• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah - Bab I Mulyani S Fadilah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah - Bab I Mulyani S Fadilah"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

Pendidikan merupakan proses penanaman nilai – nilai melalui aktifitas – aktifitas yang mengarahkan pada pengembangan kepribadian, serta kegiatan yang dilakukan secara sadar, terencana dan memiliki tujuan. Hal ini sebagaimana di nyatakan dalam Undang – undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan PP No 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional pendidikan, menegaskan bahwa pendidikan adalah:

“Usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses yang kondusif agar peserta didik secara aktif mampu mengembangkan potensi dirinya dengan baik sehingga peserta didik mampu mengembangkan potensi dirinya dengan baik sehingga peserta mampu memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kecerdasan, kepribadian, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan bernegara”.

Cogan (1999:4) mengartikan Civic Education sebagai “…the foundational course work in school designed to prepare young citizens for an

active role in their communities in their adult lives”, maksudnya adalah suatu

mata pelajaran dasar di sekolah yang dirancang untuk mempersiapkan warga negara muda, agar kelak setelah dewasa dapat berperan aktif dalam masyarakatnya. Ini berarti Pendidikan Kewarganegaraan menekankan pada penerapan dalam kehidupan sehari-hari, bukan sekedar teori.

(2)

“Pendidikan kewarganegaraan bertujuan untuk mengembangkan potensi individu warganegara Indonesia, oleh sebab itu, diharapkan setiap individu memiliki wawasan, watak serta keterampilan intelektual dan sosial yang memadai sebagai warganegara. Dengan demikian, setiap warga negara dapat berpartisipasi secara cerdas dan bertanggung jawab dalam berbagai dimensi kehidupan bermasyarakat, bangsa dan negara. Oleh karena itu, setiap jenjang pendidikan harus mencakup pendidikan kewarganegaraan yang akan mengembangkan kecerdasan peserta didik melalui pemahaman dan pelatihan keterampilan intelektual”.

Menurut Branson, (1999:4) materi pendidikan kewarganegaraan harus mencakup tiga komponen, yaitu Civic Knowledge (pengetahuan kewarganegaraan), Civic skill (kecakapan kewarganegaraan) dan Civic Dispotition (watak–watak kewarganegaraan).

Komponen pertama Civic knowledge “berkaitan dengan kandungan

atau nilai apa yang seharusnya diketahui oleh warganegaranya”

(Branson,1999:8). Aspek ini menyangkut kemampuan akademik – keilmuan yang dikembangkan dari berbagai teori politik, hukum dan moral. Komponen kedua, Civic skill meliputi keterampilan intelektual dan keterampilan berpartisipasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Ketiga Civic Dispossition (watak–watak kewarganegaraan) merupakan dimensi yang paling subtantif dan esensial dalam mata pelajaran PKn. Dimensi watak kewarganegaraan dapat dipandang sebagai “pusat” dari pengembangan kedua

(3)

kesadaran hukum siswanya. Oleh karena itu dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan diperlukan bentuk sajian yang berbeda dalam mengajar, menggunakan metode pembelajaran, serta evaluasi (Zamroni, 2005:8). Guru memegang peranan yang sangat penting dalam keberhasilan proses pembelajaran.

Sementara itu, masa Sekolah Menengah Atas (SMA) siswa berada dalam masa remaja. Masa remaja menurut Mappiare (dalam Hartinah, 2008: 57) berlangsung antara umur 12 sampai dengan 21 tahun bagi wanita dan 13 sampai dengan 22 tahun bagi pria. Masa remaja masih labil, karena pada masa ini adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak memasuki dunia dewasa, dimana masa peralihan pasti menimbulkan gejolak, dan masa dimana remaja berusaha untuk bekal pengetahuan dan keahlian guna mewujudkan cita-citanya, agar menjadi seorang ahli professional di bidangnya. Maka sangat penting bagi remaja untuk mempersiapkan bekal dengan sebaik-baiknya.

Salah satu hal yang sangat penting bagi remaja adalah pembentukkan kesadaran hukum yang baik. Dalam bahasa Inggris istilahnya adalah “conscentia” ini dapat diartikan sebagai “consciousness” yaitu kesadaran. Secara harfiah kata “kesadaran” berasal dari kata “sadar”, yang berarti insyaf;

merasa; tahu dan mengerti. Jadi, kesadaran adalah keinsyafan atau merasa mengerti atau memahami segala sesuatu menurut Sudikno (1999:03).

(4)

terhadap setiap kesempatan serta dapat menempatkan dirinya sebagai individu dan anggota masyarakat. Sebagai individu ia akan mengetahui dan memperhatikan dirinya sendiri, sedangkan sebagai anggota masyarakat, ia akan mengadakan kontak dengan orang lain sehingga timbul interaksi diantara mereka. Berkaitan dengan hal tersebut, Widjaja (1984:14) mengemukakan pendapatnya tentang kesadaran bahwa :

Sadar (kesadaran) adalah kesadaran kehendak dan kesadaran hukum. Sadar diartikan merasa, tahu, ingat keadaan sebenarnya dan ingat keadaan dirinya. Kesadaran diartikan sebagai keadaan tahu, mengerti dan merasa, misalnya tentang harga diri, kehendak hukum dan lainnya.

Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa kesadaran hukum adalah suatu proses kesiapan diri untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu untuk menanggapi hal tertentu dengan didasari atas pengertian, pemahaman, pertimbangan - pertimbangan serta nalar dan moral disertai dengan kebebasan sehingga ia dapat mempertanggungjawabkan secara sadar dan masuk akal ntuk menciptakan perdamaian di masyarakat juga memiliki kemampuan untuk mengarahkan masyarakat kepada suatu proses pembaharuan dan pembangunan nasional. Karena kemajuan suatu bangsa dapat terlihat dari tingkat kesadaran hukum warganya. Semakin tinggi kesadaran hukum penduduk suatu negara, akan semakin tertib kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Sebaliknya, jika kesadaran hukum penduduk suatu negara rendah, yang berlaku di sana adalah hukum rimba.

(5)

pada setiap generasi penerus bangsa. Indonesia adalah negara hukum. Dalam hidup di lingkungan masyarakat maupun sekolah tidak lepas dari aturan – aturan yang berlaku, baik yang tertulis maupun aturan yang tidak tertulis. Aturan – aturan tersebut harus ditaati sepenuhnya. Adanya aturan tersebut adalah agar tercipta kemakmuran dan keadilan dalam lingkungan masyarakat. Apabila aturan – aturan tersebut dilanggar, akan mendapat sanksi yang tegas.

Di Indonesia, masalah kesadaran hukum mendapat tempat yang sangat penting, kesadaran hukum merupakan suatu penilaian terhadap hukum yang ada serta hukum yang dikehendaki yang seharusnya. Sebagai contoh sekarang ini, kesadaran hukum remaja cenderung memburuk. Ini terbukti dari banyaknya tindakan negatif yang dilakukan oleh remaja, dari berita Satuan Lalu Lintas Polrestabes Makassar menjaring, 227 sepeda motor. Pengendara yang melanggar justru didominasi dari kalangan terpelajar. Baik pelajar maupun mahasiswa “AKBP Lafri Setyono, profesi pengendara yang

melanggar lalu lintas yakni kalangan swasta sebanyak 41 orang, kalangan mahasiswa dan pelajar, sebanyak 157 orang, dan lain-lain hanya 29 orang”.

(6)

Pemuda dan Olah Raga Disdikpora Sleman, (Suara Merdeka.com 23 November 2012). Senin, 24 September 2012 lalu, siswa SMA Negeri 70 Jakarta dan SMA Negeri 6 Jakarta tawuran hingga menewaskan Alawy Yusianto Putra

(Jakarta, Kompas.com 1 Oktober 2012).

Budaya dasar yang terlepas dari seleksi masuk dan menyatu dengan budaya timur telah membinasakan hukum yang berlaku selama ini. Kenakalan remaja merupakan masalah nasional yang mengganggu masyarakat serta kehidupan kita dan merupakan perilaku yang melanggar hukum. Sebagai contoh yang diambil dari siswa - siswi saat ini, mengenai ketaatan hukum baik dimasyarakat maupun lingkungan sekolah, yaitu misalnya tentang berkendara dengan baik sesuai aturan yang berlaku yaitu seperti yang disebutkan pada (pasal 59 ayat 1 UU No. 14 tahun 1992). Mengemudikan kendaraan, tidak dapat menunjukan SIM (Surat izin Mengemudi) dipidana kurungan dua bulan atatu denda maksimal Rp 2.000.000 kemudian berkelahi, mencuri, dan seks bebas. Oleh karenanya sudah merupakan satu kewajiban baik bagi aparat pemerintah, lembaga pendidikan, tokoh agama, tokoh masyarakat, dan siapapun yang berkepentingan terhadap perkembangan remaja untuk terlibat dalam satu sistem pembinaan sebagai upaya menuju ke arah yang lebih baik.

(7)

pendidikan, lembaga keagamaan, pendidikan sosial, instansi pemerintahan dan lain sebagainya. Salah satu upaya menanggulangi kondisi tersebut antara lain melalui pendidikan formal di sekolah, dimana sekolah merupakan tempat untuk memberikan pendidikan dan pembinaan bagi pelajar supaya dapat berperilaku yang lebih baik dan positif serta memberikan bekal untuk masa depan pelajar.

Mengingat peran pembelajaran Pkn sangat penting dalam membentuk kesadaran hukum kepada peserta didiknya, tentunya pembelajaran PKn memiliki kontribusi untuk menanggulangi pelanggaran – pelanggaran tata tertib maupun hukum yang dilakukan oleh peserta didik sehingga pelanggaran tersebut semaksimal mungkin dapat diminimalisir dan ditanggulangi dengan baik. Begitu juga dengan pelanggaran hukum yang terjadi di SMK N 3 Purwokerto, yang memiliki mayoritas siswa perempuanpun tidak menjadikan terbebas dari perbuatan siswa melakukan kenakalan di sekolah.

Banyak terjadinya bentuk – bentuk pelanggaran yang dilakukan siswa, berdasarkan hasil data dokumentasi dengan guru BK pada tanggal 20 November 2012 tahun pelajaran 2011/2012 antara lain:

a. Pelanggaran yang menimbulkan korban fisik antara lain :

perkelahian dengan teman satu sekolah, dan perkelahian dengan siswa dari sekolah lain

(8)

c. Pelanggaran sosial antara lain: hamil diluar nikah, melawan guru, melakukan tindak asusila.

d. Pelanggaran yang melawan status antara lain: membolos sekolah, terlambat, tidak memakai atribut lengkap, seragam tidak rapi. Siswa mengalami beberapa permasalahan yang mempengaruhi dalam proses pembelajaran di kelas, antara lain.

Gambar 1.1. Permasalahan siswa yang Terjadi di SMK N 3 Purwokerto Tahun Pelajaran 2011/2012

Keterangan pelanggaran selama bulan Juli-September 2012 SMK Negeri 3 Purwokerto:

a) Pelanggaran karena permasalahan kenakalan remaja di terjadi sebanyak 47,29%

b) Pelanggaran karena permasalahan keluarga sebanyak 11,08% c) Pelanggaran karena permasalahan ekonomi sebanyak 7,31 d) Pelanggaran karena permasalahan belajar 15,33%

e) Pelanggaran karena permasalahan sosial 4,71% 47,29%

11,08% 7,31%

15,33% 4,71%

26,53%

Grafik Permasalahan Siswa Tahun Pelajaran 2011/2012 SMK N 3 Purwokerto

Kenakalan Remaja Keluarga

Ekonomi Belajar Sosial

(9)

f) Pelanggaran karena permasalahan pribadi 26,53%

Dapat disimpulkan bahwa dalam grafik diatas bahwa SMK Negeri 3 banyak pelanggaran yang terjadi karena berbagai permasalahan yang ada. SMK Negeri 3 Purwokerto disini menerapkan sistem pemberian point negatif kepada siswa yang melakukan pelanggaran, apabila point negatif siswa telah mencapai 200, maka siswa akan dikembalikan lagi kepada orang tua/ wali murid siswa. Pihak sekolah sudah melakukan beberapa usaha untuk menanggulangi pelanggaran yang terjadi di sekolah seperti adanya mata pelajaran bimbingan konseling, pemberian point bagi siswa yang melangar aturan, tetapi memang belum menunjukkan hasil yang maksimal.

Upaya yang dilakukan untuk menangani siswa yang bermasalah, khususnya yang terkait dengan pelanggaran disiplin sekolah dilakukan melalui dua pendekatan yaitu pendekatan disiplin dan pendekatan bimbingan konseling. Mekanisme penanganan siswa bermasalah yang diterapkan di SMK N 3 Purwokerto:

Gambar 2.2 Mekanisme penanganan siswa bermasalah di SMK N 3 Purwokerto.

Masalah siswa

Ringan Semua

guru/wali kelas

Sedang Guru BK

Berat Petugas yang

(10)

Usaha untuk menanggulangi pelanggaran memang bukanlah menjadi tanggung jawab Guru PKn saja, tetapi seluruh pihak sekolah memiliki peran untuk mengatasinya, salah satunya adalah guru yang berinteraksi secara langsung dengan siswa. Guru PKn diharapkan memiliki peran yang lebih di banding guru mata pelajaran lain dalam mengatasi pelanggaran tata tertib yang terjadi di SMK N 3 Purwokerto.

Selain itu menurut Kapolres Banyumas AKBP Dwiyono (Suara merdeka.com 12 Desember 2012) melalui Kasat Lantas AKP Chalid Mawardi, mengatakan Operasi Zebra digelar mulai 28 November dan akan berakhir 11 Desember. Sasarannya lokasi rawan kecelakaan, rawan macet, dan rawan pelanggaran.„‟Hingga 6 Desember, jumlah pengendara yang terjaring 3.344

orang sebagian besar pelanggaran dilakukan pelajar tapi tidak semuanya ditilang, ada yang hanya mendapat teguran. Penilangan dilakukan bagi pengendara yang pelanggarannya berpotensi menimbulkan kecelakaan dan membahayakan pengguna jalan yang lain. Dalam melaksanakan operasi, Satlantas Polres Banyumas menerapkan pola 40 persen tindakan preemtif, yakni penyuluhan ke sekolah-sekolah, lembaga pendidikan keterampilan dan klub-klub motor, serta perkumpulan pengemudi.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai pembelajaran PKn dalam membentuk kesadaran hukum siswa. Dengan demikian penelitian ini mengambil judul yaitu “Peranan Pembelajaran Pkn dalam membentuk kesadaran hukum siswa”.

(11)

B. Perumusan Masalah

Dalam penelitian ini dirumuskan masalah umum penelitian, yaitu: Bagaimana peranan pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) dalam membentuk kesadaran hukum siswa ?

Secara khusus dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut : 1. Bagaimana peranan pembelajaran PKn dalam membentuk

pengetahuan hukum siswa?

2. Bagaimana peranan pembelajaran PKn dalam membentuk pemahaman hukum siswa?

3. Bagaimana peranan pembelajaran PKn dalam membentuk sikap hukum siswa?

4. Bagaimana peranan pembelajaran PKn dalam membentuk pola perilaku hukum siswa?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, masih banyak pelajar yang melanggar peraturan – peraturan yang berlaku di sekolah, baik itu dilakukan secara sengaja maupun tidak sengaja. Mengenai permasalahan tersebut maka peneliti tertarik mengadakan penelitian tentang kesadaran hukum di kalangan pelajar di SMK Negeri 3 Purwokerto.

Pembuatan penelitian ini mempunyai tujuan yaitu 1. Tujuan Umum

(12)

2. Tujuan Khusus

Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk mengetahui :

a) Peranan pembelajaran PKn yang diberikan oleh guru di sekolah dalam membentuk pengetahuan hukum siswa

b) Peranan pembelajaran PKn dalam membentuk pemahaman hukum siswa

c) Peranan pembelajaran PKn dalam membentuk sikap hukum siswa d) Peranan pembelajaran PKn dalam membentuk perilaku hukum

siswa

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran peranan Pembelajaran Pendidikan kewarganegaraan sebagai wahana pendidikan dalam membina kesadaran hukum siswa. Selain itu juga untuk merangsang dilakukannya penelitian yang lebih mendalam dan menyeluruh terhadap permasalahan dalam penelitian ini.

2. Manfaat praktis

Penelitian ini diharapkan dapat menjadikan siswa SMK Negeri 3 Purwokerto memiliki kesadaran hukum yang baik di lingkungan sekolah, keluarga, maupun di lingkungan masyarakat.

(13)

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi seorang guru baik itu guru Pkn maupun guru mata pelajaran lainnya dalam hal memilih metode pembelajaran yang tepat untuk memiliki kesadaran hukum siswa yang baik.

b. Bagi Sekolah

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan penyempurna dalam pelaksanaan kegiatan belajar dan menjadi cara untuk meningkatkan kualitas pendidikan di SMK Negeri 3 Purwokerto.

c. Bagi Akademisi

Gambar

Gambar 1.1. Permasalahan siswa yang Terjadi di SMK N 3
Gambar 2.2 Mekanisme penanganan siswa bermasalah di SMK N 3

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan: Mengetahui efektivitas permainan puzzle terhadap perkembangan kognitif pada anak ADHD ( Attention Deficit Hyperactive Disorder ) di SLB Nasional, Desa Sudimara,

Emisi surat utang korporasi di pasar domestik selama Januari 2018 mencapai Rp7,67 triliun atau naik 2,84 kali dibandingkan dengan Januari 2018, berdasarkan data oleh

“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma`ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah” (QS. Pemuda dalam Islam

 Biaya produksi menjadi lebih efisien jika hanya ada satu produsen tunggal yang membuat produk itu dari pada banyak perusahaan.. Barrier

Metode pengolahan dan analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif kualitatif dengan pendekatan manajemen strategi untuk mengetahui lingkungan perusahaan

Berdasarkan pengamatan kemampuan berbahasa siswa pada siklus 1 telah mengalami peningkatan dari pratindakan walaupun belum mencapai persentase KKM yang telah ditentukan.

 Pengurangan kas di bendahara pengeluaran adalah belanja operasi sebesar Rp. Rincian sisa UYHD dan penyetorannya dapat dilihat pada Lampiran 1a. Tidak ada penerimaan

- SAHAM SEBAGAIMANA DIMAKSUD HARUS DIMILIKI OLEH PALING SEDIKIT 300 PIHAK & MASING2 PIHAK HANYA BOLEH MEMILIKI SAHAM KURANG DARI 5% DARI SAHAM DISETOR SERTA HARUS DIPENUHI