• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Kecemasan - Nur Najmiyatul Kholifah BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Kecemasan - Nur Najmiyatul Kholifah BAB II"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori 1. Kecemasan

a. Pengertian Kecemasan

Kecemasan adalah emosi yang tidak menyenangkan, yang

ditandai dengan kekhawatiran, keprihatinan, rasa takut yang kadang

kita alami, dalam tingkat yang berbeda-beda. Cemas sangat berkaitan

dengan perasaan yang sangat tidak enak, khawatir, cemas, gelisah,

tidak pasti dan tidak berdaya yang disertai satu atau lebih gejala

badaniah (Stuart dan Sundeen, 2008).

Kecemasan merupakan suatu respon stressor yang merupakan

gangguan efek dan emosi. Efek adalah nada perasaan yang

menyenangkan atau tidak menyenangkan yang menyertai suatu

pikiran dan biasanya berlangsung lama dan disertai oleh banyak

komponen fisiologi (Maramis, 2004).

Cemas berbeda dengan takut, walaupun hampir sama tetapi

terdapat perbedaan yang penting, yaitu :

1) Takut merupakan rasa tidak berani terhadap suatu objek yang

konkrit.

2) Kecemasan menyerang pada tingkat lebih dalam dari pada takut,

(2)

b. Gejalakecemasan

Gejala klinis kecemasan adalah :

1) Cemas, khawatir, takut akan pikirannya sendiri dan mudah

tersinggung.

2) Tegang, tidak tenang, gelisah dan mudah terkejut.

3) Gangguan pola tidur dan mimpi yang menyeramkan.

4) Takut sendiri atau takut banyak orang.

5) Gangguan konsentrasi atau daya ingat.

6) Keluhan somatik, seperti rasa sakit pada tulang dan otot

pendengaran berdenging, berdebar-debar sesak nafas, gangguan

pencernaan, gangguan perkemihan dan sakit kepala (Hawari,

2008).

c. Faktor- faktor yang mempengaruhi kecemasan

Faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan (Stuart dan Sundeen,

2008) adalah :

1) Faktor Psikologi

Pengalaman masa kecil yang bernilai emosi yang tinggi,

namun pada masa berikutnya ditekan dapat menimbulkan

kecemasan.

2) Faktor Genetik

Biasanya faktor genetik pada wanita lebih banyak dari pada

(3)

memiliki komponen genetik yang sama dan terdapat lebih banyak

daripada wanita.

3) Faktor Umur

Umur kurang dari 20 tahun digolongkan umur muda, Umur

antara 20 sampai 35 tahun tergolong umur menengah, dan umur di

atas 35 tahun tergolong umur tua. Umur muda lebih mudah

menderita kecemasan dari pada umur yang sudah tua (Soewandi,

2003).

4) Tingkat Ekonomi

Salah satu faktor yang mempengaruhi timbulnya kecemasan

adalah stress psikososial termasuk kemiskinan dan status ekonomi

tinggi pada seseorang akan menyebabkan orang tersebut tidak

mudah mengalami stres dan kecemasan (Prawirohusodo, 2001).

5) Tingkat Pendidikan

Status pendidikan yang rendah akan menyebabkan seseorang

mengalami stress dan kecemasan, hal ini disebabkan karena

kurangnya informasi yang didapat orang tersebut.

d. Klasifikasi tingkat Kecemasan

Manifestasi cemas dapat meliputi aspek fisik, emosi, kognitif,

dan tingkah laku. Respon terhadap ancaman dapat berkisar dari

(4)

1) Kecemasan Ringan

Kecemasan ringan berhubungan dengan ketegangan akan

kehidupan sehari-hari dan menyebabkan seseorang menjadi

waspada dan meningkatkan lahan persepsinya. Gejala adanya

kecemasan ringan dapat berupa rasa tegang di otot dan kelelahan,

terutama di otot-otot dada, leher dan punggung. Dalam

persiapannya untuk berjuang, menyebabkan otot akan menjadi

lebih kaku dan akibatnya akan menimbulkan nyeri dan spasme di

otot dada, leher dan punggung. Ketegangan dari kelompok agonis

dan antagonis akan menimbulkan tremor dan gemetar yang dengan

mudah dapat dilihat pada jari-jari tangan.

2) Kecemasan Sedang

Kecemasan sedang merupakan tahap persepsi pada

lingkungan yang semakin menurun. Individu lebih memfokuskan

pada hal-hal yang lebih penting pada saat ini dan

mengesampingkan hal yang lain. Gejala yang terjadi pada tingkat

ini yaitu kelelahan meningkat, kecepatan denyut jantung dan

pernapasan meningkat, ketegangan otot meningkat, bicara cepat

dengan volume tinggi, lahan persepsi menyempit, mampu untuk

belajar namun tidak optimal, kemampuan konsentrasi menurun,

perhatian selektif dan terfokus pada rangsangan yang tidak

menambah ansietas, mudah tersinggung, tidak sabar,mudah lupa,

(5)

3) Kecemasan Berat

Kecemasan berat tahap persepsi pada lingkungan menjadi

sangat menurun. Individu cenderung memikirkan hal yang kecil

saja dan mengabaikan hal-hal yang lain. Individu tidak mampu

berfikir berat lagi dan membutuhkan banyak pengarahan.Gejala

yang muncul pada kecemasan berat diantaranya yaitu mengeluh

pusing, sakit kepala, nausea, tidak dapat tidur (insomnia), sering

kencing, diare, palpitasi, lahan persepsi menyempit, tidak mau

belajar secara efektif, berfokus pada dirinya sendiri dan keinginan

untuk menghilangkan kecemasan tinggi, perasaan tidak berdaya,

bingung, disorientasi.

4) Kecemasan Sangat Berat atau Panik

Kecemasan sangat berat atau panik ditandai dengan

persepsi individu yang sudah sangat sempit sehingga tidak dapat

mengendalikan diri lagi dan tidak dapat melakukan apa-apa

walaupun sudah diberi pangarahan dan tuntunan, Keadaan ini

terjadi karena peningkatan aktifitas motoriktidak sejalan dengan

kehidupan dan jika berlangsung terus dalam waktu lama dapat

terjadi kelelahan yang sangat berat bahkan kematian. Tanda dan

gejala yang terjadi pada keadaan ini adalah susah bernapas, dilatasi

pupil, palpitasi, pucat, diaphoresis, pembicaraan inkoheren, tidak

dapat berespon terhadap perintah yang sederhana, berteriak,

(6)

e. Cara Ukur Kecemasan

Untuk mengukur sejauh mana derajat kecemasan seseorang,

dapat digunakan alat ukur yang disebut HRS-A (Hamilton Rating

Scale for Anxiety) yang terdiri dari 14 kelompok gejala

yangmasing-masing kelompok dirinci lagi dengan gejala-gejala yang lebih spesifik

(Hawari, 2008). Masing-masing kelompok gejala diberi angka atau

skor antara 0-4 dengan penilaian sebagai berikut:

1) Nilai 0 : tidak ada gejala (keluhan)

2) Nilai 1 : gejala ringan (1 dari gejala yang ada)

3) Nilai 2 : gejala sedang (separuh dari gejala yang ada)

4) Nilai 3 : gejala berat (lebih dari separuh gejala yang ada

5) Nilai 4 : gejala berat sekali (semua gejala ada)

Hal-hal yang dilihat dalam HRS-A (Hamilton Rating Scale for

Anxiety) sebagai berikut :

1. Perasaan meliputi rasa cemas, firasat buruk, takut akan pikiran

sendiri dan mudah tersinggung.

2. Ketegangan meliputi rasa tegang, lesu, tidak bisa istirahat dengan

tenang, mudah terkejut, mudah menangis, gemetar dan gelisah.

3. Ketakutan meliputi takut pada gelap, pada orang asing, ditinggal

sendiri, pada binatang besar, pada keramaian lalu lintas dan pada

(7)

4. Gangguan tidur yaitu sukar tidur, terbangun tengah malam, Tidur

tidak nyenyak, bangun dengan lesu, banyak mimpi-mimpi, mimpi

buruk dan mimpi menakutkan.

5. Gangguan kecerdasan meliputi sukar konsentrasi, daya ingat

menurun dan daya ingat buruk.

6. Gangguan depresi (murung) yaitu hilangnya minat, berkurangnya

kesenangan pada hobi, sedih, bangun dini hari dan perasaan

berubah-ubah sepanjang hari

7. Gejala somatik atau fisik (otot) yaitu sakit dan nyeri di otot-otot,

kaku, kedutan otot dan suara tidak stabil.

8. Gejala pendengaran, meliputi telinga berdering, penglihatan kabur,

muka merah atau pusat, merasa lemas dan perasaan ditusuk-tusuk.

9. Gejala kardiovaskular, meliputi denyut jantung cepat,

berdebar-debar, nyeri di dada, denyut nadi mengeras, rasa lesu atau lemas

seperti mau pingsan dan detak jantung menghilang berhenti sekejap.

10.Gejala respiratorik (pernapasan) meliputi rasa tertekan atau sempit di

dada, rasa tercekik, sering menarik nafas dan nafas pendek/sesak.

11.Gejala gastrointesial, meliputi sulit menelan, perut melilit, gangguan

pencernaan, nyeri sebelum dan sesudah makan, Perasan terbakar di

perut terasa penuh atau kembung, mual, muntah, buang air besar

lembek dan sukar buang air besar.

12.Gejala urogenital meliputi sering buang air kecil, tidak dapat

(8)

berlebihan, darah haid amat sedikit, masa haid berkepanjangan, masa

haid amat pendek, haid beberapa kali dalam sebulan, menjadi dingin,

ejakulasi dini dan ereksi melemah.

13. Gejala autonom meliputi mulut kering, muka merah, mudah

berkeringat, kepala pusing, kepala terasa berat, kepala terasa sakit

dan bulu-bulu berdiri.

14. Tingkah laku meliputi gelisah, tidak tenang, jadi gemetar, kulit

kering, muka tegang, otot tegang atau mengeras, nafas pendek dan

cepat dan muka merah.

2. Pembedahan a. Pengertian

Pembedahan atau operasi merupakan tindakan pembedahan

pada suatu bagian tubuh (Smeltzer dan Bare, 2005). Pre operatif

adalah fase dimulai ketika keputusan untuk menjalani operasi atau

pembedahan dibuat dan berakhir ketika pasien dipindahkan ke meja

operasi (Smeltzer dan Bare, 2005).

b. Klasifikasi Pembedahan

Pembedahan dapat diklasifikasikan dalam beberapa macam

yaitu menurut berbagai alasan, tingkat urgensinya, lokasi

pembedahan dan luas jangkauan pembedahan (Smeltzer & Bare,

(9)

1) Klasifikasi pembedahan berdasarkan berbagai alasan

Berdasarkan alasan diagnostik, seperti ketika dilakukan

biopsi atau laparotomi eksplorasi. Kuratif seperti ketika

mengekssi massa tumor atau mengangkat apendiks yang

mengalami inflamasi. Reparatif seperti ketika harus

memperbaiki luka multipel. Rekonstruktif atau kosmetik seperti

ketika melakukan perbaikan wajah.

2) Klasifikasi pembedahan berdasarkan tingkat urgensinya

Berdasarkan tingkat kedaruratan pasien membutuhkan

perhatian segera, gangguan yang mungkin mengancam jiwa.

Indikasi untuk pembedahan yaitu tanpa ditunda. Contoh

perdarahan hebat, obstruksi kandung kemih atau usus, fraktur

tulang tengkorak, luka tembak atau tusuk, luka bakar sangat

luas.

Berdasarkan tingkat urgen pasien membutuhkan

perhatian segera. Indikasi untuk pembedahan yaitu dalam 24 –

30 jam. Berdasarkan tingkat yang diperlukan, pasien harus

menjalani pembedahan. Indikasi untuk pembedahan yaitu

direncanakan dalam beberapa minggu atau bulan. Contoh

hiperplasia prostat tanpa obstruksi kandung kemih gangguan

tiroid, katarak. Berdasarkan tingkat elektif, pasien harus

dioperasi ketika diperlukan. Indikasi untuk pembedahan yaitu:

(10)

membahayakan. Contoh : perbaikan eskar, hernia sederhana,

perbaikan vaginal. Dan berdasarkan tingkat pilihan, keputusan

terletak pada pasien. Indikasi untuk pembedahan yaitu pilihan

pribadi. Contoh bedah kosmetik.

3) Klasifikasi pembedahan berdasarkan lokasi pembedahan

Berdasarkan lokasi pembedahan internal, tindakan

pembedahan pada tubuh bagian dalam jaringan perut tidak

kelihatan, tetapi dapat menyebabkan komplikasi perlengketan.

Sedangkan berdasarkan lokasi pembedahan eksternal, tindakan

pembedahan pada tubuh bagian luar jaringan perut akan

kelihatan.

4) Klasifikasi pembedahan berdasarkan luas jangkauan

pembedahan

Bedah minor atau kecil, yaitu suatu tindakan

pembedahan sederhana yang tidak mengancam kehidupan dan

dapat dilakukan di ruang praktek dokter ahli bedah, klinik, unit

rawat inap bedah, unit poliklinik bedah, dan sebagian besar

menggunakan anastesi lokal. Sedangkan bedah mayor atau

besar, yaitu suatu tindakan pembedahan dapat mengancam

kehidupan dilakukan di kamar bedah dan biasanya

(11)

3. Kecemasan Pasien Pre-Operasi a. Pengertian

Tindakan pembedahan akan menimbulkan ketakutan dan

kecemasan pada pasien walaupun respon individu terhadap

tindakan tersebut berbeda-beda. Beberapa pasien menyatakan takut

dan menolak dilakukan tindakan pembedahan, tetapi klien

mengatakan tidak tahu yang menjadi penyebabnya, namun ada juga

beberapa pasien yang menyatakan ketakutannya dengan jelas dan

spesifik (Long, 2006). Segala bentuk prosedur pembedahan selalu

dilalui dengan reaksi emosional klien baik tersembunyi atau

jelas, normal dan abnormal (Smeltzer & Bare, 2005).

Kecemasan pasien pre operasi merupakan suatu respon

antisipasi terhadap suatu pengalaman yang dianggap pasien sebagai

suatu ancaman terhadap perannya dalam hidup, integritas tubuh

bahkan kehidupannya. Kecemasan sangat mempengaruhi fungsi

tubuh pada tindakan operasi, oleh karena itu perawat perlu

mengidentifikasi kecemasan yang dialami pasien. Kecemasan dan

reaksi ini bisa didasarkan pada banyak faktor yang meliputi

ketidaknyamanan dan perubahan-perubahan yang diantisipasi baik

fisik, finansial, psikologi, spiritual, sosial dan akhir dari

(12)

b. Faktor Yang Mempengaruhi Kecemasan Pre Operasi

Terdapat beberapa teori yang dapat menyebabkan

terjadinya kecemasan berhubungan dengan pre operasi dilihat dari

faktor :

1) Predisposisi

a) Teori Psikoanalisa

Kecemasan terjadi karena adanya konflik yang emosional

antara individu dan super ego dalam emosional elemen

kepribadian (Freud dalam Lestari, 2005)

b) Teori Interpersonal

Kecemasan terjadi karena adanya rasa takut terhadap

tidak adanya penerimaan dan penolakan, yaitu dengan

tindakan pembedahan pasien merasa cemas (Stuart &

Sundeen, 2008).

c) Teori Behaviour

Mengatasi kecemasan merupakan produk frustasi, dikaitkan

dengan tindakan pembedahan, tindakan ini sebagai sesuatu

yang mengganggu dan diinginkan pada pencapaian yang

diinginkan (Smeltzer & Bare, 2005).

d) Teori Fisiologis

Operasi merupakan stressor pada tubuh yang memicu pada

(13)

respon hormonal yang bertugas melindungi menjaga tubuh

dari ancaman cedera.

2) Presipitasi

Kecemasan adalah keadaan yang tidak dapat dihindari pada

kehidupan manusia dalam memelihara keseimbangan.

Pengalaman ansietas seseorang tidak sama pada beberapa situasi

dan hubungan interpersonal. Ada 2 faktor yang mempengaruhi

kecemasan pasien pre operasi :

a) Faktor Eksternal

1) Ancaman integritas diri, meliputi ketidakmampuan

fisiologis atau gangguan terhadap kebutuhan dasar

(penyakit, trauma fisik, pembedahan yang akan

dilakukan).

2) Ancaman sistem diri antara lain : ancaman terhadap

identitas diri, harga diri, dan hubungan interpersonal,

kehilangan serta perubahan status atau peran (Stuart &

Sundeen, 2008)

b) Faktor Internal

Kemampuan individu dalam merespon terhadap penyebab

kecemasan ditentukan oleh :

1) Potensi stressor

Stressor psikososial merupakan setiap keadaan atau

(14)

kehidupan seseorang sehingga orang itu terpaksa

mengadakan adaptasi (Smeltzer &Bare, 2005).

2) Maturitas

Individu yang memiliki kematangan kepribadian lebih

sukar mengalami gangguan akibat kecemasan, karena

individu yang matur mempunyai daya adaptasi yang

lebih besar terhadap kecemasan (Hambly, 2005).

3) Pendidikan dan status ekonomi

Tingkat pendidikan dan status ekonomi yang rendah

pada seseorang akan menyebabkan orang tersebut

mudah mengalami kecemasan. Tingkat pendidikan

seseorang atau individu akan berpengaruh terhadap

kemampuan berpikir, semakin tinggi tingkat pendidikan

akan semakin mudah berpikir rasional dan menangkap

informasi baru termasuk dalam menguraikan masalah

yang baru (Stuart & Sundeen, 2008).

4) Keadaan fisik

Seseorang yang mengalami gangguan fisik seperti

cedera, operasi akan mudah mengalami kelelahan fisik

sehingga lebih mudah mengalami kecemasan. Di

samping itu orang yang mengalami kelelahan fisik

(15)

5) Tipe kepribadian

Orang yang berkepribadian A lebih mudah mengalami

gangguan kecemasan daripada orang dengan

kepribadian B. Adapun ciri-ciri orang dengan

kepribadian A adalah tidak sabar, kompetitif, ambisius,

ingin serba sempurna, merasa diburu-buru waktu,

mudah gelisah, tidak dapat tenang, mudah tersinggung,

otot-otot mudah tegang. Sedangkan orang dengan

kepribadian B mempunyai ciri-ciri yang berlawanan

dengan tipe kepribadian A. Karena tipe kepribadian B

adalah orang yang penyabar, tenang, teliti, dan rutinitas

(Stuart & Sundeen, 2008).

6) Lingkungan dan situasi

Seseorang yang berada di lingkungan asing ternyata

lebih mudah mengalami kecemasan dibanding bila dia

berada di lingkungan yang biasa dia tempati (Hambly,

2005).

7) Umur

Seseorang yang mempunyai umur lebih muda ternyata

lebih mudah mengalami ganggan kecemasan daripada

seseorang yang lebih tua, tetapi ada juga yang

(16)

8) Jenis kelamin

Gangguan panik merupakan suatu gangguan cemas

yang ditandai oleh kecemasan yang spontan dan

episodik. Gangguan ini lebih sering dialami wanita

daripada pria (Varcoralis, 2003)

4. Dukungan Keluarga

Keluarga adalah unit terkecil masyarakat yang terdiri atas 2 orang

atau lebih, adanya ikatan persaudaraan atau pertalian darah, hidup

dalam satu rumah tangga berinteraksi satu sama lain, mempertahankan

satu kebudayaan (Effendy, 2006).Faktor- faktor yang mempengaruhi

a. Faktor-faktor yang mempengaruhi dukungan keluarga

Faktor- faktor yang mempengaruhi dukungan keluarga adalah

sebagai berikut (Stanley, 2007):

1) Kebutuhan fisik

Kebutuhan fisik dapat mempengaruhi dukungan keluarga.

Adapun kebutuhan fisik meliputi sandang, pangan dan papan.

Apabila seseorang tidak tercukupi kebutuhan fisiknya maka

seseorang tersebut kurang mendapat dukungan keluarga.

2) Kebutuhan sosial

Dengan aktualisasi diri yang baik maka seseorang lebih

kenal oleh masyarakat daripada orang yang tidak pernah

(17)

diri yang baik cenderung selalu ingin mendapatkan pengakuan

di dalam kehidupan masyarakat. Untuk itu pengakuan sangat

diperlukan untuk memberikan penghargaan.

3) Kebutuhan psikis

Dalam kebutuhan psikis pasien pre operasi di dalamnya

termasuk rasa ingin tahu, rasa aman, perasaan religius, tidak

mungkin terpenuhi tanpa bantuan orang lain. Apalagi jika orang

tersebut sedang menghadapi masalah baik ringan maupun berat,

maka orang tersebut akan cenderung mencari dukungan sosial

dari orang-orang sekitar sehingga dirinya merasa dihargai,

diperhatikan dan dicintai.

b. Klasifikasi dukungan keluarga

Mengklasifikasikan dukungan keluarga dalam 4 kategori

yaitu (Cohen & Syme, 2005) :

1) Dukungan informasi, yaitu memberikan penjelasan tentang

situasi dan segala sesuatu yang berhubungan dengan masalah

yang sedang dihadapi individu. Dukungan ini, meliputi

memberikan nasehat, petunjuk, masukan atau penjelasan

bagaimana seseorang bersikap.

2) Dukungan emosional, yang meliputi ekspresi empati misalnya

mendengarkan, bersikap terbuka, menunjukkan sikap percaya

terhadap apa yang dikeluhkan, mau memahami, ekspresi kasih

(18)

penerima merasa berharga, nyaman, aman, terjamin, dan

disayangi.

3) Dukungan instrumental adalah bantuan yang diberikan secara

langsung, bersifat fasilitas atau materi misalnya menyediakan

fasilitas yang diperlukan, meminjamkan uang, memberikan

makanan, permainan atau bantuan yang lain.

4) Dukungan appraisal atau penilaian, dukungan ini bisa terbentuk

penilaian yang positif, penguatan (pembenaran) untuk

melakukan sesuatu, umpan balik atau menunjukkan

perbandingan sosial yang membuka wawasan seseorang yang

sedang dalam keadaan stres.

Dukungan sosial merupakan transaksi interpersonal yang

melibatkan aspek-aspek informasi, perhatian, emosi, penilaian dan

bantuan instrumental (Sheridan & Radmacher, 2003). Ciri-ciri setiap

aspek tersebut oleh (Smet, 2004), dijelaskan sebagai berikut ;

1) Informasi dapat berupa saran-saran, nasihat dan petunjuk yang

dapat dipergunakan oleh korban dalam mencari jalan keluar untuk

pemecahan masalahnya.

2) Perhatian emosi berupa kehangatan, kepedulian dan dapat empati

yang meyakinkan korban, bahwa dirinya diperhatikan orang lain.

3) Penilaian berupa penghargaan positif, dorongan untuk maju atau

(19)

4) Bantuan instrumental berupa dukungan materi seperti benda atau

barang yang dibutuhkan oleh korban dan bantuan finansial untuk

biaya pengobatan, pemulihan maupun biaya hidup sehari-hari

selama korban belum dapat menolong dirinya sendiri.

c. Dampak dukungan keluarga

Dukungan keluarga merupakan bantuan atau dukungan yang

diterima individu dari orang-orang tertentu dalam kehidupannya.

Diharapkan dengan adanya dukungan keluarga maka seseorang akan

merasa diperhatikan, dihargai dan dicintai. Dengan pemberian

dukungan sosial yang bermakna maka seseorang akan mengatasi rasa

cemasnya terhadap pembedahan yang akan dijalaninya (Suhita, 2005).

Dukungan sosial dapat memberikan kenyamanan fisik dan

psikologis kepada individu dapat dilihat dari bagaimana dukungan

keluarga mempengaruhi kejadian dan efek dari keadaan kecemasan.

Lieberman (2002) mengemukakan bahwa secara teoritis dukungan

sosial dapat menurunkan munculnya kejadian yang dapat

mengakibatkan kecemasan. Apabila kejadian tersebut muncul, interaksi

dengan orang lain dapat memodifikasi atau mengubah persepsi individu

pada kejadian tersebut dan oleh karena itu akan mengurangi potensi

munculnya kecemasan.

Dukungan sosial juga dapat mengubah hubungan antara respon

individu pada kejadian yang dapat menimbulkan kecemasan.

(20)

kecemasan dan dengan begitu memodifikasi hubungan antara kejadian

yang menimbulkan kecemasan dan efeknya. Pada derajat dimana

kejadian yang menimbulkan kecemasan mengganggu kepercayaan diri

dan dukungan sosial dapat memodifikasi efek itu.

Sarafino (2008) mengemukakan 2 model untuk menjelaskan bagaimana

dukungan sosial dapat mempengaruhi kejadian dan efek dari keadaan

kecemasan, yaitu :

1) Model efek langsung

Model ini melibatkan jaringan sosial yang besar dan memiliki

efek positif pada kesejahteraan. Model ini berfokus pada hubungan

dan jaringan sosial dasar. Model ini juga dideskripsikan sebagai

instruktur dari dukungan sosial yang meliputi faktor status

perkawinan, keanggotaan dalam suatu kelompok, peran sosial dan

keikutsertaan dalam kegiatan keagamaan.

2) Model buffering

Model ini berfokus pada aspek dari dukungan sosial yang

berperilaku sebagai buffer dalam mempertahankan diri dari efek

negatif dari kecemasan. Model ini mengacu pada sumber daya

interpersonal yang akan melindungi individu dari efek negatif

kecemasan dengan memberikan kebutuhan khusus yang disebabkan

oleh kejadian yang mengakibatkan kecemasan. Model ini bekerja

dengan mengerahkan kembali hal-hal yang menimbulkan

(21)

hal-hal tersebut. Model ini berfokus pada fungsi dukungan sosial

yang melibatkan kualitas hubungan sosial yang ada.

Dukungan sosial ternyata tidak hanya memberikan efek positif

dalam mempengaruhi kejadian dari efek kecemasan. Beberapa contoh

efek negatif yang timbul dari dukungan sosial, antara lain (Safarino,

2008) :

1) Dukungan yang tersedia tidak dianggap sebagai sesuatu yang

membantu. Hal ini dapat terjadi karena dukungan yang diberikan

tidak cukup, individu merasa tidak perlu dibantu atau terlalu

khawatir secara emosional sehingga tidak memperhatikan

dukungan yang diberikan.

2) Dukungan yang diberikan tidak sesuai dengan apa yang dibutuhkan

individu.

3) Sumber dukungan memberikan contoh buruk pada individu seperti

melakukan atau menyarankan perilaku tidak sehat.

4) Terlalu menjaga atau tidak mendukung individu dalam melakukan

sesuatu yang diinginkannya. Keadaan ini dapat mengganggu

program rehabilitasi yang seharusnya dilakukan oleh individu dan

(22)

B.Kerangka Teori

2.1. Kerangka Teori

Sumber : Smeltzer & Bare (2002), Stuart & Sundeen (2008),

dan Cohen & Syme (2005).

C. Kerangka Konsep

Gambar 2.2. Kerangka konsep Tindakan Masalah pada pasien

a. Takut tidak bangun lagi/mati

b. Takut nyeri

c. Takut efek anestesi d. Ancaman kecacatam e. Pikiran keganasan

(23)

D. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan landasan teori dan kerangka konsep penelitian, maka

rumusan hipotesis dalam penelitian ini adalah :

Ha: Ada pengaruh dukungan keluarga terhadap tingkat kecemasan

pada pasien pre operasi di Ruang Rawat Inap RSUD Prof. Dr.

Gambar

Gambar 2.2. Kerangka konsep

Referensi

Dokumen terkait

Kuman tersebut biasanya masuk ke dalam tubuh manusia melalui udara (pernapasan) kedalam paru-paru, kemudian kuman tersebut menyebar dari paru-paru ke organ yang lain melalui

(2) Dalam hal Nilai Perolehan Objek Pajak sebagaimana dimaksud pada Pasal 50 ayat (2) huruf a sampai dengan huruf n tidak diketahui atau lebih rendah dari NJOP yang

Prosesi Semana Santa di Larantuka, Nusa Tenggara Timur telah mengalami inkulturasi antara kepercayaan masyarakat lokal, ajaran gereja, dan tradisi yang dibawa oleh

Kepuasan responden di Instalasi Rawat Inap RSUD Tugurejo Semarang kategori tinggi adalah 38 responden ( 38 % ) dan kategori sedang 62 responden ( 62 % ), dengan

Sesuai dengan kriteria diterima atau ditolaknya hipotesis maka dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa menerima hipotesis yang diajukan terbukti atau dengan kata lain variabel

Kedudukan Dan Susunan Organisasi Perangkat Daerah Perumusan Isu Strategis Analisis lingkungan internal Analisis lingkungan eksternal Perumusan Tujuan, Sasaran, Strategi,

Pada IKM keramik putaran mesin yang digunakan sekitar 40 rpm sampai 60 rpm. Sedangkan pada penelitian ini, putaran mesin dapat diatur dengan menggunakan inverter

Karakteristik substrat maupun sedimennya pada Kawasan Pantai Ujong Pancu sendiri memiliki karateristik sedimen yang didominasi oleh pasir halus dimana pada