• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbedaan tingkat kecemburuan terhadap pasangan antara wanita dan pria usia dewasa awal - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Perbedaan tingkat kecemburuan terhadap pasangan antara wanita dan pria usia dewasa awal - USD Repository"

Copied!
221
0
0

Teks penuh

(1)

PERBEDAAN TINGKAT KECEMBURUAN TERHADAP PASANGAN ANTARA WANITA DAN PRIA USIA DEWASA AWAL

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Oleh :

Theodora Dewi Andriani Henriques NIM : 029114007

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)

Halaman Persembahan

”Kemalangan yang menimpa dirimu adalah agar supaya engkau tidak

terperosok ke dalam kepuasan rohani.”

Engkau harus tabah dan percaya behwa Allah tidak akan

membiarkan dirimu dicoba melebihi kekuatanmu!” (I Kor. 10 :13)

Karyaku ini kupersembahkan bagi :

Yesus Kristus kekasih hatiku,

Mama dan Papa tercinta,

Mbak ’Nest dan Adikku Wibi tersayang,

Sahabat-sahabatku yang akan selalu kuingat.

I Love You much....

(5)

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 22 Februari 2008 Penulis

Theodora Dewi Andriani Henriques

(6)

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertandatangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :

Nama : Theodora Dewi Andriani Henriques No. Mahasiswa : 029114007

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal : 1 April 2008

Yang menyatakan

(Theodora Dewi Andriani Henriques)

(7)

ABSTRAK

Perbedaan Tingkat Kecemburuan Terhadap Pasangan Antara Wanita Dan Pria Usia Dewasa Awal

Theodora Dewi Andriani Henriques Fakultas Psikologi

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Penelitian ini bertujuan untuk melihat perbedaan tingkat kecemburuan terhadap pasangan antara wanita dan pria usia dewasa awal. Kecemburuan adalah sikap atau reaksi pada perasaan yang mengancam dan secara khusus melibatkan perasaan kasih sayang atau perilaku protektif. Kecemburuan melibatkan individu, seorang pasangan, dan orang ketiga sebagai saingan. Komponen dalam kecemburuan tidak berbeda dengan komponen sikap, antara lain : komponen kognitif, komponen afeksi, dan komponen konasi. Kecemburuan juga dipengaruhi oleh faktor perbedaan individu, hubungan dengan orang ketiga atau saingan, dominasi orang ketiga, dan daya tarik orang ketiga. Berdasarkan latar belakang, peneliti mengasumsikan bahwa ada perbedaan tingkat kecemburuan antara wanita dan pria.

Subyek penelitian ini adalah wanita dan pria berusia 21–25 tahun, dengan rincian sedang menjalin hubungan romantis atau biasa disebut pacaran dengan lawan jenis. Jenis penelitian ini adalah komparatif yaitu penelitian yang bertujuan untuk melihat perbedaan, dengan cara membandingkan tingkat kecemburuan (sebagai variabel tergantung) dengan jenis kelamin (sebagai variabel bebas). Metode pengumpulan data yang digunakan adalah penyebaran skala untuk diisi oleh subyek. Alat pengumpulan data adalah skala kecemburuan. Uji coba kesahihan butir dan reliabilitas skala penelitian menghasilkan koefisien reliabilitas sebesar 0,975, yang menunjukkan tes tersebut status andal.

Data penelitian dianalisis dengan teknik Independent Sample t-test. Hasil analisis data menyatakan bahwa sebaran data yang ada adalah normal dan homogen. Probabilitas yang diperoleh adalah 0,121 (p > 0,05), artinya hipotesis yang menyatakan ada perbedaan antara wanita dan pria usia dewasa awal ditolak. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan pada tingkat kecemburuan terhadap pasangan pada wanita dan pria usia dewasa awal.

(8)

ABSTRACT

The Differences Level Of The Jealousy Between Young Adult Female and Male

Theodora Dewi Andriani Henriques Faculty of Psychology Sanata Dharma University

Yogyakarta

The research’s aims is to find out the differences of the jealousy between young adult female and male. Jealousy is an attitude or reaction to threats feelling and spesiallly involve love or protective behavior. Jealousy typically involves an individu, a partner, and a third party rival. The component of jealousy is not different with the component of attitude, there is : cognition, afection, and conation. The factors of jealousy influence by individual differences, relationship with rival, domination of rival, and rival attractiveness. Based on the background, it can be assumed that there are jealousy differences between young adult female and male.

The subjects in this research were 80 female and 80 male aged between 21 to 25 years old. They are in romantic relationship with the opposite of their sex. The technique applied in this research was the comparative technique to find out the differences of the jealousy level (as the bound variable) to the gender (as the free variable). The method used to collect the data was by distributing scales to the subjects to be filled. The data collecting tools were the jealousy scales. The reliability coefficient as the result of the validity and reliability test of the research scales was 0,975 wich showed that the test was reliable.

The research data are analyzed using the Independents Sample t-test. The result of the data analysis shows that the available data distribution is normal and homogenous. The probability result is 0,121 (p > 0,05). It means that the hipotesis which states that are differences level of jalousy between young adult female and male is not accepted. Therefore, it can be conclude that no differences of jealousy level between young adult female and male.

(9)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Pengasih atas berkat, kasih dan penyertaanNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ”Perbedaan Tingkat Kecemburuan Terhadap Pasangan Antara Wanita Dan Pria Usia Dewasa Awal” sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Psikologi (S. Psi.) di Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Selama penyusunan skripsi dan penelitian ini, penulis telah menerima banyak bantuan berupa bimbingan, masukan, pengarahan serta dorongan semangat dari berbagai pihak. Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada : 1. Bapak P. Eddy Suhartanto, S. Psi., M. Si. selaku Dekan Fakultas Psikologi. 2. Ibu Maria Laksmi Anantasari, S.Psi., M.Si. selaku Dosen Pembimbing atas

segala bimbingan, saran, pengarahan dan terutama untuk kesabaran yang telah diberikan selama penyusunan skripsi ini.

3. Ibu Lusia Pratidarmanastiti, S.Psi., M.Si. selaku dosen penguji atas segala masukan berupa kritik dan saran demi kesempurnaan skripsi ini.

4. Bapak P. Eddy Suhartanto, S. Psi., M. Si. Selaku dosen penguji atas segala masukan berupa kritik dan saran demi kesempurnaan skripsi ini.

5. Papa dan Mama yang tersayang untuk semua kesabaran, doa dan cinta dalam mendukung saya selama ini, ”Kasih tanpa syarat yang Mama dan Papa yang telah menguatkanku”.

6. Adik laki-lakiku kesayanganku ”Wibi” yang tidak pernah lelah meledekku, mendorongku, dan memberikan bantuan finansialnya. Deek, aku sudah LULUS!!

(10)

7. Mbak Ernest dan Mas Heri, terima kasih atas bantuan, dukungan dan doa dari tempat nun jauh disana.

8. Mbak Lia, Mbak Shanty, dan Mbak Winda untuk semua persahabatan, kekeluargaan, tawa dan tangis yang menemaniku selama ini. ”Kalian keluarga keduaku”, semoga kita masih bisa kumpul-kumpul lagi ya. I Love U Much, Ladies ..!

9. Bapak dan Ibu Heru, ’orang tua kedua’ untuk segala kebaikan yang kuterima selama ini. Deron kecilku, sampai sekarang kamu masih jadi pangeran kesayangan Tante Dewi.

10.Raniy my little sister, thanks buat semua dukungan, curhat, tawa dan air mata yang sudah kutumpahkan kepadamu. I Love U much, girl ..!

11.Toa dan mas Angga yang tidak pernah jenuh mendengarkan ocehanku yang nggak penting. Thanks Guys..!

12.Teman-teman yang telah membantu penyebaran dan pengisian kuesioner ; Shanty, Toa, Nicey, Vanty, Mbak Mira, Sasa, Rosa, dan banyak lagi yang tidak dapat kusebutkan satu per satu Terima kasih ya untuk membantu dan tidak pernah menyerah memberikan semangat untukku!

13.Teman-teman angkatan 2002 untuk pertemanan selama 5 tahun ini. CIAYOO..!!

14.Eli, Yvonne, Andrew, Feby, dan Lista, adik-adikku yang manis dan menggemaskan. Terima kasih sudah mengisi sebagian waktu dalam hidupku. Tidak lupa Tante Apri, Tanteku yang baik hati, terima kasih untuk semua dukungannya.

(11)

15.Semua orang yang pernah datang dan pergi dalam hari-hariku, terima kasih karena sudah menjadi bagian dalam hidupku untuk berproses menjadi diriku yang sekarang.

16.Semua pihak yang telah membantu penyelesaian skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu. Thank you so much !

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan dan penelitian skripsi ini, namun penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi masyarakat dan perkembangan ilmu pengetahuan.

Penulis

(12)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II LANDASAN TEORI A. Pria dan Wanita ... 7

1. Perbedaan Pria dan Wanita ... 7

2. Stereotipe terhadap Pria dan Wanita ... 13

(13)

B. Dewasa Awal ... 15

1. Batasan Usia Dewasa Awal ... 15

2. Ciri-ciri Dewasa Awal ... 16

3. Tugas Perkembangan Dewasa Awal ... 20

C. Kecemburuan ... 20

1. Definisi Kecemburuan ... 20

2. Komponen Kecemburuan ... 22

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kecemburuan ... 25

D. Perbedaan Tingkat Kecemburuan Terhadap Pasangan Antara Wanita Dan Pria Usia Dewasa Awal ... 28

E. Hipotesis Penelitian ... 30

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 31

B. Variabel Penelitian ... 31

1. Variabel Bebas ... 31

2. Variabel Terikat ... 31

C. Definisi Operasional... 32

1. Kecemburuan ... 32

2. Pria dan Wanita Usia Dewasa Awal ... 33

D. Subyek Penelitian ... 34

E. Metode dan Alat Pengumpulan Data ... 35

F. Validitas dan Reliabilitas ... 41

G. Analisis Data ... 42

(14)

BAB IV PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Persiapan Penelitian dan Pelaksanaan Uji Coba Alat Ukur ... 43

1. Persiapan Penelitian ... 43

2. Uji Coba Alat Ukur ... 44

3. Hasil Uji Coba Alat Ukur ... 45

B. Pelaksanaan Penelitian ... 49

C. Hasil Penelitian ... 51

1. Uji Normalitas ... 51

2. Uji Homogenitas ... 51

3. Estimasi Reliabilitas Penelitian ... 52

4. Uji Hipotesis ... 52

D. Kriteria Berdasarkan Kategori Kecemburuan ... 54

E. Pembahasan ... 57

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 61

B. Saran ... 61

1. Bagi Wanita dan Pria Dewasa Awal ... 61

2. Bagi Peneliti Lain ... 61

DAFTAR PUSTAKA ... 63

LAMPIRAN ... 65

(15)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Komponen dan Distribusi Aitem Skala Uji Coba Kecemburuan... 40

Tabel 2. Komponen & Distribusi Aitem Skala Kecemburuan Setelah Uji Coba 48 Tabel 3. Rangkuman Subyek Penelitian ... 50

Tabel 4. Ringkasan Uji Normalitas ... 51

Tabel 5. Ringkasan Uji Homogenitas ... 52

Tabel 6. Ringkasan Uji- t ... 53

Tabel 7. Ringkasan Mean Empiris Kelompok Subyek Wanita dan Pria ... 55

Tabel 8. Ringkasan Mean Empiris Kelompok Subyek Wanita ... 55

Tabel 9. Ringkasan Mean Empiris Kelompok Subyek Pria ... 55

Tabel 10. Norma Kategori Skor ... 56

Tabel 11. Kategori Kecemburuan Kelompok Subyek Wanita ... 56

Tabel 12. Kategori Kecemburuan Kelompok Subyek Pria ... 57

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Skala Kecemburuan untuk Subyek Wanita ... 65

Skala Kecemburuan untuk Subyek Pria ... 103

Estimasi Reliabilitas Aitem ... 141

Estimasi Validitas Aitem ... 141

Skala Kecemburuan untuk Subyek Wanita Setelah Uji Coba ... 146

Skala Kecemburuan untuk Subyek Pria Setelah Uji Coba ... 162

Data Hasil Penelitian ... 178

Uji Normalitas ... 203

Uji Homogenitas ... 205

Uji Hipotesis ... 205

(17)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Manusia sebagai makhluk sosial memiliki kebutuhan untuk menjalin relasi

dengan orang lain, namun sebagai makhluk individu manusia pun memiliki perbedaan satu sama lain yang menjadikannya unik. Tugas perkembangan

manusia sejak lahir hingga akhir pun mencakup tugas-tugas sosial dan tugas-tugas individu, dimana tugas-tugas tersebut berkesinambungan sejak awal hingga akhir.

Monks dan Knoers (2002) mengutarakan manusia di usia dewasa awal

memiliki beberapa tugas perkembangan diantaranya memiliki pasangan dan menikah. Levinson (dalam Monks dan Knoers, 2002) membagi masa dewasa awal ke dalam beberapa tahapan usia. Tahapan paling awal berkisar pada usia 21 tahun

sampai dengan 28 tahun. Seorang individu pada usia tersebut akan berusaha untuk mencari tempat dalam lingkungan sosial dan pekerjaannya agar tercipta

kehidupan yang lebih stabil, oleh karena itu seorang individu akan mulai menjalin relasi lebih banyak di usia ini dan bekerja lebih keras untuk memperoleh keberhasilan.

Pelaksanaan tugas perkembangan ini sebenarnya tidak semudah yang dibayangkan, dengan adanya dua pribadi yang berbeda dan harus disatukan tentu

(18)

Usia reproduktif yang dimaksud adalah masa dimana seseorang telah mampu menjadi orang tua. Seorang individu pada umumnya memiliki pasangan dan

menjalin relasi yang melibatkan afeksi dan kasih sayang terlebih dahulu sebelum memasuki tahap pernikahan dan menjadi orang tua. Tugas ini merupakan salah satu tugas perkembangan yang harus diselesaikan sebelum memasuki tahap

perkembangan berikutnya. Usia memantapkan kedudukan memberikan gambaran bahwa di usia ini baik seorang wanita maupun pria berusaha mencari tempat atau

kedudukan dalam lingkungannya termasuk dalam hal relasi sosial. Seorang individu ingin memantapkan tempat atau kedudukannya agar dapat memainkan peranannya sesuai dengan ciri khasnya. Tugas-tugas dan kebutuhan-kebutuhan

yang baru ini tidak mudah untuk dilaksanakan dan diperoleh, sehingga masalah-masalah mulai bermunculan. Itulah sebabnya masa ini disebut usia banyak masalah. Salah satu masalah yang mungkin muncul adalah masalah teman hidup.

Masalah-masalah yang dialami individu dapat menimbulkan ketegangan emosi yang bertingkat-tingkat sesuai dengan intensitas persoalan yang dihadapi, dan

sejauh apa seseorang bisa mengatasinya. Ketegangan emosi ini seringkali ditampakkan dalam ketakutan-ketakutan maupun kekhawatiran-kekhawatiran. Mappiare juga menambahkan bahwa sebelum usia 27 tahun kekhawatiran yang

muncul berhubungan dengan nilai moral dalam hubungan yang berkisar seputar hubungan antara dua jenis kelamin, misalnya hubungan romantis.

(19)

hubungan romantis, dimana kebutuhan akan pasangan hidup dan kemantapan kedudukan individu dalam hubungan tersebut mulai terancam.

Cemburu sendiri memiliki pengertian dasar perasaan iri hati terhadap orang lain karena adanya perasaan cinta dan merasa terancam akan kehilangannya (Caplin, 2002). Pengertian kecemburuan digambarkan oleh Merriam-Webster

online Dictionary (dalam Wikipedia, 2006) sebagai suatu watak, sikap atau perasaan cemburu atau iri hati, dimana cemburu didefenisikan sebagai sikap tidak

bertoleransi terhadap persaingan atau ketidaksetiaan, cenderung untuk mencurigai adanya persaingan atau ketidaksetiaan, permusuhan terhadap seseorang yang dianggap saingan atau seseorang yang diyakini akan mengambil keuntungan

darinya, waspada dalam menjaga sesuatu yang menjadi miliknya.

Para ahli sendiri belum memiliki pengertian kecemburuan yang disepakati bersama, namun secara umum pengertian yang disampaikan tidak jauh berbeda.

Kecemburuan secara garis besar melibatkan tiga orang, yaitu individu, seorang pasangan, dan orang ketiga sebagai saingan. Kecemburuan secara khusus juga

melibatkan perasaan kasih sayang atau perilaku protektif (dalam Wikipedia, 2006).

Kecemburuan muncul dalam sebuah hubungan romantis sebagai sebagai

bentuk ketakutan atau kekhawatiran seseorang terhadap orang ketiga yang dirasa sebagai saingan dalam hubungan romantis individu dengan pasangannya.

(20)

individu akan bereaksi dan menjadi waspada untuk melindungi sesuatu yang menjadi miliknya. Seperti misalnya menjadi over protektif terhadap pasangan,

sering curiga, dan sebagainya. Reaksi itulah yang biasa kita sebut sebagai kecemburuan.

Guerrero, Spitzberg, dan Yoshimura (dalam dalam Wikipedia, 2006)

menyebutkan dua jenis kecemburuan, yaitu kecemburuan seksual dan kecemburuan emosional. Kecemburuan seksual biasanya muncul karena ancaman

ini berasal dari kecurigaan atau pengetahuan bahwa salah satu pasangan memiliki (atau ingin memiliki) aktivitas seksual dengan orang ketiga. Kecemburuan emosional muncul karena seorang individu merasa terancam oleh keterlibatan

emosional pasangannya dengan orang ketiga atau mencintai orang ketiga.

Daly, Wilson, dan Weghorst (dalam Russel dan Harton, 2005) mengemukakan kecemburuan kaum pria lebih tinggi dalam kecemburuan seksual,

yaitu kecemburuan yang muncul saat pasangannya berhubungan seks dengan orang lain, karena pada pria yang ingin memiliki keturunan mereka ingin merasa

yakin bahwa anak yang dikandung adalah keturunannya. Trivers (dalam Russel dan Harton, 2005) menguatkan pendapat kecemburuan wanita lebih tinggi pada kecemburuan emosional karena wanita ingin pasangannya membantu

membesarkan anak dengan memberikan penghasilannya untuk anak-anak dan bukannya untuk orang lain.

(21)

kecemburuan yang lebih tinggi pada ketidaksetiaan emosional, sedangkan pria lebih tinggi pada ketidaksetiaan seksual. Penjelasan yang diberikan dalam

penelitian-penelitian tersebut berkaitan dengan faktor peran gender dalam lingkungannya. Hasil-hasil yang ada menunjukkan adanya perbedaan tingkat kecemburuan antara wanita dan pria terhadap pasangannya.

Kecemburuan dapat menjadi bukti besarnya cinta yang ada terhadap pasangan, namun juga dapat membahayakan. Contohnya beberapa peristiwa yang

dapat kita saksikan di sekitar kita maupun di tempat lain, kekerasan seringkali menjadi cara pelampiasan kecemburuan. Stereotipe yang beredar dalam masyarakat wanita lebih cemburuan dibandingkan pria, namun peristiwa

kekerasan yang terjadi dikarenakan cemburu seringkali dilakukan pria. Oleh karena itu peneliti merasa perlu untuk melihat adanya perbedaan tingkat kecemburuan antara wanita dan pria terhadap pasangannya, khususnya di

Indonesia.

B. Rumusan Masalah

Pada penelitian ini yang menjadi rumusan masalah adalah :

Apakah ada perbedaan tingkat kecemburuan terhadap pasangan antara wanita dan

pria usia dewasa awal?

C. Tujuan Penelitian

(22)

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini dapat memberikan beberapa manfaat, antara lain:

1. Manfaat praktis : Hasil yang diperoleh diharapkan bisa berguna bagi,

a. Masyarakat pada umumnya, sebagai refleksi atas mitos dan stereotipe yang selama ini berlaku di lingkungan mengenai tingkat kecemburuan

pria dan wanita.

b. Pria dan wanita usia dewasa awal, sebagai bahan refleksi atas sikap dan

perilaku terhadap pasangan perihal rasa cemburu.

2. Manfaat teoritis : Hasil yang diperoleh dapat menambah informasi dalam bidang psikologi sosial tentang tingkat kecemburuan terhadap pasangan

(23)

BAB II

LANDASAN TEORITIS

A. Wanita dan Pria

1. Perbedaan Wanita dan Pria

Manusia dibedakan menjadi dua jenis berdasarkan jenis kelaminnya, yaitu wanita dan pria. Jenis kelamin yang berbeda ini merupakan salah satu

contoh perbedaan yang ada pada manusia. Perbedaan yang ada pada wanita dan pria menjadi perhatian para ahli, berikut beberapa penjelasan mengenai perbedaan wanita dan pria :

a. Ciri-ciri Biologis

Ciri-ciri biologis yang paling nampak membedakan wanita dan pria adalah perbedaan alat reproduksi yang dimiliki. Perbedaan yang

tampak diluar adalah alat kelamin berupa vagina dan testis sedangkan fungsi organ dalam seperti rahim pada wanita untuk mengandung janin

menjadi faktor pembeda lainnya. Ciri biologis lain yang mulai berkembang pada masa remaja antara lain pada anak wanita mulai tumbuh bulu-bulu halus ditempat-tempat tertentu, payudara mulai

berkembang, pinggul mulai membentuk lekuk tubuh, dan menstruasi sebagai tanda kematangan fisik. Pada anak laki-laki mulai tumbuh

(24)

Perbedaan bentuk tubuh antara wanita dan pria sepertinya menunjukkan perbedaan kekuatan juga. Pria lebih kuat dan besar dari

wanita secara rata-rata, meskipun ada juga wanita yang lebih kuat dari beberapa pria atau ada pula wanita yang lebih besar daripada pria. Perlu kita ingat ini hanyalah penghitungan secara rata-rata (Stephan dan

Stephan, 1985).

b. Kemampuan Intelektual

Perbedaan kemampuan intelektual wanita dan pria secara biologis biasanya melibatkan hal-hal seperti kromosom, hormon, proses hemisfer di otak dan kemasakan, atau beberapa kombinasi dari hal tersebut

(Basow dalam Stephan dan Stephan, 1985), namun fakta-fakta untuk penjelasan ini cenderung lemah. Satu akibat yang jelas dari kromosom dalam perbedaan jenis kelamin dalam IQ, yaitu kelebihan satu

kromosom X atau Y pada manusia menyebabkan IQ-nya cenderung rendah (Hoyenga dan Hoyenga dalam Stephan dan Stephan, 1985). Pada

manusia yang struktur kromosomnya normal, belum ada akibat yang diketahui dari kromosom terhadap perbedaan jenis kelamin dalam kemampuan intelektual.

Bagi Maccoby dan Jacklin (dalam Stephan dan Stephan, 1985) perbedaan jenis kelamin dikelompokkan menjadi tiga hal dalam

kemampuan intelektual, yaitu :

(25)

2) Pria juga memiliki kemampuan mengenai ruang yang lebih baik dari wanita yang dimulai sejak usia remaja. Kemampuan mengenai ruang

yang dimaksud adalah kemampuan atau kapasitas untuk mem-visualisasi objek dalam ruang tiga dimensi.

3) Wanita memiliki kemampuan verbal yang lebih baik daripada pria,

yang dimulai sejak usia 11 tahun. Wanita pun lebih superior dari pria dalam kemampuan kosakata, tata bahasa, ejaan, pemahaman dan

menulis.

Secara keseluruhan tidak ada perbedaan antara wanita dan pria dalam IQ maupun kreativitas.

c. Sifat kepribadian

Penjelasan biologis yang paling umum mengenai perbedaan jenis kelamin dalam sifat kepribadian adalah faktor kromosom dan hormonal

(Basow dalam Stephan dan Stephan, 1985). Dukungan untuk pejelasan kromosom dan hormonal dalam hal ini sebenarnya kecil, kecuali untuk

agresi. Kromosom Y memiliki kemungkinan berhubungan dengan agresi, mungkin pula kaum pria berhubungan dengan sifat agresif ini. d. Perbedaan kemampuan Intuisi

Pada percakapan sehari-hari pernah kita temui kata intuisi, ternyata menurut Kartono (1992) intuisi pada wanita dan pria berbeda.

(26)

pada simpati dan cinta pada objek yang diminati, dan bergantung pada relasi psikisnya dengan subjek tadi. Intuisi berfungsi sebagai mekanisme

pelindung bagi wanita, karena memberikan sinyal-sinyal tanda bahaya dari luar yang mengancam eksistensi dan kemurnian dirinya.

e. Perbedaan Karakter

Kartono (1992) mengemukakan perbedaan karakter antara wanita dan pria, sebagai berikut :

1) Wanita pada umumnya lebih tertarik pada hal-hal yang praktis daripada yang teoritis.

2) Wanita lebih dekat pada masalah kehidupan yang praktis konkrit,

sedangkan pria lebih tertarik pada segi kejiwaan yang abstrak. Misalnya ; wanita sangat menikmati masalah rumah tangga, kehidupan sehari-hari, dan peristiwa lain disekitar rumah tangganya. Pria pada

umumnya cuma tertarik jika peristiwa tersebut memiliki latar belakang teoritis untuk dipikirkan lebih lanjut, mempunyai tendensi tertentu,

sesuai dengan minatnya, atau berhubungan dengan dirinya sendiri. 3) Wanita pada umumnya sangat bergairah dan penuh vitalitas hidup,

sedangkan pria umumnya memiliki sifat lebih lamban, lebih berat

mengendap sehingga tampak kurang lincah. Hal ini membuat wanita tampak lebih spontan dan impulsif.

(27)

lain. Pria bersifat lebih egosentris atau berpusat pada diri, mereka lebih objektif dan mengarah pada hal pokok.

5) Wanita lebih banyak mengarah keluar, kepada subyek lain. Misalnya pada cara berdandan dan berhias, secara pokok wanita mengarahkan aktivitasnya keluar, untuk menarik perhatian pihak lain terutama pria.

6) Kaum pria cenderung lebih egosentris atau self oriented, berperan sebagai pengambil inisiatif untuk memberikan rangsangan dan

pengarahan, dan menganggap dunia ini miliknya sebagai ruang untuk berprestasi dan bekerja. Wanita merupakan kebalikannya biasanya mereka tidak agresif, sifatnya lebih pasif, suka melindungi,

memelihara, mempertahankan.

7) Pada wanita fungsi sekunderitas atau fungsi dari tanggapan yang mempengaruhi secara sekunder kehidupan kejiwaan kita tidak terletak

di bidang intelektual melainkan di perasaan. Nilai perasaan dari pengalaman-pengalamannya jauh lebih lama mempengaruhi struktur

kepribadiaannya, jika dibandingkan dengan nilai perasaan kaum pria. 8) Kebanyakan wanita kurang berminat pada masalah-masalah politik,

terlebih politik yang menggunakan cara-cara licik, munafik, dan

kekerasan. Wanita lebih banyak menunjukkan tanda-tanda emosionalnya, karena itu biasanya wanita memilih bidang dan

(28)

9) Wanita juga sangat peka terhadap nilai-nilai estetis, hanya saja umumnya mereka kurang produktif. Hal ini terutama disebabkan oleh

sangat kurangnya kesempatan untuk memperdalam ketrampilan seni. 10)Seorang wanita bila sudah memilih sesuatu dan telah memutuskan

untuk melakukan sesuatu ia tidak banyak berbimbang hati untuk

melakukan langkah selanjutnya. Hal ini berbeda dengan kaum pria yang masih saja berbimbang hati dan terombang-ambing diantara

pilihan menolak atau menyetujui. Pada umumnya wanita juga lebih antusias memperjuangkan pendiriannya daripada pria.

11)Pada kaum pria terdapat garis pemisah yang jelas antara kehidupan

psikis dengan kehidupan nyata, dan antara ketertarikan pribadi dengan tugas kewajiban yang formal. Wanita sebaliknya memandang kehidupan ini sebagaimana adanya.

12)Totalitas dari tingkah laku wanita bukan terletak pada kesadaran obyektif menuju pada satu tujuan, tetapi lebih terletak pada kehidupan

perasaannya, yang didorong oleh afek-afek dan sentimen-sentimen yang kuat. Misalnya ; jika seorang wanita tidak menyukai seseorang ia cenderung menolak, menghukum dan mengadili semua tingkah laku

serta pribadi orang yang dibencinya.

13)Wanita pada umumnya lebih akurat dan lebih mendetil. Contohnya

(29)

kurang mampu membedakan bagian yang penting dengan bagian yang kurang pokok.

14)Perbedaan lain dalam hal aktivitas adalah wanita lebih suka menyibukkan diri dengan pekerjaan ringan, seperti bercocok tanam, menyulam, membuat kue, dan lain-lain. Kaum pria lebih suka istirahat,

tidur, atau bersantai sejenak.

2. Stereotipe terhadap Wanita dan Pria

Sejumlah ciri kepribadian yang lain merupakan stereotype masyarakat terhadap wanita dan pria. Maccoby dan Jacklin (dalam Stephan

dan Stephan, 1985) mengemukakan perbedaan lain yaitu pria lebih perhatian pada persoalan kekuasaan dan dominasi daripada wanita. Penelitian Basow (dalam Stephan dan Stephan, 1985) pada anak-anak hingga orang dewasa

yang berkuasa mengenai tipe perilaku dominan, seperti misalnya dominasi terhadap percakapan dan bidang fisik, serta peran kepemimpinan dalam

kelompok memberi kesan bahwa pria juga tinggi dalam dominasi dibandingkan wanita.

Wanita terstereotipe sebagai pribadi yang lebih suka menolong,

memelihara, selalu mengalah, bergantung, dan mudah menyesuaikan diri daripada pria. Pria dikatakan lebih kompetitif daripada wanita, tapi ternyata

(30)

Maccoby dan Jacklin (dalam Stephan dan Stephan, 1985) kembali menjelaskan bahwa wanita lebih suka berkumpul dibandingkan pria, dimana

perkumpulan itu diartikan sebagai perhatian terhadap hubungan dengan yang lain. Perbedaan yang lain adalah perbedaan dalam ciri locus of control, wanita merasa faktor eksternal lebih mengendalikan hidup mereka dan

faktor personal sedikit dalam mngendalikan hidup mereka, sedangkan bagi pria hal itu relatif (Stephan dan Stephan, 1985).

Kesimpulan dari berbagai penjelasan di atas adalah perbedaan antara wanita dan pria pada dasarnya terletak pada perbedaan struktur biologisnya.

Perbedaan tersebut menyebabkan perbedaan dalam aktivitas sehari-hari dan perbedaan fungsi sosial di tengah masyarakat. Perbedaan peran dan fungsi sosial tersebut menunjukkan wanita lebih bersifat sosial dan merasa faktor eksternal

lebih mengendalikan diri mereka, wanita memiliki ketajaman intuisi, praktis dan lebih banyak menunjukkan tanda-tanda emosinya. Wanita pada umumnya lebih

akurat dan mendetil, sedangkan kaum pria lebih suka hal-hal teoritis, bersifat cenderung memikirkan diri sendiri, menganggap dunia sebagai tempat untuk berprestasi dan bekerja, dan bagi pria faktor eksternal maupun pribadi adalah hal

(31)

B. Dewasa Awal

1. Batasan usia dewasa awal.

Pertumbuhan anak selesai kurang lebih pada usia 16 tahun untuk anak wanita dan 18 tahun pada anak pria tetapi pada percakapan sehari-hari orang tidak terbiasa memandang orang pada usia tersebut sebagai seseorang

yang sudah dewasa. Nederland dan Indonesia menganggap usia 21 tahun sebagai batas kedewasaan. Pada usia ini seseorang mendapatkan hak-haknya

sebagai warga negara; dengan begitu ia dapat melaksanakan kewajiban tertentu tanpa tergantung pada orang tuanya seperti misalnya hal memilih, kewajiban tanggung jawab secara hukum, dan menikah tanpa ijin dari orang

tuanya. Dewasa secara hukum dimulai pada usia 21 tahun, meskipun belum menikah atau pada saat seseorang menikah meskipun belum berusia 21 tahun.

Masa dewasa awal dibagi menjadi beberapa periode oleh Levinson (dalam Monks dan Knoers, 2002), antara lain :

a. Usia antara 17 sampai 22 tahun seseorang ada dalam dua masa, yaitu masa dimana individu mulai meninggalkan masa remaja atau pra-dewasa dan mulai memasuki masa dewasa awal yang mencakup tiga periode.

b. Usia 22 sampai 28 tahun, disebut periode pertama merupakan periode pengenalan pada dunia orang dewasa. Pada periode ini individu

(32)

c. Usia 28 sampai 33 tahun pilihan struktu kehidupan menjadi lebih tetap dan stabil.

d. Usia 33 sampai 40 tahun, disebut fase kemantapan, individu menemukan tempatnya dalam masyarakat dengan keyakinan yang mantap dan berusaha memajukan karir dengan sebaik-baiknya. Biasanya harapan

dan impian pada fase sebelumnya mulai mencapai kenyataan.

2. Ciri-ciri dewasa awal.

Dalam lingkup pendidikan yang disebut dewasa adalah bila seseorang telah mencapai kemasakan kognitif, afektif, dan psikomotor

sebagai hasil pelajaran dan pelatihan yang didukung oleh kesiapan. Pandangan dari lingkup pendidikan ini sudah mendekati bahasa psikologi. Bila masa dewasa diartikan sebagai suatu keadaan dimana ukuran-ukuran

tubuh mulai bertumbuh dan mencapai kekuatan maksimal serta siap berproduksi maka ini ditinjau dari segi biologis atau physicologis (Mappiare,

1997).

Hurlock sendiri menyamakan antara dewasa dan matang, tetapi matang dalam arti physicologis. Batasan dewasa secara physicologis dan

psikologis yang digunakan Mappiare (1997) sebagai pegangan adalah : dewasa boleh dikenakan kepada individu-individu yang telah memiliki

(33)

diharapkan memainkan peranannya bersama dengan individu-individu lain dalam masyarakat.

Ciri kematangan yang digunakan diambil dari 7 (tujuh) ciri kematangan menurut Anderson (dalam Mappiare, 1997), yaitu:

a. Berorientasi pada tugas, bukan pada diri atau ego.

b. Tujuan-tujuan yang jelas dan kebiasaan kerja yang efisien.

c. Mengendalikan perasaan pribadi. Individu tidak mementingkan dirinya

sendiri, tetapi mempertimbangkan pula perasaan orang lain.

d. Keobjektifan, yaitu berusaha mencapai keputusan dalam keadaan yang sesuai dengan kenyataan.

e. Terbuka terhadap kritik dan saran.

f. Pertanggungjawaban terhadap usaha-usaha pribadi. g. Penyesuaian yang realistis terhadap situasi-situasi baru.

Dilihat dari apa yang tertera di atas maka usia seseorang yang diperkirakan telah sanggup memikul harapan tersebut kira-kira dimulai

dalam usia 21 atau 22 tahun. Kebanyakan orang dalam usia itu telah menunjukkan kesiapan biologis, kematangan fisik, dan dapat diharapkan untuk bertindak dan berperilaku matang secara psikologis bersama orang

dewasa yang lain (Mappiare, 1997). Bila melihat ciri-ciri masa dewasa awal, menurut Mappiare hal penyesuaian diri merupakan hal yang utama.

(34)

terhadap pola-pola kehidupan yang baru, dan harapan-harapan sosial yang baru.

Dewasa awal memiliki ciri-ciri (Mappiare,1997) antara lain : a. Usia Reproduktif

Pada usia ini bagi sebagian besar orang dewasa muda adalah

masa dimana menjadi orang tua merupakan satu peranan penting dalam hidupnya. Namun berperan sebagai orang tua nampak lebih nyata bagi

wanita dibanding pria, walaupun sekarang pria pun banyak ikut ambil bagian aktif dalam mendidik anak

b. Usia memantapkan letak kedudukan

Sejak memasuki usia dewasa awal seseorang akan mulai memainkan peranannya dan menjadi keharusannya untuk mengikuti peran tersebut dalam pola-pola perilaku tertentu dalam banyak aspek

kehidupannya. Sebaliknya, bila ada hambatan terhadap kegiatan mencoba-coba berbagai macam peran pada masa anak-anak dan remaja,

hal tersebut akan menghambat terjadinya stabilitas pola perilaku pada masa dewasanya. Dengan pemantapan kedudukan ini, seseorang akan mengalami perkembangan pola hidup secara individual yang mana dapat

menjadi ciri khas seseorang hingga akhir hayat. c. Usia banyak masalah

(35)

Persoalan-persoalan baru yang mungkin muncul, antara lain: persoalan mengenai pekerjaan dan jabatan, pemilihan teman hidup, dan keuangan.

d. Usia tegang dalam hal emosi

Dengan banyaknya persoalan yang dialami orang yang memasuki masa dewasa awal, maka muncul ketegangan emosi dalam

menghadapinya. Ketegangan emosi yang muncul bertingkat-tingkat selaras dengan intensitas persoalan yang dihadapinya dan sejauh mana

seseorang dapat mengatasi persoalan yang dihadapinya tersebut. Kebudayaan lingkungan tempat tinggal juga dapat menimbulkan ketegangan-ketegangan emosi pada orang dewasa pada saat lingkungan

tersebut tidak sesuai dengan dirinya. Ketegangan emosional ini seringkali dinampakkan dalam ketakutan-ketakutan atau kekhawatiran-kekhawatiran. Sebelum usia 27 tahun kekhawatiran yang muncul

berhubungan dengan nilai-nilai moral dalam kontak-kontak yang berkisar hubungan antara dua jenis kelamin, misalnya kencan dan

romans.

Dari semua penjelasan tersebut dapat ditarik kesimpulan mengenai

masa dewasa awal, yaitu masa dewasa awal merupakan masa peralihan dimana terdapat berbagai macam persoalan baru yang dapat menimbulkan

(36)

3. Tugas perkembangan dewasa awal

Tugas perkembangan yang khusus bagi orang Indonesia belum ada,

maka kita menggunakan tugas perkembangan pinjaman dari masyarakat yang berbeda. Rumusan tugas perkembangan yang dapat digunakan sepertinya adalah tugas perkembangan yang pernah dikatakan oleh

Havighurst, meskipun berlatar belakang sosio-kultur Amerika tetapi tidak nampak ada hal-hal yang bertentangan dengan kondisi sosio kultur

masyarakat Indonesia. Tugas perkembangan pada masa dewasa awal ini menurut Havighurst (dalam Monks & Knoers, 2002) dapat dikatakan ditentukan oleh masyarakat, yaitu menikah, membangun sebuah keluarga,

mendidik anak, memikul tanggung jawab sebagai warga negara, membuat hubungan dengan suatu kelompok sosial tertentu, dan melakukan suatu pekerjaan.

C. Kecemburuan

1. Definisi Kecemburuan

Pengertian cemburu sendiri seringkali sulit dibedakan dengan iri hati. Beberapa ahli mencoba untuk menjelaskan defenisi dari kecemburuan,

namun pada intinya konsep yang diutarakan hampir serupa. Kecemburuan yang dibicarakan adalah perasaan iri hati yang berkaitan dengan perasaan

cinta dan perasaan terancam akan kehilangan pasangan.

(37)

Merriam-Webster online Dictionary, American Heritage Dictionary of English Language, mengartikan kecemburuan sebagai suatu watak atau sikap cemburu atau iri hati. Wiktionary pun mengartikan kecemburuan sebagai sikap cemburu atau iri hati, sedangkan Encarta Dictionary mendefinisikan kecemburuan sebagai suatu perasaan atau perilaku cemburu

atau iri hati. Cemburu dalam pengertian kamus-kamus ini didefenisikan sebagai :

1) tidak bertoleransi terhadap persaingan atau ketidaksetiaan atau menuntut suatu kesetiaan yang eksklusif,

2) kecenderungan untuk mencurigai adanya persaingan atau ketidaksetiaan,

3) permusuhan terhadap seseorang yang dianggap saingan atau seseorang yang diyakini akan mengambil keuntungan darinya sehingga menimbulkan persaingan yang sengit,

4) waspada dalam menjaga sesuatu yang menjadi miliknya.

5) perasaan takut atau khawatir akan tergantikan atau kehilangan suatu

hubungan afeksi atau suatu posisi..

Edisi online dari Cambridge Advance Learner’s Dictionary (dalam Wikipedia, 2006) mendefenisikan kecemburuan dengan singkat, yaitu

ketidakbahagiaan dan kemarahan karena seseorang memiliki sesuatu atau seseorang yang anda inginkan, atau karena anda berpikir mungkin mereka

mengambil sesuatu atau seseorang yang anda cintai dari anda.

(38)

terekspresikan dengan bermacam-macam emosi dan perilaku sehingga sulit untuk menentukan definisi ilmiah untuk kecemburuan. Para ahli masih

mendefinisikan kecemburuan dalam pengertian mereka sendiri.

Para ahli mengungkapkan kecemburuan sebagai sikap atau reaksi terhadap ancaman dari seorang saingan dalam sebuah hubungan yang

bernilai yaitu hubungan romantis dan ancaman itu dipersepsikan akan mengubah posisi atau kedudukan dalam hubungan romantis. Kecemburuan

bisa disimpulkan melibatkan tiga orang yaitu individu, seorang pasangan, dan orang ketiga. Hal ini diutarakan oleh White; Bringle dan Buunk; Guerrero, Spitzberg, dan Yoshimura; Bevan; Sharpteen dan Kirkpatrick

(dalam Wikipedia, 2006)

2. Komponen Kecemburuan

Hampir semua definisi kecemburuan memandang kecemburuan sebagai suatu sikap dimana mengandung aspek kognisi, afeksi dan perilaku.

Struktur sikap memiliki tiga komponen yang saling menunjang (Azwar, 2005), yaitu :

a. Komponen Kognitif

Komponen kognitif berisi kepercayaan seseorang mengenai apa yang berlaku atau benar bagi objek sikap, misalnya isu mengenai lokasi

(39)

yang diketahui, tidak jarang kepercayaan berasal dari stereotipe yang terpolakan di dalam pikiran. Kepercayaan sebagai komponen kognitif

tidak selalu akurat, terkadang kepercayaan terbentuk karena kurang atau tiadanya informasi yang benar mengenai objek sikap.

b. Komponen Afektif

Komponen afektif menyangkut masalah emosional subyektif seseorang terhadap suatu objek sikap. Secara umum disamakan dengan

perasaan yang dimiliki terhadap objek, namun seringkali berbeda perwujudannya bila dikaitkan dengan sikap. Misalnya ; dua orang yang mempunyai sikap negatif terhadap perjudian. Salah seorang tidak

menyukai perjudian berkaitan dengan ketakutan akan akibat perjudian itu sendiri, sedangkan yang seorang lagi mewujudkan ketidaksukaannya dalam bentuk rasa benci atau jijik terhadap segala sesuatu yang berkaitan

dengan perjudian.

Pada umumnya reaksi emosi yang merupakan komponen afektif

banyak dipengaruhi oleh kepercayaan atau apa yang dipercayai benar dan berlaku bagi objek sikap tersebut.

c. Komponen Konatif

Komponen konatif atau komponen perilaku menunjukkan bagaimana perilaku atau kecenderungan berperilaku dalam diri

(40)

kepercayaan dan peraaan ini membentuk sikap individual. Misalnya ; apabila seseorang percaya bahwa perjudian adalah sesuatu yang tidak

baik, dan ia merasa takut pada akibatnya, maka wajarlah bila ia tidak akan mau berjudi atau mendekati lokasi perjudian.

Pfeiffer dan Wong (dalam Russel dan Harton, 2005) menjabarkan

tiga komponen kecemburuan yang selaras dengan komponen sikap, yaitu komponen kognitif, komponan afeksi dan komponen perilaku.

a. Komponen kognitif, mengukur pikiran-pikiran, kekhawatiran-kekhawatiran, dan kecurigaan-kecurigaan yang mungkin dimiliki terhadap pasangannya.

b. Komponen emosi, terdiri dari perasaan cemburu yang kuat yang dimiliki seseorang terhadap pasangannya.

c. Komponen perilaku, mengukur frekuensi tindakan seseorang untuk

memastikan pasangannya tidak melakukan hal curang atau tindakan untuk mengetahui jika pasangannya berbuat curang.

Tiga komponen ini memiliki hubungan yang berbeda pada individu yang berbeda (Pfeiffer dan Wong). Tingkat kecemburuan secara umum juga mempengaruhi respon-respon untuk situasi tersebut dan mungkin juga

berhubungan dengan variabel perbedaan individu (Russel dan Harton, 2005).

(41)

perilaku. Komponen kognitif menjadi komponen yang mengukur pikiran, atau kecurigaan yang dimiliki seseorang terhadap pasangannya berdasarkan

sesuatu yang dipercayainya. Komponen afeksi atau emosi menyangkut emosi atau perasaan seorang individu terhadap pasangannya, serta dipengaruhi oleh komponen kognitif. Komponen konatif atau perilaku

menunjukkan bagaimana kecenderungan berperilaku seseorang berkaitan dengan rasa cemburu, komponen ini mengukur frekuensi tindakan seseorang

untuk memastikan kesetiaan yang dimiliki pasangannya.

3. Faktor- faktor yang Mempengaruhi Kecemburuan

Kecemburuan muncul karena dipengaruhi oleh faktor pribadi dan faktor situasional oleh karenanya kecemburuan pada satu individu belum tentu sama dengan kecemburuan pada individu lain.

a. Perbedaan Individu

Setiap individu memiliki tingkat kecemburuan yang berbeda

antara satu sama lain, ada yang sangat cemburuan dibandingkan yang lain. Faktor- faktor yang dijelaskan dalam Russel dan Harton (2005) antara lain:

1) Orang dengan harga diri yang rendah cenderung lebih cemburu, begitu pula orang yang pencemas dan kaku.

(42)

semakin besar kepercayaannya, namun mereka akan semakin terganggu dengan situasi yang bisa menimbulkan kecemburuan.

3) Orang yang orientasi sosial-seksualnya (keinginan untuk menjalin relasi seksual yang tidak terikat) tidak terbatas cenderung lebih permissive dalam hal seksual. Orang yang orientasi seksualnya tidak terbatas juga lebih mungkin untuk berbuat curang dalam sebuah hubungan. Hal ini mungkin yang menyebabkan tingkat

kecemburuannya lebih rendah.

4) Sikap seseorang yang mempercayai adanya kesetaraan juga mempengaruhi kecemburuan seseorang. Hubungan percintaan

mereka yang memiliki sikap kesetaraan ini akan mengalami peran-peran yang dapat ditukarkan antara pria dan wanita, sedangkan secara tradisonal pria dan wanita memiliki peran dasar gender yang

spesifik.

Penjelasan di atas ingin menggambarkan adanya pandangan terhadap

kesetaraan akan membuat individu memahami peran-peran sosial yang dimiliki pasangannya dan lebih mengenal serta memahami satu sama lain.

b. Hubungan dengan orang ketiga.

Hubungan seseorang dengan orang ketiga sangat mungkin untuk

(43)

dibandingkan bila orang ketiga tersebut adalah orang yang tidak dikenal. Hal ini menguatkan apa yang dikatakan Parker, pria dan wanita akan

marah saat orang ketiga tersebut adalah teman dekat, karena orang yang tidak dikenal hanya akan memberi masalah atau tekanan dalam hal hubungan percintaan saja, sedangkan seorang teman dekat akan

mempengaruhi seluruh hubungan sosial mereka.

Shackelford dan Buss (dalam Russel dan Harton, 2005)

mengatakan pengkhianatan seseorang terhadap pasangannya lebih banyak terjadi saat dipengaruhi secara romantis atau seksual oleh teman dekat, sedangkan pengkhianatan lebih sedikit terjadi saat yang

mempengaruhi adalah orang yang tak dikenal. c. Dominasi orang ketiga.

Sebagai tambahan, dominasi orang ketiga juga menjadi faktor

yang mempengaruhi munculnya kecemburuan. Hasil penemuan Dijkstra dan Buunk (dalam Russel dan Harton, 2005) menunjukkan kecemburuan

pria dipengaruhi oleh dominasi orang ketiga. Hal ini dikarenakan wanita lebih menghargai status sosial dan keamanan, maka pria akan lebih merasa terganggu saat ada pria lain yang menonjolkan karakter tersebut.

Buss (dalam Russel dan harton, 2005) menyimpulkan pria akan lebih cemburu saat orang ketiga memiliki tingkat yang tinggi dalam hal

(44)

d. Daya tarik orang ketiga.

Penelitian Dijkstra dan Buunk (dalam Russel dan Harton, 2005)

juga ditemukan bahwa kecemburuan pada wanita dipengaruhi oleh daya tarik orang ketiga. Buss (dalam Russel dan Harton, 2005) menambahkan pria lebih tertarik pada wanita muda dan menarik secara fisik, karena hal

ini merupakan salah satu syarat yang berhubungan dengan kesuburan maka wanita akan lebih cemburu pada orang ketiga yang memiliki

karakteristik ini.

Berbagai macam hal dapat menjadi faktor yang mempengaruhi munculnya kecemburuan, secara ringkas hal-hal tersebut antara lain

perbedaan individu, hubungan dengan orang ketiga, dominasi orang ketiga, dan daya tarik orang ketiga.

D. Perbedaan Tingkat Kecemburuan Terhadap Pasangan Antara Wanita Dan Pria Dewasa Awal

Manusia memiliki beberapa tahap dalam kehidupannya, salah satunya adalah masa dewasa awal yaitu saat seseorang mulai memasuki usia 21 tahun sampai dengan 40 tahun. Masa dewasa awal ini oleh Levinson masih dibagi lagi

kedalam beberapa tahap usia, tahapan yang paling awal berkisar pada usia 22 tahun sampai dengan 28 tahun. Indonesia dan Nederland memberikan batasan usia

(45)

Tahapan usia manusia selalu diiringi tugas-tugas perkembangannya, salah satu tugas perkembangan usia dewasa awal ini adalah memiliki pasangan dan

menikah. Tugas perkembangan merupakan hal yang penting dalam proses kehidupan seseorang karena akan mempengaruhi perkembangan selanjutnya. Menurut Levinson, pada usia 22 sampai dengan 28 tahun ini seseorang akan

mencari tempat dalam hubungan sosial maupun pekerjaan untuk mencapai kehidupan yang lebih stabil.

Penyesuaian diri di usia dewasa awal ini bukanlah hal yang mudah karena selain kematangan biologis individu pun diharapkan dapat bertindak dan berperilaku matang secara psikologis bersama orang dewasa lain (Mappiare,

1997). Tuntutan dan kebutuhan yang bertambah oleh hal-hal baru membuat usia dewasa awal memiliki ciri-ciri sebagai usia reproduksi karena seorang individu sudah memiliki kesiapan untuk menjadi orang tua. Ciri yang lain adalah usia

memantapkan kedudukan, yaitu usia dimana individu seharusnya mulai mendapat peranan dan memainkannya sesuai dengan ciri yang dimiliki. Usia dewasa awal

penuh dengan tugas baru yang bila tidak berjalan dengan lancar menyebabkan usia ini menjadi usia banyak masalah, salah satu masalah yang muncul adalah masalah pemilihan teman hidup. Masalah yang dihadapi oleh individu dapat

menyebabkan ketegangan emosi sesuai dengan intensitas masalah yang dihadapi dan kemampuan individu mengatasinya. Ketegangan emosi seringkali

(46)

reaksi atau sikap terhadap perasaan yang mengancam keberadaan seorang individu sebagai seorang pasangan dalam hubungan dua orang yang melibatkan

kasih sayang dan afeksi. Reaksi-reaksi yang muncul misalnya berupa ketakutan ditinggalkan atau digantikan, curiga adanya ketidaksetiaan, dan menjaga pasangan yang dimiliki dengan sangat hati-hati.

Pria dan wanita dibedakan berdasarkan jenis kelamin dan fungsi reproduksinya, namun dalam masyarakat hal ini pun ikut membedakan peran dan

fungsi gender seseorang. Wanita yang sering kali dipandang sebagai individu yang lemah, memiliki sifat yang memelihara, dan emosional, sedangkan pria lebih sering menggunakan logika, orientasi pada pekerjaan dan memiliki kekuatan yang

lebih besar dari wanita.

Perbedaan peran dan fungsi gender pada pria dan wanita pun dapat menimbulkan perbedaan reaksi terhadap ancaman, misalnya kecemburuan. Pria

dan wanita dewasa awal dalam mencari pasangan pasti akan mengalami banyak hal, termasuk masalah pada saat kebutuhan untuk mencapai sebuah kemantapan

dalam hubungan mulai terancam oleh rasa tidak aman yang disebabkan oleh orang ketiga. Saat masalah ini mulai mengganggu maka ketegangan emosi akan muncul dalam bentuk ketakutan dan kekhawatiran, dalam hal ini kecemburuan yang akan

direspon secara berbeda pula oleh setiap individu.

E. Hipotesis Penelitian

(47)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian komparatif yang bertujuan untuk

melihat perbedaan tingkat kecemburuan terhadap pasangan antara wanita dan pria usia dewasa awal.

B. Variabel Penelitian

Berikut adalah variabel-variabel yang akan digunakan dalam penelitian

ini.

1. Variabel Bebas

Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau menjadi

penyebab bagi variabel lain (Hasan, 2004). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah jenis kelamin (pria dan wanita).

2. Variabel Terikat

Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau disebabkan

oleh variabel lain, namun sebuah variabel tertentu dapat menjadi variabel bebas dan variabel terikat sekaligus (Hasan, 2004). Variabel terikat dalam

(48)

C. Definisi Operasional 1. Kecemburuan

Kecemburuan adalah sebuah sikap atau reaksi pada perasaan yang mengancam dan secara khusus melibatkan perasaan kasih sayang atau perilaku protektif. Kecemburuan secara tidak langsung melibatkan tiga

orang, yaitu seorang individu, seorang pasangan, dan orang ketiga sebagai saingan.

Penelitian ini akan menggunakan teknik pengumpulan data dengan menggunakan skala kecemburuan. Skala akan dibuat oleh peneliti dan diujicobakan sebelumnya untuk melakukan seleksi item. Item akan berupa

skenario situasi atau kondisi yang dapat menimbulkan kecemburuan dan pilihan jawaban adalah kemungkinan sikap yang akan dipilih oleh subjek pada saat hal tersebut terjadi padanya.

Indikator atau tanda-tanda munculnya rasa kecemburuan, yaitu : a. Komponen Kognitif, yaitu pikiran, kecurigaan, dan kekhawatiran

terhadap pasangan. Bentuk komponen kognitif antara lain : 1) Tidak memiliki toleransi terhadap ketidaksetiaan pasangan. 2) Cenderung curiga terhadap adanya ketidaksetiaan pasangan.

3) Cenderung khawatir akan kehilangan posisi sebagai pasangan, atau kehilangan afeksi dari orang yang dicintai.

(49)

1) Marah, sedih, takut dan tidak bahagia karena kehilangan orang yang dicintai karena saingan yang nyata atau dalam bentuk imajinasi.

2) Merasa terancam karena kehadiran orang ketiga yang dianggap saingan.

c. Komponen Konatif, yaitu kecenderungan individu berperilaku untuk

memastikan atau mengetahui pasangannya tidak berbuat hal curang. Bentuk komponen konasi antara lain :

1) Memusuhi orang lain yang dianggap saingan.

2) Waspada dalam menjaga pasangannya, cenderung mengikat. 3) Menuntut kesetiaan dari pasangannya.

2. Wanita dan Pria Usia Dewasa Awal

Wanita dan pria sebagai variabel bebas ini merupakan subjek

penelitian yang memiliki ciri-ciri berusia 21 tahun sampai dengan 25 tahun dan memiliki pasangan romantis yang biasa kita sebut pacar. Pasangan

romantis yang dimaksud adalah individu lain yang sedang menjalin hubungan romantis dengan subyek.

Peneliti akan menyertakan kolom identitas pada skala yang harus di

isi oleh subjek. Isi kolom identitas antara lain : nama atau inisial untuk merahasiakan siapa subjek, usia subjek, lama berpacaran (usia hubungan),

(50)

D. Subyek Penelitian

Subyek penelitian ini adalah wanita dan pria usia dewasa awal yang

sedang menjalin hubungan romantis dengan seorang pasangan. Peneliti menggunakan teknik purposive sampling dalam penelitian ini, yaitu teknik pemilihan subyek berdasarkan ciri-ciri atau sifat-sifat tertentu yang dipandang

mempunyai hubungan yang erat dengan ciri-ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya (Hadi, 2002)

Ciri-ciri subyek dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Memiliki jenis kelamin pria dan wanita. Kriteria pria dan wanita yang dimaksud adalah ciri-ciri yang dimiliki secara biologis atau fisik.

2. Usia dewasa awal, yaitu dimulai dari usia 21 tahun sampai dengan 25 tahun. Pada umumnya individu di usia ini sedang menjalin sebuah hubungan romantis yang mengarah pada perkawinan yang menjadi tugas

perkembangannya. Individu pada usia ini juga memulai tahap perkenalan pada dunia orang dewasa maka mulai mencari tempat dalam dunia kerja dan

hubungan sosial untuk membentuk struktur kehidupan yang stabil. Usia dewasa awal ini merupakan masa peralihan dimana terdapat berbagai macam persoalan baru yang dapat menimbulkan ketegangan emosi dan

persoalan yang paling nampak adalah persoalan dengan lawan jenis, seperti kencan, persiapan menikah dan membentuk keluarga.

(51)

E. Metode dan Alat Pengumpulan Data

Peneliti menggunakan metode skala untuk mengumpulkan data yang

diperlukan. Skala ini akan diisi oleh subyek. Skala yang digunakan adalah penskalaan subyek dimana skala berorientasi pada subyek yang bertujuan untuk meletakkan individu dalam satu kontinum penilaian sehingga kedudukan relatif

individu menurut atribut yang diukur dapat diperoleh. Penelitian ini menggunakan jawaban berupa pernyataan yang menunjukkan adanya indikasi kecemburuan

dinilai lebih tinggi dibandingkan yang tidak menunjukkan indikasi tersebut (Azwar, 2002). Kriteria penilaian tinggi, sedang, rendah dan tidak cemburu sama sekali di dasarkan pada indikator kecemburuan yang ada dan tingkatan yang

muncul. Kriteria-kriteria tersebut antara lain :

1. Kriteria tingkat kecemburuan tinggi dan akan diskor 3, yaitu : a. Komponen Kognitif :

1) Sangat tidak bertoleransi terhadap ketidaksetiaan pasangan. 2) Sangat mudah curiga/ curiga yang berlebihan/ keyakinan yang

berlebihan terhadap adanya ketidaksetiaan pasangan.

3) Sangat khawatir/ khawatir yang berlebihan akan kehilangan posisi sebagai pasangan, atau kehilangan afeksi dari orang yang dicintai.

b. Komponen Afektif :

1) Sangat marah akan kehilangan orang yang dicintai.

(52)

4) Merasa sangat terancam akan kehadiran orang ketiga sebagai saingan.

5) Sangat cemas akan kehilangan orang yang dicintai. 6) Sangat kesal akan kehilangan orang yang dicintai. c. Komponen Konatif :

1) Sangat memusuhi siapapun yang dianggap saingan pasti, maupun belum pasti.

2) Sangat mengikat pasangannya (over posesif) sebagai bentuk kewaspadaan dalam menjaga pasangan.

3) Sangat menuntut kesetiaan dari pasangannya.

2. Kriteria tingkat kecemburuan sedang dan akan diskor 2, yaitu : a. Komponen Kognitif :

1) Tidak bertoleransi terhadap ketidaksetiaan pasangan.

2) Cenderung curiga terhadap adanya ketidaksetiaan pasangan.

3) Khawatir akan kehilangan posisi sebagai pasangan, atau kehilangan

afeksi dari orang yang dicintai. b. Komponen Afektif :

1) Marah akan kehilangan orang yang dicintai.

2) Takut akan kehilangan orang yang dicintai. 3) Sedih akan kehilangan orang yang dicintai.

4) Merasa terancam akan kehadiran orang ketiga sebagai saingan. 5) Cemas akan kehilangan orang yang dicintai.

(53)

c. Komponen Konatif :

1) Memusuhi siapapun yang dianggap saingan.

2) Mengikat pasangannya (posesif) sebagai bentuk kewaspadaan dalam menjaga pasangan.

3) Menuntut kesetiaan dari pasangannya.

3. Kriteria tingkat kecemburuan rendah dan akan diskor 1, yaitu : a. Komponen Kognitif :

1) Lebih fleksibel dalam ketidaksetiaan atau perbuatan curang pasangan.

2) Cenderung curiga terhadap adanya ketidaksetiaan pasangan, namun

tidak besar atau tidak terlalu sering.

3) Tidak terlalu khawatir akan kehilangan posisi sebagai pasangan, atau kehilangan afeksi dari orang yang dicintai.

b. Komponen Afektif :

1) Tidak terlalu marah akan kehilangan orang yang dicintai.

2) Tidak terlalu takut akan kehilangan orang yang dicintai. 3) Tidak terlalu sedih akan kehilangan orang yang dicintai. 4) Tidak merasa terlalu terancam akan kehadiran saingan.

5) Tidak terlalu cemas akan kehilangan orang yang dicintai. 6) Tidak terlalu kesal akan kehilangan orang yang dicintai.

c. Komponen Konatif :

1) Tidak terlalu mudah untuk memusuhi orang lain.

(54)

3) Meminta kesetiaan dari pasangannya.

4. Kriteria tingkat kecemburuan yang tidak sama sekali dan akan diskor 0,

yaitu :

a. Komponen Kognitif :

1) Memiliki toleransi terhadap ketidaksetiann pasangan

2) Tidak curiga sama sekali terhadap adanya ketidaksetiaan pasangan. 3) Tidak khawatir akan kehilangan kasih sayang dan posisi sebagai

pasangan. b. Komponen Afektif :

1) Tidak marah marah akan kehilangan orang yang dicintai.

2) Tidak takut marah akan kehilangan orang yang dicintai. 3) Tidak sedih marah akan kehilangan orang yang dicintai.

4) Tidak merasa terancam akan kehadiran orang ketiga sebagai saingan.

5) Tidak cemas marah akan kehilangan orang yang dicintai. 6) Tidak kesal marah akan kehilangan orang yang dicintai.

c. Komponen Konatif :

1) Tidak memusuhi orang lain.

2) Tidak mengikat dan tidak waspada.

Peneliti menentukan kriteria sebagai anchor dalam aitem-aitemnya, namun selain itu peneliti juga akan menghitung nilai skala untuk memastikan jarak

(55)

yang pasti menimbulkan kecemburuan. Hal ini bisa dipastikan karena stimulus diperoleh dari hasil survey yang sudah dilakukan sebelumnya. Peneliti akan

menghitung nilai skala setelah data uji coba diperoleh.

Peneliti sebelum membuat skala melakukan survey mengenai situasi atau peristiwa yang menimbulkan kecemburuan terhadap pasangan yang berhubungan

dengan kehadiran orang ketiga. Peneliti juga mengumpulkan reaksi atau sikap subyek survey terhadap situasi atau peristiwa tersebut. Survey ini dilakukan

kepada wanita dan pria usia 20-25 tahun dan sedang atau sudah pernah menjalin hubungan romantis (pacaran). Peneliti kemudian memilih situasi atau peristiwa yang paling sering muncul dan menyesuaikan dengan indikator kecemburuan

yang ada, kemudian menggunakannya sebagai stimulus dalam skala. Selain itu peneliti juga mempertimbangkan komponen-komponen indikator yang ada untuk membuat pilihan respon. Reaksi atau sikap yang dimasukkan ke dalam skala

adalah sikap atau reaksi yang paling sering muncul dan pembagiannya pun disesuaikan dengan jumlah aitem, semua indikator disebar secara merata sehingga

dapat masuk kedalam skala. Jumlah aitem dibuat sama walaupun jumlah indikator komponen afektif lebih banyak karena setiap situasi atau peristiwa biasanya didominasi oleh satu perasaan. Komponen afektif disebar secara merata agar

setiap indikator tercakup di dalam skala.

Hasil yang diperoleh setelah melalui pertimbangan-pertimbangan di atas

(56)

Tabel 1.

Komponen dan Distribusi Aitem Skala Uji CobaKecemburuan No Komponen

Jumlah

Aitem Distribusi Aitem 1. Komponen Kognitif

Mengukur pikiran-pikiran, yang kuat yang mungkin dimiliki seseorang terhadap

3. Komponen Konasi Mengukur kecenderungan perilaku atau tindakan seseorang untuk memastikan atau pun mengetahui

pasangannya tidak melakukan hal curang dalam hubungan.

50 item

Peneliti akan melakukan try out (tes uji coba) untuk seleksi aitem. Seleksi aitem akan dilakukan bersama dengan pengukuran validitas dan reliabilitas. Peneliti akan melakukan penelitian setelah diperoleh aitem-aiten yang dapat

digunakan. Hasil penelitian akan dihitung menggunakan uji-t untuk mengukur rata-rata tingkat kecemburuan pada kelompok pria dan wanita dewasa awal. Hasil

(57)

F. Validitas dan Reliabilitas 1. Validitas

Validitas yang dimaksud memiliki arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Validitas sebuah alat ukur semakin tinggi bila alat ukur tersebut memberikan hasil

ukur yang sesuai dengan maksud pengukuran tersebut. Pengertian validitas tersebut sangat berkaitan dengan masalah tujuan pengukuran, oleh karena itu

tidak ada validitas yang berlaku untuk umum (Azwar, 2003).

Validitas yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi. Validitas isi merupakan validitas yang diperkirakan lewat pengujian

terhadap isi tes dengan analisis rasional. Validitas dimaksud untuk mencari sejauh mana item-item dalam tes mencakup seluruh kawasan isi objek yang hendak diukur (Azwar, 2003).

2. Reliabilitas

Reliabilitas bersinonim dengan kata konsistensi dan stabilitas. Suatu tes disebut konsisten atau reliabel saat sejumlah individu memiliki skor yang sama manakala mereka menjalani tes yang sama pada dua kesempatan yang

berbeda, saat menjalani tes yang sama dengan dua versi berbeda, menjalani tes yang sama dengan kelompok-kelompok item yang berlainan

(58)

Pendekatan yang digunakan dalam mengukur estimasi reliabilitas penelitian ini adalah pendekatan konsistensi internal dimana prosedurnya

hanya memerlukan satu kali pengenaan sebuah tes kepada sekelompok individu sebagai subjek (Azwar, 2003).

G. Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini untuk menguji

hipotesa adalah teknik t-test yang dihitung menggunakan metode komputasi. Teknik t-test adalah teknik statistik yang seringkali digunakan untuk mengukur sample-sample yang berkorelasi. Sample berkorelasi yang dimaksud adalah

(59)

BAB IV

PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Persiapan Penelitian dan Pelaksanaan Uji Coba Alat Ukur 1. Persiapan Penelitian

Pada tahap awal penelitian, peneliti mengadakan survey kepada wanita dan pria usia 20 tahun sampai dengan 25 tahun yang sedang atau

pernah berpacaran mengenai situasi atau peristiwa yang menimbulkan rasa cemburu terhadap pasangannya. Situasi atau peristiwa yang menimbulkan rasa cemburu ini dipersempit lagi menjadi rasa cemburu yang berhubungan

dengan kehadiran orang ketiga. Subyek pada saat survey juga diminta untuk menceritakan reaksi atau sikap pada saat situasi itu terjadi.

Peneliti mengumpulkan situasi atau peristiwa dan sikap atau reaksi

yang paling sering muncul pada subyek survey dan menggunakannya untuk menyusun alat ukur dalam bentuk skala setelah disesuaikan dengan indikator

yang ada. Kelebihan yang diperoleh adalah dapat mengurangi kemungkinan adanya facking karena situasi dan pilihan jawaban yang disajikan berdasarkan kenyataan yang seringkali terjadi dalam kelompok subyek.

Skala yang dibuat berjumlah satu yaitu skala kecemburuan namun dibedakan untuk subyek wanita dan pria, jumlah item yang disediakan 150

(60)

tersebut. Skala kecemburuan ini selain dikonsultasikan dengan dosen pembimbing juga dikonsultasikan kepada dosen yang menekuni bidang

statistik.

Tahap berikutnya peneliti membuat skala dalam bentuk yang sudah diketik rapi agar mempermudah proses uji coba yang akan dilakukan.

Peneliti juga mulai membuat daftar kenalan yang sekiranya dapat menjadi subyek dalam penelitian ini.

2. Uji Coba Alat Ukur Penelitian

Uji coba dilakukan terlebih dahulu sebelum dilakukan seleksi aitem.

Uji coba alat ukur kecemburuan yang berjumlah 150 aitem dilaksanakan pada tanggal 14 November 2007 sampai dengan 6 Desember 2007. Uji coba dilakukan terhadap 200 subyek yang diperkirakan representatif dan memiliki

karakteristik yang kurang lebih sama dengan subyek penelitian. Subyek uji coba yaitu pria dan wanita yang berusia 21 sampai dengan 25 tahun, sedang

berpacaran dengan usia pacaran 2 bulan sampai dengan 5 tahun.

Subyek mengisi skala di lingkungan kampus, di lingkungan tempat tinggal, maupun di lingkungan kerja masing-masing subyek. Beberapa

subyek mengerjakan dengan diawasi oleh peneliti ataupun teman peneliti yang membantu dan beberapa subyek mengerjakannya tanpa diawasi.

(61)

luang subyek. Peneliti dibantu oleh beberapa orang teman dalam menyebarkan skala kepada subyek dan mengawasi pengerjaannya. Skala

yang disebarkan kemudian dikembalikan sesuai dengan jumlah yang telah disebarkan.

3. Hasil Uji Coba Alat Ukur Penelitian a. Nilai Skala berdasarkan Deviasi Normal.

Seleksi aitem pada tahap awal dilakukan dengan menguji nilai skala pada seluruh aitem, dimana 150 aitem yang ada adalah aitem yang favorabel. Tujuan menentukan nilai skala ini dengan deviasi normal ini adalah untuk

memberikan bobot tertinggi bagi kategori jawaban yang paling favorabel dan nilai rendah pada jawaban yang tidak favorabel (Azwar, 2005). Prinsip penghitungan yang digunakan sama seperti penghitungan nilai skala pada

jenis skala Likert.

Pada skala kecemburuan ini setiap aitem adalah aitem favorabel

sehingga pilihan respon yang semakin menunjukkan kecemburuan akan dinilai lebih tinggi. Skala ini memberi nilai 0 sampai dengan 3 untuk pilihan respon mulai dari pilihan yang tidak menunjukkan respon sama sekali sampai dengan

pilihan respon yang menunjukkan kecemburuan yang tinggi.

Penghitungan nilai skala dengan deviasi normal ini memperoleh hasil

(62)

b. Estimasi Validitas

Seleksi aitem dilakukan dengan menguji karakteristik masing-masing

aitem berdasarkan data empiris yaitu data hasil uji coba aitem pada kelompok subyek yang karakteristiknya diperkirakan setara dengan subyek yang akan dikenai skala. Kualitas aitem diukur dengan analisis butir dengan

menggunakan parameter daya beda aitem, yaitu sejauh mana aitem mampu membedakan antara individu atau kelompok individu yang memiliki atribut

yang diukur atau individu yang tidak memiliki atribut yang diukur (Azwar, 2003).

Pengujian keselarasan fungsi aitem dengan fungsi skala atau daya beda

aitem dilakukan dengan komputasi koefisien korelasi antara distribusi skor pada setiap aitem dengan suatu kriteria yang relevan yaitu distribusi skor total tes itu sendiri (Azwar, 2003). Harga koefisien korelasi (rix) yang biasanya

digunakan dalam pengembangan dan penyusunan skala-skala psikologi adalah minimal sama dengan 0,30. Artinya, semua aitem yang memiliki korelasi

dengan skor skala kurang daripada 0,30 dapat kita sisihkan dan aitem yang dimasukkan kedalam skala sikap diambil dari aitem yang memilikikorelasi 0,30 keatas. Semakin tinggi koefisien mendekati 1,00 maka semakin baik pula

konsistensinya (Azwar, 2005).

Korelasi aitem total yang diperoleh setelah analisis aitem berkisar

(63)

Aitem-aitem yang gugur tersebut antara lain Aitem-aitem nomor 28, 30, 96, 99, 102, 107, 111, dan 123.

Aitem yang digunakan dalam penelitian masih tersisa 138 aitem, namun dengan mempertimbangkan jumlah aitem yang terlalu banyak maka dilakukan pengurangan lagi dari jumlah aitem yang sebelumnya 138 menjadi

60 aitem. Pengurangan jumlah aitem dilakukan dengan mengelompokkan aitem-aitem dengan situasi serupa dengan obyek kecemburuan yang berbeda

kemudian diseleksi dengan melihat nilai validitas yang cenderung lebih tinggi dibanding aitem lain dikelompok situasi yang sama. Dari hasil pengelompokkan ini diperoleh pula konsistensi dalam jawaban subyek

terhadap situasi-situasi yang serupa tersebut, hal ini pun menjadi dasar pengurangan jumlah aitem. Aitem yang disisihkan sejumlah 78 aitem, antara lain ; aitem nomor 1, 2, 3, 4, 5, 6, 16, 17, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 29, 31, 32,

33, 34, 37, 38, 39, 40, 41, 42, 43, 44, 45, 46, 47, 48, 55, 56, 57, 58, 59, 60, 61, 62, 63, 64, 65, 66, 70, 71, 76, 77, 78, 85, 86, 87, 94, 95, 97, 98, 100, 101, 109,

110, 111, 121, 122, 123, 130, 131, 132, 136, 137, 138, 139, 140, 141, 145, 146, 147, 148, 149, 150.

Aitem-aitem yang digunakan dalam penelitian sejumlah 60 aitem

(64)

Tabel 2.

Komponen dan Distribusi Aitem Skala Kecemburuan Setelah Uji Coba

No. Komponen Distribusi Aitem Jumlah

1. Komponen Kognitif Mengukur pikiran-pikiran,

2. Komponen Afektif

Mengukur perasaan cemburu yang kuat yang mungkin dimiliki seseorang terhadap

3. Komponen Konasi Mengukur kecenderungan perilaku atau tindakan seseorang untuk memastikan atau pun mengetahui

pasangannya tidak melakukan hal curang dalam hubungan.

3, 6, 9, 12, 15,

Reliabilitas berarti tingkat keterpercayaan hasil suatu pengukuran

(Azwar, 2005). Estimasi reliabilitas alat ukur pada saat uji coba selanjutnya dilakukan dengan menggunakan teknik Alpha dari Cronbach, dengan bantuan SPSS versi 12,0 dan hasil yang diperoleh adalah koefisien korelasi sebesar

0,975. Hasil dari koefisien Alpha tersebut menunjukkan bahwa skala kecemburuan dinyatakan sangat reliabel karena memiliki koefisien Alpha

Gambar

Tabel 1.
Tabel 2.
Tabel 3. Rangkuman Subyek Penelitian
Tabel 4. Ringkasan Uji Normalitas
+6

Referensi

Dokumen terkait

Dilihat dari bentuk dan ambitus suara Musik Bambu Sorume dapat di kategorikan dengan beberapa jenis: (1) Bass; (2) Tenor Badan Satu; (3) Tenor Badan Dua; (4) Kendang; (5)

Mediator yang memfasilitasi penyelesaian sengketa harus memenuhi persyaratan antara lain mempunyai kemampuan di bidang finansial perbankan dan hukum, tidak mempunyai hubungan

- bahwa saya/kami dengan ini mengerti bahwa SMA Sampoerna (Sampoerna Academy), Kampus Bogor berhak untuk menghentikan bantuan pendidikan program Sampoerna Academy

Keuntungan bagi pengembang, antara lain, (1) aplikasi yang ber-VBA merupakan apikasi open-system, melalui model obyek, dan komponen berbasis Active-X, akan dapat berguna bagi

(1) Walikota sesuai dengan kewenangannya wajib melakukan pengawas terhadap ketaatan penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan atas ketentuan yang ditetapkan dalam

Menurut Gupta and Jha (2006), astaxanthin merupakan pigmen alami yang dikenal sebagai karotenoid yang memiliki warna merah yang secara alami terdapat pada tanaman dan

[r]

[r]