• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pemahaman Konsep - PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP DAN KEMANDIRIAN BELAJAR MELALUI DISCOVERY LEARNING PADA SISWA KELAS VIII A SMP NEGERI 8 PURWOKERTO - repository perpustakaan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pemahaman Konsep - PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP DAN KEMANDIRIAN BELAJAR MELALUI DISCOVERY LEARNING PADA SISWA KELAS VIII A SMP NEGERI 8 PURWOKERTO - repository perpustakaan"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Pemahaman Konsep

Pemahaman adalah kemampuan untuk menangkap makna dan arti dari bahan yang dipelajari. Adanya kemampuan ini dinyatakan dalam menguraikan isi pokok dari suatu bacaan, misalnya mengubah data yang disajikan dalam bentuk tertentu ke bentuk lain, seperti rumus matematika ke dalam bentuk kata-kata (Winkel, 1996). Menurut Uno dan Koni (2012) pemahaman adalah kemampuan seseorang dalam mengartikan, menafsirkan, menerjemahkan atau menyatakan sesuatu dengan caranya sendiri tentang pengetahuan yang pernah diterimanya. Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pemahaman adalah kemampuan menangkap makna dan arti serta mengartikan, menafsirkan, menerjemahkan sesuatu dengan caranya sendiri.

(2)

konsep adalah ide (abstrak), sekelompok objek, peristiwa atau simbol yang memiliki karakteristik yang sama dan tetap serta dapat di observasi.

Pemahaman konsep menurut Shadiq (2009) yaitu siswa mampu mendefinisikan, mengidentifikasi, dan memberi contoh atau bukan contoh dari konsep. Pemahaman konsep merupakan kompetensi yang ditunjukan peserta didik dalam memahami konsep dan dalam melakukan prosedur (algoritma) secara luwes, akurat, efisien dan tepat (Uno dan Koni, 2012).

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan pemahaman konsep adalah kemampuan untuk mendefinisikan, mengidentifikasi, dan memberi contoh atau bukan contoh dari suatu konsep dengan ditunjukan peserta didik dapat memahami konsep dan dalam melakukan prosedur (algoritma) secara luwes, akurat, efisien dan tepat.

Menurut Wardhani (2008) beberapa ciri khusus yang membedakan antara soal pemahaman konsep dengan soal untuk aspek penilaian yang lain. Indikator-indikator pemahaman konsep pada petunjuk teknis pelaksanaan peraturan Dirjen Dikdasmen Depdiknas no. 506/c/PP/2004 yaitu :

a. Menyatakan ulang sebuah konsep.

b. Mengklasifikasi objek menurut sifat-sifat tertentu sesuai dengan konsepnya.

c. Memberi contoh dan bukan contoh dari suatu konsep.

(3)

f. Menggunakan dan memanfaatkan serta memilih prosedur atau operasi tertentu.

g. Mengaplikasi konsep atau algoritma pada pemecahan masalah.

Berdasarkan indikator pemahaman konsep di atas, maka dalam penelitian ini indikator yang digunakan adalah:

a. Menyatakan ulang sebuah konsep yaitu dapat menjelaskan kembali konsep-konsep yang telah dipelajari.

Contoh: Saat siswa belajar mengenai prisma dan limas maka siswa dapat menyatakan ulang pengertian prisma dan limas.

b. Mengklasifikasi objek menurut sifat-sifat tertentu sesuai dengan konsepnya yaitu dapat mengidentifikasi sifat-sifat pada suatu obyek yang sesuai dengan konsep tersebut.

Contoh : Saat siswa diberikan berbagai gambar prisma dan limas siswa dapat menunjukan mana gambar yang merupakan prisma dan mana gambar yang merupakan limas serta dapat menjelaskan unsur-unsur dari bangun tersebut.

c. Memberi contoh dan bukan contoh dari suatu konsep yaitu dapat menuliskan beberapa contoh dan bukan contoh dari suatu konsep yang di dapat. Contoh : siswa diminta menyebutkan contoh benda di sekitar mereka yang berbentuk prisma dan limas dalam kehidupan sehari-hari. d. Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis yaitu

(4)

diberikan soal cerita mengenai prisma segitiga yang diketahui panjang sisi alas dan tingginya, maka siswa dapat menggambar prisma tersebut dengan disertai ukuran-ukurannya.

e. Mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup dari suatu konsep dapat menentukan syarat perlu dan syarat cukup yang harus diketahui dalam soal dan mampu mengembangkannya.

Contoh : Siswa diberikan soal menentukan berapa tinggi prisma segitiga siku-siku dengan diketahui luas permukaan prisma, panjang sisi miring dan salah satu sisinya. Untuk menentukan tinggi prisma terlebih dahulu kita harus mencari tinggi alasnya terlebih dahulu yaitu dengan menggunakan rumus pytagoras, kemudian menghitung tinggi prisma tersebut.

f. Menggunakan dan memanfaatkan serta memilih prosedur atau operasi tertentu dapat memilih prosedur yang akan digunakan dalam menyelesaikan masalah.

Contoh : Saat siswa diberikan soal untuk menghitung volume prisma maka rumus yang digunakan adalah rumus volume.

g. Mengaplikasikan konsep atau algoritma pada pemecahan masalah yaitu dapat mengaitkan konsep ke dalam pemecahan masalah.

(5)

B. Kemandirian Belajar

1. Pengertian Kemandirian Belajar

Desmita (2009) berpendapat bahwa kemandirian adalah kemampuan untuk mengendalikan dan mengatur pikiran, perasaan dan tindakan sendiri secara bebas serta berusaha sendiri untuk mengatasi perasaan-perasaan malu dan keragu-raguan. Sedangkan menurut Chaplin (Desmita, 2009), kemandirian adalah kebebasan individu manusia untuk memilih, untuk menjadi kesatuan yang bisa memerintah, menguasai dan menentukan dirinya sendiri. Dari beberapa uraian diatas disimpulkan bahwa kemandirian adalah kemampuan untuk mengendalikan dan mengatur pikiran sesuai kebebasan individu untuk memilih dan menentukan sendiri. Menurut Slamento (2010) belajar adalah proses usaha untuk memperoleh perubahan tingkah laku baru yang merupakan hasil dari pengalaman sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Pendapat lain dikemukakan oleh Gagne (Dahar, 2011) mendefinisikan bahwa belajar adalah suatu proses dimana suatu organisasi berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman. Maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah proses perubahan dari hasil pengalaman sendiri sebagai akibat dari pengalaman

(6)

dengan kebebasannya dalam menentukan dan mengelolah sendiri bahan ajar, waktu, tempat, dan memanfaatkan berbagai sumber belajar yang diperlukan.

Dari beberapa pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa kemandirian belajar adalah aktivitas belajar siswa yang didorong oleh kemauan, pilihan dan tanggung jawab diri sendiri tanpa adanya bantuan orang lain untuk menguasai kompetensi tertentu yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah serta mampu mempertanggung jawabkan tindakannya.

Menurut Desmita (2009) kemadirian belajar biasanya ditandai dengan: (a) memiliki kemampuan menentukan nasib sendiri; (b) kreatif dan inisiatif; (c) bertanggung jawab; (d) mampu menahan diri; (e) membuat keputusan sendiri; (f) mampu mengatasi masalah.

2. Gejala Kemandirian Belajar

Menurut Sunaryo (Desmita, 2009) menyebutkan beberapa gejala yang berhubungan dengan permasalah kemandirian belajar yaitu:

(7)

2. Sikap tidak peduli terhadap lingkungan hidup.

Siswa yang tidak peduli terhadap lingkungannya merupakan gejala yang menunjukan bahwa kemandiriannya masih rendah. Jika siswa peduli dengan lingkungan sekitar berarti memiliki kemandirian belajar. Contoh : siswa mengobrol sendiri dengan teman sebangkunya apabila guru sedang menjelaskan materi pelajaran.

3. Ketidak jujuran dalam berfikir dan bertindak

Ketidakjujuran dalam berpikir dan bertindak menunjukan bahwa kemandirian masih rendah. Contoh: siswa lebih memilih diam daripada bertanya kepada guru tentang kesulitan dalam memahami masalah yang dihadaripnya dalam kegiatan belajar mengajar.

3. Upaya-upaya pengembangan kemandirian belajar

Upaya-upaya dalam pengembangan kemandirian belajar siswa, diantaranya :

a. Mengembangkan proses belajar mengajar yang demokratis, yang memungkinkan anak merasa dihargai

b. Mendorong anak untuk berperan aktif dalam pengambilan keputusan dan dalam berbagai kegiatan sekolah.

c. Memberi kebebasan kepada anak untuk mengeksplorasi lingkungan, mendorong rasa ingin tahu mereka.

d. Penerimaan positif tanpa syarat kelebihan dan kekurangan anak, tidak membeda-bedakan anak yang satu dengan yang lain.

(8)

Indikator kemandirian belajar yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Memiliki keinginan yang kuat untuk belajar

b. Mampu mengambil keputusan dan inisiatif untuk mengatasi masalah yang dihadapi.

c. Memiliki kepercayaan diri dan melaksanakan tugas-tugasnya secara mandiri.

d. Memiliki tanggung jawab atas apa yang dilakukannya C. Discovery Learning

1. Pengertian Discovery Learning

Menurut Sund (Roestiyah, 2012) discovery adalah proses mental dimana siswa mampu mengasimilasikan suatu konsep atau prinsip. Proses mental tersebut antara lain: mengamati, mencerna, mengerti, menggolong-golongkan, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur, dan membuat kesimpulan. Sedangkan Gulo (Trianto, 2009) berpendapat bahwa discovery adalah suatu rangkaian kegiatan belajar yang mendorong siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis sehingga dapat merumuskan menemuannya sendiri

(9)

intuitif untuk akhirnya sampai kepada suatu kesimpulan (Kemendikbud, 2013). Menurut Krismanto (2003) discovery learning adalah pembelajaran dimana guru berperan meyatakan persoalan, kemudian membimbing siswa untuk menemukan penyelesaian dari persoalan itu dengan perintah – perintah atau lembar kerja. Siswa mengikuti petunjuk dan menemukan sendiri penyelesaiannya.

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa Discovery

learning adalah suatu metode pembelajaran kelompok yang dalam proses

pembelajarannya siswa dituntut untuk menemukan sebuah konsep melalui lembar kerja dengan guru bertugas sebagai pembimbing.

2. Langkah – langkah Discovery Learning

Menurut Rusvan dkk. (1994) tahapan proses pembelajaran discovery learning adalah:

a. Stimulation (Stimulasi/Pemberian Rangsangan)

Pada tahap ini guru memulai dengan bertanya mengajukan pertanyaan, atau memerintah peserta didik membaca atau mendengarkan uraian yang memuat permasalahan.

b. Problem statement (Pernyataan/ Identifikasi Masalah)

(10)

dirumuskan dalam bentuk pertanyaan atau hipotesis (pernyataan sebagai jawaban sementara atas pertanyaan tersebut).

c. Data collection (Pengumpulan Data)

Tahap ini dilakukan untuk menjawab petanyaan atau membuktikan benar tidaknya hipotesis itu, peserta didik diberi kesempatan untuk mengumpulkan berbagai informasi yang relevan, dengan membaca buku sumber, mengamati objeknya, mewawancarai orang sebagai sumber, dan sebagainya.

d. Data processing (Pengolahan Data)

Semua informasi yang di dapat pada tahap sebelumnya yaitu dari hasil membaca buku sumber, wawancara dan sebagainya, selanjutnya diolah, diacak, bahkan kalau perlu dihitung dengan cara tertentu serta ditafsirkan.

e. Verification (Pembuktian)

Berdasarkan hasil pengolahan dan tafsiran atau informasi yang ada tersebut (available information), pertanyaan atau hipotesis yang telah dirumuskan terdahulu itu kemudian dicek, apakah terjawab atau tidak dengan kata lain terbukti atau tidak.

f. Generalization (Menarik Kesimpulan/Generalisasi)

Tahap selanjutnya, berdasarkan hasil verifikasi tadi siswa dapat belajar menarik generalisasi atau kesimpulan tertentu.

(11)

a. Mengidentifikasi kebutuhan siswa.

b. Seleksi pendahuluan terhadap konsep yang akan dipelajari. c. Seleksi bahan atau masalah yang akan dipelajari.

d. Menentukan peran yang akan dilakukan oleh masing – masing peserta didik.

e. Mengecek pemahaman peserta didik terhadap masalah yang akan diselidiki atau ditemukan.

f. Mempersiapkan setting kelas.

g. Mempersiapkan fasilitas yang diperlukan.

h. Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk melakukan penyelidikan dan penemuan

i. Menganalisis sendiri atas data temuan.

j. Merangsang terjadinya dialog antar peserta didik.

k. Memberi penguatan kepada peserta didik untuk giat dalam proses penemuan.

l. Memfasilitasi peserta didik dalam merumuskan prinsip – prinsip generalisasi atas hasil penemuannya

Dalam penelitian ini langkah-langkah discovery learning yang digunakan adalah sebagai berikut:

a. Stimulation (Stimulasi/Pemberian Rangsangan)

(12)

b. Problem statement (Pernyataan/ Identifikasi Masalah)

Pada tahap ini guru mengajukan pertanyaan kepada siswa untuk memancing siswa mengidentifikasi masalah sebanyak mungkin yang selanjutnya akan dipecahkan.

c. Data collection (Pengumpulan Data)

Pada tahap ini siswa mengumpulkan data sebanyak-banyaknya yang nantinya akan digunakan untuk memecahkan masalah yang dihadapi. d. Data processing (Pengolahan Data)

Pada tahap ini semua data yang didapat dari tahap pengumpulan data selanjutnya diolah untuk menyelesaikan masalah.

e. Verification (Pembuktian)

Pada tahap verifikasi jawaban atas masalah yang didapat pada tahap pengolahan data kemudian diverifikasi apakah jawaban atas penyelesaian masalah itu benar atau tidak.

f. Generalization (Menarik Kesimpulan/Generalisasi)

Tahap selanjutnya, berdasarkan hasil verifikasi tadi siswa dapat belajar menarik generalisasi atau kesimpulan tertentu.

3. Tahapan Discovery Learning

Dalam tabel dibawah ini disajikan tahap-tahap discovery learning yang digunakan dalam proses belajar mengajar sebagai berikut:

Tabel 2.1 Tahapan discovery learning Deskripsi Kegiatan

Pendahuluan

(13)

c. Guru mengecek kehadiran siswa, dengan cara menanyakan siapa yang tidak berangkat

d. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.

e. Guru menginformasikan model pembelajaran yang akan digunakan yaitu discovery learning

Kegiatan Inti

Stimulation (Stimulasi/ Pemberian rangsangan) f. Guru memberikan materi dasar berupa ceramah Problem statment (Pernyataan/ Identifikasi masalah)

g. Guru memberikan pertanyaan untuk memancing rasa ingin tahu siswa Data collection (Pengumpulan data)

h. Siswa bersama kelompoknya mengumpulkan data yang dibutuhkan dalam permasalahan tersebut.

Data processing (Pengolahan data)

i. Siswa bersama kelompoknya mengolah data yang sudah didapatnya untuk menyelesaikan masalah.

Verification (Pembuktian)

j. Guru meminta perwakilan kelompok untuk maju ke depan kelas untuk menuliskan jawaban dari masalah

k. Guru memeriksa hasil pekerjaan siswa untuk membuktikan apakah jawaban dari masalah tersebut benar

Generalization (Kesimpulan)

l. Guru menarik kesimpulan yang dapat dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk semua kejadian atau masalah yang sama.

Penutup

m.Guru menginformasikan materi pembelajaran di pertemuan yang akan datang.

n. Mengakhiri pembelajaran dengan salam

D. Penelitian Relevan

Penelitian ini didukung penelitian sebelumnya oleh Purwitasari (2012), dalam penelitiannya yang berjudul Model Discovery Learing Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Matematika Siswa Kelas VIII D SMP Negeri 1 Kedungbanteng, didapatkan hasil bahwa dengan menggunakan

(14)

siswa, hal ini ditunjukan dengan peningkatan nilai pemahaman konsep pada setiap siklusnya. Pada pelaksanaan siklus I nilai rata-rata pemahaman konsep adalah 70,4 pada siklus II meningkat menjadi 75,3 kemudian pada siklus III nilai rata-ratanya adalah 80.

Penelitian lain yang berjudul Peningkatan Kemandirian Belajar dan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis dengan Pembelajaran Discovery di Kelas VIII B MTs Ma’arif NU 06 Bojongsari dilakukan oleh Suning (2013),

dari penelitiannya didapatkan hasil bahwa dengan menggunakan discovery leaarning dapat meningkatkan kemandirian belajar siswanya, hal itu dibuktikan dengan hasil kemandirian belajar yang meningkat setiap siklusnya. Pada siklus I skor kemandirian belajar siswa adalah 54,77, pada siklus II adalah 57,69 dan pada siklus III adalah 61,68.

E. Materi Prisma dan Limas

Standar Kompetensi : 5. Memahami sifat-sifat kubus, balok, prisma, limas, dan bagian-bagiannya, serta menentukan ukurannya.

Kompetensi Dasar Indikator 2. Menghitung luas permukaan

prisma dan limas.

3. Menetukan rumus volume prisma dan limas.

(15)

5. Menghitung luas permukaan dan volume prisma dan limas dalam kehidupan sehari-hari

F. Kerangka Pikir

Masalah yang dihadapi adalah pemahaman konsep dan kemandirian belajar yang masih rendah pada siswa kelas VIII A SMP Negeri 8 Purwokerto. Untuk mengatasi masalah tersebut maka dibutuhkan model pembelajaran yang dapat meningkatkan pemahaman konsep dan kemandirian belajar. Maka, untuk meningkatkan pemahaman konsep dan kemandirian belajar siswa adalah digunakannya discovery learning. Discovery learning adalah pembelajaran dimana guru berperan meyatakan persoalan, kemudian membimbing siswa untuk menemukan penyelesaian dari persoalan itu dengan perintah – perintah

atau lembar kerja. Siswa mengikuti petunjuk dan menemukan sendiri penyelesaiannya

(16)

Pada tahap data collection atau pengumpulan data siswa dapat menggali informasi yang dibutuhkan sebanyak-banyaknya sehingga dapat memberikan contoh dan bukan contoh dari suatu konsep dan mendorong siswa untuk mampu mengambil keputusan dan inisiatif untuk mengatasi masalah yang dihadapi. Pada tahap data processing atau pengolahan data akan melatih siswa untuk menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis, mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup dari suatu konsep, menggunakan dan memanfaatkan serta memilih prosedur atau operasi tertentu, mengaplikasi konsep dan algoritma pada pemecahan masalah dan mendorong siswa memiliki rasa percaya diri dalam melaksanakan tugas-tugasnya secara mandiri.

Pada tahap verification atau verifikasi diharapkan siswa dapat merinci jawaban yang di dapat dari data processing dan membuktikan jawaban yang didapatnya benar atau salah sehingga akan mendorong siswa untuk mengembangkan rasa bertanggung jawab atas apa yang dilakukannya. Selanjutnya pada tahap generalization atau generalisasi adalah tahap penarikan kesimpulan tentang materi yang di dapat sebelumnya berdasarkan infromasi yang mereka miliki dapat mendorong sifat bertanggung jawab atas apa yang dilakukannya.

(17)

menyelidiki, menemukan sendiri suatu konsep tanpa tergantung dan mengandalkan penjelasan dari guru saja.

G. Hipotesis Tindakan

Gambar

gambar yang merupakan limas serta dapat menjelaskan unsur-unsur dari
Tabel 2.1 Tahapan discovery learning

Referensi

Dokumen terkait

EXISTENTIALISM AS REVEALED IN SOPHIE’S JOURNEY TO REALITY IN JOSTEIN GAARDER’S SOPHIE’S WORLD.. beserta perangkat yang diperlukan

perencanaan daerah, studi/dokumen lingkungan yang telah ada, peta rupa bumi, peta geologi, peta tata guna lahan, peta/data kawasan lindung, peta/data kawasan bencana, data iklim

Meru Sakya Bag yang juga dapat menjadi cross body, di desain untuk mendukung kegiatan anda sehari hari dengan interior yang luas dan desain unik dengan dekorasi tenun toraja,

ULP/PPBJ menyatakan seleksi gagal, apabila peserta yang lulus kualifikasi pada proses. prakualifikasi kurang dari 5 (lima) untuk seleksi umum atau kurang dari 3

dimana

Penelitian ini juga mengungkapkan bahwa sebagian besar siswa menganggap bahasa Inggris penting untuk karir masa depan mereka dengan berpendapat bahwa bahasa

Diperuntukkan bagi calon pelamar dengan biaya sendiri, calon pelamar dengan biaya dari instansi tempatnya bekerja, dan calon pelamar dari masyarakat umum yang sedang

a. Akar dikotil berbeda dengan akar monokotil dalam hal... Bagian akar yang mempunyai sifat meristematis adalah.... Jaringan berikut termasuk silinder pusat akar tumbuhan dikotil,