• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN PERAWATAN LUKA MENGGUNAKAN MADU EFEKTIF MEMPERCEPAT PENYEMBUHAN LUKA DIABETES MELLITUS TIPE II - Elib Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENERAPAN PERAWATAN LUKA MENGGUNAKAN MADU EFEKTIF MEMPERCEPAT PENYEMBUHAN LUKA DIABETES MELLITUS TIPE II - Elib Repository"

Copied!
63
0
0

Teks penuh

(1)

i

PENERAPAN PERAWATAN LUKA MENGGUNAKAN MADU EFEKTIF MEMPERCEPAT PENYEMBUHAN LUKA DIABETES MELLITUS TIPE II

Karya Tulis Ilmiah Ini Disusun Sebagai Salah Satu Persyaratan Menyelesaikan Program Pendidikan Diploma III Keperawatan

Disusun

Arini Usrotus Sa’adah A01401860

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH GOMBONG

(2)

ii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini Nama : Arini Usrotus Sa’adah

NIM : A01401860

Program Studi : DIII KEPERAWATAN

Institusi : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Karya Tulis Ilmiah yang saya tulis ini adalah benar-benar merupakan hasil karya sendiri dan bukan merupakan pengambil alihan tulisan atau pikiran oranglain yang saya aku sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri

Apabila di kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan karya tulis ilmiah ini hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanki atau perbuatan tersebut.

Kebumen, Agustus 2017

Pembuat Pernyataan

(3)

iii

MBAR PERSETUJUAN

Karya Tulis Ilmiah oleh Arini Usrotus Sa’adah , NIM: A01401860, dengan judul “Penerapan Perawatan Luka Menggunakan Madu Efektif Mempercepat Penyembuhan Luka Diabetes Mellitus Tipe II” telah diperiksa dan disetujui untuk diujikan.

Hari/ Tanggal : 5 Agustus 2017

Tempat : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong

Pembimbing

(Bambang Utoyo, S. Kep., Ns., M. Kep)

LEMBAR PENGESAHAN

Karya Tulis Ilmiah oleh Arini Usrotus Sa’adah, NIM: A01401860, dengan judul “Penerapan Perawatan Luka Menggunakan Madu Efektif Mempercepat Penyembuhan Luka Diabetes Mellitus Tipe II” telah dipertahankan di depan dewan penguji pada tanggal 7 Agustus 2017

(4)

iv Penguji Ketua

Podo Yuwono, S. Kep., Ns., M.Kep, CWCS (...)

Penguji Anggota

Bambang Utoyo, S. Kep., Ns., M. Kep (...)

Mengetahui,

Ketua Program Studi DIII Keperawatan STIKES Muhammadiyah Gombong

(5)

v

MOTTO

Allah meninggikan orang-orang yang beriman diantara

kamu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan

beberapa derajat.

”Believe in god is no longer merely a believe, but it has

become to be a science of the highest dimension”.

Orang yang luar biasa itu sederhana dalam ucapan, tetapi

hebat dalam tindakan.

Bekerjalah bagaikan tak butuh uang, Mencintailah bagaikan

tak pernah disakiti (Mark Twain).

Sahabat sejati bukan memberi pada saat orang meminta, ia

mempunyai mata pandang yang mampu menembus relung

kebisuan sahabatnya. Ia memberi tanpa kata-kata, tanpa

(6)

vi

HALAMAN PERSEMBAHAN

Dengan mengucap syukur Alhamdulillah, atas rahmat dan hidayah-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah dengan baik. Karya sederhana ini saya persembahkan untuk :

1. Bapak H Mastur (Alm) dan Ibu Hj Siti Aminah yang telah menjadi motivasi terbesar dalam hidup saya, yang senantiasa mendoakan saya, menyayangi saya dan atas semua pengorbanan dan kesabaran dalam mengantarkan saya sampai detik ini.

2. Kakak-kakak tersayang yang tidak bisa saya sebut satu-persatu yang selalu memberikan do’a dan semangat untuk saya.

3. Miftah Pambudi yang menjadi salah satu penyemangat terbesar saya, yang selalu memberikan do’a, semangat dan selalu menemani saya dalam proses penyusunan karya tulis ilmiah ini.

(7)

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Alloh SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini dengan judul “Penerapan Perawatan Luka Menggunakan Madu Efektif Mempercepat Penyembuhan Luka Diabetes Mellitus Tipe II”. Sholawat serta salam tetap tercurahkan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW sehingga penulis mendapat kemudahan dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

Sehubungan dengan itu penulis menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak, Ibu, Kakak dan seluruh keluargaku atas cinta, dukungan dan do’a yang

selalu diberikan sehingga karya tulis ilmiah ini selesai pada waktunya.

2. Herniyatun, S. Kp., M.Kep Sp., Mat, selaku Ketua STIKES Muhammadiyah Gombong.

3. Nurlaila, S.Kep.Ns, M.Kep, selaku Ketua Program Studi DIII Keperawatan STIKES Muhammadiyah Gombong

4. Bambang Utoyo, S. Kep., Ns., M. Kep, selaku pembimbing yang telah berkenan memberikan bimbingan dan pengarahan.

5. Diyah Astutiningrum, M. Kep selaku pembimbing akademik.

6. Miftah Pambudi yang selalu memberikan semangat, dan selalu menemani penulis dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

7. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, penulis ucapkan terimakasih atas bantuan dan dukungannya.

Penulis menyadari betul bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari sempurna dan masih banyak kesalahan yang perlu dikoreksi dan diperbaiki. Oleh karena itu kritik dan saran sangat diharapkan untuk perbaikan di kemudian hari. Harapan penulis semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan semoga Allah SWT selalu memberikan Rahmat dan Hidayah-Nya. Amin.

Gombong, Agustus 2017

(8)

viii Program Studi DIII Keperawatan

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong Juli 2017

Arini Urotus Sa’adah 1)

Bambang Utoyo, S. Kep., Ns., M. Kep2)

ABSTRAK

PENERAPAN PERAWATAN LUKA MENGGUNAKAN MADU EFEKTIF MEMPERCEPAT PENYEMBUHAN LUKA DIABETES MELLITUS TIPE

II

Latar belakang: Berdasarkan data profil kesehatan Kabupaten Kebumen 2015, Prevalensi ulkus kaki pada pasien Diabetes Mellitus (DM) berkisar dari 2%-10%, yang mengalami amputasi 7%-20%. Salah satu penanganan luka gangren diabetes dapat dilakukan dengan terapi non farmakologis menggunakan madu. Secara klinis, aplikasi madu dapat mengurangi edema, membentuk eksudat, meminimalkan pembentukan jaringan parut, dan mengurangi sensasi nyeri pada luka bakar dan jenis luka lainnya.

Tujuan Penelitian: Untuk mengetahui penerapan perawatan luka menggunakan madu efektif mempercepat penyembuhan luka Diabetes Mellitus Tipe II.

Metode: Penelitian ini adalah deskriptif analitik dengan pendekatan studi kasus. Partisipannya adalah 2 orang klien ulkus kaki diabetic. Instrumennya adalah Standar Operasional Prosedur (SOP) perawatan luka dan observasi luka.

Hasil: Klien yang menderita ulkus kaki diabetic mengalami kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan neuropati perifer

Intervensi: Tindakan yang dilakukan dalam mempercepat penyembuhan luka diabetes melitus tipe II, adalah perawatan luka menggunakan madu.

Evaluasi: Diagnosa kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan neuropati perifer dapat teratasi. Perawatan luka menggunakan madu terbukti efektif mempercepat penyembuhan luka diabetes melitus tipe II.

Kata Kunci: diabetes mellitus tipe II, madu, perawatan luka

(9)

ix DIII Program of Nursing Department

Muhammadiyah Health Science Institute of Gombong July, 2017

Arini Urotus Sa’adah 1)

Bambang Utoyo, S. Kep., Ns., M. Kep2)

ABSTRACT

THE APPLICATION OF WOUND CARE USING HONEY EFFECTIVELY TO ACCELERATE THE WOUND HEALING OF

DIABETES MELLITUS TYPE II

Background: According to the data of Health Office of Kebumen, the prevalence of foot ulcers of Diabetus Melitus (DM) patient is 2% to 10%, and the amputation rate is 7%-20%. One of the ways how to handle diabetes gangrene wounds is by non-pharmacological therapy with honey. Clinically, the application of honey can reduce edema, form exudates, minimize scar tissue formation, and can also reduce pain sensation in burnt wound and other wounds.

Objective: To find out the effectiveness of wound care application using honey in accelerating the healing of DM type II wound.

Method: This study is an analytical descriptive with case study approach. The participants are 2 clients suffering from dabetic foot ulcers. The instruments are Procedural Operation Standard of wound care and wound observation.

Result: The clients suffering from diabetic foot ulcers have impaired tissue integrity assosiated with peripheral neuropathy.

Intervention: To accelerate the healing of DM type II wound is treatment care using honey.

Evaluation: The diagnosis of tissue integrity assosiated with peripheral neurophaty was resolved. Wound care using honey is effective to accelerate the healing of DM type II wound.

Keywords: Diabetus mellitus type II, honey, wound care

(10)

x

Manfaat bagi Masyarakat ... 6

Manfaat bagi Pendidikan Keperawatan ... 6

Manfaat bagi Praktek Pelayanan Keperawatan ... 7

Manfaat bagi Penulis ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8

A. Landasan Teori ... 8

1. Diabetes Mellitus ... 8

a. Pengertian ... 8

b. Etiologi ... 8

c. Patofisiologi ... 9

d. Klasifikasi ... 11

(11)

xi

d. Madu sebagai agen topikal luka ... 26

e. Madu sebagai agen anti infeksi ... 26

f. Madu sebagai agen anti bakteri ... 26

g. Madu sebagai agen anti inflamasi... 27

h. Madu memiliki kemampuan untuk debridement luka ... 27

i. Terapi Madu pada luka Gangren ... 28

BAB III METODE STUDI KASUS ... 29

Desain Studi Kasus ... 29

Subyek Studi Kasus ... 29

Fokus Studi Kasus ... 30

Definisi Operasional ... 30

Instrumen Studi Kasus ... 31

Teknik Pengumpulan Data ... 31

Lokasi dan Waktu Studi Kasus ... 32

Analisa Data dan Penyajian Data ... 32

Etika Penelitian Studi Kasus ... 33

BAB IV HASIL STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN ... 35

(12)

xii DAFTAR PUSTAKA

(13)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Diabetes mellitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin (Soegondo, 2007). DM adalah salah satu jenis penyakit degenerative yang mengalami peningkatan setiap tahun di negara-negara seluruh dunia. Menurut

Internasional of Diabetic Ferderation (2016) tingkat prevalensi global penderita DM pada tahun 2015 sebesar 8,3% dari keseluruhan penduduk di dunia dan mengalami peningkatan pada tahun 2015 menjadi 387 juta kasus. Indonesia negara dengan penderita diabetes terbanyak keempat di dunia setelah India (31,7 juta), China (20,8 juta) dan Amerika Serikat (17,7 juta) (Medan Bisnis Daily, 2011). Angka kejadian DM menurut data Riskesdas (2013) terjadi peningkatan dari 1,1 % di tahun 2007 meningkat menjadi 2,1 % di tahun 2013 dari keseluruhan penduduk sebanyak 250 juta jiwa. Berdasarkan data profil kesehatan Kabupaten Kebumen 2015, penemuan kasus baru DM sejumlah 2.216 kasus

(14)

2

Smeltzer et al. (2012) menyatakan DM tidak hanya menyebabkan terjadinya komplikasi akut namun juga komplikasi kronik yang ditimbulkan oleh adanya mikroangiopati maupun makroangiopati yang dialaminya. Komplikasi kronik biasanya terjadi dalam 5-10 tahun setelah diagnosis ditegakkan.

Brunner dan Suddarth (2012) menyatakan Gangguan atau kelainan pada kaki pasien penderita diabetes adalah adanya suatu kelainan pada saraf, kelainan pembuluh darah dan kemudian adanya infeksi. Dari ketiga hal tersebut, yang paling berperan adalah kelainan pada saraf, sedangkan kelainan pembuluh darah lebih berperan nyata pada penyembuhan luka sehingga menentukan nasib kaki. Keadaan kelainan saraf dapat mengenai saraf sensorik, saraf motorik, dan saraf otonom. Selain itu, terjadi perubahan daya membesar-mengecil pembuluh darah vasodilatasi-vasokonstriksi di daerah tungkai bawah, akibatnya sendi menjadi kaku.Keadaan lebih lanjut terjadi perubahan bentuk kaki Charchot, yang menyebabkan perubahan daerah tekanan kaki yang baru dan berisiko terjadinya luka.

Ribu dan Wahl (2014) menyatakan Ulkus (luka) kaki pada pasien DM merupakan tanda adanya komplikasi vaskular dan neuropathy. Ulkus kaki pada pasien DM disebabkan oleh kurangnya suplai darah pada arteri dan atau vena. Seperti pada pasien ulkus kronik umumnya, pasien ulkus DM dapat merasakan kehilangan sensasi, mudah terjadi trauma dan kerusakan kulit, deformitas kaki bahkan sampai mengalami hospitalisasi hingga amputasi. Clayton dan Tom (2009) mengungkapkan bahwa komplikasi lanjut ulkus diabetik adalah infeksi kronis.

(15)

3

sehingga dibutuhkan kemampuan sirkulasi yang besar, tetapi keadaan tersebut tidak didukung oleh sirkulasi yang baik, sehingga hal itu dapat menyebabkan hipoksia jaringan (Subekti, 2009).

Frykberg, et al. (2016) menyatakan Prevalensi ulkus kaki pada pasien DM dilaporkan bervariasi pada beberapa populasi yaitu berkisar dari 2% hingga 10% dan 7%-20% pasien ulkus kaki DM mengalami amputasi serta 85 % amputasi pada ekstremitas bawah disebabkan oleh ulkus kaki yang dialami pasien DM. Berdasarkan data profil kesehatan Kabupaten Kebumen 2015, dari 2.216 kasus baru yang ditemukan DM sejumlah 7% diantaranya (155 orang) mengalami ulkus. Di United Kingdom pasien DM sebanyak 1, 8 juta jiwa dan diramalkan akan meningkat menjadi tiga juta jiwa pada tahun 2010, oleh sebab itu ulkus kaki diabetes akan menjadi suatu isu kesehatan masyarakat yang utama.

Ribu dan Wahl (2014) mengungkapkan Prevalensi ulkus kaki diabetes ini meningkat pada beberapa negara akibat permasalahan ekonomi, standar foot care dan kualitas dari footware. Beberapa penelitian di Indonesia melaporkan bahwa angka kematian ulkus gangren pada pasien DM berkisar 17%-32%, sedangkan laju amputasi berkisar antara 15%–30% (Soegondo, 2016).

Frykberg,et al. (2016) menyatakan Ulkus kaki mungkin membutuhkan waktu berminggu-minggu atau bulan dalam proses penyembuhannya, dan ulkus yang tidak sembuh mungkin akan mengalami infeksi, gangren dan amputasi. Ulkus merupakan penyebab umum masuknya pasien DM ke rumah sakit.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam perawatan ulkus diabetikum yaitu pengaturan makan yang baik dengan mengurangi makanan yang mengandung gula, mengkonsumsi makanan dengan kadar protein tinggi misalnya daging tanpa lemak, telur, ikan, sayur hijau dan harus menjauhi makanan dengan kandungan tinggi karbohidrat serta melakukan latihan fisik secara teratur (Nurhasan, 2012).

(16)

4

sama sekali tidak membantu penyembuhan luka bahkan berisiko memperburuk kondisiluka. Antiseptik seperti hydrogen peroxide, povidone iodine dan acetic acid selalu digunakan untuk menangani luka pada metode konvensional. Walaupun alasan penggunaan antiseptik pada luka bertujuan untuk menjaga luka tersebut agar menjadi steril, masalah utama yang justru timbul adalah antiseptik tersebut tidak hanya membunuh kuman-kuman yang ada, namun juga membunuh leukosit yaitu sel darah yang dapat membunuh bakteri pathogen dan jaringan fibroblast yang membentuk jaringan kulit baru. Hal ini dapat menyebabkan gangguan pada proses penyembuhan luka

Penanganan luka gangren diabetes dapat dilakukan dengan terapi non farmakologis. Madu merupakan terapi non farmakologis yang biasa diberikan dalam perawatan luka diabetes mellitus (Suriadi, 2009). Berbagai penelitian ilmiah membuktikan bahwa kandungan fiskal dan kimiawi dalam madu, seperti kadar keasaman dan pengaruh osmotik, berperan besar membunuh kuman-kuman (Dixon, 2009). Madu memiliki siafat anti bakteri yang membantu mengatasi infeksi pada luka dan anti inflamasinya dapat mengurangi nyeri serta meningkatkan sirkulasi yang berpengaruh pada proses penyembuhan (Hamad, 2008).

Madu memiliki beberapa karakteristik penting dalam proses penyembuhan luka seperti aktivitas antiinflamasi, aktivitas antibakterial, aktivitas antioksidan, kemampuan menstimulasi proses pengangkatan jaringan mati/ debridement, mengurangi bau pada luka, serta mempertahankan kelembapan luka yang pada akhirnya dapat membantu mempercepat penyembuhan luka (Sudjatmiko, 2011).

(17)

5

asam amino non essensial ada juga asam amino essensial diantaranya lysine, histadin, triptofan, dll (Wati, 2009)

Selain itu, madu juga mengandung antibiotika sebagai antibakteri dan antiseptik menjaga luka. Bahkan madu sarang segera menyembuhkan luka bakar akibat tersiram air mendidih atau minyak panas (Suranto, 2007). Saptorini (2009) mengatakan sifat antibakteri dari madu membantu mengatasi infeksi pada perlukaan dan aksi anti inflamasinya dapat mengurangi nyeri serta meningkatkan sirkulasi yang berpengaruh pada proses penyembuhan. Madu juga merangsang tumbuhnya jaringan baru, sehingga selain mempercepat penyembuhan juga mengurangi timbulnya parut atau bekas luka pada kulit.

Untuk mencegah komplikasi luka diabetik yang berlangsung lama dan mencegah ke arah yang lebih buruk maka perlu diperhatikan bagaimana perawatan luka pada penderita diabetes dimana terdapat empat prinsip pengelolaan luka diabetes untuk mengoptimalkan proses penyembuhan yaitu: preparasi dasar luka, proteksi luka, pembalutan luka, dan oksigenasi luka. Penggunaan prinsip ini diharapkan sebanyak 80% masalah luka kaki diabetik akan dapat disembuhkan, sehingga dapat menghindari kejadian amputasi (Kartika, 2013).

(18)

6

Berdasarkan penjelasan diatas, penulis merasa perlu melakukan penerapan perawatan luka menggunakan madu untuk mempercepat penyembuhan luka

Diabetes Mellitus Tipe 2.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penulisan ini yaitu “Apakah penerapan perawatan

luka menggunakan madu efektif mempercepat penyembuhan luka Diabetes Mellitus Tipe 2 ?

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Melakukan penerapan perawatan luka menggunakan madu efektif mempercepat penyembuhan luka Diabetes Mellitus Tipe 2.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui proses penyembuhan luka Diabetes Mellitus Tipe 2 sebelum dilakukan perawatan luka menggunakan madu.

b. Mengetahui proses penyembuhan luka Diabetes Mellitus Tipe 2 setelah dilakukan perawatan luka menggunakan madu.

D. Manfaat 1. Masyarakat

Hasil penulisan ini diharapkan dapat menambah pengetahuan masyarakat tentang metode yang sederhana dan murah dalam perawatan luka diabetes mellitus yaitu menggunakan madu.

2. Pendidikan Keperawatan

(19)

7 3. Praktek Pelayanan Keperawatan

Hasil penulisan ini diharapkan dapat dijadikan sebagai pengetahuan dan strategi bagi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang lebih komprehensif pada pasien dengan luka DM.

4. Penulis

(20)

DAFTAR PUSTAKA Kolonisasi Bakteri Staphylococcus Aureus pada Luka Diabetik Pasien Diabetes Mellitus di Wilayah Kerja Puskesmas Rambipuji Kabupaten Jember. e-Jurnal Pustaka Kesehatan, vol. 2 (no. 3). Program Studi Ilmu Keperawatan, Universitas Jember.

Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek. Edisi Revisi. Jakarta : PT Rineka Cipta.

Ayu, D. (2010). Antibacterial Activity of Indonesian Local Honey Against Strains of P. Aeruginosa, S. Aureus and MRSA.

Badero, M. et al. (2013). Seri Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Endokrin. Jakarta : EGC.

Belcher, J. (2012). A review of medical-grade honey in wound care. British Journalof Nursing. 21 (15), S4-S9 PMID: 22874825

Brunner dan Suddarth. (2012). Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC. Buckle, et al. (2008). Ilmu Pangan. Diterjemahkan oleh: Purnomo. H dan Adiono.

UI Press. Jakarta. Hal: 40.

Budiarto, E. (2009). Biostatika untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat. Edisi Revisi. Jakarta : EGC

Burhan dan Bungin. 2009. Analisis Penelitian Data Kualitatif. Jakarta: Raja Grafindo

(21)

Clayton, W. dan Elasy, T.A. (2009). A review of the pathophysiology, classification and treatment of foot ulcers in diabetic patients. Clinical Diab, 27(2):52-58. Jakarta : EGC.

Cooper, R.A. (2008). The efficacy of honey in inhibiting strains of pseudomonas auroginosa from infected burns. Jurnal Burn Care Rehabil.; 23:366-70. Depkes. (2010). Pharmaceutical Care Untuk Penyakit Diabetes Melitus. Jakarta.

Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Departemen Kesehatan.

Dixon. (2009). www.mail-archive.com/milis-nakita@news. Diakses 21 Mei 2009. Eddy, et al. (2008). Topical Honey for Diabetic Foot Ulcers.

http://www.fammed.wisc.edu/research/eksternal-funded/honey-ulcers. Diakses pada tanggal 22 maret 2008.

French, et al. (2005). Dysmenorrhea. Michigan State University College of Human Medicine, East Lansing Michigan, USA. Am Fam Physician. 15;71 (2):285-291.

Frykberg, et al. (2016). Diabetic Foot Disorders: A Clinical Practice Guideline.

Hammad, S. 99. (2008). Resep Sehat dengan Madu. Solo: Aqwamedika.

Hidayat, A.A.A. (2007). Metodologi Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisa Data. Jakarta : Salemba Medika.

IDF. (2016). Diabetes Atlas Sixth Edition. International Diabetes Federation. Iqbal. (2008). Rumah Madu.

http://209.85.175.132/search?q=cache:0U-musF0GosJ:rumahmadu.com/2008_01_01_archive.html+dr.jamal+burha n+dari+universitas+iskandariyah+madu+luka+bakar&hl=id&ct=clnk&cd =1&gl=id. Diakses pada tanggal 15 Agustus 2008.

Judith, M. (2013). Buku Saku Diagnosis Keperawatan: Diagnosis NANDA, Intervensi NIC, Kriteria Hasil NOC. 9th ed. Dialihbahasakan oleh Esty Wahyuningsih., Dwi Widiarti (ed). Jakarta: EGC

Kamarudin, A.M., Jamal, and Yassim, M. (2007). Biochemical study on the efficacy of Malaysian honey on inflicted wounds: an animal model.

(22)

Estiyani, Kartika. (2013). Penyusunan Laporan Keuangan Pada Express Laundry Periode Maret 2013. Laporan: Universitas Padjajaran. Bandung. http://media.unpad.ac.id/. Diakses 27 April 2015.

Lestari, et al. (2012). Determinantys carriage of resistant Echerichia coli in the Indonesian population inside and outside hospitals. Journal of Antimicrobial Chemotheraphy. Vol. 66. p. 377-384.

Loiselle. (2004). Canadian Essentials of Nursing Research. Philadhelpia : Lippinchott Williams dan Wilkins. Dalam Palestin dan Bondan.

Prinsip-prinsip Etika penelitian ilmiah.

http://bondanriset.blogspot/2006/10/prinsip-prinsip/etika.penelitian.html.

Diakses pada tanggal 21 Februari 2012.

Misnadiarly. (2009). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Interna Publising. Noer, S. (2009). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 4. Jakarta: Penerbit Gaya

Baru

Molan, P.C. (2015). Potential of honey in the treatment of wounds and burn, Am.J.Clin.Dermatol. 2 (1): 13-19.

Moleong, L. (2007). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : Penerbit Remaja Rosdakarya.

Morison, M.J. (2009). Manajemen Luka. (Alih Bahasa oleh Tyas mono A.F). Jakarta: EGC

Notoadmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Edisi Revisi. Jakarta : Rineka Cipta.

Nurhasan. (2012). Kiat Melawan Penyakit. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Nursalam. (2011). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika

Pramana, et al. (2012). Efektifitas Pengobatan Madu Alami Terhadap Penyembuhan Luka Infeksi Kaki Diabetes (IKD) (STUDI KASUS DI BANGETAYU DAN PUSKESMAS GENUK SEMARANG). Jurnal Kesehatan. Semarang

(23)

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). (2013). Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian RI tahun 2013.

Rohmah, N. and Walid, S. (2012). Proses Keperawatan Teori & Aplikasi. Yogyakarta : AR-Ruz Media.

Santoso, D.S.B. (2013). Hubungan tingkat pengetahuan tentang diabetes mellitus dengan kadar hba1c pada pasien diabetes mellitus di poli rawat jalan

endokrin RSU Saiful Anwar Malang.

http://fk.ub.ac.id/artikel/id/filedownload/kedokteran/MAJALAH

0910710057.pdf. Diakses pada tanggal 12 Juli, 2013

Saptorini. (2009). Analisa Madu dari Segi Kandungannya Berikut Khasiatnya masing-masing. http://www.mail-archive.com/forum@alumni-akabogor.net/msg01046.html. Diakses pada tanggal 20 Desember 2009. Sibbald, R.G. and Keast, D.H. (2006). Best practice recommendations for

preparing the wound bed. clinical practice. wound care. Canada

Siswantoro (2015). Efektifitas perawatan luka diabetik metode modern dressing menggunakan madu terhadap proses penyembuhan luka. Mojokerto.

Jurnal Keperawatan dan Kebidanan. Program Studi Ilmu Keperawatan, STIKES Dian Husada Mojokerto.

Smeltzer, et al. (2012). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. (Edisi Volume 2). Jakarta : EGC.

Soegondo. (2007). Diabetes Melitus, Penatalaksanaan Terpadu. Skripsi Kedokteran. Jakarta: Balai Penerbitan FKUI.

Soegondo, S and Sukardi K. (2008). Hidup Secara Mandiri dengan Diabetes Melitus Kencing Manis sakit Gula. Skripsi Kedokteran. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

Subekti, I. (2009). Organisasi Diabetes di Indonesia. Dalam : Soegondo, S., Soewondo,P., Subekti, I., Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu.

Skripsi Kedokteran. Jakarta: Balai Penerbitan FKUI.

Sudjatmiko, G (2011). Petunjuk praktis ilmu bedah plastik rekonstruksi. (3rd ed. p. 144-7). Jakarta: Yayasan Khasanah Kebajikan.

(24)

Suriadi. (2009). Perawatan luka. (Edisi 1). Jakarta : Sagung Seto. Suriadi. (2015). Perawatan luka. (Edisi 3). Jakarta : Sagung Seto.

Suryadhine. (2007). Madu dan Luka Diabetik. Yogyakarta : Gosyen Publishing Suryani, M. et al. (2012). Efektifitas Pengobatan Madu Alami Terhadap

Penyembuhan Luka Infeksi Kaki Diabetes (IKD) (STUDI KASUS DI BANGETAYU DAN PUSKESMAS GENUK SEMARANG). Jurnal Kesehatan. Semarang

Susan, Y. (2008). Hand Out Ekologi Tumbuhan. Madura : Universitas Islam Madura Pamekasan

Sutanto, Teguh. (2013). Diabetes deteksi pencegahan pengobatan Yogyakarta: Buku Pintar.

Syahbudin, S. (2007). Pedoman Diet Diabetes Mellitus. Jakarta: Balai Penerbit FKUI

Wagner, C.M. (2016). Nursing Intervention Classification (NIC). Sixth Edition. United States : Elsevier

Waspadji, S. (2008). Penatalaksanaan DM terpadu. Skripsi Kedokteran. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Wati, I (2009). Pemenuhan Kecukupan Gizi Bagi Pekerja. http://www.gizikia.depkes.go.id/pemenuhan-kecukupangizi-bagi-pekerja/. [cited 2015 Feb 6]. p. 1–6. Direktorat Jenderal Bina Gizi dan KIA.

(25)

Susan, Y. (2008). Hand Out Ekologi Tumbuhan. Madura : Universitas Islam

Madura Pamekn Gizi Bagi Pekerja.

http://www.gizikia.depkes.go.id/pemenuha[cited 2015 Feb 6]. p. 1–6. Direktorat Jenderal Bina Gizi dan KIA.

(26)
(27)
(28)
(29)
(30)
(31)
(32)
(33)
(34)
(35)
(36)
(37)
(38)
(39)
(40)
(41)
(42)
(43)
(44)
(45)
(46)
(47)
(48)
(49)
(50)
(51)
(52)
(53)
(54)
(55)
(56)
(57)
(58)

Foto sebelum dilakukan perawatan luka menggunakan madu Klien 1

(59)

Foto setelah dilakukan perawatan luka menggunakan madu Klien 1

(60)

FORM PENGKAJIAN LUKA DENGAN DESIGN

R

DEPTH

d

0 Tidak ada lesi dan kemerahan pada kulit

D

3 Lesi mencapai sub-kutan

1 Kemerahan menetap 4 Lesi mencapai

otot,tendon,dan tulang.

2 Lesi mencapai dermis 5 Lesi mencapai artikuler

atau rongga tubuh, atau

lebih dari 2 kali setiap hari

1 Ringan : Tidak perlu mengganti dressing

setiap hari

3 Sedang : Perlu mengganti dressing setiap

hari

3 Ada tanda-tanda infeksi

lokal

0 Granulasi tidak bisa dikaji

G

4 Granulasi sehat mencapai

10% tetapi tidak lebih dari 50%.

1 Granulasi sehat mencapai 90% atau lebih 5 Granulasi sehat kurang

dari 10%.

2 Granulasi sehat mencapai 50% tetapi

tidak lebih dari 90%.

0 Tidak ada pocket/undermining (kantong

(61)

12 16 cm² - < 36 cm² 24 >36 cm²

Catatan

(62)
(63)

Referensi

Dokumen terkait

The other scene that shows Langdon’s confidence in his ability is when Langdon feels confidence with his intelligence ability, he thinks that was the reason why Saunière wrote

Pada proses produksi otak-otak, dilakukan proses pembersihan, pengeluaran isi perut, pemisahan daging dan kulit, penggilingan daging, pembuatan bumbu, pencampuran dengan

Kota Blitar. Prosedur pengumpulan data dilakukan dengan metode wawancara, observasi, dan dokumentasi. Analisis data dilakukan dengan mereduksi data, menyajikan

Hal ini dapat disebabkan karena penambahan pektin yang semakin banyak akan mengakibatkan larutan menjadi lebih kental dan ikatan antara gugus karboksil menjadi

Unlike women around her who accept the idea that women are not supposed to be free or having right to choose, Riley takes her freedom.. She uses her right to choose what kind of

Dalam tahap pertama arsitektur knowledge, tujuannya adalah mengevaluasi informasi / dokumen yang ada yang digunakan manusianya, aplikasi yang dibutuhkannya, orang

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada perbedaan kepatuhan wajib pajak dalam negeri orang pribadi yang sudah diperiksa dengan wajib pajak dalam negeri orang pribadi

Fungsi dari rangkaian integrator adalah sebagai pengubah tegangan kotak menjadi tegangan segitiga, atau dapat juga digunakan sebagai rangkaian filter lulus