• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengertian Model Pembelajaran PBI (Problem Based Instruction) - PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PBI (PROBLEM BASED INSTRUCTION) TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA DI KELAS V SD NEGERI 1 KARANGNANAS - repositor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengertian Model Pembelajaran PBI (Problem Based Instruction) - PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PBI (PROBLEM BASED INSTRUCTION) TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA DI KELAS V SD NEGERI 1 KARANGNANAS - repositor"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Pengertian Model Pembelajaran PBI (Problem Based Instruction) Menurut Komalasari (2010:57) Model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode dan tekhnik pembelajaran. Belajar pada dasarnya adalah usaha sadar individu untuk mendapat suatu ilmu atau informasi. Usaha ini menghasilkan berbagai perubahan dari segi tingkah laku maupun hasil belajar siswa. Perubahan ini dipengaruhi oleh beberapa factor individu baik dari segi intrinsik maupun ekstrinsik serta masing-masing bakat dan kemampuan dalam diri siswa.

Uraian diatas mendorong timbulnya pemikiran baru untuk memperbaiki proses pembelajaran di sekolah. Pembelajaran yang dapat memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada siswa untuk berlatih dan belajar mandiri, dan mendorong siswa agar berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran. Pendidik bukan lagi aktor yang berperan sebagai satu-satunya pusat dan sumber informasi siswa atau sering disebut sebagai teacher centered.

(2)

problematik dalam bentuk memberikan tugas dan memberikan umpan balik dalam pemecahan masalah.

Dengan pemikiran inilah maka muncul solusi suatu model pembelajaran yang mendukung uraian diatas. Model pembelajaran yang sesuai dengan uraian yang telah dijabarkan diatas disebut dengan PBI (Problem Based Instruction).

Model pembelajaran PBI (Problem Based Instruction) adalah suatu proses pembelajaran yang titik awal pembelajaran berdasarkan masalah dalam kehidupan nyata lalu dari masalah ini siswa dirangsang untuk mempelajari masalah berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang telah mereka punyai sebelumnya (prior knowledge) sehingga akan terbentuk pengetahuan dan pengalaman baru (Suyatno, 2009:58-59).

Model pembelajaran PBI sangat membutuhkan wawasan dari peserta didik, desain dari pembelajaran ini menuntut siswa aktif, mandiri, kreatif dan kompak. Siswa secara berkelompok diatur dan mereka saling bertukar pikiran untuk membangun pengetahuan mereka sendiri melalui masalah yang diberikan guru. Hal ini senada bahwa keterampilan memecahkan masalah memperluas proses berpikir.

Suatu soal yang dianggap sebagai “masalah” adalah soal yang memerlukan keaslian berpikir tanpa adanya contoh penyelesaian sebelumnya. Masalah berbeda dengan soal latihan. Pada soal latihan siswa telah mengetahui cara menyelesaikannya, karena telah jelas hubungan antara yang diketahui dengan yang ditanyakan, dan biasanya telah ada di contoh soal. Jika ada masalah dan siswa tidak tahu cara menyelesaikannya, tetapi siswa tetap tertarik dan tertantang untuk menyelesaikannya. Siswa menggunakan segenap pemikiran, memilih strategi pemecahannya, dan memproses hingga menemukan penyelesaian dari suatu masalah (Suyitna, 2003:34).

Ciri-ciri Model Pembelajaran PBI (Problem Based Instruction) Menurut Arend dkk dalam Trianto (2010:93) ciri-ciri khusus dari Model PBI (Problem Based Instruction) adalah :

(3)

Mereka mengajukan situasi kehidupan nyata autentik, menghindari jawaban sederhana, dan memungkinkan adanya berbagai macam solusi untuk situasi tersebut.

b. Berfokus pada keterkaitan antar disiplin

Meskipun pembelajaran berdasarkan masalah mungkin berpusat pada mata pelajaran tertentu (IPA, matematika, dan ilmu-ilmu social), masalah yang akan diselidiki telah dipilih benar-benar nyata agar dalam pemecahannya, siswa meninjau masalah itudari banyak mata pelajaran.

c. Penyelidikan autentik

Pembelajaran berdasarkan masalah mengharuskan siswa melakukan penyelidikan autentik untuk mencari penyelesaian nyata terhadap masalah nyata. Siswa menganalisis dan mendefinisikan masalah, mengembangkan hipotesis, dan membuat ramalan, mengumpulkan dan menganalisa informasi, melakukan eksperimen (jika diperlukan), membuat inferensi, dan merumuskan kesimpulan.Sehingga metode penyelidikan yang digunakan, bergantung kepada masalah yang sedang dipelajari.

d. Menghasilkan produk dan memamerkannya

Pembelajaran berdasarkan masalah menuntut siswa untuk menghasilkan produk tertentu dalam bentuk karya nyata atau artefak dan peragaan yang menjelaskan atau mewakili bentuk penyelesaian masalah yang mereka temukan.

(4)

Pembelajaran berbasis masalah dicirikan oleh siswa yang bekerja sama satu sama lainnya, paling sering secara berpasangan atau kelompok kecil. Bekerja sama memberikan motivasi untuk secara berkelanjutan terlibat dalam tugas-tugas kompleks dan memperbanyak peluang untuk berbagi inkuiri dan dialog untuk mengembangkan ketrampilan social dan ketrampilan berfikir.

Keuntungan dan Kelemahan Model Pembelajaran PBI (Problem Based Instruction)

a. Keuntungan Model Pembelajaran PBI (Problem Based Instruction) Ibrahim dan Nur dalam trianto (2011:96) mengatakan bahwa manfaat pengajaran berdasarkan masalah dikembangkan untuk membantu siswa mengembangkan kemampuan berfikir, pemecahan masalah, dan ketrampilan intelektual; belajar berbagai peran orang dewasa melalui pelibatan mereka dalam pengalaman nyata atau simulasi; dan menjadi pembelajar yang otonom dan mandiri.

Kelebihan model pembelajaran PBI (Problem Based Instruction) menurut Triatno (2011:96-97) adalah realistic dengan

kehidupan siswa, konsep sesuai dengan kebutuhan siswa, memupuksifat inquiri siswa, retensi nkonsep jadi kuat, dan memupuk kemampuan Problem Solving.

(5)

Hal ini senada dengan yang dikemukakan Trianto (2011:97) yang menyatakan bahwa model ini mempunyai beberapa kekurangan, yaitu : (1) Persiapan pembelajaran (alat, problem, konsep) yang kompleks; (2) sulitnya mencari problem yang relevan; (3) sering terjadi miss-konsepsi; dan (4) Konsumsi waktu, dimana model ini memerlukan waktu yang cukup dalam proses penyelidikan. Sehingga kadang banyak waktu yang tersita untuk proses tersebut.

Dari uraian diatas kelemahan model pembelajaran PBI (Problem Based Instruction) terpusat pada merancang pembelajaran dengan disiplin waktu yang baik. Sulitnya mencari materi yang relevan bagi model pembelajaran ini, karena apabila antara materi dan model pembelajaran tidak cocok maka tujuan pembelajaran tidak akan tersampaikan dengan baik. Bagi guru harus mengerti batasan-batasan antara model pembelajaran langsung dengan model pembelajaran PBI, dengan mengetahui batasannya tidak akan keliru atau tertukar.

Tahap-Tahap atau Langkah Pembelajaran PBI (Problem Based Instruction). Menurut Ibrahim dalam Trianto (2011:97) didalam PBI, peran guru berbeda dengan kelas tradisional. Peran guru di dalam kelas PBI antara lain sebagai berikut:

a. Mengajukan masalah atau mengorientasikan siswa kepada masalah autentik, yaitu masalah kehidupan nyata sehari-hari;

b. Memfasilitasi atau membimbing penyelidikan misalnya melakukan pengamatan atau melakukan eksperimen atau percobaan;

(6)

Menurut Trianto (2011:97) sintaks suatu pembelajaran berisi langkah-langkah praktis yang harus dilakukan guru dan siswa dalam suatu kegiatan. Dalam model pembelajaran yang penulis angkat, terdapat lima langkah utama yang harus dilakukan guru dan siswa adalah sebagai berikut :

Tabel 2.1 Sintaks PBI (Problem Based Instruction)

Tahap Tingkah Laku Guru

Tahap-1

Orientasi siswa pada masalah

Guru menjelaskan tujuan pembelajaran

Menjelaskan logistic yang dibutuhkan, mengajukan fenomena atau demonstrasi atau cerita untuk memunculkan masalah, memotivasi siswa untuk terlibat dalam

mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut.

Tahap-3

Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok

Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen, untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah.

Tahap-4 Mengembangkan dan menyajikan hasil karya

(7)

2. Model Pembelajaran Langsung

Menurut Arends (1997) dalam Uno (2011:117) model pembelajaran langsung adalah salah satu pendekatan mengajar yang dirancang khusus untuk menunjang proses belajar siswa yang berkaitan dengan pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural yang terstruktur dengan baik, dapat diajarkan dengan pola kegiatan yang bertahap selangkah demi selangkah. Model pembelajaran langsung ditujukan untuk membantu siswa mempelajari keterampilan dasar dan memperoleh informasi yang dapat diajarkan selangkah demi selangkah. Pembelajaran ini akan dilakukan pada kelas kontrol sebagai pembanding pada kelas eksperimen.

Berbeda dengan Arends, Trianto (2010:41) mengatakan bahwa pengajaran langsung adalah suatu model pembelajaran yang bersifat teacher centered. Ciri-ciri Model Pembelajaran Langsung, menurut Kardi

dan Nur dalam Trianto (2010:41) ciri-ciri model pembelajaran langsung adalah sebagai berikut :

a. Adanya tujuan pembelajaran dan pengaruh model pada siswa termasuk prosedur penilaian belajar.

b. Sintaks atau pola keseluruhan dan alur kegiatan pembelajaran.

c. Sistem pengelolaan dan lingkungan belajar model yang diperlukan agar kegiatan pembelajaran tertentu dapat berlangsung dengan berhasil.

Langkah-langkah model pembelajaran langsung pada dasarnya mengikuti pola-pola pembelajaran secara umum. Langkah-langkah pengajaran langsung meliputi tahapan sebagai berikut :

(8)

Tujuan langkah awal ini untuk menarik dan memusatkan perhatian siswa, serta memotivasi mereka untuk berperan serta dalam pelajaran itu.

b. Menyampaikan tujuan

Siswa perlu mengetahui dengan jelas, mengapa mereka berpartisipasi dalam suatu pelajaran tertentu, dan mereka perlu mengetahui apa yang harus dapat mereka lakukan setelah selesai berperan serta dalam pelajaran itu. Penyampaian tujuan kepada siswa dapat dilakukan guru melalui rangkuman rencana pembelajaran dengan cara menuliskannya dipapan tulis atau menempelkan informasi tertulis pada papan bulletin, yang berisi tahap-tahap dan isinya, serta alokasi waktu yang disediakan untuk setiap tahap. c. Menyiapkan siswa

Kegiatan ini bertujuan untuk menarik perhatian siswa, memusatkan perhatian siswa pada pokok pembicaraan, dan mengingatkan kembali pada hasil belajar yang telah dimilikinya, yang relevan dengan pokok pembicaraan yang akan dipelajari. d. Presentasi dan demonstrasi

Fase kedua pengajaran langsung adalah melakukan presentasi atau demonstrasi pengetahuan dan keterampilan. Kunci untuk berhasil ialah mempresentasikan informasi sejelas mungkin dan mengikuti langkah-langkah demonstrasi yang efektif.

(9)

Hasil-hasil penelitian secara konsisten menunjukkan bahwa kemampuan guru untuk memberikan informasi yang jelas dan spesifik kepada siswa, mempunyai dampak yang positif terhadap proses belajar siswa. Sementara itu, para peneliti dan pengamat terhadap guru pemula dan belum berpengalaman menemukan banyak penjelasan yang kabur dan membingungkan. Hal ini pada umumnya terjadi pada saat guru tidak menguasai sepenuhnya isi pokok bahasan yang dikerjakannya, dan tidak menguasai teknik komunikasi yang jelas.

f. Melakukan demonstrasi

Pengajaran langsung berpegang teguh pada asumsi, bahwa sebagian besar yang dipelajari (hasil belajar) berasal dari mengamati orang lain. Belajar dengan meniru tingkah laku orang lain dapat menghemat waktu, menghindari siswa dari belajar melalui “trial and

error.”

Agar dapat mendemostrasikan suatu konsep atau keterampilan dengan berhasil, guru perlu dengan sepenuhnya menguasai konsep atau keterampilan yang akan didemonstrasikan, dan berlatih melakukan demonstrasi untuk menguasai komponen-komponennya.

g. Mencapai pemahaman dan penguasaan

(10)

berarti, bahwa jika guru menghendaki agar siswa-siswanya dapat melakukan sesuatu yang benar, guru berupaya agar segala sesuatu yang didemonstrasikan juga benar.

Banyak contoh yang menunjukkan, bahwa siswa bertingkah laku yang tidak benar karena mencontoh tingkah laku orang lain yang tidak benar.

h. Berlatih

Agar dapat mendemonstrasikan sesuatu dengan benar diperlukan latihan yang intensif, dan memperhatikan aspek-aspek penting dari keterampilan atau konsep yang didemonstrasikan. i. Memberikan latihan terbimbing

Salah satu tahap penting dalam pembelajaran langsung ialah cara guru mempersiapkan dan melaksanakan “pelatihan terbimbing.” Keterlibatan siswa secara aktif dalam pelatihan dapat meningkatkan retensi, membuat belajar berlangsung dengan lancar, dan memungkinkan siswa menerapkan konsep atau keterampilan pada situasi baru.

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh guru dalam menerapkan dan melakukan pelatihan.

(1) Menugasi siswa melakukan latihan singkat dan bermakna. (2) Memberikan pelatihan pada siswa sampai benar-benar

(11)

(3) Hati-hati terhadap latihan yang berkelanjutan, pelatihan yang dilakukan secara terus-menerus dapat menimbulkan kejenuhan pada siswa.

(4) Memperhatikan tahap-tahap awal pelatihan, yang mungkin saja siswa melakukan keterampilan yang kurang benar atau bahkan salah disadari.

j. Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik

Tahap ini terkadang dikenal dengan tahap resitasi, yaitu guru memberikan beberapa pertanyaan lisan atau tertulis kepada siswa dan guru memberikan respon terhadap jawaban siswa.Kegiatan ini merupakan aspek penting dalam pengajaran langsung, karena tanpa mengetahui hasilnya, latihan tidak banyak manfaatnya bagi siswa. Guru dapat menggunakan berbagai cara untuk memberikan umpan balik secara lisan, tes dan komentar tertuis. Tanpa umpan balik spesifik, siswa tak mungkin dapat memperbaiki kekurangannya, dan tidak dapat mencapai tingkat penguasaan keterampilan yang mantap. k. Memberikan kesempatan latihan mandiri

(12)

(1) Tugas rumah yang diberikan bukan merupakan kelanjutan dari proses pembelajaran, tetapi merupakan kelanjutan pelatihan untuk pelajaran selanjutnya

(2) Guru seyogyanya menginformasikan kepada orang tua siswa tentang tingkat keterlibatan mereka dalam membimbing siswa dirumah.

(3) Guru perlu memberikan umpan balik tentang hasil tugas yang diberikan kepada siswa dirumah.

3. Pengertian Belajar

Dalam masyarakat muncul anggapan bahwa belajar semata-mata untuk mengumpulkan atau menghafalkan fakta-fakta yang tersaji dalam bentuk informasi atau mata pelajaran. Sehingga orang tua akan merasa bangga apabila anaknya dapat mengucapkan informasi-informasi yang didapatkan disekolah. Namun banyak juga yang memandang belajar sebagai pelatihan belaka seperti yang tampak pada pelatihan membaca dan menulis. Berdasarkan persepsi semacam ini, biasanya mereka akan merasa cukup puas bila anak-anak mereka telah mampu memperlihatkan kemampuan tertentu walaupun tanpa pengetahuan mengenai arti, hakikat dan tujuan ketrampilan tersebut.

Dalam pengertian lain belajar merupakan proses perubahan perilaku tetap dari belum tahu menjadi tahu, dari tidak paham menjadi paham, dari kurang terampil menjadi lebih terampil, dan dari kebiasaan lama menjadi kebiasaan baru, serta bermanfaat bagi lingkungan maupun individu itu sendiri (Trianto, 2009).

(13)

tahu, dari yang tidak paham menjadi paham, dan dari yang kurang terampil menjadi terampil melalui praktek atau pengalaman tertentu yang dilalui seseorang agar dapat bermanfaat bagi individu atau lingkungannya.

Pembelajaran adalah usaha sadar dari seorang guru untuk membelajarkan siswanya (mengarahkan interaksi siswa dengan sumber belajar lainnya) dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan. Sehingga pembelajaran merupakan interaksi dua arah dari seorang guru dan peserta didik, keduanya terjadi komunikasi (transfer) yang intens dan terarah menuju pada suatu target yang telah ditetapkan sebelumnya (Trianto, 2009).

Menurut Darsono (2000) pembelajaran adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru sedemikian rupa sehingga tingkah laku anak didik berubah kearah yang lebih baik.

Dari pendapat-pendapat diatas bahwa pembelajaran adalah proses belajar mengajar yang terjadi antara guru dan siswa dengan tujuan agar tingkah laku anak berubah kearah yang lebih baik sesuai dengan target yang sudah ditentukan sebelumnya.

4. Pengertian Hasil Belajar

Belajar mengajar sebagai suatu proses memiliki tiga unsur yang dapat dibedakan, menurut nana sudjana (2010:2) tiga unsur ini yakni tujuan pengajaran (tujuan instruksional), pengalaman (proses) belajar mengajar, dan hasil belajar. Tujuan instruksional pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku yang diinginkan siswa. Dalam penilaian sudah semestinya diperiksa sejauh mana perubahan tingkah laku siswa telah terjadi melalui proses belajarnya. Perubahan ini dapat dilihat melalui proses penilaian, penilaian proses memberikan atau menentukan nilai kepada objek tertentu berdasarkan suatu kriteria tertentu. Penilaian ini bermanfaat tidak hanya bermanfaat untuk mengetahui tercapainya tujuan instruksional namun juga sebagai umpan balik upaya memperbaiki proses belajar mengajar.

(14)

(2010:3) mengisyaratkan bahwa objek yang dinilai adalah hasil belajar siswa. Hasil belajar siswa pada hakekatnya adalah perubahan tingkah laku siswa yang secara luas terdiri atas bidang kognitif, bidang afektif dan bidang psikomotor.

Benjamin S. Bloom dalam Sudijono (2006:49) bahwa tujuan pendidikan mengacu pada tiga jenis domain, yaitu:

a. Ranah Kognitif

Adalah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak). Dalam ranah kognitif terdapat enam jenjang proses berfikir mulai dari yang terendah hingga ke yang tinggi, keenam jenjang itu adalah :

Pengetahuan (Knowledge) adalah kemampuan seseorang untuk mengingat-ingat kembali (recall) atau mengenali kembali tentang nama, istilah, ide, gejala, rumus-rumus, dan sebagainya, tanpa mengharapkan kemampuan untuk menggunakannya. Pengetahuan merupakan proses berpikir yang paling rendah.

(15)

Penerapan (application) adalah kesanggupan seseorang untuk menerapkan atau menggunakan ide-ide umum, tata cara ataupun metode-metode, prinsip-prinsip, rumus-rumus, teori-teori dan sebagainya, dalam situasi yang baru dan konkret.

Analisis (analysis) adalah kemampuan seseorang untuk merinci atau menguraikan suatu bahan atau keadaan menurut bagian-bagian atau factor-faktor yang satu dengan factor-faktor yang lainnya.

Sintesis (synthesis) adalah kemampuan berpikir yang merupakan kebalikan dari proses berpikir analisis. Sintesis merupakan suatu proses yang memadukan bagian-bagian atau unsur-unsur secara logis, sehingga menjelma menjadi suatu pola yang berstruktur atau berbentuk pola baru.

(16)

Tabel 2.2 Hasil Belajar Aspek Kognitif pada materi Bangun Datar

No Indikator Aspek

Kognitif Soal

1. Menemukan konsep sifat-sifat bangun segitiga, persegi panjang, trapesium dan jajar genjang.

Pengetahuan Disajikan gambar bangun Segitiga, persegi panjang, trapesium dan jajar genjang

Pemahaman Siswa mengidentifikasi sifat-sifat bangun segitiga, persegi panjang, trapesium

Pemahaman Menyimpulkan konsep sifat-sifat bangun segitiga, persegi panjang, trapesium

Penerapan Menggambar bangun segitiga, persegi panjang, trapesium dan jajar genjang sesuai petunjuk guru

b. Ranah Afektif

Menurut Anas (2009:54) ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Beberapa pakar mengatakan bahwa sikap seseorang dapat diramalkan bila perubahannya bila seseorang telah memiliki penguasaan kognitif tingkat tinggi. Oleh Krathwohl ranah afektif dirinci menjadi lima jenjang, yaitu :

(17)

kesadaran dan keinginan untuk menerima stimulus, mengontrol dan menyeleksi gejala-gejala atau rangsangan yang datang dari luar. Receiving juga sering diberi pengertian sebagai kemauan untuk memperhatikan suatu kegiatan atau suatu objek. Pada jenjang ini peserta didik dibina agar mereka bersedia menerima nilai atau nilai-nilai yang diajarkan kepada mereka, dan mereka mau menggabungkan diri ke dalam nilai itu atau mengidentikkan diri dengan nilai itu.

2) Responding (menanggapi) mengandung arti “adanya partisipasi aktif”. Jadi kemampuan menanggapi adalah kemampuan yang

dimiliki oleh seseorang untuk mengikutsertakan dirinya secara aktif dalam fenomena tertentu dan membuat reaksi terhadapnya dengan salah satu cara.

3) Valuing (menilai atau menghargai) artinya memberikan nilai atau memberikan penghargaan terhadap suatu kegiatan atau objek, sehingga apabila kegiatan itu tidak dikerjakan, dirasakan akan membawa kerugian atau penyesalan. Di sini peserta didik tidak hanya mau menerima nilai yang diajarkan tetapi mereka telah berkemampuan untuk menilai konsep atau fenomena, yang baik atau buruk. Bila suatu ajaran yang telah mampu mereka nilai dan telah mampu untuk mengatakan “itu adalah baik” , maka ini

(18)

Dengan demikian maka nilai tersebut telah stabil dalam diri peserta didik.

4) Organization (mengatur atau mengorganisasikan) artinya mempertemukan perbedaan nilai sehingga terbentuk nilai baru yang lebih universal, yang membawa kepada perbaikan umum. Mengatur atau mengorganisasikan merupakan pengembangan dari nilai ke dalam satu system organisasi, termasuk di dalamnya hubungan suatu nilai dengan nilai lain, pemantapan dan prioritas nilai yang telah dimilikinya.

Sikap atau perubahan tingkah laku seseorang tidak dapat dilihat namun bisa dirasakan. Perubahan tingkah laku didapat dari proses belajar yang dialami siswa, secara tidak langsung pembelajaran yang terkonsep dengan baik akan membantu siswa membentuk sikapnya. Sikap atau perilaku siswa yang dapat terbentuk dan diharapkan guru itu macam-macam, seperti tanggung jawab, kerja sama, disiplin, mandiri dll. Namun peneliti hanya akan membahas satu sikap yang diharapkan dapat dimiliki oleh setiap siswa, yaitu kemandirian.

(19)

actions freely and responsibly while overcoming feelings of shame and doubt.”

Dapat diartikan bahwa kemandirian itu kemampuan untuk mengembangkan dan mengatur seseorang dengan kekuatan sendiri, perasaan dan perilaku yang bebas dan bertanggung jawab dalam menghadapi perasaan malu dan ragu-ragu.

Menurut Desmita (2009 : 185) Kemandirian atau otonomi adalah kemampuan untuk mengendalikan dan mengatur pikiran, perasaan dan tindakan sendiri secara bebas serta berusaha sendiri untuk mengatasi perasaan-perasaan malu dan keragu-raguan. Erikson mengatakan kemandirian adalah usaha untuk melepaskan diri dari orang tua dengan maksud untuk menemukan dirinya melalui proses mencari identitas ego, yaitu merupakan perkembangan kearah individualitas yang mantap dan berdiri sendiri.

Dari pendapat diatas, kemandirian adalah usaha membebaskan diri dari pengaruh orang tua dalam rangka mencari identitas diri agar individu dapat mengatur pikiran, tindakan dan perasaannya sendiri kearah individualitas yang mantap dan berdiri sendiri.

Tingkatan dalam kemandirian adalah perkembangan kemandirian seseorang yang berlangsung secara bertahap sesuai dengan tingkat perkembangan kemandirian tersebut. Ciri-ciri dan tingkatan kemandirian yang disebutkan Desmita (2009:188) antara lain:

1) Memiliki pandangan hidup sebagai suatu keseluruhan

2) Cenderung bersifat realistik dan objectif terhadap diri sendiri dan orang lain

(20)

4) Mampu mengintegrasikan nilai-nilai yang bertentangan 5) Toleran terhadap ambiguitas

6) Peduli akan memenuhi diri (self-fulfilment)

7) Ada keberanian untuk menyelesaikan konflik internal 8) Responsif terhadap kemandirian orang lain

9) Sadar akan adanya saling ketergantungan dengan orang lain 10) Mampu mengekspresikan perasaan dengan penuh keyakinan dan

keceriaan

Domain psikomotor yaitu domain yang lebih menekankan pada gerakan-gerakan fisik baik secara halus maupun kasar. Domain ini lebih cenderung pada mata pelajaran yang menekankan kepada gerakan-gerakan atau ketrampilan fisik seperti seni musik dan olahraga. Domain ini lebih berhubungan dengan kemampuan skill atau kemampuan seseorang.

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah suatu perubahan yang terjadi pada diri seseorang mulai dari kemampuan kognitif, sikap dan ketrampilan yang dimilikinya.

Tabel 2.3 Hasil Belajar Aspek Afektif Pada Materi Bangun Datar

No Sikap Indikator

1 Kemandirian 1. Melatih siswa agar mampu bekerja secara mandiri

(21)

c. Ranah Psikomotor

Ranah psikomotor adalah ranah yang berkaitan dengan keterampilan (skill) atau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu. Hasil belajar ranah psikomotor dikemukakan oleh Simpson (1956) yang menyatakan bahwa hasil belajar psikomotor ini tampak dalam bentuk keterampilan (skill) dan kemampuan bertindak individu. Hasil belajar psikomotor ini sebenarnya merupakan kelanjutan dari hasil belajar kognitif (memahami sesuatu) dan hasil belajar afektif (yang baru tampak dalam bentuk kecenderungan kecenderungan untuk berperilaku). Hasil belajar kognitif dan hasil belajar afektif akan menjadi hasil belajar psikomotor apabila peserta didik telah menunjukkan perilaku atau perbuatan tertentu sesuai dengan makna yang terkandung dalam ranah kognitif dan ranah afektifnya.

Tabel 2.4 Hasil Belajar Aspek Psikomotor pada Materi Bangun Datar

Zavenbergen (2004:9-10) Mathematics is the social filter that facilitates the acces of some students to professions of high status, wealth and power while excluding other. Developing nations actively seek their young to have access to mathematics, for they know that such knowledge will benefit them in the future. Mathematics be the foundation for so many other forms of powerfull knowledge. Computing, science, technology, research, all have a heavy reliance on mathematics.

(22)

menyebutkan bahwa matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan mengembangkan daya pikir manusia, untuk menguasai dan menciptakan teknologi masa depan.

Matematika pada dasarnya berasal dari bahasa yunani mathematike yang berarti mempelajari. Kata mathematike mempunyai hubungan dengan kata mathein yang artinya belajar (berfikir). Sesuai dengan asal katanya, matematika merupakan ilmu pengetahuan yang dapat didapat dengan cara berfikir. Asep Jihad (2008 : 152) dalam bukunya menyebutkan pengertian matematika dari beberapa ahli, Reys (1948) mengartikan bahwa matematika sebagai telaahan tentang pola-pola dan hubungan suatu jalan atau pola-pola berfikir, suatu seni, suatu bahasa dan suatu alat. Maka dari itu, Kline (1973) menyebutkan bahwa matematika bukan pengetahuan yang menyendiri, keberadaannya ada untuk membantu manusia dalam memahami dan menguasai permasalahan sosial,ekonomi dan alam.

6. Materi Pokok Bangun Datar

Dalam penelitian ini peneliti mengambil materi Bangun Datar pada kelas V semester II dengan SK dan KD sebagai berikut:

Tabel 2.5 Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar dan Indikator

Standar

Kompetensi Kompetensi Dasar Indikator

(23)

Segitiga

Bidang segitiga adalah daerah yang berbentuk segitiga. Bidang segitiga biasanya hanya disebut segitiga. Berikut ini adalah jenis-jenis segitiga.

Macam-macam segitiga menurut besar sudutnya. 1) Segitiga lancip, Besar ketiga sudutnya kurang dari 90°. 2) Segitiga siku-siku, Besar salah satu sudutnya 90°.

3) Segitiga tumpul, besar salah satu sudutnya lebih dari 90° dan kurang dari 180°.

Macam-macam segitiga menurut panjang sisinya.

1. Segitiga sembarang, Ketiga sisinya tidak sama panjang. 2. Segitiga sama kaki, Dua sisinya sama panjang.

3. Segitiga sama sisi, Ketiga sisinya sama panjang.

Sudut dilambangkan dengan ∠. Misal Sudut A dilambangkan

∠A. Sudut B dilambangkan ∠B.

(24)

Bentuk persegi panjang banyak kamu jumpai di sekitarmu. Contoh yang dekat misalnya papan tulis, permukaan buku tulismu, dan permukaan meja.

Sifat-sifat persegi panjang :

1) persegi panjang merupakan bangun segi empat; 2) banyak titik sudutnya ada 4;

3) keempat sudutnya berupa sudut siku-siku; 4) banyak sisi yang sejajar ada dua pasang; dan 5) pasangan sisi yang sejajar sama panjang.

Dua garis yang sejajar dilambangkan dengan tanda // contoh : a // b artinya garis a sejajargaris b.

(25)

Gambar diatas merupakan contoh bentuk trapesium yang sering kamu lihat. Jenis-jenis trapesium ada 3, yaitu trapesium sembarang, trapesium sama kaki, dan trapesium siku-siku.

Setiap sisi trapesium mempunyai nama sendiri, yaitu sisi atas, kaki, sisi alas dan kaki.

(26)

ada sepasang kaki trapesium yang sama panjang. Sifat-sifat trapesium sebagai berikut.

1. Mempunyai sepasang sisi yang sejajar.

2. Jumlah besar sudut yang berdekatan di antara sisi sejajar 180°. 3. Jumlah keempat sudutnya 360°.

Jajar genjang

Jajar genjang merupakan bangun datar segi empat, adapun bentuknya adalah sebagai berikut :

Sifat-sifat jajargenjang adalah sebagai berikut .

1. Sisi-sisi yang berhadapan sejajar dan sama panjang. 2. Sudut-sudut yang berhadapan sama besar.

3. Keempat sudutnya tidak siku-siku.

4. Jumlah sudut-sudut yang berdekatan 180°.

5. Kedua diagonalnya saling membagi dua ruas garis sama panjang.

B. Hasil Penelitian yang Relevan

(27)

untuk mengetahui pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Masalahterhadap hasil belajar matematika siswa di SMP Negeri 9 Palembang.

Dalam penelitian ini, yang menjadi populasi adalah seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 9 Palembang, sedangkan sampelnya adalah kelas VII.7 sebanyak 26 orang sebagi kelas eksperimen dan kelas VII.8 sebanyak 26 orang sebagai kelas kontrol. Untuk pengumpulan data, penelitian ini menggunakan tes hasil belajar matematika siswa (post test). Dimana rata-rata nilai nilai post test untuk kelas eksperimen adalah 82,62. Sedangkan rata-rata nilai post test untuk kelas kontrol adalah 70,04. Untuk mengujihipotesis digunakan uji-t dengan taraf signifikan 5%. Dari hasil perhitungan diperoleh t hitung = 2.260 dengan derajat kebebasan 50. Dengan demikian ada pengaruh model Pembelajaran Berbasis Masalah terhadap hasil belajar matematika siswa di kelas VII SMP Negeri 9 Palembang.

C. Kerangka Berpikir

(28)

Dengan melibatkan siswa pada proses pembelajaran, diharapkan siswa menjadi aktif dan keaktifannya dapat membantu siswa memahami konsep-konsep matematika yang diharapkan. Bila dirumuskan dalam skema dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.6 Kerangka Pemikiran Penelitian

D. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kajian pustaka dan kerangka berfikir diatas, dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut:

1. Ada pengaruh penerapan model pembelajaran PBI (Problem Based Instruction) terhadap hasil belajar matematika aspek kognitif siswa kelas V SD Negeri 1 Karangnanas.

2. Ada pengaruh penerapan model pembelajaran PBI (Problem Based Instruction) terhadap hasil belajar matematika aspek afektif siswa kelas V SD Negeri 1 Karangnanas.

Hasil Belajar

Matematika Tinggi

Penerapan

Metode eksperimen dan model pembelajaran PBI

Kondisi Awal

Hasil Belajar Matematika Rendah

Kondisi Akhir

Memberikan pengaruh yang positif terhadap hasil

(29)

3. Ada pengaruh penerapan model pembelajaran PBI (Problem Based Instruction) terhadap hasil belajar matematika aspek psikomotor siswa

Gambar

Tabel 2.1 Sintaks PBI (Problem Based Instruction)
Tabel 2.2 Hasil Belajar Aspek Kognitif pada materi Bangun Datar
Tabel 2.3 Hasil Belajar Aspek Afektif Pada Materi Bangun
Tabel 2.4 Hasil Belajar Aspek Psikomotor pada Materi Bangun
+4

Referensi

Dokumen terkait

(3) Permohonan perpanjangan izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disusun sesuai dengan format surat permohonan perpanjangan Izin Wakil Penjamin Emisi Efek dan/atau

Data penurunan COD pada reaktor elektrokoagulasi yang menggunakan jarak antara elektroda 0,5; 1,0 ; 1,5 dan 2,0 cm dengan voltase 10 volt serta waktu tinggal 3 jam

Untuk memecahkan masalah, dibuat program aplikasi dengan menggunakan Visual Basic 6.0, yang merupakan aplikasi proses pengolahan data yang sebelumnya masih dilakukan

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN TEKNIK TEXT SUMMARY ASSIGNMENT ( TSA) DALAM PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA TEKS BAHASA ARAB SISWA. Studi Eksperimen Kuasi Pada Siswa Kelas X MAN

Asidogenesis adalah proses yang kompleks dimana mikroba anaerob mengurai senyawa organik menjadi asam organik molekul rendah (Volatile

The transformNode metho d returns a String value c o ntaining a fo rmatted XML do c ument using the spec ified XSL style sheet.. You m ust use the r eadyState property

Dengan memanjatkan puji syukur kepada Tuhan yang telah melimpahkan segala anugerah-Nya, sehingga penulisan skripsi dengan judul Pengaruh Motivasi dan Disiplin Kerja

Andi suka menolong temannya termasuk akhlaq yang .... Membasuh muka adalah termasuk