BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kemandirian
1. Pengertian kemandiran
Kemandirian merupakan suatu sikap individu yang diperoleh secara komulatif selama perkembangan, dimana individu akan terus belajar untuk bersikap mandiri dalam menghadapi berbagai situasi dilingkungan sehingga individu mampu berfikir dan bertindak sendiri
(Mu’tadin, 2002).
Menurut lie dan Prasasti (2004), kemandirian merupakan kemampuan untuk melakukan kegiatan atau tugas sehari-hari sesuai dengan tahapan perkembangan dan kapasitasnya.
Menurut Parker (2005) kemandirian dapat diartikan sebagai suatu kondisi dimana seseorang tidak bergantung pada otoritas dan tidak membutuhkan arahan secara penuh,
2. Kemandirian perilaku hidup bersih dan sehat lansia
semuanya dilakukan sendiri dengan keputusan sendiri dalam rangka memenuhi kebutuhannya (Alimul, 2004).
Menurut Kotler (2002), pola hidup sehat adalah gambaran dari aktivitas atau kegiatan seseorang yang di dukung oleh keinginan dan minat, serta bagaimana pikiran seseorang dalam menjalaninya dan berinteraksi dengan lingkungannya.
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat adalah upaya untuk memberikan pengalaman belajar atau menciptakan suatu kondisi bagi perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat dengan membuka jalur komunikasi, memberikan informasi dan melakukan edukasi untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku guna membantu masyarakat mengenali dan mengatasi masalahnya sendiri sehingga masyarakat sadar, mau dan mampu mempraktekkan PHBS melalui pendekatan pimpinan (Advokasi), bina suasana (Sosial Suport) dan pemberdayaan masyarakat (Empowerment). Terdapat 5 tatanan PHBS yaitu PHBS Rumah Tangga, PHBS Sekolah, PHBS Tempat Kerja, PHBS Sarana Kesehatan, PHBS Tempat-tempat Umum (DepKes, 2009).
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kemandirian PHBS lansia adalah suatu kegiatan yang telah dapat dilakukan oleh lansia sendiri tanpa bantuan orang lain dalam berperilaku hidup bersih dan sehat
3. Pola hidup bersih dan sehat lansia
berusia 40 tahun keatas, sangatlah penting. Asupan gizi seimbang sangat diperlukan tubuh jika ingin awet muda dan berusia lanjut dalam keadaan tetap sehat. Tidak dapat disangkal, banyak kendala yang dihadapi manusia saat memasuki pertambahan usia dan mulai menua. Terutama bila sejak muda tidak menerapakan pola hidup sehat atau sudah terserang beragam penyakit seperti stroke, hipertensi, jantung, dan sebagainya. Bahkan ketajaman penglihatan manusia sudah berkurang sejak berusia 40 tahun. Kemampuan tersebut berkurang terutama untuk melihat jarak dekat sehingga memerlukan kaca mata berlensa cembung. Keadaan ini tidak dapat dihindari, namun mudah diatasi dengan menggunakan kacamata. Penyebabnya bisa bermacam-macam namun lebih sering karena ketuaan itu sendiri dan akibat hipertensi (Hanata, 2010).
4. Lima Pesan Dasar Cara hidup Sehat
Pesan kesehatan yang disampaikan terutama menyangkut pola hidup bersih dan sehat (PHBS), khususnya yang bisa diterapkan oleh lansia sesuai usianya. Secara singkat ada 5 (lima) pesan mendasar yang perlu diupayakan dalam pembinaan hidup sehat bagi usia lanjut (DepKes, 2009):
a) Mencuci Tangan dan Menggosok Gigi dengan Bersih
b) Mengkonsumsi Makanan yang Bergizi
Menganjurkan agar berhati-hati mengkonsumsi makanan dan minuman. Menghimbau lansia untuk mengkomsumsi makanan 4 sehat 5 sempurna.
c) Menjaga Kebersihan Lingkungan
Membuang sampah pada tempat sampah yang tersedia. d) Melakukan Olahraga Secara Teratur
Melalui pembinaan oleh kader, lansia dapat melaksanakan senam kesegaran jasmani (SKJ).
e) Mengatur Waktu Istirahat dengan Baik
Membiasakan diri untuk istirahat dan tidur malam secara teratur
5. Tingkatan kemandirian
Lovinger dikutip oleh Yuliana (2009), tingkat kemandirian adalah sebagai berikut :
a. Tingkat impulsif dan melindungi
Adalah sikap cepat bertindak secara tiba-tiba menurut gerak hati dan mencari keadaan yang mengamankan diri. Ciri-ciri tingkatan pertama ini adalah :
1) Peduli kontrol dan keuntungan yang dapat diperoleh dari interaksinya dengan orang lain.
3) Berpikir tidak logis dan tertegun pada cara berpikir tertentu 4) Cenderung melihat kehidupan sebagai zero sum game
5) Cenderung mmenyalahkan dan mencela orang lain serta lingkungannya.
b. Tingkat komformistik
Ciri tingkatan kedua ini adalah :
1) Peduli terhadap penampilan diri dan penerimaan sosial
2) Cenderung berpikir stereotif (angggapan) dan klise (tidak nyata) 3) Peduli akan komformitas (orang yang ahti-hati dalam mengambil
keputusan) terhadap aturan eksternal.
4) Bertindak dengan motif yang dangkal untuk memperoleh pujian. 5) Menyamarkan diri dalam ekspresi emosi dan kurangnya intropeksi 6) Perbedaan kelompok didasarkan atas ciri-ciri eksternal
7) Takut tidak diterima kelompok 8) Tidak sensitif terhadap ke individu 9) Merasa berdosa jika melanggar aturan c. Tingkat sadar diri
Adalah merasa tahu dan ingat pada keadaan diri sebenarnya. Ciri-ciri tingkatan ketiga adalah :
5) Penyesuaian terhadap situasi dan peranan d. Tingkat seksama (conscientious)
Seksama berarti cermat, teliti. Ciri-ciri tingkatan keempat ini adalah : 1) Bertindak atas dasar nilai-nilai internal
2) Mampu melihat dari berbagai pembuatan pilihan dan pelaku tindakan
3) Mampu melihat keragaman emosi, motif dan perpestik diri sendiri maupun orang lain.
4) Sadar akan tanggung jawab dan mampu melakukan kritik dan penilaian diri.
5) Peduli akan hubungan mutualistik (hubungan saling menguntungkan).
6) Memiliki tujuan jangka panjang
7) Cenderung meilhat peristiwa dalam konteks sosial 8) Berfikir lebih kompleks dan atas dasar pola analitis. e. Tingkat individualistik
Adalah keadaan atau sifat-sifat khusus sebagai individu dari semua ciri-ciri yang dimiliki seseorang yang membedakannya dari orang lain. Ciri-ciri tingkatan kelima adalah :
1) Peningkatan kesadaran individualistik
2) Kesadaran akan konflik emosional antara kemandirian dengan ketergantungan.
4) Mengenal eksistensi perbedaan individual
5) Mampu bersikap toleran terhadap pertentangan dalam kehidupan 6) Mampu membedakan kehidupan internal dengan eksternal dirinya. f. Tingkat mandiri
Adalah suatu sikap mampu berdiri sendiri. Ciri-ciri tingkatan keenam ini adalah :
1) Memiliki pandangan hidup sebagai suatu keseluruhan.
2) Cenderung bersikap realistik dan objektif terhadap diri sendiri maupun orang lain
3) Peduli terhadap pemahaman abstrak, seperti keadilan sosisal. 4) Mampu mengintegrasikan nilai-nilai yang bertetangan.
5) Toleran terhadap ambiguitas (keadaan yang sama atau mirip dalam seseorang)
6) Peduli terhadap pemenuhan diri.
7) Ada keberanian untuk menyelesaikan konflik internal. 8) Respon positif terhadap kemandirian orang lain.
6. Faktor-faktor yang mempengaruhi kemandirian lansia
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kemandirian lansia adalah usia, imobilisasi dan mudah jatuh (Luechnotte, 1996).
a. Tanggung jawab
Tanggung jawab berarti memiliki tugas untuk menyelesaikan sesuatu dan diminta pertanggung jawaban atas hasil kerjanya. Misalnya lansia diberi tanggung jawab yang dimulai dengan tanggung jawab untuk mengurus dirinya sendiri. Lansia yang diberi tanggung jawab sesuai dengan kondisinya akan merasa dipercaya, berkompeten dan dihargai. b. Mandiri
Percaya diri dan mandiri adalah dua hal yang saling menguatkan. Semakin lansia dapat mandiri, dia akan semakin mampu mengelola kemandirian, kemudian mengembangkan kemandirian. Keluarga harus memberikan kesempatan dan waktu agar lansia bisa memiliki tugas-tugas yang praktis, mereka harus memahami metode atau cara bagaimana cara menyelesaikannya dan bagaimana menghadapi frustasi yang tidak bisa dihindarkan.
c. Pengalaman praktis dan akal sehat yang relevan
Akal yang sehat berkembang melalui pengalaman yang praktis dan relevan. Seseorang yang memiliki kemandirian akan memahami diantaranya mampu untuk:
1) Memenuhi kebutuhan makan untuk dirinya sendiri.
2) Membuat keputusan rasional bagaimana membelanjakan uang sesuai kebutuhan.
d. Otonom
Merupakan kemampuan untuk menentukan arah sendiri (self determination) yang berarti mampu mengendalikan atau mengetahui
atau mempengaruhi apa yang terjadi pada dirinya. e. Kemampuan memecahkan masalah
Dengan adanya dukungan dan arahan yang memadai, lansia akan terdorong untuk mecari jalan keluar bagi persoalan-persoalan yang mereka alami.
f. Kebutuhan akan kesehatan yang baik
Olah raga dan berbagai aktifitas fisik adalah penting untuk mengembangkan atau meningkatkan proses koordinasi yang baik dan kebugaran. Kita semua tahu bahwa latihan dapat memberi keuntungan dan berpengaruh terhadap kesehatan kita dan kebahagiaan secara umum. Latihan dapat memberi energi yang baru dan dianggap dapat meingkatkan sikap dan motivasi kita, maka jika tubuh kita bugar, kita akan memiliki stamina yang labih baik.
g. Support sosial
Support sosial bagi lansia terdiri dari tiga komponen yaitu :
1) Jaringan-jaringan informal meliputi keluarga dan kawan-kawannya. 2) Sistem pendukung formal meliputi tim keamanan sosial setempat,
program-program medikasi dan kesejahteraan sosial.
B. Lansia
1. Pengertian
Teori Genetik dan Mutasi menyebutkan bahwa menua terjadi sebagai akibat dari perubahan biokimia yang diprogram oleh molekul atau DNA dan setiap sel pada saatnya akan mengalami mutasi. Menua ini terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa digunakan. Regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan kestabilan lingkungan internal dan stres menyebabkan sel-sel tubuh lelah dipakai (Sikhan, 2009).
Menurut (Nugroho 2000) menyebutkan bahwa pengertian usia lanjut adalah mereka yang telah berusia 60 tahun atau lebih.
Keliat (1999) dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia.
2. Perubahan-perubah pada lansia
Secara individu, pengaruh proses menua dapat menimbulkan masalah baik secara fisik, biologis, mental, maupun sosial ekonomi. Semakin lanjut usia, mereka akan mengalami kemunduran terutama di bidang kemampuan fisik sehinggga mengakibatkan timbulnya gangguan dalam hal mencukupi kebutuhan sehari-harinya (ADL) yang berakibat dapat meningkatkan ketergantungan untuk memerlukan bantuan orang lain (Nugroho, 2008).
gangguan pendengaran. Perubahan yang terjadi dapat mengakibatkan keterbatasan lansia dalam melaksanakan Aktivitas Hidup Sehari-hari. Kemampuan Aktivitas Hidup Sehari-hari lansia dapat diukur dengan menggunakan indeks Barthel, meliputi pengendalian rangsang BAB, BAK, membersihkan diri, penggunaan jamban/toilet, makan, transfer, mobilitas, berpakaian, naik turun tangga dan mandi.
Menurut Nugroho (2000) perubahan-perubahan yang terjadi pada
lansia yaitu sebagai berikut:
a. Perubahan-perubahan fisik yang terjadi pada lansia diakibatkan oleh
terjadinya proses degeneratif yang meliputi :
1) Sel terjadi perubahan menjadi lebih sedikit jumlahnya dan lebih besar
ukurannya, serta berkurangnya jumlah cairan tubuh dan berkurangnya
intraseluler.
2) Sistem persyarafan terjadi perubahan berat otak 10-20, lambat dalam
respon dan waktu untuk bereaksi dan mengecilnya syaraf panca indera
yang menyebabkan berkurangnya penglihatan, hilangnya pendengaran,
menurunnya sensasi perasa dan penciuman sehingga dapat
mengakibatkan terjadinya masalah kesehatan misalnya glukoma dan
sebagainya. Menurunnya kemampuan otak dalam menyerap vitamin
B12, yang berperan dalam proses kerja otak. Sehingga dalam
penerimaan stimulus dari luar lambar, daya ingat menurun, degenerasi
sel-sel otak, menurun kognisi dan menurunnya tingkat intelektual. Hal
tersebut akan menyebabkan perilaku bersih dan sehat menjadi kurang
3) Sistem pendengaran terjadi perubahan hilangnya daya pendengaran
pada telinga dalam, terutama terhadap bunyi suara atau nada-nada yang
tinggi, suara yang tidak jelas, sulit mengerti kata-kata, 50% terjadi pada
usia di atas umur 65 tahun dan pendengaran bertambah menurun pada
lanjut usia yang mengalami ketegangan jiwa atau stress. Hilangnya
kemampuan pendengaran meningkat sesuai dengan proses penuaan dan
hal yang seringkali merupakan keadaan potensial yang dapat
disembuhkan dan berkaitan dengan efek-efek kolateral seperti
komunikasi yang buruk dengan pemberi perawatan, isolasi, paranoia dan penyimpangan fungsional.
4) Sistem penglihatan terjadi perubahan hilangnya respon terhadap sinar, kornea lebih terbentuk spesies, lensa lebih suram sehingga menjadi katarak yang menyebabkan gangguan penglihatan, hilangnya daya akomodasi, meningkatnya ambang pengamatan sinar, daya adaptasi terhadap kegelapan lebih lambat dan susah melihat dalam cahaya gelap, menurunnya lapang pandang sehingga luas pandangnya berkurang luas.
menurun menjadi mmHg yang mengakibatkan pusing mendadak, tekanan darah meninggi diakibatkan oleh meningkatnya resitensi dari pembuluh darah perifer.
b. Perubahan mental
Meliputi perubahan dalam memori secara umum. Gejala-gejala memori cocok dengan keadaan yang disebut pikun tua, akhir-akhir ini lebih cenderung disebut kerusakan memori berkenaan dengan usia atau penurunan kognitif berkenaan dengan proses menua. Pelupa merupakan keluhan yang sering dikemukakan oleh manula, keluhan ini di anggap lumrah dan biasa oleh lansia, keluhan ini didasari oleh fakta dari peneliti cross sectional dan logitudional didapat bahwa kebanyakan, namun tidak semua lansia mengalami gangguan memori, terutama setelah usia 70 tahun, serta perubahan IQ (intelegentia quotient) tidak berubah dengan informasi matematika dan perkataan verbal, berkurangnya penampilan, persepsi dan ketrampilan psikomotor terjadi perubahan daya membayangkan karena tekanan-tekanan dari factor waktu.
c. Perubahan-perubahan psikososial
kehidupan akhirat dan lebih mementingkan kematian itu sendiri serta kematian dirinya, kondisi seperti ini benar khususnya bagi orang yang kondisi fisik dan mentalnya semakin memburuk, pada waktu kesehatannya memburuk mereka cenderung untuk berkonsentrasi pada masalah kematian dan mulai dipengaruhi oleh perasaan seperti itu, hal ini secara langsung bertentangan dengan pendapat orang lebih muda, dimana kematian mereka tampaknya masih jauh dan arena itu mereka kurang memikirkan kematian.
d. Perubahan psikologis
Masalah psikologis yang dialami oleh lansia ini pertama kali mengenai sikap mereka sendiri terhadap proses menua yang mereka hadapi, antara lain penurunan badaniah atau dalam kebingungan untuk memikirkannya. Dalam hal ini di kenal apa yang di sebut disengagement theory, yang berarti ada penarikan diri dari masyarakat
3. Batasan usia lansia
Menurut WHO dalam Efendi (2009) dalam bukunya mmengatakan organisasi kesehatan dunia batasan-batasan lanjut usia meliputi :
a. Usia pertengahan yaitu kelompok umur 45 sampai dengan umur 59 tahun.
b. Lanjut usia (elderly) yaitu umur antara 60 sampai dengan umur 74 tahun.
c. Lanjut usia tua (old) yaitu umur antara 75 sampai dengan 90 tahun. d. Usia sangat tua, yaitu umur 90 tahun keatas.
4. Masalah pada lansia
Masalah-masalah pada lansia antara lain, mudah jatuh, mudah lelah, kekacauan mental akut, nyeri dada, sesak nafas pada waktu melakukan kerja fisik, berdeba-debar, pembengkakan kaki bagian bawah, nyeri punggung bawah atau pinggang, nyeri pada sendi pinggul, berat badan menurun, mengompol, gangguan penglihatan, gangguan pendengaran, gangguan tidur, keluhan pusing, keluhan dingin dan kesemutan, serta mudah gatal. (Bandiyah, 2009).
Secara umum tindakan-tindakan pencegahan praktis yang kiranya dapat dijalankan adalah sebagai berikut: 1) hindari berat badan yang terlalu berat, 2) kurangi makan dan memilih makanan yang sesuai, 3) olahraga teratur, 4) menghindari penyakit jantung iskemik: merokok, 5) menghindari timbulnya kecelakaan, 6) tindakan mengisi kehidupan,7) mempersiapkan pensiun, 8) melakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala ( Setiabudhi & Hardywinoto, 2005).
C. Dukungan Keluarga
1. Pengertian
Dukungan keluarga adalah sikap, tindakan dan penerimaan keluarga
terhadap anggotanya. Anggota keluarga memandang bahwa orang yang
bersifat mendukung selalu siap memberikan pertolongan dan bantuan jika
diperlukan (Friedman, 2003).
Menurut Setiawati (2008) keluarga adalah sebuah kelompok yang terdiri dua orang atau lebih yang masing-masing mempunyai hubungan kekerabatan yang terdiri dari ayah, ibu, adik, kakak, kakek dan nenek.
emosional dan berpengaruh pada tingkah laku penerimanya. Dalam hal ini orang yang merasa memperoleh dukungan secara emosional merasa lega karena diperhatikan, mendapat saran atau kesan yang menyenangkan pada dirinya (Smet, 1994).
Sehingga dapat disimpulkan pengertian dukungan keluarga adalah suatu bentuk dukungan berupa tindakan ataupun sikap yang diberikan keluarga kepada lansia untuk memotivasi lansia dalam melakukan setiap kegiatan.
2. Jenis dukungan keluarga
Caplan (1964) dalam Friedman (2003) menjelaskan bahwa keluarga
memiliki beberapa jenis dukungan yaitu:
a. Dukungan informasional
Keluarga berfungsi sebagai sebuah kolektor dan diseminator (penyebar)
informasi tentang dunia. Menjelaskan tentang pemberian saran, sugesti,
informasi yang dapat digunakan mengungkapkan suatu masalah. Manfaat
dari dukungan ini adalah dapat menekan munculnya suatu stressor karena
informasi yang diberikan dapat menyumbangkan aksi sugesti yang
khusus pada individu. Aspek-aspek dalam dukungan ini adalah nasehat,
usulan, saran, petunjuk dan pemberian informasi. Keluarga juga
merupakan penyebar informasi yang dapat diwujudkan berupa pemberian
dukungan semangat, pengawasan terhadap pola ADL.
b. Dukungan penilaian
Keluarga bertindak sebagai sebuah bimbingan umpan balik,
validator indentitas anggota keluarga diantaranya memberikan support,
penghargaan, perhatian. Keluarga memberikan dukungan berupa
penelitian yang tercermin dalam memberikan support, penghargaan dan
perhatian pada lansia untuk dapat mandiri dalam berperilaku hidup bersih
dan sehat.
c. Dukungan instrumental
Keluarga merupakan sebuah sumber pertolongan praktis dan konkrit,
diantaranya: kesehatan penderita dalam hal kebutuhan makan dan
minum, istirahat, terhindarnya penderita dari kelelahan. Dukungan ini
bersifat nyata nyata yang berbentuk material bertujuan untuk
meringankan beban bagi lansia dan mendukung lansia untuk dapat
mandiri dalam berperilaku hidup bersih dan sehat. Dukungan
instrumental ini dapat berupa uang, alat-alat dan waktu luang.
d. Dukungan emosional
Keluarga sebagai tempat yang aman dan damai untuk istirahat dan
pemulihan serta membantu penguasaan terhadap emosi. Aspek-aspek
dari dukungan emosional meliputi dukungan yang diwujudkan dalam
bentuk afeksi, adanya kepercayaan, perhatian, mendengarkan dan
didengarkan. Dukungan ini berupa bentuk bagaimana keluarga
memberikan ungkapan empati, kepedulian, perhatian pada lansia untuk
3. Fungsi keluarga
Menurut Friedman (2003) fungsi keluarga meliputi:
a. Fungsi afektif adalah fungsi keluarga yang utama mengajarkan segala sesuatu untuk mempersiapkan anggota keluarga berhubungan dengan orang lain.
b. Fungsi sosialisasi adalah fungsi mengembangkan dan tempat berlatih anak untuk kehidupan sosial sebelum meninggalkan rumah untuk berhubungan dengan orang lain di luar rumah.
c. Fungsi reproduksi adalah fungsi untuk mempertahankan generasi dan menjaga kelangsungan keluarga.
d. Fungsi ekonomi adalah keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan keluarga secara ekonomi dan tempat untuk mengembangkan kemampuan individu dalam meningkatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
D. Kerangka Teori
Keterangan:
: Tidak diteliti
: Diteliti
Gambar 2.1 Kerangka Teori
Sumber: Depkes (2005), Suhartini (2004) dan Yuliana (2009)
Pengalaman praktis
b) Mengkonsumsi Makanan yang Bergizi
c) Menjaga Kebersihan Lingkungan d) Melakukan Olahraga Secara
Teratur
E. Kerangka Konsep
F. Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Ho: Ada hubungan dukungan keluarga dengan kemandirian Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) pada lansia Di Desa Rakit Kabupaten Banjarnegara.
Ha: Tidak ada hubungan dukungan keluarga dengan kemandirian Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) pada lansia Di Desa Rakit Kabupaten Banjarnegara.
Dukungan Penghargaan
keluarga
Dukungan Informasi keluarga
Dukungan Instrumental
keluarga Dukungan emosional keluarga
Kemandirian lansia berperilaku hidup bersih dan