• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II URAIAN TEORITIS. Narayan dan Narayan (2009) dalam penelitiannya yang berjudul Modelling

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II URAIAN TEORITIS. Narayan dan Narayan (2009) dalam penelitiannya yang berjudul Modelling"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

URAIAN TEORITIS

A. Penelitian Terdahulu

Narayan dan Narayan (2009) dalam penelitiannya yang berjudul “Modelling the impact of oil prices on Vietnam’s stock prices” menyatakan bahwa harga saham, harga minyak dan nilai tukar nominal saling mempengaruhi dalam hubungan jangka panjang. Mereka memperkirakan elastisitas jangka panjang dan menemukan bahwa harga minyak dan nilai tukar mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap harga saham di Vietnam, dan untuk jangka pendek harga minyak dan nilai tukar tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap harga saham.

Rahman dan Mustafa (2008) dalam penelitiannya yang berjudul “Influences of Money Supplay and Oil Price on U.S. Stock Market” menunjukkan bahwa

money supplay, harga minyak dan harga saham menunjukkan hubungan yang saling mempengaruhi. Dengan menggunakan model vektor error-correction

mereka tidak menemukan beberapa titik temu akibat dari arus jangka panjang

money supplay dan harga minyak terhadap harga saham di Amerika, melainkan

supplay money dan harga minyak mempengaruhi harga saham dalam jangka pendek.

Setyawan (2007) dalam penelitiannya yang berjudul ”Pengaruh Net Buying (Selling) Investor Asing dan Perubahan Kurs Terhadap Pergerakan Indeks Pasar” menunjukkan bahwa net buying (selling) dan perubahan kurs terbukti sebagai driver penggerak IHSG selama tahun 2006. Jadi, apabila net buying (selling)

(2)

bernilai positif maka IHSG akan naik; dan hal ini berlaku bila nilai perubahan kurs negatif maka kondisi IHSG akan apresiasi.

Agung (2005) dalam penelitiannya yang berjudul ”Analisis Pengaruh Nilai Tukar Rupiah, Kepemilikan Saham Oleh Investor Asing dan SBI Terhadap Pergerakan IHSG di Bursa Efek Indonesia”. Hasil penelitian menyatakan bahwa variabel nilai tukar dan SBI kurang signifikan mempengaruhi pergerakan IHSG, sedangkan presentase kepemilikan saham oleh investor asing justru mempunyai peran yang sangat besar dalam mempengaruhi pergerakan IHSG.

Utami dan Rahayu (2003) dalam penelitiannya yang berjudul “Peranan Profitabilitas, Suku Bunga, Inflasi dan Nilai Tukar Dalam Mempengaruhi Pasar Modal Indonesia Selama Krisis Ekonomi” menyatakan bahwa perubahan profitabilitas, suku bunga, inflasi, dan nilai tukar mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap perubahan harga saham badan usaha selama periode krisis ekonomi. Secara parsial hanya suku bunga dan nilai tukar mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap harga saham selama periode krisis ekonomi tersebut.

B. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)

Indeks harga saham adalah ukuran yang didasarkan pada perhitungan statistik untuk mengetahui perubahan-perubahan harga saham setiap saat terhadap tahun dasar. Indeks harga saham individual sering sekali dipakai sebagai ukuran investor untuk menentukan perkembangan suatu perusahaan yang terrefleksi dari indeks harga sahamnya. Sedangkan indeks harga saham gabungan sering sekali dipakai sebagai indikator untuk mengukur situasi umum perdagangan efek.(Lubis, 2006:157)

(3)

Indeks harga saham merupakan indikator utama yang menggambarkan pergerakan harga saham.di pasar modal sebuah indeks diharapkan memiliki 5 fungsi yaitu:

1. Sebagai indikator trend pasar.

2. Sebagai indikator tingkat keuntungan. 3. Sebagai tolak ukur kinerja suatu portofolio.

4. Menfasilitasi pembentukan portofolio dengan strategi pasif. 5. Menfasilitasi berkembangnya produk derivatif.

Indeks harga saham merupakan ringkasan dari dampak simultan dan kompleks atas berbagai macam faktor yang berpengaruh terutama fenomena-fenomena ekonomi. Bahkandewasa ini indeks harga saham dijadikan barometer kesehatan ekonomi suatu negara dan sebagai landasan analisis statistik atas kondisi pasar terakhir.

Ada beberapa jenis pendekatan atau metode perhitungan yang digunakan untuk menghitung indeks yaitu:

1. Menghitung rata-rata (arithmetic mean) harga saham yang masuk dalam anggota indeks.

2. Menghitung (geometric mean) dari indeks individual saham yang masuk dalam anggota indeks.

3. Menghitung rata-rata tertimbang harga pasar.

Umumnya semua indeks harga saham gabungan (composite) menggunakan metode rata-rata tertimbang termasuk di BEI.

Adapun jenis indeks dapat dikelompokkan menjadi 3 (Lubis, 2006:158), yaitu: 1. Indeks Individual (Individual Index)

(4)

2. Indeks Harga Saham Sektoral (Sectoral Index) 3. Indeks LQ 45 (LQ45 Index)

4. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) atau (composite share price index) 5. Indeks Syariah atau JII (Jakarta Islamic Index)

Umumnya semua indeks harga saham gabungan (composite) menggunakan metode rata-rata tertimbang termasuk di Bursa Efek Indonesia. Indeks harga saham gabungan dapat diperoleh dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

IHSG = 𝐻𝐻𝐻𝐻

𝐻𝐻0 x 100

Keterangan :

IHSG : Indeks Harga Saham Gabungan Ht : Harga pada waktu yang berlaku

H0 : Harga pada waktu dasar

Nilai Pasar

Nilai Pasar adalah kumulatif jumlah saham hari ini dikali harga pasar hari ini atau disebut sebagai kapitalisasi pasar.

Nilai Dasar

Nilai Dasar adalah nilai yang dihitung berdasarkan harga perdana dari masing-masing saham atau berdasarkan harga yang telah dikoreksi jika perusahaan telah melakukan kegiatan yang menyebabkan jumlah saham yang

(5)

tercatat di bursa berubah. Penyesuaian dilakukan agar indeks benar-benar mencerminkan harga saham.

C. Harga Minyak Dunia

Manusia tidak lepas dari energi. Semua aktifitas yang dilakukan baik kecil maupun besar pasti membutuhkan energi. Kebutuhan energi suatu negara erat kaitannya dengan jumlah penduduk dan tingkat perkembangan terutama perkembangan industri. Kebutuhan energi dunia saat ini masih sangat bergantung pada bahan bakar fosil terutama minyak bumi. Hampir 2/3 minyak bumi dunia dikonsumsi oleh negara maju yang notabenenya hanya mampu menghasilkan 1/3 dari total minyak bumi dunia. Sebaliknya negara berkembang yang mampu menghasilkan 2/3 dari total minyak dunia hanya dapat menikmati 1/3 minyak dunia. Hal ini menyebabkan harga minyak dunia menjadi sangat penting dalam perdagangan, mengingat persebaran cadangan minyak yang tidak merata di dunia.

Cadangan minyak dunia hanya dimiliki oleh beberapa negara seperti Saudi Arabia, Irak, Iran dan beberapa negara lain. Diantara persediaan tersebut lebih dari 25% dimiliki oleh Saudi Arabia. Banyak negara yang masih bergantung pada negara lain dalam pemenuhan suplai minyak tersebut. Oleh karena itu, sangat mungkin bagi negara penghasil minyak dunia untuk mendominasi harga minyak di pasar. Sehingga dibutuhkan suatu mekanisme untuk menentukan harga minyak di pasar dunia agar kebijakan yang diambil menguntungkan semua pihak.

Ada beberapa faktor – faktor yang menyebabkan pergerakan harga minyak mentah dunia (Sriwardani, 2009), sebagai berikut:

(6)

a. Kekhawatiran akan berkurangnya suplai di pasaran akibat turunnya kapasitas produksi. Minyak merupakan sumber energi yang tak terbaharui, karenanya jumlah cadangan minyak dunia akan semakin berkurang seiring dengan bertambahnya penggunaan minyak tersebut. b. Penutupan/ perbaikan kilang minyak (refineries).

c. Faktor cuaca (badai). Bencana yang dialami negara produsen minyak sangat mempengaruhi stok di pasar. Bencana alam dapat menyebabkan kerusakan pada instalasi produksi minyak.

d. Faktor geopolik terutama yang terjadi di wilayah produsen.

e. Faktor melonjaknya permintaan dari negara emerging market terutama China dan India, serta meningkatnya aksi spekulatif di pasar komoditi.

D. Nilai Tukar Mata Uang

Nilai tukar (exchange rate) adalah harga relatif mata uang suatu negara terhadap mata uang negara lain. Terdapat dua cara untuk menyatakan kurs, yaitu:

a. Model Eropa yang sering disebut dengan Inderect Quote. Model ini merupakan cara yang paling umum dipakai dalam perdagangan valuta asing atau antar bank diseluruh dunia. Penetapan kursnya dilakukan berdasarka beberapa unit mata uang asing dalam negeri.

b. Model Amerika yang sering disebut Direct Quote. Model ini disebut sebagai harga satu unit mata uang asing dalam mata uang domestik.

1. Sistem Nilai Tukar

Sistem pokok nilai tukar valuta asing dapat dibedakan menjadi dua, yaitu sistem nilai tukar tetap (fixed exchange rate) dan sistem nilai tukar mengambang

(7)

(flexible exchange rate). Pembedaan ini berdasarkan pada besar cadangan devisa dan intervensi bank sentral yang diperlukan untuk mempertahankan kurs pada sistem tersebut.(Abimanyu, 2004:8-10)

Berdasarkan besarnya intervensi bank sentral dan cadangan devisa yang diperlukan untuk mempertahankan berbagai sistem tersebut, terdapat enam sistem nilai tukar yang dipakai oleh banyak negara di dunia, yaitu :

a. Sistem fixed

Pada sistem fixed , otoritas moneter selalu mengintervensi pasar untuk mempertahankan nilai tukar nata uang sendiri terhadap satu mata uang asing tertentu.

b. Sistem Adjustable peg

Pada sistem adjustable peg, otoritas moneter terikat untuk mempertahankan nilai tukar valuta asing. Namun, otoritas moneter berhak mengubah kurs apabila terjadi perubahan kebijakan.

c. Sistem Crawling peg

Dalam sistem crawling peg, otoritas moneter mengaitkan mata uang dalam negeri terhadap satu atau beberapa mata uang asing. Nilai tukar valuta asing dalam sistem ini diubah secara periodik dan berangsur – angsur dalam persentase yang kecil.

d. Sistem Managed float

Pada sistem managed float, otoritas moneter tidak terikat untuk mempertahankan nilai tuakr valuta asing tertentu. Namun, otoritas moneter secara kontinyu mengintervensi pasar berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu, seperti cadangan devisa yang menipis.

(8)

e. Sistem Winder band

Pada sistem winder band, otoritas moneter membiarkan nilai tukar valuta asing mengambang atau berfluktuasi diantara dua titik tertinggi dan terendah.

f. Sistem free floating

Sistem free floating berada pada kutub yang bertentangan dengan sistem

fixed. Dalam sistem ini, otoritas moneter secara teoritis tidak perlu mengintervensi cadangan devisa.

2. Teori Nilai Tukar

Berikut adalah beberapa teori yang berkaitan dengan nilai tukar valuta asing (Berlianta, 2004:18-21).

a) Balance of Payment Approach

Pendekatan ini didasarkan pada pendapat bahwa nilai tukar valuta ditentukan oleh kekuatan penawaran dan permintaan terhadap valuta tersebut. Adapun alat yang digunakan untuk mengukur kekuatan penawaran dan permintaan tersebut adalah Balance of Payment.

Apabila Balance of Payment suatu negara mengalami defisit dapat diartikan bahwa penghasilan (arus uang masuk) lebih kecil daripada pengeluaran (arus uang keluar), maka permintaan akan valuta asing akan bertambah guna membayar defisit tersebut, nilai tukarnya akan cenderung mengalami penurunan dan sebaliknya.

b) Teori Purchasing Power Parity

Teori ini agak berbeda dengan pendekatan sebelumnya. Teori ini berusaha untuk menghubungkan nilai tukar dengan daya beli valuta tersebut

(9)

terhadap barang dan jasa. Pendekatan ini menggunakan apa yang disebut Law of One Price sebagai dasar. Dalam Law of One Price disebutkan bahwa dengan asumsi tertentu, dua barang yang identik (sama dalam segala hal) harusnya mempunyai harga yang sama.

c) Fisher Effect

Teori ini diperkenalkan oleh Irving Fisher. Fisher Effect menyatakan bahwa tingkat suku bunga nominal di satu negara akan sama dengan tingkat suku bunga riil ditambah tingkat inflasi di negara itu. Pernyataan tersebut dapat digambarkan dengan persamaan sebagai berikut:

Suku Bunga Nominal = Suku Bunga Riil + Tingkat Inflasi

Dengan kata lain, tingkat suku bunga nominal di dua negara dapat berbeda karena tingkat inflasi mereka berbeda.

d) Internasional Fisher Effect

Pendapat ini didasari oleh Fisher Effect, bahwa pergerakan nilai mata uang suatu negara di banding negara lain (pergerakan kurs) disebabkan oleh perbedaan suku bunga nominal yang ada di kedua negara tersebut. Implikasi dari

International Fisher Effect adalah bahwa orang tidak bisa menikmati keuntungan yang lebih tinggi hanya dengan menanamkan dana mereka ke negara yang mempunyai suku bunga nominal tinggi karena nilai mata uang negara yang suku bunganya tinggi tersebut akan terdepresiasi (turun nilainya) sebesar selisih bunga nominal dengan negara yang mempunyai suku bunga nominal lebih rendah.

(10)

E. Tingkat Inflasi

Inflasi adalah kecenderungan terjadinya peningkatan harga-harga produk secara keseluruhan. Tingkat inflasi yang tinggi biasanya dikaitkan dengan kondisi ekonomi yang terlalu panas (overheated). Artinya, kondisi ekonomi mengalami permintaan atas produk yang melebihi kapasitas penawaran produknya, sehingga harga-harga cenderung mengalami kenaikan. Inflasi yang terlalu tinggi juga akan menyebabkan penurunan daya beli uang (purchasing power of money) (Tandelilin, 2001:212).

1. Teori Inflasi

Teori Kuantitas menjelaskan bahwa sumber utama terjadinya inflasi adalah karena adanya kelebihan permintaan sehingga uang yang beredar di masyarakat bertambah banyak (Khalwaty, 2000:15-31). Teori kuantitas membedakan sumber inflasi menjadi:

a) Demand pull inflation, terjadi karena adanya permintaan agregatif di mana kondisi produksi telah berada pada kesempatan kerja penuh (full employment) sehingga kenaikan permintaan tidak lagi mendorong kenaikan output (produksi) tetapi hanya mendorong kenaikan harga-harga.

b) Cost push inflation. Pada kondisi ini tingkat penawaran lebih rendah jika dibandingkan dengan tingkat permintaan. Ini karena adanya kenaikan harga faktor produksi sehingga produsen terpaksa mengurangi produksinya sampai jumlah tertentu. Penawaran total (aggregate supply) yang terus menurun karena semakin mahalnya biaya produksi akan meyebabkan kenaikan harga-harga. Kenaikan biaya produksi yang menimbulkan cost push inflation

(11)

didorong oleh beberapa faktor, yakni adanya tuntutan kenaikan upah tenaga kerja, industri yang monopolis, kenaikan bahan baku industri, kebijakan pemerintah.

c) Structural approach. Dengan pendekatan struktur ekonomi, terjadinya inflasi dipandang karena tidak seimbangnya struktur ekonomi. Untuk itu, inflasi akan dapat ditanggulangi dengan melakukan pembenahan pada semua struktur ekonomi.

d) Monetary approach. Dengan pendekatan moneter, inflasi dinilai sebagai suatu fenomena moneter, yaitu keadaan yang disebabkan terlalu banyaknya uang yang beredar dibandingkan dengan kesediaan masyarakat untuk memiliki atau menyimpan uang tersebut yang akhirnya akan menaikkan permintaan (excess demand for goods).

e) Accounting approach to inflation, diketahui bahwa terjadinya inflasi bersumber pada perkembangan harga-harga pada kelompok barang dan jasa yang digunakan untuk menyusun Indeks Harga Konsumen (IHK).

2. Jenis-jenis Inflasi

Sehubungan dengan kompleksnya faktor yang menjadi sumber terjadinya inflasi atau banyaknya variabel yang berpengaruh terhadap inflasi, maka dapat pula dilakukan pengelompokan terhadap jenis-jenis inflasi berdasarkan sudut pandang (Khalwaty, 2000:31-35), sebagai berikut:

a. Ditinjau dari asal terjadinya, inflasi dapat dibagi menjadi dua, yaitu: 1) Domestic inflation adalah inflasi yang berasal dari dalam negeri.

2) Imported inflation adalah inflasi yang terjadi di dalam negeri karena adanya pengaruh kenaikan harga dari luar negeri.

(12)

b. Ditinjau dari intensitasnya, inflasi dapat dibedakan menjadi:

1) Creeping inflation adalah inflasi yang terjadi dengan laju pertumbuhan berlangsung lambat, karena kenaikan harga-harga berlangsung secara perlahan-lahan.

2) Hyper inflation atau galloping inflation adalah inflasi yang sangat berat yang timbul akibat adanya kenaikan harga-harga yang umum yang berlangsung sangat cepat.

c. Dan jika ditinjau dari sudut bobotnya, dapat dibedakan menjadi empat, yaitu: 1) Inflasi ringan adalah inflasi dengan laju pertumbuhan yang berlangsung

perlahan dan berada pada posisi satu digit atau di bawah 10% per tahun. 2) Inflasi sedang adalah inflasi dengan tingkat laju pertumbuhan berada di

antara 10-30% per tahun atau melebihi dua digit.

3) Inflasi berat merupakan inflasi dengan laju pertumbuhan berada di antara 30-100% per tahun.

4) Inflasi sangat berat adalah inflasi dengan laju pertumbuhan melampaui 100% per tahun.

3. Pengukuran Tingkat Inflasi

Untuk mengukur laju pertumbuhan tingkat inflasi, ada beberapa cara yang dapat digunakan (Khalwaty, 2000:35-47), yaitu dengan menggunakan angka harga umum, angka deflator PNB, indeks harga konsumen, aras harga harapan, indeks harga dalam dan luar negeri, angka deflator GNP dan indeks harga.

(13)

Sebagaimana tercantum dalam UU No. 13 tahun 1968 tentang Bank Sentral, salah satu tugas Bank Indonesia (BI) sebagai otoritas moneter adalah membantu pemerintah dalam mengatur, menjaga, dan memelihara kestabilan nilai Rupiah. Dalam melaksanakan tugasnya, BI menggunakan beberapa piranti moneter yang terdiri dari giro wajib minimum (reserve requirement), fasilitas diskonto, himbauan moral dan operasi pasar terbuka. Dalam operasi pasar terbuka Bank Indonesia dapat melaksanakan transaksi jual beli surat berharga termasuk SBI. Sertifikat Bank Indonesia adalah surat berharga atas unjuk dalam Rupiah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia sebagai pengakuan hutang berjangka waktu pendek dengan sistem diskonto.

1. Tujuan Penerbitan SBI

Sebagai otoritas moneter, Bank Indonesia berkewajiban memelihara kestabilan nilai Rupiah. Dalam paradigma yang dianut, jumlah uang primer (uang kartal + uang giral di Bank Indonesia) yang berkelebihan dapat mengurangi kestabilan nilai Rupiah. SBI diterbitkan dan dijual oleh Bank Indonesia untuk mengurangi kelebihan uang primer tersebut.

Besar kecilnya suku bunga SBI sangat tergantung dari kondisi makro yang berkembang di Indonesia. Peningkatan suku bunga diduga mempunyai korelasi dengan naiknya volume penjualan saham. Tingkat suku bunga yang ideal jika besarnya berada di bawah kisaran angka 10. Hal ini berarti tingkat keuntungan yang diharapkan dari adanya investasi akan menurun dengan cepat jika tingkat bunga meningkat, sehingga bagi para pelaku ekonomi semakin rendah tingkat suku bunga adalah semakin baik (Riyatno, 2007).

(14)

Surat keputusan Direksi BI No. 31/67/KEP/DIR tanggal 23 Juli 1998 tentang penerbitan dan perdagangan Sertifikat Bank Indonesia serta intervensi Rupiah.

Referensi

Dokumen terkait

Dari susunan Rencana Kerja Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kota Bogor pada Tahun 2019 dengan Program sebanyak Program dan kegiatan sebanyak 27 Kegiatan,

Manual Mutu ini mendokumentasikan sistem mutu Organisasi Pusat Pembinaan Agama (PPA) UB untuk menunjukkan kemampuan organisasi dalam menghasilkan produk/layanan secara

Maka dapat disimpulkan bahwa variabel tingkat pertumbuhan jumlah nasabah berpengaruh positif dan signifikan terhadap profitabilitas Koperasi Simpan Pinjam (KSP) di

Pada siklus II peneliti mentargetkan prosentase pencapaian 85% anak minimal mencapai berkembang sesuai harapan (BSH), jumlah anak yang mencapai berkembang sesuai

Misalnya pada 1620 VOC telah mengusir dan membunuh seluruh penduduk yang tidak mau menyerahkan rempah-rempahnya pada mereka (Ricklefs, 1991). Demikian juga

Hal ini dapat dilihat berdasarkan hasil penelitian, bahwa sebanyak 74,99% responden menjawab “Ya” yang terletak antara (50,01% - 100%).Sehingga hipotesis yang

Aturan wajib bersertifikat halal bagi produk yang diperdagangkan di wilayah Indonesia sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 4 Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014

Memerhatikan cara al-Sa‘di> dalam menafsirkan ayat-ayat al-Quran, dapat disimpulkan bahwa kitab Tafsi>r al-Sa‘di> ditinjau dari segi sumbernya menggunakan dua