• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS SWOT. Kurangnya kegiatan monitoring dan evaluasi terhadap baku mutu air limbah domestik

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS SWOT. Kurangnya kegiatan monitoring dan evaluasi terhadap baku mutu air limbah domestik"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

SWOT

ANALISIS SWOT

A.

Analisa SWOT Air Limbah

No. Faktor Internal Skor Angka

1 2 3 4

KEKUATAN (STRENGHTS)

1 Aspek Kelembagaan

1.1 Pokja AMPL terbentuk 4 4

1.2 Terdapat UPTD pengelola IPLT 3 3

1.3 Terdapat sanitarian di masing masing kecamatan 2 2

1.4 Adanya KSM sanitiasi di tingkat masyarakat 2 2

2 Aspek Keuangan

2.1 Tersedianya APBD dalam pengelolaan sanitasi air limbah 2 2

2.2 Penganggaran APBD untuk sanitasi meningkat setiap tahun 3 3

3 Aspek Teknis Operasional

3.1 Adanya program sanitasi berbasis masyarakat 3 3

3.3 terdapat IPLT yang masih baru 3 3

3.4 ketersedian truk tinja cukup 2

4 Aspek Komunikasi

4.1 terdapat media lokal untuk mendukung kegiatan sanitasi 2 2

4.2 media sosialisasi dari skpd terkait PHBS 2 2

5 SDM

5.1 POKJA AMPL yang berkualitas 3 3

5.2 peningkatan kapasitas pokja melalui pelatihan 3 3

5.3 sanitarian yang berkompeten di bidnag sanitasi 2 2

JUMLAH NILAI KEKUATAN 34

KELEMAHAN (WEAKNESS) 1 Aspek Kelembagaan

1.1 sinkronisasi Pokja AMPL belum terjalin 3 3

1.2 belum adanya masterplan 4 4

1.3 Koordinasi antar instansi belum maksimal 2 2

1.4 belum tersedia peraturan khusus dalam penanganan lumpur tinja 4 4

2 Aspek Keuangan

2.1 Anggaran sektor sanitasi belum menjadi prioritas 3 3

2.2 Rasio anggaran sanitasi dalam APBD masih kecil 3 3

3 Aspek Teknis Operasional

3.1 IPLT belum beroperasi 4 4

3.3 Kurangnya kegiatan monitoring dan evaluasi terhadap baku mutu

air limbah domestik 2 2

4 Aspek Komunikasi

4.1 Kegiatan komunikasi belum berkelanjutan 2 2

5 SDM

5.1 Kemampuan personil terkait pengelolaan air limbah belum

maksimal. 3 3

JUMLAH NILAI 30

(2)

No. Faktor Internal Skor Angka 1 2 3 4

KELEMAHAN

SELISIH NILAI KEKUATAN

- KELEMAHAN

4

No. Faktor Eksternal Skor Angka

1 2 3 4 PELUANG (OPPORTUNITIES) 1 Aspek Kelembagaan

1.1 dukungan Pokja AMPL Nasional dan Provinsi 3 3

1.2 dukungan peraturan perundang-undangan tentang pengelolaan air

limbah 3 3 1.3 Adanya komitmen pusat untuk universal acces (RPJMN) 4 4

1.4 Pembangunan Subsektor Air Limbah Domestik terpapar dalam visi

dan misi RPJMD 2014 - 2019 4 4 1.5 Kelembagaan di tingkat desa sudah sebagian terbentuk (BP SPAM,

KPP, KSM, BKM) 4 4

2 Aspek Keuangan

2.1

potensi pendanaan dari berbabagi asumber seperti APBN, Tugas Perbantuan, Belanja Kementrian, DAK Sanitasi, APBD Propinsi, serta sumber dana internasional dari lembaga multilateral (world bank, Asian Development Bank, Ausaid), CSR dan partisipasi masyarakat

4 4

2.2 peluang swadaya masyarakat 2 2

3 Aspek Komunikasi

3.1 Berkembangnya media sosial, cetak dan elektronik 3 3

3.2 akses masyarakat terhadap teknologi informasi/ internet 3 3

3.3 Peran Media lokal (cetak, radio dan televisi) yang dapat digunakan

kegiatan sosialisasi dan kampanye 3 3 3.4

Pengurus RT, RW, Tokoh Masyarakat dan Tokoh Agama mempunyai tingkat partisipasi yang tinggi dapat dimanfaatkan sebagai penyebaran sumber informasi

3 3

3.5 adanya even kesenian budaya dan kerakyatan 3 3

4 Aspek Teknis Operasional

4.1 Tersedianya teknologi penanganan air limbah domestik 3 3

4.2

Adanya kontribusi masyarakat dalam pemeliharaan dan pemanfaatan ipal komunal yang dikelola kelompok masyarakat secara mandiri,

4 4 5 Aspek Partisipasi Masyarakat, Swasta dan Kesetaraan Gender

5.1 Adanya peran masyarakat dalam sistem pengelolaan air limbah 3 3

5.2 Adanya perusahaan sedot tinja swasta 4 4

5.3 Adanya organisasi Rukun Tetangga (RT) dan Rukun Warga (RW),

PKK dan Kader Pos Yandu 4 4

6 Aspek Sosial Budaya

6.1 kerja bakti sebagai kearifan lokal 3 3

JUMLAH NILAI PELUANG 60

ANCAMAN (THREATS)

1 Aspek Kelembagaan

1.1 Program Sanitasi antar SKPD belum terintegrasi 3 3

1.2 Belum sseluruhnya memahami dan berpihak kepada program

sanitasi di tingkat pengambil kebijakan 4 4 1.3 Kemitraan antara Pemda dan pihak swasta belum terjalin 3 3

(3)

No. Faktor Eksternal Skor Angka 1 2 3 4

2.1 Kebutuhan biaya atau anggaran pengelolaan air limbah sangat

besar 3 3 2.2 Pertambahan penduduk yang cukup tinggi memerlukan

peningkatan anggaran untuk sektor sanitasi 4 4 2.3 Perhatian masyarakat dan swasta terhadap penganggaran sektor

air limbah belum menjadi prioritas 2 2 2.4 Belum optimalnya penggalian potensi pendanaan berupa swadaya

masyarakat dan partisipasi swasta. 2 2

3 Aspek Komunikasi

3.1 Peran media belum optimal dalam memberikan informasi

pengelolaan air limbah kepada masyarakat. 3 3 3.2 Sosialisasi tentang air limbah belum maksimal 3 3

3.3 Isu air limbah belum menjadi topik yang menarik 3 3

3.4 Adanya hambatan proses komunikasi dan promosi sanitasi dari

Pemerintah kepada Pelaku Bisnis 3 3

4 Aspek Teknis Operasional

4.1 Terbatasnya lahan untuk pembangunan IPAL Komunal di masyarakat 4 4

4.2 Tangki septik belum memenuhi standar teknis yang ditetapkan

(suspek tidak aman tinggi) 3 3 4.3 Kebiasaan masyarakat membuang air limbah tanpa pengolahan 4 4

4.4 Kurangnya sarana dan prasarana pengelolaan air limbah yang

memenuhi syarat 4 4 4.5 Ada beberapa bangunan MCK/IPAL Komunal yang belum berfungsi

optimal 3 3 4.6 banyaknya WC cemplung dan plengsengan 3 3 5 Aspek Partisipasi Masyarakat Swasta dan Kesetaraan Gender

5.1 Tingkat kesadaran masyarakat yang masih rendah akan pentingnya

pengelolaan air limbah 3 3 5.2

Kondisi sosial budaya masyarakat yang masih mengutamakan prestise atau gengsi, tidak adanya keterlibatan aktif masyarakat untuk mengelola sanitasi lingkungannya;

4 4

6 Aspek Sosial Budaya

6.1 perilaku masyarakat terkait BABS masih tinggi 4 4

6.2 Pengetahuan masyarakat tentang pengelolaan air limbah masih

rendah 3 3 6.3 banyaknya WC cemplung dan plengsengan 3 3

JUMLAH NILAI ANCAMAN 71

SELISIH NILAI PELUANG -

ANCAMAN

(4)

Sumber: Review Analisis SWOT, diolah, 2016

B.

Analisa SWOT Persampahan

Pengelolaan persampahan di Kabupaten Batang dilaksanakan oleh Dinas Cipta Karya

Tata Ruang dan Kebesihan. Volume sampah rata-rata perhari 300,16 m3 dan yang terangkut

sebanyak 4,62% m3. Selebihnya pengelolaan sampah masih ada yang dibakar, dikubur

bahkan di buang ke sungai.

Sistem Pemrosesan Akhir Sampah (TPA) Kabupaten Batang terbagi atas 3 (tiga)

wilayah, akan tetapi kondisi eksisting hanya ada 1 TPA yang dioptimalkan untuk tempat

pemrosesan sampah yang melayani seluruh wilayah Kabupaten Batang yaitu TPA berada di

Dukuh Randukuning desa Tegalsari kecamatan Kandeman.

TPA Masih Open dumping, Dengan minimnya penganggaran maka operasionalisasi

TPA masih bersifat open dumping bukan sanitary landfill Serta Kapasitas TPA mempunyai

daya tampung terbatas yang sudah overload; Sarana dan prasarana pengelolaan sampah

belum memadai pada daerah pelayanan (TPS dan armada), Sarana TPS dan pengangkutan

masih terbatas sehingga kurang mampu menjangkau ke seluruh wilayah Wilayah Kabupaten

Batang; Cakupan pelayanan pengangkutan dan pengelolaan persampahan masih terbatas,

Dengan anggaran yang terbatas maka pengelolaan persampahan hanya menjangkau di

beberapa wilayah dan pada daerah IKK maupun perkotaan; Belum adanya dukungan

kebijakan daerah dalam pengelolaan sampah, Belum tersedianya design perencanaan

(5)

pengelolaan sampah yang dapat mengatasi masalah persampahan di Kabupaten Batang

termasuk perda persampahan; Belum adanya master plan pengelolaan persampahan, Arah

pengembangan pengelolaan persampahan belum mempunyai arahan yang jelas karena

belum memiliki master plan pengelolaan persampahan.

No. Faktor Internal Skor Angka

1 2 3 4

KEKUATAN (STRENGHTS)

1 Aspek Kelembagaan

1.1 Adanya Perda mengenai Retribusi sampah atau kebersihan dan

Pengelolaan sampah 3 3 1.2 Adanya tupoksi SKPD yang sudah jelas dalam pengelolaan

persampahan 3 3 1.3 Terdapat sanitarian di masing masing kecamatan 2 2

1.4 Pokja AMPL terbentuk 4

2 Aspek Keuangan

2.1 Tersedianya APBD dalam pengelolaan sanitasi air limbah 2 2

2.2 Penganggaran APBD untuk sanitasi meningkat setiap tahun 3 3

3 Aspek Teknis Operasional

3.1 terdapat 1 TPA Randukuning, Calon TPA dliseng dan TPA candiareng 4 4

3.2 Adanya sarana prasarana persampahan 4 4

3.2 Memiliki TPST 3R (pengelolaan individu, kelompok, badan usaha) 4 4

4.2 Tersedianya pengangkutan persampahan dari TPS ke TPA 4 4

4 Aspek Komunikasi

4.1 terdapat media lokal untuk mendukung kegiatan sanitasi 2 2

4.2 media sosialisasi dari skpd terkait PHBS 2 2

5 SDM

5.1 POKJA AMPL yang berkualitas 3 3

5.2 peningkatan kapasitas pokja melalui pelatihan 3 3

5.3 sanitarian yang berkompeten di bidnag sanitasi 2 2

JUMLAH NILAI KEKUATAN 36

KELEMAHAN

(WEAKNESS)

1 Aspek Kelembagaan

1.1 Belum semua desa memiliki kelembagaan dan regulasi bidang

persampahan 2 2 1.2

Monitoring dan evaluasi terhadap efektifitas layanan persampahan, dan atau menampung serta mengelola keluhan atas layanan persampahan belum dilakukan.

2 2

1.3 Belum adanya masterplan pengelolaan persampahan 4 4

1.4 Belum adanya dukungan kebijakan daerah dalam pengelolaan

sampah 4 4

2 Aspek Keuangan

2.1 PAD dari retribusi sampah masih sangat rendah 3 3

2.2 Kesadaran masyarakat tentang iuran retribusi kebersihan masih

kurang. 2 2 2.3 Anggaran dalam pengelolaan persampahan di bawah kebutuhan riil 2 2

3 Aspek Teknis Operasional

3.1 Dalam pelayanan persampahan belum secara berkesinambungan. 3 3

3.2 Masih terbatasnya Program/Kegiatan TPS 3R yang berbasis

masyarakat yang diselenggarakan oleh Pemda. 2 2 3.3 Cakupan pelayanan pengangkutan dan pengelolaan persampahan

(6)

No. Faktor Internal Skor Angka 1 2 3 4

3.4 Sarana dan prasarana pengelolaan sampah belum memadai pada

daerah pelayanan (TPS dan armada) 4 4 3.5 TPA Masih Open dumping. 4 4

4 Aspek Komunikasi

4.1 Media kurang dimanfaatkan sebagai sarana penyebaran informasi

persampahan 2 2 4.2 Kurangnya kapasitas SKPD dalam melakukan komunikasi program ke

berbagai pihak 2 2 4.3 Kurangnya sosialisasi pemahaman tentang persampahan 2 2

5 SDM

5.1 Belum optimalnya kuantitas dan kualitas tenaga operasional untuk

pelayanan langsung ke masyarakat 2 2 5.2 Lemahnya kapasitas SDM manajemen bidang persampahan 2 2

5.3 Kurangnya kesadaran masyarakat dalam pengelolaan sampah 3 3 JUMLAH NILAI

KELEMAHAN 49

SELISIH NILAI KEKUATAN

- KELEMAHAN -13

No Faktor Eksternal Skor Angka

1 2 3 4

PELUANG

(OPPORTUNITIES)

1 Aspek Kelembagaan

1.1 Adanya Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan

Sampah; 3 3 1.2 Program Adi Pura dari Pemerintah Pusat 4 4

1.3 Adanya penghargaan bagi sekolah yang berwawasan lingkungan

(Adiwiyata) 4 4 1.4 Adanya kelompok masyarakat PKK, kader lingkungan yang

melaksanakan pengolahan dan pengelolaan sampah 3 3 1.5 Terdapat perlombaan sanitasi/kebersihan di berbagai tingkatan

masyarakat dan instansi 3 3 1.6 Adanya program 3 R, Bank Sampah, Kampung ramah lingkungan 3 3

1.7 dukungan Pokja AMPL Nasional dan Provinsi 3 3

1.8 dukungan peraturan perundang-undangan tentang pengelolaan air

limbah 3 3 1.9 Adanya komitmen pusat untuk universal acces (RPJMN) 4 4

1.10 Pembangunan Subsektor Air Limbah Domestik terpapar dalam visi

dan misi RPJMD 2014 - 2019 4 4 1.11 Kelembagaan di tingkat desa sudah sebagian terbentuk (BP SPAM,

KPP, KSM, BKM) 4 4

2 Aspek Keuangan

2.1

potensi pendanaan dari berbabagi asumber seperti APBN, Tugas Perbantuan, Belanja Kementrian, DAK Sanitasi, APBD Propinsi, serta sumber dana internasional dari lembaga multilateral (world bank, Asian Development Bank, Ausaid), CSR dan partisipasi masyarakat

4 4

2.2 peluang swadaya masyarakat 2 2

3 Aspek Komunikasi

3.1 Berkembangnya media sosial, cetak dan elektronik 3 3

3.2 akses masyarakat terhadap teknologi informasi/ internet 3 3

3.3 Peran Media lokal (cetak, radio dan televisi) yang dapat digunakan

kegiatan sosialisasi dan kampanye 3 3 3.4 Pengurus RT, RW, Tokoh Masyarakat dan Tokoh Agama mempunyai

(7)

No Faktor Eksternal Skor Angka

1 2 3 4

penyebaran sumber informasi

3.5 adanya even kesenian budaya dan kerakyatan 3

4 Aspek Teknis Operasional

4.1 Pengelolaan persampahan di tingkat kelurahan/ kecamatan telah

melibatkan masyarakat setempat 3 3 4.2 Penambahan luas lahan TPA randukuning 3 3

4.3 Berkembangnya metode pengolahan sampah dengan Sistem 3R 3 3

4.5 Adanya SPM Bidang Pelayanan Persamapahan yang harus dicapai

Pemerintah Daerah 2 2

5 Aspek Partisipasi Masyarakat, Swasta dan Kesetaraan Gender

5.1 Ada inisiasi kerjasama antara Pemerintah daerah dengan pihak

swasta dalam pengelolaan sampah 3 3 5.2 Tumbuhnya partisipasi masyarakat dalam pemanfaatan sampah (3R) 2 2

5.3 Banyak pelaku usaha pengepul rongsok/ sampah non organik 2 2

5.4 Tumbuhnya komunitas peduli lingkungan 3 3

5.5 Adanya organisasi Rukun Tetangga (RT) dan Rukun Warga (RW), PKK

dan Kader Pos Yandu 4 4

6 Aspek Sosial Budaya

6.1 Tumbuhnya industri kreatif berbasis sampah 3 3

6.2 kerja bakti sebagai kearifan lokal 3 3

JUMLAH NILAI PELUANG 87

ANCAMAN (THREATS)

1 Aspek Kelembagaan

1.1 Pemahaman dan keperpihakan program sanitasi di tingkat

pengambil kebijakan 3 3

2 Aspek Keuangan

2.1 Kebutuhan biaya atau anggaran pengelolaan sampah sangat besar 3 3

2.2 Mekanisme dan persyaratan pembiayaan APBN sektor sampah

cukup rumit 3 3 2.3 Alokasi anggaran APBN dan DAK masih rendah 3 3

2.4 Belum optimalnya penggalian potensi pendanaan dari masyarakat 3 3

2.5 Teknologi pengelolaan sampah berbiaya tinggi/mahal 2 2

3 Aspek Komunikasi

3.1 Media komunikasi yang terlibat dalam mempromosikan pemilahan

dan pengurangan tentang sampah masih sangat terbatas 3 3 3.2 Terbatasnya efektifitas media dalam menyampaikan pesan

(berkaitan dengan jam tayang dan oplah) 3 3 3.3 Rubrik khusus tentang sanitasi belum tersedia di media cetak lokal,

karena pemda kurang memanfaatkan media 3 3

4 Aspek Teknis Operasional

4.1

Pengelolaan sampah dengan sistem sanitary landfill dilaksanakan dengan controlled landfill karena terkendala besarnya biaya operasional

2 2

4.2 Industri makanan/mainan kebanyakan menggunakan plastik sebagai

pembungkus 3 3 4.3 Masih banyaknya pemakaian produk kemasan yang tidak ramah

lingkungan 2 2 4.4 Penyediaan lahan untuk persamapahan terkendala ijin masyarakat

(HO) 2 2

5 Aspek Partisipasi Masyarakat Swasta dan Kesetaraan Gender

5.1 Sungai masih dijadikan sarana untuk membuang sampah oleh

masyarakat. 4 4 5.2

Pertambahan jumlah penduduk dan perubahan gaya hidup yang berakibat pada meningkatnya jumlah timbulan sampah dan karakteristik sampah yang dihasilkan

4 4

6 Aspek Sosial Budaya

(8)

No Faktor Eksternal Skor Angka

1 2 3 4

secara sederhana

6.2 Perilaku masyarakat yang masih membuang sampah sembarangan 4 4

JUMLAH NILAI ANCAMAN 50

SELISIH NILAI PELUANG -

ANCAMAN 37

Sumber: Review Analisis SWOT, diolah, 2016

C.

Analisa SWOT Drainase

Drainase perkotaan Kabupaten Batang sebenarnya pemanfaatannya lebih kepada

fungsi irigasi atau pengairan. Pembanguan drainase perkotaan saat ini sanagt minim

dilaksanakan oleh pemerintah kabupaten Batang. Dikarenakan keterbatasan dana APBD.

Penataan system drainase kota belum mempertimbangkan “basic need” maupun

development need yang mengikuti perkembangan tata guna lahan yang ada. Demikian juga

pemeliharaan sarana prasarana yang ada dilakukan dengan posisi anggaran yang belum

optimal.

Masterplan DED drainase per kecamatan belum tersedia sehingga terdapat potensi

pekerjaan yang masih cukup besar untuk dikerjakan di Pemerintah Kabupaten Batang;

Alokasi anggaran pembangunan drainase di Kabupaten Batang masih minim karena

(9)

keterbatasan anggaran APBD. Diperlukan tambahan anggaran dari Pusat maupun Provinsi

untuk membangun jaringan drainase yang ada di Kabupaten Batang terutama untuk

drainase primer; Dengan jaringan drainase yang sudah ada untuk melayani wilayah yang luas

dan pengembangan jaringan yang terbatas maka jaringan yang ada sekarang kurang mampu

menampung kapasitas yang semakin bertambah sehingga di beberapa daerah terjadi

genangan walaupun cuma beberapa jam saja; Jaringan drainase Kabupaten Batang pada saat

ini di beberapa tempat mengalami sumbatan-sumbatan diakibatkan banyaknya

kotoran-kotoran hasil pembangunan karena kurangnya kesadaran membuang sampah pada tempat

yang disediakan. Sehingga diperlukan pengawasan yang meluas terhadap jaringan yang

sudah terbangun; Jaringan drainase yang dibangun dekat bangunan perumahan ditutup,

sehingga dengan semakin berkembangnya penduduk dan pemukimannya maka akan bisa

menutupi jaringan drainase yang sudah ada serta perilaku masyarakat yang belum berubah

yaitu buang sampah sembarangan terutama di saluran drainase

No. Faktor Internal Skor Angka

1 2 3 4

KEKUATAN (STRENGHTS)

1 Aspek Kelembagaan

1.1 Terdapat sanitarian di masing masing kecamatan 2 2

1.2 Pokja AMPL terbentuk 4 4

1.3 Adanya Perda RTRW dan dokumen perencanaan wilayah lainnya

(RDTR, SPPIP, KLHS, RPIJM) 3 3

2 Aspek Keuangan

2.1 Tersedianya APBD dalam pengelolaan drainase 2 2

2.2 Penganggaran APBD untuk sanitasi meningkat setiap tahun 3 3

3 Aspek Teknis Operasional

3.1 Adanya sarana prasarana drainase 4 4

3.2 Adanya sungai sebagai drainase primer 3 3

4 Aspek Komunikasi

4.1 terdapat media lokal untuk mendukung kegiatan sanitasi 2 2

4.2 media sosialisasi dari skpd terkait PHBS 2 2

5 SDM

5.1 POKJA AMPL yang berkualitas 3 3

5.2 peningkatan kapasitas pokja melalui pelatihan 3 3

5.3 sanitarian yang berkompeten di bidnag sanitasi 2 2

JUMLAH NILAI KEKUATAN 28

KELEMAHAN

(WEAKNESS)

1 Aspek Kelembagaan

1.1 Belum adanya Perda tentang pengelolaan drainase lingkungan 3 3

1.2 Belum terkoordinasi dengan baik pengelolaan drainase lingkungan

yang dilakukan oleh pemda dan yang berbasis masyarakat. 4 4 1.3

Penanganan sistem drainase masih bersifat parsial tidak dalam skala perwilayahan dan belum dikelola secara terintegrasi dengan instansi terkait.

(10)

No. Faktor Internal Skor Angka 1 2 3 4

1.4 Kelembagaan di tingkat desa belum optimal 2 2

1.5 Koordinasi pengelolaan drainase belum optimal (pelimpahan

kewenangan) 2 2 Masterplan drainase belum update 4 4

2 Aspek Keuangan

2.1 Rasio anggaran sanitasi dalam APBD KabupatenTegal masih kecil 3 3

Alokasi Biaya yang terbatas untuk Pembangunan 4 4

3 Aspek Teknis Operasional

3.1 Perencanaan Pengelolaan Drainase kurang detil/spesifik 3 3

3.2 Belum berfungsinya sistem drainase yang ada karena Leveling yang

tidak baik ataupun ditimbun warga 3 3 3.3 Cakupan Pelayanan Drainase masih rendah 4 4

3.4 Kapasitas saluran drainase masih kurang sehingga berakibat

terjadinya luapan 3 3 3.5 Penanganan sistem drainase masih bersifat parsial dan tidak dalam

skala kewilayahan 2 2 3.6 Pengelolaan drainase belum terintegrasi secara optimal 2 2

3.7 Masterplan Pengelolaan Drainase perlu diupdate 4 4

3.8 Masih terdapat genangan di beberapa wilayah 0

3.9 Greywater masih dibuang secara langsung ke saluran drainase 4 4

3.10 Data terkait dengan drainase masih sangat minim 2 2

4 Aspek Komunikasi

4.1 Media kurang dimanfaatkan sebagai sarana penyebaran informasi

persampahan 2 2 4.2 Kurangnya kapasitas SKPD dalam melakukan komunikasi program ke

berbagai pihak 2 2 4.3 Kurangnya sosialisasi pemahaman tentang persampahan 2 2

5 SDM

5.1 Lemahnya kapasitas SDM 2 2

5.2

Kurangnya kesadaran dalam pemanfaatan dan pemeliharaan

drainase oleh Masyarakat 2 2 5.3

Masih lemahnya pemahaman pengelolaan sistem drainase

lingkungan 2 2

JUMLAH NILAI

KELEMAHAN 63

SELISIH NILAI KEKUATAN

- KELEMAHAN -35

No. Faktor Eksternal Skor Angka

1 2 3 4 PELUANG

(OPPORTUNITIES)

1 Aspek Kelembagaan

1.1 Adanya tupoksi SKPD dan dukungan program pembangunan

pengelolaan drainase 3 3 1.2 Peluang terbentuknya kelembagaan di tingkat desa sebagai

implementasi UU desa. 3 3 1.3 Adanya program 100 0 100, yang menyebutkan 0 % permukiman

kumuh. 4 4

2 Aspek Keuangan

2.1

potensi pendanaan dari berbabagi asumber seperti APBN, Tugas Perbantuan, Belanja Kementrian, DAK Sanitasi, APBD Propinsi, serta sumber dana internasional dari lembaga multilateral (world bank, Asian Development Bank, Ausaid), CSR dan partisipasi masyarakat

(11)

No. Faktor Eksternal Skor Angka 1 2 3 4

peluang swadaya masyarakat 2 2

3 Aspek Komunikasi

3.1 Berkembangnya media sosial, cetak dan elektronik 3 3

3.2 akses masyarakat terhadap teknologi informasi/ internet 3 3

3.3 Peran Media lokal (cetak, radio dan televisi) yang dapat digunakan

kegiatan sosialisasi dan kampanye 3 3 3.4

Pengurus RT, RW, Tokoh Masyarakat dan Tokoh Agama mempunyai tingkat partisipasi yang tinggi dapat dimanfaatkan sebagai

penyebaran sumber informasi

3 3

3.5 adanya even kesenian budaya dan kerakyatan 3 3

4 Aspek Teknis Operasional

4.1 Pengelolaan pembangunan drainase lingkungan berbasis masyarakat 4 4

4.2 Adanya sungai sebagai potensi saluran drainase primer 3 3

4.3 Adanya SNI Drainase 2 2 5 Aspek Partisipasi Masyarakat, Swasta dan Kesetaraan Gender

5.1 Adanya peran serta masyarakat dalam pemeliharaan saluran drainase

di lingkungan masing-masing 3 3 5.2 Tersedianya ajang perlombaan sanitasi/kebersihan di berbagai

tingkatan masyarakat dan instansi 3 3

6 Aspek Sosial Budaya

6.1 kerja bakti sebagai kearifan lokal 3 3

JUMLAH NILAI PELUANG 49

ANCAMAN (THREATS)

1 Aspek Kelembagaan

1.1

Belum ada lembaga kemasyarakatan yang berpartisipasi dalam

pengelolaan drainase 3 3 1.2

Belum ada inisiasi kerjasama antara Pemerintah dengan pihak swasta

dalam pengelolaan drainase lingkungan 2 2

2 Aspek Keuangan

2.1 Rendahnya skala prioritas penganggaran baik ditingkat pemerintah

pusat maupun daerah pengelolaan drainase lingkungan 3 3 2.2

Terjadinya rasionalisasi anggaran yang berdampak pada kurang sesuainya kecukupan anggaran dengan kebutuhan riil di lapangan sehingga berpengaruh dalam pelaksanakan kegiatan fisik yang harus memenuhi standar teknis perencanaan

3 3

3 Aspek Komunikasi

3.1 Kurangnya advokasi dan informasi kondisi pengelolaan Drainase di

masyarakat kepada pemangku kepentingan 3 3 3.2 Belum adanya program khusus di media lokal (radio, televisi) dan

videotron tentang pengelolaan drainase 3 3

4 Aspek Teknis Operasional

4.1 Ketersediaan lahan terbatas dalam menyesuaikan dimensi saluran

drainase dengan debit air hujan maksimal. 3 3 4.2 Semakin berkurangnya lahan untuk resapan air hujan karena

kebutuhan tempat tinggal semakin tinggi 3 3 4.3 Tingkat sendimentasi saluran cukup tinggi 3 3

4.4 Pendangkalan sungai utama menyebabkan daya tampung limpasan

air semakin berkurang 3 3 4.6 Kapasitas Jaringan Sudah Overload (topografi, sampah, teknis) 4 4

4.7 Banyak Drainase yang tersumbat 4 4

4.8 Jaringan Drainase di tutup Bangunan 4 4 5 Aspek Partisipasi Masyarakat Swasta dan Kesetaraan Gender

5.1 Sebagian masyarakat membuang limbah cair ke badan air dan saluran

drainase 4 4 5.2 Kurangnya partisipasi masyarakat dalam pemeliharaan drainase 3 3

(12)

No. Faktor Eksternal Skor Angka 1 2 3 4

pola tata air drainase tidak sesuai dengan rencana awal

5.4 Pembangunan kota yang tidak memperhatikan alur air 3 3

6 Aspek Sosial Budaya

6.1 Kebiasaan masyarakat membuang sampah ke saluran

drainase/Sungai 3 3 6.2 Kebiasaan masyarakat perkotaan menutup saluran drainse dengan

bangunan permanen. 3 3 6.3 Perilaku masyarakat yang masih memanfaatkan drainase sebagai

pembuangan sampah dan limbah 4 4

JUMLAH NILAI ANCAMAN 64

SELISIH NILAI PELUANG -

ANCAMAN -15

Referensi

Dokumen terkait

1) Yang dimaksud adalah calon peserta didik yang berasal dari lulusan sekolah asal lingkup Kabupaten Klungkung;.. 2) Alur proses pendaftaran mengacu pada tata cara

Sesuai dengan tugas dan tanggung jawab Komite Profesi untuk melaksanakan uji kompetensi kepada seluruh pegawai PLN sesuai dengan level kompetensinya, maka materi uji

Kehilangan asset perusahaan yang dimaksudkan peneliti adalah asset yang digolongkan dalam HAKI yang berupa Software atau Program komputer yang merupakan seperangkat

Kandungan dari kapsul bawang putih yang memiliki efek anti bakteri adalah allicin. Zat ini dalam tubuh merusak protein bakteri penyakit sehingga bakteri penyebab

Proses lumpur aktif pada tangki aerasi IPAL PT.UNITEX dapat berjalan dengan baik berdasarkan parameter yang dapat digunakan untuk menggambarkan kondisi lumpur

Intervensi yang dilakukan adalah merujuk klien ke LKSA sebagai tempat tinggal sementara karena kondisi di lingkungan masyarakatnya yang belum kondusif hingga anak

Maka ciwl soelety atau masyarakat madani yang berperadaban, dapat diartikan sebagai masyarakat yang utuh (solid) dimana kemajemukan dan kebersamaan sangat

Kepatuhan formal adalah suatu keadaan dimana Wajib Pajak memenuhi kewajiban secara formal sesuai dengan undang-undang perpajakan,sebagai contoh dalam hal