• Tidak ada hasil yang ditemukan

SADAR MOEHAR DANIL MISRAN DARMAWI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SADAR MOEHAR DANIL MISRAN DARMAWI"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

B

B BALAI BESA

LAPO

PEND

K

BADAN PE AR PENGK BALAI PE

RAN A

AMPING

KABUPA

M

Y

KEMEN ENELITIAN KAJIAN DA NGKAJIAN

AKHIR

GAN

SL-ATEN DH

OLEH

SADA

OEHAR

MISRA

SYAHR

DARMA

YUSRI R

NTRIAN N DAN PEN AN PENGEM N TEKNOLO 2012

R TAH

PTT PA

HARMASR

H :

AR

DANIL

AN

RIL

AWI

RENOR

PERTANI NGEMBANG MBANGAN OGI PERTA 2

HUN 20

DI SAWA

RAYA

AN GAN PERTA N TEKNOLO ANIAN SU

012

AH

ANIAN OGI PERTA MBAR ANIAN

(2)

PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

Dalam upaya peningkatan produksi padi sawah atau pangan secara umumnya program PTT telah menjadi program nasional sejak tahun 2003, dan dijadikan sebagai landasan pangan nasional oleh Kementrian Riset dan Teknologi dan Program Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN). Untuk mendukung pengembangan Program PTT secara nasional, Departemen Pertanian meluncurkan program Sekolah Lapang (SL) PTT. SL-PTT adalah sekolah yang seluruh proses belajar mengajarnya dilakukan di lapangan. Tujuan utama SL-PTT adalah mempercepat alih teknologi melalui pelatihan dari peneliti atau narasumber lainnya. Melalui SL-PTT diharapkan terjadi percepatan penyebaran teknologi PTT dari peneliti ke petani peserta dan kemudian berlangsung difusi secara alamiah dari alumni SL-PTT kepada petani di sekitarnya. Seiring dengan perjalanan waktu dan tahapan SL-PTT, petani diharapkan merasa memiliki PTT padi sawah yang dikembangkan (Deptan, 2008). Kegiatan SL-PTT padi sawah telah dimulai sejak tahun 2008 di seluruh Indonesia, untuk mempercepat pelaksanaan dan pengembangan SL-PTT padi sawah tersebut, perlu dilakukan percepatan diseminasi inovasi teknologi dalam mendukung program SL-PTT padi sawah tersebut.

PTT diterapkan dengan prinsip utama antara lain: 1) Partispatif, petani berperan aktif dalam pemilihan dan pengujian teknologi; 2) Spesifik lokasi, memperhatikan keseuaian teknologi dengan lingkungan fisik, sosial-budaya, dan ekeonomi stempat; 3) Terpadu, sumberdaya tanaman, tanah dan air dikelola dengan baik secara terpadu; 4) Sinergis atau Serasi, pemenfaatan teknologi terbaik, memperhatikan keterkaitan antar komponen teknologi yang saling mendukung; dan 5) Dinamis, penerapan teknologi selalu disesuaikan dengan perkembangan dan kemajuan IPTEK serta kondisi sosial ekonomi setempat (Badan Litbang, 2009).

(3)

Anjuran teknologi produksi padi yang dilaksanakan dalam program PTT adalah: 1) Penggunaan varietas padi unggul atau berdaya hasil tinggi dan atau bernilai ekonomi tinggi; 2) Penggunaan benih bersertifikat dengan mutu bibit tinggi; 3) Penggunaan pupuk berimbang spesifik lokasi; 4) Penggunaan kompos bahan organik dan atau pupuk kandang sebagai pupuk dan pembenah tanah (soil amandement); 5) Pengelolaan bibit dan tanaman padi sehat melalui: a) Pengaturan tanam, sistem legowo, tegel maupun sistem tebar benih langsung, dengan tetap mempertahankan populasi minimum, b) Penggunaan bibit dengan daya tumbuh tinggi, cepat dan serempak yang diperoleh melalui pemisahan benih padi bernas (berisi penuh); c) Penanaman bibit umur muda (<21 hari setelah semai) dengan jumlah bibit terbatas antara 1-3 bibit per lubang; d) Pengaturan pengairan dan pengeringan berselang, dan e) Pengendalian gulma; 6) Pengendalian hama dan penyakit dengan pendekatan PHT, 7) Penggunaan alat perontok gabah mekanis atau mesin perontok (Abdullah dkk, 2008).

Berdasarkan anjuran teknologi produksi padi model PTT, maka alternatif komponen teknologi yang dapat diintroduksikan dalam pengembangan model PTT dalam teknologi dasar yang meliputi antara lain: 1) Varietas unggul baru inbrida atau hibrida sesuai karakteristik lahan, lingkungan dan keinginan petani setempat; 2) Benih bermutu (kemurnian dan daya kecambah tinggi) dan berlabel; 3) Pemberian bahan organik melalui pengembalian jerami ke sawah atau dalam bentuk kompos atau pupuk kandang; 4) Pengaturan populasi tanaman secara optimum; 5) Pemupukan berdasarkan kebutuhan tanaman dan status hara tanah; 6) Pengendalian OPT dengan pendekatan PHT (pengendalian hama terpadu). Sedangkan teknologi pilihan antara lain: 1) Pengolahan tanah sesuai musim dan pola tanam; 2) Penggunaan bibit muda (umur <21 hari setelah semai); 3) Tanam bibit 1-3 batang per rumpun dengan sistem tanam jajar legowo 6:1 atau 4:1; 4) Pengairan secara efektif dan efisien; 5) Penyiangan dengan landak atau gasrok, dan 6) Panen tepat waktu dan gabah segera dirontok (Badan Litbang, 2009).

(4)

Penerapan PTT di Sumatera Barat dimulai pada tahun 2001 di Kabupaten Padang Pariaman, Agam dan Tanah Datar, dimana penerapan PTT dapat meningkatkan produktivitas padi 12,3-21,0%. Pada tahun 2004-2006 dilakukan PTT dengan penggunaan varietas Batang Piaman di Kabupaten Padang Pariaman, Tanah Datar, Agam, Sijunjung, Kota Padang, Solok, program PTT ini dapat meningkatkan produksi serta keuntungan bagi petani. Pelaksanaan SL-PTT di Kabupaten Dharmasraya melalui pendampingan teknologi dengan melakukan petak percontohan varietas unggul baru telah memperlihatkan peningkatan hasil padi dibanding musim yang lalu (Sadar, et. al., 2010).

Berpedoman dengan keberhasilan SL-PTT di Kabupaten Dharmasraya tahun 2012, maka tahun anggaran 2011 perlu diadakan kembali kegiatan SL-PTT padi sawah, yang di khususkan kepada daerah-daerah yang bermasalah (produksi rendah) yang dikenaldengan istilah SL-PTT model 2012.

1.2. JUSTIFIKASI

Varietas unggul baru padi sawah yang dihasilkan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian masih belum banyak dikenal dan dimanfaatkan oleh petani, pada hal varietas-varietas tersebut memiliki potensi hasil yang rata-rata > 8 t/ha. Sedangkan varietas padi yang ditanam petani saat ini hanya memiliki potensi hasil jauh lebih rendah daripada 8 t/ha. Dilain pihak petani hanya menanam dua atau tiga macam varietas padi sawah. Keadaan ini akan menimbulkan kerugian yang besar bagi petani, jika terjadi serangan OPT, kerena varietas padi sawah yang ditanam memiliki genetik yang sempit.

Untuk tahun 2014 pemerintah menargetkan produksi beras nasional mencapai plus 10.000 juta ton beras. Jika petani masih menanam padi varietas lokal atau menggunakan benih berkualitas rendah, maka target untuk mencapai plus 10.000 juta ton beras pada tahun 2014 tersebut tidak tercapai.

(5)

Untuk mengatasi masalah OPT, maka meningkatkan jumlah varietas padi sawah atau meningkatkan keragaman genetik padi di lapangan perlu dilakukan. Disamping itu dengan menggunakan varietas unggul baru dan menggunakan teknologi budidaya yang efisien, efektif, murah dan mudah perlu disosialisasikan.

1.3. DASAR PERTIMBANGAN

Beras adalah makanan pokok yang sangat strategis baik dari segi konsumsi maupun produksi. Sekitar 54% dari total konsumsi kalori dan 46% dari total konsumsi protein penduduk berasal dari beras. Selain itu beras juga menyumbang 33% dari pendapatan kotor yang diperoleh dari sektor pertanian (Fagi, 1999). Oleh karena itu beras telah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Indonesia sehingga tidak dapat dipungkiri bahwa komoditas ini telah turut mempengaruhi tatanan politik dan stabilitas nasional. Selain sebagai makanan pokok lebih dari 95% penduduk, padi juga telah menjadi sumber mata pencaharian sebagian besar petani di pedesaan. Dewasa ini usahatani padi mampu menyediakan lapangan kerja bagi sekitar 20 juta rumah tangga petani. Produksi padi perlu ditingkatkan untuk memenuhi kebutuhan pangan penduduk yang terus bertambah. Kebutuhan beras nasional dewasa ini telah menyentuh angka lebih dari 30 juta ton per tahun.

Di sisi lain, tantangan yang dihadapi dalam pengadaan produksi padi semakin berat. Laju pertumbuhan penduduk dan tingkat konsumsi beras yang relatif masih tinggi menuntut peningkatan produksi yang berkesinambungan, sementara sebagian lahan sawah yang subur telah beralih fungsi untuk usaha lainnya. Rata-rata laju pertambahan penduduk Indonesia sekitar 1,27-1,29 % per tahun, dengan laju pertumbuhan tersebut pada tahun 2025 jumlah penduduk Indonesia diproyeksikan mencapai 296 juta jiwa dengan kebutuhan beras sekitar 41,5 juta ton atau setara dengan 78,3 juta ton GKG (Las. et al., 2008; Simamarta dan Yuwariah, 2008).

(6)

Oleh karena itu perlu upaya peningkatan produksi padi baik melalui peningkatan produktivitas, pembukaan sawah bukaan baru, maupun melalui peningkatan luas panen, yaitu melalui pertambahan luas tanam dengan meningkatkan indek pertanaman (IP) padi sawah. Salah satu komponen teknologi adalah melalui penggunaan varietas unggul baru (Purwanto, 2008; Suryana et al., 2008).

Usaha peningkatan produksi beras telah dilakukan sejak lama, antara lain melalui program intensifikasi pada lahan sawah irigasi. Program intensifikasi dimulai tahun 1968/69 yang dikenal dengan program Bimas dan Inmas, dan program ini terus berkembang sesuai dengan kermajuan teknologi. Terakhir dikenal dengan Program Supra Intensifikasi Khusus (Supra Insus). Dengan program ini produktivitas padi sawah dapat ditingkatkan dari 2,44-2,80 t/ha pada periode 1969/73 menjadi 4,52-4,65 t/ha pada periode 1989/93 (Jatileksono Dalam Fagi. 1999), sehingga pada tahun 1984 Indonesia telah mencapai taraf swasembada beras.

Dewasa ini, secara nasional Indonesia kembali mengalami defisit, dimana kebutuhan beras nasional tidak dapat lagi memenuhi kebutuhan beras penduduk. Pada tahun 1998 Indonesia harus mengimpor beras sebanyak 4 juta ton, sehingga Indonesia kembali menjadi negara pengimpor beras terbesar di Dunia (Fagi, 1999). Untuk mengatasi kendala ini pemerintah melakukan terobosan baru dengan proyek yang dikenal dengan Gema Palagung 2001, namun demikian produksi padi nasional masih defisit.

Untuk mempertahankan produksi padi pemerintah melakukan program Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN) dengan target peningkatan produksi padi sebesar 5% per tahun pada tahun 2008-2009 (Purwanto, 2008). Untuk mencapai target tersebut perlu diimplementasikan beberapa strategi, ada tiga strategi utama, yaitu: (1) perluasan areal tanam dengan mencetak sawah baru, (2) peningkatan produktivitas dengan menerapkan budidaya padi sawah sesuai konsep PTT padi sawah, antara lain penggunaan; varietas unggul baru (VUB), benih bermutu, bibit umur muda, pengaturan sistem tanam, pengelolaan lahan dan air yang tepat, pemupukan lengkap

(7)

yang rasional, pengendalian organisme pengganggu tanamam (OPT) sesuai konsep pengendalian hama/penyakit terpadu (PHT), dan (3) perluasan areal panen melalui peningkatan indeks pertanaman (IP).

1.4. TUJUAN KEGIATAN

Mempercepat diseminasi inovasi teknologi padi sawah melalui demplot varietas unggul baru (VUB) padi sawah, pelatihan dan temu lapang teknologi padi sawah dalam mendukung program SL-PTT padi sawah, sehingga dapat meningkatkan pengetahuan petani dan produksi padi sawah di Kabupaten Dharmasraya.

1.5. KELUARAN YANG DIHARAPKAN

Terlaksananya percepatan diseminasi inovasi teknologi padi sawah melalui, demplot varietas unggul baru (VUB), pelatihan dan temu lapang dengan teknologi padi sawah dalam mendukung program SL-PTT padi sawah, sehingga dapat meningkatkan produksi padi sawah 0,25 s/d 0,50 t/ha. di Kabupaten Dharmasraya. 1.6. HASIL YANG DIHARAPKAN

Penerapan inovasi teknologi varietas unggul baru (VUB) padi sawah melalui demfarm, display VUB, pelatihan dan temu lapang sebagai upaya mendapatkan varietas yang beradaptasi baik, berproduksi tinggi dan teknologi budidaya tepat untuk mendukung pelaksanaan program SL-PTT pada lokasi yang spesifik di Kabupaten Dharmasraya.

1.7. MANFAAT YANG DIHARAPKAN

Pengembangan dan percepatan adopsi inovasi teknologi VUB padi sawah yang dapat menekan gangguan cekaman lingkungan dengan teknologi budidaya yang dihasilkan Badan Litbang Pertanian untuk mendukung program SL-PTT pada lokasi spesifik di Kabupaten Dharmasraya.

(8)

1.8. DAMPAK YANG DIHARAPKAN

Berkembang dan tersebarnya inovasi teknologi VUB padi sawah dengan teknologi budidaya untuk mendukung program SL-PTT pada lokasi spesifik yang dapat meningkatkan hasil padi sawah 0,5 sampai 1,0 t/ha di Kabupaten Dharmasraya.

(9)

II.TINJAUAN PUSTAKA

Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) padi sawah bukanlah merupakan suatu paket teknologi, tetapi lebih merupakan suatu metodologi yang mengandung prinsip-prinsip dasar yang dapat membantu petani untuk mengerti dan menciptakan kondisi yang optimal untuk pertanaman padi sesuai dengan tanah, air, iklim, topografi dan hal-hal lain yang berhubungan dengan sistem produksi padi. Lebih lanjut PTT padi sawah adalah suatu pendekatan usahatani dengan mempertimbangkan keserasian penerapan komponen-komponen teknologi berdasarkan kesesuaian dengan kondisi lingkungan setempat serta mempunyai keterkaitan yang sinergis antara komponen-komponen teknologi yang digunakan. Menurut Kartaatmadja et al. (1999) pengelolaan tanaman dan sumberdaya terpadu (PTT) merupakan suatu upaya melumintukan produksi tanaman. Selain produksi yang lumintu, pendekatan PTT mampu meningkatkan produktivitas tanaman dengan biaya produksi yang lebih efisien, sehingga dapat meningkatkan pendapatan petani.

Pengelolaan Tanaman dan Sumber Daya Terpadu (PTT) yang merupakan pendekatan dalam budidaya tanaman padi sawah adalah salah satu bentuk implementasi dari revolusi hijau lestari. Berbeda dengan revolusi hijau generasi pertama yang lebih mengutamakan peningkatan produksi pada lahan sawah irigasi, revolusi hijau lestari mencakup semua agroekosistem padi, yaitu lahan sawah irigasi, lahan sawah tadah hujan, lahan kering, lahan pasang surut dan lahan rawa lebak. PTT padi sawah merupakan suatu usaha untuk meningkatkan hasil padi dengan efisiensi masukan (input) produksi yang memperhatikan penggunaan sumber daya alam yang bijak dengan melalui keterpaduan (integrasi) berbagai komponen teknologi yang saling menunjang (sinergis) dengan sumberdaya setempat (spesifik lokasi), dan partisipasi petani sejak awal pelaksanaan kegiatan (partisipatif). Melalui PTT diharapkan kebutuhan beras nasional dapat dipenuhi, pendapatan petani dapat ditingkatkan, dan usaha pertanian padi sawah dapat menjadi usahatani berkelanjutan.

(10)

Pada tahun 2001/2002, PTT telah diterapkan di lahan sawah irigasi pada skala pilot produksi di beberapa propvinsi. Pada tahun 2003 PTT dicoba pula pengembangannya pada lahan sawah tadah hujan, lahan kering, dan lahan rawa pasang surut. Dalam upaya peningkatan produksi padi nasional, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan mengadopsi PTT padi sawah sebagai pendekatan dalam perbaikan mutu intensifikasi (PMI). Dalam berbagai pengujian dan evaluasi tersebut diketahui penerapan pendekatan PTT mampu meningkatkan produksi padi antara 15-35% dibandingkan dengan praktek budidaya petani selama ini.

Pendekatan yang ditempuh dalam pengembangan PTT adalah: 1) Pemecahan masalah prioritas, baik kebijakan maupun teknis; 2) Optimalisasi pemanfaatan sumber daya, mencakup lahan, air irigasi, bahan organik, tenaga kerja, dan kemampuan petani; 3) Pendayagunaan efek sinergis dari perpaduan komponen teknologi produksi; 4) Efsiensi penggunaan faktor produksi dalam upaya peningkatan pendapatan dan kelestarian lingkungan produksi; 5) Peningkatan dan pemeliharaan kesuburan tanah untuk kelestarian produktivitas; 6) Pendayagunaan partisipasi petani, karena pengembangan PTT dilakukan di lahan petani dan untuk petani, dan 7) Pendayagunaan institusi terkait seperti perangkat desa, penyuluh pertanian, peneliti dan koperasi.

Dalam upaya peningkatan produksi padi sawah program PTT telah menjadi program nasional sejak tahun 2003, dan dijadikan sebagai landasan pangan nasional oleh Kementrian Riset dan Teknologi dan Program Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN). Untuk mendukung pengembangan Program PTT secara nasional, Departemen Pertanian meluncurkan program Sekolah Lapang (SL) PTT. SL-PTT adalah sekolah yang seluruh proses belajar mengajarnya dilakukan di lapangan. Tujuan utama SL-PTT adalah mempercepat alih teknologi melalui pelatihan dari peneliti atau narasumber lainnya. Melalui SL-PTT diharapkan terjadi percepatan penyebaran teknologi PTT dari peneliti ke petani peserta dan kemudian berlangsung difusi secara alamiah dari alumni SL-PTT kepada petani di sekitarnya.

(11)

Seiring dengan perjalanan waktu dan tahapan SL-PTT, petani diharapkan merasa memiliki PTT padi sawah yang dikembangkan (Deptan, 2008a). Kegiatan SL-PTT padi sawah telah dimulai sejak tahun 2008 di seluruh Indonesia, untuk mempercepat pelaksanaan dan pengembangan SL-PTT padi sawah tersebut, perlu dilakukan percepatan diseminasi inovasi teknologi dalam mendukung program SL-PTT padi sawah tersebut.

Pada tahun 2007 produksi padi meningkat secara meyakinkan, 4,96% lebih tinggi dibandingkan produksi tahun 2006, angka yang belum pernah dicapai sebelumnya, kecuali pada era revolusi hijau (1970-1990). Peningkatan produksi padi pada tahun 2007 dengan luas panen 12,15 juta ha dengan produktivitas 4,71 ton/ha, sehingga produksi padi sebesar 57,16 juta ton dengan ekuivalen 32,41 juta ton beras (Deptan, 2008b). Di Provinsi Sumatera Barat produksi padi tahun 2007 tercatat sebesar 1.938.120 ton atau mengalami peningkatan sebesar 2,57% (48.631 ton) dibanding tahun 2006 mencapai sebesar 1.889.489 ton. Peningkatan produksi tersebut disebabkan oleh bertambahnya luas panen (5.809 Ha) dan meningkatnya produktivitas tanaman atau hasil per hektar sebesar 0,53 Kw/Ha (Bappeda dan BPS Sumbar, 2008).

PTT diterapkan dengan prinsip utama antara lain: 1) Partispatif, petani berperan aktif dalam pemilihan dan pengujian teknologi; 2) Spesifik lokasi, memperhatikan keseuaian teknologi dengan lingkungan fisik, sosial-budaya, dan ekeonomi stempat; 3) Terpadu, sumberdaya tanaman, tanah dan air dikelola dengan baik secara terpadu; 4) Sinergis atau Serasi, pemenfaatan teknologi terbaik, memperhatikan keterkaitan antar komponen teknologi yang saling mendukung; dan 5) Dinamis, penerapan teknologi selalu disesuaikan dengan perkembangan dan kemajuan IPTEK serta kondisi sosial ekonomi setempat (Badan Litbang, 2009).

Anjuran teknologi produksi padi yang dilaksanakan dalam program PTT adalah: 1) Penggunaan varietas padi unggul atau berdaya hasil tinggi dan atau bernilai ekonomi tinggi; 2) Penggunaan benih bersertifikat dengan mutu bibit tinggi; 3)

(12)

Penggunaan pupuk berimbang spesifik lokasi; 4) Penggunaan kompos bahan organik dan atau pupuk kandang sebagai pupuk dan pembenah tanah (soil amandement); 5) Pengelolaan bibit dan tanaman padi sehat melalui: a) Pengaturan tanam, sistem legowo, tegel maupun sistem tebar benih langsung, dengan tetap mempertahankan populasi minimum, b) Penggunaan bibit dengan daya tumbuh tinggi, cepat dan serempak yang diperoleh melalui pemisahan benih padi bernas (berisi penuh); c) Penanaman bibit umur muda (<21 hari setelah semai) dengan jumlah bibit terbatas antara 1-3 bibit per lubang; d) Pengaturan pengairan dan pengeringan berselang, dan e) Pengendalian gulma; 6) Pengendalian hama dan penyakit dengan pendekatan PHT, 7) Penggunaan alat perontok gabah mekanis atau mesin perontok (Abdullah dkk, 2008).

Berdasarkan anjuran teknologi produksi padi model PTT, maka alternatif komponen teknologi yang dapat diintroduksikan dalam pengembangan Model PTT dalam teknologi dasar yang meliputi antara lain: 1) Varietas unggul baru inbrida atau hibrida sesuai karakteristik lahan, lingkungan dan keinginan petani setempat; 2) Benih bermutu (kemurnian dan daya kecambah tinggi) dan berlabel; 3) Pemberian bahan organik melalui pengembalian jerami ke sawah atau dalam bentuk kompos atau pupuk kandang; 4) Pengaturan populasi tanaman secara optimum; 5) Pemupukan berdasarkan kebutuhan tanaman dan status hara tanah; 6) Pengendalian OPT dengan pendekatan PHT (pengendalian hama terpadu). Sedangkan teknologi pilihan antara lain: 1) Pengolahan tanah sesuai musim dan pola tanam; 2) Penggunaan bibit muda (umur <21 hari setelah semai); 3) Tanam bibit 1-3 batang per rumpun dengan sistem tanam jajar legowo 6:1 atau 4:1; 4) Pengairan secara efektif dan efisien; 5) Penyiangan dengan landak atau gasrok, dan 6) Panen tepat waktu dan gabah segera dirontok (Badan Litbang, 2009).

(13)

III. PROSEDUR PELAKSANAAN

3.1. RUANG LINGKUP KEGIATAN

Kegiatan Pendampingan SL-PTT padi sawah di Kabupaten Dharmasraya ini merupakan salah satu lokasi dari kegiatan Pendampingan Program SL-PTT padi sawah BPTP Sumatera Barat yang tersebar pada 16 Kabupaten/Kota di Sumatera Barat. Kegiatan yang akan dilakukan dalam pendampingan pelaksanaan SL-PTT padi sawah di Kabupaten Dharmasraya adalah:

Kegiatan ini dalam bentuk koordinasi, sosialisasi PRA dan nara sumber dalam pelatihan komponen/paket teknologi yang berkaitan dengan pelaksanaan SL-PTT padi sawah, dan temu lapang.

3.2. TAHAPAN PELAKSANAAN

Kegiatan yang akan dilakukan adalah sebagai berikut:

A. Koordinasi dan sosialisasi inovasi teknologi PTT dan SL-PTT padi sawah

Koordinasi dengan Dinas pertanian tanaman pangan Provinsi Sumatera Barat dengan Dinas Pertanian Kabupaten Dharmasraya (baik dalam bentuk kebijakan dan teknis).

Melakukan sosialisasi dan koordinasi pelaksanaan pendampingan kegiatan SL-PTT padi sawah dengan institusi terkait yang dilaksanakan di Kabupaten Dharmasraya.

B. Identifika si Biofisik Lokasi Pendamingan SL-PTT padi sawah Pelaksanaa PRA lokasi Pendampingan SL-PTT model dan kontingensi.

B1. Pelaksanaan PRA SL-PTT model di lakukan di daerah yang mempunyai permasalahan kesuburan tanah (Fe), hama penyakit dan tekanan- tekanan produksi lainnya.

(14)

B2. Sedangkah PRA terhadap lokasi SL-PTT padi sawah kontingensi di lakukan pada lokasi di daerah-daerah pertanaman padi yang belum mencapai indek pertanaman (IP) dua kali tanam pertahun ( IP<2) dan mempunyai permasalahan peralatan pengolahan tanah (alsintan), serta tidak menggunakan benih bermutu.

C. Displai VUB (varietas unggul baru) padi sawah

Displai VUB padi sawah dilakukan dengan menguji 2 varietas unggul baru padi sawah dan satu varietas unggul padi yang telah/umum digunakan petani secara luas di lokasi pelaksanaan SL-PTT padi sawah (sebagai pembanding). VUB yang digunakan adalah 2 VUB yang dipilih dari beberapa VUB yang tersedia seperti: Inpari 12, Inpari 21 atau Inpara 3. Sedangkan varietas yang banyak berkembang di kabupaten/kota pelaksana SL-PTT antara lain: IR.66, Mikongga, IR.42 dan Batang piaman. Displai VUB akan dilaksanakan berdampingan dengan lokasi SL-PTT di luar Labor Lapang (LL) dengan ukuran plot 0,50 ha. Inovasi teknologi yang digunakan adalah PTT padi sawah dengan pilihan teknologi dasar seperti: benih bermutu, pemberian bahan organik melalui pengembalian jerami ke sawah, pengaturan populasi tanam secara optimum (sistem tanam legowo 4:1), pemupukan berdasarkan kebutuhan tanaman dan status hara dengan penggunaan PUTS dan BWD, secara umum pupuk yang digunakan dengan takaran 300 kg NPK Phonska + 100 kg Urea/ha + 30 kg KCl/ha, pengendalian OPT dengan pendekatan PHT. Teknologi pilihan disesuaikan dengan kondisi setempat seperti: pengolahan tanah sesuai musim, penggunaan bibit muda (<21 hari), tanam bibit 1-3 batang per rumpun, pengairan secara efektif dan efisien, penyiangan dengan gasrok, dan panen tepat waktu dan gabah segera dirontok. Pelaksanaan di lapangan display VUB dilaksanakan oleh peneliti, penyuluh bekerja sama dengan PPL/THL/POPT dan petugas pertanian lainnya.

(15)

D. Pelatihan:

Untuk mendukung kegiatan SL-PTT padi sawah di kabupaten Dharmasraya dilakukan kegiatan pelatihan teknis. Kegiatan pelatihan dilaksanakan di Tingkat Kabupaten/Kota (PL-2) dan di kecamatan (PL-3) dengan peserta terdiri dari penyuluh, POPT dan petugas lainnya dalam pelaksanaan SL-PTT padi sawah. Pelatihan tingkat petani dengan peserta perwakilan petani dari beberapa kelompok tani pelaksana SL-PTT padi sawah. Pada kegiatan pelatihan tersebut peneliti/penyuluh BPTP bertindak sebagai narasumber untuk komponen/paket teknologi yang berkaitan dengan pelaksanaan SL-PTT padi sawah.

E. Penyebarluasan media cetak

Untuk meningkatkan informasi dan pengetahuan tenaga penyuluh di lapangan maka disamping kegiatan pendampingan, BPTP Sumbar melakukan penyebarluasan ivovasi leaflet ke beberapa BPP dan keltan pelaksana SL-PTT di kabupaten Dharmasraya.

F. Temu Lapang:

Temu lapang dilaksanakan pada salah satu lokasi terpilih pada kegiatan displai VUB di lokasi SL-PTT padi sawah, kegiatan temu lapang dilaksanakan pada saat panen dengan melibatkan petani/kelompok tani pelaksana, penyuluh, petugas POPT, peneliti dan pengambil kebijakan.

Media cetak yang akan didistribusikan kepada penyuluh lapang di lokasi kegiatan pelaksanaan SL-PTT padi sawah adalah media cetak yang telah diterbitkan (baik dalam bentuk asli atau foto copy materi tersebut) yang meliputi petunjuk teknis, atau leaflet inovasi teknologi yang mendukung kegiatan pendampingan SL-PTT padi sawah di Kabupaten Dharmasraya.

(16)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A.Koordinasi dan Sosialisasi dengan Dinas Terkait

Sebelum pelaksanaan kegiatan pendampingan SL-PTT padi sawah di Kabupaten Dharmasraya terlebih dahulu dilakukan koordinasi dan sosialisasi dengan Institusi terkait. Kegiatan ini diikuti oleh seluruh penanggung jawab kegiatan pengkajian dan diseminasi yang akan melaksanakan kegiatannya di Kabupaten Dharmasraya pada tanggal 23 Februari 2012.

Gambar 1. Pelaksanaan koordinasi dan sosialisasi SL-PTT model tahun 2012 di Kabupaten Dharmasraya.

(17)

Tabel 1. Perkembangan Koordinasi dan Sosialisasi pendampingan Program SL-PTT di Kabupaten Dharmasraya.

No Bentuk kegiatan Pihak yangTerlibat Pelaksanaan Waktu Rencana tindaklanjut

1. Melakukan sosialisasi dan

koordinasi dengan Dinas Pertanian Tanaman Pangan, Hortikultura Kabupaten Dharmasraya. Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kepala UPTD di Kecamatan. Awal pelaksanaan SL-PTT 23 Februari 2012 Mengadakan display VUB dan pelatihan di kelompok tani atau BPP Kecamatan.

2. Melakukan sosialisasi dan

koordinasi dengan Badan Pelaksana Penyuluh

Pertanian, Peternakan dan Kehutanan (BP4K) Kabupaten Dharmasraya. BP4K dan Koordinator Penyuluhan di Kecamatan. Awal pelaksanaan SL-PTT 3 Maret 2012 Mengadakan display VUB dan pelatihan di kelompok tani atau BPP Kecamatan.

3. Melakukan sosialisasi dan

koordinasi dengan Dinas Pertanian Kabupaten Dharmasraya. Dinas Pertanian, Hortikultura Dharmasraya dan beberapa UPTD di Kecamatan. Awal pelaksanaan SL-PTT 12 Maret 2012 Mengadakan display VUB dan pelatihan di kelompok tani atau BPP Kecamatan.

B. Survey (PRA) SL-PTT model tahun 2012 di Kab. Dharmasraya

Survey atau PRA di lakukan di BPP Koto Baru dengan sistim mengumpulkan ketua-ketua kelompok tani calon peserta SL-PTT model di kecamatan Koto Baru dan kecamatan Tiumang. Setiap ketua kelompok tani menerima kuesener yang berisi beberapa pertanyaan yang akan dijawab oleh wakil kelompok tani masing-masing. Pertanyaan tersebut berkaitan dengan teknologi budi daya padi sawah yang telah mereka lakukan.

(18)

Tabel 2. Hasil PRA pengguna inovasi teknologi budi daya padi sawah pada petani peserta SL-PTT model di kecamatan Koto baru Dharmasraya.

No Varietas Sumber benih (%) ditanam (%) Umur benih Jumlah benih per-rumpun (%)

1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

% 10 30 40 10 5 5 75 10 15 5 65 30 0 85 15

Kerterangan:

1 = Varietas Batang Piaman 2 = Varietas IR.66 3 = Varietas Mekongga 4 = Varietas Inpari 12 5 = varietas Inpari 21 6 = IR.42 7 = Tanam sebelumnya 8 = Bantuan Dinas (BLBU) 9 = Bantuan PT Sang Hyang Sri 10= < 15 hari 11= 15-20 hari 12= > 20 hari 13= 1 batang 14= 3-5 batang 15= > 5 batang

Petani padi sawah di kecamatan Koto baru dan kecamatan Tiumang Kab. Dharmasraya 45% menggunakan varietas Mekongga dan 30% varietas IR.66 dan selebihnya menanam Batang Piaman, inpari 12 dan IR.42. varietas Mikongga lebih banyak di senangi petani di sebabkan rasa nasi yang pulen cocok untuk masyarakat setempat ( daerah sitiung dan sekitarnya).

Penggunaan benih padi oleh petani di Koto baru Dharmasraya 75% dari pertanaman sebelumnya, yang mereka peroleh dari benih tetangga. Sehingga menyebabkan kemurnian dan daya tumbuh (Vigor) benih yang akan di gunakan tidak akan baik dan hasil yang akan di peroleh juga akan tidak optimal.

Umur benih yang ditanam kelapangan berkisar antara 15-20 hari setelah semai, ini memperlihatkan bahwa petani sudah mulai mengetahui umur benih yang baik untuk ditanam ke sawah. Umur benih berkisar 15-20 hari ini sudah dengan anjuran PTT padi sawah keadaan yang sama juga terlihat pada penggunaan benih per rumpun tanam oleh petani yaitu 3-5 batang per rumpun (Tabel 2).

(19)

Tabel 3. Hasil PRA pengguna Inovasi teknologi budi daya padi sawah pada petani peserta SL-PTT model di Kec. Koto baru Dharmasraya.

No Sistim tanam Jarak tanam pengolah Alat

tanah Jenis pupuk

1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 30 60 40 5 70 10 10 10 90 95 68 80 60 75 25 Keterangan: 1 = Tebar lansung 2 = Tegel 3 = Legowo 4 = 20x20 cm 5 = 25x25 cm 6 = 20x25 cm 7 = 30x30 cm 8 = Bajak 9 = Traktor 10= Urea 11= Phonska 12= SP.36 13= KCl 14= Pupuk kandang 15= Petroganik

Petani di Kecamatan Koto baru telah memakai sitim tanam antara lain tebar Lansung 30%, Tapin/ Tegel 60% dan Tanam jajar Legowo baru 40%, jarak tanam yang banyak dipakai 25x25 cm, dan alat pengolahan tanah pada umumnya traktor tangan (hand traktor) dan jenis pupuk yang bayak dipakai pupuk tunggal danmajemuk dan di dasarkan terlebih dahulu dengan pupuk dasar pupuk kandang dan pertoganik yang sangat dibutuhkan untuk memperbaiki kesuburan tanah.

(20)

Tabel 4. Hasil PRA lokasi pendampingan SL-PTT kontingensi di Kabupaten Dharmasraya tahun 2012.

No Kecamatan Ekisting Inovasi Teknologi padi sawah Rekomendasi Inovasi teknologi padi sawah

1. Sitiung - Varietas ditanam

IR 66, Batang Piaman,

Mikongga, Anak daro lokal bindang pulau. Umur benih 25 hss dengan jumlah benih 6 batang/rumpun, - Pemupukan urea 50-100 kg/ha, Phonska 100-150 kg/ha, jerami dibakar, hasil 3,8 ton/ha. Hama penyakit yang menyerang antara lain: - Tikus, kepinding tanah, penggerek batang serta penyakit Blast. Keracunan besi (Fe) dan tidak menggunakan dolomit.

- Varietas ditanam

Batang Piaman dan Mikongga berlabel, umur benih 17-21 hss - Pemupukan urea 150+BWD, SP36 150, KCl 75 kg/ha + Dolomit 200 kg, kompos 1ton/ha - Jarak tanam 25x25 cm

sistim tanam Tanam jajar legowo 4:1 dan 6:1

- Jumlah bibit 1 - 3 batang bibit/rumpun dan pengendalian keracunan besi (Fe) dengan sisitim pengaturan air kapasitas lapang sisitim Lado 2:1 - Pengendalian hama/penyakit sisitim pengendalian terpadu serta panen menggunakan treser. 2. Pulau

Punjung - Varietas ditanam IR42, Cisokan, Anak Daro, IR 66 dan Batang

Piaman umur bibit 28 hss dengan jumlah biji 7 batang/rumpun

- Varietas ditanam

Batang Piaman, Cisokan dan Inpari- 21

- Umur tanam 21 hss

- Pemupukan Urea

100-150 kg/ha+BWD, SP 36 150 kg/ha, KCl

(21)

- Pemupukan Urea 50-100 kg/ha, phonska 50-100 kg/ha, jerami dibakar, serangan tikus tinggi, penyakit Blast tak terkendali dan hasil masih rendah 3,26 ton/ha. 50-75 kg/ha, Dolomit 200 kg/ha, kompos jerami 1 ton/ha - Jarak tanam 25x25

sistim legowo 4:1 dan 6:1 dengan jumlah bibit 1-3 batang / rumpun +

Pengendalian hama terpadu.

3. Koto Baru - Varietas ditanam

IR 66, Mikongga, Batang Piaman, Inpari-21, Inpara-3 dan Bawan.

- Sisitim tanam ada

dua model (sistim Tapin dan Tebar lansung) - Pemupukan Urea 50-100kg/ha, SP 36 100 kg/ha, KCl 50kg/ha, Pukan 1 ton/ha tanpa Dolomit, jerami dibakar - Serangan tikus tinggi dan penyakit Blast belum dikendalikan,prod uksi masih bekisar 3,5- 4 ton/ha. - Varietas ditanam mekongga, Batang Piaman, Inpari-21 - Pemupukan,Urea 200 kg/ha +BWD, SP36 150 kg/ha, KCl 50 kg/ha, Dolomit 200 kg/ha, kompos jerami 1 ton/ha - Pengendalian air kapasitas lapang/Intermiten Lado 21 - Pengendalian hama/penyakit, hama dikendalikan terhadap tikus, ulat grayak dan kepinding tanah.

C. Display VUB Padi Sawah

Pelaksanaan kegiatan display VUB padi sawah untuk Kabupaten Dharmasraya dilakukan pada kelompok Tani Sukses di Kenagari Koto baru, kelompok Tani Sentosa

(22)

di Kenagarian Sungai Kalang, kelompok Tani Aroma dan Alium Cepa di kecamatan Tiumang Kabupaten Dharmasraya. Varietas padi sawah yang ditanam pada kegiatan ini adalah Inpari-12, Inpari-21 dan Mikongga.

Pada Kelompok Tani Sukses disamping VUB diatas juga ditanam padi Mikongga dan Batang Piaman. Kegiatan VUB dilakukan pada empat titik dengan luas berkisar antara 0,50 ha sampai 1 ha (Tabel 2).

Tabel 5. Petani pelaksana VUB padi sawah di Kabupaten Dharmasraya Tahun 2012.

No Nama Petani Nama Kelompok

Tani Luas (ha) Varietas Hasil (Ton/ha) 1. 2. 3. 4. Yatiman Sukri Boniman Meslan Kel. Sukses Kel. Sentosa Kel. Aroma

Kel. Alium Cepa 0,5 1 0,5 0,5 Inpari-21 Inpari-12 Mekongga Batang Piaman Inpari-12 Inpari-21 Mekongga Inpari-12 Inpari-21 Mekongga Inpari-12 Inpari-21 Mekongga 6,75 6,5 7,65 7,8 8,6 7,0 8,0 7,3 6,9 7,8 7,65 6,28 7,28

(23)

Hasil panen dari empat petani display VUB padi sawah ternyata varietas yang digunakan memberikan hasil cukup baik yaitu berkisar 6-8 ton gkp/ha. Uji rasa dari varietas Inpari-12 dan Inpari-21 pada panen perdana yang diadakan oleh Kelompok Tani Sentosa diperoleh hasil bahwa rasa nasi padi varietas Inpari 12 dan 21 sama dengan padi varietas Batang Piaman yang merupakan varietas padi yang paling banyak ditanam di Kabupaten Dharmasraya. Sehingga petani yang hadir pada panen perdana tersebut ingin mengembangkan padi varietas Inpari-12 dan 21.

Selama pertanaman padi varietas Inpari-12, Inpar-21 dan pembanding varietas Mekongga ditemukan adanya serangan penyakit Blast (Piry cularia orizae) dan hama tikus, untuk hama tikus dapat dikendalikan dengan cara pembersihan pematang sawah yang semak dan pemberian racun tikus secara bersama. Sedangkan untuk penyakit Blast terlihat serangan tinggi pada leaf Blast (Blast daun) dilakukan pengendalian terpadu oleh petani dengan menggunakan insektisida Fujiwan dan di bimbing oleh petugas PO/PT dan staf teknis BPTP Sumbar dan hasilnya pada saat panen sangat memberikan keuntungan bagi petani sebagaimana terlihat pada tabel 2 diatas.

D. Pelatihan

Untuk meningkatkan pengetahuan tenaga penyuluh pertanian dilapangan telah diadakan pelatihan di BPP Kecamatan Koto baru pada tanggal 7 April 2012. Dalam pelatihan ini diberikan materi Inovasi Teknologi PTT Mendukung P2BN di Sumatera Barat. Masalah dan kendala sawah bukaan baru dan solusinya serta pengendalian penyakit Blast. Narasumber berasal dari BPTP Sumatera Barat. Peserta berjumlah 35 orang yang terdiri dari penyuluh pertanian lapangan di Kecamatan Koto baru. Kegiatan ini dihadiri juga oleh Kabid Tanaman Pangan Dipertahorti Kabupaten Dharmasraya. Pada acara pelatihan ini juga telah didistribusikan media tercetak kepada peserta pelatihan, setiap peserta memperoleh empat judul leaflet masing-masingnya Bagan Warna Daun(BWD) padi Sawah. Penyakit utama padi sawah dan pengendaliannya, hama utama padi sawah dan pengendaliannya, Varietas Unggul

(24)

Baru (VUB) padi sawah Preferensi Masyarakat Sumatera Barat.

Diharapkan dengan terdistribusinya leaflet tersebut, maka tenaga penyuluh pertanian telah memperoleh informasi dan pengetahuan sesuai apa yang ada pada leaflet.

Pelatihan juga diadakan untuk kelompok-kelompok tani peserta SL-PTT model di kecamatan Tiumang yang pada umumnya materi berkaitan dengan teknologi tanam padi jajar legowo, Pengendalian keracunan besi (Fe) dengan sistim pengaturan air berselang (Lado 2:1). Teknologi tersebut diharapkan dilaksanakan oleh petani pada SL-PTT di masing-masing lokasi.

Gambar 2. Penyampaian materi pelatihan di BPP Koto baru Kabupaten Dharmasraya.

(25)

Tabel 6. Pelatihan Teknis Inovasi Teknologi Padi Sawah di Kabupaten Dharmasraya tahun 2012.

Tingkat Penyelenggaraan

pelatihan Topik/Materi pelatihan

Sasaran peserta pelatihan

Waktu pelaksanaan

Asal institusi Jumlah /

peserta Kecamatan

Koto baru Inovasi Teknologi PTT padi sawah mendukung P2BN Sumatera Barat BP4K, PPL, POPT, Koordinator Penyuluh dan Kepala UPTD Kecamatan Koto baru dan korlap Tiumang. 35 orang 7 April 2012 Kecamatan Tiumang - Inovasi teknologi lahan sawah bukaan baru dan aplikasi teknologi hemat air Lado 21 - Teknologi tanam jajar legowo 2:1, 4:1 dan 6:1 serta pengendalian penyakit balst. PPL, POPT ketua kelompok Gapoktan dan petani peserta. 40 orang 21 Mai 2012 Saung kelompok tani Alium Cepa Nagari Tiumang Kec. Tiumang

- Pengolahan tanah sawah bukaan baru dan pengendalian besi (Fe). - Pengendalian hama dan penyakit padi sawah - Potensi Varietas Unggul Baru (VUB) padi sawah

PPL dan POPT dan ketua/ anggota Kelompok tani 43 orang 26 uni 2012

(26)

E. Penyebarluasan Media Cetak

Tabel 7. Perkembangan Penyebarluasan Inovasi (Leaflet) pada Kabupaten Dharmasraya desember 2012.

No. Judul Materi Leaflet Jumlah eksemp Jumlah Inovasi Yang Dimuat Target Penerima Media Iinformasi Realisasi (%) 1. Varietas Unggul Baru

47 4 (empat) VUB padi

sawah preferensi Sumatera Barat 60 78 2. Teknologi Penangkaran Benih Padi 36 1 (satu) inovasi teknologi penangkaran benih padi sawah 63 57 3. Pemupukan Hara Spesifik Lokasi (PHSL) 12 3 (tiga) inovasi teknologi pemupukan hara spesifik lokasi untuk padi sawah dan jagung

60 20

4. Hama utama padi

sawah dan pengendaliannya

60 4 (empat) inovasi

teknologi hama utama padi sawah dan pengendaliannya

63 95

5. Penyakit utama

padi sawah dan pengendaliannya

60 3 (tiga) inovasi

teknologi hama utama padi sawah dan pengendaliannya

63 95

6. Penggunaan Perangkat Uji Tanah Sawah (PUTS) dan Bagan Warna Daun (BWD) untuk pemupukan padi sawah Spesifik lokasi

57 2 (dua) inovasi

teknologi

pemupukan padi sawah spesifik lokasi

140 41

7. Buku masalah

lapangan

hama,Penyakit dan hara pada padi

50 3 (tiga) inovasi

(27)

F. Temu Lapang

Temu Lapang dilaksanakan pada tanggal 27 Juli 2012 bersamaan dengan panen perdana VUB padi sawah di Kelompok Tani Sukses. Temu Lapang ini dihadiri oleh Anggota Kelompok Tani Sukses kelompok tani Sentosa dan beberapa orang petani lain dari kelompok tani terdekat.

Pemuka masyarakat, penyuluh dan petugas pertanian di Kecamatan Koto baru dan Tiumang serta wali Nagari dan kepala Dinas Diperta Horti Kabupaten Dharmasraya. Kegiatan ini cukup menarik perhatian peserta temu lapang, karena peserta lansung dapat melihat hasil ubinan VUB Inpari-12, Inpari-21 dan Mikongga serta lebih menarik lagi petani dapat mengaplikasikan alat panen River yang dapat memotong batang padi saat panen dan menghemat tenaga kerja saat ini.

Gambar 3. Temu Lapang dan Panen Perdana pada Keltan Sukses serta program River

(28)

Tabel 8. Perkembangan kegiatan temu lapang pelaksanaan pendampingan SL-PTT di Kelompok Tani Sukses Kecamatan Koto Baru Kabupaten Dharmasraya.

Materi/Tema Target Peserta

(Jumlah dan Asal) Realisasi Jumlah Peserta

Asal Peserta Keterangan

Panen display VUB padi sawah di Kelompok Tani Sukses Kecamatan Koto baru

Dharmasraya

60 Orang terdiri dari Badan Pelaksana Penyuluh Pertanian, Peternakan dan Ketahanan Pangan, Dinas Pertanian dan Hortikultura, PPL, POPT, Koordinator Penyuluh anggota Kelompok tani dan Camat Koto baru

56 orang Dari Staf dan

Badan Pelaksana Penyuluh

Pertanian dan Ketahanan Pangan

Hadir dari Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Dharmasraya Koordinator POPT /BPP Koto baru dan anggota Ketua kelompok Sukses dan anggota .para undangan dan keltan terdekat

(29)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

Untuk sementara kegiatan pendampingan SL-PTT padi sawah di Kabupaten Dharmasraya dapat disimpulkan sbb:

- Koordinasi dan sosialisasi pelaksanaan kegiatan SL-PTT dilakukan pada Badan Pelaksana Penyuluh Pertanian dan Ketahanan Pangan, Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Dharmasraya pada tanggal 1 Maret 2012. - Survey SL-PTT model di Kabupaten Dharmasraya telah dilakukan pada tanggal 6

Maret 2012 di Kecamatan Koto Baru dan Koto Salak dengan varietas IR-66, Batang Piaman dan Mikongga, sebahagian Inpari-12 dan IR-42 dengan cara tanam Tapin dan Tebar Lansung dengan hasil dibawah 5 ton/ha.

Sedangkan survey SL-PTT kontingensi di lakukan pada kecamatan Sitiung, Timpeh, Koto baru, Tiumang, Pulau Punjung, IX Koto dan Padang Laweh yang hasil PRA menunjukan bahwa IP pertanaman masih di bawah (IP<2)

- Display VUB padi sawah telah di tanam pada empat titik di dua kecamatan (Koto Baru dan Tiumang) masing-masing luasnya 0,5-1 hektar. Hasil tertinggi diperoleh pada lokasi petani Sukri dengan Inpari-12 sebesar 8,6 ton/ha GKP dan di iringi varietas Mekongga 8,21 ton/ha. Pelatihan tenaga penyuluh pertanian telah di adakan pada tanggal 7 April 2012 di BPP Kecamatan Koto Baru.

- Temu Lapang dan Panen Perdana pada Kelompok Tani Sukses di Kecamatan Koto Baru dilakukan pada tanggal 27 Juli 2012, yang di hadiri oleh petugas Dinas Pertanian Kabupaten Dharmasraya dan para penyuluh kedua Kecamatan (Koto Baru dan Tiumang)

- Beberapa media cetak (leaflet) seperti VUB padi sawah preperensi masyarakat Sumatera Barat, Teknologi Penangkaran Benih Padi, Pemupukan Hara Spesifik Lokasi (PHSL), Hama utama padi sawah, Penyakit utama padi sawah dan

Pengendaliannya serta buku masalah lapangan hama, penyakit dan hara padi serta petunjuk Bagan Warna Daun (BWD) padi. telah didistribusikan kepada

(30)

VI. KINERJA KEGIATAN 7.1. KELUARAN YANG DICAPAI

Dari kegiatan display VUB padi sawah, telah tersebar varietas unggul baru padi sawah Inpari-12, Inpari-21 dan Mikongga di Kabupaten Dharmasraya.

7.2. HASIL YANG DICAPAI

Untuk sementara, pertumbuhan VUB padi sawah tersebut (Inpari-12, Inpari-21 dan Mikongga) terlihat bagus namun harus di waspadai terhadap penyakit Blast ras baru di Dharmasraya.

7.3. MANFAAT YANG DICAPAI

Penyebaran varietas unggul baru melalui kegiatan display telah memberi keragaman genetik padi sawah di Kabupaten Dharmasraya. Dengan adanya keragaman genetik ini dapat menekan perkembangan hama dan penyakit, sehingga kegagalan hasil padi dapat diatasi. Disamping itu, varietas unggul baru yang diikuti dengan teknologi budidaya yang baik telah memberikan peningkatan hasil padi sawah.

Pelatihan dan pendistribusian leaflet telah meningkatkan pengetahuan penyulu pertanian terhadap budidaya padi sawah secara baik.

7.4. DAMPAK YANG DICAPAI

Penyebaran varietas unggul baru melalui display akan meningkatkan jumlah varietas padi sawah di Kabupaten Dharmasraya. Keadaan ini memberikan alternatif pilihan varietas padi sawah yang sesuai menurut petani dengan keadaan yang spesifik lokasi, harga dan rasa yang disukai.

Peningkatan hasil panen padi varietas unggul baru telah memberikan peningkatan pendapatan petani padi sawah di kabupaten Dharmasraya.

(31)

7.5. KISAH SUKSES

Pendekatan yang telah dilakukan berupa temu lapang, pelatihan, media cetak dan display VUB padi sawah telah meningkat pengetahuan petani dan memberikan peningkatan hasil padi sawah. Kekompakan petani dalam mengendalikan hama penyakit ( hama tikus dan Blast) sangat bekesan dan kunci sukses pelaksanaan SL-PTT model yang dilaksanakan di Kecamatan Koto Baru Kabupaten Dharmasraya tahun 2012.

7.6. Analisa Resiko

Resiko

Dalam pelaksanaan SL-PTT model maupun kontingensi yang dilaksanakan di Kabupaten Dharmasraya tahun 2012 meninbulkan beberapa macam resiko bagi petani antara lain : Dari pemakaian VUB lebih banyak varietas berasa nasi pulen, tidak tahan terhadap penyakit Blast, untuk mengurangi serangan tikus dan memperbanyak populasi tanaman per hektar wajib petani menanam sisitim jajar Legowo yang perlu dipahami petani dan tidak menimbulkan dampak sosial.

 Dampak

Dengan menanam VUB yang berasa nasi pulen petani mempunyai kelebihan hasil panen dan perlu sebagian penjualan gabahnya di bawah harga VUB yang pera. Untuk meningkatkan dan mempertahankan hasil panen pengendalian penyakit Blast, hama tikus dan lainnya petani wajib melaksanakan sistim tanam jajar Legowo.

 Penyelesaian

Dalam melaksanakan adopsi inovasi terhadap VUB dan teknologi SL-PTT

lainnya perlu adanya bimbingan teknis dan pendampingan yang terus menerus oleh dinas dan instansi terkait.

(32)

VII. DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, S., R. Roswita, N. Hasan, Ismon L., dan Z. Irfan. 2008. Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Padi Sawah Lahan Irigasi. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Barat. 51 hal.

Badan Litbang. 2009. Pedoman Umum PTT Padi Sawah. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian. 20 hal

Deptan, 2008. Panduan Pelaksanaan Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) Padi. Departemen Pertanian. 38 hal.

Sadar, Winardi Khatif, Nieldlina, Zarwan, Syahril dan darmawi 2010. Diseminasi inovasi teknologi melalui program SL-PTT padi sawah dan jagung di Kabupaten Dharmasraya Laporan Akhir. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Barat.

Gambar

Tabel 1. Perkembangan Koordinasi dan Sosialisasi pendampingan Program SL-PTT di                    Kabupaten Dharmasraya
Tabel 4.  Hasil PRA lokasi pendampingan SL-PTT kontingensi di Kabupaten                 Dharmasraya tahun 2012
Tabel 5. Petani pelaksana VUB padi sawah di Kabupaten Dharmasraya       Tahun 2012.
Gambar 2.  Penyampaian materi pelatihan di BPP Koto baru Kabupaten Dharmasraya.
+4

Referensi

Dokumen terkait

• Berdasarkan hasil analisis data ternyata terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara Kepuasan Kerja dan Kinerja Manajer Proyek Konstruksi yang ada di

Dengan adanya kearifan lokal maka masyarakat Indonesia sepenuhnya mempunyai keyakinan terhadap adanya Tuhan, kepercayaan dan ketaatan kepada pemimpin adalah sebagian

a) Pejabat yang berwenang menggunakan cap instansi adalah pejabat yang mendapat pelimpahan/penyerahan wewenang dari pejabat pemerintah daerah untuk menetapkan/menandatangani

Hasil analisis menunjukkan bahwa implementasi pembelajaran qur’an hadits dengan pendekatan contextual teaching and learning terwujud dilakukan dengan cara menyampaikan materi

Dari hasil ini dapat dilihat, tutupan mangrove optimal bagi pertumbuhan udang windu adalah luas tutupan mangrove sedang yaitu sekitar 30-60 % dari luas tambak,

Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan efek analgetik ekstrak etanol 96% dan ekstrak air, menentukan dosis ekstrak daun ungu yang paling efektif dan

Kulit biji mete mengandung cairan yang dikenal dengan CNSL ( Chasew Nut Shell Liquid /CNSL) sekitar 18 – 23%.[6] Komposisi kimia CNSL tersebut dipengaruhi oleh asam

Materi penelitian yang digunakan berupa data tentang bobot badan, lingkar dada, panjang badan, dan tinggi pundak dari 50 ekor kambing Boerawa G1 hasil ke-turunan