BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. TINJAUAN MEDIS 1. Kehamilan
a. Definisi
Menurut Federasi Sinopsis Obstetri Ginekologi Internasional,
kehamilan didefinisikan sebagai hasil fertilisasi atau penyatuan dari
spermatozoa dan ovum kemudian dilanjutkan dengan nidasi atau
implantasi. Bila dihitung dari saat fertilisasi hingga lahirnya bayi,
kehamilan normal akan berlangsung selama 40 minggu atau 10 bulan
lunar atau 9 bulan menurut kalender Internasional. Kehamilan dibagi
menjadi 3 trimester, dimana trimester kesatu berlangsung dalam 12
minggu, trimester kedua 15 minggu (minggu 13 sampai minggu
ke-27), dan trimester ketiga berlangsung dalam 13 minggu (minggu ke-28
sampai minggu ke-40) (Prawirohardjo, 2010).
Kehamilan adalah pertumbuhan dan perkembangan janin intra
uteri mulai sejak konsepsi dan berakhir sampai permulaan persalinan
(Manuaba, 2010).
Kehamilan adalah suatu proses penyatuan sel telur dan seperma
yang berlangsung selama 40 minggu dihitung dari saat hari pertama
Dari beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa
kehamilan merupakan hasil fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa
dan ovum yang kemudian dilanjutkan dengan nidasi dan implantasi,
dan berakhir sampai permulaan persalinan.
b. Penyebab terjadinya kehamilan
Menurut Sulistyawati (2013), peristiwa terjadinya kehamilan
diantaranya yaitu :
1) Konsepsi
Merupakan pertemuan antara ovum matang dan sperma sehat yang
memungkinkan terjadinya kehamilan. Konsepsi ini dapat terjadi
jika terpenuhi beberapa kriteria, yaitu :
a) Senggama harus terjadi pada bagian siklus reproduksi wanita
yang tepat.
b) Ovarium wanita harus melepaskan ovum yang sehat pada saat
ovulasi.
c) Pria harus mengeluarka sperma yang cukup normal dan sehat
selma ejakulasi.
d) Tidak ada barier atau hambatan yang mencegah sperma
mencapai melakukan pentrasi, dan sampi akhirnya memenuhi
ovum.
2) Fertilisasi
Fertilisasi merupakan kelanjutan dari konsepsi, yaiu sperma
sampai dengan terjadinya perubahan fisik dan kimiawi
ovum-sperma hingga menjadi buah kehamilan.
3) Nidasi atau implantasi
Nidasi adalah masuknya atau tertanamnya hasil konsepsi
kedalam endometrium. Blastula diselubungi oleh suatu simpai,
disebut trofoblast, yang mampu menghancurkan atau mencairkan
jaringan.
c. Perubahan fisiologis pada kehamilan
Menurut Prawirohardjo, (2010), perubahan fisiologis
diantaranya yaitu :
1) Uterus
Selama kehamilan, uterus akan berubah menjadi suatu
organ yang mampu menampung janin, plasenta, dan cairan amnion
rata – rata pada akhir kehamilan volume totalnya mencapai 51
bahkan dapat mencapai 201 atau lebih dengan berat rata – rata
1100 gr.
Pembesaran uterus meliputi peregangan dan penebalan
sel-sel otot, sementara produksi Miosit yang baru sangat terbatas.
Bersamaan dengan hal itu terjadi akumulasi jaringan ikat dan
elastik, terutama pada lapisan otot luar. Kerja sama tersebut akan
meningkatkan kekuatan dinding uterus. Daerah korpus pada bulan–
bulan pertama akan menebal, tetapi seiring dengan bertambahnya
hanya berkisar 1,5 cm bahkan kurang. Perlunakan Isthmus (tanda
Hegar) merupakan perubahan pada isthmus uteri yang
menyebabkan isthmus menjadi lebih panjang dan lunak sehingga
pada pemeriksaan dalam seolah – olah kedua jari dapat saling
bersentuhan. Tanda Piskasek merupakan bentuk rahim yang
berbeda yang disebabkan oleh pertumbuhan yang cepat didaerah
implantasi plasenta, sedangkan Braxton Hick merupakan kontraksi
hormonal yang menyebabkan progesteron menurun
(Prawirohardjo, 2010).
2) Serviks
Satu bulan setelah konsepsi serviks akan menjadi lebih
lunak dan kebiruan. Perubahan ini terjadi akibat penambahan
vaskularisasi dan terjadinya edema pada seluruh serviks,
bersamaan dengan terjadinya hipertrofi dan hiperplasia pada
kelenjar – kelenjar serviks.
Pada perempuan yang tidak hamil berkas kolagen pada
serviks terbungkus rapat dan tidak beraturan. Selama kehamilan,
kolagen secara aktif disintesis dan secara terus menerus diremodel
oleh kolagenase, yang disekresi oleh sel – sel serviks dan neutrofil.
Kolagen didegradasi oleh kolagenase intraseluler yang
menyingkirkan struktur pro kolagen yang tidak sempurna untuk
mencegah pembentukan kolagen yang lemah, dan kolagenase
ekstraselular yang secara lambat akan melemahkan matriks
Pada akhir trimester pertama kehamilan, berkas kolagen
menjadi kurang kuat terbungkus. Hal ini terjadi akibat penurunan
konsentrasi kolagen secara keseluruhan. Pada saat kehamilan
mendekati aterm, terjadi penurunan lebih lanjut dari konsentrasi
kolagen. Konsentrasinya menurun secara nyata dari keadaan yang
relatif dilusi dalam keadaan menyebar (dispersi) dan ter – remodel
menjadi serat. Dispersi meningkat oleh peningkatan rasio dekorin
terhadap kolagen (Prawirohardjo, 2010).
3) Ovarium
Proses ovulasi selama kehamilan akan terhenti dan
pematangan folikel baru juga di tunda. Hanya satu korpus luteum
yang dapat ditemukan ovarium. Folikel ini akan berfungsi
maksimal selama 6 – 7 minggu awal kehamilan dan setelah itu
akan berperan sebagai penghasil progesteron dalam jumlah yang
relatif minimal. Aksi biologi utamanya adalah dalam proses
remodelling jaringan ikat pada saluran repoduksi, yang kemudian
akan mengakomodasi kehamilan dan keberhasilan proses
persalinan (Prawirohardjo, 2010).
4) Vagina dan perinium
Selama kehamilan peningkatan vaskulrisasi dan hiperemia
terlihat jelas pada kulit dan otot – otot di perinium dan vulva,
sehingga pada vagina akan terlihat berwarna keunguan yang
perubahan banyak yang merupakan persiapan untuk mengalami
peregangan pada waktu persalinan dengan meningkatnya ketebalan
mukosa, mengendornya jaringan ikat, dan hipertrofi sel otot polos
(Prawirohardjo, 2010).
5) Kulit
Pada kulit dinding perut akan terjadi perubahan warna
menjadi kemerahan, kusam, dan kadang – kadang juga akan
mengenai daerah payudara dan paha. Perubahan ini dikenal dengan
strie gravidarum. Pada multipara selain strie kemerahan itu
seringkali ditemukan garis berwarna perak berkilau yang
merupakan sikatrik dari strie sebelumnya.
Pada banyak perempuan kulit di garis pertengahan perutnya
(linea alba) akan berubah menjadi hitam kecoklatan yang disebut
dengan linea nigra. Kadang – kadang akan muncul dalam ukuran
yang bervariasi pada wajah leher yang disebut dengan cloasma
atau melasma gravidarum. Selain itu, pada aerola dan daerah
genital juga akan terlihat pigmentasi yang berlebihan. Pigmentasi
yang berlebihan itu biasanya akan hilang atau sangat jauh setelah
persalinan (prawirohardjo,2010).
6) Payudara
Pada awal kehamilan perempuan akan merasakan
payudaranya menjadi lebih lunak. Setelah bulan kedua payudara
lebih terlihat. Puting payudara akan lebih besar, kehitaman, dan
tegak. Setelah bulan pertama suatu cairan berwarna kekuningan
yang disebut kolostrum dapat keluar. Kolostrum ini berasal dari
kelenjar – kelenjar asinus yang mulai bersekresi. Meskipun dapat
dikeluarkan, air susu belum dapat diproduksi karena hormon
prolaktin ditekan oleh prolactin inhibiting hormone
(Prawirohardjo, 2010).
7) Sistem kardiovaskuler
Pada minggu ke-5 cardiac output akan meningkat dan
perubahan ini terjadi untuk mengurangi resistensi vaskular
sistematik. Selain itu juga terjadi peningkatan denyut jantung.
Antara minggu ke-10 dan ke – 20 terjadinya peningkatan volume
plasma sehingga juga terjadi peningkatan preload. Performa
ventrikel selama kehamilan dipengaruhi oleh penurunan resistensi
vaskular sistematik dan perubahan pada aliran pulsasi arterial.
Kapasitas vaskular juga akan meningkat untuk memenuhi
kebutuhan (Prawirohardjo, 2010).
8) Sistem respirasi
Selama kehamilan sirkumferensia torak akan bertambah
6 cm, tetapi tidak mencukupi penurunan kapasitas residu
fungsional dan volume residu paru – paru karena pengaruh
diafragma yang naik 4 cm selama kehamilan. Frekuensi
tetapi volume tidal, volume ventilas per menit dan pengambilan
oksigen per menit akan bertambah secara signifikan pada
kehamilan lanjut. Perubahan ini akan mencapai puncaknya pada
minggu ke – 37 dan akan kembali hampir seperti sedia kala dalam
24 minggu setelah persalinan.
9) Traktus digestivus
Seiring dengan maki besarnya uterus, lambung dan usus
akan tergeser. Demikian juga degan yang lainnya seperti apendik
yang akan bergeser ke arah atas dan lateral.
Perubahan yang nyata akan terjadi pada penurunan
motilitas otot polos pada traktus digestivus dan penurunan sekresi
asam hidroklorid dan peptin di lambung sehingga akan
menimbulkan gejala seperti pyrosis (heartburn) yang disebabkan
oleh refluks asam lambung ke esofagus bawah sebagai akibat
perubahan posisi lambung dan menurunnya tonus sfingter esofagus
bagian bawah. Mual terjadi akbit penurunan asam hidroklorid dan
penurunan motalitas, serta konstipasi sebagai akibat penurunan
motilitas usus besar (Prawirohardjo, 2010).
10)Traktur urinarius
Pada bulan – bulan pertama kehamilan kandung kemih
akan tertekan oleh uterus yang mulai membesar sehingga
menimbulkan sering berkemih. Keadaan ini akan hilang dengan
Pada akhir kehamilan, jika kepala janin sudah mulai turun ke pintu
atas panggul, keluhan itu akan timbul kembali.
Ginjal akan membesar, glumerular filtration rate, dan retal
plasma flow juga akan meningkat. Pada eksresi akan dijumpai
kadar asam amino dan vitamin yang larut air dalam jumlah yang
lebih banyak. Glukosauria juga merupakan suatu hal yang umum,
tetapi kemungkinan adanya diabetes miletus juga tetap harus
diperhitungkan. Sementara itu, protein uria dan hematuria
merupakan suatu hal yang abnormal (Prawirohardjo, 2010).
11)Sistem endokrin
Selama kehamilan normal kelenjar hipofisis akan
membesar 135 %. Akan tetapi, kelenjar ini tidak begitu
mempunyai arti penting dalam kehamilan. Hormon prolaktin akan
meningkat 10 x lipat pada saat kehamilan aterm. Sebaliknya,
setelah persalinan konsentrasinya pada plasma akan menurun.
Konsentrasi plasma hormon pratiroid akan menurun pada trimester
pertama dan kemudian akan meningkat secara progesif. Aksi yang
penting dari hormo pratiroid ini adalah untuk memasok janin
dengan kalsiu yang adekuat. Selain itu, juga diketahui mempunyai
peran dalam produksi peptida pada janin, plasenta, dan ibu
12)Sistem muskuloskeletal
Lordosis yang progresif akan menjadi bentuk yang umum
pada kehamilan. Akibat kompensasi dari pembesaran uterus ke
posisi anterior, lordosis menggeser pusat daya berat kebelakang
kearah dua tungkai. Sendi sakroiliaka, sakrokoksigis dan pubis
akan meningkat mobilitasnya, yang diperkirakan karena pengaruh
hormonal. Mobilitas tersebut dapat mengakibatkan perubahan
sikap ibu dan pada akhirnya menyebabkan perasaan tidak enak
pada bagian bawah punggung terutama pada akhir kehamilan
(Prawirohardjo, 2010).
d. Tanda dan Gejala kehamilan
1) Tanda tidak pasti hamil
a) Amenore
Tidak terjadi menstruasi karena proses konsepsi dan nidasi.
b) Mual muntah di pagi hari (moorning sickness).
c) Sering buang air kecil.
d) Mengidam (ingin makanan khusus).
e) Tidak ada selera makan (anoreksia).
f) Lelah (fatigue).
g) Payudara membesar, tegang dan sedikit nyeri, disebabkan
pengaruh esterogen dan progesteron yang merangsang duktus
h) Miksi sering, karena kandung kemih tertekan oleh rahim yang
membesar. Gejala itu akan hilang pada triwulan kedua
kehamilan. Pada akhir kehamilan, gejala tersebut muncul
kembali karena kandung kemih ditentukan ditekan oleh kepala
janin.
i) Konstipasi/obstipasi karena tonus otot – otot usus menurun
oleh pengaruh hormon steroid.
j) Pigmentasi kulit oleh pengaruh hormon kortikosteroid plasenta,
dijumpai dimuka (chloasma gravidarum), aerola payudara,
leher, dan didnding perut (linea nigra).
k) Pemekaran vena – vena (varises) dapat terjadi pada kaki, betis,
dan vulva, biasanya dijumpai pada triwulan akhir (Mochtar,
2012).
2) Tanda mungkin hamil
Menurut Mochtar (2012) ada beberapa tanda mungkin hamil, yaitu:
a) Perut membesar.
b) Uterus membesar
Terjadi perubahan dalam bentuk, besar, dan konsistensi rahim.
c) Tanda Hegar
Ditemukannya serviks dan isthmus uteri yang lunak pada
d) Tanda Chadwick
Perubahan warna menjadi kebiruan yang terlihat di porsio,
vagina, dan labia. Tanda tersebut timbul akibat pelebaran vena
karena peningkatan kadar esterogen
e) Tanda Piskacek
Pembesaran dan pelunakan rahim ke salah satu sisi rahim yang
berdekatan dengan tuba uteria. Biasanya, tanda ini ditemukan
di usia kehamilan 7 – 8 minggu.
f) Kontraksi – kontraksi kecil uterus jika dirangsang = Braxton –
Hicks.
g) Teraba ballotement.
h) Reaksi kehamilan positif.
3) Tanda pasti hamil
Menurut Mochtar (2012), tanda pasti hamil, yaitu :
a) Gerakan janin yang dapat dilihat atau dirasakan atau diraba,
juga bagian – bagian jani.
b) Denyut jantung janin
DJJ dapat didengar dengan stetoskop- monoaural Laennec,
dicatat dan didengar dengan alat dopler, dicatat dengan
foto-elektrokardiogram. Dilihat pada USG.
c) Bagian – bagian janin
e. Perubahan psikologis dalam kehamilan
Menurut Sulistyawati (2013), perubahan psikologis yang dalami ibu
hamil, yaitu :
1) Trimester 1 (periode penyesuaian)
a) Ibu merasa tidak sehat dan kadang merasa benci dengan
kehamilannya.
b) Kadang muncul penolakan, kekecewaan, kecemasan, dan
kesedihan. Bahkan kadang ibu berharap agar dirinya tidak
hamil saja.
c) Ibu akan selalu mencari tanda – tanda apakah ia benar – benar
hamil. Hal ini dilakukan hanya sekedar untuk meyakinkan diri.
d) Setiap perubahan yang terjadi dalam dirinya akan selalu
mendapat perhatian dengan seksama.
e) Oleh karena perutnya masih kecil, kehamilan merupakan
rahasia seorang ibu yang mungkin akan diberitahukannya
kepada orang lain atau malah mungkin dirahasiakan.
f) Hasrat untuk melakukan hubungan seks berbeda – beda pada
setiap wanita, tetapi kebanyakan akan mengalami penurunan.
2) Trimester II (periode kesehatan yang baik).
a) Ibu merasa sehat, tubuh ibu sudah terbiasa dengan kadar
hormon yang tinggi.
b) Ibu sudah bisa menerima kehamilannya.
d) Merasa terlepas dari ketidaknyamanan dan kekhawatiran.
e) Libido meningkat.
f) Menuntut perhatian dan cinta.
g) Merasa bahwa bayi sebagai individu yang merupakan bagian
dari dirinya.
h) Hubungan sosial meningkat dengan wanita hamil lainnya atau
pada orang lain yang baru menjadi orang tua.
3) Trimester III (periode penantian dengan penuh kewaspadaan).
a) Rasa tidak nyaman timbul kembali, merasa dirinya jelek, aneh,
dan tidak menarik.
b) Merasa tidak menyenangkan ketika bayi tidak lahir tepat waktu.
c) Takut akan rasa sakit dan bahaya fisik yang timbul pada saat
melahirkan, khawatir akan keselamatannya.
d) Khawatir bayi akan dilahirkan dalam keadaan tidak normal,
bermimpi yang mencerminkan perhatian dan kekhawatirannya.
e) Merasa sedih karena akan terpisah dari bayinya.
f) Merasa kehilangan perhatian.
g) Perasaan mudah terluka.
h) Libido menurun.
f. Tanda bahaya pada kehamilan
1) Mual muntah terus menerus dan tidak mau makan.
didaerah endemis malaria, menunjukan adanya gejala penyakit
malaria.
3) Terasa sakit pada saat kencing atau keluar keputihan atau
4) gatal – gatal di daerah genetalia.
5) Batuk lama (lebih dari 2 minggu).
6) Jantung berdebar – debar atau nyeri di dada.
7) Diare berulang.
8) Sering merasa cemas dan susah tidur.
9) Bengkak pada kaki, tangan, dan wajah.
10)Sakit kepala disertai kejang.
11)Janin dirasakan kurang bergerak dibandingkan sebelumnya.
12)Perdarahan pada hamil muda dan hamil tua.
13)Air ketuban keluar sebelum waktunya.(Buku KIA tahun 2016).
g. Komplikasi dalam kehamilan
1) Abortus
2) Kehamilan ektopik terganggu (KET)
3) Mola hidatidosa
4) Plasenta previa
5) Solusio plasenta
6) Hipertensi
7) Preeklamsi dan eklamsi
h. Asuhan Antenatal
Asuhan antenatal adalah upaya preventif program pelayanan
kesehatan obstetrik untuk optimalisasi maternal dan neonatal melalui
serangkaian kegiatan pemantauan rutin selama kehamilan
(Prawirohardjo, 2010).
Pelayanan antenatal yang dilakukan diupayakan memenuhi
standar kualitas, yaitu :
1) Penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan.
2) Pengukuran tekanan darah.
3) Pengukuran Lingkar Lengan Atas (LILA).
4) Pengukuran tinggi puncak rahim (fundus uteri).
5) Penentuan status imunisasi tetanus dan pemberian imunisasi
tetanus toksoid sesuai status imunisasi.
6) Pemberian tablet tambah darah minimal 90 tablet selama
kehamilan.
7) Penentuan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ).
8) Pelaksanaan temu wicara (komunikasi interpersonal dan
konseling).
9) Pelayanan tes laboratorium sederhana minimal tes Hemoglobin
(Hb), protein urin, dan golongan darah (bila belum pernah
dilakukan sebelumnya).
i. Jadwal kunjungan ANC
j. Pemeriksaan penunjang dalam kehamilan
1. Laboratorium :
a) Analisis urin rutin
b) Analisis tinja rutin
c) Hb, MCV
d) Golongan darah
e) Hitung jenis sel darah
f) Gula darah
g) Antigen Hepatitis B Virus
h) Antibodi rubella
i) HIV/VDRL
USG (Ultrasonografi) Rutin pada kehmilan 18 – 22 minggu
untuk identifikasi kelainan janin (Prawirohardjo, 2010)
2. Persalinan a. Definisi
(janin + uri) yang dapat hidup ke dunia luar, dari rahim melalui jalan
lahir atau dengan jalan lain (Mochtar, 2012).
Persalinan adalah pengeluaran hasil konsepsi yang telah cukup
bulan melalui jalan lahir ataupun jalan lain dengan bantuan ataupun
tanpa bantuan (Manuaba. 2010).
Persalinan adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada
kehamilan cukup bulan (37 – 42) minggu, lahir spontan dengan
presentasi belakang kepala yang berlangsung selama 18 jam, tanpa
komplikasi baik pada ibu maupun pada jalan lahir (Prawirohardjo,
2008).
Dari beberapa pengertian di atas disimpulkan bahwa
persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi yang telah cukup
bulan (37 - 42) minggu, melalui jalan lahir ataupun jalan lain, dengan
bantuan ataupun tanpa bantuan.
b. Macam – macam persalinan
Ada beberapa macam persalinan menurut Mochtar (2012),
yaitu :
1) Menurut cara persalinan
a) Persalinan spontan
Persalinan yang berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri
melalui jalan lahir ibu.
b) Persalinan buatan
Ekstrasi Vakum, forcep, atau dilakukan operasi Sectio
Caesaria.
c) Persalinan anjuran
Persalinan yang dimulai tidak dengan sendirinya tapi harus
berlangsung setelah pemecahan ketuban, pemberian pitocin,
atau prostaglandin.
2) Menurut tua (umur) kehamilan :
a) Abortus
Abortus (keguguran) adalah terjadinya kelahiran sebelum janin
dapat hidup (Viabel), berat janin dibawah 1000 gram, tua
kehamilan dibawah 28 minggu.
b) Partus prematurus
Partus prematurus adalah persalinan atau pengeluaran hasil
konsepsi pada kehamilan 28 – 36 minggu, janin dapat hidup
tetapi prematur, berat janin 1000 – 2500 gram.
c) Partus maturus atau aterm (cukup bulan)
Adalah partus pada kehamilan 37 – 40 minggu, janin matur,
berat badan diatas 2500 gr.
d) Partus post maturus (serotinus)
Adalah persalinan yang terjadi 2 minggu atau lebih setelah
waktu partus yang ditaksirkan, janin disebut post matur.
e) Partus presipitatus
f) Partus percobaan
Partus percobaan adalah suatu proses penilaian kemajuan
persalinan untuk memperoleh bukti tentang ada atau tidaknya
disporsisepalovelik.
c. Penyebab terjadinya persalinan
Menurut Mochtar (2012) sebab – sebab yang menimbulkan persalinan
yaitu:
1) Teori penurunan hormon
1-2 minggu sebelum partus, mulai terjadi penurunan
hormon esterogen dan progesteron yang bekerja sebagai penenang
otot – otot polos rahim. Karena itu, akan terjadi kejangan pembuluh
darah yang menimbulkan his jika kadar progesteron turun.
2) Teori plasenta menjadi tua
Penuaan plasenta akan menyebabkan turunya kadar
esterogen dan progesteron sehingga terjadi kekejangan pembuluh
darah. Hal tersebut akan menimbulkan kontraksi rahim.
3) Teori distensi rahim
Rahim menjadi besar dan meregang menyebabkan iskemia
otot – otot rahim sehingga mengganggu sirkulasiutero plasenta.
4) Teori iritasi mekanik
Dibelakang serviks terletak ganglion servikale dan apabila
ganglion tersebut digeser dan ditekan misalnya oleh kepala janin,
5) Induksi partus
Partus dapat pula ditimbulkan dengan :
a) Gagang laminaria : beberapa laminaria dimasukan kedalam
kanalis servisis dengan tujuan merangsang pleksus
frankehauser.
b) Amniotomi : pemecahan ketuban.
c) Tetesan oksitosin : pemberian oksitosin melalui tetesan per
infus.
d. Faktor – faktor yang mempengaruhi persalinan
1) Power (His dan tenga meneran ibu)
2) Passage (jalan lahir)
3) Passager (janin dan plasenta)
4) Psikis ibu berupa cemas, khawatir, tidak percaya diri bahwa
persalinan dapat berlangsung lancar.
5) Penolong (mengantisipasi dan menangani komplikasi persalinan).
menurut Mochtar, Roestam. (2012).
e. Tanda – tanda persalinan
Menurut Mochtar. (2012) tanda – tanda persalinan yaitu :
1) Lightening atau setting atau dropping yaitu kepala turun memasuki
pintu atas panggul.
2) Perut kelihatan lebih melebar, fundus uteri turun.
3) Sering buang air kecil atau sulit berkemih (polakusiria) karena
4) Perasaan nyeri diperut dan dipinggang oleh adanya kontraksi –
kontraksi lemah uterus, kadang – kadang disebut “false pain
labour”.
5) Serviks menjadi lembek, mulai mendatar, sekresinya bertambah
dan kadang bercampur darah (bloody show).
6) Rasa nyeri oleh adanya his yang datang lebih kuat, sering, dan
teratur.
7) Keluar lendir bercampur darah yang lebih banyak karna robekan –
robekan kecil pada serviks.
8) Kadang – kadang ketuban pecah dengan sendirinya.
9) Pada pemeriksaan dalam, serviks mendatar dan telah ada
pembukaan.
f. Mekanisme persalinan
Menurut Modul Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru
Lahir. (2016) mekanisme dalam persalinan yaitu:
1) Masuknya kepala janin dalam PAP
a) Masuknya kepala kedalam PAP terutama pada primigravida
terjadi pada bulan terakhir kehamilan, tetapi pada multipara
biasanya terjadi pada permulaan persalinan.
b) Masuknya kepala janin kedalam PAP biasanya dengan sutura
sagitalis melintang menyesuaikan dengan letak punggung
(Contoh: apabila dalam palpasi didapatkan punggung kiri maka
sebaliknya apabila didapatkan punggung kanan maka sutura
sagitalis melintang kekanan/posisi jam 9) dan pada saat itu
kepala dalam posisi fleksi ringan.
c) Jika sutura sagitalis dalam diameter anteroposterior dari PAP
maka masuknya kepala akan menjadi sulit karena menempati
ukuran yang terkecil dari PAP.
d) Jika sutura sagitalis di posisi tengah – tengah jalan lahir yaitu
tepat diantara syimpisis dan promotorium maka dikatakan
dalam posisi “synclitimus” pada posisi synclitismus os
parietale depan dan belakang sama tingginya.
e) Jika sutura sagitalis agak kedepan mendekati symphisis atau
agak keblakang mendekati promotorium, maka yang kita
hadapi adalah posisi “asinklitismus”.
f) Asyclitismus posterior adalah posisi sutura sagitalis mendekati
symphisis dan os parietale belakang lebih rendah dari os
parietale depan.
g) Asyclitismus anterior adalah posisi sutura sagitalis mendekati
promotorium sehingga os parietale depan lebih rendah dari os
parietale blakang.
h) Pada saat kepala masuk PAP biasanya dalam posisi
asynclitismus posterior ringan. Pada saat kepala janin masuk
2) Majunya kepala janin
a) Pada primi gravida majunya kepala terjadi setelah kepala
masuk kedalam rongga panggul dan biasanya baru mulai pada
kala II.
b) Pada multi gravida masuknya kepala dan majunya kepala ke
dalam rongga panggul terjadi bersamaan.
c) Majunya kepala bersamaan dengan gerakan – gerakan yang
lain, yaitu : fleksi, putaran paksi dalam dan ekstensi.
d) Majunya kepala disebabkan karena :
(1)Tekanan cairan intravena
(2)Tekanan langsung oleh fundus uteri oleh bokong
(3)Kekuatan mengejan
(4)Melurusnya badan bayi oleh perubahan bentuk Rahim
3) Fleksi
a) Fleksi kepala janin memasuki ruang panggul dengan ukuran
yang paling kecil yaitu dengan diameter subbucipto
bregmatikus (9,5 cm) menggantikan subbocipto frontalis (11
cm).
b) Fleksi disebabkan karena janin didorong maju dan sebaliknya
mendapat tekanan dari pinggir PAP, cervix, dinding panggul
atau dasar panggul.
c) Akibat adanya dorongan diatas kepala janin menjadi fleksi
karena adanya moment yang menimbulkan fleksi lebih besar
d) Sampai di dasar panggul kepala janin bearada dalam posisi
fleksi maksimal. Kepala turun menemui diafragma pelvis yang
berjalan dari belakang atas ke bawah depan.
e) Akibat kombinasi elastisitas diafragma pelvis dan tekanan intra
uterin yang disebabkan oleh his yang berulang – ulang, kepala
mengadakan rotasi yang disebut sebagai putaran paksi dalam.
4) Putar paksi dalam
a) Putaran paksi dalam adalah pemutaran dari bagian depan
sedemikian rupa sehingga bagian terendah dari bagian depan
memutar kedepan kebawah symphisis.
b) Pada presentasi belakang kepala bagian terendah adalah daerah
ubun – ubun kecil dan bagian ini akan memutar kedepan
kebawah symphisis.
c) Putaran paksi dalam mutlak diperlakukan untuk kelahiran
kepala, karena putaran paksi merupakan suatu usaha untuk
menyesuaikan posisi kepala dengan bentuk jalan lahir
khususnya bentuk bidang tengah dan pintu bawah panggul.
d) Putaran paksi dalam terjadi bersamaan dengan majunya kepala
dan tidak terjadi sebelum kepala sampai di Hodge III, kadang –
kadang baru terjadi setelah keapala sampai didasar panggul.
e) Sebab – sebab terjadinya putaran paksi dalam :
(1) Pada letak fleksi, bagian kepala merupakan bagian terendah
(2) Bagian terendah dari kepala mencari tahanan yang paling
sedikit terdapt sebelah depan atas dimana terdapat hiatus
genitalis antara muskulus levator ani kiri dan kanan.
(3) Ukuran terbesar dari bidang tengah panggul ialah diameter
anteroposterior.
5) Ekstensi
a) Setelah putaran paksi dalam selesai dan kepala sampai didasar
panggul, terjadilah ekstensi atau defleksi dari kepala. Hal ini
disebabkan karena sumbu jalan lahir pada pintu bawah pangul
mengarah kedepan di atas, sehingga kepala harus mengadakan
ekstensi untuk dapat melewati pintu bawah panggul.
b) Dalam rotasi UUK akan berputar kearah depan, sehingga
didasar panggul UUK berada dibawah simpisis, dengan
suboksiput dengan hipokmolion kepala mengadakan gerakan
defleksi untuk dapat dilahirkan.
c) Pada saat ada His vulva akan lebih membuka dan kepala janin
semakin menampak. Perinium menjadi semakin lebar dan tipis,
anus membuka dinding rektum.
d) Dengan kekuatan his dan kekuatan mengejan, maka berturut –
turut tampak bregmatikus, dahi, muka, dan akhirnya dagu
dengan gerakan ekstensi.
e) Sesudah kepala lahir, kepala segera mengadakan rotasi yang
6) Putaran paksi luar
a) Putaran paksi luar adalah gerakan kembali sebelum putaran
paksi dalam terjadi, untuk menyesuaikan kedudukan kepala
dengan punggung janin.
b) Bahu melintasi PAP dalam posisi miring.
c) Didalam rongga panggul bahu akan menyesuaikan diri dengan
bentuk panggul yang dilaluinya hingga didasar panggul,
apabila kepala telah dilahirkan bahu akan berada dalam posisi
depan belakang.
d) Selanjutnya dilahirkan bahu depan terlebih dahulu baru
kemudian bahu belakang, kemudian bayi lahir seluruhnya.
g. Tahapan persalinan
Proses persalinan terdiri dari 4 kala, yaitu :
1) Kala I Persalinan
Kala I adalah kala pembukaan, yaitu dimulai sejak
terjadinya kontraksi uterus dan pembukaan servik hingga mencapai
pembukaan lengkap (10 cm). Persalinan kala I berlangsung 18 – 24
jam dan terbagi menjadi dua fase yaitu:
a) Fase laten persalinan
Dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan penipisan dan
pembukaan serviks secara bertahap. Pembukaan servix kurang
b) Fase aktif persalinan
Fase ini dibagi menjadi tiga fase yaitu akselerasi, dilatasi
maximal, dan deselerasi. Frekuensi dan lama kontraksi uterus
umumnya meningkat (kontraksi dianggap adekuat/ memadai
jika terjadi 3 kali dalam waktu 10 menit dan berlangsung
selama 40 detik atau lebih). Serviks membuka dari 4 – 10 cm,
biasanya dengan kecepatan 1 cm atau lebih per jam hingga
pembukaan lengkap (10 cm). Dalam fase aktif juga terjadi
penurunan pada bagian terendah janin. (Modul Asuhan
Kebdanan Persalinan dan Bayi Baru Lahir. 2016).
2) Kala II Persalinan
Kala II dimulai dari pembukaan lengkap dari serviks dan
berakhir dengan lahirnya bayi. Proses ini berlangsung 2 jam pada
primigravida dan 1 jam pada multigravida.
Tanda – tanda kala II, yaitu :
a) Ibu ingin meneran
b) Perinium menonol
c) Vulva vagina dan sphingter anus membuka
d) Jumlah pengeluaran air ketuban meningkat
e) His lebih kuat dan lebih cepat 2 – 3 menit sekali
f) Pembukaan lengkap (10 cm)
g) Pada primigragravida rata – rata berlangsung 1,5 jam dan
3) Kala III Persalinan
Kala III adalah kala pengeluaran uri, kala III dimulai dari
setelah lahirnya bayi dan berakhir setelah lahirnya plasenta dan
selaput ketuban. Berlangsung tidak lebih dari 30 menit.
Tanda – tanda pengeluaran plasenta :
a) Uterus globuler
b) Ada semburan darah tiba – tiba dari vulva
c) Tali pusat memanjang
(Modul Asuhan Kebidanan Perssalinan dan Bayi Baru Lahir.2016).
4) Kala IV Persalinan
Kala IV adalah kala pemantauan pada ibu pasca persalinan,
yang dimulai dari setelah lahirnya plasenta sampai sampai dua jam
setelah plasenta lahir.
Pemantauan kala IV dilakukan 15 menit pada jam pertama
setelah kelahiran plasenta, 30 menit pada jam ke dua setelah
kelahiran plasenta, jika kondisi ibu tidak setabil, perlu di pantau
lebih sering.
Observasi yang dilakukan dalam kala IV yaitu:
a) Tingkat kesadaran penderita
b) Pemeriksaan tanda – tanda vital
c) Kontraksi uterus
d) Perdarahan, dianggap masih normal bila jumlahnya tidak
melebihi 400 – 500 cc.
h. Perubahan fisiologis dalam persalinan
1) Perubahan uterus
Selama persalinan, uterus berubah bentuk menjadi dua
bagian yang berbeda. Segmen atas yang berkontraksi secara aktif
menjadi lebih tebal ketika persalinan berlangsung. Bagian bawah,
relatif pasif dibanding dengan segmen atas, dan bagian ini
berkembang menjadi jalan lahir yang berdinding jauh lebih tipis.
Seandainya seluruh dinding otot uterus, termasuk segmen bawah
uterus dan serviks, berkontraksi secara bersamaan dan dengan
intensitas yang sama, maka gaya dorong persalinan akan lebih jelas
menurun. Disinilah letak pentingnya pembagian uterus menjadi
segmen atas yang aktif berkontraksi dan segmen bawah yang lebih
pasif yang berbeda bukan hanya secara anatomik melainkan juga
secara fisiologik. Segmen atas berkonteraksi, mengalami retraksi,
dan mendorong janin keluar, sebagai respon terhadap gaya dorong
kontraksi segmen atas, sedangkan segmen bawah uterus dan
serviks akan semakin lunak berdilatasi dan dengancara demikian
membentuk suatu saluran muskular dan fibromuskular yang
menipis sehingga janin dapat menonjol keluar (Prawirohardjo,
2010).
2) Perubahan bentuk uterus
Setiap kontraksi menghasilkan pemanjangan uterus
perubahan ini, ada efek – efek penting pada proses persalinan,
yaitu :
a) Pengurangan diameter horizontal menimbulkan pelurusan
klumna vertebralis uteri, sementara kutub bawah didorong
lebih jauh kebawah dan menuju ke panggul. Pemanjangan janin
ini berbentuk ovoid yang ditimbulkannya dperkirakan telah
mencapai antar 5 sampai 10 cm, tekanan yang diberikan
dengan cara ini dikenal sebagai tekanan sumbu janin.
b) Dengan memanjangnya uterus serabut longetudinal ditarik
tegang dan karena segmen bwh dan serviks merupakan satu –
satunya bagian uterus yang fleksibel, bagian ini ditarik keatas
pada kutub bawah janin. Efek ini merupakan faktor yang
penting untuk dilatasi seviks pada otot – otot segmen bawah
dan serviks.
c) Perubahan serviks
(1) Pendataran serviks/effacement
Pendataran serviks adalah pemendekan kanalis servikalis
dari 1 – 2 cm menjadi satu lubang saja dengan pinggir yang
tipis.
(2) Pembukaan serviks
Pembesaran dari ostium eksternum yang terjadinya berupa
suau lubang dengan diameter beberapa milimeter menjadi
dilalui bayi. Saat pembukaan lengkap, bibir portio tidak
teraba lagi. SBR, serviks dan vagina tlah merupakan satu
saluran.
(Modul Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru Lahir.
2016 ).
Perubahan pada sistem urin
Ibu bersalin akan ingin sering kencing karena
kandung kemih tertekan kepala janin. Pada saat persalinan
terjadi poli uri karena peningkatan cardiac akibat
peningkatan glomelurus dan peningkatan aliran plasma
darah.
3) Perubahan pada vagina dan dasar panggul
Pada kala I ketuban ikut meregangkan bagian atas vagina
sehingga dapat dilalui bayi. Setelah ketuban pecah, segala
perubahan terutama pada dasar panggul yang ditimbulkan oleh
bagian depan bayi menjadi saluran dengan dinding yang tipis. Saat
kepala sampai divulva, lubang vulva menghadap kedepan atas.
Dari luar peregangan oleh bagian depan nampak pada perinium
yang menonjol dan menjadi tipis sedangkan anus menjadi terbuka.
Regangan yang kuat ini dimungkinkan karena bertambahnya
pembuluh darah pada bagian vagina dan dasar panggul, tetapi
kalau jaringan tersebut robek akan menimbulkan perdarahan
4) Perubahan sistem kardiovaskuler
Selama persalinan, curah jantung meningkat 40% sampai
50% dibandingkan dengan kadar sebelum persalinan dan sekitar
80% sampai 100% dibandingkan dengan kadar sebelumnya.
Penngkatan curah jantung ini terjadi karena pelepasan katekolamin
akibat nyeri dan kontraksi otot abdomen dan uterus. Seiring dengan
kontraksi uterus sekitar 300 samapi 500 ml darah dipindahkan
kevolume darah sentral.
Jika wanita mengejan dengan kuat terjadi kompensasi
tekanan darah, seringkali terjadi penurunan tekanan darah secara
dramatis saat wanita berhenti mengejan diakhir kontraksi.
Perubahan lain dalam persalinan mencangkup peningkatan denyut
nadi secara perlahan tapi pasti sampai sekitar 100 kali per menit
pada persalinan kala II. Frekuensi denyut nadi dapat ditingkatkan
lebih jauh oleh dehidrasi, perdarahan, ansietas, nyeri dan obat –
obatan tertentu.
Karena perubahan kardiovaskuler yang terjadi selama
kontraksi uterus, pengkajian paling akurat untuk mengkaji tanda –
tanda vital maternal adalah diantara waktu knteraksi. Pengaturan
posisi memiliki evek yang besar pada curah jantung. Membalikan
posisi wanita bersalin dari miring keterlentang menurunkan curah
Tekanan darah meningkat selama konteraksi, kenaikan sistole 10 – 20 mmHg,
kenaikan diastol 5 – 10 mmHg, diantara kontraksi tekanan kembali pada level
sebelum persalinan. Posisi berbaring miring akan mengurangi terjadinya
perubahan tekanan darah selama proes konteraksi. Rasa sakit / nyeri, takut dan
cemas juga dapat meningkatkan tekanan darah.
Kenaikan detak jantung berkaitan dengan peningkatan
metabolisme. Secara dramatis detak jantung naik selama uterus
berkontraksi. Antara kontraksi sedikit meningkat dibandingkan
sebelum persalinan (Modul Asuhan Kebidanan Persalinan dan
Bayi Bru lahir. 2016).
5) Perubahan pada metabolisme karbohidrat dan basal metabolisme
rate
Pada saat mulai persalinan, terjadi penurunan hormon
progesteron yang mengakibatkan perubahan pada sistem
pencernaan menjadi lebih lambat sehingga makanan lebih lama
tinggal di lambung, akibatnya banyak ibu bersalin yang mengalami
obstivasi atau peningkatan getah lambung sehingga terjadi mual
dan muntah.
Metabolisme krbohidrat aerob dan anaerob meningkat
secara perlahan yang terjadi akibat aktivitas otot rangka dan
kecemasan ibu. Peningkatan ini ditandai dengan adanya
peningkatan suhu badan ibu, pernafasan, nadi, cardiac out put dan
hilangnya cairan.
kontraksi dan tenaga mengejan yang mebutuhkan energi yang
besar, maka pembuangan juga akan lebih tinggi dan suhu tubuh
meningkat. Suhu tubuh akan sedikit meningkat (0,5 - 1 ) selama
proses persalinan dan akan segera turun setelah proses persalinan
selesai. Hal ini disebabkan karena adanya peningkatan
metabolisme tubuh (Modul Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi
Baru Lahir. 2016).
6) Perubahan pada system pernafasan
Dalam persalinan, ibu mengeluarkan lebih banyak
dalam setiap nafas. Selama kontraksi uterus yang kuat, frekuensi
dan kedalaman pernafasan meningkat sbagai respon terhadap
peningkatan kebutuhan oksigen akibat pertambahan laju metabolik.
Rata – rata menurun dari 32 mmHg pada awal persalinan
menjadi 22 mmHg pada akhir kala I. Menahan nafas selama kala II
persalinan dapat mengurangi pengeluaran .
Masalah yang umum terjadi adalah hiperventilasi maternal,
yang menyebabkan kadar menurun dibawah 16 sampai 18
mmHg. Kondisi ini dapat dimanifestasikan dengan kesemutan pada
tangan dan kaki, kebas dan pusing. Jika pernafasan dangkal dan
berlebihan, situasi kebalikan dapat terjadi karena volume rendah.
Mengejan yang berlebihan dan berkepanjangan selama kala II
dapat menyebabkan penurunan oksigen sebagai akibat sekunder
uterus dan peningkatan metabolisme dan diafragma tertekan oleh
janin. Hiperventilasi yang lama dianggap tidak normal dandapat
menyebabkan terjadinya alkalosis (Modul Asuhan Kebidanan
Persalinan dan Bayi Baru Lahir. 2016).
7) Perubahan pada gastrointestinal
Motilitas lambung dan absorbsi makanan padat berkurang
selama persalinan dengan berkurangnya getah lambung
menyebabkan aktivitas pencernaan berkurang (Modul Asuhan
Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru Lahir. 2016).
8) Perubahan haemoglobin
Haemoglobin meningkat selama persalinan dan kembali
pada hari pertama pasca persalinan. Terjadi peningkatan leukosit
progresif pada awal kala I dan mencapai ukuran jumlah maksimal
pada pembukaan lengkap (Modul Asuhan Kebidanan Persalinan
dan Bayi Baru Lahir. 2016).
i. Komplikasi dalam persalinan
1) Persalinan premature
Persalinan yang terjadi pada usia kehamilan kurang dari 37 minggu
yang membutuhkan pemantauan yang ketat terhadap kemungkinan
komplikasi lain yang timbul (Varney, 2008).
2) Ketuban pecah dini
Ketuban yang pecah tanpa memandang usia kehamilan dan
(Varney, 2008).
3) Amnionitis dan karioamnionitis
Infeksi dari selaput ketuban maupun ketuban yang pecah lebih dari
24 jam tanpa adanya tanda – tanda persalinan (Varney, 2008).
4) Prolaps tali pusat
Menumbungnya tali pusat kedalam serviks setelah selaput ketuban
pecah (Varney, 2008).
j. Asuhan kebidanan pada persalinan normal (APN)
Menurut (Prawirohardjo, Sarwoni. 2010), asuhan persalinan normal
ada 60 langkah, yaitu :
Melihat Tanda Dan Gejala Kala Dua
1) Mengamati tanda dan gejala persalinan kala dua
a) Ibu mempunyai keinginan untuk meneran.
b) Ibu merasa tekanan yang semakin meningkat pada rektum
dan/atau vaginanya.
c) Perineum menonjol.
d) Vula – vagina dan sfingter anal membuka.
Menyiapkan Pertolongan Persalinan
2) Memastikan perlengkapan, bahan, dan obat – obatan esensial siap
digunakan. Mematahkan ampul oksitosin 10 IU dan menempatkan
tabung suntik steril sekali pakai di dalam partus set.
3) Mengenakan baju penutup atau clemek plastik yang bersih.
mengeringkan tangan dengan handuk satu kali pakai/ pribadi yang
bersih.
5) Memakai sarung tangan DTT atau steril untuk semua pemeriksaan
dalam.
6) Mengisap oksitosin 10 IU kedalam tabung suntik (dengan
memakai sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi atau steril) dan
meletakan kembali partus set / wadah disinfeksi tingkat tinggi atau
steril tanpa mengontaminasi taung suntik).
Memastikan Pembukaan Lengkap Dengan Janin Baik
7) Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati –
hati dari depan kebelakang dengan menggunakan kapas atau kasa
yang sudah dibasahi air disinfeksi tingkat tinggi. Jika mulut vagina,
perineum, atau anus terkontaminasi oleh kotora ibu, membersihkan
dengan seksama dengan cara menyeka dari depan ke belakang.
Membuang kapas atau kasa yang terkontaminasi dalam wadah
yang benar. Mengganti sarung tangan jika terkontaminasi
(meletakan kedua sarung tangan tersebut dengan benar didalam
larutan dekontaminasi).
8) Dengan menggunakan teknik aseptik, melakukan pemeriksaan
dalam untuk memastikan bahwa pembukaan serviks sudah
lengkap. Bila selaput ketuban belum pecah, sedangkan pembukaan
sudah lengkap maka lakukan amniotomi.
yang masih memakai sarung tangan kotor kedalam larutan klorin
0,5% dan kemudian melepaskannya dalam keadaan terbalik serta
merendamnya di dalam larutan 0,5% selama 10 menit. Mencuci
kedua tangan dengan sabun dan air bersih yang mengalir.
10)Memastikan Denyut Jantung Janin (DJJ) setelah kontraksi berakhir
untuk memastikan bahwa DJJ dalam batas normal (100 – 180
kali/menit). Mengambil tindakan yang sesuai jka DJJ tidak normal,
mendokumentasikan hasil – hasil pemeriksaan dalam, DJJ, dan
semua hasil – hasil penilaian serta asuhan lainnya pada partograf.
Menyiapkan Ibu dan Keluarga untuk Membantu Proses Pimpinan Meneran
11)Memberi tahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin
baik. Membantu ibu beradadalam posisi yang nyaman sesuai
dengan keinginannya.
a) Menunggu hingga ibu mempunyai keinginan untuk meneran.
Melanjutkan pemantauan kesehatan dan kenyamanan ibu serta
janin sesuai dengan pedoman persalinan aktif dan
mendokumentasikan temuan – temuan.
b) Menjelaskan kepada anggota keluarga bagaimana mereka dapat
mendukung dan memberi semangat kepada iu saat mulai
meneran.
12)Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk
13)Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang
kuat untuk meneran :
a) Membimbing ibu untuk meneran saat mempunyai keinginan
untuk meneran.
b) Mendukung dan memberi semangat atas usaha ibu untuk
meneran.
c) Membantu ibu untuk mengambil posisi yang nyaman sesuai
dengan pilihannya (tdak meminta ibu berbaring terlentang).
d) Menganjurkan ibu untuk beristirahat diantara kontraksi.
e) Menganjurkan keluarga untuk mendukung dan memberi
semangat pada ibu.
f) Menganjurkan asupan cairan per oral.
g) Menilai DJJ setap lima menit.
h) Jika bayi belum lahir atau kelahiran bayi belum akan terjadi
segera dalam waktu 120 menit (2 jam) meneran untuk ibu
primipara atau 60 menit (1 jam) untuk ibu multipara, merujuk
segera. Jika ibu tidak mempunyai kenginan untuk meneran.
i) Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok, atau mengambil
posisi yang aman. Jika ibu belum ingin meneran dalam 60
menit, anjurkan ibu untuk mulai meneran pada puncak
kontraksi – kontraksi tersebut dan beristirahat diantara
kontraksi.
segera setelah 60 menit meneran, merujuk ibu dengan segera.
Persiapan Pertolongan Kelahiran Bayi
14)Jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5 – 6 cm,
letakan handuk bersih diatas perut ibu untuk mengeringkan bayi.
15)Meletakan kain yang bersih dilipat 1/3 bagian, di bawah bokong.
16)Membuka partus set.
17)Memakai sarung tangan DTT atau steril pada kedua tangan.
Menolong Kelahiran Bayi
Lahirnya kepala
18)Saat kepala bayi membuka vulva dengan diameter 5 – 6 cm,
lindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi kain tadi,
letakkan tangan yang lain di kepala bayi dan lakukan tekanan yang
lembut dan tidak menghambat pada kepala bayi, membiarkan
kepala keluar perlahan- lahan. Menganjurkan ibu untuk meneran
perlahan – lahan atau bernafas cepat saat kepala bayi lahir.
19)Dengan lembut menyeka muka, mulut, dan hidung bayi degan kain
atau kasa yang bersih. (langkah ini tidak harus dilakukan)
20)Memeriksa lilitan tali pusat dan mengambil tindakan yang sesuai
jika hal itu terjadi, dan kemudian meneruskan segera kelahiran
bayi:
a) Jika tali pusat melilit leher janin dengan longgar, lepaskan
lewat bagian atas kepala.
dua tempat dan memotongya.
21)Menunggu hingga kepala bayi melakukan putaran paksi luar
secara spontan.
Lahir Bahu
22)Setelah kepala melakukn putar paksi luar, tempatkan kedua tangan
di masing – masing sisi muka bayi. Menganjurkan ibu untuk
meneran saat kontraksi berikutnya. Dengan lembut menariknya
kearah bawah dan arah luar hingga bahu anterior muncul dibawah
arkus pubis dan kemudian dengan lembut menarik kearah atas dan
kearah luar untuk melahirkan bahu posterior.
23)Setelah kedua bahu dilahirkan, menelusurkan tangan mulai kepala
bayi yang berada di bagian bawah kearah perineum, membiarkan
bahu dan lengan posteroir lahir ketangan tersebut. Mengendalikan
kelahiran siku dan tangan bayi saat melewati perineum, gunakan
lengan bagian bawah untuk menyangga tubuh bayi saat dilahirkan.
Menggunakan tangan anterior (atas) untuk mengendalikan siku dan
tangan anterior bayi saat keduanya lahir.
24)Setelah tubuh dari lengan lahir, menelusurkan tangan yang ada
diatas (anterior) dari punggung kearah kaki bayi untuk
menyangganya saat punggung kaki lahir. Memegang kedua mata
kaki bayi dengan hati – hati membantu kelahiran kaki.
25)Menilai bayi dengan cepat (30 detik), kemudian meletakan bayi di
atas perut ibu dengan posisi kepala bayi sedikit lebih rendah dari
tubuhnya (bila tali pusat terlalu pendek, meletakan bayi ditempat
yang memungkinka). Bila bayi mengalami asfiksia, lakukan
resusitasi.
26)Segera membungkus kepala dan badan bayi. Dengan handuk dan
biarkan kontak kulit ibu dan bayi. Lakukan penyuntikan oksitosin
secara IM di 1/3 paha atas bagian luar.
27)Menjepit tali pusat menggunakan klem kira – kira 3 cm dari pusat
bayi. Melakukan urutan pada tali pusat mulai dari klem kearah ibu
dan memasang klem kedua 2 cm dari klem pertama (kearah ibu).
28)Memegang tali pusat dengan satu tangan, melindungi bayi dari
gunting dan memotong tali pusat diantara dua klem tersebut.
29)Mengeringkan bayi, mengganti handuk yang basah dan
menyelimuti bayi dengan kain atau selimut yang bersih dan kering,
meutupi bagian kepala, membiarkan tali pusat terbuka. Jika kepala
bayi mengalami kesulitan bernafas, ambil tindakan yng sesuai.
30)Memberikan bayi kepada ibunya dan menganjurkan ibu untuk
memeluk bayinya dan memulai pemberian ASI jika ibu
mengehndaknya.
Oksitosin
31)Meletakan kain yang bersih dan kering. Melakukan palpasi
32)Memberitahu kepada ibu bahwa ia akan disuntik.
33)Dalam waktu 2 menit setelah kelahiran bayi, berikan suntikan
oksitosin 10 IU secara IM di gluteus atau 1/3 atas paha kanan ibu
bagian luar, setelah mengaspirasinya terlebih dahulu.
Penegangan Tali Pusat Terkendali
34)Memindahkan klem pada tali pusat.
35)Meletakan satu tangan diatas kain yang ada diperut ibu, tepat diatas
tulang pubis, dan menggunakan tangan ini untuk melakukan
palpasi kontraksi dan menstabilkan uterus. Memegang tali pusat
dan klem dengan tangan yang lain.
36)Menunggu uterus berkontraksi dan kemudian mlakukan
penegangan kearah bawah pada tali pusat dengan lembut. Lakukan
tekanan yang berlawnan arah pada bagian bawah uterus dengn cara
menekan uterus kearah atas dan belakang (dorso kranial) dengan
hati – hati untuk mecegah terjadinya inversio uteri. Jika plasenta
tidak lahir setelah 30 – 40 detik, hentikan penegangan tali pusat
dan menunggu hingga kontraksi berikut mulai. Jika uterus tidak
berkontraksi, meminta ibu atau seorang anggota keluarga untuk
melakukan rangsangan puting susu.
Mengeluarkan plasenta
37)Setelah plasenta terlepas, meminta ibu untuk meneran sambil
menarik tali pusat kearah bawah dan kemudian kearah atas,
berlawanan arah pada uterus.
a) Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga
berjarak sekitar 5 – 10 cm dari vulva.
b) Jika plasenta tidak lepas setelah melakukan penegangan tali
pusat selama 15 menit :
(1) Mengulangi pemberian oksitosin 10 IU secara IM.
(2) Menilai kandung kemih dan dilakukan kateterisasi kandug
kemih dengan menggunakan teknik aseptik jika perlu.
(3) Meminta keluarga untuk menyiapkan rujukan.
(4) Mengulangi penegangan tali pusat selama 15 menit
berikutnya.
(5) merujuk bu jika plasenta tidak lahir dalam waktu 30 menit
sejak kelahiran bayi.
38)Jika plasenta terlihat di introitus vagina, melanjutkan kelahiran
plasenta dengan menggunakan kedua tangan. Memegang plasenta
dengan dua tangan dan dengan hati– hati memutar plasenta hingga
selaput ketuban terpilin. Dengan lembut perlahan melahirkan
selaput ketuban tersebut. Jika selaput ketuban robek, memakai
sarung tangan steril dan memeriksa vagina dan serviks ibu dengan
seksama. Menggunakan jari – jari tangan atau klem atau forseps
disinfeksi tingkat tinggi atau steril untuk melepaskan bagan selaput
yang tertinggal.
39)Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan massase
uterus, meletakkan telapak tangan di fundus dan melakukan
dengan gerkan melingkar dengan lembut hingga uterus
berkontraksi (fundus menjadi keras).
Menilai perdarahan
40)Memeriksa kedua sisi plasenta baik yang menempel ke ibu maupun
kejanin dan selaput ketuban untuk memastikan bahwa plasentadan
selaput ketuban lengkap dan utuh. Meletakan plasenta didalam
kantung plastik atau tempat khusus. Jika uterus tidak berkontraksi
setelah melakukan massase selama 15 detik mengambil tindakan
yang sama.
41)Mengevaluasi adanya laserasi pada vagina dan perineum dan
segera menjahit laserasi yang mengalami perdarahan aktif.
Melakukan Prosedur Pasca Persalinan
42)Menilai ulang uterus dan memasitkannya berkontraksi dengan
baik.
43)Mencelupkan kedua tangan yang memakai sarung tangan ke dalam
larutan klorin 0,5%, membilas kedua tangan yag masih bersarung
tangan terbut dengan air desinfeksi tingkat tinggi dan
mengeringkannya dengan kain yang bersih dan kering.
44)Menempatkan klem tali pusat disinfeksi tingga tinggi atau steril
dengan kain yang bersih dan kering.
45)Mengikat satu lagi simpul mati dibagian pusat yang bersebrangan
dengan simpul mati yang pertama.
46)Melepaskan klem bedah dan meletakkannya kedalam larutan klorin
0,5%.
47)Menyelimuti kembali bayi dan menutupi bagian kepalanya.
memastikan handuk atau kainnya bersih atau kering.
48)Menganjurkan ibu untuk memulai pemberian ASI.
49)Melanjutkan pemantauan kontraksi uterus dan perdarahan
pervaginam :
a) 2 – 3 kali dalam 15 menit pertama pasca persalinan.
b) Setiap 15 menit pada 1 jm pertama pasca persalinan.
c) Setiap 20 – 30 menit ada jam kedua pasca persalinan.
d) Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, laksanakan
perawatan yang sesuai untuk penatalaksanaan atonia
uteri.
e) Jika ditemukan laserasi yang memerlukan penjahitan, lakukan
penjahitan dengan anestesi lokal dan menggunakan teknin yang
sesuai.
50)Mengajarkan ibu/ keluarga bagaimana melakukan massase uterus
dan memeriksa kontraksi uterus.
51)Mengevaluasi kehilangan darah.
15 menit selama 1 jam pertama pascapersalinan dan setiap 30
menit selama jam kedua pasca perslinan.
a) Memeriksa temperatur tubuh ibu sekali setiap jam selama dua
jam pertama pasca persalinan.
b) Melakukan tindakan yang sesuai untuk temuan yang tidak
normal.
Kebersihan dan Keamanan
53)Menempatkan semua peralatan didalam larutan klorin 0,5% untuk
dekontaminasi (10 menit). Mencuci dan membilas peralatan setelah
dekontaminasi.
54)Membuang bahan – bahan yang terkontaminasi kedalam tempat
sampah yang sesuai.
55)Membersihkan ibu dengan menggunakan air disinfeksi tingkat
tinggi. Membersihkan cairan ketuban, lendir, dan darah. Membantu
ibu memakai pakaian yang bersih dan kering.
56)Memastikan bahwa ibu yaman. Membantu ibu memberikan ASI.
Menganjurkan keluarga untuk memberikan ibu minum dan
makanan yang diinginkan.
57)Mendekontaminasi daerah yang digunakan untuk melahirkan
dengan larutan clorin 0,5% dan membilas dengan air bersih.
58)Mmencelupkan sarung tangan kotor kedalam larutan clorin 0,5%,
membalikan bagian dalam keluar dan meredamnya dalam larutan
59)Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir.
Dokumentasi
60)Melengkapi partograf (halaman depan dan belakang)
3. Bayi Baru Lahir a. Definisi
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir pada usia
kehamilan 37-42 minggu (cukup bulan) dan dengan berat badannya
2.500 – 4.000 gram (Vivian, 2013).
b. Ciri – ciri bayi baru lahir normal
1) Lahir aterm antara 37 – 42 minggu.
2) Berat badan 2.500 – 400 gram.
3) Panjang badan 48 – 52 cm.
4) Lingkar dada 30 – 38 cm.
5) Lingkar kepala 33 – 35 cm.
6) Lingkar lengan 11 – 12 cm.
7) Frekuensi denyut jantung 120 – 160 x/menit.
8) Pernapasan 40 – 60 x/menit.
9) Kulit kemerah – merahan dan licin karena jaringan subkutan yang
cukup.
10)Rambut lanugo tidak terlihat dan rambut kepala biasanya telah
telah sempurna
11)Kuku agak panjang dan lemas.
13)Gerak aktif.
14)Bayi lahir langsung menangis kuat.
15)Reflek rooting (mencari puting susu dengan ransangan taktil pada
pipi daerah mulut) sudah terbentuk dengan baik.
16)Reflek sucking (isap dan menelan) sudah terbentuk dengan baik.
17)Reflek morro (gerak memeluk bila dikagetkan) suah terbentuk
dengan baik.
18)Reflek graspig (menggenggam) sudah terbentuk dengan baik.
19)Genitalia :
a) Pada laki – laki kematangan ditandai dengan testis yang berada
pada skrotum dan penis yang berhubungan.
b) Pada perempuan kematangan ditandai dengan vagina dan uretra
yang berlubang, serta adanya labia minora dn mayora.
20)Eliminasi baik yang ditandai dengan keluarnya mekonium dalam
24 jam pertma dan berwarna hitam kecoklatan (Vivian, 2013).
c. Tahapan bayi baru lahir
1) Tahap I terjadi segera setelah lahir, selama menit – menit pertama
kelahiran. Pada tahap ini digunakan sistem scoring apgar untuk
fisik dan scoring gray untuk interaksi bayi dan ibu.
2) Tahap II disebut tahap transisional reaktivitas. Pada tahap II
dilakukan pengkajian selama 24 jam pertama terhadap adanya
perubahan perilaku.
jam pertama yang meliputi pemeriksaan seluruh tubuh (Vivian,
2013).
d. Asuhan kebidanan pada BBL normal
1) Cara memotong tali pusat
a) Menjepit tali pusat dengan klem dengan jarak 2 – 3 cm dari
pusat, lalu mengurut tali pusat kearah ibu dan memasang klem
ke – 2 dengan jarak 2 cm dari klem.
b) Memegang tali pusat diantara 2 klem dengan menggunakan
tangan kiri (jari tengah melindungi tubuh bayi) lalu memotong
tali pusat diantara 2 klem.
c) Mengikat tali pusat dengan jarak 1 cm dari dari umbilikus
dengan simpul mati lalu mengikat balik tali pusat dengan simu
mati. Untuk kedua kalinya bungkus dengan kasa steril,
lepaskan klem pada tali pusat, lalu memasukannya dalam
wadah yang berisi larutan klorin 0,5%.
d) Membungkus bayi dengan kain bersih dan memberikannya
kepada ibu.
2) Mempertahankan suhu tubuh BBL dan mencegah hipotermia
a) Mengeringkan tubuh bayi segera setelah lahir.
b) Melakukan IMD.
c) Beri salep mata antibiotika tetrasikin 1% pada kedua mata.
d) Berikan suntikan vitamin K1 1 mg intramuskular, dipaha kiri
e) Menunda memandikan BBL samapi tubuh bayi stabil.
Pada BBL cukup bulan dengan berat badan lahir lebih dari
2.500 gram dan menangis kuat bisa dimandikan 24 jam
setelah kelahiran dengan tetap menggunakan air hangat. Pada
BBL beresiko yang berat badannya kurang dari 2.500 gram
atau keadaannya sangat lemah sebaiknya jangan dimandikan
sampai suh tubuhnya stabil dan mampu menghisap ASI dengan
baik.
f) Menghindari kehilangan panas pada bayi baru lahir.
Ada empat cara yang membuat bayi kehilangan pnas, yaitu
melalui radiasi, evaporasi, konduksi, dan konveksi (Vivian ,
2013).
e. Kunjungan Neonatal
1) Kunjungan neonatal 1 (KN 1) pada 6 jam – 48 jam setelah
kelahiran.
2) Kunjungan neonatal ke 2 (KN 2) pada 3 – 7 hari setelah kelahiran.
3) Kunjungna neonatal ke 3 (KN 3) pada hari 8 – 28 setelah kelahiran
(Buku KIA, 2016).
f. Adaptasi bayi baru lahir
1) Sistem pernafasan
Pernafasan pertama pada bayi baru lahir normal terjadi
dalam waktu 30 menit pertama sesudah lahir (Vivian, 2013).
Setelah bayi lahir, paru akan berkembang yang akan
mengakibatkan tekanan arteriol dalam paru menurun yang dikuti
dengan menurunnya tekanan pada jantung kanan. Kondisi ini akan
menyebabkan tekanan jantung kiri lebih besar dibandingkan
dengan tekanan jantung kanan, dan hal tersebutlah yang membuat
foramen ovale secara fungsional menutup. Hal ini terjadi pada
jam-jam pertama setelah kelahiran.
Aliran darah paru pada hari pertama kehidupan adalah 4 – 5
liter per menit/ . Aliran darah siastolik pada hari pertama rendah
yaitu 1,96 liter/meit/ dan bertambah pada hari kedua dan ketiga
3, 54 liter/ karena penutupan duktus arteriosus. Tekanan darah
pada waktu lahir dipengaruhi oleh jumlah darah yang melalui
transfusi plasenta yang pada jam – jam pertama sedikit menurun,
untuk emudian naik lagi menjadi konatan kira – kira 85/40 mmHg
(Vivian, 2013).
3) Adaptasi kardiovaskuler
Menurut Sondakh, (2013) adaptasi kardiovaskuler pada
bayi baru lahir diantaranya :
a) Denyut nadi saat bagun berkisar antara 120 – 160 x/menit dan
nadi saat bayi tertidur berkisar 100 x/menit.
b) Rata – rata tekanan darah pada bayi 80/46 mmHg.
c) Nilai hematologi normal pada bayi.
peningkatan tekanan pada oksigen, sedangkan tekanan
karbondioksida akan mengalami penurunan, sehingga
mengakibatkan terjadinya penurunan retensi pembuluh darah
dari arteri pulmonalis mengalir ke paru – paru dan ductus
arteriosus terturup dan setelah tali pusat dipotong, aliran darah
dari plasenta terhenti dan foramen ovale tertutup.
4) Suhu tubuh
Empat kemungkinan mekanisme yng dapat menyebabkan
yang dapat menyebabkan bayi baru lahir kehilangan panas
tubuhnya :
a) Konduksi
Panas dihantarkan dari tubuh bayi ke benda sekitarnya
yng kontk langsung deengan tubuh bayi (pemindahan panas dari
tubuh bayi k objek lain melalui kontak langsung). Contoh :
konduksi bisa terjadi ketika menimbang bayi tanpa alas
timbangan, memegang bayi saat tangan dingin, dan
menggunakan stetoskop dingin untuk pemeriksaan BBL.
b) Konveksi
Panas hilang dari tubuh bayi ke udara sekitarnya yang
sedang bergerak. Contoh : konveksi dapat terjadi ketika
membiarkan atau menempatkan BBL dekat jendela, atau
c) Radiasi
Panas dipancarkan dari BBL keluar tubuhnya
kelingkungan yang lebih dingin (pemindahan panas antara 2
objek yang mempunyai suhu berbeda). Contoh : membiarkan
BBL dalam ruangan ber AC tanpa diberikan pemanas,
mebiarkan BBL dalam keadaan telanjang atau menidurkan BBL
berdekatan dengan ruangan yang dingin (dekat tembok).
d) Evaporasi
Panas hilang melalui proses penguapan yang bergantung
pada kecepatan dan kelembapan udara (perpindahan panas
dengan cara mengubah cairan menjadi uap). Apabila BBL
dibiarkan dalam suhu kamar 25 C, maka bayi akan kehilangan
panas melalui konveksi, radiasi, dan evaporasi yang besarnya
200 kg/BB. Agar dapat mencegah terjadinya kehilangan panas
pada bayi, maka lakukan hal berikut :
(1) Keringkan bayi secara seksama.
(2) Selimuti bayi dengan selimut atau kain bersih yang kering
dan hangat.
(3) Tutup bagian kepala bayi.
(4) Anjurkan ibu untuk memeluk dan menyusui bayinya.
(5) Jangan segera menimbang atau memandikan bayi baru lahir.
5) Metabolisme
Luas permukaan tubuh neonatus relatif lebih uas dari tubuh
orang dewasa, sehingga metabolisme basal per kg berat badan akan
lebih besar. Oleh karena itulah, BBL harus menyesuaikan diri
dengan lingkungan baru sehingga energi dapat diperoleh dari
metabolisme karbohidrat dan lemak.
Pada jam – jam pertama kehidupan, energi didapatkan dari
perubahan karbohidrat. Pada hari ke dua, energi berasal dari
pembakaran lemak. Setelah mendapat susu, sekitar di hari keenam
energi diperoleh dari lemak dan karbohidrat yang masing – masing
sebesar 60 dan 40% (Vivian, 2010).
6) Keseimbangan air dan fungsi ginjal
Tubuh BBL mengandung relatif banyak air. Kadar natrium
juga relatif lebih besar dibandingkan dengan kalium karena
ruangan ekstraseluler yang luas. Fungsi ginjal beelum sempurna
karena :
a) Jumlah nefron masih belum sebanyak orang dewasa.
b) Ketidakseimbangan luas permukaan golemrulus dan volume
tubulus proksimal.
c) Renal blood flow relatif kurang bila dibandingkan dengan
orang dewasa.
7) Imunoglobin