BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. TINJAUAN TEORI
1. Kehamilan
Proses kehamilan merupakan matarantai yang bersinambung dan terdiri dar: ovulasi, migrasi spermatozoa dan ovum, konsepsi dan pertumbuhan zigot, nidasi (implantasi) pada uterus, pembentukan plasenta, dan tumbuh kembang hasil konsepsi sampai aterm (Manuaba, 2010; h, 75) sedangkan menurut teori (Sarwono, 2009; h. 213) menjelaskan bahwa kehamilan merupakan fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Jadi dapat disimplukan dari penegtrian diatas yaitu bahwa kehamilan merupakan hasil dari pertemuan spermatozoa dan ovum yang akan bertumbuh kembang menjadi janin sampai dengan umur kehamilan aterm.
a. Ovulasi
diakui dengan protrusi dari permukaan korteks ovarium dan pecahnya folikel dengan ekstrusinya oosit yang ditempeli oleh cumulus ooforus. b. Spermatozoa.
Proses pembentukan spermatozoa merupakan proses yang kompleks. Spermatogonium berasal dari sel primitive tubulus, menjadi spermatosit pertama, menjadi spermatosit kedua, menjadi spermatisod, akhirnya spermatozoa. Pertumbuhan spermatozoa dipengaruhi matarantai hormonal yang kompleks dari pancaindera hipotalamus, hipofisis, dan sel interstitial leydig sehingga spermatogonium dapat mengalami proses mitosis. Pada setipa hubungan seksual dikeluarkan sekitar 3 cc sperma yang mengandung 40 sampai 60 juta spermatozoa setiap cc. bentuk spermatozoa seperti kecebong yang terdiri dari kepala, leher dan ekor (Manuaba, 2010; h. 76).
c. Konsepsi.
Pertemuan inti ovum dengan inti spermatozoa disebut dengan konsepsi atau fertilisasi dan membentuk zigot. Proses konsepsi dapat berlangsung seperti uraian dibawah ini. Keseluruhan proses tersebut
merupakan matarantau fertilisasi atau konsepsi (Manuaba, 2010; h. 76).
1) Ovum yang dilepaskan dalam proses ovuasi, diliouti oleh korona radiate, yang mengandung persediaan nutrisi.
2) Pada ovum dijumpai inti dalam bentuk metaphase ditengah sitoplasma yang disebut vitelus.
4) Konsepsi terjadi pada pars ampularis tuba, tempoat yang paling luas yang dindingnya penuh jonjot dan tertutup sel yang mempunyai silia. Ovum mempunyai waktu hidup terlama didalam ampula tuba.
5) Ovum siap dibuahi setelah 12 jam dan hidup selama 48 jam d. Proses Nidasi atau implantasi
Dengan mausknya inti spermatozoa kedalamsitoplma, “vitelus”
membangkitkan kemabli pembelahan dalam inti ovum yang dalam keadaan”metaphase”.Proses pemecahan dan pematanganmengikuti
bentuk anaphase dan “telofase” sehingga pronukleusnya manjadi
“haploid” (Manuaba, 2010; h. 79).
Pada proses nidasi pada hari ke empat hasil konsespsi mencapai stadium blastula yang disebut dengan blastokista, suatu bentuk yang di bagian luarnya adalah trofoblas dan dibagian dalamnya adalah disebut dengan massa iner cell. Trofoblas mempunyai kemampuan untuk menghancurkan dan mencairkan jaringan menemukan endometrium dan masa sekresi, dengan sel-sel desidua. Invasi trofoblas diatur oleh pengaturan kadar HCG. Sinsisiotrofoblas menghasilkan HCG yang akan mengubah sitotrofblas menyekresikan hormone yang noninvasive (Sarwono, 2009; h. 143).
e. Pembentukan plasenta
mas akan tertanam kedalam endometrium. Sel trfoblas menghancurkan endometrium sampai terjadi pembentukan pasenta yang berasal dari primer vili korealis (Manuaba, 2010; h.82).
Menurut (Sarwono, 2009; h. 145) menjelaskan bahwa plasentasi berlangsung sampai 12-18 minggu setelah fertilisasi. Dalam 2 minggu pertama perkembangan hasil konsepsi, trofoblas invasive telah melakukan penetrasi ke pembuluh darah endometrim. 3 minggu pascafertilisasi sirkulasi darah janin dini dapat diidentifikasi dan dimulai pembentukan vili korialis. Plasenta juga memounyai fungsi yaitu pertukaran gas yan terpenting ialah transfer oksigen dan karbondioksida. Saturasi oksigen pada ruang intervili plasenta ialah 90 %, sedangkan tekanan parsial ialah 90 mmHg. Sekalipun tekanan pO2 janin hanya 25 mmHg.
f. Perubahan fisiologis pada kehamilan. 1. Uterus.
Rahim atau uterus yang semula besarnya sejempol atau beratnya 30 gram akan mengakamu hipertofidsn hyperplasia, sehingga menjadi seberat 1000 gram saat akhir kehamilan. Otot rahim mengalami hyperplasia dan hipertrofi menjadi lebih besar, lunak, dan dapat mengikuti pembesara rahim karena pertumbuhan janin (Manuaba, 2010; h. 85).
besarnya rahimdan usia kehamilan penting untuk diketahui karena kemungkinan penyimoangan kehamilan seperti kehamilan kembar, hamil molahidatidosa, hamil dengan hidramnion yang akan teraba lebih besar (Manuaba, 2010; h. 87). Menurut (Sarwono. 2009; h. 134) menjelaskan bahwa dengan diproduksinya hormone steroid oleh ovarium secara klinik akan menginduksi perubahan penting pada uterus, yang melibatkan endometrium dan mukosa servix.
2. Vagina
Vagina dan vulva mengalami peningkatan pembuluh darah karena pengaruh estrogen sehingga tampak makin berwarna merah dan kebiruan (Manuaba, 2010; h. 92).
3. Ovarium
Dengan terjadinya kehamilan, indung telur yang mengandung korpus luteum gravidarum akan meneruskan fungsinya samoai terbentuknya plasenta yang sempurna pada usia kehamilan 16 minggu (Manuaba, 2010; h. 92).
4. Payudara
5. Sirkulasi darah
Peredaran darah ibu dipengaruhi ebberapa factor, antara lain:
1) Meningkatkan kebutuhan sirkulasi darah sehingga dapat memenuhi kebutuhanm perkembangan dan pertumbuhan janin dalam rahim.
2) Terjadi hubungan langsung antara arteri dan vena pada sirkulais retroplasenter.
3) Pengaruh hormone estrogen dan progesterone makin meningkat.
6. Plasenta
Plasenta merupakan akar jamim untuk menghisap nutrisi dari ibu dalam bentuk O₂, asam amino, vitamin, minersl, dsn zat lainnya dan progesterone dan korpus sisa metabolism janin CO₂ (Manuaba, 2010; h. 96).
Beberapa hormone yang dihasilkan oleh plasenta. 1. Korionik gonadotropin
Menurut teori (Sarwono, 2009; h. 166) menjelaskan bahwa plasenta merupakan tempat utama sintesis dan sekresi hCG. hCG ini merupakan suatu glikoprotein yang mempunyai berat molekul 39.000 dalton, terdiri dari 2 subunit alpha dan beta yang masing-masing tidak mempunyai aktivitas biologic kecuali bila dikombinasikan.
Menurut (Manuaba, 2010; h. 96) menjelaskan adapun fungsi-fungsi dari plasenta:
1) Merangsang korpus luteum menjadi korpus luteum gravidarum sehingga dapat tetap mengeluarkan estrogen dan progesterone, dan korpus luteum berfungsi sampai plasenta sempurna.
2) Bersifat khas kehamilan sehingga dapat dipakai sebagai hormontes kehamilan.
3) Puncaknya tercapai pada hari ke-60
4) Setelah persalinan, dalam urine tidak dijumpai. 2. Korionik somatomamotrofin (Manuaba, 2010; h. 96)
1) Hormone untuk metabolisme protein 2) Bersifat laktogenik dan luteotropik 3) Menimbulkan pertumbuhan janin
3. Estrogen plasenta, estrogen plasenta dalam bentuk estradiol, estriol, dan estron. Estrogen plasenta mempunyai fungsi:
1) Pertumbuhan dan perkembangan otot rahim 2) Retensi air dan garam
3) Perkembangan tubulus payudara sebagai persipan ASI
4) Melaksanakan sintesis protein
4. Progesterone, menurut teori (Sarwono, 2009; h. 170) menjelaskan bahwa hormone progesteorn memproduksi steroid selama kehamilan merupakan hasil dari kerja sama antara maternal, plasenta dan janin.
Menurut (Manuaba, 2010; h. 96) menjelaskan bahwa awal kehamilan diproduksi oleh korpus luteum dan plasenta progesterone berfungsi untuk:
1) Penenang otot rahim selama kehamilan 2) Bersama estrogen
3) Menghambant proses pematngan folikel de graaf 4) Menghambat pengeluaran LH
g. Pertumbuhan dan perkembangan janin.
mencakup periode kehidupan mulai minggu ke dua hingga minggu kietujuh pascafertisiasi).
h. Diagnosis kehamilan (Manuaba, 2010; h. 106-109) 1. Tanda dugaan kehamilan
a. Amenore, konsepsi dan nidasi akan menyebabkan tidak terjadi pembentukan folikel de graaf dan ovulasi
b. Mual dan muntah, ini ada pengarungnya dari hormone estrogen menyebabkan pengeluaran asam lambung yang berlebihan.
c. Ngidam, wanita hamil sering mengingikan makanan tertentu d. Pingsan, terjaidnya gangguan sirkulasi kedaerah kepala
menyebabkan iskemia susunan saraf pusat dan menimbulkan pingsan
e. Payudara tegang, pengruh dari estrogen dan progesterone dan somatomamotrofin menimbulkan deposit lunak, air, dan garam pada payudara.
2. Tanda tidak pasti kehamilan. a) Rahim membesar
b) Pada pemeriksaan dalam, dijumoai tanda hegar, tanda Chadwick
c) Pemeriksaan tes biologis kehamilan positiif 3. Tnda pasti kehamilan.
Sedangkan menurut teori (Sarwono. 2009; h. 213) menjelaskan bahwa untuk menegakkan diagnose kehamilan kita perlu melakukan uji hormonal kehamilan, dan memahami adanya perubahan anatomic dan fisiologis pada kehamilan,
i. Jadwal pemeriksaan antenatal care (Manuaba, 2010; h. 114) 1. Trimester I dan II
a) Setiap bulan sekali
b) Diambil data tentang leboratorium c) Pemeriksaan USG
d) Nasihat tentang diet empat sehat lima sempurna tambahan protein 0,5 g/kg
e) Observasi adanya penyakit yang dapat mempengaruhi kehamilan, komplikasi kehmilan
f) Rencana untuk pengobatan penyakitnya menghindari terjadinya komplikasi kehamilan dan imunisasi tetanus
2. Trimester III
a) Setiap dua minggu sekali sampai ada tanda kelahiran b) Evaluasi data laboratorium untuk melihat hasil pengobatan c) Diet empat sehat lima sempurna
d) Pemeriksaan USG e) Imunisasi tetanus II
f) Observasi adanya penyakit yang dapat mempengaruhi kehamilan, komplikasi kehmilan TM 3
g) Rencana pengobatan
Menurut (Sarwono, 2009; h. 98) menjelaskan untuk jadual kunjungan ulang:
1. Kunjungan I (16 minggu dilakukan untuk): a. Penapisan dan pengobatan anemia. b. Perencanaan persalinan.
c. Pengenalan komplikasi akibat kehamilan dan pengobatannya.
2. Kunjungan II ( 24-28 minggu ) dan kunjungan III (32 minggu) , dilakukan untuk:
a. Pengenalan komplikasi akibat kehamilan dan pengobatannya.
b. Penapisan preeklamsia, gamely, infeksi alat reproduksi dan saluran perkemihan, MAP.
c. Mengulang perencanaan persalinan. 3. Kunjungan IV (36 minggu sampai lahir).
a. Sama seperti kegiatan kunjungan II dan III b. Mengenali adanya kelainan letak dan presentasi c. Memantapkan rencana persalinan
d. Mengenali tanda-tanda persalinan. j. Deteksi dini terhadap komplikasi
1. Perdarahan pervaginam masa hamil muda. a. Abortus
1. Pengertian
tersebut berusia 22 minggu atau biuh kehamilan belum mampu hidup diluar kandungan (Manuaba. 2010; h. 120). Sedangkan menurut (Varney. 2007; h. 604) menjelaskan bahwa abrtus merupakan proses pengeluaran hasil konsepsi secara paksa sebelum janin mampu.
2.1 Abortus spontan adalah abortus terjadi secara alamiah tanpa intervensi luar (buatan) untuk mengahiri kehamilan tersebut (Manuaba. 2010; h. 121). Sedangkan (Varney. 2007; h. 604) menjelaskan bahwa abrtus spontan adalah pengeluaran hasil konsespsi secara paksa dalam umur kehamilan hingga 20 minggu ata berat janin 500 gram.
3.1 Abortus buatan abortus yang terjadi akibat intervensi tertentu yang bertujuan untuk mengakhiri proses kehamilan.
2. Jenis Abortus a) Abortus Iminen
menurut (Varney. 2007; h. 605) menjelaskan bahwa abortus iminen dapat disertai nyeri akibat kram pada abdomen bawah atau nyeri pada punggung bawah, tetapi bisa juga tidak.
b) Abortus Insipiens
Abortus didiagnosa apabila pada wanita hamil ditemukan perdarahan banyak, kadang-kadang keluar gumpalan darah disertai nyeri karena kontraksi Rahim kuat dan ditemukan adanya dilatasi serviks sehingga jari pemeriksa dapat masuk dan ketuban dapat diraba.kadang-kadang perdarahan dapat menyebabkan kematian bagi ibu dan jaringan yang tertinggal dapat menyebabkan infeksi sehingga evakuasi harus segera dilakukan (Manuaba. 2010; h. 122) menjelaskan bahwa abortus insipient terjadi ketika ada pembukaan serviks dan/atau pecah ketuban disertai perdarahan dan nyeri pada abdomen bagian bawah atau pada punggung.
c) Abortus Inkomplit
dianggap sebagai benda asing. oleh Karen itu uterus akan berusaha mengeluarkan dengan mengadakan kontraksi sehingga ibu merasakan nyeri namun tidak sehebat insipiens (Manuaba. 2010; h. 122). Sedangkan teori (Varney. 2007; h. 605) menjelaskan bahwa abortus inkomplit terjadi ketika plasenta tidak keluarkan bersama janin pada saat terjadi.
d) Abortus komplitus
e) Apabila buah kehamilan yang tertahan dalam Rahim selama 8 minggu atau lebih. Sekitar kematian janian kadang-kadang ada oerdarahan pervaginam sedikit sehingga menimbuljan gambaran abortus iminens. f) Missed abortus
Merupakan janin yang sudah meninggal, tetapi hasil konsepsi masih ada didalam rahim selama beberapa jangka waktu yang lebih panjang (dua minggu atau lebih (Varney. 2007;h. 605).
g) Abortus febrilis
Abortus yang disertai rasa nyeri atau febris h) Kehamilan ektopik
Kehamilan ektopik adalah kehmailan yang terjadi diluar Rahim.misalnya dalam tuba, ovarium, rongga perut, serviks, partsinterstisialis, atau dalam tanduk rudiameter Rahim (Manuaba. 2010; h. 123). Sedangkan menurut (Varney. 2007; h. 606) menjelaskan bahwa kehamilan ektopik terjadi setiap saat ketika penanaman blastosit berlangsung dimanapun, kecuali di endometrium yang melapisi rongga uterus.
i) Molahidatidosa
disertai dengan degenerasi hidrofik (Manuaba. 2010; h. 123) sedangkan menurut teori (Varney. 2010; h. 607) menjelaskan bahwa molahidatidosa merupakan kehamilan yang secara genetic tidak normal, yang muncul dalam bentuk keluhan perkembangan plasenta. b. Hiperemesis gravidarum
Hiperemesis gravidarum merupakan mual dan muntah berlebihan selama masa hamil. Muntah ini umum dialami oleh wanita hamil. Hipermesis gravidarum dapat terjadi disetiap trimester, biasanya diawali pada trimester pertama dan menetap selama kehamilan dengan tingkat keparahan bervariasi (Varney. 2007; h. 608)
c. Nyeri perut pada kehamilan.
Nyeri perut kehamilan 22 minggu atau kurang.hal ini mungkin gejala utama pada kehamilan ektopik atau abortus. k. Tanda-tanda bahaya pada kehamilan lanjut
1. Perdarahan pervaginam. 1.1 Batasan
2.1 Jenis-jenis perdarahan antepartum a. Plasenta previa.
1. Pengertian
Adalah plasenta yang berimplantasi rendah sehingga menutupi sebagian/seluruh uteri unternum. (implantasiplasenta yang normal adalah pada dinding depan, dinding belakang Rahim atau didaerah fundus uteri). Sedangkan menurut (Manuaba. 2010;h. 248) menjelaskan bahwa plasenta previa merupakan plasenta dengan implantasi disekitar segmen bawah rahim, sehingga dapat menutupi sebagian ata seluruh ostium uteri internum.
b. Solution plasenta
Menurut (Manuaba, 2010; h. 254) menjelaskan bahwa solusio plasenta adalah terlepasnya plasenta sebelum watunya dengan implantasi normal pada kehamilan trimester ketiga. Sedangkan menurut (Sarwono. 2009; h. 264) menjelaskan bahwa solusio plasenta merupakan peristiwa terlepasnya plasenta yang letaknya normal dari dinding uterus sebelum waktunya.
c. Sakit kepala yang berat
kepala yang menunjukan suatu masalah serius adalah sakit kepala yang menetap dan tidak hilang dengan beristirahat (Manuaba. 2010; h. 123)
2. Masa persalinan.
Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks dan janin turun ke dalam jalan lahir. Persalinan dan kelhiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala, tanpa kolikasi baik ibu maupun janin (Wahyu, Icemi Sukarni. 2013; h. 187). Sedangkan menurut (Manuaba. 2010;h. 164) menjelaskan bahwa persalinan merupakan proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan plasenta) yang telah cukup bulan atau dapat hidup diluar kandungan melalui jalan lahir atau jalan lain. Jadi dapat disimpulkan bahwa persalinan merupakan pengeluaran hasil konsepsi dengan umur kehamilan aterm dengan ditandai dengan adanya penipisan serviks. a. Tanda –tanda persalinan
Menurut (Manuaba. 2010; 169) menjelaskan adanya tanda-tanda perslinan:
1. Kekuatan his makin sering terjadi dan teratur dengan jarak kontraksi yang semakin pendek.
2. Dapat terjadi pengeluaran pembawa tanda (pengeluaran lendir, lendir bercampur darah)
3. Dapat disertai ketuban pecah.
b. Faktor yang mempengaruhi persalinan adalah
Menurut (Wahyu, Icemi Sukarni. 2013; h. 186) menjelaskan tentang factor-faktor yang mempengaruhi persalinan yaitu:
1. Power (tenaga yang mendorong)
a. His adalah kontraksi otot-otot rahim pada persalinan
1) His persalinan yang menyebabkan pebdataran dan pembukaan serviks
2) His pendahuluan tidak berpengaruh terhadap serviks a. Tenaga mengejan:
a) Kontraksi otot-otot dinidng perut
b) Kepala di dasar panggul merangsang mengejan c) Paling efektif saat kontraksi/his.
2. Passage/panggul
a. Bagian-bagian tulang panggul 1. Dua os coxae:
a) Os ischium b) Os pubis c) Os sacrum d) Os iliium 2. Os cossygis
Bagian-bagian pelvis minor Dibagi menjadi 3 bagian: 1. PAP
1) Anterior: crista dan spina pubica
2) Lateral: linea illiopectinea pada oscoxae
3) Posterior: tepi anterior os sacri dan promontorium 2. Cavum pelvis
1) Dinding depan lurus dan dangkal os pubis panjangnya 5 cm
2) Dinding belakang cekung dan dalam. Panjang os sacrum 10-15 cm
3) Os ischium dan sebagian corpus ossis illi terdapat disebelah lateral
3. PBP
1) Anterior: lig arcuatum pubis dan arcus pubis
2) Lateral: tuber ischiadika dan ligamentum sacrotuberosum 3) Posterior: ujung sacrum
1. Persalinan kala I a. Pengertian
yang ditandai oleh perubahan serviks yang progresif dan diakhiri dengan pembukaan lengkap (10 cm).
b. Keadaan psikologis ibu bersalin kala I
Menurut (Wahyu, Icemi Sukarni. 2013; h. 187). Menjelaskan bahwa pada kala I tidak jarang ibu akan mengalami perubahan psikologi:
1) Rasa takut 2) Stress
3) Ketidaknyamanan 4) Cemas
5) Marah-marah dll.
a. Kebutuhan dasar ibu bersalin kala I (Wahyu, icemi sukarni. 2013; h. 187).
1) Kebutuhan akan rasa aman dan nyaman 2) Nutrisi
3) Kebutuhan privasi
4) Kebutuhan dukungan emosional, social danspiritual b. Penyulit kala I (Wahyu, Icemi Sukarni. 2013; h. 187).
1) Partus lama 2) Gawat janin 3) Rupture uteri
c. Tanda bahaya persalinan kala I (Wahyu, Icemi Sukarni. 2013; h. 187).
2. Temperatur >38oC, beri minum banyak, beri antibiotik, rujuk
3. DJJ <100 atau >160 x/menit, posisi ibu miring kekiri, beri oksigen, rehidrasi, bila membaik diteruskan dnegan pantauan partograf, bila tidak membaik rujuk. 4. Kontraksi <2kali dalam 10 menit berlangsung <40detik,
atur ambulasi, perubahan posisi tidur, kosongkan kandung kencing, stimulasi puting susu, memberi nutrisi, jika partograf melebihi garis waspada rujuk. 5. Servik, melewati garis waspada beri hidrasi, rujuk. 6. Cairan anmionitic bercampur mekonium/darah/berbau
beri hidrasi, antibiotika, posisi tidur miring kekiri dan rujuk.
7. Urine, volume sedikit dan kental, beri minum banyak. d. Kemajuan persalinan.
mencakup fase transisi. Pada fase aktif ini kontraksi biasanya muncul setiap dua sampai 3 menit, berlangsung sekitar 60 detik dan mencapai instensitas yang kuat.
2. Persalinan kala II
Menurut (Varney. 2007; h. 751) menjelaskan bahwa persalinan kala II yaitu persalinan dimulai dengan dilatasi lengkap servikx dan diakhiri dengan kelahiran bayi. Sedangkan menurut (Wahyu, Icemi Sukarni. 2013; h. 217) menjelaskan bahwa persalinan kala II yaitu dimulainya dari pembukaan lengkap sampai bayi baru lahir, dari penegertian diatas dapat disimpulkan bahwa persalinan kala II yaitu persalinan dimulainya pembukaan lengkap sampai dengan bayi baru lahir.
1. Perubahan fisiologi/respon fisiologis persalinan kala II (Wahyu, Icemi Sukarni. 2013; h. 187).
a. Respon fisiologis persalinan kala II 1) Sistem cardiovaskuler
a) Kontraksi menurunkan aliran darah mnenuju uterus sehingga jumlah darah dalam sirkulasi ibu meningkat b) Resistensi perifer meningkat sehingga tekanan darah
meningkat
c) Saat mengejan -> cardiac output meningkat 40-50% d) TD sistolik meningkat rata-rata 15 mmHg saat
berkontraksi 2) Respirasi
3) Pengaturan suhu
a) Aktifitas otot yang meningkat menyebabkan sedikit kenaikan suhu
b) Keseimbangan cairan 4) Urinaria
a) Perubahan
1. Ginjal memekatkan urine 2. Berat jenis meningkat 3. Ekskresi protein trace
b) Oenekanan kepala janin menyebabkan tonus vesica kandung kencing menurun
2. Tanda dan gejala persalinan kala II (Wahyu, Icemi Sukarni. 2013; h. 187).
a. Ibu merasakan ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi
b. Ibu merasaka ada peningkatan tekanan pada rektu/vagina c. Perineum menonjol
d. Vulva vagina, spinter ani membuka e. Meningkatnya pengeluaran lendir darah
Sedangkan menurut (Manuaba. 2010; h. 173) menjelaskan bahwa tanda dari persalinan adalah terjadinya his persalinan, pengeluaran lendir dan darah, pengeluaran cairan.
3. Tahap persalinan.
a. His semakin kuat, dengan interval 2-3 menit, dengan durasi 50 sampai 100 detik.
b. Menjelang akhir kala I, ketuban pecah dan ditandai dengan pengeluaran secara mendadak.
c. Ketuban pecah pada pembukaan mendekati lengkap diikuti keinginan mengejan, karena tertkannya pleksus frankenhauser.
d. Kedua kekuatan, his dan mengejan lebih mendorong kepala bayi sehingga terjadi kepala membuka pintu, suboksiput bertindak sebagai hipomoglion berturut-turut lahir ubun-ubun besar, dahi, hidung, dan muka dan kepala seluruhnya.
e. Kepala lahir seluruhnya dan didikuti putaran paksi luar.
f. Setelah terjadi putaran paksi luar langsung melakukan biparietal.
4. Diagnose persalinan kala II.
Menurut (Wahyu, Icemi Sukarni. 2013; h. 220). Diagnosis kala II dapat ditegakan atas dasar hasil pemeriksaan dalam menunjukan pembukaan serviks telah lengkap dan terlihat bagian kepala bayi pada interoitus vagina atau kepala janin sudah tampak di vulva dengan diameter 5-6cm
5. Asuhan persalinan normal kala II
1. Memastikan partus set telah disiapkan dengan lengkap. 2. Memakai APD
5. Melakukan VT untuk memastikan pembukaan lengkap. 6. Memberitahu ibu bahwa pembukaan lengkap
7. Meminta keluarga membantu ibu menyiapkan posisi mengejan 8. Melaksanakan bimbingan meneran saat ada kontraksi.
9. Meletakan handuk / kain bersih diatas perut ibu saat kepala terlihat 5-6 cm didepan vulva.
10. Meletakan underpad dibawah bokong ibu.
11. Membuka partus set dan periksa kelengkapannya. 12. Memakai sarung tangan panjang
13. Setelah nampak didepan vulva 5-6cm, tangan kanan melindungi perineum dan tangan kiri berada diatas vulva untuk menahan kepala bayi agar tidak terjadi defleksi maksimal menganjurkan ibu mengejan perlahan sambil bernafas pendek- pendek.
14. Mengecek lilitan tali pusat.
15. Menunggu kepala bayi putar paksi luar
16. Memegang biparietal menggerakan kepala bayi ke bawah sehingga bahu depan keluar dan menggerakan ke atas untuk melahirkan bahu belakang.
17. Menggeser tangan kanan ke bawah ke arah perineum untuk menyangga kepala lengan dan siku sebelah bawah menggunakan tangan kiri menelusuri dan memegang lengan siku sebelah atas.
tangan memegang kedua mata kaki. 19. Melakukan penilalian sekilas pada bayi
20. Mengeringkan dan memposisikan tubuh bayi diatas perut ibu. 21. Menjepit tali pusat ± 3cm dari umbilicus bayi, lakukan
penjepitan kedua 2 cm dari klem pertama. 22. Memotong dan mengikat tali pusat.
23. Melakukan IMD 1 jam.
24. Menyelimuti bayi dan ibu dengan kain hangat dan memasang topi dikepala bayi.
4. Persalinan kala III a. Pengertian
Menurut (Sarwono. 2009; h. 100) menjelaskan bahwa perslinan kala III dimulai dari segera setelah bayi lahir sampai lahirnya pasenta yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit. 1. His pelepasan uri
2. Tanda pelepasan plasenta
3. Perdarahan dianggap patologis bila melebihi 500CC b. Asuhan pada ibu bersalin kala III
a. Jepit dan gunting tali pusat. b. Menyuntikan oksitoxyn c. Melakukan PTT
d. Masase fundus.
4 point diatas merupakan hal yang penting dalam melakukan persalinan kala III.
c. Asuhan pada ibu bersalin kala IV
Dimulai saat lahirnya plasenta sampai 2 jam pertama postpartum. Observasi yang biasa dilakukan adalah tingkat kesadaran penderita, pemeriksaan TTV, kontaksi uterus, terjadinya perdarahan.
3. Masa nifas
a. Pengertian masa nifas
Masa nifas adalah masa dimulainya bebrapa jam sesuda lahirnya plasenta sampai 6 minggu setelah melahirkan. Masa nifas dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil yang berlangsung kira-kira 6 minggu (Marmi, 201; h. 11) sedangkan menurut (Vivian. 2011; h. 1) menjelaskan bahwa masa nifas dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kebamli seperti semula.
b. Tujuan asuhan masa nifas (Marmi, 2011; h. 11)
1. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologis perkembangan ini antara lain:
b. Mempersiapkan keluarga dan kawan-kawan anak balitanya dengan menanyakan perasaanya terhadap kehadiran anggota yang baru.
c. Mengajarkan pada orang tua untuk menerima perasaan yang ditunjukan oleh anaknya
d. Memperkuat kasih sayang terhadap anaknya.
Sedangkan menurut (Vivian. 2011; h. 2) menjelaskan bahwa tujuan masa nifas adalah :
a. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya.
b. Melaksanakan skrining secara komprehensif. c. Memberikan pendidikan kesehatan diri.
d. Memberikan pendidikan kesehatan mengenai laktasi dan perawatan payudara.
e. Konseling mengenal KB. c. Perubahan fisiologis masa nifas
a. Perubahan sistem reproduksi
1. Sistem reproduksi pada masa kehamilan a. Uterus
Tumbuh membesar primer, maupun sekunder akibat pertumbuhan isi konsepsi intrauterin, estrogen menyebabkan hiperplasi jaringan, progesteron berperan untuk elastisitas atau kelenturan uterus. Taksiran kasar uterus pada perabaan TFU (Marmi, 2011; h.83).
b. Vagina atau vulva
c. Ovarium
Sejak kehamilan 16 minggu, funduk diambil alih oleh plasenta, terutama fungsi produksi progesteron dan estrogen.
2. Sistem reproduksi pada masa nifas a. Involusi uterus.
1. Iskemia miometrium
Disebabkan oleh kontraksi dan retraksi yang terus menerus dari uterus setelah pengeluaran plasenta membuat uterus relative anemia dan menyebabkan serat otot atrofi.
2. Atrofi jaringan
Atrofi jaringan terjadi sebagai reaksi penghentian hormon estrogen saat pelepasan plasenta.
3. Autolysis
Ini merupakan proses penghancuran diri sendiri yang terjadi didalam otot uterine.
4. Efek oksitosin
Ini menyebabkan terjadinya kontraksi dan retaksi otot uterine sehingga akan menekan pembuluh darah yang mengakibatkan berkurannya suplai darah yang mengakibatkan berkurangnya suplai darah ke uterus (Marmi, 2011; h. 85)
b. Involusi tempat plasenta
sebesar telapak tangan.Dengan cepat luka ini mengecil, pada akhir minggu ke-2 hanya sebesar 3-4 cm dan pada akhir nifas 1-2 cm. Penyembuhan luka bekas plasenta khas sekali.Pada permulaan nifas bekas plasenta menggandung banyak pembuluh darah besar yang tersumbat oleh thrombus.Biasanya luka yang demikian sembuh dengan menjadi parut, tetapi luka bekas plasenta tidak meninggalkan parut (Marmi, 2011; h. 85).
c. Perubahan ligamen
Ligamen-ligamen dan diafragma pelvis serta fasia yang meregang sewaktu kehamilan dan partus, setelah janin lahir, berangsur-angsur menciut kembali seperti sedia kala.Tidak jarang ligamentum rotundum menjadi kendor yang mengakibatkan letak uterus menjadi retroflexi.
d. Perubahan pada Serviks
Serviks mengalami involusi bersama-sama uterus. Perubahan –perubahan yang terdapat pada serviks postpartum adalah bentuk serviks yang akan menganga seperti corong. Bentuk ini disebabkan oleh korpus uteri yang dapat mengadakan kontraksi, sedangkan serviks tidak berkontraksi, sehingga seolah-olah pada perbatasan antara korpus dan serviks uteri terbentuk semacam cincin. e. Lochia
sisa cairan. Campuran antara darah dan decidua tersebut dinamakan Lochia, yang biasanya berwarna merah muda atau putih pucat.
Lochia adalah eksresi cairan rahim selama masa nifas dan mempunyai reaksi basah atau alkalis yang dapat membuat organisme berkembang lebih cepat daripada kondisi asam yang ada pada vagina normal (Marmi, 2011; h. 89).
Jenis-jenis lochea:
Tabel 2.1 Tabel Jenis-Jenis Loche
Lokia Waktu Warna Ciri-ciri
Sanguilentra 3-7 hari Putih bercampur merah
Sisa darah bercampur lendir
Serosa 7-9 hari Kuning atau kecoklatan
Lebih sedikit darah dan lebih banyak serum, juga terdiri dari leukosit dan robekan laserasi plasenta
Alba >10 hari Putih Mengandung leukosit, selaput lendir, serviks dan serabut jaringan yang mati
Sumber : Marmi, 2011; h. 89.
f. Perubahan pada vulva, vagina dan perineum
g. Tanda dan gejala depresi post partum 1. Perasaan sedih dan kecewa 2. Sering menangis
3. Merasa gelisah dan cemas
4. Kehilangan ketertarikan terhadap hal-hal yang menyenangkan
5. Nafsu makanb menurunkan
6. Kehilangan energi dan motivasi untuk melakukan sesuatu
7. Tidak bisa tidur. d. Identifikasi diagnosis
Setiap ibu dan keluarga mengantisipasi perawatan postpartum dirumah, karenanya mereka akan memiliki respons yang unik. Setelah menganalisis data dengan cermat, bidan dapat menegakkan diagnosis berdasarkan data, yang akan menjadi pedoman bidan dalam menerapkan tindakan. Diagnosis yang relevan untuk ibu postpartum yang dirawat dirumah adalah sebagai berikut.
1. Kurangnya pengetahuan tentang tanda-tanda komplikasi 2. Pengetahuan yang tidak adekuat mengenai menyususi
yang efektif
3. Keletihan yang berhubungan dengan kurangnya istirahat. 4. Kurangnya pengetahuan/ketrampilan dan harapan yang
e. Tahapan masa nifas
Menurut (Vivian. 2011; h. 4) menjelaskan bahwa beberapa tahapan masa nifas yaitu:
1. Puerpuerium dini : kepulihan dimana ibu diperbolehkan berdiri dan berjalan, serta menjalankan aktivitas layaknya wanita normal lainnya.
2. Puerpuerium intermediate : suatu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya sekitar 6-8 minggu. 3. Puerpuerium remote : waktu yang diperlukan untuk pulih
dan sehat sempurna terutama apabila selama hamil atau persalinan mempunyai komplikasi.
f. Program nasional masa nifas.
Kunjungan masa nifas dijelaskan oleh dua teori yaitu menurut teori (Vivian. 2011; h. 4-5 (Sarwono. 2009; h. 123) yaitu:
Tabel 2.2 Program Nasional Masa Nifas
Kunjungan Waktu Tujuan
1. 6-8 jam perdarahan : rujuk bila perdarahan berlanjut. 3. Mendeteksi konseling pada ibu atau salah
satu anggota keluarga bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri. 4. Pemberian ASI awal.
5. Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir.
6. Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermi.
Catatan : petugas kesehatan menolong persalinan, ia harus tinggal dengan ibu dan bayi baru lahir untuk 2 jam pertama setelah kelahiran, atau sampai ibu dan bayi dalam keadaan stabil. 2. 6 hari setelah
persalinan.
1. Memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus berkontraksi, fundus di bawah umbilicus, tidak ada perdarahan abnormal, tidak ada bau.
Kunjungan Waktu Tujuan
3. Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan, cairan dan istirahat.
4. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperhatikam tanda-tanda penyulit. Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan
pada bayi dan tali pusat serta menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari. 3. 2 minggu
setelah persalinan
1. Memastikan rahim sudah kemabli normal dengan mengukur dan meraba bagian rahim.
4. 6 minggu setelah persalinan.
1. Menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang ia atay bayi alami.
2. Memberikan konseling untuk KB secara dini.
Sumber: Sarwono. 2009; h. 123
1. Bayi Baru Lahir
a. Pengertian
Menurut teori (Jeny J.S sondakh. 2009; h. 150) menjelaskan bahwa ada beberapa pengertian tentang bayi baru lahir yaitu:
a. Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir pada usia kehamilan 37-42 minggu dengan berat lahir antara 2500-4000 gram.
b. Bayi lahir normal adalah bayi yang lahir cukup bulan, 38-42 minggu dengan berat badan sekitar 2500-3000 gr dan panjang badan sekitar 50-55 cm.
b. Penanganan bayi baru lahir.
Menurut teori (Sarwono. 2009; h. 133) menjelaskan bahwa adapun tujuan-tujuan utama perawatan bayi baru lahir segera sesudah lahir, ialah:
1. Membersihkan jalan nafas.
2. Memotong dan merawat tali pusat. 3. Mempertahankan suhu tunuh bayi. 4. Identifikasi.
Pembersihan jalan nafas, perawatan tali pusat, perawatan mata, dan identifikasi adalah rutin segera dilakukan, kecuali bayi dalam keadaan krisis dan dokter memberi instruksi khusus.
c. Bayi baru lahir
1. Berat badan lahir bayi antara 2500-4000 gr 2. Panjang badan bayi 48-50 cm.
3. Lingkar dada 32-34 cm 4. Lingkar kepala bayi 33-35 cm
5. Bunyi jantung dalam menit pertama ± 180 x/menit, kemudian turun sampai 140-120 x/menit pada saat bayi berumur 30 menit.
6. Pernafasan cepat pada menit-menit pertama. Kira-kira 80 x/menit. Disertai pernapasan cuping hidung, retraksi suprasternal dan interkostal, serta rintihan hanya berlangsung 10-15 menit. 7. Kulit kemerahan dan licin karena jaringan subkutan cukup
terbentuk dan dilapisi verniks kaseosa.
8. Rambut lanugo telah hilang, rambut kepala tumbuh baik. 9. Kuku telah agak panjang dan lemas.
10. Genetalia: testis sudah turun (pada bayi laki-laki) dan labia mayora menutupi labia moniora (pada bayi perembpuan. 11. Refelks isap, menelan, dan moro telah terbentuk
12. Eliminasi, urin dan mekonium normalnya keluar pada 24 jam pertama. Mekonium memiliki karakteristik hitam kehijauan dan lengket.
d. Bayi akan kehilangan panas melalui empat mekanisme:
Menurut (Sarwono. 2009; h. 135) menjelaskan bahwa bayi akan kehilangan panas melalui 4 mekanisme yaitu:
3. Radiasi 4. Evaporasi
e. Faktor-faktor yang mempercepat kehilangan panas pada bayi baru lahir:
1. Daerah permukaan tubuh bayi yang luas 2. Tingkat insulasi lemak subkutan berbeda-beda 3. Derajat fleksi otot
f. Penilaian nilai APGAR
Menurut (Jeny J.S Sondakh. 2009; h. 158) menjelaskan bahwa untuk penilaian nilai APGAR adalah sebagai berikut.
Tabel 2.3 Penilaian Nilai APGAR
0 1 2
Appearance (warna kulit) Pucat Badan merah, ekstermitas biru
Seluruh tubuh kemerah-merahan Pulse rate (frekuensi nadi) Tidak ada Kurang dari 100 Lebih dari 100 Grimace (reaksi rangsang) Tidak ada Sedikit gerakan Batuk/bersin Activity (tonus otot) Tidak ada Ekstermitas dalam
sedikit fleksi
Gerakan aktif.
Respiration (pernafasan) Tidak ada Lemah/ tidak teratur Baik/menangis
Sumber : (Jeny J.S Sondakh. 2009; h. 158)
g. Member vitamin K
Kejadian perdarahan karena defisiensi vitamin K pada bayi baru lahir dilaporkan cukup tinggi. Untuk mencegah terjaidnya perdarahan tersebut semua bayi baru lahir normal dan cukup bulan perlu diberi vitamin K parenteral dengan dosis 0,5 mg IM
h. Salep mata
6. Masa antara KB
Setelah ibu melahirkan akan mengalami masa antara yaitu akan beralih menjadi masa reproduksi, sehingga pada masa ini organ reprouksi wanita akan bekerja seperti semula kembali. Oleh karena itu diperlukannya alat kontrasepsi, alat kontrasespsi ini bertujuan untuk mengatur jarak kehamilan dengan kehamilan sebelumnya.
1. Alat kontrasepsi
Keluarga sebagai unit terkecil kehidupan bangsa diharapkan menerima norma keluarga kecil bahagia dan sejahtera (NKKBS) yang berorientasi pada “cara warga” atau zero population growth
(pertumbuhan seimbang) (Manuaba. 2010; h. 591). a. Metode keluarga berencana
Dalam melakukan pemilihan metode kontrasepsi perlu diperhatikan ketetapan bahwa makin rendah pendidikan masyarakat, masyarakat semakin efektif metode kb yang dianjurkan yaitu kontap, suntik kb, susuk kb atau AKBK (alat susuk bawah kulit), AKDR/AKBK (Manuaba. 2010; h. 592).
b. Rencana kelengkapan keluarga
c. KB metode sederhana 1. Metode alamiah.
a. Metode kalender. 1. Definisi
Metode kalender adalah metode yang digunakan berdasarkan masa subur, dimana harus menghindari hubungan seksual tanpa perlindungan kontrasepsi pada hari ke 8-19 siklus menstruasinya ( Sri Handayani. 2010; h. 61).
2. Keuntungan
a. Keuntungan kontraseptip
1. Dapat digunakan untuk mencegah terjadinya kehamilan.
2. Tanpa resiko kesehatan yang berkaitan dengan metodenya.
3. Tanpa efek samping. 4. Murah.
b. Keuntungan non-kontraseptip
1. Pengetahuan meningkat tentang system reproduksi
2. Hindari persetubuhan selama fase kesuburan dari siklus haid dimana kemungkinan hamil sangat besar.
4. Keterlibatan pihak laki-laki meningkat dalam perencanaan keluarga.
c. Efektifitas
Efektifitasnya bergantung pada keihklasan mengikuti petunjuk, angka kegagalan 1-25 kehamilan per 100 wanita selama tahun pertama penggunaan.
d. Instruksi
a. Mengurangi 18 hari dari siklus haid terpendek, untuk menentukan awal dari masa suburnya. b. Mengurangi 11 hari dari siklus haid terpanjangn
untuk menentukan akhir dari masa suburnya. b. Metode suhu basal badan (thermal)
1. Definisi
Menurut (Manuaba. 2010;h. 596) menjelaskan bahwa penurunan suhu basal sebanyak 0,5 sampai 1 derajat celcius pada hari ke-12 sampai ke-13 menstruasi, ketika ovulasi terjadi pada hari ke-14. Setelah menstruasi suhu akan naik lebih dari suhu basal sehigga siklus menstruasi yang disertai “ovulasi”
terdapat temperature “bifasik”. Sedangkan menurut (Sri
2. Efektifitas metode suhu basal.
Menurut (Sri Handayani. 2010; h. 61) menjelaskan bahwa efektifitas metode suhu basal badan cukup baik dengan angka kegagalan 0.3-6.6 kehamilan pada 100 wanita pertahun. Dan menurut (Manuaba. 2010; h. 596) menjelaskan bahwa metode ini memerlukan system menstruasi yang teratur sehingga dapat memperhitungkan masa subur untuk menghindari kehamilan dengan tidak melakukan hubungan seks.
3. Keuntungan (Sri Handayani. 2010; h. 61)
a. Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran pasangan terhadap masa subur.
b. Membantu wanita yang mengalami siklus tidak teratur dengan cara mendeteksi ovulasi.
c. Dapat membantu menunjukan perubahan tubuh lain selain lender serviks.
d. Berada dalam kendali wanita.
e. Dapat digunakan untuk mencegah atau meningkatkan kehamilan.
4. Kekurangan (Sri Handayani. 2010; h. 62) a. Membutuhkan motivasi
b. Perlu diajarkan oleh spesialis keluarga.
d. Apabila suhu tubuh tidak diukur pada sekitar waktu yang sama setiap hari ini akan menyebabkan ketidakakuratan suhu tubuh basal.
c. Metode lendir serviks. 1. Definisi
Metode ini menghubungkan pengawasan terhadap perubahan lendir serviks wanita yang dapat dideteksi (Sri Handayani. 2010; h. 63).
2. Efektifitas
Angka kegagalan metode kontrasepsi sederhana MOB ini adalah 0,4 – 39, 7 per 100 wanita per tahun. 3. Keuntungan (Sri Handayani. 2010; h. 63)
a. Dalam kendali wanita
b. Memberikan kesempatan pada pasangan menyentuh tubuhnya.
c. Meningkatkan kesadaran terhadap perubahan pada tubuh.
d. Memperkirakan lendiryang subur sehingga memungkinkan kehamilan.
4. Kerugian (Sri Handayani. 2010; h. 63). a. Membutuhkan komitmen.
b. Perlu diajarkan oleh spesialis KB alami.
2. Metode Amenorhea laktasi. a. Definisi.
Menurut teori (Sri Handayani. 2010; h. 68) menjelaskan bahwa kontrasepsi yang mengandalkan pemberian ASI secara ekslusif. Sedangkan menurut (Varney. 2007; h. 430) menjelaskan bahwa kontrasepsi metode ini merupakan kontraspesi yang digunakan selama 6 bulan pertama setelah melahirkan.
b. Efektifitas.
Menurut (Sri Handayani. 2010; h. 68) menjelaskan bahwa efektifitas metode amenohoea laktasi tinggi (keberhasilan 98 % pada 6 bulan 1 pasca persalinan). c. Keuntungan
1. Segera efektifan
2. Tidak mengganggu senggama
3. Tidak ada efek samping secara sistemik 4. Tidak perlu pengawasan medis
5. Tidak perlu obat atau alat. 6. Tanpa bahaya.
d. Kerugian
1. Perlu persiapan sejak perawatan.
3. coitus interuptus. a. Definisi
Metode kontrasepsi dimana senggama diakhiri sebelum terjadi ejakulasi intra vagina. Ejakulasi terjadi jauh dari genetalia eksterna (Sri Handayani. 2010; h. 70). Sedangkan menurut teori (Manuaba. 2010; h. 596) menjelaskan bahwa mengeluarkan kemaluan menjelang terjadinya ejakulasi.
b. Efektifitas
Efektif bila dilakukan dnegan benar, efektifitas bergantung pada kesediaan pasangan untuk melakukan senggama terputus setiap melaksanakannya (angka kegagalan 4-18 kehamilan per 100 perempuan per tahun) ( Sri Handayani. 2010; h. 70)
c. Keuntungan (Sri Handayani. 2010; h. 70) 1. Tidak mengganggu ASI
2. Dapat digunakan sebagai pendukung metode KB lainnya.
3. Tidak ada efek samping 4. Dapat digunakan setiap waktu d. Kerugian
mengeluarkan kemaluan, semen yang tertumoah diluar sebagian dapat masuk ke genetalia dan dapat menimbulkan ketegangan jiwa kedua belah pihak. Dan menurut (Sri Handayani. 2010; h. 70) menjelaskan bahwa kerugian dari metode ini adalah menggangu kenikmatan atau kepuasana berhubungan seksual.
d. KB metode efektif
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi hormonal telah mempelajari bahwa estrogen dan progesterone memberikan umpan balik terhadap kelenjar hipofisis melalui hipotalamus sehingga terjadi hambatan terhadap perkembangan folikel dan proses ovulasi. Melalui hipotalamus dan hipofisis, estrogen dapat menghambat pengeluaran follicle stimulating hormone FSH sehingga perkembangan dan kematangan folike de graf tidak terjadi. Disamping itu progesterone dapat menghambat pengeluaran hormone tueteinizing (LH). Estrogen mempercepat peristaltic tuba sehingga hasil konsepsi mencapai uterus – endometrium yang belum siap untuk menerima implantasi ( Manuaba. 2010; h. 597).
1. Kontrasepsi hormonal pil.
wanita.Wanita tergolong durasi menstruais kurang dari 4 hari, memerlukan pil KB dengan efek samping estrogen tinggi. Wanita dengan durasi menstruasi lebih dari 6 hari memerlukan pil KB dengan efek estrogen yang rendah (Manuaba. 2010; h. 598).
1. Pengertian
Pil kombinasi merupakan pil kontrasepsi yang berisi hormone sintesis estrogen dan progesterone (Sri Handayani. 2010; h. 99).
2. Cara kerja
a. Menekan ovulasi b. Mencegah implantasi c. Mengentalkan lendir serviks
d. Pergerakan tuba terganggu sehingga transportasi ovum akan terganggu (Sri Handayani. 2010; h. 99). 3. Efektifitas
Efektifitas tinggi, 1 kehamilan/ 1000 perempuan dalam tahun dalam penggunaan.
Pedoman untuk mulai memberikan pil KB
1. Pada postpartum dapat diberikan expluton yang mengandung komponen progesterone.
a) Tidak mengganggu pengeluaran asi b) Efektif sampai laktasi dihentikan
c) Kesulitan dapat timbul: perdarahan sputing spoting (bercak), tidak mens berkepanjangan.
3. Ganti cara pemkaian pil KB.
a) Segera dapat mulai minum pil KB
b) Dapat digunakan kombinasi atau sekuensial c) Dapat terjadi perluhan patrun menstruasi. 2. Kontrasepsi hormonal suntikan.
Kontrasepsi hormonal suntikan. Metode suntikan KB telah menjadi bagian gerakan berencana nasional serta pemintanya makin bertambah.Tingginya minat pemakai suntikan KB oleh karena aman, sederhana, efektif, tidak menimbulkan gangguan dan dapat dipakai pada pasca persalinan (Manuaba. 2010; h. 598).
a. Mekanisme kerja komponen progesterone atau derivate testosterone adalah:
1. Menghalangi pengeluaran FSH dan LH sehingga tidak terjadi pelepasan ovum.
2. Mengentalkan lendir serviks, sehingga sulit ditembus spermatozoa.
3. Mengganggu peristaltic tuba falopi, sehingga konsepsi dihambat.
4. Mengubah suasana endometrium, sehingga tidak sempurna untuk implantasi hasil konsepsi.
b. Keuntungan dan kerugian KB suntikan (Manuaba. 2010; h. 601).
1. Keuntungan
c) Hubungan seks dengan suntikan KB bebas. d) Pegawasan medis yang ringan
e) Dapat diberikan pascapersalinan, pasca keguguran atau pascamenstruasi
f) Tidak mengganggu pengeluaran laktasi dan tumbuh kembang bayi.
g) Suntikan KB cyclofem diberikan sejak 6 bulan dan peserta KB akan mendapatkan menstruasi. 2. Kerugian
a) Perdarahan yang tidak menentu b) Terjadi amenore
c) Masih terjadi kemungkinan hamil
d) Kerugian atau penyulit inilah yang menyebabkan peserta KB menhentian suntikan KB.
c. Penapisan klien KB suntik (Abdul Bari Saefudin. Dkk. 2006; h. MK-39).
Tabel 2.4 Penapisan klien KB suntik. Observasi petugas
pelayanan Instruksi petugas pelayanan.
Observasi petugas
pelayanan Instruksi petugas pelayanan. 3. Apakah pucat pertanyaan ini YA, mungkin indikasi adanya penyakit hati. Rujuk ke spesialis. Bantu calon peserta memilih metode kontrasepsi nonhormonal. penggumpalan darah. Rujuk ke spesialis. Bantu calon peserta memilih metode kontrasepsi nonhormonal. Bantu calon peserta memilih metode kontrasepsi nonhormonal.
Sumber : (Abdul Bari Saefudin. Dkk. 2006; h. MK-39).
a. Kontrasepsi hormonal susuk
dan terjadi perdarahan/gangguan menstruasi (Manuaba. 2010; h. 602).
Menurut teori (Sri Handayani. 2010; h. 116) menjelaskan bahwa kontrasepsi susuk merupakan alat kontrasepsi yang berupa susuk yang terbuat dari sejenis karet silastik yang berisi hormone, dipasangkan pada lengan atas.
a) Keuntungan dan kerugian AKDR 1. Keuntungan
a. Dipasang selama 3 tahun b. Control medis ringan
c. Dapat dilayani didaerah pedesaan d. Penyulit medis tidak terlalu tinggi e. Biaya murah
2. Kerugian.
a. Menimbulkan gangguan menstruasi. b. Berat badan bertambah
c. Menimbulkan akne, ketegangan payudara. d. Liang senggama terasa kering.
e. Metode KB darurat
f. Metode hormonal
Dengan pemberian derivate estrogen pemberian antiprogestin mifepristone.
Cara kerja kontrsepsi darurat hormonal.
a. Komponen estrogen dosis tinggi atau derivatnya menghindari kontrasepsi dnegan cara:
1. Estrogen dosis tinggi mengubah lapisan dalam rahim (endometrium) tetap dalam keadaan fase proliferasi, sehingga tidak memungkinkan nidasi dari hasil konsepsi.
2. Dengan peristaltic tuba yang meningkat, spermatozoa tidak mungkin dapat mencapai ovum untuk melakukan konsepsi b. Komponen progesterone atau derivatnya dalam dosis tinggi
menghindari terjadinya konsepsi dan nidasi dengan cara:
1. Mengentalkan lendir serviks, endometrium dan tuba fallopi, sehingga mengurangi kemampuan bergerak spermatozoa untuk mencapai ovum, sehingga tidak mungkin terjadi konsepsi.
2. Pada endometrium terjadi perubahan sehingga kurang memberika peluang untuk terjadinya nidasi.
g. Kontrasepsi mantap wanita
h. Kontrasespi mantap pria
Operasi pria yang dikenal dengan nama vasektomi merupkan operasi ringan, murah ama dan mempunyai arti demografis yang tinggi, artinya dengan operasi ini banyak kelahiran dapat dihindari. Perkembangan metodeopersi pria ini berkembang dan dapat diterima secara masal dengan hitungan 1 metode operasi pria berbanding 2-8 operai wanita (Manuaba. 2010; h. 631)
i. KB program postpartum
Ini merupakan melakukan tindakan KB ketika wanita baru melahirkan dan gugur kandung dirumah sakit, atau member pengarahan agar memilih KB efektif (melekukan sterilisasi wanita atau pria, menggunakan AKDR, menerima KB hormonal dalam bentuk suntik/susuk).
g. Penapisan calon akseptor KB
1. Penapisan metode kontrasepsi hormonal (pil, suntik, implant). Tabel 2.5 Penapisan metode kontrasepsi hormonal.
Pertanyaan Ya Tidak
1. Hari pertama haid terakhir 7 hari atau lebih.
2. Menyusui dan tidak kurang dari 6 minggu pasca salin.
3. Perdarahan/perdarahan bercak antara haid setelah senggama
4. Ikterus pada kulit atau sclera mata 5. Nyeri kepala hebat atau gangguan visual
6. Nyeri hebat pada betis, paha atau dada, atau tungkai bengkak (oedema)
7. Tekanan darah diatas 160 mmHg (sistolik) atau 90 mmHg (diastolic)
8. Massa atau benjolan pada payudara 9. Sedang minum obat-obatan epilepsy
2. Penapisan metode kontrasepsi AKDR
Tabel 2.6 Penapisan metode kontrasepsi AKDR
No Pertanyaan Ya Tidak
1. Hari pertama haid terakhir 7 hari atau lebih. 2. Klien mempunyai pasangan seks lain. 3. Infeksi menular seksual (IMS)
4. Penyakit radang panggul atau kehamilan ektopik 5. haid banyak (>1-2 pembalut tiap jam)
6. Haid lama (>8 hari)
7. Dismenorchea berat yang membutuhkan analgetika dan istirahat baring
8. Perdarahan / perdarahan bercak antara haid atau setelah senggama.
9. Gejala penyakit janyung valvular atau congenital.
Sumber: Sri Handayani. 2010;h. 37
3. Penapisan metode kontrasepsi mantap. a. Tubektomi
Tabel 2.7 Penapisan metode kontrasepsi mantap
No Keadaan klien Fasilitas rawat jalan tanda penyakit jantung, paru atau ginjal perlekatan atau terdapat kelainan pada px
Pemeriksaan dalam ada kelainan.
7. Anemia Hb ≥ 8 gr% Hb < 8 gr%
Sumber: Sri Handayani. 2010;h. 38
b. Vasektomi.
Tabel 2. 8 Penapisan metode kontrasepsi Vasektomi
No Keadaan klien Fasilitas Rawat Jalan
Fasilitas Rujukan
3. Tekanan darah <160 / 100 mmHg ≥160/100 mmHg 4. Infeksi atau
kelainan scrotum/inguinal
Normal Tanda-tanda infeksi atau ada kelainan
5. Anemia Hb ≥ 8 gr% Hb < 8 gr%
Sumber: Sri Handayani. 2010;h. 37
B. TINJAUAN ASUHAN KEBIDANAN
1. Manajemen asuhan kebidanan menurut varney
Proses manajemen kebidanan terdiri dari tujuh langkah yang berurutan, dan setiap langkah disempurnakan secara periodik. Proses dimulai dengan pengumpulan data dasar dan berakhir dengan evaluasi. Ketujuh langkah tersebut membentuk suatu kerangka lengkap yang dapat di aplikasikan dalam situasi apapun. Akan tetapi, setiap langkah bisa diuraikan lagi menjadi langkah-langkah yang lebih rinci dan ini bisa berubah sesuai dengan kebutuhan klien. Langkah-langkah tersebut adalah sebagai berikut:
Langkah 1. Pengumpulan data
Pada langkah ini, dilakukan pengkajian dengan mengumpulkan semua data yang diperlukan untuk mengevaluasi keadaan klien secara lengkap yaitu:
a. Riwayat kesehatan
b. Pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan c. Meninjau catatan terbaru atau catatan sebelumnya
d. Meninjau data laboratorium dan membandingkannya denganhasil studi
perlu dikonsultasikan kepada dokter dalam menejemen kolaborasi bidan akan melakukan konsultasi.
Langkah 2. Interpretasi data
Pada langkah ini, dilakukan identifikasi yang benar terhadap didiagnosis atau masalah, dan kebutuhan klien berdasakan interpretasi data yang benar atas dasar data-data yang telah diinterpretasikan sehingga ditemukan masalah atau diagnosis yang spesifik (Shinta Siswoyo, 2010; h. 162).
Langkah 3. Mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial
Pada langkah ini mengidentifikasi masalah atau diagnosis potensial lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosis yang telah diidentifikasi. Langkah ini memebutuhkan antisipasi, bila memungkinkan diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisispasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan (Shinta Siswoyo, 2010; h. 163).
Langkah 4. Mengidentifikasi dan menetapkan kebutuhan yang memerlukan penenangan segera
Badan mengidentifikasi atas perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien (Shinta Siswoyo, 2010; h. 164).
Langkah 5. Merencanakan asuhan yang menyeluruh
akan terjadi berikutnya, apakah dibutuhkan penyuluhan konseling dan apakah perlu merujuk klien bila ada masalah-masalah yang terkait dengan sosial ekonomi, kultural, atau masalah psikologis (Shinta Siswoyo, 2010; h. 164).
Langkah 6. Melaksanakan perencanaan
Pada langkah ini, rencana asuhan yang menyeluruh dalam langkah kelima harus di;laksanakan secara efisien dan aman. Perencanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan, atau sebagian dilakukan oleh bidan dilakukan seluruhnya oleh bidan, atau sebagian dilakukan oleh bidan dan sebagian lagi oleh klien atau anggota tim kesehatan lainnya diantisipasi (Shinta Siswoyo, 2010; h. 165).
Langkah 7. Evaluasi
Pada langkah ini, dilakukan evaluasi efektifitas dari asuhan yang sudah diberikan, meliputi pemenuhan kebutuhan kebutuhan akan bantuan, apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasi dalam masalah dan diagnosis (Shinta Siswoyo, 2010; h. 166).
Metode pendokumentasian secara SOAP meliputi: Kepanjangan dari SOAP adalah:
S (Subjektif) : yaitu apa yang dikatakan oleh klien
O (objektif) : yaitu apa yang dilihat dan dirasakan oleh bidan sewaktu melakukan pemeriksaan
A ( assesment) : yaitu kesimpulan apa yang dibuat dari data-data subjektif/objektif tersebut
Pendokuntasian dengan menggunakan SOAP S (data subjektif)
Data subjektif (S) merupakan pendokumentasian manajemen kebidanan menurut helen varney langkah pertama adalah pengkajian data, teutama data yang diperoleh meluli anamnesis (Shinta Siswoyo, 2010; h. 158).
O (obyektif)
merupakan pendokumentasian manajemen kebidanan menurut helen varney pertama (pengkajian data), terutama data yang diperoleh melalui hasil observasi yang jujur dari pemeriksaan fisik pasien, pemeriksaan laboratorium atau pemeriksaan diagnosis lain (Shinta Siswoyo, 2010; h. 159). A (assesment)
A (Analysis/assesment), merupakan pendokumentasian hasil analisis dan interpretasi (kesimpulan) dari data subjektif dan objektif (Shinta Siswoyo, 2010; h. 159).
P (palnning)
Planning/perencanaan adalah membuat rencana assuhan saat ini dan yang akan datang. Rencana asuhan disusun berdasarkan hasil analisis dan interpretasi data. Rencana asuhan ini bertujuan untuk mengusahakan tercapainya kondisi pasien seoptimal mungkin dan mempertahankan kesejahteraannya (Shinta Siswoyo, 2010; h. 159-160).
Tujuan pendokumentasian SOAP adalah;
a. Merupakan kemajuan informasi yang sistematis, yang mengorganisir penemuan dan kesimpulan anda menjadi suatu rencana asuhan.
C. LANDASAN HUKUM