BAB II
TINJAUAN PUSTKA
A. Tinjauan Teori
1. Kehamilan
a Definisi
Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin.
Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7
hari) diihitung dari pertama haid terakhir. Kehamilan dibagi dalam 3
triwulan yaitu triwulan pertama dimulai dari konsepsi sampai 3 bulan,
triwulan kedua dari bulan keempat sampai 6 bulan, triwulan ketiga
dari bulan ketiga sampai 9 bulan. ( Waspodo Djoko. 2009. h;89 )
Proses kehamilan merupakan matarantai yang saling
berkesinambungan dan terdiri dari ovulasi, migrasi spermatozoa dan
ovum, konsepsi dan pertumbuhan zigot, nidasi (implantasi) pada
uterus, pembentukan plasenta dan tumbuh kembang hasil konsepsi
sampai aterm. (Manuaba. 2010. h. 75)
Kehamilan merupakan proses pertumbuhan janin yang berawal
b Perubahan Fisiologis Kehamilan
Adaptasi anatomi, fisiologi dan biokimiawi yang terjadi pada wanita
selama kehamilan segera terjadi setelah fertilisasi dan berlanjut
selama kehamilan. (Ai Yeyeh dkk. 2009. h; 38)
1) Sistem reproduksi dan payudara
a) Perubahan uterus
Uterus membesar pada bulan-bulan pertama dibawah
pengaruh estrogen dan progesteron yang kadarnya
meningkat.
(1). Tidak hamil : sebesar telur ayam
(2). Kehamilan 8 minggu : telur bebek
(3). Kehamilan 12 minggu : telur angsa
(4). Kehamilan 16 minggu : pertengahan simfisis-pusat
(5). Kehamilan 20 minggu : pinggir bawah pusat
(6). Kehamilan 24 minggu : pinggir atas pusat
(7). Kehamilan 28 minggu : sepertiga pusat-xyphoid
(8). Kehamilan 32 minggu : pertengahan pusat-xyphoid
(9). 36-42 minggu : 3 sampai 1 jari dibawah xyphoid
(Sukami. 2013; h. 66)
b) Serviks uteri
Vaskularisasi ke serviks meningkat selama kehamilan,
sehingga serviks menjadi lebih lunak dan warnanya lebih biru.
Menjelang akhir kehamilan kadar hormon relaksin memberikan
persiapan persalinan, estrogen dan hormon plasenta relaksin
membuat serviks lebih lunak.
c) Segmen bawah Rahim
Segmen bawah uterus berkembang dari bagian atas kanalis
servikalis setinggi ostium interna bersama-sama isthmus uteri.
d) Kontraksi Braxton-Hick
Merupakan kontraksi yang tak teraturdan terjadi rasa nyeri di
sepanjang kehamilan. Kontraksi ini membantu sirkulasi darah
dalam plasenta.
e) Vagina dan vulva
Vagina dan serviks akibat hormon estrogen mengalami
perubahan yaitu adanya vaskularisasi yang mengakibatkan
vagina dan vulva tampak ebih merah, agak kebiruan (livide) disebut tanda Chadwick. Vagina membiru karena pelebaran
pembuluh darah, PH 3,5-6 merupakan akibat meningkatnya
produksi asam laktat karena kerja laktobaci Acidopilus,
keputihan, selaput lendir vagina mengalami edematus,
hypertrophy, lebih sensitif meningkatkan seksual terutama
triwulan ke III.
f) Ovarium
Pada permulaan kehamilan didapatkan korpus luteum
graviditas sampai terbentuknya plasenta pada kira-kira
kehamilan 16 minggu. Hormon relaxing yaitu suatu hormon
immunoreaktive inhibin dalam sirkulasi maternal yang
menjadi baik hingga aterm. Hormon ini ditemukan pada awal
ovulasi setelah terbentuknya plasenta.
g) Mammae
Mammae akan membesar akibat hormon
somatomammotropin, esrogen dan progesteron akan tetapi
belum mengeluarkan progesteron. Perubahan payudaya yang
menyebabkan fungsi laktasi disebabkan oleh peningkata kadar
estrogen, progesteron, laktogen plasental dan prolaktin.
Payudara semakin membesar dan areola menjadi lebih gelap
dan dikelilingi oleh kelenjar-kelenjar sebasea yang menonjol
(tuberkel montgomeri), kelenjar ini terlihat pada kelahimilan sekita 12 minggu.
h) Kenaikan berat badan
Pada ibu hamil kenaikan berat badan sekitar 6,5 kg sampai 15
kg selama kehamil. (Manuaba, 2010; h.117)
2) Sistem endokrin, kekebalan, perkemihan
a) Sistem endokrin
Estrogen merupakan faktor yang mempengaruhi pertumbuhan
fetus, pertumbuhan payudara, retensi air dan natrium,
pelepasan hormon hipofise. Progesteron mempengaruhi ubuh
ibu melalui relaksasi otot polos, relaksasi jaringan ikat,
kenaikan suhu, pengembangan duktus laktiferus dan alveoli,
perubahan sekretorik dalam payudara.
Hormon-hormon plasenta selain korionik gonadotropin,
spesifik yaitu hormon laktogenik dan relaksin. Hormo
laktogenik plasenta meningkatkan pertumbuhan, menstimulasi
perkembangan payudara dan mempunyai peranan yang
sangat penting dalam metabolisme lemak maternal.
Sekresi kelenjar hipofise umumnya menurun dan penurunan
ini selanjutnya akan meningkatkan sekresi semua kelenjar
endokrin. Prolaktin meningkat secara berangsu-angsur
menjelang akhir kehamilan, namun fungsi prolaktin dalam
memicu laktasi disupresi sampai plasenta lahir dan estrogen
menurun.
b) Sistem kekebalan
Selama kehamilan leukosit darah cukup bervariasi. Biasanya
berkisar dari 5000 sampai 12000 per µl. Pada saat persalinan
dan masa nifas leukosit meningkat hingga mencapai 25000
atau lebih, tetapi konsentrasi rata-rata adalah 14000-16000 µl.
c) Tractus urinarius
Progesteron dengan efek relaksan pada serabut-serabut otot
polos menyebabkan terjadinya dilatasi, pemanjangan dan
penekukan ureter. Penumpukan urine terjadi dalam ureter
pada bagian bawah dan penurunan tonus kandung kemih
serta menimbulkan pengosongan kandung kemih yang tidak
tuntas.Selain sering kencing, terdapat juga poliuria yang
disebabkan oleh adanya peningkatan sirkulasi darah di ginjal
c Perubahan dan Adaptasi psikologis dalam masa kehamilan
1) Trimester pertama
Trimester pertama dianggap sebagai periode penyesuaian.
Penyesuaian yang dilakukan adalah terhadap kenyataan bahwa ia
sedang mengandung. Penerimaan terhadap kenyataan ini dan arti
semua ini bagi dirinya.
2) Trimester Kedua
Merupakan periode kesehatan yang baik, yakni periode ketika
wanita merasa nyaman dan bebas dari segala ketidaknyamanan
yang normal dialami saat hamil. Trimester kedua terbagi atas dua
fase yaitu fase pra-quickening dan pasca-quickening. Quickening
menunjukan kenyataan adanya kehidupan yang terpisah , yang
menjadi dorongan bagi wanita dalam melaksanakan tugas
psikologis utamanya pada trimester kedua , yakni
mengembangkan identitas sebagai ibu bagi dirinya sendiri, yang
berbeda dari ibunya.
3) Trimester Ketiga
Periode penantian dengan penuh kewaspadaan. Pada periode ini
wanita mulai menyadari kehadiran bayi sebagai makhluk yang
terpisah sehingga ia menjadi tidak sabar menanti kehadiran sang
bayi. Ada perasaan was – was mengingat bayi dapat lahir
kapanpun. Hal ini membuatnya berjaga – jaga sementara ia
memperhatikan dan menunggu tanda dan gejala persalinan
d Proses terjadinya kehamilan
Proses kehamilan merupakan matarantai yang berkesinambungan
dan terdiri dari ovulasi, migrasi spermatozoa dan ovum, konsepsi dan
pertumbuhan zigot, nidasi (implantasi) pada uterus, pembentukan
plasenta, dan tumbuh kembang hasil konsepsi sampai aterm. (
Manuaba. 2010. h; 75)
1) Ovulasi
Ovulasi suatu proses pelepasan ovum yang dipengaruhi oleh
sistem hormonal. Selama masa subur yang berlangsung 20
sampai 35 tahun, hanya 420 buah ovum yang dapat mengikuti
proses pematangan dan terjadi ovulasi. Proses pertumbuhan
ovum (oogenesis) asalnya epitel germinal -> oogonium -> folikel
primer -> proses pematanagn pertama. Dengan pengaruh FSH,
folikel primer mengalami perubahan menjadi folikel de Graaf yang
menuju ke permukaan ovarium menyebabkan penipisan dan
disertai pembentukan cairan folikel. Desakan folikel de Graaf ke
permukaan ovarium menyebabkan penipisan dan disertai
devaskularisasi.
Selama pertumbuhan menjadi folikel de Graaf, ovarium
mengeluarkan hormon estrogen yang dapat memengaruhi gerak
dari tuba yang makin mendekati ovarium, gerak sel rambut lumen
tuba makin tinggi, peristaltik tuba makin aktif. Ketiga faktor ini
menyebabkan aliran cairan dalam tuba makin deras menuju
uterus. Dengan pengaruh LH yang semakin besar dan fluktuasi
ovulasi. Dengan gerak aktif tuba yang mempunyai umbai
(fimbriae) maka ovum yang telah dilepaskan segera ditangkap
oleh fimbrae tuba. Proses penangkapan ini disebut ovum pick up
mechanism. Ovum yang tertangkap terus berjalan mengikuti tuba
menuju uterus, dalam bentuk pematangan pertama, artinya telah
siap untuk dibuahi.
2) Spermatozoa
Proses pembentukan spermatozoa merupakan proses
yang kompleks. Spermatogonium berasal dari sel primitif tubulus,
menjadi spermatosit pertama, menjadi spermatosit kedua, menjadi
spermatid, akhirnya spermatozoa.
Pertumbuhan spermatozoa dipengaruhi matarantai
hormonal yang kompleks dari pancaindra, hipotalamus, hipofisis,
dan sel interstitial Leydig sehingga spermatogonium dapat
mengalami proses mitosis. Pada setiap hubungan seksual
dikeluarkan sekitar 3cc sperma yang mengandung 40 sampai 60
juta spermatozoa setiap cc. Bentuk spermatozoa seperti cebong
yang terdiri atas kepala (lonjong sedikit gepeng yang mengandung
inti leher (penghubung antara kepala dan ekor), ekor (Panjang
sekitar 10 kali kepala, mengandung energi sehingga dapat
bergerak).
Sebagian besar spermatozoa mengalami kematian dan
hanya beberapa ratus yang dapat mencapai tuba fallopi.
hdup selama tiga hari, sehingga cukup waktu untuk mengadakan
konsepsi.
3) Konsepsi
Pertemuan inti ovum dengan inti spermatozoa disebut konsepsi
atau fertilisasi dan membentuk zigot. Proses konsepsi dapat
berlangsung seperti uraian di bawah ini. Keseluruhan proses
tersebut merupakan matarantai fertilisasi atau konsepsi.
a) Ovum yang dilepaskan dalam proses ovulasi, diliputi oleh
korona radiata, yang mengandung persediaan nutrisi.
b) Pada ovum, dijumpai inti dalam bentuk metafase di tengah
sitoplasma yang disebut vitelus.
c) Dalam perjalanan, korona radiata makin berkurang pada zona
pelusida. Nutrisi dialirkan ke dalam vitelus, melalui saluran
pada zona pelusida.
d) Konsepsi terjadi pada pars ampularis tuba, tempat yang paling
luas yang dindingnya penuh jonjot dan tertutup sel yang
mempunyai silia. Ovum mempunyai waktu hidup terlama di
dalam ampula tuba.
e) Ovum siap dibuahi setelah 12 jam dan hidup selama 48 jam.
Spermatozoa menyebar, masuk melalui kanalis servikalis
dengan kekuatan sendiri. Pada kavum uteri, terjadi proses
kapasitasi, yaitu pelepasan lipoprotein dari sperma sehingga
mampu mengadakan fertilisasi. Spermatozoa hidup selama
tiga hari di dalam genitalia interna. Spermatozoa akan
korona radiata dan zona pelusida dengan proses enzimatik;
hialuronidase. Melalui “stomata”, dalam ovum, ekornya lepas
dan teringgal di luar. Kedua inti ovum dan inti spermatozoa
bertemu dengan membentuk zigot.
4) Proses nidasi atau implantasi
Dengan masuknya inti sprematozoa ke dalam sitoplasma,
“vitelus” membangkitkan kembali pembelahan dalam inti ovum
yang dalam keadaan “metafase”. Proses pemecahan dan
pematangan mengikuti bentuk anafase dan “telofase” sehingga
pronukleusnya menjadi “haploid”. Pronukleus spermatozoa dalam
keadaan haploid saling mendekati dengan inti ovum yang kini
haploid dan bertemu dalam pasangan pembawa tanda dari pihak
pria maupun wanita.
Pada manusia, terdapat 46 kromosom dengan rincian 44
dalam bentuk “autosom” sedangkan 2 kromosom sisanya sebagai
pembawa tanda seks. Wanita selalu resesif dengan kromosom X.
Laki-laki memiliki dua bentuk kromosom seks yaitu kromosom X
dan Y. Bila spermatozoa kromosom X bertemu dengan sel ovum,
terjadi jenis kelamin wanita sedangkan bila kromosom seks Y
bertemu sel ovum, terjadi jenis kelamin laki-laki. Oleh karena itu,
pihak wanita tidak dapat disalahkan dengan jenis kelamin bayinya
yang lahir karena yang menentukan jenis kelamin adalah pihak
suami.
Setelah pertemuan kedua inti ovum dan spermatozoa,
dirinya menjadi dua dan seterusnya. Berbarengan dengan
pembelahan pembelahan inti, hasil konsepsi terus berjalan
menuju uterus. Hasil pembelahan sel memenuhi seluruh ruangan
dalam ovum yang besarnya 100 MU atau 01 mm dan disebut
stadium morula. Selama pembelahan sel di bagian dalam, terjadi
pembentukan sel di bagian luar morula yang kemungkinan berasal
dari korona radiata yang menjadi sel trofoblas. Sel trofoblas dalam
pertumbuhannyam mampumengeluarkan hormon korionik
gonadotropin, yang mempertahankan korpus luteum gravidarium.
Pembelahan berjalan terus dan di dalam morula terbentuk
ruangan yang mengadung cairan yang disebut blastula.
Perkembangan dan pertumbuhan berlangsung, blastula dengan
vili korealisnya yang dilapisi sel trofoblas telah siap untuk
mengadakan nidasi. Sementara itu, pada fase sekresi,
endometrium telah makin tebal dan makin banyak mengandung
glikogen yang disebut desidua. Sel trofoblas yang meliputi “ primer
vili korealis” melakukan destruksi enzimatik-proteolitik, sehingga
dapat menanamkan diri di dalam endometrium. Proses peanaman
blastula yang disebut nidasi atau implantasi terjadi pada hari ke 6
sampai 7 satelah konsepsi. Pada saat tertanamnya blastula ke
dalam endometrium, mungkin terjadi pendarahan.
5) Pembentukan plasenta
Nidasi atau implantasi terjadi pada bagian fundus uteri di
dinding depan atau belakang. Pada blastula, penyebaran sel
inner cell mass akan tertanam ke dalam endometrium. Sel trofoblas menghancurkan endimetrium sampai terjadi
pembentukan plasenta yang berasal dari primer vili korealis.
Terjadinya nidasi (implantasi) mendorong sel blastula
mengadakan diferensiasi. Sel yang dekat dengan ruangan
eksoselom membentuk “entoderm” dan yolk sac (kantong kuning telur) sedangkan sel lain membentuk “ektoderm” dan ruangan
amnion. Plat embrio (embryonal plate) terbentuk di antara dua ruang yaitu ruang amnion dan katung yolk sac. Plat embrio terdiri dari unsur ektoderm, endoderm, dan mesoderm. Ruangan amnion
dengan cepat mendekati korion sehingga jaringan yang terdapat
di antara amnion dan embrio padat dan berkembang menjadi tali
pusat.
Awalnya yolk sac berfungsi sebagai pembentuk darah bersama dengan hati, limpa, dan sumsum tulang. Pada minggu ke
dua sampai ketiga, terbentuk bakal jantung dengan pembuluh
darahnya yang menuju body stalk (bakal tali pusat). Jantung bayi mulai dapat dideteksi pada minggu ke-6 sampai 8 dengan
menggunakan ultrasonografi atau sistem Doppler.
Pembuluh darah pada body stalk terdiri dari arteri umbikalis dan vena umbilikalis. Cabang arteri dan vena umbilikalis
masuk ke vili korealis sehingga dapat melakukan pertukaran
nutrisi dan sekaligus membuang hasil metabolisme yang tidak
Dengan berbagai bentuk implantasi (nidasi) dimana posisi
plat embrio berada, akan dijumpai berbagai variasi dari insersio
tali pusat, yaitu insersio sentralis, para sentralis, marginalis atau
insersio vilamentosa.
Vili korealis menghancurkan desidua sampai pembuluh
darah, mulai dengan pembuluh darah vena pada hari ke-10
sampai 11 setelah konsepsi, sehingga sejak saat itu embrio
mendapat tambahan nutrisi dari darah ibu secara langsung.
Selanjutnya vili korealis menghancurkan pembuluh darah arteri
sehingga terjadilah aliran darah pertama reptroplasenter pada hari
ke-14 sampai 15 setelah konsepsi. Bagian desidua yang tidak
dihancurkan membagi plasenta menjadi sekitar 15 sampai 20
kotiledon maternal. Pada janin plasenta akan dibagi menjadi
sekitar 200 kotiledon fetus. Setiap kotiledon fetus terus bercabang
dan mengembang di tengah aliran darah untuk menunaikan
fungsinya memberikan nutrisi, pertumbuhan, dan perkembangan
janin dalam rahim ibu. Darah ibu dan darah janin tidak
berhubungan langsung dan dipisahkan oleh lapisan trofoblas,
dinding dan enzimatik serta pinositosis. Situasi plasenta demikian
disebutkan sistem plasenta-hemokorial.
Sebagian dari vili kerealis tetap berhubungan langsung
dengan pars besalis desidua, tetapi tidak sampai menembusnya.
Hubungan vili korealis dengan lapisan desidua tersebut dibatasi
oleh jaringan fibrotik yang disebut lapisan Nitabusch. Melalui
ketiga (kala uri). Dengan terjadinya nidasi maka desidua yang
berkembang menjadi plasenta; desidua kapsularis yang menutupi
hasil konsepsi; desidua yang berlawanan dengan desidua
kapsularis disebut desidua perietalis; kelanjutan antara desidua
kapsularis dan desidua parietalis disebut desidua reflexa. Vili
korealis yang tumbuhnya tidak subur disebut korion leaf.
(Manuaba. 2010. h; 75 -85)
e Tanda – tanda kehamilan
1) Tanda dugaan kehamilan
a) Amenorea (terlambat datang bulan)
Konsepsi dan nidasi menyebabkan tidak terjadi pembentukan
folikel de Graaf dan ovulasi. Dengan mengetahui haid pertama
haid terkhir dengan menghitung rumus Naegle, dapat
ditentukan perkiraan persalinan.
b) Mual dan muntah (emesis)
Pengaruh estrogen dan progesteron menyebabkan
pengeluaran asam lambung yang berlebihan. Mual dan
muntah terutama pada pagi hari disebut morning sickness.
Dalam batas yang fisiologis, keadaan ini dapat diatasi. Akibat
mual dan muntah, nafsu makan berkurang.
c) Ngidam
Wanita hamil sering menginginkan makanan tertentu,
d) Sinkope atau pingsan
terjadinya gangguan sirkulasi ke daerah kepala (sentral)
menyebabkan iskemia susunan syaraf pusat dan
menimbulkan sinkop atau pingsan. Keadaan ini menghilang
setelah usia kehamilan 16 minggu
e) Payudara tegang.
Pengaruh estrogen progesteron dan somatomamotrofin
manimbulkan deposit lemak, air, dan garam pada payudara.
Payudara membesar dan tegang. Ujung syaraf tertelan
menyebabkan rasa sakit terutama ada kehamilan pertama.
f) Sering miksi
Desakan rahim ke depan menyebabkan kandung kemih cepat
terasa penuh dan sering miksi. Pada triwulan kesua, gejala ini
sudah menghilang.
g) konstipasi atau obstipasi
pengaruh progesteron dapat menghambat peristaltik usus,
menyebabkan kesulitan untuk buang air besar.
h) Epulis
Hipertrofi gusi yang disebut epulis, dapat terjadi bila hamil
i) Varises atau penampakan pembuluh darah vena.
Karena pengaruh dari estrogen dan progesteron terjadi
penampakan pembuluh darah vena, terutama bagi mereka
yang mempunyai bakat. Penampakan p[embuluh darah itu
payudara. Penampakan pembuluh darah ini dapat menghilang
setelah persalinan. (Manuaba. 2010. h; 107)
j) Pigmentasi kulit
Pigmentasi terjadi pada usia kehamilan 12 minggi, terjadi
akibat pengaruh hormon kortikosteroid plasenta yang
merangsang melanofor dan kulit.
Pigmentasi ini meliputi tempat – tempat berikut ini :
(1). sekitar pipi ( cloasma gravidarum) penghitaman daerah
dahi, hidung,pipi dan leher.
(2). Sekitar leher nampak hitam.
(3). Dinding perut : striae gravidarum/lividae (terdapat pada
seorang primigravida, warnanya membiru), striae nigra,
linea alba menjadi lebih hitam (linea grisea/nigra)
(4). Sekitar payudara : hiperpigmentasi areola mammae
sehingga terbentuk areola sekunder. Pigmentasi areola ini
berbeda pada tiap wanita, ada yang merah muda pada
wanita kulit putih, coklat tua pada wanita kulit coklat, dan
hitam padawanita kulit hitam. Selain itu kelenjar
montgomeri menonjol dan pembuluh darah menifes sekitar
payudara. ( Ummi hani,dkk. 2010. h; 73)
2) Tanda tidak pasti hamil
a) Pembesaran perut
Terjadi akibat pembesaran uterus. Hal ini terjadi pada bulan
b) Tanda hegar
Pelunakan dan dapat ditekannya isthmus uteri
c) Tanda goodel
Pelunakan serviks. Pada wanita tidak hamil serviks seperti
ujung hidung, sedangkan pada wanita hamil melunak seperti
bibir.
d) Tanda chadwicks
Perubahan warna mebjadi keunguan pada vulva dan mukosa
vagina termasuk porsio dan serviks
e) Tanda piscasrck
Pembesaran uterus yang tidak simetris. Terjadi karena ovum
berimplantasi pada daerah dekat dengan kornu sehingga
daerah tersebut berkembang terlebih dahulu
f) Kontraksi Braxton Hicks
Peregangan sel – sel otot uterus, akibat meningkatnya
actomysin di dalam otot uterus. Kontraksi ini tidak beritmik,
sporadis, tidak nyeri, biasa timbul pada kehamilan delapan
minggu, tetapi baru dapat diamati pada pemeriksaaan
abdominal trimester ketuga. Kontraksi ini terus meningkan
mendekati persalinan.
g) Teraba balotemen
Ketukan mendadak pada uterus menyebabkan janin bergerak
dalam cairan ketuban yang dapat dirasakan oleh tangan
pemeriksa. Hal ini harus ada pada pemeriksaan kehamilan
karena dapat saja merupakan myoma uter. (Ummi hani. 2011.
h; 74)
h) Pemeriksaan tes biologis kehamilan positif. Tetapi sebagian
kemungkinan positif palsu (Manuaba.2010. h; 108)
3) Tanda pasti kehamilan
a) Gerakan janin dlam rahim
b) Terlihat/teraba gerakan janin dan teraba bagian – bagian janin
c) Denyut jantung janin. Didengar dengan stetoskop Laenec, alat
kardiokografi, alat Doppler. Dilihat dengan ultrasonografi.
Pemeriksaan dengan alat canggih, yaitu rontgen untuk melihat
kerangka janin, ultrasonografi. (Manuaba. 2010. h; 109)
f Asuhan Kehamilan Kunjungan Awal (Ai Yeyeh dkk, 2009; h. 144)
1) Tujuan kunjungan
Tujuan Asuhan kehamilan pada kunjungan awal yaitu
mengumpulkan informasi mengenai ibu hamil yang dapat
membantu bidan dalam membina hubungan yang baik dan rasa
saling percaya antara ibu dan bidan, mendeteksi komplikasi yang
mungkin terjadi, menggunakan data untuk menghitung usia
kehamilan dan tafsiran tanggal persalinan, merencanakan asuhan
khusus yang dibutuhkan ibu.
2) Pengkajian data subjektif ibu hamil
Pengkajian data subjektif ibu hamil yaitu anamnesa, tujuan dari
anamnesa yaitu mendeteksi komplikasikomplikasi dan
dan kelahiran terdahulu, kesehatan umum dan kondisi sosial
ekonomi.
Pemeriksaan Fisik, Pemeriksaan Panggul, Pemeriksaan
Laboratorium.
Tujuan dari pemeriksaan fisik dan tes laboratorium adalah untuk
mendeteksi komplikasi-komplikasi kehamilan.
a) Pemeriksaan fisik
(1). Pemeriksaan fisik umum, meliputi tinggi badan, berat
badan, tanda-tanda vital (tekanan darah, nadi, suhu dan
pernafasan).
(2). Kepala dan leher, meliputi edema di wajah, ikterus pada
mata, bibir pucat, leher (pembengkakan saluran limfe atau
pembengkakan kelenjar tiroid).
(3). Payudara, meliputi ukuran, simetris, puting payudara
(menonjol atau masuk), keluarnya kolostrum atau cairan
lain, retraksi, massa, nodul axilla.
(4). Abdomen, meliputi luka bekas operasi, membesar, bentuk
(melintang atau membujur).
(5). Tangan dan kaki, meliputi edema dijari tangan, kuku jari
pucat, varices vena, refleks.
(6). Genitalia luar (eksterna), meliputi varices, perdarahan,
luka, cairan yang keluar, kelenjar bartolini (bengkak, cairan
(7). Genitalia dalam (interna), meliputi serviks (cairan yang
keluar, luka, kelunakan, posisi, mobilisasi, tertutup atau
membuka), vagina (cairan yang keluar, luka, darah.
b) Tes Laboratorium
Tes laboratorium penting untuk dilakukan untuk menilai
adanya masalah pada ibu hamil dan jika tertangani maka akan
mencegah kematian dan kesakitan pada ibu dan anak. Tes
lain berguna hanya jika ada indikasi antara lain hemoglobin,
protein urin, glukosa dalam urin, VDRL/RPL, faktor rhesus,
golongan darah, HIV, rubela, tinja untuk telur cacing dan
parasit.
(1). Pemeriksaan Hemoglobin
Pemeriksaan Hemoglobin adalah pengambilan darah
melalui jaringan perifer untuk mengetahui kadar
hemoglobin dalam darah. Pemeriksaan hemoglobin
merupakankegiatan rutin untuk mendeteksi anemia.
Perubahan fisiologis yang terjadi dalam masa kehamilan
mengakibatkan penurunan HB secara progresif sekitar
minggu ke 30 yang secara fidiologis masih dianggap
normal. Pemeriksaan Hb sahli dilakukan pada ibu hamil
pada kunjungan awal dan pada trimester III (28 minggu)
dan bila didapatkan tandatanda anemia menjelang
persalinanannya sebagai tindakan antisipasi pada proses
(2). Pemeriksaan protein urin
Pemeriksaan protein urin bertujuan untuk mengetahui
komplikasi adanya pre eklamsi pada ibu hamil yang sering
kali menyebabkan masalah dalam kehamilan maupun
persalinan.
Standar kadar kekeruhan protein urin adalah:
(a). Negatif : urin jernih.
(b). Positif 1 (+) : ada kekeruhan.
(c). Positif 2 (++) : kekeruhan mudah terlihat dan ada
endapan.
(d). Positif 3 (+++) : Urin lebih keruh dan endapan yang
lebih jelas.
(e). Positif 4 (++++) : Urin sangat keruh dan disertai
endapan yang menggumpal.
(3). Pemeriksaan urin reduksi
Pemeriksaan urin reduksi bertujuan untuk melihat adanya
glukosa dalam urin. Urin normal biasanya tidak
mengandung glukosa.
g Kunjungan Ulang
1) Kunjungan I
Dilakukan pada 16 minggu, dilakukan untuk :
a) Penapisan dan pengobatan anemia
b) Perencanaan persalinan
2) Kunjungan II (24 – 28 minggu) dan kunjungan III (32 minggu),
dilakukan untuk :
a) Pengenalan komplikasi akibat kehamilan dan pengobatannya.
b) Penapisan preeklamsi, gemelli, infeksi alat reproduksi dan
saluran perkemihan
c) Mengulang perencanaan persalinan
3) Kunjungan IV pada 36 minggu sampai lahir
a) Sama seperti kegiatan kunjungan I dan II
b) Mengenali adanya kelainan letak dan presentasi
c) Memantapkan rencana persalinan
d) Mengenali tanda – tanda persalinan. (Djoko Waspodo. 2009.
h;98)
h Bahaya / Komplikasi Ibu dan Janin dalam kehamilan
Pada umunya kehamilan akan berlangsung normal dan ada
sebagian kahamilan yang disertai dengan penyulit atau
perkambangan janin menjadi patologi. Kehamilan patologis sendiri
tidak terjadi secara mendadak karena kehamilan dan efeknya
terhadap organ tubuh berlangsung bertahap dan berangsur – angsur.
(Prawirohardjo. 2009. h; 281).
1) Tidak mau makan dan muntah terus
Biasanya terjadi pada ibu hamil dengan umur kehamilan 1 – 3
bulan sering merasa mual dan muntah. Keadaan ini akan hilang
2) Berat badan wanita hamil
Selama kehamilann peningkatan berat badan ± 9 – 12 kg karena
pertumbuhan janin dan bertambahnay jaringan tubuh ibu karena
kehamilan. Kenaikan pada bulan ke 4 sampai menjelang
persalinan. Bila berat badan naik pada akhir bulan keempat
kurang dari 45 kg pada akhir bulan keenam, pertumbuhan
mungkin terganggu.
3) Perdarahan
Perdarahan melalui jalan lahir sebelum 3 bulan disebabkan
keguguran , nyeri perut bagian bawah yang hebat pada kehamilan
1 – 2bulan. Perdarahan 7 – 9 bulan meskipun hanya sedikit
ancaman bagi ibu dan janin.
4) Odema
Bengkan tangan, wajah, pusing dapat diikuti kejang. Sedikit
bengkak pada kaki/tungkai bwah pada umur kehamilan 6 bulan
keatas masih dikatan normal.
5) Kelainan letak didalam rahim
Dalam keadaan normal kepaja janin ada dibagian bawah rahim
ibu dan menghadap ke punggung ibu menjelang persalinankepala
turun dan masuk ke rongga panggul ibu hamil, kelainan letak janin
antara lain:
Letak SU : kepala janin berada dibagian atas rahim
6) Ketuban pecah sebelum waktunya
ketuban pecah normalnya menjelang persalinan setelah ada
tanda-tanda persalinan. Bila ketuban pecah dan cairan keluar
sebelum ibu mengalami tanda-tanda persalinan janin mudah
terinfeksi. Penyakit ibu
Kesehatan dan pertumbuhan janin dipengaruhi oleh kesehatan
ibu, apabila ibu mempunyai penyakit yang berlangsung lama/
merugikan kehamilan maka kesehatan dan kehidupan janin
terancam.(Ai Yeyeh, 2009, h;174)
2. Persalinan
a Definisi
Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks
dan janin turun ke dalam jalan lahir. Persalinan dan kelahiran normal
adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kahamilan cukup
bulan (37 – 42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang
kepala, tanpa komplikasi baik ibu maupun janin (Icemi Sukarni. dkk.
2013. h;187)
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin
dan plasenta) yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar
kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain, dengan bantuan
atau tanpa bantuan (tenaga sendiri). (Manuaba. 2010. h; 164)
Persalinan adalah proses dari pengeluaran hasil konsepsi
yang sudah aterm dari intauteri ke ekstrauteri. Dengan menggunakan
b Klasifikasi atau jenis persalinan
Ada 2 klasifikasi persalinan, yaitu berdasarkan cara dan usia
kehamilan.
1) Jenis persalinan berdasarkan cara persalinan
a) Persalinan normal (spontan)
Adalah proses lahirnya bayi pada letak belakang kepala (LBK)
dengan tenaga ibu sendiri, tanpa bantuan alat 0 alat serta
tidak melukai ibu dan bayi yang umumnya berlangsung kurang
dari 24 jam.
b) Persalinan buatan
Adalh proses persalinan dengan bantuan dari tenaga luar
c) Persalinan anjuran
Bila kekuatan yang diperlukan untuk persalinan ditimbulkan
dari luar dengan jalan rangsangan.
2) Menurut usia kehamilan dan berat janin dilahirkan
a) Abortus (keguguran)
Berakhirnya suatu kehamilan pada atau sebelum kehamilan
tersebut berusia 22 minggu atau buah kehamilan belum
mampu untuk hidup di luar kandungan.
b) Persalinan prematur
Persalinan dengan usia kehamilan 28 – 36 minggu dengn
berat janin kurang dari 2499 gram
c) Persalinan mature (aterm)
Persalinan dengan usia kehamilan 37 – 42 minggu dan berat
d) Persalinan serotinus
Persalinan dengan usia kehamilan lebih dari 42 minggu atau 2
minggu lebih dari waktu partus yang ditaksir. (Asrinah,dkk.
2010. h; 2)
c Sebab mulainya persalinan
Perlu diketahui bahwa selama kehamilan, dalam tubuh wanita
terdaoat dua hormon yang dominan yaitu estrogen dan progesteron.
Estrogen berfungsi meningkatkan sensivitas otot rahim serta
memudahkan penerimaan rangsangan dari luar seperti rangsangan
oksitosin, prostaglandin dan mekanis. Sedangkan progesteron dapat
menurunkan sensitivitas otot rahim, menghambat rangsangandari luar
seperti rangsangan oksitosin, prostaglandin dan mekanis, seerta
menyebabkan otot rahim dan otot polos relaksasi. (Ari Sulistyawati.
2010. h; 4)
Sampai saat ini hal yang menyebabkan mulainya persalinan
belum diketahui benar, yang ada hanya berupa teori – teori yang
kompleks antara lain faktor hormon, struktur rahim, sirkulasi rahi,
pengaruh tekanan syaraf dan nutrisi.
Teori kemungkinan terjadinya persalinan
1) Teori penurunan hormon
Saat 1 – 2 minggu sebelum proses melahirkan dimulai, terjadi
penurunan kadar estrogen dan progesteron. Progesteron bekerja
sebagai penenang otot – otot rahim, jika kadar progesteron turun
akan menyebabkan tegangnya pembuluh darah dan mneimbulkan
2) Teori plasenta menjadi Tua
Seiring matangnya usia kehamilan, villi chorialis dalam plasenta
mengalami beberapa perubahan, hal ini menyebabkan turunnya
kadar estrogen dan progesteron yang mengakibatkan tegangan
pembuluh darah sehingga akan menimbulkan kontraksi.
3) Teori Distensi rahim
a) Otot rahim mempunyai kemampuan meregang dalam batas
tertentu
b) Setelah melewati batas tersebut, akhirnya terjadi kontraksi
sehingga persalinan dapat dimulai
4) Teori iritasi mekanis
5) Dibelakang serviks terletak ganglion servikalis (fleksus
frankenhauser), bila ganglion ini digeser dan ditekan (misanya
kepala janin), maka akan timbul kontraksi uterus.
6) Teori oksitosin
a) Oksitosin dikeluarkan oleh kelenjar hipofisi posterior.
b) Perubahan keseimbangan estrogen dan progesteron dapat
mengubah sensitivitas otot rahim, sehingga sering terjadi
kontraksi Braxton Hicks
c) Menurunnya konsentrasi progesteron karena matangnya usia
kehamilan menyebabkan oksitosin meningkatkan aktivitasnya
dalam merangsang otot rahim untuk berkontraksi, dan
7) Teori Hipotalamus – Pituitari dan Glandula Suprarenalis
a) Glandula suprarenalis merupakan pemicu terjadinya
persalinan.
b) Teori ini menunjukkan, pada kehamilan dengan bayi
anenssefalus sering terjadi kelambatan persalinan karena
tidak terbentuknya hipotalamus.
8) Teori prostaglandin
Prostaglandin yang dihasilakn oleh desidua disangka sebagai
salah satu sebab permulaan persalinan. Hasil percobaan
menunjukkan bahwa prostaglanding F2 atau E2 yang diberikan
secar intravena menimbulkan kontraksi miometrium pada setiap
usia kehamilan. Hal ini juga disokong dengan adanya kadar
prostaglandin yang tinggi baik dalam air ketuban maupun darah
perifer pada ibu hamil sebelum melahirkan atau selama proses
persalinan.
9) Teori berkurangnya nutrisi
Bila nutrisi pada janin berkurang, maka hasil konsepsi akan
segera dikeluarkan. (Asrinah,dkk. 2010. h; 3)
d Faktor – faktor yang mempengaruhi persalinan
1) Faktor Power
Power adalah tenaga atau kekuatan yang mendorong janin keluar. Kekuatan tersebut meliputi his, kontraksi otot-otot perut, kontraksi
diafragma dan aksi dari ligamen, dengan kerjasama yang baik dan
a) His (kontaksi uterus)
Adalah kekuatan kontraksi uterus karena otot-otot polos rahim
bekerja dengan baik dan sempurna. Sifat his yang baik adalah
kontraksi simetris, fundus dominan, terkoordinasi dan
relaksasi.
b) Tenaga mengejan
Setelah pembukaan lengkap dan ketuban pecah, tenaga yang
mendorong anak keluar selain his, terutama disebabkan oleh
kontraksi otot-otot dinding perut, yang mengakibatkan
peninggian tekanan intraabdominal.
(1). Tenaga ini serupa dengan tenaga mengejan waktu kita
buang air besar, tapi jauh lebih kuat lagi.
(2). Saat kepala sampai ke dasar panggul, timbul refleks yang
mengakibatkan ibu menutup glottisnya, mengkontraksikan
otot-otot perut dan menekan diafragmanya ke bawah.
(3). Tenaga mengejan ini hanya dapat berhasil bila pembukaan
sudah lengkap, dan paling efektif sewaktu ada his.
(4). Tanpa tenaga mengejan, anak tidak dapat lahir. Misalnya,
pada penderita yang lumpuh otot-otot perutnya, persalinan
harus dibantu dengan forceps.
(5). Tenaga mengejan ini juga melahirkan plasenta setelah
2) Faktor Passeger
Faktor lain yang berpengaruh tehadap persalinan adalah faktor
janin, yang meliputi sikap janin, letak, presentasi, bagian
terbawah, dan posisi janin.
a) Sikap (Habitus):
Menunjukan hubungan bagian-bagian janin dengan sumbu
janin, biasanya terhadap tulang punggungnya. Janin umumnya
berada dalam sikap fleksi, dimana kepala, tulang punggung,
dan kaki dalam keadaan fleksi, lengan bersilang di dada.
b) Letak (Situs)
Adalah bagaimana sumbu janin berada terhadap sumbu ibu,
misalnya Letak Lintang, yaitu sumbu janin tegak lurus pada
sumbu ibu. Letak, membujur, yaitu sumbu janin sejajar dengan
sumbu ibu, ini bisa berupa letak kepala atau letak sungsang.
c) Presentasi:
Dipakai untuk menentukan bagian janin yang ada di bagian
bawah rahim, yang dijumpai ketika palpasi atau pemeriksaan
dalam. Misalnya preentasi kepala, presentasi bokong,
presentasi bahu, dan lain-lain.
d) Bagian terbawah janin:
Sama dengan presentasi, hanya lebih diperjelas istilahnya.
e) Posisi janin
Untuk indikator, atau menetapkan arah bagian terbawah janin
ibu (material-pelvis). Misalnya pada letak belakang kepala
(LBK) ubun-ubun kecil (uuk) kiri depan, uuk kanan belakang.
3) Faktor Passage (Jalan Lahir)
Passage atau faktor jalan lahir dibagi menjadi: (a) Bagian keras: Tulang-tulang panggul (Rangka panggul), (b) Bagian Lunak:
Otot-otot, jaringan-jaringan dan ligament ligament.
e Tanda persalinan sudah dekat
1) Lightening
Menjelang minggu ke -36 pada primigravida, terjadi penurunan
fundus uteri karena kepala bayi sudah masi=uk ke dalam panggul.
Penyebab dari proses inni adalah sebagai berikut :
a) Kontraksi Braxton Hicks
b) Keteganagn dinding perut
c) Ketegangan ligamentum rotundum
d) Gaya berat janin, kepala kearah bawah uterus.
Masuknya kepala janin ke dalam panggul dapat dirasakan oleh
wanita hamil dengan tanda – tanda sebagai berikut :
a) Terasa ringan dibagian atas dan rasa sesak berkurang
b) Dibagian bawah terasa penuh dan mengganjal
c) Kesulitan saat berjalan
d) Sering berkemih.
Gambaran lightening pada primigravida menunjukkan hubungan
normal antara power, pasage, dan passeger. Pada multipara
ke dalam panggul terjadi bersamaan dengan proses persalinan.
(Ari Sulistyawati,dkk. 2010. h;6)
2) Terjadinya His permulaan
Dengan makin tua usi kehamilan, pengeluaran estrogen dan
progesteron semakin berkurang sehingga oksitosin dapat
menimbulkan kontraksi, yang lebih sering sebagai his palsu.
Sifat his palsu :
a) Rasa nyeri ringan dibagian bawah
b) Datangnya tida teratur
c) Tidak ada perubahan pada serviks atau pembawa tanda
d) Durasinya pendek
e) Tidak bertambah jika beraktivitas. (Asrinah,dkk.2010. h;5)
f Tanda Masuk persalinan
1) Terjadinya his persalinan
Sifat his persalinan :
a) Pinggang terasa sakit menjalar kedepan
b) Sifatnya teratur, interval makin pendek, dan kekuatan makin
besar
c) Makin beraktivitas (jalan), kekuatan akan makin bertambah.
2) Pengeluaran lendir darah
Terjadinya his persalinan mengakibatkan terjadinya perubahan
pada serviks yang akan menimbulakn:
1) Pendataran dan pembukaan
2) Pembukaan menyebabkan lendir yang terdapat pada kanalis
3) Terjadi perdarahan karena kapile pembuluh darah pecah.
3) Pengeluaran cairan
Pada beberapa kasus perselinan akan terjadi pecah ketuban.
Sebagian besar keadaan ini terjadi menjelang pembukaan
lengkap. Setelah adanya pecah ketuban, diharapkan proses
persalinan akan berlangsung kurang dari 24 jam. (Jenny J.S 2013.
h; 3)
g Asuhan Persalinan Normal
Dasar asuhan persalinan normal adalah asuhan yang bersih dan
aman selama persalinan dan setelah bayi lahir, serta upaya
pencegahan komplikasi. ( Prawirohardjo. 2009. h; 334)
a. Mengenali Gejala dan Tanda Kala II
1) Melihat adanya tanda Persalinan Kala II
a) Ibu merasa ada dorongan kuat untuk meneran.
b) Ibu merasakan tekanan yang semakin meningkat pada
rektum.
c) Perineum tampak menonjol.
d) Vulva dan sfingter ani membuka.
b. Menyiapkan Pertolongan Persalinan
1) Memastikan kelengkapan persalinan, bahan dan obat-obatan
esensial untuk menolong persalinan dan tata laksana
komplikasi ibu dan bayi baru lahir. Untuk asfiksia -> tempat
datar dan keras, 2 kain dan 1 handuk bersih dan kering, lampu
a) Meletakkan kain di atas perut ibu dan tempat resusitasi,
serta ganjal bahu bayi.
b) Menyiapkan oksitosin 10 unit dan alat suntik steril sekali
pakai dalam di dalam partus set.
2) Memakai celemek plastik.
3) Melepaskan dan simpan semua perhiasan yang dipakai, cuci
tangan dengan sabun dan air bersih mengalir, kemudian
keringkan tangan dengan tisu atau handuk pribadi yang bersih
dan kering.
4) Memakai sarung tangan DTT pada tangan yang akan
digunakan untuk periksa dalam.
5) Memasukkan oksitosin ke dalam tabung suntik (gunakan
tangan yang memakai sarung tangan DTT atau steril (pastikan
tidak terjadi kontaminasi pada alat suntik)).
c. Memastikan Pembukaan Lengkap dan Keadaan Janin Baik.
1) Membersihkan vulva dan perineum dengan hati-hati (jari tidak
menyentuh vulva dan perineum) dari depan ke belakang
dengan menggunakan kapas atau kasa yang dibasahi air DTT.
a) Jika introitus vagina, perineum, atau anus terkontaminasi
feses, membersihkan dengan seksama dari arah depan ke
belakang.
b) Membuang kapas atau kasa pembersih yang telah
digunakan.
2) Melakukan periksa dalam untuk memastikan pembukaan
a) Bila selaput ketuban belum pecah dan pembukaan sudah
lengkap, maka melakukan amniotomi.
3) Mendekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan
tangan yang masih memakai sarung tangan ke dalam larutan
klorin 0,5% kemudian lepaskan dan rendam dalam keadaan
terbalik dalam larutan 0,5% selama 10 menit. Mencuci kedua
tangan dengan air mengalir setelah sarung tangan dilepaskan.
4) Memeriksa detak jantung janin (DJJ) setelah kontraksi/saat
uterus relaksasi untuk memastikan bahwa DJJ dalam batas
normal (120-160 x/menit)
a) Melakukan tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal.
b) Mendokumentasikan hasil-hasil pemeriksaan dalam, DJJ,
dan semua hasil penilaian, serta asuhan lainnya pada
partograf.
d. Menyiapkan Ibu dan Keluarga Untuk Membantu Proses
Bimbingan Meneran
1) memberitahu bahwa pembukaan sudah lengkap dan keadaan
janin baik, serta bantu ibu dalam menemukan posisi yang
nyaman dan sesuai dengan keinginannya.
a) Menunggu hingga timbul rasa ingin meneran, lanjutkan
pemantauan kondisi dan kenyamanan ibu dan janun (ikuti
pedoman penatalaksanaan fase aktif) dan dokumentasikan
b) Menjelaskan pada anggota keluarga tentang bagaimana
peran mereka untuk mendukung dan memberi semangat
pada ibu untuk meneran secara benar.
Meminta keluarga membantu menyiapkan posisi meneran.
(Bila ada rasa ingin meneran dan terjadi kontraksi yang kuat,
bantu ibu ke posisi setengah duduk atau posisi lain yang
diinginkan dan pastikan ibu merasa nyaman.
5) melaksanakan bimbingan meneran pada saat ibu merasa ada
dorongan kuat untuk meneran.
a) Membimbing ibu agar dapat meneran secara benar dan
efektif.
b) Mendukung dan beri semangat pada saat meneran dan
perbaiki cara meneran apabila caranya tidak sesuai.
c) Membantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai
pilihannya ( kecuali posisi berbaring telentang dalam waktu
yang lama).
d) Mengajurkan ibu untuk beristirahat di antara kontraksi.
e) Menganjurkan keluarga memberi dukungan dan semangat
untuk ibu.
f) Memberikan cukup asupan makan dan cairan per oral
(minum).
g) Menilai DJJ setiap kontraksi uterus selesai.
h) Merujuk bila bayi belum atau tidak segera lahir setelah 120
menit (2 jam) meneran (primigravida) atau 60 menit (1 jam)
6) Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok, atau mengambil
posisi yang nyaman, jika ibu belum merasa ada dorongan
untuk meneran dalam 60 menit.
e. Mempersiapkan Pertolongan Kelahiran Bayi
7) Meletakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut
ibu, jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter
5-6 cm.
8) Meletakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian di bawah
bokong ibu.
9) Membuka tutup partus set dan memeprhatikan kembali
kelengkapan alat dan bahan.
10) Memakai sarung tangan DTT pada kedua tangan.
f. Mempersiapkan Pertolonga Kelahiran Bayi
11) Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm
membuka vulva, maka melindungi perineum dengan satu
tangan yang dilapisi kain bersih dan kering. Tangan yang lain
menahan kepala bayi untuk menahan posisi kepala bayi tetap
fleksi agar tidak defleksi dan membantu lahirnya kepala.
Menganjurkan ibu untuk meneran perlahan atau bernafas
cepat dan dangkal saat 1/3 bagian bayi telah keluar dari
vagina.
12) Memerikasa kemungkinan adanya lilitan tali pusat dan
mengambil tindakan yang sesuai jika hal itu terjadi, dan segera
a) Jika tali pusat melilit leher secara longgar, melepaskan
melalui bagian atas kepala bayi.
b) Jika tali pusat melilit leher secara kuat, klem tali pusat di
dua tempat dan potong di antara dua klem tersebut.
13) Menunggu kepala bayi melakukan putaran paksi secara
spontan.
Lahirnya Bahu
14) Setelah kepala melakukan putar paksi luar, memegang secara
biparietal. menganjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi.
Dengan lembut gerakkan kepala ke arah bawah dan distal
hingga bahu depan muncul di bawah arkus pubis dan
kemudian gerakkan ke arah atas dan distal untuk melahirkan
bahu belakang.
Lahirnya Badan dan Tungkai
15) Setelah kedua bahu lahir, geser tangan ke atas arah perineum
ibu untuk menyanggah kepala, lengan, dan siku sebelah
bawah. Menggunakan tangan atas untuk menelusuri dan
memegang lengan dan siku sebelah atas.
16) Setelah tubuh dan lengan lahir, penelusuran tangan ke atas
berlanjut ke punggung, bokong, tungkai, dan kaki. Memegang
kedua mata kaki (memasukkan telunjuk di antara kaki dan
pegang masing-masing mata kaki dengan ibu jari dan jari-jari
g. Penanganan Bayi Baru Lahir
17) Melakukan penilaian (selintas):
a) Apakah bayi menangis kuat dan/atau bernafas tanpa
kesulitan?
b) Apakah bayi bergerak dengan aktif?
Jika bayi tidak menangis, tidak bernafas atau megap-megap,
melakukan resusitasi (lanjut ke langkah resusitasi pada
asfiksia bayi baru lahir).
18) Mengeringkan tubuh bayi
a) Mengeringkan bayi mulai dari muka, kepala, dan bagian
tubuh lainnya kecuali bagian tangan tanpa membersihkan
verniks. Mengganti handuk basah dengan handuk/kain
yang kering. Biarkan bayi di atas perut ibu.
19) Memeriksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi
bayi dalam uterus (hamil tunggal).
20) Memberitahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitosin agar uterus
berkontraksi dengan baik.
21) Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir. Menyuntikkan
oksitosin 10 unit IM (intramaskular) di 1/3 paha atas bagian
distal lateral (lakukan aspirasi sebelum menyuntikkan
oksitosin).
22) Setelah 2 menit pasca-persaliinan, menjepit tali pusat dengan
klem kira-kira 3 cm dari pusat bayi. Mendorong isi tali pusat ke
arah distal (ibu) dan jepit kembali tali pusat pada 2 cm dari
23) Pemotongan dan pengikatan tali pusat.
a) Dengan satu tangan, pegang tali pusat yang telah dijepit
(lindungi perut bayi), dan lakukan pengguntingan tali pusat
di antara 2 klem tersebut.
b) Ikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu
sisi kemudian lingkarkan kembali benang tersebut dan
mengikatnya dengan simpul kunci pada sisi lainnya.
c) Lepaskan klem dan masukkan dalam wadah yang telah
disediakan.
24) Letakkan bayi agar ada kontak kulit ibu ke kulit bayi. Letakkan
bayi tengkurap di dada ibu. Luruskan bahu bayi sehingga
menempel di dada/perut ibu. Usahakan kepala bayi berada di
antara payudara ibu dengan posisi lebih rendah dari puting
payudara ibu.
25) Selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan pasang topi di
kepala bayi.
h. Penatalaksanaan Aktif Kala III
26) Pindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari
vulva.
27) Letakkan satu tangan di atas kain pada perut ibu, pada tepi
atas simfisis, untuk mendeteksi adanya kontraksi. Tangan lain
memegang tali pusat.
28) Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat ke arah
bawah sambil tangan yang lain mendorong uterus ke arah
mencegah inversio uteri). Pertahankan posisi tangn dorso
kranial selama 40 detik. Jika plasenta tidak lahir setelah
30-40 detik, hentikan penegangan tali pusat dan tunggu hingga
timbul kontraksi berikutnya dan ulangi prosedur di atas.
a) Jika uterus tidak segera berkontraksi, minta ibu, suami,
atau anggota keluarga untuk melakuka stimulasi puting
susu.
Mengeluarkan plasenta
29) Lakukan penegangan dan dorongan dorso kranial hingga
plasenta terlepas, minta ibu meneran sambil penolong menarik
tali pusat dengan arah sejajar lantai dan kemudian ke arah
atas, mengikuti poros jalan lahir (tetap lakukan dorso kranial).
a) Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga
berjarak 5-10 cm dari vulva dan lahirkan plasenta.
b) Jika plasenta tidak lepas setelah 15 menit menegangkan
tali pusat:
(1). Beri dosis ulangan oksitosin 10 unit IM.
(2). Lakukan keteterisasi (aseptik) jika kandung kemih
penuh.
(3). Minta keluarga untuk menyiapkan rujukan.
(4). Ulangi penanganan tali pusat 15 menit berikutnya.
(5). Jika plasenta tidak lahir dalam 30 menit setelah bayi
lahir atau bila terjadi pendarahan, segera lakukan
30) Saat plasenta muncul di introitus vagina, lahirkan plasenta
dengan kedua tangan. Pegang dan putar plasenta (searah
jarum jam) hingga selaput ketuban terpilin kemudian lahirkan
dan tempatkan plasenta pada wadah yang telah disediakan.
a) Jika selaput ketuban robek, pakai sarung tangan DTT atau
steril untuk melakukan eksporasi sisa selaput kemudian
gunakan jari-jari tangan atau klem DTT atau steril untuk
mengeluarkan bagian selaput yang tertinggal.
Rangsangan Taktil (Masase) Uterus
31) Segera lepas plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan
masase uterus, letakkan telapak tangan di fundus dan lakukan
mamase dengan gerakan melingkar dengan lembut hingga
uterus berkontraksi ( fundus teraba keras ).
a) Lakukan tindakan yang diperlukan jika uterus tidak
berkontraksi setelah 15 detik masase.
i. Menilai Pendarahan
32) Periksa kedua sisi plasenta baik bagian ibu maupun bayi, dan
pastikan selaput ketuban lengkap dan utuh. Masukkan
plasenta ke dalam kantung plastik atau tempat khusus.
33) Evaluasi kemungkinan leserasi pada vagina dan perineum.
Lakukan penjahitan bila laserasi menyebabkan pendarahan.
(Bila ada robekan yang menimbulkan pendarahan aktif, segera
j. Melakukan Prosedur-Pasca Persalinan
34) Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi
pendarahan per vaginam.
35) Biarkan bayi tetap melakukan kontak kulit di dada ibu minimal
1 jam.
a) Sebagian besar bayi akan berhasil melakukan inisiasi
menyusu dini dalam waktu 30-60 menit. Menyusu pertama
biasanya berlangsung selama 10-15 menit. Bayi cukup
menyusu dari satu payudara.
b) Biarkan bayi berada di dada ibu selama 1 jam walaupun
bayi sudah berhasil menyusu.
36) Setelah satu jam, lakukan penimbangan/pengukuran bayi, beri
tetes mata antibiotik profilaksis, dan vitamin K1 1 mg
intramaskular di paha kiri anterolateral.
37) Setelah satu jam pemberiak vitamin K1 berikan suntikan
imunisasi Hepatitis B di paha kanan anterolateral.
a) Letakkan bayi di dalam jangkauan ibu agar sewaktu-waktu
bisa disusukan.
b) Letakkan kembali bayi pada dada ibu bila bayi belum
berhasil menyusu di dalam satu jam pertama dan biarkan
sampai bayi berhasil menyusu.
Evaluasi
38) Lanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah pendarahan
per vaginam:
b) Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pasca-persalinan.
c) Setiap 20-30 menit pada jam kedua pasca-persalinan.
d) Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, melakukan
asuhan yang sesuai untuk tata laksana atonia uteri.
39) Ajarkan ibu/keluarga cara melakukan masase uterus dan
menilai kontraksi.
40) Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah.
41) Memeriksa nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15
menit selama 1 jam pertama pasca-persalinan dan setiap 30
menit selama jam kedua pasca-persalinan.
a) Memeriksa temperatur tubuh ibu sekali setiap jam selama
2 jam pertama pasca-persalinan.
b) Melakukan tindakan yang sesuai untuk temuan tidak
normal.
42) Periksa kembali bayi untuk pastikan bahwa bahi bernapas
dengan baik (40-60 kali/menit) serta suhu tubuh normal
(36,5-37,50C).
Kebersihan dan Keamanan
43) Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin
0,5% untuk dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas peralatan
setelah didekontaminasi.
44) Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah
45) Bersihkan ibu dengan menggunakan air DDT. Bersihkan sisa
cairan ketuban, lendir, dan darah. Bantu ibu memakai pakaian
yang bersih dan kering.
46) Pastikan ibu merasa nyaman. Bantu ibu memberikan ASI.
Anjurkan keluarga untuk memberi ibu minuman dan makanan
yang diinginkan.
47) Dekontaminasi tempat bersalin dengan larutan klorin 0,5%.
48) Celupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5%
balikkan bagian dalam ke luar dan rendam dalam larutan klorin
0,5% selama 10 menit.
49) Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir
Dokumentasi
50) Lengkapi partograf (halaman depan dan belakang), periksa
tanda vital dan asuhan kala IV.
h Mekanisme persalinan normal
Mekanisme persalinan normal terbagi dalam bebrapa tahap
gerakan kepala janin di dasar panggul yang diikuti dengan lahirnya
seluruh anggota badan bayi :
1) Engagement (penguncian),
Pada minggu – minggu akhir kehamilan atau pada saat
persalinan dimulai kepala masuk lewat PAP, umumnya dengan
presentasi biparietal (diameter lebar yang paling panjang berkisar
8,5 – 9,5 cm) atau 70% pada panggul ginekoid. Masuknya kepada
pada permulaan persalinan. Kepala masuk panggul dengan
sumbu kepala janin tegak lurus dengan pintu atas panggul
(sinklitismus) atau miring/membentuk sudut dengan pintu atas
panggul (asinklitismus anterior/posterior).(Asri hidayat,dkk. 2010.
h; 23 )
2) Desent (Penurunan kepala)
Terjadi selama proses persalinan karena daya dorong dari
kontraksi uterus yang efektif, posisi, serta kekuatan menean dari
pasien (Ari Sulistyawati, dkk. 2010. h; 110)
3) Fleksi
Terjadi fleksi penuh/semprna sumpu panjang kepala sejajar
sumbu panggul sehingga membantupenurunan kepala senjutnya.
Fleksi : kepala janin fleksi, dagu menempelke toraks, posisi kepala
berubah dari diameter oksipito – frontalis (puncak kepala) menjadi
diameter suboksipito –bregmatikus (belakang kepala). Dengan
majunya kepala maka fleksi bertamabah sehingga ukuran kepala
yang melalui jalan lahir lebih kecil (diameter suboksipito –
bregmatika menggantikan suboksipito – frontalis). Fleksi terjadi
karena anak didorong maju, sebaliknya juga mendapat tahanan
dari PAP, serviks, dinding panggul/dasar panggul.(Asri
hidayat,dkk. 2010. h; 24 )
4) Internal Rotation (Putaran paksi dalam)
Rotasi interna (putaran paksi dalam) : selalu disertai turunnya
pubis), membawa kepala melewati distansia interspinarum dengan
diameter biparietalis.
Perputaran kepala (penunjuk) dari samping ke depan atau kearah
posterior (jarang) disebabkan; his selaku tenaga/gaya pemutar;
ada dasar penggul beserta otot-otot dasar panggul selaku
tahanan. Bila tidak terjadi putaran paksi dalam umumnya kepala
tidak turun lagi dan persalinan diakhiri dengan tindakan vakum
ekstraksi.
Pemutaran bagian depan anak sehingga bagian terendah
memutar ke depan ke bawah simfisis.
a) Mutlak perlu terjadi, karena untuk menyesuaikan dengan
bentuk jalan lahir.
b) Terjadi dengan sendirinya, selalu bersamaan dengan majunya
kepala.
c) Tidak terjadi sebelum sampai Hodge III
d) Sebab-sebab putaran paksi dalam : Pada letak fleksi -> bagian
belakang kepala merupakan bagian terendah; Bag terendah
mencari tahanan paling sedikit, yaitu di depan atas (terdapat
hiatus genitalis); Ukuran terbesar pada bidang tengah panggul
-> diameter anteroposterior.
5) Extension
Dengan kontraksi perut yang benar dan adekuat kepala makin
turun dan menyebabkan perincum distensi. Pada saat ini puncak
perut ibu yang kuat mendorong kepala ekspulsi dan melewati
introitus vaginae.
a) Defleksi dari kepala
b) Pada kepala bekerja 2 kekuatan, yaitu yang mendesak kepala
ke bawah dan tahanan dasar panggul yang menolak ke atas
-> resultantenya kekuatan ke depan atas.
c) Pusat pemutaran : hipomoklion
d) Ekstensi terjadi setelah kepala bawah mencapai vulva, terjadi
ekstensi setelah oksiput melewati bawah simfisis pubis bagian
posterior. Lahir berturut-turut : oksiput, bregma, dahi, hidung,
mulut, dagu.
6) External Rotation (Restitution)
Setelah seluruh kepala sudah lahir terjadi putaran kepala ke posisi
pada saat engagement. Dengan demikian bahu depan dan
belakang dilahirkan lebih dahulu dan diikuti dada, perut, bokong
dan seluruh tungkai.
a) Setelah kepala lahir -> memutar kembali ke arah punggung
untung menghilangkan torsi pada leher (putaran restitusi). b) Selanjutnya putaran dilanjutkan sampai belakang kepala
berhadapan dengan tuber ischiadikum sefihak -> putaran
paksi luar sebenarnya.
c) Putaran paksi luar disebabkan ukutan bahu menempatkan diri
dalam diameter anteroposterior dari PAP.
d) Setelah putaran paksi luar -> bahu depan di bawah simfisis
e) Bahu depan menyusul lahir, diikuti seluruh badan anak.
7) Ekspulsi
Setelah putaran paksi luar -> bahu depan dibawah simfisis
menjadi hipomoklion kelahiran bahu belakang, bahu depan
menyusul lahir, diikuti seluruh badan anak : badan (toraks,
abdomen) dan lengan, pinggul/tronkanter depan dan belakang,
tungkai dan kaki
i Tahap – tahap persalinan
1) Kala I Persalinan
Kala I persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus yang
teratur dan meningkat (frekuensi dan kekuatan), hingga serviks
membuka lengkap (10 cm). Kala I persalinan terdiri atas dua fase,
yaitu fase laten dan fase aktif.
a) Fase laten
(1). Dimulai sejak awal kontraksi, yang menyebabkan
penipisan, dan pembukaan serviks secara bertahap.
(2). Berlangsung hingga serviks membuka 3 cm.
(3). Pada umumnya, fase laten berlangsung hampir atau
hingga 8 jam.
b) Fase aktif, dibagi dalam 3 fase yakni :
(1). Fase akselerasi
Dalam waktu 3 jam pembukaan 3 cm menjadi 4 cm
(2). Fase dilatasi maksimum
Dalam waktu 2 jam pembukaan serviks berlangsung
(3). Fase Deselerasi
Pembukaan serviks menjadi lambat, dalam waktu 2 jam
pembukaan dari 9 cm menjadi pembukaan lengkap atau
10 cm.
Pada primi, berlangsung selama 12 jam dan pada
multigravida, sekitar 8 jam. Kecepatan pembukaan serviks
1 cm perjam (nulipara atau primigravida) atau lebih dari 1
cm hingga 2 cm (multipara). (Ari Sulistyawati, 2010, h; 7)
2) Kala II (pengeluaran Bayi)
Kala II adalah kala pengeluaran bayi, dimulai dari pembukaan
lengkap sampai bayi lahir. Uterus dengan kekuatan hisnya
ditambah kekuatan meneran akan mendorong bayi hingga lahir.
Proses ini biasanya berlangsung 2 jam pada primigravida dan 1
jam pada multigravida. Diagnosa persalinan kala II ditegakkan
dengan melakukan pemeriksaan dalam untuk memastikan
pembukaan sudah lengkap dan kepala janin sudah tampak di
vulva dengan diameter 5 – 6 cm. Dalam kala II his semakin kuat
dengan interval 2 – 3 menit, dengan durasi 50 – 100 detik.
Menjelang akhir kala I, ketuban pecah yang ditandai dengan
pengeluaran cairan secara mendadak, ketuban pecah pada
pembukaan mendekati lengkap mengikuti keinginan meneran
karena tertekan fleksus frankenhouser.
Dua kekuatan his dan meneran akan mendorong kepala
bayi sehinggakepala membuka pintu suboksiput bertindak sebagai
hidung dan muka, serta kepala seluruhnya. Kepala lahir
seluruhnya diikuti putaran paksi luar yaitu penyesuaian kepala
pada punggung. (Ari Sulistyawati, 2010, h ; 7)
3) Kala III (Pelepasan plasenta)
Setelah kala II, kontraksi uterus berhenti sekitar 5 sampai 10 menit
lahirnya bayi, sudah mulai pelepasan plasenta pada lapisan
Nitabusch, karena sifat retraksi otot rahim.
Lepasnya plasenta sudah dapat diperkirakan dengan
memperhatikan tanda – tanda berikut :
a) Uterus menjadi bundar
b) Uterus terdorong ke atas, karena plasenta dilepas ke segmen
bawah rahim
c) Tali pusat bertambah panjang
d) Terjadi perdarahan
Melahirkan plasenta dilakukan dengan dorngan ringan secara
crede pada fundus uterus. (Manuaba, 1998, h; 166)
4) Kala IV (Observasi)
Kala IV mulai dari lahirnya plasenta selama 1 – 2 jam. Pada kala
IV dilakukan observasi terhadap perdarahan pascapersalinan,
paling sering terjadi pada 2 jam pertama. Observasi yang
dilakukan adala sebagai berikut :
1) Tingkat kesadaran pasien
2) Pemeriksaan tanda – tanda vital : tekanan darah, nadi, suhu,
3) Kontraksi uterus
Terjadi perdarahan. Perdarahan dianggap masih normal bila
jumlahnya tidak melebihi 400 – 500 cc ( Ari Sulistyawati,
2010, h; 9)
Tabel 2.1 Lama persalinan pada primigravida dan multigravida
Kala persalinan Primigravida Multigravida
I 10-12 jam 6-8 jam
II 1-1,5 jam 0,5-1 jam
III 10 menit 10 menit
IV 2 jam 2 jam
Sumber: Manuaba, 2010
j Komplikasi pada dalam Masa Persalinan
Menurut Marmi, dkk tahun 2011 terdapat bebrapa komplikasi,
kelainan atau penyakii dalam persalinan yang meliputi :
1) Pada kala I dan kala II
a) Kelainan pesentasi dan posisi
(1). Presentassi pucak kepala
Dalam keadaan tertentu fleksi kepala tidak terjadi,
sehingga kepala dalam keadaan defleksi, tergantung
padaaajat defleksi maka terjadi presentasi puncak kepala,
presentasi dahi atau muka.
(2). Presentasi dahi
(4). Posisi oksipitalis Posterior Persisten
Keadaan UUK tidak berputar ke depan, sehingga tetap di
belakang.
b) Distosia karena kelainan tenaga atau His
(1). His Hipotonik (inersia uteri)
(2). His Hipertonik (his terlampau kuat)
(3). His yang tidak terkoordinasi
His yang sifatnya berubah – ubah, tidak ada koordinasi
antara kontraksi bagian atas, tengah dan bawah. Sehingga
his tidak efisien dan mengadakan pembukaan.
c) Distosia kelainan Alat Kandungan (Traktus Genitalis)
a) Vulva
Kelaianan yang dapat menyebabkan distosia yaitu edema,
stenosisi dan tumor
b) Vagina
Terjadinya septum dan tumor
c) Uterus/ serviks
(1). Kondisi serviks abnormal karena kelainan kongenital,
jaringan parut, stenosis atau serviks tidak berkembang
(2). Dalam uterus terdapat mioma uteri yang menghalangi
jalan lahir, mioma uteri dapat menyebabkan inersia
uteri
d) Distosia karena kelainan letak
a) Bayi besar
c) Anencephalus
d) Kembar siam
e) Distosia kelainan jalan lahir
2) Pada kala III dan kala IV
a) Atonia uteri
Uterus tidak berkontraksi dengan baik setelah persalinan
b) Retensio plasenta
Plasenta dan bagiannya tetepa berapa di dalam uterus setelah
bayi lahir
c) Emboli air ketuban
Karena his terlalu kuat sehingga air ketuban dengan mekonium,
rambut lanugo, dan vernik caseosa masuk dalam sinus – sinus
dinding uterus dan dibawa ke paru – paru.
d) Robekan jalan lahir
e) Inversio uteri
Bagian atas uterus memasuki kavum uteri, sehingga fundus uteri
sebelah dalam menonjol ke dalam kavum uteri
k Partograf
Partograf adalah alat bantu yang digunakan pada fase aktif
dalam persalinan yang berupa cairan grafik kemajuan persalinan
untuk memantau keadaan ibu dan janin. Partograf dapat dianggap
sebagai sistem peringatan awal yang membantu pengambilan
keputusan lebih awal kapan seorang ibu harus dirujuk. Partograf telah
tindakan bedah kebidanan yang pada gilirannya meningkatkan
kesejahteraan janin secara efektif. (Asri Hidayat. 2010. h;51)
Tujuan utama dari penggunaan partograf adalah untuk :
a. Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan menilai
pembukaan serviks melalui pemeriksaan dalam
b. Mendeteksi apakah proses persalinan berjalan secara normal.
Dengan demikian juga dapat mendeteksi secara dini kemungkinan
terjadinya partus lama.
c. Data pelengkap yang terkait dengan pemantauan kondisi ubu,
kondisi bayi, grafik kemajuan proses persalinan, bahan dan
medikamentosa yang diberikan, pemeriksaan laboratorium,
membuat keputusan klinik, dan asuhan atau tindakan yang
diberikan dimana semua itu dicatatkan secara rinci pada status
atau rekam medik ibu bersalin dan bayi baru lahir. (JNPK-KR.
2008.h;54)
3. Bayi Bari Lahir
a Definisi
Bayi baru lahir normal adalah bayi baru lahir dalam presentasi
belakang kepala melalui vagina tanpa memakai alat, pada usia
kehamilan genap 37 minggu sampai 42 minggu, dengan berat badan
2500 – 4000 gram, nilai apgar >7 dan tanpa cacat bawaan (Ai Yeyeh
Bayi baru lahir normal adalah bayi pada usia kehamilan 37 – 42
minggu dengan berat badan lahir 2500 – 4000 gram. (Jenny J.S,
2013, h; 150)
b Adaptasi Fisiologis Bayi Baru Lahir
Bayi baru lahir harus dapat beradaptasi dari keadaan yang sangat
tergantung menjadi mandiri. Periode ini berlangsung 1 bulan atau
lebih setelah bayi kelahiran untuk beberapa sistem tubuh. (Ai Yeyeh R
dkk, 2012; h.38)
1) Perubahan sistem pernapasan
Upaya pernapasan pertama seorang bayi berfungsi untuk
mengeluarkan cairan dalam paru-paru dan mengembangkan
jaringan alveolus dalam paru-paru untuk pertama kali.
2) Perubahan sistem peredaran darah
Setelah lahir darah bayi harus melewati paru untuk mengambil O2
dan mengantarkannya ke jaringan. Untuk membuat sirkulasi yang
baik guna mendukung kehidupan luar rahim harus terjadi 2
perubahan besar, yaitu penutupan foramen ovale pada atrium
jantung dan penutupan duktus arteriosus antara arteri paru-paru
dan aorta. Perubahan sirkulasi ini terjadi akibat perubahan
tekanan pada seluruh sistem pembuluh tubuh. Oksigen
menyebabkan sistem pembuluh darah mengubah tekanan dengan
cara mengurangi dan meningkatkan resistensinya hingga
3) Sistem pengaturan tubuh.
a) Pengaturan suhu
Pembentukan suhu tanpa menggigil merupakan usaha utama
seorang bayi yang kedinginan untuk mendapatkan kembali
panas tubuhnya melalui penggunaan lemak coklat untuk
produksi panas.
b) Mekanisme kahilangan panas
c) Mekanisme kehilangan panas pada bayi baru lahir:
(Prawirohardjo, 2010; h. 367)
(1). Konduksi, kehilangan panas melalui benda-benda padat
yang berkontak dengan kulit bayi.
(2). Konveksi, kehilangan panas dengan pendinginan melalui
aliran udara disekitar bayi.
(3). Evaporasi, kehilangan panas melalui penguapan air
ketuban pada kulit bayi yang basah.
(4). Radiasi, kehilangan panas melalui benda padat dekat bayi
yang tidak berkontak secara langsung dengan kulit bayi.
d) Metabolisme glukosa
Pada BBL glukosa darah akan turun dalam waktu cepat (1-2
jam). Koreksi penggunaan kadar gula darah dapat dilakukan
dengan 3 cara:
(1). Melalui penggunaan ASI
(2). Melalui penggunaan cadangan glikogen
(3). Melalui pembuatan glukosa dari sumber lain terutam