• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Sikap Disiplin - UPAYA MENINGKATKAN SIKAP DISIPLIN DAN PRESTASI BELAJAR PKn MATERI MENUNJUKKAN SIKAP TERHADAP GLOBALISASI DI LINGKUNGANNYA MELALUI STRATEGI ACTION LEARNING DENGAN MEDIA VIDEO PADA SISWA KELAS IV SD

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Sikap Disiplin - UPAYA MENINGKATKAN SIKAP DISIPLIN DAN PRESTASI BELAJAR PKn MATERI MENUNJUKKAN SIKAP TERHADAP GLOBALISASI DI LINGKUNGANNYA MELALUI STRATEGI ACTION LEARNING DENGAN MEDIA VIDEO PADA SISWA KELAS IV SD "

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Sikap Disiplin

a. Pengertian Pendidikan Karakter

Pendidikan adalah upaya sadar dan terencana dalam proses

pembimbingan dan pembelajaran bagi individu agar tumbuh

berkembang menjadi manusia yang mandiri, bertanggung jawab,

kreatif, berilmu, sehat dan berahlak (berkarakter) mulia (UU No. 20

tahun 2003). Pendidikan karakter menurut Saptono (2011: 23) adalah

upaya yang dilakukan dengan sengaja untuk mengembangkan karakter

yang baik (good character) berlandaskan kebajikan-kebajikan inti (core virtues) yang secara objektif baik bagi individu maupun masyarakat”.

Pendidikan karakter, menurut Megawangi dalam Kesuma dan

dkk. (2011: 5) sebuah usaha untuk mendidik anak-anak agar dapat

mengambil keputusan dengan bijak dan mempraktikkannya dalam

kehidupan sehari-hari, sehingga mereka dapat memberikan kontribusi

yang positif kepada lingkungannya. Pendidikan karakter dapat

dimaknai sebagai pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti,

pendidikan moral, pendidikan watak, yang bertujuan mengembangkan

peserta didik untuk memberikan keputusan baik-buruk Samani dan

(2)

adalah proses pemberian tuntunan/arahan kepada peserta didik untuk

menjadi manusia yang berkarakter dalam hal hati, pikir, rasa serta rasa.

b. Pengertian Disiplin

Aktivitas disiplin dapat dibangun dan dikembangkan melalui

aktivitas seperti mengikuti upacara bendera, berpakaian seragam,

melakukan tugas kebersihan, mengumpulkan tugas tepat waktu, dating

ke sekolah lebih awal, semua kegiatan itu dilaksanakan atas dasar

kesadaran mendalam dan dorongan kuat yang lahir dari dalam. Mustari

(2014: 35) berpendapat bahwa disiplin adalah tindakan yang

menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan

peraturan. Disiplin merujuk pada intruksi sistematis yang diberikan

kepada murid (disciple). Untuk mendisiplinkan berarti mengintruksikan orang untuk mengikuti tatanan melalui aturan-aturan

tertentu.

Disiplin menurut Mulyasa (2010: 191) adalah suatu keadaan

tertib, ketika orang-orang yang tergabung dalam suatu sistem tunduk

pada peraturan-peraturan yang ada dengan senang hati. Menurut

Wijaya (2014: 98) ada empat tujuan disiplin, antara lain sebagai

berikut:

1. Mengetahui dan menyadari mengenai hak milik orang lain.

2. Mengerti larangan dan segera menurut untuk menjalankan kewajiban.

3. Mengerti tingkah laku yang baik dan buruk.

(3)

Pengertian disiplin menurut Kemendiknas (2010: 27) adalah

tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai

ketentuan dan peraturan. Sedangkan menurut Naim (2012: 142)

disiplin adalah kepatuhan untuk menghormati dan melaksanakan suatu

sistem yang mengharuskan orang untuk tunduk kepada keputusan,

pemerintah, dan peraturan yang berlaku.

Yaumi (2014: 92) menyatakan secara sederhana bahwa disiplin

adalah tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada

berbagai ketentuan dan peraturan yang berlaku. Dari beberapa

pendapat tokoh di atas dapat disimpulkan bahwa disiplin adalah sikap

dan perilaku yang muncul sebagai akibat dari kebiasaan menaati

aturan, hukum atau perintah yang berlaku tanpa dikontrol oleh siapa

pun.

c. Indikator Disiplin

Tabel berikut ini menggambarkan keterkaitan antara nilai,

jenjang kelas, dan indikator untuk nilai karakter disiplin menurut

Kemendiknas (2010: 41). Adapun rinciannya sebagai berikut:

Tabel 2.1 Keterkaitan Nilai dan Indikator Disiplin untuk Sekolah Dasar

Nilai Indikator berbagai ketentuan dan peraturan

Menyelesaikan tugas pada tepat waktu.

Saling menjaga dengan teman agar semua tugas-tugas kelas terlaksana dengan baik.

Selalu mengajak teman menjaga ketertiban kelas.

Mengingatkan teman yang melanggar peraturan dengan kata-kata sopan dan tidak menyinggung.

(4)

2. Prestasi belajar

a. Pengertian Belajar

Belajar merupakan aktivitas yang dilakukan seseorang untuk

mendapatkan perubahan dalam dirinya melalui pelatihan-pelatihan

atau pengalaman. Belajar dapat membawa perubahan bagi si pelaku,

baik perubahan pengetahuan, sikap, maupun ketrampilan. Dengan

perubahan-perubahan tersebut, tentunya si pelaku juga akan terbantu

dalam memecahkan permasalahan hidup dan bisa menyesuaikan diri

dengan lingkungannya. Menurut Hamalik (2011: 27) belajar adalah

modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman (learning is defined as the modification or strengthening of behavior through expcriencing). Menurut pengertian ini, belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya

mengingat, akan tetapi lebih luas dari itu, yakni mengalami.

Belajar menurut Slameto (2010:2) adalah suatu proses usaha yang

dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku

yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri

dalam interaksi dengan lingkungannya. Djamarah (2008:13)

berpendapat bahwa belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk

memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari

pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang

menyangkut kognitif, afektif dan psikomotor. Syah (2011: 63)

(5)

merupakan unsur yang sangat fundamental dalam setiap

penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan. Sedangkan Suyono dan

Hariyanto (2012: 9) menyatakan bahwa belajar adalah suatu aktivitas

atau suatu proses untuk memperoleh pengetahuan, meningkatkan

ketrampilan, memperbaiki perilaku, sikap dan mengokohkan

kepribadian.

Berdasarkan dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa

belajar adalah proses perubahan tingkah laku melalui interaksi diri

manusia (peserta didik) dengan manusia lain (guru) ataupun lingkungan

melalui kegiatan seperti membaca, mendengarkan meniru. Sehingga

bagi peserta didik akan menghasilkan perubahan tingkah laku dari tidak

mengetahui menjadi mengetahui, sebelumnya tidak dapat melakukan

menjadi dapat melakukan, sebelumnya tidak paham menjadi paham.

b. Prestasi Belajar

Prestasi akan selalu mengikuti seseorang yang senantiasa mau

berusaha atau belajar. Menurut Arifin (2013:12) prestasi belajar pada

umumnya berkenaan dengan aspek pengetahuan. Prestasi belajar

sebagai indikator kualitas dan kuantitas yang telah dikuasai peserta

didik. Prestasi belajar sebagai bahan informasi dalam inovasi

pendidikan. Selain itu prestasi belajar dapat dijadikan pendorong bagi

peserta didik dalam meningkatkan ilmu pengetahuan dan teknologi,

dan berperan sebagai umpan balik dalam meningkatkan mutu

(6)

Pengertian prestasi belajar menurut Mulyasa (2014:189) adalah

hasil yang diperoleh seseorang setelah menempuh kegiatan belajar,

sedangkan belajar pada hakikatnya merupakan usaha sadar yang

dilakukan seseorang untuk memenuhi kebutuhannya. Prestasi belajar

sesuai sesuai dengan tingkat keberhasilan sesuatu dalam mempelajari

materi pelajaran yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau raport setiap

bidang studi setelah mengalami proses belajar mengajar. Sedangkan

Menurut Hamdani (2011: 137) prestasi adalah suatu kegiatan yang

telah dikerjakan, diciptakan, baik secara individual maupun kelompok.

Prestasi tidak akan pernah dihasilkan selama seseorang tidak

melakukan kegiatan.

Menurut pendapat para tokoh di atas dapat disimpulkan bahwa

prestasi belajar merupakan hasil maksimum yang dicapai oleh

seseorang yang telah melaksanakan usaha-usaha belajar. Usaha-usaha

tersebut berupa suatu kecakapan dari kegiatan belajar bidang akademik

di sekolah dalam jangka waktu tertentu yang dinyatakan dalam nilai

setelah mengalami proses belajar mengajar.

c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Hambatan akan selalu datang ketika manusia sedang berusaha

mengubah kekurangan melalui proses belajar. Menurut Mulyasa (2014:

190) faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar digolongkan

(7)

1) Faktor Internal

Prestasi belajar seseorang akan ditentukan oleh faktor diri, baik

secara fisiologis maupun secara psikologis, beserta usaha yang

dilakukannya. Faktor fisiologis dapat dibedakan menjadi dua macam

yaitu kondisi jasmani dan kondisi psikologis seperti intelegensi, minat,

dan sikap. Intelegensi merupakan dasar potensial bagi pencapaian hasil

belajar, artinya hasil belajar yang dicapai akan bergantung pada tingkat

intelegensi, dan hasil belajar yang dicapai tidak akan melebihi tingkat

intelegensinya.

Minat yaitu kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau

keinginan yang besar terhadap sesuatu. Oleh karena itu, minat dapat

mempengaruhi pencapaian hasil belajar dalam mata pelajaran tertentu.

Prestasi belajar juga dipengaruhi oleh waktu dan kesempatan. Waktu

dan kesempatan yang dimiliki oleh setiap individu berbeda sehingga

akan terpengaruh terhadap perbedaan kemampuan peserta didik.

Sehingga peserta didik yang memiliki banyak waktu dan kesempatan

untuk belajar cenderung memiliki prestasi yang tinggi daripada yang

hanya memiliki sedikit waktu dan kesempatan untuk belajar.

2) Faktor Eksternal

Faktor eksternal yang dapat mempengaruhi prestasi belajar

peserta didik dapat digolongkan ke dalam faktor sosial dan non sosial.

(8)

masyarakat. Sedangkan faktor non sosial seperti keadaan rumah, ruang

belajar, fasilitas belajar, dan buku-buku sumber.

Faktor yang mempengaruhi prestasi belajar digolongkan

menjadi dua yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Pada faktor

internal digolongkan menjadi faktor jasmani dan faktor psikologis

seperti intelegensi, minat dan sikap. Sedangkan faktor eksternal

digolongkan juga menjadi faktor sosial dan non sosial, faktor sosial

seperti faktor lingkungan keluarga, sekolah, teman, dan masyarakat.

Faktor non sosial seperti keadaan rumah, ruang belajar, dan buku-buku

sumber.

3. Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)

a. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)

Pendidikan tentu bukan hanya sekedar untuk mentransfer ilmu

dan ketrampilan, tetapi juga merupakan internalisasi nilai-nilai dasar,

khususnya nilai-nilai kemanusiaan kepada peserta didik. Dalam

konteks pendidikan karakter kita tidak dapat mengabaikan peran

strategis mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan (PKn).

Susanto (2015: 225) adalah salah satu mata pelajaran yang

diberikan tingkat satuan pendidikan SD/MI. Mata pelajaran PKn

menjadi instrumen penting dalam pendidikan karakter bangsa, yaitu

untuk membangun watak dan moral bangsa dengan disertai

(9)

aspek afektif. PKn sebaiknya diberikan sejak sekolah dasar sampai

perguruan tinggi secara berkesinambungan.

Pengertian pendidikan PKn menurut Azra (2005: 7) adalah

pendidikan yang mengkaji dan membahas tentang pemerintahan,

konstitusi, lembaga-lembaga demokrasi, rule of low, HAM, hak, dan kewajiban warga negara serta proses demokrasi. Isi materi PKn

bersumber dari nilai-nilai pancasila untuk memberikan pedoman

perilaku siswa. Tertanam nilai-nilai tersebut dalam pribadi siswa dapat

membentuk karakter siswa menjadi baik, terindar dari kelakuan yang

menyimpang dan mampu menjaga ketertiban sosial sebagai warga

negara yang baik pula. Persoalannya adalah mengapa akhir-akhir ini

masih banyak menyaksikan perilaku menyimpang, dan mengganggu

ketertiban sosial dari warga negara Indonesia. Nilai-nilai Pancasila

sekarang sudah banyak ditinggalkan oleh sebagian warga negara,

paling tidak sudah banyak warga negara yang perilakunya tidak lagi

dipedomani oleh nilai-nilai Pancasila.

Fajar dalam Zubaedi (2013: 277) menjelaskan bahwa PKn

memiliki peranan penting sebagai wahana untuk mengembangkan

kemampuan, watak dan karakter warga negara yang demookratis dan

bertanggung jawab. Peran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)

sebagai instrumen pendidikan karakter sejauh ini dirasakan belum

optimal yang diduga karena muatannya lebih banyak menekankan

(10)

pengetahuan dan ketrampilan, tanpa disertai dengan internalisasi nilai

yang terkandung dalam pengetahuan tersebut. Peserta didik hanya

memiliki pengetahuan, tetapi tanpa memahami nilai-nilai yang

terkandung di dalamnya.

Akibat dari mata pelajaran PKn yang hanya menekankan aspek

kognitif tanpa disertai dengan internalisasi nilai yang terkandung

dalam pengetahuan tersebut, pendidikan hanya menghasilkan manusia

yang egois, yang tidak memahami arti kehidupan yang di dalamnya

ada perbedaan, nilai dan norma yang harus dihormati dan dijunjung

tinggi. Hal ini dapat kita buktikan, misalnya hampir semua siswa tahu

kalau membuang sampah di sembarang tempat dapat menimbulkan

banjir, tetapi masih banyak siswa yang masih membuang sampah

sembarangan.

b. Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)

(Peraturan Menteri Nomor 22 tahun 2006) tujuan dari

Pendidikan Kewarganegaraan adalah untuk memberikan

kompetensi-kompetensi sebagai berikut:

a) Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu kewraganegaraan.

b) Berpatisipasi secara bermutu dan bertanggung jawab, dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

c) Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan pada karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lainnya.

(11)

c. Ruang Lingkup PKn

(Peraturan Menteri Nomor 22 tahun 2006) menyatakan ruang

lingkup mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan meliputi

aspek-aspek sebagai berikut:

a) Persatuan dan kesatuan bangsa, meliputi: hidup rukun dalam perbedaan, cinta lingkungan, kebanggan sebagai bangsa Indonesia, partisipasi dalam pembelaan Negara Kesatuan Republik Indonesia, keterbukaan, dan jaminan keadilan.

b) Norma, hukum, dan peraturan, meliputi: tertib dalam kehidupan keluarga, tata tertib di sekolah, norma yang berlaku di masyarakat, peraturan-peraturan daerah, norma-norma dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, sistem hukum dan peradilan nasional, huum dan peradilan internasional.

c) Hak asasi manusia meliputi: hak dan kewajiban anak, hk dan kewajiban anggota masyarakat, instrument nasional, hukum dan peradilan internasional.

d) Kebutuhan warga negara meliputi: hidup gotong royong, harga diri sebagai warga masyarakat, kebebasan berorganisasi, kemerdekaan mengeluarkan pendapat, menghargai keputusan bersama, prestasi diri, persamaan kedudukan warga negara.

e) Konstitusi negara meliputi: proklamasi kemerdekaan dan konstitusi yang pernah yang pertama, konstiusi-konstitusi yang pernah digunakan di Indonesia, hubungan dasar Negara dengan konstitusi. f) Kekuasaan dan politik, meliputi: pemerintah desa dan kecamatan,

pemerintah daerah dan otonomi, pemerintah pusat, demonstrasi dan sistem plitik, budaya demonstrasi menuju masyarakat madani, sistem pemerintah, pers dalam masyarakat demonstrasi.

g) Pancasila meliputi: kedudukan pancasila sebagai dasar, pengalaman nilai-nilai pncasila dalam kehidupan sehari-hari, pancasila sebagai ideologi terbuka.

h) Globalisasi meliputi: globalisasi di lingkungannya, politik luar negeri Indonesia di era globalisasi, dampak globalisasi, hubungan internasional dan organisasi internasional, dan mengevaluasi globalisasi.

4. Materi sikap terhadap pengaruh globalisasi yang terjadi di

lingkungannya

Standar Kompetensi : 4. Menunjukkan sikap terhadap globalisasi

(12)

Kompetensi Dasar : 4.1 Memberikan contoh sederhana pengaruh

globlisasi di lingkungannya.

4.2Mengidentifikasi jenis budaya Indonesia

yang pernah ditampilkan dalam misi

kebudayaan internasional.

Globalisasi

Globalisasi yang ditandai dengan pesatnya perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi, khususnya di bidang informasi,

komunikasi dan transportasi, sehingga dunia menjadi transparan

seolah-olah menjadi kampung sedunia tanpa mengenal batas negara.

Kondisi yang demikian menciptakan struktur baru, yaitu struktur

global. Kondisi ini akan mempengaruhi struktur dalam kehidupan

masyarakat, berbangsa dan bernegara di Indonesia, serta akan

mempengaruhi pula dalam berpola pikir, sikap, tindakan masyarakat

Indonesia. Globalisasi membawa manfaat, tetapi globalisasi juga

membawa kemudharatan jika tidak siap mengahadapinya. Globalisasi

menyingkirkan isolasi, membuka peluang untuk terjadinya pertukaran

gagasan, teknologi, dan sumber daya. Globalisasi dapat juga tergelincir

menjadi kekuasaan bagi yang kuat untuk mengendalikan yang lemah.

5. Strategi Action Learning

a. Pembelajaran aktif (active learning)

Pembelajaran aktif merupakan model pembelajaran yang lebih

(13)

dan pengetahuan untuk dibahas dan dikaji dalam pembelajaran di

kelas, sehingga mereka mendapatkan berbagai pengalaman yang dapat

meningkatkan kompetensinya.

Menurut teori konstruktivis, satu prinsip yang paling penting

dalam psikologi pendidikan adalah bahwa guru tidak hanya sekadar

memberikan pengetahuan kepada siswa. Siswa harus membangun

sendiri pengetahuan di dalam benaknya. Guru dapat memberikan

kemudahan untuk proses ini, dengan memberi kesempatan siswa untuk

menemukan atau menerapkan ide-ide mereka sendiri, dan mengajar

siswa menjadi sadar dan secara sadar menggunakan strategi mereka

sendiri untuk belajar (Trianto, 2009: 28)

b. Pengertian Strategi Action Learning

Tidak setiap strategi pembelajaran dapat memuat 18 karakter

sebagaimana yang dicanangkan Kemendikbud. Oleh karena itu,

penggunaan hendaknya dilakukan secara variatif, sehingga jika strategi

yang satu tidak memuat karakter tertentu, dapat dilengkapi dengan

strategi lain yang memuat nilai karakter lebih kompleks. Kemp dalam

Suyadi (2013: 13) menjelaskan bahwa strategi pembelajaran adalah

kegiatan pembelajaran yang dilakukan guru serta peserta didik untuk

mencapai tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien. Sedangkan

menurut Tampubolon (2014: 82) strategi pembelajaran adalah suatu

kegiatan yang harus dikerjakan oleh pendidik dan peserta didik agar

(14)

Strategi action learning menurut Silberman (2014: 202-203). memberi siswa kesempatan untuk mengalami penerapan topik

dan isi materi yang dipelajari atau didiskusikan di kelas dalam situasi

kehidupan sesungguhnya. Sebuah proyek luar-kelas menghadapkan

mereka pada cara penemuan dan memungkinkan mereka untuk

menjadi kreatif dalam bertukar pendapat tentang penemuan mereka

dengan sesama siswa.

Disimpulkan bahwa strategi pembelajaran adalah

langkah-langkah yang ditempuh guru untuk memanfaatkan sumber belajar yang

ada, guna mencapai tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien.

c. Langkah-langkah Pembelajaran

Menurut Silberman (2014: 202-203) langkah-langkah yang

dapat dijadikan pedoman untuk menggunakan Action Learning ketika pembelajaran adalah sebagai berikut :

1. Penjelasan awal kepada siswa tentang topik dengan memberikan latar belakang informasi melalui pelajaran yang didasarkan pada ceramah yang singkat dan diskusi ( menyajikan video tentang globalisasi).

2. Menjelaskan bahwa mereka akan diberi kesempatan untuk mengalami topik itu secara langsung dengan mengadakan perjalanan lapangan (field trip) pada setting kehidupan nyata. 3. Mengelompokkan kelas menjadi beberapa kelompok empat atau

lima dan meminta siswa mengembangkan daftar pertanyaan dan atau hal-hal khusus yang seharusnya mereka cari selama “perjalanan lapangan”nya.

4. Perintahkan sub-kelompok tersebut untuk memaparkan

pertanyaan-pertanyaan dan menyampaikan kepada teman yang lain.

5. Kelas kemudian akan mendiskusikan dan mengembangkan pertanyaan-pertanyaan.

(15)

7. Siswa diharuskan untuk menyampaikan penemuannya di depan kelas.

6. Media Video

a. Pengertian Media

Media adalah alat yang digunakan untuk mempermudah atau

menunjang sebuah pembelajaran. Sanjaya (2012: 57) menyebutkan

bahwa media adalah perantara dari sumber informasi ke penerima

informasi, contohnya video, televisi, komputer, dan lain sebagainya.

Sedangkan menurut Sadiman, dkk (2012: 19) media atau bahan adalah

perangkat lunak (software) berisi pesan atau informasi pendidikan yang biasanya disajikan dengan mempergunakan perlatan.

Suparman dalam Fathurrohman dan Sutikno (2010: 65)

berpendapat bahwa media merupakan alat yang digunakan untuk

menyalurkan pesan atau informasi dari pengirim kepada penerima

pesan. Dari berbagai definisi tersebut dapat dikatakan bahwa media

pembelajaran adalah setiap orang, bahan, alat, peristiwa yang dapat

menciptakan kondisi yang memungkinkan pembelajar menerima

pengetahuan, keterampilan, dan sikap.

b. Video

Pengertian media video menurut Susilana (2011:51) adalah

media yang menyajikan informasi dalam bentuk suara dan visual.

Unsur suara yang ditampilkan berupa: narasi, dialog, sound effect dan

(16)

Sadiman (2012: 74) menyatakan video sebagai media audio

visual yang menampilkan gerak, semakin lama semakin popular dalam

masyarakat kita. Pesan yang disajikan bisa bersifat fakta

(kejadian/peristiwa yang penting, berita) maupun fiktif (seperti

misalnya ceritera), bisa bersifat informatif, edukatif maupun

intruksional. Sebagian besar tugas film dapat digantikan oleh video.

Tapi tidak berarti bahwa video akan menggantikan kedudukan film.

Menurut Sadiman (2012: 74) masing-masing mempunyai kelebihan

dan keterbatasannya sendiri.

Kelebihan video antara lain:

1) Dapat menarik perhatian untuk periode-periode yang singkat dari rangsangan luar lainnya;

2) Dengan alat perekam pita video sejumlah besar penonton dapat memperoleh informasi dari ahli-ahli/spesialis;

3) Demontrasi yang sulit bisa dipersiapkan dan direkam sebelumnya, sehingga pada waktu mengajar guru bisa memusatkan perhatian pada penyajiannya;

4) Menghemat waktu dan rekaman dapat diputar berulang-ulang; 5) Kamera TV bisa mengamati lebih dekat objek yang sedang

bergerak atau objek yang berbahaya seperti harimau;

6) Keras lemah suara yang ada bisa diatur dan disesuaikan bila akan disispi komentar yang akan didengar;

7) Gambar proyeksi bisa di- “beku”-kan untuk diamati dengan seksama. Guru bisa mengatur waktu akan menghentikan gerakan gambar tersebut; control sepenuhnya di tangan guru; dan

8) Ruangan tak perlu digelapkan waktu menyajikannya.

Kekurangan video menurut Sadiman (2012: 74) antara lain:

1) Perhatian penonton sulit dikuasai, partisipasi mereka jarang dipraktikkan;

2) Sifat komunikasinya bersifat satu arah dan harus diimbangi dengan pencarian bentuk umpan balik yang lain;

3) Kurang mampu menampilkan detail dari objek yang disajikan secara sempurna; dan

(17)

Dilihat dari kekurangan yang ada dalam menggunakan media

video tentunya peneliti harus menampilkan video yang menarik siswa

agar perhatian siswa terpusat saat menontonnya. Video yang menarik

yaitu video yang menampilkan gambar yang kongkrit dan sesuai

dengan materi yang sedang diajarkan.

B. Penelitian yang relevan

Berdasarkan penelitian tindakan kelas yang dilakukan oleh David

Kristian (2012: 2) dengan judul Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPS

Melalui Action Learning Bagi Siswa Kelas IV SD Negeri 2 Pajerukan Kecamatan Kalibagor Kabupaten Banyumas Semester II Tahun Ajaran

2011/2012. Pada jurnal tersebut disimpulkan bahwa pembelajaran IPS dengan

menerapkan strategi Action Learning dapat meningkatkan hasil belajar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada peningkatan hasil belajar IPS

melalui strategi Action Learning, siswa dapat meningkatkan hasil belajar IPS. Peningkatan hasil belajar IPS melalui srategi Action Learning bagi siswa kelas IV SD Negeri 2 Pejerukan di tunjukan oleh persentase ketuntasan yakni

prasiklus ketuntasan sebesar 45% meningkat pada siklus 65%, siklus II 100%

ini berarti ada kenaikan persentase untuk ketuntasan belajar siswa yang

merupakan hasil belajar. Disamping itu kenaikan hasil belajar juga ditunjukan

oleh skor rata-rata. Sedangkan rata-rata nilai kelas prasiklus 82,3 siklus I

90,02 siklus II 95,87. Hasil ini menunjukkan bahwa strategi Action Learning

(18)

Perbedaan penelitian di atas dengan penelitian tindakan kelas ini yaitu

penelitian yang dilakukan ini menekankan pendidikan karakter sikap disiplin

pada peserta didik. Selain itu dalam penelitian ini dipadukan dengan media

video. Penggunaan strategi action learning dengan media video diharapkan mampu meningkatkan sikap disiplin dan prestasi belajar peserta didik.

C. Kerangka Pikir

Penelitian Tindakan Kelas yang berjudul “Upaya meningkatkan sikap

disiplin dan prestasi belajar PKn materi mennjukkan sikap terhadap

globalisasi di lingkungannya melalui strategi Action Learning di kelas IV SD N 1 Tiparkidul” ini dilaksanakan untuk melakukan serangkaian tindakan yang

terangkum dalam siklus I dan siklus II. Hal ini dapat dilihat dari hasil rekap

nilai ulangan harian materi menunjukkan sikap terhadap globalisasi di

lingkungannya yang nilainya belum mencapai KKM sebanyak 24 orang.

Rendahnya sikap disiplin yang dimiliki oleh siswa ditandai dengan

banyaknya siswa yang mencontek saat ulangan dikarenakan kurangnya

pemahaman terhadap materi yang diajarkan, mengobrol saat guru sedang

menjelaskan, tidak patuh terhadap perintah guru. Guru masih mengunakan

model pembelajaran yang bersifat Teacher centered (berpusat pada guru) dengan metode ceramah. Diperlukan variasi penggunaan metode dalam proses

belajar mengajar untuk meningkatkan sikap disiplin dan prestasi belajar. Salah

satu model pembelajaran yang dapat memberi kesempatan siswa untuk aktif

(19)

dan sekaligus meningkatkan sikap disiplin dan prestasi belajar siswa dalam

proses belajar mengajar.

Kerangka Pikir tersebut dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 2.1 Kerangka Pikir

Kondisi Awal

Guru masih mengunakan model pembelajaran yang bersifat

Teacher centered (berpusat pada guru) dengan metode ceramah, yang kurang melibatkan siswa dalam proses KBM

Refleksi Siklus II Pembelajaran menggunakan strategi action learning dengan rendah, nilai akademik siswa belum mencapai kriteria ketuntasan minimal

(20)

D. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian teori dan kerangka pikir di atas, maka hipotesis

tindakan pada penelitian ini yaitu:

1. Melalui penerapan strategi pembelajaran action learning dengan media video dapat meningkatkan sikap disiplin pada siswa kelas IV SD Negeri

Tiparkidul.

2. Melalui penerapan strategi pembelajaran action learning dengan media video dapat meningkatkan prestasi belajar PKn materi menunjukkan sikap

terhadap globalisasi di lingkungannya pada siswa kelas IV SD Negeri

Gambar

Tabel berikut ini menggambarkan keterkaitan antara nilai,
gambar bergerak (motion picture), animasi dan teks.
gambar tersebut; control sepenuhnya di tangan guru; dan
Gambar 2.1 Kerangka Pikir

Referensi

Dokumen terkait

Perbedaan jenis kelainan jantung akan berdampak pada perbedaan pola pertumbuhan pada anak dengan penyakit jantung bawaan, walaupun berat badan

Kaum metroseksual adalah pria dengan orientasi seks yang normal yang suka dengan gaya hidup perkotaan, suka merawat diri, bersosialisasi, penampilan cenderung rapi.. Metode

Hal itu juga diungkapkan oleh Aryati (dalam www.sijorimandiri.net, 2009), bahwa munculnya cemas, panik, dan stress terhadap UASBN adalah karena adanya perasaan

Berdasarkan data yang diperoleh dilapangan melalui observasi dan wawancara dengan salah satu subjek, ia mengatakan bahwa dia merasa dirinya lebih cocok

Perhitungan dapat dilakukan dengan dua cara: (1) koetisien kehitaman yang telah dihitung diinputkkan ke dalam program Batan- 2DIFF dengan kartu *OERIVATIVE CONSTANT, (2)

PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN DAN MASA KERJA PADA HUBUNGAN ANTARA PRESTASI KERJA DAN KOMPENSASI Studi Kasus : Karyawan Bagian Tata Usaha Kantor PG.. Gondang

Sebagai bahan baku pembuatan asam asetat anhydrid yang berguna. sebagai zat untuk memproduksi fiber selulosa asetat

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : (1) ada tidaknya perbedaan yang signifikan antara persepsi siswa SD Kanisius Kalasan dengan persepsi siswa SD Kanisius Kadirojo