tamwiil)
1. Pengertian BMT
BMT merupakan salah satu jenis lembaga keuangan bukan bank yang
bergerak dalam skala mikro sebagaimana Koperasi Simpan Pinjam (KSP).
Adapun bank umum merupakan lembaga keuangan makro sedangkan bank
perkreditan rakyat merupakan lembaga keuangan menengah. BMT
merupakan lembaga keuangan mikro yang berlandaskan syari’ah. Selain itu,
BMT juga dapat dikatakan sebagai suatu lembaga swadaya masyarakat
(LSM) yang bergerak di bidang keuangan. Ini disebabkan karena BMT tidak
hanya bergerak dalam pengelolaan modal (uang) saja, tetapi BMT juga
bergerak dalam pengumpulan zakat, infaq, dan shodaqoh (ZIS) (Sumiyanto,
2008: 15-16).
Perbedaan BMT dengan bank umum syari’ah (BUS) atau juga bank
perkreditan rakyat syari’ah (BPRS) adalah BUS dan BPRS terikat dengan
peraturan pemerintah di bawah Departemen Keuangan dan juga peraturan
Bank Indonesia (BI). Sedangkan BMT dengan badan hukum koperasi,
secara otomatis di bawah pembinaan Departemen Koperasi dan Usaha Kecil
27
keputusan Menteri Koperasi Usaha Kecil dan Menengah No 91. Tahun 2004
(Kepmen No. 91/Kep/ M.KUKM/ IX/ 2004) bahwa BMT sebagai Koperasi Jasa Keuangan Syari’ah (KJKS), yang mana merupakan koperasi yang
kegiatan usahanya bergerak di bidang pembiayaan, investasi dan simpanan sesuai pola bagi hasil (syari’ah).
2. Prinsip-prinsip BMT
Prinsip-prinsip BMT sesuai dengan Undang-undang koperasi adalah
sebagai berikut:
a. Koperasi BMT (KJKS) merupakan badan usaha yang beranggotakan
orang-orang atau badan hukum koperasi yang menjadikan sistem syari’ah sebagai landasan operasional.
b. Tujuan pengembangan koperasi BMT (KJKS) adalah
1) Meningkatkan progam pemberdayaan ekonomi, khususnya di
kalangan usaha mikro, kecil, menengah dan koperasi melalui sistem syari’ah.
2) Mendorong kehidupan ekonomi syari’ah dalam kegiatan usaha mikro, kecil, dan menengah khususnya dan ekonomi indonesia pada
umumnya.
3) Meningkatkan semangat dan peran serta anggota masyarakat dalam
kegiatan koperasi BMT (KJKS).
c. Koperasi BMT (KJKS) berfungsi untuk membangun dan
28
masyarakat, dan berperan secara aktif mempertinggi kualitas kehidupan
manusia dan masyarakat.
d. Keanggotaan koperasi BMT bersifat sukarela dan terbuka, dan dikelola
secara demokratis dan Islami.
e. Substansi anggaran dasar koperasi BMT minimal memuat daftar nama
pendiri, nama dan tempat kedudukan, maksud dan tujuan, ketentuan
mengenai keanggotaan, rapat anggot, pengelolaan dan permodalan,
jangka waktu berdiri,pembagian sisa hasil usaha (SHU) dan sanksi.
f. Ketentuan tentang keanggotaan dapat berupa anggota biasa, anggota
luar biasa dan calon anggota. kesemuannya dinyatakan dalam daftar
buku anggota biasa, anggota luar biasa dan calon anggota. Ketentuan
hak dan kewajiban masing-masing dinyatakan dalam anggaran dasar dan
anggaran rumah tangga.
g. Koperasi BMT (KJKS) wajib menyelenggarakan rapat anggota tahunan
(RAT) minimal satu kali dalam setahun.
h. Masa jabatan pengurus koperasi BMT (KJKS) paling lama 5 (lima)
tahun dan dapat dipilih kembali.
i. Pengawas koperasi BMT (KJKS) harus dipilih dari dan oleh anggota
koperasi BMT (KJKS) dalam rapat anggota.
j. Modal koperasi BMT (KJKS) terdiri dari modal sendiri dan modal
pinjaman. Modal sendiri dapat berasal dari simpanan pokok, simpanan
29
dari anggota, koperasi lainnya, bank dan lembaga lainnya, sumber lain
yang sah (Sumiyanto, 2008: 40).
3. Kegiatan BMT
Kegiatan BMT yang utama adalah penghimpunan dana dan
penyaluran dana. KJKS BMT dalam melakukan penghimpunan dana harus
mengacu pada ketentuan yang berlaku, baik perundang-undangan tentang koperasi maupun ketentuan syari’ah, yakni:
a. KJKS BMT dapat menghimpun dana dari anggota, calon anggota,
koperasi lain dan atau anggotanya dalam bentuk simpanan dan simpanan
berjangka.
b. Simpanan dan simpanan berjangka memungkinkan untuk dikembangkan
yang esensinya tidak menyimpang dari prinsip wadi’ah dan
mudharabah sesuai dengan kepentingan dan manfaat yang diperoleh, selama tidak bertentangan dengan syari’ah yang berlaku, dan dengan
merujuk pada fatwa Dewan Syari’ah Nasional Majelis Ulama Indonesia
(DSN-MUI).
c. Perhitungan bagi hasil untuk simpanan biasa dan simpanan berjangka
sesuai dengan pola bagi hasil (syari’ah) dilakukan dengan sistem
distribusi pendapatan.
d. Distribusi pendapatan diperoleh dari perhitungan saldo rata-rata
per-klasifikasi dana dibagi total saldo rata-rata seluruh per-klasifikasi dana,
kemudian dikalikan dengan komponen perkiraan pendapatan yang
30
C.Tinjauan Umum Pembiayaan
1. Pengertian Pembiayaan
Pembiayaan adalah penyedian uang atau tagihan yang dapat
dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara
bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk
mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka tertentu dengan
imbalan atau bagi hasil (Kasmir, 2014:82).
Pembiayaan merupakan salah satu tugas pokok bank atau lembaga
keuangan non bank yaitu pemberian fasilitas penyediaan dana untuk
memenuhi kebutuhan pihak-pihak yang merupakan defisit unit (Antonio,
2006:160).
Dalam kaitannya dalam perspektif syari’ah, pembiayaan disebut
juga sebagai aktiva produktif. Aktifa produktif adalah penanaman dana
dalam bentuk rupiah atau valuta asing dalam bentuk pembiayaan, piutang,
qardh, surat berharga Islam, penempatan, penyertaan modal, penyertaan
modal sementara, komitmen dan kontinjensi pada rekening administrasi
serta sertifikat wadi’ah (Veithzal Rivai dk, 2007: 769 ).
Yang menjadi perbedaan antara kredit yang diberikan bank
konvensional atau koperasi pada umumnya dengan pembiayaan dengan prinsip syari’ah adalah terletak pada keuntungan yang ditentukan. Pada
bank konvensional keuntungan yang diperoleh itu melalui bunga,
sedangkan bagi pembiayaan denga prinsip syari’ah berupa imbalan atau
31
ataupembiayaan yang diberikan pada masing-masing pihak pemberi
pembiayaan.
Perbeaan lainnya terletak pada bisnis yang dibiayai. Dalam syari’ah
terdapat sejumlah batasan dalam hal pemberian pembiayaan pada sektor
wirausaha. Tidak semua proyek atau obyek pembiayaan dapat didanai melalui bank syari’ah, namun harus sesuai dengan kaidah syari’ah
(Gemala Dewi, 2005:67).
2. Jenis-jenis Pembiayaan
Secara garis besar produk pembiayaan syari’ah terdiri dalam 4
(empat) kategori berdasarkan tujuan penggunaannya, yaitu (Karim,
2007:97-112):
a. Pembiayaan dengan Prinsip Jual Beli (ba’i)
Prinsip jual beli dilaksanakan sehubungan dengan adanya
perpindahan kepemilikan barang atau benda (transfer of property).
Tingkat keuntungan bank ditentukan di depan dan menjadi bagian harga
atas barang yang dijual, transaksi jual beli dapat dibedakan berdasarkan
bentuk pembayarannya dan waktu penyerahan barangnya, yaitu sebagai
berikut:
1) Pembiayaan Murabahah
Murabahah yang berasal darikata ribhu (keuntungan), adalah
transaksi jual beli dimana bank sebagai penjual, sementara nasabah
sebagai pembeli.Harga jual adalah harga beli bank dari pemasok
32
pembiayaan jual beli dimana penyerahan barang dilakukan di awal
akad.Bank menetapkan harga jual barang yaitu harga pokok
perolehan barang ditambah sejumlah margin keuntungan bank.Harga
jual yang telah disepakati di awal akad tidak boleh berubah selama
jangka waktu pembiayaan.
2) Pembiayaan Salam
Salam adalah transaksi jual beli dimana barang yang
diperjual-belikan belum ada.Oleh karena itu, barang diserahkan secara
tangguh sementara pembayaran dilakukan secara tunai.Bank
bertindak sebagai pembeli, sementara nasabah sebagai penjual.
Sekilas transaksi ini mirip jual beli ijon, namun dalam transaksi ini
kuantitas, kualitas, harga, dan waktu penyerahan barang harus
ditentukan secara pasti. Jadi Pembiayaan salam adalah pembiayaan
jual beli dimana yang diperjual belikan belum ada. Pembayaran
barang dilakukan di depan oleh bank namun penyerahan barang
nasabah dilakukan secara tangguh karena memerlukan waktu untuk
proses pengadaan. Lazimnya, setelah barang tersebut diserahkan
kepada bank maka bank akan menjualnya kepada pembeli yang telah
memesan sebelumnya.
3) Pembiayaan Istishna’
Produk istishna’ menyerupai produk salam, akan tetapi dalam istishna pembayarannya dapat dilakukan beberapa kali (termin)
33
diaplikasikan pada pembiayaan manufaktur dan konstruksi. Jadi,
pembiayaan istishna adalah pembiayaan jual beli yang polanya
sama dengan pembiayaan salam, namun berbeda dalam pola
pembayarannya. Bila salam pembayarannya dilakukan di depan
akad, maka pembayarannya dalam istishna dapat dilakukan secara
bertahap sesuai kesepakatan.
b. Prinsip Sewa (Ijarah)
Transaksi ijarah dilandasi adanya perpindahan manfaat, jadi pada
dasarnya prinsip ijarahsama dengan prinsip jual beli, tapi perbedaannya
terletak pada obyek transaksinya.Pada jual beli obyek transaksinya
adalah barang. Sedangkan ijarah obyek transaksinya adalah jasa.
Transaksi ini di bagi berdasarkan 2 (dua) bentuk, yaitu:
1) Ijarah
Ijarah adalah akad sewa-menyewa barang atau jasa antara
pemilik obyek sewa dan penyewa.
2) Ijarah Muntahiya Bittamlik
Ijarah muntahiya bittamlik adalah akad sewa-menyewa barang
atau jasa dimana barang atau jasa yang disewakan dapat dimiliki
oleh penyewa pada akhir masa sewa.
c. Prinsip Bagi Hasil (Syirkah)
Produk pembiayaan syari’ah yang berdasarkan atas prinsip bagi
hasil adalah:
34
Bentuk umum dari usaha bagi hasil adalah musyarakah
(syirkah atau syarikah).Transaksi musyarakah dilandasi adanya
keinginan para pihak yang bekerjasama untuk meningkatkan nilai
aset yang mereka miliki bersama-sama.Semua bentuk usaha yang
melibatkan dua pihak atau lebih dimana mereka secara
bersama-sama memadukan seluruh bentuk sumber daya baik yang berwujud
maupun tidak berwujud. Jadi pembiayaan musyarakah adalah
pembiayaan bagi hasil ketika dua pihak atau lebih pengusaha pemilik
modal atau dana bekerja sebagai mitra usaha membiayai investasi
usaha baru atau yang sudah berjalan.
2) Pembiayaan Mudharabah
Mudharabah adalah bentuk kerjasama antara dua atau lebih
pihak dimana pemilik modal (shahibul maal) mempercayakan
sejumlah modal kepada pengelola (mudharib) dengan suatu
perjanjian pembagian keuntungan.Bentuk ini menegaskan kerjasama
dalam paduan kontribusi 100% modal kas dari shahib al-maal dan
keahlian dari mudharib.Jadi pembiayaan mudharabah adalah
pembiayaan dimana bank membiayai 100% kebutuhan dana untuk
usaha, sedangkan nasabah bertindak sebagai pelaksana atas usaha
tersebut dan keuntungan yang diperoleh berdasarkan kesepakatan
35
Jenis-jenis pembiayaan yang ada diperbankan baik bank syari’ah maupun bank konvensional, secara umum dapat dilihat dalam berbagai
sudut, yaitu: (Laksamana, 2009:38).
a. Pembiayaan Dilihat dari Tujuannya
1) Pembiayaan Konsumtif
Pembiayaan Konsumtif adalah pembiayaan yang diberikan
untuk tujuan konsumtif yang hanya dinikmati oleh pemohon.
2) Pembiayaan Produktif
Pembiayaan Produktif yaitu pembiayaan yang dimanfaatkan
untuk kegiatan produksi yang menghasilkan barang atau jasa.
3) Pembiayaan Perdagangan
Pembiayaan Perdagangan yaitu pembiayaan yang diberikan
untuk pembelian barang sebagai persediaan untuk dijual kembali.
b. Pembiayaan Dilihat dari Jangka Waktunya
1) Pembiayaan Jangka Pendek
Pembiayaan jangka pendek (short term financing) adalah
pembiayaan yang berjangka waktu maksimal 1 (satu) tahun.
2) Pembiayaan Jangka Menengah
Pembiayaan jangka menengah (medium term financing) adalah
pembiayaan yang berjangka waktu 1 (satu) sampai 3 (tiga) tahun.
36
Pembiayaan jangka panjang (long term financing) adalah
pembiayaan yang berjangka waktu lebih dari 3 (tiga) tahun.
c. Pembiayaan dilihat dari Penggunaannya
1) Pembiayaan Modal Kerja (Mitra Usaha)
Pembiayaan modal kerja adalah pembiayaan jangka pendek
dan menengah yang digunakan untuk kebutuhan modal kerja bagi
kelancaran usaha, antara lain untuk pembelian bahan baku, biaya
produksi seperti upah tenaga kerja, biaya distribusi, dan sebagainya.
Pembiayaan modal kerja yaitu pembiayaan untuk memenuhi
kebutuhan peningkatan produksi, baik secara kuantitatif yaitu jumlah
hasil produksi maupun secara kualitatif, yaitu peningkatan kualitas
atau atau mutu hasil produksi. Untuk keperluan perdagangan atau
peningkatan utility of place dari suatu barang (Antonio, 2001:160).
Dalam melakukan penetapan akad pembiayaan modal kerja syari’ah, proses analisis yang dilakukan adalah sebaga berikut:
a) Hal pertama yang harus dlihat adalah jenis proyek yag akan
dibiayai tersebut apakah memiliki kontrak atau belum.
b) Jika proyek tersebut memiki kontrak, aktor berikutnya yang harus
dicermati adalah apakah proyek tersebut untuk pembiayaan
konstruksi atau pengadaan barang. Jika untuk pembiayaan
kontruksi, pembiayaan yanglayak adalah pembiayaan istishna’.
37
pengadaan barang maka pembiayaan yang patut diberikan adalah
pembiayaan mudharabah.
c) Jika proyek tersebut bukan untuk pembiayaan kontruksi ataupun
pengadaan barang, maka bank tidak layak untuk memberikan
pembiayaan.
d) Dalam hal proyek tersebut tidak memiliki kontrak, maka faktor
selanjutnya harus dilihat adalah apakah proyek tersebut untuk
pembelian barang atau penyewaan barang.
(1) Jika untuk pembelian barang, maka yang dilihat adalah
apakah barang tersebut berupa ready stock atau good in
proses. Jika ready stock maka pembiayaan yang dapat
diberikan adalah pembiayaan murabahah. Namun jika good
in process, yang harus dilihat lagi adalah apakah proses
barang tersebut memerlukan waktu kurang dari 6 bulan atau
lebih. Jika kurang dari 6 bulan, pembiayaan yang diberikan
adalah pembiayaan salam, jika melebihi 6 bulan pembiayaan
yang diberikan adalah pembiayaan istishna’ .
(2) Jika untuk penyewaan barang, maka pembiayaan yang
diberikan adalah pembiayaan ijarah (Karim, 2007:235-236).
2) Pembiayaan Investasi
Pembiayaan Investasi adalah pembiayaan berjangka menengah
dan panjang untuk melakukan investasi seperti pembelian
38
maupun ekspansi usaha yang sudah ada dengan pembelian
mesin-mesin dan peralatan, dan pembangunan pabrik.
3) Pembiayaan Multi Guna
Pembiayaan multi guna adalah pembiayaan berjangka pendek
dan menengah bagi perorangan untuk memenuhi berbagai kebutuhan
seperti biaya pendidikan, biaya pernikahan, pembelian aneka
peralatan rumah tangga, dan sebagainya.
3. Jaminan Pembiayaan
a. Jaminan dengan barang-barang berharga(Kasmir, 2004:8081) sperti:
1) Tanah
2) Bangunan
3) Kendaraan bermontor
4) Mesin-mesin peralatan
5) Barang dagangan
6) Tanaman/sawah
7) Dan barang dagang lainnya.
b. Jaminan surat berharga seperti:
1) Sertifikat saham
2) Sertifikat obligasi
3) Sertifikat tanah
4) Sertifikat deposito
5) Promes
39 7) dan surat berharga lainnya.
c. Jaminan orang atau perusahaan
Jaminan yang diberikan oleh seseorang atau perusahaan kepada
bank terhadap fasilitas pembiayaan yang diberikan.
d. Jaminan asuransi
Jaminan asuransi yaitu bank menjaminkan pembiayaan tersebut
kepada pihak asuransi, terutama terhadap fisik obyek kredit, seperti
kendaraan dan gedung. Apabila terjadi kehilangan atau kebakaran,
maka pihak asuransilah yang akan menanggungkannya.
4. Prinsip-prinsip Pembiayaan
Prinsip pemberian pembiayaan, setelah calon debitur mengajukan
permohonan pembiayaan, untuk menentukan disetujui atau tidaknya,
dapat dilakukan dengan analisis 5C yaitu (Kasmir,2004:91-92):
1) Character
Character adalah sifat atau watak seseorang yang akan diberi
pembiayaan benar- benar dapat dipercaya. Keyakinan ini tercermin
dari latar belakang pekerjaan si nasabah maupun keadaan
keluarganya.
2) Capacity
Capacity adalah penilaian mengenai kemampuan pemohon
dalam menjalankan usaha dan menghasilkan keuntungan, yang pada
akhirnya mampu membayar kewajiban kepada bank.
40
Capital adalah untuk mengetahui sumber-sumber pembiayaan
yang dimiliki nasabah terhadap usaha yang akan dibiayai oleh bank.
4) Condition
Condition adalah penilian terhadap kondisi ekonomi sekarang
dan untuk di masa yang akan datang sesuai sector masing-masing.
5) Collateral
Collateral adalah jaminan yang diberikan calon nasabah baik
yang bersifat fisik maupun non fisik.
Sedangkan untuk penilaian pembiayaan, analisis pembiayaan yang
digunakan biasanya adalah dengan metode 7P (Kasmir,1999:105-107)
yaitu:
1) Personality
Personality adalah menilai nasabah dari segi kepribadian atau
tingkah lakunya sehari-hari maupun masa lalunya.
2) Party
Party adalah mengklafikasikan nasabah kedalam klafikasi
tertentu atau golongan tertentu berdasarkan modal, loyalitas serta
karakternya.
3) Purpose
Purpose adalah mengetahui tujuan nasabah dalam mengambil
41 4) Prospect
Prospect adalah menilai usaha nasabah dimasa yang akan
datang menguntungkan atau tidak, atau dengan kata lain mempunyai
prospek atau sebaliknya.
5) Payment
Payment adalah ukuran bagaimana cara nasabah
mengembalikan pembiayaan yang telah diambil, atau dari sumber
mana saja dana untuk pengembalian pembiayaan.
6) Profitability
Profitability adalah menganalisis bagaimana kemampuan
nasabah dalam mencari laba.
7) Protection
Protection adalah bagaimana menjaga agar usaha dan jaminan
mendapatkan perlindungan.
5. Teknik Penyelesaian Pembiayaan Macet
Dalam menganalisis setiap permohonan, kemungkinan pembiayaan
bermasalah pasti ada. Hal ini dapat di sebabkan oleh berbagai pihak
(Kasmir, 2000:109) yaitu:
1) Dari Pihak Bank
Dalam hal ini pihak analisis pembiayaan kurang teliti baik dalam
mengecek dokumen maupun salah dalam melakukan perhitungan
42 2) Dari Pihak Nasabah
Dari pihak nasabah pembiayaan bermasalah dapat terjadi karena
2 (dua) hal sebagai berikut:
a) Adanya unsur kesengajaan, dalam hal ini nasabah sengaja tidak
membayar kewajibannya kepada bank sehingga pembiayaan yang
diberikan dengan sendiri macet.
b) Adanya unsur ketidak sengajaan, dalam hal ini nasabah mau
membayar kewajibannya akan tetapi tidak mampu dikarenakan
usaha yang dibiayai terkena musibah seperti kebakaran.
Sedangkan cara yang digunakan oleh bank untuk menyelesaikan
pembiayaan bermasalah, yaitu dengan restrukturasi pembiayaan, yaitu
upaya yang dilakukan bank dalam rangka membantu nasabah agar dapat
melakukan kewajibannya, hal yang dapat dilakukan antara lain:
1) Penjadualan Kembali (rescheduling)
Penjadualan kembali, yaitu perubahan jadwal pembayaran
kewajiban atau jangka waktu pembiayaan.
2) Persyaratan Kembali (reconditioning)
Persyaratan kembali, yaitu perubahan sebagian atau seluruh
persyaratan pembiayaan yang tidak terbatas hanya pada perubahan
jadwal pembayaran, jangka waktu dan atau persyaratan lainnya
sepanjang tidak menyangkut perubahan maksimal saldo.
43
Penataan kembali, yaitu perubahan persyaratan pembiayaan
yang menyangkut:
a) Penambahan dana dari bank
b) Konversi pembiayaan menjadi piutang dan atau sebaliknya