• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

1. Pengertian Manajemen Keuangan

Menurut Prawironegoro (2007) manajemen keuangan adalah aktivitas pemilik dan manajemen perusahaan untuk memperoleh modal yang semurah-murahnya dan menggunakan seefektif, seefisien, dan seproduktif mungkin untuk menghasilkan laba.

Aktivitas-aktivitas itu meliputi:

1. Aktivitas pembiayaan (Financing Activity) 2. Aktivitas Investasi (Investment Activity) 3. Aktivitas Bisnis (Business Activity) 2. Pasar Modal

Pasar Modal (capital market) menurut Sunariyah (2011) merupakan pasar (tempat, berupa gedung) yang disiapkan guna memperdagangkan saham, obligasi, dan jenis surat berharga lainnya dengan memakai jasa para perantara pedagang efek. Pasar modal merupakan sarana pendanaan bagi perusahaan maupun institusi lainnya (misalnya pemerintah), dan sebagai sarana bagi kegiatan berinvestasi. Dengan demikian, pasar modal memberikan fasilitas bagi sarana dan prasarana kegiatan jual beli dan kegiatan terkait lainnya. Instrumen kuangan jangka panjang (jangka waktu lebih dari 1 tahun) seperti saham, obligasi, waran, right, reksadana dan berbagai intrumen derivative seperti option, future, dan lain-lain. Menurut Husnan dalam Parwati (2015) pasar modal adalah pasar untuk berbagai instrumen

(2)

jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik dalam bentuk hutang maupun modal sendiri, baik yang diterbitkan pemerintah, public authorities, maupun perusahaan swasta.

Sedangkan menurut Undang-Undang Pasar Modal no. 8 tahun 1995, menyebutkan pasar modal sebagai suatu kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum, perdagangan efek, perusahan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek. Menurut Sudjana dan Berlin dalam Parwati (2015) memberikan definisi pasar modal dalam dua arti secara sempit yang menyebutkan pasar modal merupakan kegiatan yang mempertemukan penjual dan pembeli dalam jangka waktu yang panjang dan pengertian pasar modal dalam arti yang luas yaitu pasar modal adalah keseluruhan system keuangan yang terorganisasi termasuk bank – bank komersil dan semua perantara di bidang keuangan serta surat-surat berharga jangka panjang dan pendek.

3. Pengertian Saham

Menurut Rusdin dalam Parwati (2015) saham (stock) adalah sertifikat yang menunjukan bukti kepemilikan suatu perusahaan, dimana pemegang saham memiliki hak klaim atas penghasilan dan aktiva perusahaan serta berhak hadir dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).

Saham adalah keikutsertaan investor dalam perusahaan sebagai pemodal. Saham memberikan return dalam bentuk dividen, yang biasanya dibayarkan sekali setahun, dan capital gain (kenaikan harga saham di pasar). Dividen dan capital gain akan ada jika perusahaan memperoleh laba karena per definisi, dividen

(3)

adalah laba yang dibagikan. Sedangkan capital gain terjadi karena adanya laba yang tidak dibagikan dan faktor pertumbuhan perusahaan di masa depan. Perusahaan yang rugi tidak akan membagikan dividen dan jika perusahaan itu tidak menjanjikan pertumbuhan, yang akan diperoleh investor adalah capital loss atau penurunan harga saham di pasar.

Pada dasarnya, ada dua keuntungan yang diperoleh investor dengan membeli atau memiliki saham (https://idx..co.id)

a) Deviden

Deviden merupakan pembagian keuntungan yang diberikan perusahan dan berasal dari keuntungan yang dihasilkan perusahaan. Deviden diberikan setelah mendapat persetujuan dari pemegang saham dalam RUPS (Sunariyah, 2011). Jika seorang pemodal ingin mendapatkan deviden, maka pemodal tersebut harus memgang saham dalam kurun waktu yang relatif lama yaitu hingga pemilikan saham tersebut berada dalam periode diman diakui sebagai pemegang saham yang berhak mendapatkan deviden. Deviden yang dibagikan perusahaan dapat berupa deviden tunai, artinya kepada setiap pemegang saham diberikan deviden berupa uang tunai dalam jumlah tertentu untuk setiap saham atau dapat pula berupa deviden saham yang berarti kepada setiap pemegang saham diberikan deviden sejumlah saham sehingga saham yang dimiliki seorang pemodal akan bertambah dengan adanya pembagian saham tersebut.

(4)

b) Capital Gain

Capital gain merupakan selisih antara harga beli dan harga jual. Capital Gain terbentuk dengan adanya aktivitas perdagangan saham di pasar sekunder (Sunariyah, 2011). Misalnya seorang pemodal membeli saham PT. XYZ dengan harga per lembar saham Rp 3.000,- kemudian menjualnya dengan harga per lembar saham Rp 3.500,- yang berarti bahwa pemodal tersebut mendapatkan capital gain sebesar Rp 500,- untuk setiap lembar saham yang dijualnya.

Sebagai instrumen investasi, saham memiliki resiko, antara lain: 1) Capital Loss

Merupakan kebalikan dari capital gain, yaitu suatu kondisi dimana investor menjual saham lebih rendah dari harga beli. Misalnya seorang pemodal membeli saham PT. 123 dengan harga beli Rp 9.000,- namun beberapa waktu kemudian dijual dengan harga per lembar saham Rp 8.000,- yang berarti pemodal tersebut mengalami capital loss Rp 1.000,- untuk setiap lembar saham yang dijual (Parwati, 2015).

2) Resiko Likuidasi

Risiko likuidasi adalah risiko yang timbul akibat ketidakmampuan pemegang instrumen keuangan untuk menjual secepatnya. Risiko ini sangat penting bagi manajer investasi dikarenakan ketidakmampuan manajer investasi membayar pencairan dana yang diminta investor akibat tidak bisa menjual instrumen investasi yang dikelola (Parwati, 2015).

(5)

Misalnya, seorang investor pada sebuah portofolio membutuhkan dana sehingga mencairkan investasinya pada portofolio tersebut. Untuk membayar pencairan investor, manajer investasi harus menjual salah satu portofolionya. Kebetulan dana tunai yang dimiliki tidak cukup untuk membayar pencairan investor. Instrumen portofolio yang akan dijual juga tidak laku sampai pada hari pembayaran, yang umumnya tiga hari setelah pencairan diajukan investor. Akibatnya, manajer investasi tidak bisa membayar pencairan investor.

Reputasi manajer investasi akan semakin jelek dan akan beredar ke investor lain, ditambah lagi adanya manajer investasi lain yang mengembuskan berbagai komentar. Tidak dapatnya instrumen investasi yang merupakan bagian dari portofolio merupakan sebuah risiko yang dikenal dengan risiko likuiditas.

Tidak adanya likuiditas instrumen tersebut bisa saja terjadi karena besaran yang dijual cukup besar. Misalnya, instrumen investasi mempunyai pecahan Rp 5 miliar, Rp 10 miliar seperti pada obligasi, di mana pihak pembeli tidak mampu membeli ukuran tersebut tetapi hanya mampu yang membeli eceran/ritel besaran Rp 500 juta dan Rp 1 miliar. Jika ukuran Rp 5 miliar tersebut dipecah-pecah secepatnya, tidak akan menemui persoalan.

Umumnya, untuk melakukan pemecahan menjadi unit yang lebih kecil dibutuhkan waktu paling cepat dua hari. Oleh karena itu, manajer investasi yang sedang mengelola portofolio harus memiliki instrumen investasi yang ukurannya lebih kecil agar lebih mudah dijual sehingga tidak menemukan risiko likuiditas di masa mendatang.

(6)

Mereka yang mengelola saham sebagai portofolio tidak banyak menemui persoalan karena pasar saham sudah bisa dipecah-pecah, bahkan dibuat pasar tunainya. Tetapi, di pasar saham juga ada saham yang tidak likuid dikarenakan bagusnya perusahaan sehingga investor tidak mau menjual serta harga sudah terlalu tinggi seperti saham Unilever. Sementara instrumen obligasi hanya diperdagangkan di pasar ketiga yang lebih dikenal dengan pasar over-the-counter (OTC). Jika transaksi di pasar tunai, investor penjual akan menjual jauh dari harga wajar karena kebutuhan uang.

4. Variabel Makroekonomi a) Nilai Tukar Kurs

Kurs merupakan nilai tukar mata uang suatu negara terhadap mata uang negara lain. Mata uang internasional yang selalu dijadikan standar mata uang negara-negara didunia adalah Dollar Amerika (USD). Salah satu alasannya, adalah karena USD memiliki nilai tukar yang relatif konstan terhadap mata uang manapun. Walaupun terjadi pergerakan, perubahan nilai tukarnya sangat kecil sehingga tidak memberikan suatu pengaruh yang signifikan. Menurut Samsul (2006), emiten yang memiliki hutang dalam Dollar dan produknya dijual secara lokal akan berdampak negatif, sementara emiten yang mengekspor produknya akan berdampak positif dari kenaikan kurs Dollar terhadap Rupiah. Ini berarti harga saham emiten yang berdampak negatif akan menurun di bursa efek, sedangkan harga saham emiten yang berdampak positif akan meningkat.

(7)

Merosotnya nilai tukar rupiah merefleksikan menurunnya permintaan masyarakat terhadap mata uang rupiah karena menurunnya peran perekonomian nasional atau karena meningkatnya permintaan mata uang asing USD sebagai alat pembayaran internasional. Semakin menguat kurs rupiah sampai batas tertentu berarti menggambarkan kinerja di pasar uang semakin menunjukkan perbaikan. Sebagai dampak meningkatnya laju inflasi maka nilai tukar domestic semakin melemah terhadap mata uang asing. Hal ini mengakibatkan menurunnya kinerja suatu perusahaan dan investasi di pasar modal menjadi berkurang.

b) Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI)

Suku bunga adalah harga atau sewa dari penggunaan uang untuk jangka waktu tertentu, yang telah ditetapkan sekarang untuk diberlakukan atas simpanan yang akan dilakukan di masa yang akan datang. Menurut Samsul (2006,) kenaikan tingkat bunga pinjaman dapat meningkatkan beban bunga kredit dan menurunkan laba bersih perusahaan. Penurunan laba tersebut akan mengakibatkan laba per saham juga menurun sehingga berakibat turunnya harga saham di pasar. Di sisi lain, naiknya suku bunga deposito akan mendorong investor untuk menjual saham dan kemudian beralih ke dalam deposito. Oleh karena itu, kenaikan suku bunga pinjaman atau suku bunga deposito akan mengakibatkan turunnya harga saham, begitu juga sebaliknya. Menurut teori klasik tingkat bunga memiliki dua fungsi, yaitu: tabungan dan investasi. Berdasarkan teori tersebut, semakin tinggi tingkat

(8)

bunga maka semakin tinggi keinginan untuk menabung, sementara tingginya tingkat bunga tersebut dapat mempengaruhi kecilnya keinginan untuk melakukan investasi. (Nopirin, 2009).

c) Inflasi

Inflasi adalah kecenderungan harga-harga umum meningkat secara terus-menerus, dalam kurun waktu tertentu (Nopirin, 2009). Inflasi yang berlebihan dapat merugikan perekonomian secara keseluruhan, yaitu dapat membuat banyak perusahaan mengalami kebangkruktan. Jadi inflasi yang tinggi akan dapat menurunkan harga saham, sementara inflasi yang rendah akan berakibat pertumbuhan ekonomi menjadi lamban, dan pada akhirnya harga saham juga akan bergerak dengan lamban. Kenaikan inflasi dapat diukur dengan menggunakan Indeks Harga, antara lain: Indeks Harga Konsumen (consumer price index), Indeks Harga Perdagangan Besar (wholesale price index), dan GNP deflator.

d) Produk Domestik Bruto

Produk Domestik Bruto (PDB) termasuk faktor yang mempengaruhi perubahan harga saham. Estimasi PDB akan menentukan perkembangan perekonomian. PDB berasal dari jumlah barang konsumsi yang bukan termasuk barang modal (Kewal, 2012). Dengan meningkatnya jumlah barang konsumsi menyebabkan perekonomian bertumbuh, dan meningkatkan skala omset penjualan perusahaan, karena masyarakat yang bersifat konsumtif. Dengan meningkatnya omset penjualan maka

(9)

keuntungan perusahaan juga meningkat. Peningkatan keuntungan menyebabkan harga saham perusahaan tersebut juga meningkat, yang berdampak pada pergerakan IHSG.

Pertumbuhan PDB Indonesia dari tahun 2000 sampai tahun 2009 menunjukkan tren naik, walaupun pertumbuhan PDB sempat mengalami penurunan di tahun 2001. Adanya trend naik dari pertumbuhan PDB ini sejalan dengan adanya trend naik dari IHSG. Secara teori dapat dijelaskan bahwa peningkatan PDB dapat meningkatkan daya beli konsumen terhadap produk‐produk perusahaan sehingga meningkatkan profitabilitas perusahaan. Dengan adanya peningkatan profitabilitas perusahaan dapat meningkatkan kepercayaan investor sehingga dapat meningkatkan harga saham.

Menurut Sangkyun dalam Kewal (2012) yang meneliti pengaruh antara variabel makro berupa harga konsumen, PDB, tingkat inflasi dan tingkat bunga terhadap return saham menemukan hasil bahwa hanya PDB yang berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap return saham, sedangkan variabel lain tidak berpengaruh. Hooker (2004) juga mendukung hasil penelitian tersebut dimana return pasar dipengaruhi secara positif signifikan oleh pertumbuhan PDB.

5. Indeks Harga Saham Gabungan

Menurut Sunariyah (2006) Indeks Harga Saham Gabungan seluruh saham adalah suatu nilai yang digunakan untuk mengukur kinerja gabungan seluruh saham yang tercatat di suatu bursa efek. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)

(10)

di BEI meliputi pergerakan-pergerakan harga untuk saham biasa dan saham preferen. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pertama kali diperkenalkan pada tanggal 1 April 1983 sebagai indikator pergerakan harga saham yang tercatat di bursa. Hari dasar perhitungan indeks adalah tanggal 10 Agustus 1982 dengan nilai 100 dengan jumlah emiten yang tercatat sebanyak 13 emiten. Jumlah emiten yang tercatat di Bursa Efek Indonesia sampai dengan bulan Desember 2009 mencapai 398 emiten. (BEI, 2010) IHSG mencapai level tertinggi sepanjang sejarah pasar modal Indonesia yang ditutup pada level 2.830,263 pada tanggal 9 Januari 2008. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dapat dihitung menggunakan

rumus berikut:

𝑡 =𝑁𝑃𝑁𝐷 𝑥 𝑡

Keterangan :

IHSGt : Indeks harga saham gabungan pada hari ke-t

NPt : Nilai pasar pada hari ke-t, dari jumlah lembar saham yang tercatat

dibursa dikalikan dengan harga pasar per lembar

ND : Nilai dasar, BEI memberi nilai dasar IHSG 100 pada tanggal 10

Nilai Dasar tersebut sejak 10 Agustus 1982 selalu disesuaikan bila terjadi corporate action yang dilakukan oleh emiten seperti penawaran saham perdana (IPO), right issues, company listing, delisting, dan konversi. Salah satu faktor yang harus dihitung dalam melakukan penyesuaian Nilai Dasar adalah Harga Teoritis. Selain berpengaruh pada harga saham, yang ditandai dengan adanya

(11)

Harga Teoritis saham, corporate action juga akan menyebabkan perubahan jumlah saham tercatat jika emiten melakukan reverse split. Menurut Halim (2005) rumus untuk mencari nilai dasar yang baru karena adanya corporate action tersebut adalah:

𝑁𝐷𝐵 =𝑁𝑃𝐿 + 𝑁𝑃𝑁𝑃𝐿 𝑥𝑁𝐷𝐿

Keterangan :

NDB : Nilai Dasar Baru NDL : Nilai Dasar Lama NPL : Nilai Pasar Lama NPT : Nilai Pasar Tambahan

6. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi IHSG

Faktor-faktor internal dan eksternal merupakan variabel ekonomi makro yang terjadi baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Menurut Sunariyah (2006) perubahan atau perkembangan yang terjadi pada berbagai variabel ekonomi suatu negara akan memberikan pengaruh kepada pasar modal. Apabila suatu indikator ekonomi makro jelek, maka akan berdampak buruk bagi perkembangan pasar modal. Tetapi apabila suatu indikator ekonomi baik, maka akan memberi pengaruh yang baik pula terhadap kondisi pasar modal. Menurut Siegel dalam Tandelilin (2010) menyimpulkan adanya hubungan yang kuat antara harga saham dan kinerja ekonomi makro dan menemukan bahwa perubahan pada harga saham selalu terjadi sebelum terjadinya perubahan ekonomi.

(12)

Harga emas dunia memiliki pengaruh terhadap pergerakan IHSG. Emas merupakan salah satu instrumen investasi yang masih diminati di masyarakat karena memiliki sifat zero inflation. Harga emas dunia yang kian naik dari tahun ke tahun dapat menarik minat investor untuk berinvestasi emas sehingga mengurangi investasinya di pasar modal dan berakibat IHSG mengalami penurunan karena maraknya aksi jual saham yang dilakukan oleh para investor.

Kurs rupiah yang melemah terhadap dolar AS juga ikut mempengaruhi IHSG. Selain para investor dapat berinvestasi di pasar modal, mereka juga dapat berinvestasi di pasar valas. Melemahnya nilai rupiah terhadap dolar AS akan menarik minat investor untuk berinvestasi di pasar valas. Selain itu, melemahnya kurs rupiah akan berdampak pada menurunnya laba bersih yang diperoleh oleh emiten sehingga mengakibatkan harga sahamnya juga ikut menurun. Pelemahan kurs rupiah terhadap dolar AS akan memicu terjadinya inflasi di masyarakat.

Penyebab terjadinya inflasi bisa disebabkan karena adanya tarikan permintaan dan desakan biaya. Inflasi tarikan permintaan (demand pull inflation) terjadi akibat adanya permintaan total yang berlebihan di mana biasanya dipicu oleh membanjirnya likuiditas di pasar sehingga terjadi permintaan yang tinggi dan memicu perubahan pada tingkat harga. Sedangkan inflasi desakan biaya (cost push inflation) terjadi akibat adanya kelangkaan produksi atau kelangkaan distribusi, walau permintaan secara umum tidak ada perubahan yang meningkat secara signifikan. Pelemahan kurs rupiah terhadap dolar AS dapat memicu terjadinya inflasi desakan biaya karena meningkatnya biaya produksi akibat penggunaan bahan baku impor.

(13)

Salah satu tugas bank sentral pada suatu negara adalah mengendalikan laju inflasi melalui kebijakan moneter. Bank sentral dapat mengurangi jumlah uang yang beredar di masyarakat melalui penjualan SBI dan menentukan tingkat suku bunga simpanan dan pinjaman. BI rate yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia dapat dijadikan sebagai suku bunga acuan oleh bank-bank yang ada di Indonesia dalam menentukan besarnya suku bunga simpanan dan pinjaman serta digunakan oleh Bank Indonesia sebagai sasaran suku bunga SBI yang diinginkan untuk pelelangan pada masa periode tertentu. Tinggi rendahnya BI rate ini akan mempengaruhi investasi di pasar modal karena investor dapat mengalihkan dana investasinya dalam bentuk simpanan di bank lokal dan pembelian SBI di pasar uang sehingga berdampak pada merosotnya IHSG di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Inflasi desakan biaya juga dapat disebabkan oleh adanya kenaikan harga minyak mentah di dunia. Bahan Bakar Minyak (BBM) banyak digunakan sebagai bahan bakar industri sehingga dimasukkan sebagai komponen biaya produksi suatu produk. Kenaikan harga BBM mengakibatkan kenaikan biaya produksi sehingga produsen kemudian menaikkan harga jual produknya dan memicu terjadinya inflasi di masyarakat. Bagi perusahaan-perusahaan penambangan dan pengolahan minyak bumi, kenaikan harga minyak mentah ini akan meningkatkan laba bersih sehingga menyebabkan harga sahamnya ikut naik di bursa efek. Naik turunnya harga saham perusahaan-perusahaan tersebut menyebabkan naik turunnya IHSG di bursa efek akibat aksi ambil untung (profit taking) yang dilakukan oleh para investor.

(14)

B. Rerangka Pemikiran

Dalam penelitian ini, dilakukan terhadap empat variabel makro ekonomi yang diprediksikan akan berpengaruh terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI). Adapun tiga variabel tersebut yaitu nilai tukar (kurs) Dollar (USD/IDR), tingkat suku bunga SBI, inflasi, dan pertumbuhan produk domestik bruto. Kenaikan inflasi dan tingkat suku bunga SBI diprediksikan mempunya pengaruh yang negatif terhadap Indeks Harga Saham Gabunga (IHSG). Terdepresiasinya nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika diprediksikan juga mempunyai pengaruh negatif terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia. Kerangka pemikiran yang disusun adalah sebagai berikut:

Gambar 1. Kerangka Pemikiran

C. Hipotesis

a) Pengaruh kurs (USD/IDR) terhadap IHSG

Pada tahun 2011 Aditya Novianto dari Universitas Diponegoro melakukan penelitian yang berjudul “Analisis Pengaruh Nilai Tukar

(15)

Beredar (M2), Terhadap IHSG di BEI periode 1991-2010”. Beliau menemukakan bahwa variabel kurs berpengaruh negatif dan signifikan terhadap IHSG. Lalu pada tahun 2012 Suramaya Suci Kewal dari STIE Musi Palembang melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Inflasi, Suku Bunga, Kurs, dan Pertumbuhan PDB Terhadap IHSG” periode 2000 -2009. Beliau memaparkan bahwa kurs berpengaruh secara signifikan terhadap IHSG. Lalu Tulin Anlas dari Zirve University-Gaziantep Univesity Joint PhD Programme melakukan penelitian yang berjudul “The Effect of Changes in Foreign Exchange Rates On ISE-100 Index” pada tahun 2012. Kemudian beliau mengungkapkan bahwa kurs US Dollar dan Canadian Dollar berpengaruh positif terhadap ISE-100 (Index Saham Gabungan Turki).. Kemudian pada tahun 2013 Ardy Haryogo dari Universitas Kristen Petra melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Nilai Tukar dan Indeks Dow Jones Terhadap Composite Index di BEI periode 2005-2011”. Pada penelitian tersebut Ardy mengungkapkan bahwa variabel kurs tidak berpengaruh signifikan terhadap IHSG.

Dari uraian diatas, maka penulis merumuskan H1 sebagai berikut :

H1 : Nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika berpengaruh

terhadap Indeks Harga Saham Gabungan tahun 2000-2015. b) Pengaruh suku bunga SBI terhadap IHSG

Pada tahun 2006 J. J. Arias dari Georgia Collage & State Univesity

melakukan penelitian yang berjudul “Interest Rate Sensitivities of The

(16)

bahwa suku bunga di amerika sangat berpengaruh dan signifikan terhadap The Nasdaq dan Dow Jones. Lalu pada tahun 2012 Satrio Wibowo dari Univesitas Trisakti melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Nilai Tukar, Suku Bunga SBI, dan Indeks Dow Jones Terhadap IHSG” pada periode 2001-2005. Dalam penelitian ini beliau mengungkapkan bahwa suku bunga berpengaruh terhadap IHSG. Kemudian pada tahun 2013, Muchajjir Syah. Mohammad dari Univeritas Negeri Gorontalo melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Tingkat Suku Bunga, Terhadap IHSG di BEI Periode 2005-2012”. Dari hasil penelitian, beliau mengungkapkan bahwa suku bunga SBI berpengaruh terhadap IHSG.

Dari uriaan diatas, maka penulis merumuskan H2 sebagai berikut :

H2 : Suku bunga Sertifikat Bank Indonesia berperngaruh terhadap

Indeks Harga Saham Gabungan periode 2000-2015. c) Pengaruh Inflasi terhadap IHSG

Pada tahun 2013 Senen Machmud dan Bambang Agus Wijanarko dari STIE Pasundan Bandung melakukan penelitian yang berjudul “Analisis Pengaruh Tingkat Inflasi, Nilai Tukar, dan Tingkat Suku Bunga,

terhadap IHSG” periode 2007-2009. Pada penelitian tersebut, mereka

mengungkapkan bahwa variabel inflasi berpengaruh terhadap IHSG. Kemudian pada tahun yang sama Anak Agung Gde Aditya Krisna dan Ni Gusti Putu Wirawati dari Universitas Udayana melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Inflasi, Nilai Tukar Rupiah, Suku Bunga SBI, Pada

(17)

bahwa berpengaruh secara signifikan terhadap IHSG. Kemudian pada tahun 2014 Zhongqiang Bai dari School of Management Shanghai University of Engineering Science China melakukan penelitian yang berjudul “Study on the Impact of Inflation on the Stock Market in China” pada periode 2000-2010. Pada penelitian tersebut beliau mengungkapkan bahwa variabel inflasi berpengaruh terhadap Shanghai Composite Index. Dari uriaan diatas, maka penulis merumuskan H3 sebagai berikut :

H3 : Inflasi berpengaruh terhadap Indeks Harga Saham Gabungan

periode tahun 2000-2015. d) Pengaruh PDB terhadap IHSG

Pada tahun 2014 Johnson Lukisto dan Njo Anastasia dari Universitas Kristen Petra Surabaya melakukan penelitian dengan judul “Dampak Makroekonomi Terhadap Indeks Harga Saham Sektor Properti Periode 1994-2002”. Pada penelitian tersebut, mereka mengungkapkan bahwa PDB tidak berpengaruh secara signifikan. Kemudian pada tahun 2014 Dodi Arif dari Universitas Gunadarma melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Produk Domestik Bruto, Jumlah Uang Beredar, Inflasi, dan BI Rate Terhadap Indeks Harga Saham periode 2007-2013”. Dari penelitian diatas, beliau mengungkapkan bahwa variabel PBD sangat berpengaruh secara signifikan. Kemudian pada tahun 2015 Ana Badriah dari Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja melakukan penelitian dengan judul “Analisis Faktor Ekonomi Yang memperngaruhi IHSG di

(18)

BEI tahun 2012-2014”. Pada penelitian tersebut, beliau mengungkapkan bahwa variabel PDB berpengaruh dan signifikan.

Dari uriaan diatas, maka penulis merumuskan H4 sebagai berikut :

H4 : Pertumbuhan Produk Domestik Bruto berpengaruh terhadap

Gambar

Gambar 1. Kerangka Pemikiran

Referensi

Dokumen terkait

In measuring phase the sequences (i.e. patterns) of HO and LAU zones can be determined and stored in database on each road. There are operating solutions and IPRs based

Ajaran Ibnu Rusyd sangat berpengaruh bagi manusia masa renaissance, hal ini terlihat dengan banyaknya ajaran filosof Yunani seperti Aristoteles yang telah diperbaharui oleh Ibnu

Tidak ada unsur hara lain yang dapat mengganti fungsinya di dalam tanaman, sehingga tanaman harus mendapatkan atau mengandung P secara cukup untuk pertumbuhannya secara normal,

Senyawa yang diisolasi dari tumbuhan terpilih Michelia champaca L., yaitu liriodenin memiliki aktivitas inhibitor topoisomerase I dan II yang merupakan salah satu

Mengingat hingga saat ini belum ada pihak yang membahas pengelolaan Candi Wasan pascapemugaran untuk meningkatkan pariwisata budaya berbasis masyarakat, maka peneliti

Konsep belajar sepanjang hayat menunjukkan bahwa pengalaman belajar tidak pernah berhenti selama manusia itu sadar dan berinteraksi dengan lingkungannya. Belajar sepanjang

Merubah keseluruhan atau sebagian rancangan dari tata letak berdasarkan proses dalam produksi dan fungsi dari mesin produksi yang sama, merubah rancangan agar

Kami juga akan memberikan dukungan dan pantauan kepada yang bersangkutan dalam mengikuti dan memenuhi tugas-tugas selama pelaksanaan diklat online. Demikian