6 A. Menstruasi
1. Pengertian menstruasi
Menstruasi ialah perdarahan secara periodik dan siklik dari uterus, disertai pelepasan (deskuamasi) endometrium (Prawirohardjo, 2007). Menstruasi atau haid adalah perubahan fisiologis dalam tubuh perempuan yang terjadi secara berkala dan dipengaruhi oleh hormon reproduksi. Periode ini penting dalam reproduksi. Pada manusia, hal ini bisa terjadi setiap bulan antara usia pubertas dan menopause (Fitria, 2007).
Siklus haid ialah jarak antara tanggal mulainya haid yang lalu dan mulainya haid berikutnya. Hari mulainya perdarahan dinamakan hari pertama siklus. Karena jam mulainya haid tidak diperhitungkan dan tepatnya waktu keluar haid dari ostium uteri eksternum tidak dapat diketahui, maka panjang siklus mengandung kesalahan kurang lebih 1 hari. Panjang siklus haid yang normal atau dianggap sebagai siklus haid yang klasik ialah 28 hari. Panjang siklus dipengaruhi oleh seseorang. Rata-rata panjang siklus haid pada gadis 12 tahun ialah 25,1 hari, pada wanita usia 43 tahun 27,1 hari, dan pada wanita usia 55 tahun 51,9 hari. Jadi, sebenarnya panjang siklus haid 28 hari itu tidak sering dijumpai (Prawirohardjo, 2007). Dan hanya 10-15 % perempuan memeliki siklus 28 hari (Fitria, 2007).
2. Mekanisme Terjadinya Perdarahan Haid
Hendrik (2006) mengatakan ditinjau dari segi medis mekanisme perdarahan haid dari seorang perempuan ini terjadi selama lebih kurang satu minggu, diakibatkan oleh pengaruh aktivitas hormonal tubuh dan dapat disertai dengan timbulnya beberapa keluhan yang menyertainya, yaitu keputihan, perasaan nyeri atau panas (terutama di sekitar perut bagian tengah-bawah dan kemaluan), ketidakstabilan emosi, lemas, tidak bergairah, dan penambahan atau penurunan nafsu makan.
Mekanisme terjadinya perdarahan haid secara medis belum diketahui seluruhnya, tetapi ada beberapa faktor yang memainkan peranan penting dalam terjadinya proses perdarahan haid tersebut, yaitu faktor-faktor enzim, pembuluh darah, hormon prostaglandin, dan hormon-hormon seks steroid (estrogen dan progesteron). Mekanisme terjadinya perdarahan haid secara singkat dapat dijelaskan melalui proses-proses yang terjadi dalam satu siklus haid yang terdiri atas empat fase, yaitu: a. Fase proliferasi
Dinamakan juga fase folikuler, yaitu suatu fase yang menunjukan waktu (masa) ketika ovarium beraktivitas membentuk dan mematangkan folikel-folikelnya serta uterus beraktivitas menumbuhkan lapisan endometriumnya yang mulai pulih dan dibentuk pada fase regenerasi atau pasca haid. Pada siklus haid klasik, fase proliferasi berlangsung setelah perdarahan haid berakhir, dimulai pada hari ke-5 sampai 14 (terjadinya proses ovulasi). Fase proliferasi ini berguna untuk menumbuhkan lapisan endometroium uteri agar siap menerima sel ovum yang telah dibuahi oleh sel sperma, sebagai persiapan terhadap terjadinya proses kehamilan.
b. Fase luteal
Dinamakan juga fase sekresi atau fase prahaid, yaitu suatu fase yang menunjukan waktu ketika ovarium beraktivitas membentuk korpus luteum dari sisa-sisa folikel-folikel matangnya (folikel de Graaf) yang sudah mengeluarkan sel ovumnya pada saat terjadinya ovulasi dan menghasilkan hormone progesterone yang akan digunakan sebagai penunjang lapisan endometrium uteri untuk bersiap-siap menerima hasil konsepsi (jika terjadi kehamilan) atau melakukan proses deskuamasi dan penghambatan masuknya sel sperma (jika tidak terjadi kehamilan). Pada hari ke-14 (setelah terjadinya proses ovulasi) sampai hari ke-28, berlangsung fase luteal.
c. Fase menstruasi
Dinamakan juga fase deskuamasi atau fase haid, yaitu suatu fase yang menunjukkan waktu (masa) terjadinya proses deskuamasi pada lapisan endometrium uteri disertai pengeluaran darah dari dalam uterus dan dikeluarkan melalui vagina.
d. Fase regenerasi.
Dinamakan juga fase pascahaid, yaitu suatu fase yang menunjukkan waktu (masa) terjadinya proses awal pemulihan dan pembentukan kembali lapisan endometrium uteri setelah mengalami proses deskuamasi sebelumnya. Bersamaan dengan proses regresis atau deskuamasi dan perdarahan haid pada fase menstruasi tersebut, lapisan endometrium uteri juga melepaskan hormon prostaglandin E2 dan F2a yang akan mengakibatkan berkontraksinya lapisan miometrium uteri sehingga banyak pembuluh darah yang terkandung di dalamnya mengalami vasokonstriksi, akhirnya akan membatasi terjadinya proses perdarahan haid yang sedang berlangsung.
3. Beberapa Gejala yang Menyertai Perdarahan Haid
Berikut ini adalah beberapa gejala yang dapat terjadi pada saat masa menstruasi (Hendrik, 2006):
a. Keputihan
Keluhan keputihan dari seorang perempuan menjelang terjadinya haid secara statistik cenderung dapat menyebabkan keadaan daerah kemaluan (terutama vagina, uterus, dan vulva) menjadi mudah terjangkit suatu penyakit dan menularkannya ke tubuhnya sendiri atau ke tubuh orang lain yang melakukan persetubuhan dengannya.
b. Gangguan Alam Perasaan Negatif
Pada fase proliferasi siklus haid terjadi sedikit masalah. Beberapa perempuan mengalami perasaan nyeri di daerah perut bawah (unilateral) ketika proses ovulasi. Nyeri biasanya tidak berat dan
berlangsung maksimal selama sekitar 12 jam, tetapi pada beberapa kasus ditemukan dapat kambuh kembali dan sangat mengganggu. c. Gangguan Fisik
Gejala-gejala fisik dapat berkumpul dalam dua kelompok berikut ini: 1). Gejalagejala yang tampak menjelang dan selama terjadinya proses ovulasi (PMS), meliputi gejala-gejala yang terasa di daerah payudara, berupa rasa penuh di daerah perut dan penambahan nafsu makan; 2). Gejala-gejala yang tampak pada satu atau dua hari menjelang terjadinya proses perdarahan haid, meliputi gejalagejala rasa nyeri dan tidak nyaman di daerah perut, sakit kepala, nyeri pada punggung, lemas, nafsu makan menurun, dan kram haid (tegang daerah perut).
4. Gangguan Haid dan Siklus
Hendrik (2006) mengatakan gangguan haid dan siklus dibagi menjadi :
a. Polimenorea
Polimenorea adalah panjang siklus haid yang memendek dari panjang siklus haid klasik, yaitu kurang dari 21 hari per siklusnya, sementara volume perdarahannya kurang lebih sama atau lebih banyak dari volume perdarahan haid biasanya.
b. Oligemenore
Oligemenorea adalah panjang siklus haid yang memanjang dari
panjang siklus haid klasik, yaitu lebih dari 35 hari per siklusnya. Volume perdarahannya umumnya lebih sedikit dari volume perdarahan haid biasanya. Siklus haid biasanya juga bersifat ovulatoar dengan fase proliferasi yang lebih panjang di banding fase proliferasi siklus haid klasik.
c. Amenorea
Amenorea adalah panjang siklus haid yang memanjang dari panjang siklus haid klasik (oligemenorea) atau tidak terjadinya perdarahan
haid, minimal 3 bulan berturut-turut. Amenorea dibedakan menjadi dua jenis.
1) Amenorea primer
Amenorea primer yaitu tidak terjadinya haid sekalipun pada
perempuan yang mengalami amenorea. 2) Amenorea sekunder
Amenorea sekunder yaitu tidak terjadinya haid yang di selingi dengan perdarahan haid sesekali pada perempuan yang mengalami amenorea.
d. Hipermenorea (Menoragia)
Hipermenorea adalah terjadinya perdarahan haid yang terlalu banyak dari normalnya dan lebih lama dari normalnya (lebih dari 8 hari). e. Hipomenorea
Hipomenorea adalah perdarahan haid yang lebih sedikit dari biasanya tetapi tidak mengganggu fertilitasnya.
Mansjoer (2000) mengatakan beberapa gangguan haid adalah : a. Premenstrual tension (ketegangan prahaid)
Ketegangan pra haid adalah keluhan-keluhan yang biasanya mulai satu minggu sampai beberapa hari sebelum datangnya haid dan menghilang sesudah haid datang walaupun kadang-kadang berlangsung terus sampai haid berhenti.
b. Mastodinia
Mastodinia adalah nyeri pada payudara dan pembesaran payudara
sebelum menstruasi.
c. Mittleschmerz (rasa nyeri pada ovulasi)
Mittleschmerz adalah rasa nyeri saat ovulasi, akibat pecahnya folikel de Graff dapat juga disertai dengan perdarahan/bercak.
d. Dismenore
Dismenore adalah nyeri haid menjelang atau selama haid sampai
Nyeri sering bersamaan dengan rasa mual, sakit kepala, perasaan mau pingsan, lekas marah.
5. Faktor yang mempengaruhi siklus haid
Kusmiran (2011) mengatakan penelitian mengenai factor risiko dari variabilitas siklus menstruasi adalah sebagai berikut:
a. Berat badan.
Berat badan dan perubahan berat badan memengaruhi fungsi menstruasi. Penurunan berat badan akut dan sedang menyebabkan gangguan pada fungsi ovarium, tergantung derajat tekanan pada
ovarium dan lamanya penurunan berat badan. Kondisi patologis
seperti berat badan yang kurang/kurus dan anorexia nervosa yang menyebabkan penurunan berat badan yang berat dapat menimbulkan amenorrhea.
b. Aktivitas fisik.
Tingkat aktivitas fisik yang sedang dan berat dapat membatasi fungsi menstruasi.
c. Stress.
Stress menyebabkan perubahan sistemik dalam tubuh, khususnya sistem persarafan dalam hipotalamus melalui perubahan proklatin atau endogen opiat yang dapat memengaruhi elevasi kortisol basal dan menurunkan hormone lutein (LH) yang menyebabkan amenorrhea. d. Diet.
Diet dapat memengaruhi fungsi menstruasi. Vegetarian berhubungan dengan anovulasi, penurunan respons hormone pituitary, fase folikel yang pendek, tidak normalnya siklus menstruasi (kurang dari 10 kali/tahun). Diet rendah lemak berhubungan dengan panjangnya siklus menstruasi dan periode perdarahan. Diet rendah kalori seperti daging merah dan rendah lemak berhubungan dengan amenorrhea.
e. Paparan lingkungan dan kondisi kerja.
Beban kerja yang berat berhubungan dengan jarak menstruasi yang panjang dibandingkan dengan beban kerja ringan dan sedang.
f. Gangguan endokrin
Adanya penyakit-penyakit endokrin seperti diabetes, hipotiroid, serta
hipertiroid yang berhubungan dengan gangguan menstruasi.
Prevalensi amenorrhea dan oligomenorrhea lebih tinggi pada pasien diabetes. Penyakit polystic ovarium berhubungan dengan obesitas,
resistensi insulin, dan oligomenorrhea. Amenorrhea dan
oligomenorrhea pada perempuan dengan penyakit polystic ovarium berhubungan dengan insensitivitas hormone insulin dan menjadikan perempuan tersebut obesitas. Hipertiroid berhubungan dengan oligomenorrhea dan lebih lanjut menjadi amenorrhea. Hipotiroid berhubungan dengan polymenorrhea dan menorraghia.
g. Gangguan perdarahan
Gangguan perdarahan terbagi menjadi tiga, yaitu: perdarahan yang berlebihan/banyak, perdarahan yang panjang, dan perdarahan yang sering. Dysfungsional Uterin Bleding (DUB) adalah gangguan perdarahan dalam siklus menstruasi yang tidak berhubungan dengan kondisi patologis. DUB meningkat selama proses transisi menopause. h. Penggunaan IUD
KB IUD dan suntikan mempunyai permasalahan atau efek samping. Efek samping yang paling utama adalah gangguan pola haidnya. Pemakai KB IUD, baik “copper T” atau jenis lainnya sering mengalami perubahan pada pola haidnya. Lama haid menjadi lebih panjang (beberapa diantaranya didahului dan diakhiri oleh perdarahan bercak dahulu). Jumlah haid menjadi lebih banyak dan datangnya haid (siklus) menjadi lebih pendek, sehingga seakan-akan haidnya datang 2 kali dalam kurun waktu 1 bulan (30 hari). Panjang siklus bervariasi dari 23 hari atau kurang untuk siklus pendek dan lebih dari 35 hari untuk siklus panjang (Hartanto, 2003).
i. Usia
Usia adalah Lamanya kehidupan seseorang dihitung sejak tahun lahir sampai tahun saat dilakukan penelitian dihitung dengan angka tahun. Sudah merupakan hukum alam bahwa setiap makhluk di dunia ini mengalami proses penuaan. Pada manusia proses penuaan itu sebenarnya terjadi sejak manusia dilahirkan dan berlangsung terus sampai mati. Berbeda dengan kaum pria, proses penuaan pada wanita berlangsung lebih “dramatis”, terutama karena adanya proses reproduksi dalam kehidupannya.
Menopause merupakan salah satu fase dari kehidupan normal seorang wanita. Pada masa menopause kapasitas reproduksi seorang wanita berhenti. Ovarium tidak lagi berfungsi, produksi hormon steroid dan peptida berangsur-angsur hilang dan terjadi sejumlah perubahan fisiologik. Sebagian disebabkan oleh berhentinya fungsi ovarium dan sebagian lagi disebabkan oleh proses penuaan. Banyak wanita yang mengalami gejala dan keluhan akibat perubahan tersebut di atas. Gejala dan keluhan tersebut biasanya berangsur-angsur menghilang.Walaupun tidak menyebabkan kematian,namun menimbulkan rasa tidak nyaman dan kadang-kadang menyebabkan gangguan dalam pekerjaan sehari-hari.
Perubahan lain yang terjadi pada wanita menopause adalah perubahan yang terjadi pada sistem skeletal (tulang) dan kardiovaskular berupa osteoporesis dan penyakit jantung dan pembuluh darah. Keadaan ini merupakan salah satu hal yang harus ditanggulangi dalam program asuhan kesehatan wanita Setelah kurang lebih 30 tahun lamanya indung telur berfungsi menghasilkan telur dan hormon-hormonnya terutama estrogen dan progesteron, maka pada usia sekitar 40-49 tahun fungsinya akan menurun. Berkurangnya fungsi indung telur tersebut berlangsung secara berangsur-angsur antara 4-5 tahun. Pada masa ini, indung telur tidak peka lagi terhadap rangsangan dari otak, sehingga telur tidak dapat berkembang lagi
hingga matang. Dengan demikian jarang terjadi ovulasi (pengeluaran telur) dan akhirnya berhenti. Indung telur sendiri mengecil dan beratnya berkurang. Produksi hormon wanita (estrogen) makin lama makin berkurang sehingga haidpun menjadi tidak teratur dan akhirnya berhenti.
B. Keluarga Berencana
1. Pengertian Keluarga Berencana (KB)
Program KB adalah suatu program yang dimaksudkan untuk membantu para pasangan dan per orangan dalam mencapai tujuan reproduksi, mencegah kehamilan yang tidak diinginkan dan mengurangi insiden kehamilan berisiko tinggi, kesakitan dan kematian, membuat pelayanan yang bermutu, terjangkau, diterima dan mudah diperoleh bagi semua orang yang membutuhkan, meningkatkan mutu nasehat, komunikasi, edukasi, konseling dan pelayanan, meningkatkan partisipasi dan tanggung jawab pria dalam praktek KB, dan meningkatkan pemberian Air Susu Ibu (ASI) untuk penjarangan kehamilan (BKKBN, 2006).
KB adalah merupakan salah satu usaha untuk mencapai kesejahteraan dengan jalan memberikan nasehat perkawinan,pengobatan kemandulan dan penjarangan kelahiran (Depkes RI, 1999). KB adalah tindakan yang membantu individu atau pasangan suami istri untuk menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran yang memang diinginkan, mengatur interval diantara kelahiran (Hartanto, 2004).
Paradigma baru program KB adalah menekankan pentingnya upaya menghormati hak-hak reproduksi, sebagai upaya integral dalam meningkatkan kualitas keluarga. Visi tersebut dijabarkan ke dalam 6 (enam) misi, yaitu: 1) memberdayakan masyarakat untuk membangun keluarga kecil berkualitas, 2) menggalang kemitraan dalam peningkatan kesejahteraan, kemandirian, dan ketahanan keluarga, 3) meningkatkan
kualitas pelayanan KB dan kesehatan reproduksi, dan 4) meningkatkan promosi, perlindungan dan upaya mewujudkan hak-hak reproduksi. 1. Meningkatkan upaya pemberdayaan perempuan untuk mewujudkan
kesetaraan dan keadilan jender melalui program KB
2. Mempersiapkan SDM berkualitas sejak pembuahan dalam kandungan sampai dengan usia lanjut (Saifuddin, 2006).
2. Tujuan Keluarga Berencana (KB)
Kebijakan Keluarga Berencana (KB) bertujuan untuk mengendalikan pertumbuhan penduduk melalui usaha penurunan tingkat kelahiran. Kebijakan KB ini bersama-sama dengan usaha-usaha pembangunan yang lain selanjutnya akan meningkatkan kesejahteraan keluarga. Upaya menurunkan tingkat kelahiran dilakukan dengan mengajak pasangan usia subur (PUS) untuk berkeluarga berencana. Sementara itu penduduk yang belum memasuki usia subur (Pra-PUS) diberikan pemahaman dan pengertian mengenai keluarga berencana. Untuk menunjang dan mempercepat pencapaian tujuan pembangunan KB telah ditetapkan beberapa kebijakan, yaitu perluasan jangkauan, pembinaan terhadap peserta KB agar secara terus menerus memakai alat kontrasepsi, pelembagaan dan pembudayaan NKKBS serta peningkatan keterpaduan pelaksanaan keluarga berencana.
Hartanto (2004) menyatakan bahwa untuk mencapai tujuan KB yaitu mewujudkan Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera (NKKBS) penggarapan KB diarahkan pada dua bentuk sasaran, yaitu : 1) sasaran langsung, yakni Pasangan Usia Subur (PUS) usia 15 – 49 tahun, dengan jalan mereka secara bertahap menjadi peserta KB yang aktif lestari, sehingga memberi efek langsung penurunan fertilitas dan 2) sasaran tidak langsung, yaitu organisasi-organisasi, lembaga-lembaga kemasyarakatan, instansi-instansi pemerintah maupun swasta, tokoh-tokoh masyarakat (alim ulama, wanita dan pemuda) yang diharapkan dapat memberikan dukungannya dalam pelembagaan NKKBS.
3. Visi dan Misi Keluarga Berencana (KB)
Visi KB berdasarkan paradigma baru program Keluarga Berencana Nasional adalah untuk mewujudkan ”Keluarga berkualitas tahun 2015”. Keluarga yang berkualitas adalah keluarga yang sehat, maju, mandiri, memiliki jumlah anak yang ideal, berwawasan kedepan, bertanggungjawab, harmonis dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Visi “Keluarga berkualitas 2015″ dijabarkan dalam salah satu misinya kedalam peningkatan kualitas pelayanan Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi (BKKBN, 2007).
4. Manfaat Keluarga Berencana (KB)
Adapun manfaat dari program KB (Mochtar,2002) adalah : a. Untuk kepentingan orang tua
Orang tua (ayah dan ibu) yang paling bertanggung jawab atas keselamatan dirinya dan keluarganya (anak-anak), karena itu orang tua haruslah sadar akan batas-batas kemampuannya selama masa baktinya dalam memenuhi kebutuhan anak-anaknya sampai menjadi orang yang berguna. Walaupun manusia dapat mengharapkan pertolongan dan rezeki dari Tuhan Yang Maha Esa, namun mereka sebagai makhluk insan diberi akal, ilmu dan pikiran sehat, karena itu mereka wajib memakai akal, ilmu dan pikiran sehat tersebut untuk mendapatkan jalan dan hidup yang sehat pula supaya jangan berbuat lebih dari kemampuan yang ada demi terciptanya keselamatan keluarga dan terbentuklah keluarga yang bahagia.
b. Untuk kepentingan anak-anak
Anak adalah amanah dan karunia Tuhan yang harus dijunjung tinggi sebagai pemberian yang tidak ternilai harganya. Mengatur kelahiran merupakan salah satu cara dalam menghargai kepentingan anak. Orang tua mempunyai persiapan yang matang agar dapat memberikan kehidupan yang baik kepada anak-anaknya agar mereka kelak menjadi anggota masyarakat yang berguna bagi orang tua dan bangsa.
c. Untuk kepentingan masyarakat
Keluarga merupakan kumpulan terpadu dari satu komunitas atau masyarakat. Kepentingan masyarakat meminta agar setiap orang tua sebagai kepala keluarga memelihara dengan baik keluarga dan anak-anaknya agar dapat membantu terlaksananya kesejahteraan seluruh komunitas sehingga secara makro telah ikut memelihara keseimbangan penduduk dan pelaksanaan pembangunan nasional. Tanpa bantuan kesungguhan keluarga-keluarga dalam menekan pertambahan penduduk dengan cepat, pembangunan tidak akan berarti. Orang tua yang menentukan jumlah anak yang ingin mereka miliki sesuai dengan kemampuannya dan tidak melupakan tanggung jawab terhadap anak-anak yang telah dilahirkan, tanggung jawab terhadap masyarakat dan negara di mana mereka hidup dan berbakti.
C. Metode KB / Kontrasepsi 1. Pengertian Kontrasepsi
Kontrasepsi berasal dari kata kontra berarti mencegah atau melawan. Sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur (sel wanita) yang matang dan sel sperma (sel pria) yang mengakibatkan kehamilan. Jadi kontrasepsi adalah menghindari / mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan sel telur yang matang dengan sel sperma tersebut. Dalam menggunakan kontrasepsi, keluarga pada umumnya mempunyai perencanaan atau tujuan yang ingin dicapai. Tujuan tersebut diklasifikasikan dalam tiga kategori, yaitu menunda / mencegah kehamilan, menjarangkan kehamilan, serta menghentikan / mengakhiri kehamilan atau kesuburan.
Menurut Imbarwati (2009) cara kerja kontrasepsi bermacam macam tetapi pada umumnya yaitu mengusahakan agar tidak terjadi ovulasi, melumpuhkan sperma, dan menghalangi pertemuan sel telur dengan sperma.
2. Macam-macam Metode KB / Alat Kontrasepsi a. Kontrasepsi hormonal
1) Kontrasepsi Suntik
Everett (2007) menyatakan bahwa kontrasepsi suntik menyebabkan lendir servik mengental sehingga menghentikan daya tembus sperma, mengubah endometium menjadi tidak cocok untuk implantasi dan mengurangi fungsi tuba falopii. Namun fungsi utama kontrasepsi suntik dalam mencegah kehamilan adalah menekan ovulasi.
Terdapat beberapa indikasi dari pemakaian kontrasepsi suntik, yakni : usia reproduksi, telah memiliki anak ataupun belum memiliki anak, ingin mendapatkan kontrasepsi dengan efektifitas tinggi, menyusui dan membutuhkan kontrasepsi yang sesuai, setelah melahirkan dan tidak menyusui, setelah abortus atau keguguran, telah banyak anak, tetapi belum menghendaki tubektomi, perokok, tekanan darah < 180/110 mmHg, dengan masalah gangguan pembekuan darah atau anemia bulan sabit, menggunakan obat untuk epilepsi (fenitoin dan barbiturat) atau obat tuberkulosis (rifampisin), tidak dapat memakai kontrasepsi yang mengandung estrogen, sering lupa mengunakan pil kontrasepsi, anemia defisiensi besi dan mendekati menopause yang tidak mau atau tidak boleh menggunakan pil kontrasepsi kombinasi (Sarwono, 2003).
Kotraindikasi dari penggunaan alat kontrasepsi suntik antara lain : hamil atau diduga hamil, perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya, tidak dapat menerima terjadinya gangguan haid terutama amenorea, diabetes mellitus disertai komplikasi dan menderita kanker payudara atau riwayat kanker payudara (Sarwono, 2003).
Mekanisme KB suntik secara umum dapat dibagi menjadi 2 (dua), yaitu :
a) Primer : mencegah ovulasi
Kadar Folikel Stimulating Hormon (FSH) dan Lutheinizing Hormon (LH) menurun dan tidak terjadi sentakan LH (LH surge). Respons kelenjar hypophyse terhadap gonadotropin -releasing hormone eksogenus tidak berubah, sehingga member kesan proses terjadi di hipotalamus dari pada di kelenjar hypophyse. Ini berbeda dengan POK yang tampaknya menghambat ovulasi melalui efek langsung pada kelenjar hypophyse. Penggunaan kontrasepsi suntikan tidak menyebabkan keadaan hipo-estrogenik.
Pada pemakaian DMPA, endometrium menjadi dangkal dan artofis dengan kelenjar-kelenjar yang tidak katif. Sering stroma menjadi oedematous. Dengan pemakaian jangka lama, endometrium dapat sedemikian sedikitnya, sehingga tidak didapatkan atau hanya didapat sedikit sekali jaringan bila dilakukan biopsy. Tetapi perubahan-perubahan tersebut akan kembali menjadi normal dalam waktu 90 hari setelah suntikan DMPA yang terakhir.
b) Sekunder
a. Lendir serviks menjadi lebih kental dan sedikit, sehingga merupakan barier terhadap spermatozoa
b. Membuat endometrium menjadi kurang baik/layak untuk implantasi dari ovum yang telah dibuahi
c. Mungkin mempengaruhi kecepatan transport ovum di dalam tuba fallopii (Hanafi, 2004).
Keuntungan yang di dapat pengguna dari pemakaian alat kontrasepsi suntik adalah : sangat efektif, pencegahan kehamilan jangka panjang, tidak berpengaruh pada hubungan suami istri, tidak mengandung estrogen sehingga tidak berdampak serius terhadap penyakit jantung, dan gangguan pembekuan darah, tidak memiliki pengaruh terhadap ASI, sedikit efek samping, klien tidak
perlu menyimpan obat suntik, dapat digunakan oleh perempuan usia > 35 tahun sampai perimenopause, membantu mencegah kanker endometrium dan kehamilan ektopik, menurunkan kejadian penyakit jinak payudara, mencegah beberapa penyebab penyakit radang panggul dan menurunkan krisis anemia bulan sabit (sickle cell) (Sarwono, 2003).
Kerugian dari penggunaan alat kontrasepsi ini adalah : terjadinya perubahan pada pola haid, klien sangat bergantung pada tempat sarana pelayanan kesehatan, tidak dapat dihentikan sewaktu-waktu sebelum suntikan berikutnya, permasalahan berat badan merupakan efek samping tersering, tidak menjamin perlindungan terhadap penularan infeksi menular seksual, hepatitis B virus, atau infeksi virus HIV, terlambatnya kembali kesuburan bukan karena terjadinya kerusakan atau kelainan pada organ genetalia, melainkan belum habisnya pelepasan obat suntikan dari deponya (tempat suntikan), terjadi perubahan pada lipid serum pada penggunaan jangka panjang, pada penggunaan jangka panjang dapat sedikit menurunkan kepadatan tulang (densitas), pada penggunaan jangka panjang dapat menimbulkan kekeringan vagina, menurunkan libido, gangguan emosi (jarang), sakit kepala, nervosas, jerawat (Sarwono, 2003).
2) Kontrasepsi Pil
Jenis pil kontrasepsi yang beredar di Indonesia sebagian besar adalah jenis pil kombinasi. Secara teoritis dari penggunaan alat kontrasepsi pil pada 100 orang ditermukan angka resiko kegagalan sebesar 0,1 sampai dengan 1,7. Menurut Everett (2007) keuntungan yang didapat dari penggunaan pil kontrasepsi adalah : a) Efektivitasnya tinggi, dapat dipercaya jika dikonsusmsi sesuai
aturannya.
b) Pemakai pil dapat hamil lagi, bilamana dikehendaki kesuburan dapat kembali dengan cepat.
c) Tidak mengganggu kegiatan seksualitas suami istri. d) Siklus haid teratur.
e) dapat menghilangkan keluhan nyeri haid.
f) Untuk pengobatan kemandulan, kadang-kadang dapat dipakai untuk memancing kesuburan.
g) Untuk mengobati wanita dengan perdarahan yang tidak teratur. h) Untuk mengobati perdarahan haid pada wanita usia muda
Kontra indikasi penggunaan pil kontrasepsi adalah tidak dianjurkan bagi wanita hamil, menyusui eksklusif, hepatitis, perdarahan, jantung, stroke, kencing manis, kanker payudara dan wanita yang tidak menggunakan pil setiap hari (Saefudin, 1996). Efek samping ringan yang kemungkinan bisa di derita oleh pengguna adalah berupa mual muntah, pertambahan berat badan, perdarahan tidak teratur, retensi cairan, edema, mastalgia, sakit kepala, timbulnya jerawat, alopesia, dan keluhan ringan lainnya. Keluhan ini berlangsung pada bulan-bulan pertama pemakaian pil. Efek samping berat bagi pengguna pil kontrasepsi adalah dapat terjadi trombo embolisme mungkin karena terjadinya peningkatan aktivitas faktor-faktor pembekuan atau karena pengaruh vaskuler secara langsung. Memungkinkan timbulnhya karsinoma servik uteri.
3) Kontrasepsi Implant
Kontrasepsi implant mekanisme kerjanya adalah menekan ovulasi membuat getah serviks menjadi kental dan membuat endometrium tidak sempat menerima hasil konsepsi. Pada umumnya efek samping yang ditimbulkan implant tidak berbahaya. Efek samping yang paling sering ditemukan adalah gangguan haid yang kejadiannya bervariasi pada setiap pemakaian, seperti pendarahan haid yang banyak atau sedikit, bahkan ada pemakaian yang tidak haid sama sekali. Keadaan ini biasanya terjadi 3 – 6 bulan pertama sesudah beberapa bulan
kemudian. Efek samping lain yang mungkin timbul, tetapi jarang adalah sakit kepala, mual, mulut kering, jerawat, payudara tegang, perubahan selera makan dan perubahan berat badan. keuntungan implant adalah :
a) Efektifitas tinggi setelah dipasang
b) Sistem 6 kapsul memberikan perlindungan untuk 5 tahun. c) Tidak mengandung estrogen
d) Efek kontraseptif segera berakhir setelah implantnya dikeluarkan
e) Implant melepaskan progestin dengan kecepatan rendah dan konstant, sehingga terhindar dari dosis awal yang tinggi. f) Dapat mencegah terjadinya anemia
Kerugian penggunaan kontrasepsi implant adalah :
b) Insersi dan pengeluaran harus dikeluarkan oleh tenaga terlatih. c) Petugas medis memerlukan latihan dan praktek untuk insersi
dan pengangkatan implant. d) Lebih mahal
e) Sering timbul perubahan pola haid
f) Akseptor tidak dapat menghentikan implant sekehendaknya sendiri.
b. Kontrasepsi nonhormonal 1) Kontrasepsi Kondom
Macam-macam kondom menurut Hartono (2003) yaitu : 1) kondom kulit, cirinya : terbuat dari membran usus biri-biri, tidak meregang atau mengkerut, menjalankan panas tubuh sehingga dianggap tidak mengurangi sensitivitas selama senggama. Harga lebih mahal dari jenis lain dan hanya sedikit beredar dipasaran, kondom lateks, paling banyak dipakai, murah dan elastis, dan 3) kondom plastik, paling tipis, juga mengantarkan panas tubuh, lebih mahal dari kondom lateks.
Kegagalan alat kontrasepsi kondom biasanya disebabkan oleh kondom yang bocor atau robek karena pemakaian yang kurang teliti dan tidak mematuhi petunjuk pemakaian. Angka kegagalan adalah berkisar antara 15% - 36%. Sedangkan keuntungan yang dapat diperoleh dari penggunaan alat kontrasepsi kondom adalah melindungi pengguna dari penularan penyakit AIDS dan penyakit kelamin menular lainnya yang ditularkan melalui hubungan seksual, selain itu kondom dapat dibeli bebas di apotik dan toko obat serta mudah penggunaannya. (Sarwono, 2003)
Efek samping yang dapat pengguna alat kontrasepsi kondom adalah dapat tertinggalnya kondom di dalam vagina, terjadinya infeksi ringan dan sejumlah kecil pengguna mengaku alergi terhadap karet (Sarwono, 2003)
2) Kontrasepsi IUD atau Spiral
Berdasarkan bentuknya IUD dapat dibedakan menjadi bentuk terbuka (open device, misalnya : lippes loop, CU-T, Cu-T, marguies, spring cooil, multiload, nova-T, dll) dan bentuk tertutup (closed device, misalnya : ota ring, antigon, grafenberg ring, hall stone, dll). Pada bentuk tertutup bila terjadi dislokasi kedalam rongga perut maka harus dikeluarkan, karena dapat menyebabkan masuknya usus ke dalam lubang atau cincin dan kemudian terjadilah ileus (Sarwono, 2003).
Cara kerja dari alat kontrasepsi IUD adalah sebagai berikut. Menghambat kemampuan sperma masuk ketuba fallopi, mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai kavum uteri, mencegah sperma dan ovum bertemu, membuat sperma sulit masuk ke dalam alat reproduksi perempuan dan mengurangi kemampuan sperma untuk fertilisasi. Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalam uterus, mencegah kehamilan dengan mempengaruhi pergerakan sperma atau implantasi sel telur
yang telah dibuahi dalam dinding rahim, mencegah pelepasan sel telur sehingga tidak akan terjadi pembuahan. Selain itu mengurangi mobilitas sperma agar tidak dapat membuahi sel telur serta mencegah sel telur yang telah dibuahi menempel pada dinding rahim (Sarwono, 2007).
Ada 2 jenis IUD yaitu berisi progesterone dan berisi tembaga berbentuk T. Tingkat efektivitas IUD sangat tinggi untuk mencegah dalam jangka waktu yang lama. Angka kehamilan pengguna IUD berkisar antara 1,5 – 3 per 100 wanita pengguna pada tahun-tahun pertama dan angka ini menjadi lebih rendah lagi untuk tahun-tahun berikutnya (Everett, 2007). Keuntungan yang di dapat pengguna alat kontrasepsi IUD adalah dapat meningkatkan kenyamanan hubungan suami istri karena rasa aman terhadap resiko kehamilan, dapat dipasang segera setelah melahirkan atau keguguran, kesuburan cepat kembali setelah IUD di cabut/dibuka, cocok untuk mencegah kehamilan atu menjarangkan kehamilan dalam jangka panjang, tidak mengganggu hubungan pasutri, tidak terpengaruh dengan “faktor lupa” dari pemakai, tidak ada efek samping hormonal, tidak mengganggu laktasi dan tidak berinteraksi dengan obat-obatan.
Menurut Krisnadi (2002) kontra indikasi penggunaan alat kontrasepsi IUD adalah pada wanita yang mempunyai enfeksi pelvis, wanita yang sedang menderita penyakit hubungan seksual (PHS, AIDS, Genore, Klamidia) atau selama 3 bulan terakhir, wanita dengan banyak patner, wanita dengan kanker mulut rahim atau kanker alat reproduksi lainnya (ovarium, endometrium) dan wanita dengan penyakit trofoblast (mola, kariokasinoma) dan TBC kandungan. Efek samping yang kemungkinan dapat diderita oleh pengguna IUD adalah terjadinya infeksi panggul apabila pemasangan tidak tepat dan dapat terjadi rasa sakit berupa kram perut setelah pemasangan (Hartanto, 2004).
Sarwono (2003) menyatakan bahwa keuntungan yang dapat dirasakan oleh ibu pengguna kontrasepsi IUD antara lain adalah : 1) efektifitasnya tinggi. 0,6 – 0,8 kehamilan per 100 perempuan yang menggunakan IUD 1) kegagalan dalam 125 – 170 kehamilan), 2) akan segera efektif begitu terpasang di rahim, 3) tidak perlu mengingat-ngingat ataupun melakukan kunjungan ulang untuk suntik, 4) tidak mempengaruhi hubungan seksual dan dapat meningkatkan kenyamanan berhubungan karena tidak perlu takut hamil, tidak ada efek samping hormonal seperti halnya pada alat kontrasepsi hormonal, 5) tidak akan mempengaruhi kualitas dan volume ASI, 6) dapat dipasang segera setelah melahirkan atau sesudah abortus dengan catatan tidak terjadi infeksi. Efek samping dari penggunaan IUD, diantaranya : 1) perubahan siklus haid pada 3 bulan pertama, dan akan berkurang setelah 3 bulan, 2) haid akan lebih lama dan lebih banyak, dan 3) kadang-kadang terjadi pendarahan (spotting) diantara masa menstruasi.
D. Kerangka Teori
Gambar 2.1 Kerangka teori
Sumber : Hartanto (2004), Krisnadi (2002), Faktor-faktor yang
mempengaruhi siklus menstruasi: a. Berat badan.
b. Aktivitas fisik. c. Stress.
d. Diet.
e. Paparan lingkungan dan kondisi kerja.
f. Gangguan endokrin g. Gangguan perdarahan h. Penggunaan IUD