• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN TEORI - Agus Vina Wardiana BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN TEORI - Agus Vina Wardiana BAB II"

Copied!
72
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Kehamilan

1. Pengertian Kehamilan

Kehamilan adalah fertilisasi atau penyatuan spermatozoa dan

ovum dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Dihitung dari fertilisasi

hingga lahirnya bayi kehamilan normal akan berlangsung dalam waktu 40

minggu (10 bulan atau 9 bulan) menurut kalender internasional.

Kehamilan terbagi dalam 3 trimester, dimana trimester kesatu

berlangsung dalam 12 minggu (minggu 0 hingga minggu

12), trimester kedua 15 minggu (minggu 13 hingga minggu

ke-27) dan trimester ketiga 13 minggu (minggu ke-28 hingga minggu ke-40)

(Prawirohardjo, 2011: h.213). Sedangkan menurut (Manuaba, 2010: h.75)

kehamilan merupakan mata rantai yang berkesinambungan dan terdiri

dari : ovulasi, migrasi, spermatozoa dan ovum. Konsepsi dan

pertumbuhan zigot, nidasi (implantassi) pada uterus, pembentukan

plasenta dan tumbuh kembang hasil konsepsi sampai aterem.

2. Fisiologi Kehamilan

Proses kehamilan merupakan mata rantai yang

berkesinambungan yang terdiri dari ovulasi, migrasi spermatozoa dan

ovum, terjadi konsepsi dan pertumbuhan zigot, terjadi nidasi (implantasi)

(2)

aterm di dalam uterus yang berlangsung selama lebih kurang 40 minggu

(Mochtar, 2012: h.35).

3. Tanda-Tanda Kehamilan

a. Tanda tidak pasti

Tanda-tanda tidak pasti kehamilan diantaranya adalah :

1) Amenorea (tidak adanya haid)

2) Nause dan emesis (mual dan muntah) atau mornig sickness

3) Mengidam (menginginkan makanan dan minuman tertentu)

4) Mastodonia akibat Pembesaran payudara (mamae)

5) Anoreksia (tdak ada nafsu makan)

6) Frekuensi buang air kecil bertambah

7) Obstipasi dan konstipasi

8) Pigmentasi kulit

9) Varises

10) Peningkatan suhu basal

11) Adanya HCG dalam urin sebagai kehamilan palsu

12) Pada pemeriksaan ditemukan : tanda hegar, tanda goodell’s,

tandachadwick, tanda Mc Donald, tanda piscaseks,

kontraksi braxton hicks, dan terabanya

ballottement(Manuaba,2010: h.73).

b. Tanda Pasti Kehamilan

1) Adanya gerakan janin sejak usia kehamilan 16 minggu.

2) Terdengar denyut jantung janin pada kehamilan 12 minggu

denganfetal elektro cardiograph dan pada kehamilan 18-20

(3)

3) Terabanya bagian-bagian janin.

4) Terlihat kerangka janin bila dilakukan pemeriksaan Rongent.

5) Terlihat kantong janin pada pemeriksaan USG(Manuaba,2010:

h.74).

4. Perubahan Anatomi dan Fisiologi pada Ibu hamil

a. Uterus

Rahim atau uterus yang semula besarnya sejempol atau beratnya

30 gram akan mengalami hipertrofi dan hiperplasia, sehingga menjadi

seberat 1000 gram saat akhir kehamilan. Otot rahim mengalami

hiperplasia dan hipertrofi menjadi lebih besar, lunak dan dapat

mengikuti pembesaran rahim karena pertumbuhan janin

(Prawirohardjo, 2010: h.179).

b. Vagina

Vagina dan vulva mengalami peningkatan pembuluh darah karena

pengaruh estrogen sehingga tampak makin berwarna merah dan

kebiru-biruan(Prawirohardjo, 2010: h.179).

c. Ovarium

Dengan terjadinya kehamilan, indung telur yang mengandung

korpus luteum gravidarum akan meneruskan fungsinya sampai

terbentuknya plasenta yang sempurna pada usia 16

(4)

d. Payudara

Payudara mengalami pertumbuhan dan perkembangan sebagai

persiapan memberikan ASI pada saat laktasi.Perkembangan

payudara tidak dapat dilepaskan dari pengaruh hormon saat

kehamilan, yaitu estrogen, progesteron dan somatotropin.Kedua

payudara akan bertambah ukurannya dan vena-vena dibawah kulit

akan lebih terlihat putting payudara membesar, kehitaman, dan

tegak. Bulan pertama cairan berwarna kuning keluar disebut

kolostrum(Prawirohardjo, 2010: h.180).

e. Sirkulasi darah ibu

Volume darah semakin meningkat dan jumlah serum darah lebih

besar dari pertumbuhan sel darah, sehingga terjadi pengenceran

darah (hemodilusi) dengan puncaknya pada usia kehamilan 32

minggu(Prawirohardjo, 2010: h.181).

f. Sistem pernafasan

Pada kehamilan terjadi juga perubahan sistem pernafasan untuk

dapat memenuhi kebutuhan oksigen (O2), disamping itu desakan

diafragma karena dorongan rahim yang membesar pada umur

kehamilan 32 minggu. Sebagai kompensasi terjadinya desakan rahim

dan kebutuhan oksigen yang meningkat, ibu hamil akan bernafas

lebih dalam sekitar 20 % sampai 25 % dari pada

(5)

g. Traktus urinarius

Karena pengaruh desakan hamil muda dan turunnya kepala bayi

pada hamil tua, terjadi gangguan dalam bentuk

sering BAK(Prawirohardjo, 2010: h.183).

h. Perubahan pada kulit

Pada kulit terjadi perubahan deposit pigmen dan hiperpigmentasi

karena pengaruh MSH lobus hipofisis anterior dan pengaruh kelenjar

suprarenalis. Hiperpigmentasi ini terjadi pada strie gravidarum livid

atau alba, areola payudara, papila payudara, linea nigra, pipi

(kloasma gravidarum). Setelah persalinan hiperpigmentasi ini akan

hilang(Prawirohardjo, 2010: h.184).

i. Metabolisme

Dengan terjadinya kehamilan, metabolisme tubuh mengalami

perubahan yang mendasar, dimana kebutuhan nutrisi makin tinggi

untuk pertumbuhan janin dan persiapan memberikan

ASI(Prawirohardjo, 2010 :h.185)

5. Ketidaknyamanan pada kehamilan dan cara mengatasinya

a. Morning sickness (mual dan muntah)

Biasanya dirasakan pada saat kehamilan dini.Disebabkan oleh

respons terhadap hormon dan merupakan pengaruh fisiologi.Untuk

penatalaksanaan khusus bisa dengan diet.Untuk asuhannya berikan

(6)

makan-makanan padat sebelum bangkit dari berbaring (Rukiyah, 2009:

h.116).

b. Mengidam

Terjadi setiap saat, disebabkan karena respon papila pengecap

pada hormon sedangkan pada sebagian wanita, mungkin untuk

mendapatkan perhatian.Untuk pelaksanaan khusus yaitu dengan

nasihat dan menentramkan perasaan pasien. Berikan asuhan dengan

meyakinkan bahwa diet yang baik tidak akan terpengaruh oleh

makanan yang salah(Rukiyah, 2009: h.116).

c. Konstipasi

Terjadi pada bulan-bulan terakhir dan disebabkan karena

progesteron dan usus yang terdesak oleh rahim yang membesar atau

bisa juga karena efek dari terapi tablet zat besi. Penatalaksanaan

khusus yaitu dengan diet atau kadang-kadang dapat diberikan

pencahar ringan (dengan resep dokter).Asuhan yang diberikan yaitu

dengan nasihat makanan tinggi serat, buah dan sayuran, ekstra

cairan, hindari makanan berminyak dan anjurkan olahraga tanpa

dipaksa (Rukiyah, 2009: h.117).

d. Buang air kecil yang sering

Keluhan dirasakan saat kehamilan dini, kemudian kehamilan

lanjut.Disebabkan karena progesteron dan tekanan pada kandung

kemih karena pembesaran rahim atau kepala bayi yang turun ke

(7)

kemungkinan infeksi. Berikan nasihat untuk mengurangi minum

setelah makan malam atau minimal 2 jam sebelum tidur, menghindari

minum yang mengandung kafein, jangan mengurangi kebutuhan air

minum (minimal 8 gelas per hari) perbanyak di siang hari dan lakukan

senam(Rukiyah, 2009: h.117).

e. Bengkak pada kaki

Dikarenakan adanya perubahan hormonal yang menyebabkan

retensi cairan.Yang harus dilakukan adalah dengan segera

berkonsultasi dengan dokter jika bengkak yang dialami pada kelopak

mata, wajah dan jari yang disertai tekanan darah tinggi, sakit kepala,

pandangan kabur (tanda pre-eklampsia).Kurangi asupan makanan

yang mengandung garam, hindari duduk dengan kaki bersilang,

gunakan bangku kecil untuk menopang kaki ketika duduk, memutar

pergelangan kaki juga perlu dilakukan(Rukiyah, 2009: h.118).

6. Tanda dan bahaya dalam kehamilan

a. Perdarahan pervaginam

Perdarahan pervaginam pada ibu hamil merupakan keadaan yang

tidak normal, perdarahan yang keluar banyak maupun

bercak.Perdarahan yang terjadi pada kehamilan muda dapat

disebabkan karena abortus, kehamilan ektopik, mola

hidatidosa.Sedangkan perdarahan yang terjadi pada kehamilan lanjut

dapat menandakan plasenta previa maupun solusio plasenta

(8)

b. Pandangan Mata Kabur

Karena pengaruh hormonal, ketajaman penglihatan ibu dapat

berubah dalam kehamilan, perubahan minor adalah normal.Masalah

visual yang mengindikasikan keadaan yang mengancam jiwa adalah

perubahan visual yang mendadak, misalnya pandangan kabur atau

berbayang, perubahan penglihatan ini mungkin disertai dengan sakit

kepala yang hebat dan mungkin merupakan suatu tanda

pre-eklamsia(Kusmiyati, 2009: h.61).

c. Gerakan Bayi tidak seperti Biasa

Beberapa ibu dapat merasakan gerakan bayinya lebih awal, bayi

harus bergerak lebih dari 10 kali dalam periode 12 jam, gerakan bayi

akan mudah terasa jika ibu berbaring atau beristirahat dan jika ibu

makan dan minum dengan baik(Varney, 2007: h.536).

d. Ketuban Pecah Dini

Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum

waktunyatanpa disertai tanda inpartu dan setelah satu jam tetap tidak

diikuti dengan proses inpartu sebagaimana mestinya(Manuaba, 2010:

h.456).

7. Antenatal Care (ANC)

(9)

Antenatal Care (pelayanan antenatal) adalah pelayanan

kesehatan olehtenaga kesehatan untuk ibu selama masa

kehamilannya. Tujuan utama asuhan antenatal adalah untuk

memfasilitasi hasil yang sehat dan positif bagi ibu maupun bayinya

dengan cara membina hubungan saling percaya dengan ibu,

mendeteksi komplikasi-komplikasi yang dapat mengancam jiwa,

mempersiapkan kelahiran, dan memberikan pendidikan(Varney,

2007: h.532).

Tujuan utama dari pelayanan Antenatal Care

(ANC) yaitu memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan

kesehatan ibu dan tumbuh kembang bayi, meningkatkan dan

mempertahankan kesehatan fisik, mental ibu dan bayi, mengenali

secara dini adanya ketidak normalan atau komplikasi yang mungkin

terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara umum,

kebidanan dan pembedahan, mempersiapkan persalinan cukup

bulan, melahirkan dengan selamat, ibu dan bayinya dengan trauma

semaksimal mungkin, serta mempersiapkan ibu agar masa nifas

berjalan normal dan pemberian ASI Ekslusif(Varney, 2007: h.533).

b. Kunjungan ANC

Setiap wanita hamil menghadapi resiko komplikasi yang

biasa mengancam jiwanya. Oleh karena itu, setiap wanita hamil

memerlikan sedikitnya empat kali kunjungan selama periode

antenatal :

(10)

b) 1 x kunjungan selama trimester kedua (antara minggu 14-28)

c) 2 x kunjungan selama trimester ketiga (antara minggu 28-36

dan sesudah minggu ke 36)(Varney, 2007: h.536).

Menurut Kemenkes RI (2012), kebijakan program pelayanan asuhan

antenatal harus sesuai standar yaitu “10T” meliputi :

1) Timbang berat badan dan ukur tinggi badan.

2) Ukur tekanan darah.

3) Nilai status gizi (ukur LILA).

4) Ukur tinggi fundus uteri.

5) Tentukan presentasi janin dan DJJ.

6) Pemberian imunisasi tetanus toksoid (TT) lengkap.

7) Pemberian tablet besi minimal 90 tablet selama kehamilan.

8) Pemeriksaan Laboratorium ( rutin dan khusus).

9) Temu wicara dalam rangka persiapan rujukan.

(11)

B. Persalinan

1. Pengertian Persalinan

Persalinan adalah pengeluaran hasil konsepsi (janin dan plasenta)

yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan

lahir atau melalui jalan lain, dengan atau tanpa bantuan (kekuatan

sendiri) (Manuaba, 2010: h.164). Sedangkan menurut Varney (2007:

h.672), persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput

ketuban keluar dari uterus ibu. Persalinan dianggap normal jika

prosesnya terjadi pada usia kehamilan cukup bulan (setelah 37 minggu)

tanpa disertai adanya penyulit. Persalinan di mulai sejak uterus

berkontraksi dan menyebabkan perubahan pada serviks (membuka dan

menipis) dan berakhir dengan lahirnya plasenta secara lengkap.

2. Jenis Persalinan

a. Persalinan Spontan, adalah persalinan yang berlangsung dengan

kekuatan ibu sendiri dan melalui jalan lahir.

b. Persalinan buatan, adalah persalinan dengan tenaga dari luar

dengan ekstaksi forceps, ekstrasi vakum dan sectio sesaria.

c. Persalinan anjuran, adalah persalinan yang tidak dimulai dengan

sendirinya tetapi baru berlangsung setelah pemecahan ketuban,

(12)

3. Teori terjadinya persalinan

a. Teori keregangan

Otot rahim mempunyai kemampuan meregang dalam batas

tertentu. Setelah melewati batas tersebut terjadi kontraksi sehingga

persalinan dimulai(Manuaba, 2010 : h.168)

b. Teori penurunan hormon

Hormon progesteron menurun menjadikan otot rahim sensitif

terhadap oksitosin, akibatnya otot rahim mulai berkontraksi setelah

tercapai tingkat penurunan progesterone(Manuaba, 2010 : h.168).

c. Teori oksitosin

Oksitosin dikeluarkan oleh kelenjar hipofisis posterior, perubahan

keseimbangan estrogen dan progesteron dapat mengubah

sensitivitas otot rahim, sehingga sering terjadi kontraksi.Dengan

menurunnya konsentrasi progesteron akibat tuanya kehamilan

maka oksitosin dapat meningkatkan aktivitasnya sehingga

persalinan dapat mulai(Manuaba, 2010 : h.169).

d. Teori pengaruh prostaglandin

Konsentrasi prostaglandin meningkat pada usia kehamilan 15

minggu yang dikeluarkan oleh desidua. Pemberian prostaglandin

(13)

konsepsi dikeluarkan dan dapat dianggap pemicu terjadinya

persalinan(Manuaba, 2010 : h.170).

e. Teori plasenta menjadi tua

Dengan bertambahnya usia kehamilan plasenta menjadi tua dan

menyebabkan vili korialis mengalami perubahan sehingga kadar

estrogen dan progesteron turun(Manuaba, 2010 : h.170).

f. Teori distensi rahim

Keadaan uterus yang terus membesar dan menjadi tegang

mengakibatkan iskemia otot-otot uterus sehingga mengganggu

sirkulasi uteroplasenter(Manuaba, 2010 : h.171).

g. Teori berkurangnya nutrisi

Teori ini ditemukan pertama kali oleh Hipokrates. Bila nutrisi pada

janin berkurang, maka hasil konsepsi akan segera dikeluarkan

(Manuaba, 2010 : h.171).

4. Tanda - tanda persalinan

a. Terjadinya his persalinan, mempunyai ciri khas pinggang terasa

nyeri yang menjalar ke depan, sifatnya teratur, interval makin

pendek dan kekuatannya makin besar, mempunyai pengaruh

terhadap perubahan serviks, semakin beraktivitas kekuatan makin

bertambah(Manuaba, 2010 : h.173).

b. Pengeluaran lendir dan darah (pembawa tanda). Dengan his

(14)

pendataran dan pembukaan.Pembukaan menyebabkan lendir

yang terdapat pada kanalis servikalis lepas.Terjadi perdarahan

karena kapiler pembuluh darah pecah(Manuaba, 2010 : h.174).

c. Pengeluaran cairan. Pada beberapa kasus terjadi ketuban pecah

yang menimbulkan pengeluaran cairan.Sebagian besar ketuban

baru pecah menjelang pembukaan lengkap. Dengan pecahnya

ketuban diharapkan persalinan berlangsung dalam waktu 24 jam

(Manuaba, 2010 : h.175).

5. Faktor-faktor yang berperan dalam persalinan

Menurut Manuaba (2010:h.169) faktor-faktor yang berperan dalam

persalinan meliputi : Power (His/kontraksi otot rahim, kontraksi otot

dinding perut, kontraksi diafragma pelvis atau kekuatan mengejan,

keregangan dan kontraksi ligamentum rotundum), passenger (janin

dan plasenta), passage (jalan lahir lunak dan jalan lahir tulang), psikis

ibu bersalin, penolong.

6. Tahap- tahap persalinan

a. Kala I

Menurut (JNPK-KR, 2008: h.39) kala satu persalinan

dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus yang teratur dan

meningkat (frekuensi dan kekuatannya) sehingga serviks

membuka lengkap (10 cm). Kala satu persalinan terdiri atas dua

(15)

1) Fase laten

Dimulai sejak awal berkontraksi yang menyebabkan

penipisan dan pembukaan serviks secara lengkap,

berlangsung hingga serviks membuka kurang dari 4 cm dan

pada umumnya fase laten berlangsung hampir atau hingga 8

jam(Manuaba, 2010: h.172).

2) Fase aktif, yaitu fase pembukaan yang lebih cepat yang

terbagi menjadi 3 (Manuaba, 2010: h.173) yaitu :

a) Fase akselerasi (fase percepatan) dari pembukaan 3 cm

sampai 4 cm yang dicapai dalam 2 jam.

b) Fase dilatasi maksimal dari pembukaan 4 cm sampai 9 cm

yang dicapai dalam 2 jam.

c) Fase deselerasi (kurangnya kecepatan) dari pembukaan 9

cm sampai 10 cm selama 2 jam.

b. Kala II

Menurut (JNPK-KR, 2008: h.79) dimulai ketika pembukaan

serviks sudah lengkap (10 cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi.

Kala dua juga disebut sebagai kala pengeluaran bayi. Tanda dan

gejala kala dua di antaranya : Ibu merasa ingin meneran

bersamaan dengan terjadinya kontraksi. Ibu merasakan adanya

(16)

vaginanya.Perineummenonjol, vulva-vagina dan sfingter ani

membuka.Meningkatnya pengeluaran lendir bercampur darah.

c. Kala III

Menurut JNPK-KR (2008 : h.101) yang menyatakan

bahwa Manajemen Aktif Kala (MAK) III terdiri dari pemberian

suntik oksitosin dalam 1 menit pertama setelah bayi lahir dengan

dosis 10 Internasional Unit (IU) secara Intra Muskular (IM),

melakukan peregangan tali pusat terkendali dan masase fundus

uteri selama 15 detik. Lepasnya plasenta sudah dapat

diperkirakan dengan memperhatikan tanda-tanda seperti uterus

menjadi bulat, uterus terdorong keatas karena plasenta dilepas ke

segmen bawah rahim, tali pusat bertambah panjang, terjadi

perdarahan.

d. Kala IV

Kala IV dimaksudkan untuk melahirkan observasi karena

pendarahan pasca persalinan paling sering terjadi pada 2 jam

pertama. Observasi yang dilakukan adalah tingkat kesadaran

penderita, pemeriksaan tanda-tanda vital, kontraksi uterus, terjadi

perdarahan. Menurut Saifuddin (2009: h.21) bahwa selama kala

IV, petugas harus memantau ibu setiap 15 menit pada jam

pertama dan setiap 30 menit pada jam kedua setelah persalinan.

7. Mekanisme Persalinan

(17)

Kepala dikatakan telah menancap (engage) pada pintu

atas panggul apabila diameter biparietal kepala melewati pintu

atas panggul.Pada nulipara, hal ini terjadi sebelum persalinan aktif

dimulai karena otot-otot abdomen masih tegang sehingga bagian

presentasi terdorong ke dalam panggul.Pada multipara yang

otot-otot abdomennya lebih kendur kepala seringkali tetap dapat

digerakkan di atas permukaan panggul sampai persalinan dimulai

(Rohani, 2011: h.145).

b. Descent (penurunan)

Penurunan kepala lebih lanjut terjadi pada kala I dan kala II

persalinan, disebabkan karena adanya kontraksi dan retraksi dari

segmen atas rahim, yang menyebabkan tekanan langsung fundus

pada bokong janin.Dalam waktu yang bersamaan terjadi relaksasi

dari segmen bawah rahim, sehingga terjadi penipisan dan dilatasi

serviks.Keadaan ini menyebabkan bayi terdorong ke dalam jalan

lahir.Penurunan kepala ini juga disebabkan karena tekanan cairan

intra uterin, kekuatan mengejan atau adanya kontraksi otot-otot

abdomen, kontraksi diafragma dan melurusnya badan anak

(Rohani, 2011: h.146).

c. Fleksi

Dengan majunya kepala biasanya fleksi bertambah hingga

ubun-ubun kecil jelas lebih rendah dari ubun-ubun besar.

Keuntungan dari bertambahnya fleksi ialah bahwa ukuran kepala

(18)

suboksipito-bregmatika (9,5 cm). Fleksi ini disebabkan karena anak didorong

maju dan sebaliknya mendapat tahanan dari pinggir pintu atas

panggul, serviks, dinding panggul atau dasar panggul (Rohani,

2011: h.147).

d. Putar paksi dalam

Putaran paksi dalam adalah pemutaran dari bagian depan

memutar ke depan ke bawah simfisis. Putaran paksi dalam mutlak

perlu untuk kelahiran kepala karena putaran paksi merupakan

suatu usaha untuk menyesuaikan posisi kepala dengan bentuk

jalan lahir khususnya untuk bidang tengah dan pintu bawah

panggul (Rohani, 2011: h.147).

e. Ekstensi

Setelah putaran paksi selesai dan kepala sampai di dasar

panggul, terjadilah ekstensi dari kepala. Hal ini disebabkan karena

sumbu jalan lahir pada pintu bawah panggul mengarah ke depan

atas, sehingga kepala harus mengadakan ekstensi untuk

melaluinya. Pada kepala bekerja dua kekuatan, yang satu

mendesaknya ke bawah dan satunya disebabkan tahanan dasar

panggul yang menolaknya ke atas.Setelah suboksiput tertahan

pada pinggir bawah simfisis maka yang dapat maju karena

kekuatan tersebut di atas bagian yang berhadapan dengan

suboksiput, maka lahirlah berturut-turut pada pinggir atas

perineum ubun-ubun besar, dahi, hidung, mulut dan akhirnya

(19)

f. Ekspulsi

Setelah ekstensi bahu depan sampai di bawah simfisis dan

menjadi hipomoklion untuk melahirkan bahu belakang. Kemudian

bahu depan menyusul dan selanjutnya seluruh badan anak lahir

searah dengan paksi jalan lahir (Rohani, 2011: h.148).

g. Putar paksi luar

Setelah kepala lahir, maka kepala anak memutar kembali

kearah punggung anak untuk menghilangkan torsi pada leher yang

terjadi karena putaran paksi dalam. Gerakan ini disebut putaran

restitusi.Selanjutnya putaran dilanjutkan hingga belakang kepala

berhadapan dengan tuber ishiadikum sepihak.Gerakan yang

terakhir ini adalah putaran paksi luar yang sebenarnya dan

disebabkan karena ukuran bahu menempatkan diri dalam

diameter anteroposterior dari pintu bawah panggul (Rohani, 2011:

h.149).

8. 60 Langkah Asuhan Persalinan Normal (APN)

Menurut Prawirohardjo (2010: h.341-347), prosedur persalinan normal

antara lain :

1) Mengamati tanda dan gejala persalinan kala dua

a) Ibu mempunyai keinginan untuk meneran.

b) Ibu merasa tekanan yang semakin meningkat pada rektum

(20)

c) Perineum menonjol.

d) Vulva-vagina dan sfingter anal membuka.

2) Memastikan perlengkapan, bahan, dan obat-obatan essensial siap

digunakan. Mematahkan ampul oksitosin 10 unit dan

menempatkan tabung suntik steril sekali pakai di dalam partus set.

3) Mengenakan baju penutup atau celemek plastik yang bersih.

4) Melepaskan semua perhiasan yang dipakai di bawah siku,

mencuci kedua tangan dengan sabun dan air bersih yang

mengalir dan mengeringkan tangan dengan handuk satu kali

pakai/bersih.

5) Memakai sarung tangan dengan DTT atau steril untuk semua

pemeriksaan dalam.

6) Mengisap oksitosin 10 unit ke dalam tabung suntik (dengan

memakai sarung tangan desinfeksi tingkat tinggi atau steril) dan

meletakkan kembali di partus set/ wadah desinfeksi tingkat tinggi

atau steril tanpa mengontaminasi tabung suntik.

7) Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-hati

dari depan ke belakang dengan menggunakan kapas atau kassa

yang sudah dibasahi air desinfeksi tingkat tinggi. Jika mulut

vagina, perineum,atau anus terkontaminasi oleh kotoran ibu,

membersihkannya dengan seksama dengan cara menyeka dari

depan ke belakang. Membuang kapas atau kasa yang

terkontaminasi dalam wadah yang benar. Mengganti sarung

(21)

8) Dengan menggunkan teknik aseptik, melakukan pemeriksaan

dlam untuk memastikan bahwa pembukan serviks sudah lengkap.

Bila selaput ketuban belum pecah, sedangkan pembukaan sudah

lengkap, lakukan amniotomi.

9) Mendekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan

srung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5% dan kemudian

melepaskannya ke dalam keadaan terbalik serta merendamnya di

dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit. Mencuci kedua

tangan.

10) Memeriksa denyut jantung janin (DJJ) setelah kontraksi berakhir

untuk memastikan bahwa DJJ dalam batas normal (100-180

kali/menit).

a. Mengambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal.

b. Mendokumentasikan hasil-hasil pemriksaan dalam, DJJ, dan

semua hasil-hasil penilaian serta asuhan lainnya pada

partograf.

11) Memberi tahu pembukaan suddah lengkap dan keadaan janin

baik. Membantu ibu berada dalam posisi yang nyaman sesuai

dengan keinginannya.

a) Menunggu hingga ibu mempunyai keinginan untuk meneran.

Melanjutkan pemantauan kesehatan dan kenyamanan ibu

serta janin sesuai dengan pedoman persalinan aktif dan

(22)

b) Menjelaskan kepada anggota keluarga bagaima mereka dapat

mendukung dan memberi semangat kepda ibu saat ibu mulai

meneran.

12) Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk

meneran.

13) Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan

yang kuat untuk meneran.

a) Membimbing ibu untuk meneran saat ibu mempunyai

keinginan untuk meneran.

b) Mendukung dan memberi semangat atas usaha ibu untuk

meneran.

c) Membantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai dengan

pilihannya.

d) Menganjurkan ibu untuk beristirahat diantara kontraksi.

e) Menganjurkan keluarga untuk mendukung dan memberi

semangat pada ibu.

f) Menganjurkan asupan cairan per oral.

g) Menilai DJJ setiap 5 menit.

h) Jika bayi belum lahir atau kelhiran bayi belum akan terjadi

segera dalam waktu 120 menit meneran untuk ibu primipara

atau 60 menit untuk ibu multipara, merujuk segera. Jika ibu

tidak mempunyai keinginan untuk meneran.

i) Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil

(23)

menit, anjurkan ibu untuk mulai meneran padda puncak

kontraksi-kontraksi tersebut dan beristirahat diantara kontraksi.

j) Jika bayi belum lahir atau kelahiran bayi belum akan terjadi

segera setelah 60 menit meneran, merujuk ibu dengan segera.

14) Jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm,

letakkan handuk bersih di atas perut ibu untuk mengeringkan bayi.

15) Meletakkan kain yang bersih dilipat 1/3 bagian, di bawah bokong

ibu.

16) Membuka partus set.

17) Memakai sarung tangan DTT atau steril pada kedua tangan.

18) Saat kepal bayi membuka vulva dengan diameter 5-6 cm, lindungi

perineum dengan satu tangan yang dilapisi kain tadi, letkkan

tangan yang lain di kepal bayi dan lakukan tekanan yang lembut

dan tidak menghambat pada kepal bayi, membiarkan kepal keluar

perlahan-lahan. Menganjurkan ibu untuk meneran perlahan-lahan

atau bernapas cepat saat kepala lahir.

19) Dengan lembut menyeka muka, mulut dan hidung bayi dengan

kain atau kasa yang bersih.

20) Memeriksa lilitan tali pusat dan mengambil tindakan yang sesuai

jika hal itu terjadi, dan kemudian meneruskan segera proses

kelahiran bayi.

a) Jika tali pusat melilit leher janin dengan longgar, lepaskan

lewat bagian atas kepal bayi.

b) Jika tali pusat melilit leher bayi dengan erat, mengklemnya di

(24)

21) Menunggu hingga kepala bayi melakukan putaran paksi luar

secara spontan.

22) Setelah kepal melakukan putaran paksi luar, tempatkan kedua

tangan di masing-masing sisi muka bayi. Menganjurkan ibu untuk

meneran saat kontraksi berikutnya. Dengan lembut menariknya ke

aarah bawah dan ke arah luar hingga bahu anterior muncul di

bawah arkus pubis dan kemudian dengan lembut menariknya ke

arah atas dan ke arah luar untuk melahirkan bahu posterior.

23) Setelah kedua bahu dilahirkan, menelusurkan tangan mulai kepala

bayi yang berada di bagian bawah ke arah perineum, membiarkan

bahu dan lengan posterior lahir ke tangan tersebut.

Mengendalikan kelahiran tanngan dan siku bayi saat melewati

perineum, gunakan lengan bagian bawah untuk menyangga tubuh

bayi saat dilahirkan. Menggunakan tangan anterior (bagian atas)

untuk mengendalikan siku dan tangan anterior bayi saat keduanya

lahir.

24) Setelah tubuh dari lengan lahir, menelusurkan tangan yang ada di

atas (anterior) dari punggung ke arah kaki bayi untuk

menyangganya saat punggung kaki lahir. Memegang kedua mata

kaki bayi dengan hati-hati membantu kelahiran bayi.

25) Menilai bayi dengan cepat (dalam 30 detik), kemudian meletakkan

bayi di ats perut ibu dengan posisi kepala bayi sedikit lebih

(25)

26) Segera membungkus kepala dan badan bayi dengan handuk dan

membiarkan kontak kulit ibu dan bayi. Lakukan penyuntikan

oksitosin/im.

27) Menjepit tali pusat menggunakan klem kira-kira 3 cm dari pusat

bayi. Melakukan urutan pada tali pusat mulai dari kelm ke arah ibu

dan memasang klem kedua 2 cm dari klem pertama.

28) Memegang tali pusat dengan satu tangan, melindungi bayi dari

gunting dan memotong tali pusat diantara dua klem tersebut.

29) Mengeringkan bayi, mengganti handuk yang bsah dan

menyelimuti bayi dengan kain atau selimut yang bersih dan kering,

menutupi bagian kepala, membiarkan tali pusat terbuka. Jika bayi

mengalami kesulitan bernapas, ambil tindakan yang sesuai.

30) Memberikan bayi kepada ibunya danmenganjurkan ibu untuk

memeluk bayinya dan memulai pemberian ASI jika ibu

menghendakinya.

31) Melatakkan kain yang besih dan kering. Melakukan palpasi

abdomen untuk menghilangkan kemungkinan adanya bayi kedua.

32) Memberi tahu pada ibu bahwa ia akan disuntik.

33) Dalam waktu 2 menit stelah bayi lahir, berikan suntikan oksitosin

10 unit IM di gluteus atau sepertiga atas paha kanan ibu bagian

luar, setelah mengaspirasinya terlebih dahulu.

34) Memindahkan klem pada tali pusat.

35) Meletakkan satu tangan diatas kain yang ada di perut ibu, tepat

(26)

melakukan palpasi kontraksi dan menstabilkan uterus. Memegang

tali pusat dan klem dengan tangan yang lain.

36) Menunggu uterus berkontraksi dan kemudian melakukan

penegangan ke arah bawah pada tali pusat denga lembut.

Lakukan tekanan yang berlawanan arah pada bagian bawah

uterus dengan cara menekan uterus ke arah atas dan belakang

(dorso kranial) dengan hati-hati untuk membantu mencegah

terjadinya inversio uteri. Jika plasenta tidak lahir setelah 30-40

detik, hentikan penegangan tali pusat dan menunggu hingga

kontraksi berikut mulai. Jika uterus tidak berkontaksi, meminta ibu

atau seorang anggota keluarga untuk melakukan rangsangan

puting susu.

37) Setelah plasenta terlepas, meminta ibu untuk meneran sambil

menarik tali pusat ke arah bawah dan kemudian ke arah atas

mengikuti kurva jalan lahir sambil meneruskan tekanan

berlawanan arah pada uterus.

a) Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga

berjarak sekitar 5-10 cm dari vulva.

b) Jika plasenta tidak lepas setelah melakukan penegangan tali

pusat selama 15 menit.

(1) Mengulangi pemberian oksitosin 10 unit IM.

(2) Menilai kandung kemih dan dilakukan kateterisasi kandung

kemih dengan menggunakan teknik aseptik jika perlu.

(27)

(4) Mengulangi penegangan tali pusat selama 15 menit

berikutnya.

(5) Merujuk ibu jika plasenta tidak lahir dalam waktu 30 menit

sejak kelahiran bayi.

38) Jika plasenta terlihat di introitus vagina, melanjutkan kelahiran

plasenta dengan menggunakan kedua tangan. Memegang

plasenta dengan dua tangan dan dengan hati-hati memutar

plasenta hingga selaput ketuban terpilin. Dengan lembut perlahan

melahirkan selaput ketuban tersebut. jika selpaut ketuban ketuban

robek, memakai sarung tangan steril dan memeriksa vagina dan

serviks ibu dengan seksama. Menggunakan jari-jari tangan atau

klem atau forseps desinfeksi tingkat tinggi atau steril untuk

melepaskan bagian selaput yang tertinggal.

39) Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan

masase uterus, meletakkan telapak tangan di fundus dan

melakukan massase dengan gerakan melingkar dengan lembut

hingga uterus berkontraksi.

40) Memeriksa kedua sisi plasenta baik yang menempel ke ibu

maupun janin dan selaput ketuban untuk memastikann bahwa

plasenta dan selaput ketuban lengkap dan utuh. Meletakkan

plassenta di dalam kantung plastik atau tempat khusus.

41) Mengevaluasi adanya laserasi pada vagian dan perineum dan

segera menjahit laserasi yang mengalami perdarahan aktif.

42) Menilai ulang uterus dan memastikannya berkontraksi dengan

(28)

43) Mencelupkan kedua tangan yang memakai sarung tangan ke

dalam larutan klorin 0,5%; membilas kedua tangan yang masih

bersarung tangan tersebut dengan air desinfeksi tingkat tinggi dan

mengeringkannya dengan kain yang bersih dan kering.

44) Menempatkan klem tali pusta desinfeksi tingkat tinggi atau steril

atau mengikatkan tali desinfeksi tingkat tinggi dengan simpul mati

sekeliling tali pusat sekitar 1 cm dari tali pusat.

45) Mengikat satu lagi simpul mati di bagian pusat yang

berseberangan dengan simpul mati yang pertama.

46) Melepaskan klem bedah dan meletakkannya ke dalam larutan

klorin 0,5%.

47) Menyelimuti kembali bayi dan menutupi bagian kepalanya.

Memastikan handuk atau kainnya bersih atau kering.

48) Mengajurkan ibu untuk memulai pemberian ASI.

49) Melanjutkan pemantauan kontraksi uterus dan perdarahan

pervaginam.

a) 2-3 kali dalam 15 menit pertama pascapersalinan.

b) Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pascapersalinan.

c) Setiap 20-30 menit pada jam kedua pascapersalinan.

d) Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, lakukan perawatan

yang sessuainuntuk menatalkasana atonia uteri.

e) Jika ditemukan laserasi yang memerlukan penjahitan, lakukan

penjahitan dengan anestesi lokal dan mengunakan teknik

(29)

50) Mengajarkan pda ibu atau keluarga bagaimana melakukan

masase uterus dan memeriksa kontraksi uterus.

51) Mengevaluasi kehilangan darah.

52) Memrikssa tekanan darah, nadi, dan keadaan kandung kemih

setiap 15 menit selama satu jam pertama pascapersalinan dan

setiap 30 menit selama jam kedua pascaeprsaalinan. Memeriksa

temperatur tubuh ibu sekali setiap jam selama dua jam pertama

pascapersalinan.

53) Menempatkan semua peralatan di dalam larutan klorin 0,5% untuk

dekontaminasi (10 menit). Mencuci dan membilas peralatan

setelah dekontaminasi.

54) Membuang bahan-bahan yang tekontaminasi ke dalam tempat

smapah yang sesuai.

55) Membersihkan ibu dengan menggunakan air desinfeksi tingkat

itnggi. Membersihkan cairan ketuban, lendir, dan darah.

Membantu ibu memakai pakaian yang bersih dan kering.

56) Memastikan bahwa aibu nyaman. Membantu ibu memberikan ASI.

Menganjurkan keluarga untk memberikan ibu minuman dan

makanan yang diinginkan.

57) Mendekontaminasi daerah yang digunakan untuk melahirkan

dengan larutan klorin 0,5% dan membilas dengan air bersih.

58) Mencelupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5%

membalikkan bagian ke dalam ke luar dan merendamnya dalam

larutan klorin 0,5% selama 10 menit.

(30)

60) Melengkapi partograf (halaman depan dan belakang).

C. Bayi Baru Lahir

1. Pengertian Bayi Baru Lahir

Bayi baru lahir (BBL) atau neonatus adalah janin yang lahir

melalui proses persalinan dan telah mampu hidup diluar kandungan

dengan berat badan lahir 2500 gram sampai 4000 gram (Sondakh,

2013: h.150).

2. Adaptasi fisiologis bayi baru lahir

Adaptasi bayi baru lahir adalah proses penyesuaian fungsional

BBL dari kehidupan di dalam uterus ke kehidupan da luar uterus.

a. Adaptasi pernapasan

1) Penapasan awal dipicu oleh faktor fisik, sensorik dan kimia.

a) Faktor-faktor fisik meliputi usaha yang diperlukan untuk

mengembangkan paru-paru dan mengisi alveolus yang

(31)

b) Faktor-faktor sensorik meliputi suhu, bunyi, cahaya, suara

dan penurunan suhu

c) Faktor-faktor kimia meliputi perubahan dalam darah

(misalnya, penurunan kadar oksigen, penigkatan kadar

karbondioksida, dan penurunan Ph) sebagai akibat asfiksia

sementara selama kelahiran.

2) Frekuensi pernapasan bayi baru lahir sebesar 30-60 kali/menit

3) Sekresi lendir mulut dapat menyebabkan bayi batuk dan muntah,

terutama selama 12-18 jam pertama (Sondakh,2013: h.151).

b. Bayi baru lahir lazimnya bernapas melalui hidung. Pernapasan

pertama pada bayi normal terjadi dalam waktu 30 detik. Tekanan

rongga dada bayi pada saat melalui jalan lahir per vaginam

mengakibatkan paru-paru kehilangan 1/3 dari cairan yang terdapat di

dalamnya, sehingga tersisa 80-100 ml. Setelah bayi lahir, cairan yang

hilang tersebut akan diganti dengan udara (Sondakh,2013: h.152).

c. Adaptasi kardiovaskuler

1) Berbagai perubahan anatomi berlangsung setelah lahir. Bebrapa

perubahan terjadi dengan cepat, dan sebagian lagi terjadi seiring

dengan waktu.

2) Sirkulasi perifer lambat, yang menyebabkan akrosianosis.

3) Denyut nadi berkisar 120-160 kali/menit saat bangun dan 100

(32)

4) Rata-rata tekanan darah adalah 80/46 mmHg dan bervariasi

sesuai dengan ukuran dan tingkat aktivitas bayi (Sondakh,2013:

h.152).

d. Perubahan termoregulasi dan metabolik

1) Suhu bayi baru lahir dapat turun bebrapa derajat karena

lingkungan eksternal lebih dingin daripada lingkungan pada

uterus.

2) Suplai lemak subkutan yang terbatas dan area permukaan kulit

yang besar dibandingkan dengan berat badan menyebabkan

bayi mudah menghantarkan panas pada lingkungan.

3) Kehilangan panas yang cepat dalam lingkungan yang dingin

terjadi melalui konduksi, koneveksi, radiasi dan evaporasi.

4) Trauma dingin (hipotermi) pada bayi baru lahir dalam

hubungannya dengan asidosis metabolik dapat bersifat

mematikan, bahkan pada bayi cukup bulan yang sehat

(Sondakh,2013: h.153).

e. Adaptasi neurologis

1) Sistem neurologis bayi secara anatomik atau fisiologis belum

berkembang sempurna.

2) Bayi baru lahir menunjukkan gerakan-gerakan tidak

terkoordinasi, pengaturan suhu yang labil, kontrol otot yang

(33)

3) Perkembangan neonatus terjadi cepat. Saat bayi tumbuh,

perilaku yang lebih kompleks (misalnya kontrol kepala,

tersenyum, meraih dengan tujuan).

4) Refleks bayi baru lahir merupakan medikator penting

perkembangan normal (Sondakh,2013: h.154).

f. Adaptasi gastrointestinal

1) Enzim-enzim digestif aktif saat lahir dan dapat menokong

kehidupan ekstrauterin pada kehamilan 36-38 minggu

2) Perkembangan otot dan refleks yang penting untuk

menghantarkan makanan sudah terbentuk saat lahir

3) Perncernaan protein dan karbohidrat telah tercapai, pencernaan

dan absorpsi lemak kurang baik karena tidak adekuatnya

enzim-enzim pankreas dan lipase

4) Kelenjar saliva imatur saat lahir, sedikit saliva diolah sampai bayi

berusia 3 bulan

5) Pengeluaran mekonium yaitu feses berwarna hitam kehijauan,

lenget dan mengandung darah samar, diekskresikan dalam 24

(34)

6) Variasi besar terjadi diantara bayi baru lahir tentang minat

terhadap makanan, gejala-gejal lapar, dan jumlah makanan yang

ditelan pada setiap kali pemberian makanan

7) Bayi baru lahir menyusui segera bila diletakkan pada payudara,

sebagian lainnya memerlukan 48 jam untuk menyusui secara

efektif.

8) Gerakan acak tangan ke mulut dan mengisap jari telah diamati di

dalam uterus, tindakan-tindakan ini berkembang baik pada saat

lahir dan diperketat dengan rasa lapar(Sondakh,2013: h.155).

g. Adaptasi ginjal

1) Laju filtrasi glomerulus relatif rendah pada saat lahir disebabkan

oleh tidak adekuatnya area permukaan kapiler glomerulus

2) Meskipun keterbatasan ini tidak mengancam bayi baru lahir yang

normal, tetapi menghambat kapasitas bayi untuk berespons

terhadap stresor

3) Penurunan kemampuan untuk mengekskresikan obat-obatan

dan kehilangan cairan yang berlebihan mengakibatkan asidosis

dan ketidaksimbangan cairan

4) Sebagian besar bayi baru lahir berkemih dalam 24 jam pertama

setelah lahir dan 2-6 kali sehari pada 1-2 hari pertama, setelah

(35)

5) Urine dapat keruh karena lendir dan asam garam urat, noda

kemerahan dapat diamati pada popok karena kristal asam

urat(Sondakh,2013: h.155).

h. Adaptasi imun

1) Bayi baru lahir tidak dapat membatasi organisme penyerang di

dalam pintu masuk

2) Imaturitas jumlah sistem pelindung secara signifikan

meningkatkan resiko infeksi pada periode bayi baru lahir

a) Respons inflamasi berkurang baik secara kualitatif maupun

kuantitatif

b) Fagositosis lambat

c) Keasaman lambung dan produksi pepsin dan tripsin belum

berkembang sempurna sampai usia 3-4 minggu

d) Imunoglobulin A hilang dari saluran pernapasan dan

perkemihan, kecuali jika bayi tersebut menyusu ASI, IgA

juga tidak terdapat dalam saluran GI (Sondakh,2013: h.155).

3. Tanda-tanda bayi baru lahir normal

a. Kriteria fisik BBL normal :

1) Cukup bulan : Usia kehamilan 37 - 42 minggu.

(36)

3) Panjang badan : 44 - 53 cm

4) Lingkar kepala : 31- 36 cm

5) Skort Apgar : 7 – 10

6) Tanpa kelainan kongenital atau trauma persalinan

(Sondakh, 2013: h.150)

5. Tanda-tanda bahaya pada bayi baru lahir

a. Pernafasan sulit atau lebih dari 60 kali per menit,

b. Kehangatan tubuh (> 37,50C atau terlalu dingin < 36,50C),

c. Warna kulit, kuning (terutama pada 24 jam pertama), biru atau pucat,

memar,

d. Pemberian makanan, hisapan lemah, mengantuk berlebihan, banyak

muntah,

e. Tali pusat merah, bengkak, keluar cairan, bau busuk, berdarah,

f. Infeksi, suhu meningkat, merah, bengkak, keluar cairan (nanah), bau

busuk, pernafasan sulit,

g. Tidak berkemih dalam 24 jam, tinja lembek, sering, hijau tua,ada

lendir atau darah pada tinja

h. Aktivitas menggigil , atau nangis tidak biasa, sangat mudah

(37)

tidak bisa tenang, menangis terus menerus (Saifuddin, 2009:

h.153-155).

6. Penatalaksanaan bayi baru lahir

Menurut Saifuddin (2009: h.163-167), penatalaksaan pada bayi

baru lahir adalah sebagai berikut

a. Jagalah bayi agar tetap hangat

1) Pastikan bayi tersebut tetap hangat dan terjadi kontak antara kulit

bayi dengan kulit ibu.

2) Gantilah handuk/kain yang basah, dan bungkus bayi tersebut

dengan selimut dan jangan lupa memastikan bahwa kepala telah

terlindung dengan baik untuk mencegah keluarnya panas tubuh.

3) Pastikan bayi tetap hangat dengan memeriksa telapak bayi setiap

15 menit:

4) Apabila telapak bayi terasa dingin, periksalah suhu aksila bayi

5) Apabila suhu bayi kurang dari 36,5°C, segera hangatkan bayi

tersebut.

b. Kontak dini dengan ibu

1) Berikan bayi kepada ibunya secepat mungkin. Kontak dini antara

ibu dan bayi penting untuk:

a) Kehangatan – mempertahankan panas yang benar pada

(38)

b) Ikatan batin dan pemberian ASI.

2) Doronglah ibu untuk menyusui bayinya apabila bayi telah “siap”

(dengan menunjukkan refleks rooting). Jangan paksakan bayi

untuk menyusu.

3) Bila memungkinkan, jangan pisahkan ibu dengan bayi, dan

biarkan bayi bersama ibunya paling sedikit satu jam setelah

persalinan.

c. Pernafasan

Sebagian besar bayi akan bernafas secara spontan.

Pernapasan bayi sebaiknya diperiksa secara teratur untuk

mengetahui adanya masalah.

1) Periksa pernapasan dan warna kulit bayi setiap 5 menit.

2) Jika bayi tidak segera bernapas, lakukan hal-hal berikut:

a) Keringkan bayi dengan selimut atau handuk yang hangat

b) Gosoklah punggung bayi dengan lembut.

3) Jika bayi masih belum mulai bernapas setelah 60 detik mulai

resusitasi.

4) Apabila bayi sianosis (kulit biru) atau sukar bernapas (frekuensi

pernapasan kurang dari 30 atau lebih dari 60 x/menit), berilah

(39)

d. Perawatan Mata

Obat mata eritromisin 0,5% atau tetrasiklin 1% dianjurkan

untuk pencegahan penyakit mata karena klamidia (penyakit menular

seksual). Obat mata perlu diberikan pada jam pertama setelah

persalinan. Yang lazim dipakai adalah larutan Perak Nitrat atau

Neosporin dan langsung diteteskan pada mata bayi segera setelah

lahir.Jangan tinggalkan ibu dan bayi kapan pun.Dalam waktu 24 jam,

bila bayi tidak mengalami masalah apapun, berikanlah asuhan

berikut:

1) Lanjutkan pengamatan pernapasan, warna, dan aktivitasnya.

2) Pertahankan suhu tubuh bayi

3) Lakukan pemeriksaan fisik yang lebih lengkap.

4) Berikan Vitamin K untuk mencegah terjadinya perdarahan, suntik

(I.M) Vitamin K 0,5mg

5) Identifikasi Bayi, alat pengenal yang efektif harus diberikan

kepada setiap bayi baru lahir dan harus tetap di tempatnya

sampai waktu bayi dipulangkan.

6) Perawatan lain-lain :

a) Lakukan perawatan tali pusat

b) Dalam waktu 24 jam dan sebelum ibu dan bayi dipulangkan

(40)

c) Ajarkan tanda-tanda bahaya bayi pada orang tua dan

beritahu pada orang tua agar merujuk bayi segera untuk

perawatan lebih lanjut, jika ditemui tanda-tanda tersebut.

d) Ajarkan pada orang tua cara merawat bayi mereka dan

perawatan harian untuk bayi baru lahir:

(1) Beri ASI sesuai dengan kebutuhan setiap 2-3 jam mulai

dari hari pertama.

(2) Pertahankan agar bayi selalu bersama ibu.

(3) Jaga bayi dalam keadaan bersih, hangat dan kering,

dengan mengganti popok dan selimut sesuai keperluan.

Pastikan bayi tidak terlalu panas dan terlalu dingin

(dapat menyebabkan iritasi).Apa saja yang dimasukkan

ke dalam mulut bayi harus bersih.

(4) Jaga tali pusat dalam keadaan bersih dan kering.

(5) Peganglah, sayangilah dan nikmati kehidupan bersama

bayi.

(6) Awasi masalah dan kesulitan pada bayi dan minta

bantuan jika perlu.

(7) Ukur suhu tubuh bayi jika tampak sakit atau menyusui

kurang baik

7. Jadwal Kunjungan Neonatal

a. Saat lahir sampai 5 jam :

(41)

2) Pemotongan dan perawatan tali pusat

3) Inisiasi menyusui dini

4) Pencegahan perdarahan

5) Pencegahan infeksi mata

6) Pemberian imunisasi

7) Pemberian identitas

8) Anamnesis dan pemeriksaan fisik (APN, 2008: h.119)

b. Kunjungan Neonatal pertama (6 sampai dengan 48 jam)

1) Memastikan bayi dalam keadaan baik

2) Konseling tanda bahaya

3) Konseling tanda bahaya

4) Konseling perawatan bayi baru lahir

5) Penjadwalan ulang ulang kunjungan neonates

c. Kunjungan Neonatal kedua (hari ketiga sampai ke 7)

1) Menanyakan kepada ibu masalah yang dihadapi bayinya

2) Menangani masalah pemberian ASI

3) Menentukan masalah atau keluhan lain

4) Menentukan tindakan dan memberikan pengobatan jika diperlukan

5) Melakukan konseling bagi ibu

6) Memberikan pelayanan tindak lanjut (Muslihatun, 2010: h.39)

d. Kunjungan Neonatal ketiga ( hari ke 8 sampai 28 hari)

1) Menanyakan kepada ibu masalah yang dihadapi bayinya

2) Menangani masalah pemberian ASI

3) Menentukan masalah atau keluhan lain

(42)

5) Melakukan konseling bagi ibu

6) Memberikan pelayanan tindak lanjut (Muslihatun, 2010: h.60)

D. Nifas

1. Pengertian Nifas

Masa nifas atau puerperium, berasal dari bahasa Latin,

yaitu pueryang artinya bayi dan parous yang artinya melahirkan atau

berarti masa sesudah melahirkan (Mochtar,2012: h.87).Masa nifas atau

puerperium adalah masa yang dimulai setelah kelahiran plasenta

dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan

sebelum hamil yang berlangsung selama sekitar 6 minggu setelah

persalinan (Prawirohardjo,2010 :h.356).

2. Tahapan Masa Nifas

Menurut Mochtar (2012 ; h.87), masa nifas terbagi menjadi tiga

tahapan yaitu :

a. Puerperium dini, masa pemulihan dimana ibu diperbolehkan untuk

berdiri dan berjalan-jalan.

b. Puerperium intermedial, masa pemulihan dari organ-organ reproduksi

(43)

c. Remote puerperium, waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat

kembali dalam keadaan sempurna terutama bila ibu selama hamil

atau waktu persalinan mengalami komplikasi

3. Perubahan Fisiologis Pada Masa Nifas

Selama masa nifas, alat-alat interna maupun eksterna

berangsur-angsur kembali seperti keadaan sebelum hamil yang disebut

dengan involusi.Perubahan fisiologi yang terjadi pada masa nifas

diantaranya adalah :

a. Uterus

Tabel 2.1 tinggi fundus uteri dan berat uterus menurut masa involusi

Involusi TFU Berat Uterus

Bayi lahir

Setinggi pusat, 2 jbpst* 1000 gram

1

Normal tapi sebelum hamil 30 Ram

*jbpst = jari bawah pusat

b. Lochea

Cairan secret yang berasal dari kavum uteri dan vagina dalam masa

(44)

1) Lochea rubra (cruenta) :berisi darah segar dan sisa-sisa selaput

ketuban, sel-sel desidua, verniks kaseosa, lanugo, dan mekonium,

selama 2 hari pascapersalinan.

2) Loche sanguilenta : berwarna merah kuning, berisi darah dan

lender , hari ke 3-7 pascapersalinan.

3) Lochea alba : cairan putih, setelah 2 minggu.

4) Lochea purulenta : terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah

berbau busuk.

5) Lokiostasis : lokia tidak lancar keluarnya.

c. Endometrium, perubahan pada endometrium adalah timbulnya

trombosis, degenerasi dan nekrosis di tempat implantasi plasenta.

d. Serviks terlihat padat, lubang serviks mengecil. Segera setelah janin

dilahirkan, tangan pemeriksa masih dapat dimasukkan 2 – 3 jari,

setelah 1 minggu hanya dapat dimasukkan 1 jari ke dalam cavum

uteri.

e. Vagina, timbulnya rugae pada minggu ketiga. Himen tampak sebagai

tonjolan jaringan yang kecil, dalam proses pembentukan berubah

menjadikarunkulae mitiformis yang khas bagi wanita multipara.

f. Payudara, timbul rasa hangat, bengkak, dan rasa sakit. Sel acini

yang menghasilkan ASI mulai berfungsi (Varney, 2008: h.959-961).

4. Kunjungan pada Masa Nifas

a. Kunjungan ke-1 (6-8 jam setelah persalinan), tujuannya untuk:

1) Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.

2) Medeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan dan merujuk

(45)

3) Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga

bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.

4) Pemberian ASI awal.

5) Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir.

6) Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermia.

Jika bidan menolong persalinan, ia harus tinggal dengan ibu dan bayi

baru lahir untuk 2 jam pertama setelah kelahiran, atau sampai ibu

dan bayi dalam keadaan stabil.

b. Kunjungan ke-2 (6 hari setelah persalinan), tujuannya untuk:

1) Memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus berkontraksi,

fundus di bawah umbilikus, tidak ada perdarahan abnormal, tidak

ada bau.

2) Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi, atau perdarahan

abnormal.

3) Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan, cairan, dan

istirahat.

4) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tak memperlihatkan

tanda-tanda penyulit.

5) Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali

pusat, menjaga bayi tetap hangat, dan merawat bayi sehari-hari.

(46)

1) Memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus berkontraksi,

fundus di bawah umbilikus, tidak ada perdarahan abnormal, tidak

ada bau.

2) Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi, atau perdarahan

abnormal.

3) Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan, cairan, dan

istirahat.

4) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tak memperlihatkan

tanda-tanda penyulit.

5) Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali

pusat, menjaga bayi tetap hangat, dan merawat bayi sehari-hari.

d. Kunjungan ke-4 (6 minggu setelah persalinan), tujuannya untuk:

1) Menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang ia atau bayi

alami.

2) Memberikan konseling untuk KB secara dini(Prawirohardjo,

2009;h.123-125).

5. Komplikasi dalam masa nifas

a. Perdarahan banyak dari vagina.

b. Pengeluaran cairan dari vagina yang baunya menusuk.

c. Rasa sakit di bagian bawah abdomen atau punggung.

d. Sakit kepala yang terus menerus, nyeri epigastrium atau ada

gangguan penglihatan.

e. Pembekakan di wajah atau tangan.

f. Demam, muntah, rasa sakit waktu BAK atau jika merasa tidak enak

(47)

g. Payudara berubah menjadi merah, panas dan terasa sakit.

h. Kehilangan nafsu makan dalam waktu yang lama.

i. Rasa sakit, merah, lunak atau bengkak pada kaki.

j. Merasa sangat sedih atau tidak mampu mengasuh bayinya sendiri

atau dirinya sendiri.

k. Merasa sangat letih atau nafas terengah-engahnifas (Ambarwati,

2010: h.122-123).

E. Keluarga Berencana (KB)

1. PengertianKeluarga Berencana

Metode kontrasepsi modern pada dasarnya adalah metode

kontrasepsi dengan alat bantu yang lebih modern. Metode ini

diantaranya adalahdengan penggunaan AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam

Rahim), kondom, spermisida, diafraagma, susuk dan pil(Manuaba,2010:

h.68).

Keluarga berencana merupakan pertimbangan tambahan terhadap

faktor fisik, social, psikologis, ekonomi, dan keagamaan yang mengatur

sikap keluarga sekaligus mempengaruhi keputusan keluarga dalam

menetapkanukuran keluarga, jarak antar anak, dan pemilihan serta

penggunaan metodepengendalian kehamilan (Varney, 2007: h.414).

2. Tujuan KB

a. Tujuan Umum

Meningkatkan kesejahterahan ibu, anak dalam rangka mewujudkan

Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahterah (NKKBS) yang menjadi

(48)

mengendalikan kelahiran sekaligus menjamin terkendalinya

pertambahan penduduk (Irianto,2014: h.7).

b. Tujuan Khusus

1) Meningkatkan jumlah penduduk untuk menggunakan alat

kontrasepsi.

2) Munurunya jumlah angka kelahiran bayi.

3) Meningkatnya kesehatan keluarga berencana dengan cara

penjarangan kelahiran (Irianto,2014: h.8)

3. Sasaran KB

Penggunaan alat/cara KB oleh pasangan usia subur (PUS) yaitu

kelompok WUS (umur 15-49 tahun) bestatus menikah atau hidup

bersama (Riskesdas,2013: h.164)

4. Pengertian Kontrasepsi

Metode untuk mengendalikan kehamilan secara permanen atau

sementara dan keikut serta dalam keluarga berencana yang digunakan

oleh pasangan suami istri (Varney,2007: h.416). Kontrasepsi merupakan

bagian dari pelayanan kesehatan reproduksi untuk pengaturan

kehamilan, dan merupakan hak setiap individu sebagai makhluk sosial

(Prawirohardjo, 2011; h.U-47).Kontrasepsi adalah menghindari atau

mencegah tejadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan antara ovum

dan sperma (Sukarni,2014: h.366).

Dari beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

kontrasepsi adalah metode yan digunakan untuk mencegah,

menjarangkan, dan menunda kehamilan.

(49)

Tabel 2.2 daftar tilik penapisan klien metode nonoperatif

Metode hormonal (pil kombinasi,pil progestin, suntik dan susuk)

Apakah pernah ikterus pada kulit atau mata

Apakah pernah nyeri hebat pada betis pada paha atau tungkai bengkak.

Apakah pernah tekanan darah di atas 160 mmHg (sistolik) atau 90 mmHg (Diastolik)

Apakah ada massa atau benjolan di payudara

Apahah anda sedang minum obat-obatan anti kejang (epilepsi).

Table 2.3 daftar tilik penapisan metode AKDR

AKDR (semua jenis pelepas tembga dan progestin) YA TIDAK Apakah hari pertama haid terakhir 7 hari yang lalu

Apakah klien mempunyai pasangan seks lain Apakah pernah mengalami infeksi menular seksual Apakah pernah pengalami haid banyak (lebih dari 1-2 pembalut tiap 4 jam)/

Apakah pernah mengalami haid lama

Apakah pernah mengalami dismenorhea berat yang membutuhkan analgetika dan atau istirahat baring. Apakah pernah megalami perdarahan bercak antara haid setelah senggama

Apakah pernah mengalami gejala penyakit jantung valvuler atau kongenital.

Sumber (Affandi, 2012; h. U-10)

6. Jenis-jenis kontrasepsi

a. Kontrasepsi Alamiah

1) Senggama Terputus (kointus Interruptus)

Senggama terputus ialah penarikan penis dari vagina sebelum

terjadinya enjakulasi.Keuntungan, cara ini tidak membutuhkan

biaya, alat-alat maupun persiapan, tetapi kekurangannyaadalah

untuk menyukseskan cara ini dibutuhkan pengendaliandiri yang

(50)

b. Metode Amenorea Laktasi (MAL)

MAL adalah kontrasepsi yang mengendalikan pemberian ASI

secara eksklusif, artinya hanya diberikan ASI tanpa tambahan

makanan dan minuman. MAL ini dapat digunakan bila menyusui

secara penuh >8 x sehari, belum haid dan umur bayi kurang dari 6

bulan (Prawirohardjo, 2011: h. MK-1).Keuntungan efektifitas

tinggi, tidak mengganggu senggama tidak ada efeksamping tidak

perlu pengawasan medis, tanpa biaya, bayi dapat kekebalan pasif,

sumber asupan gizi yang terbaik, untuk ibu mengurangi pendarahan,

mengurangi resiko anemia, dan meningkatkan hubungan psikologik

ibu dan bayi (Prawirohardjo, 2011: h.MK-2).Kekurangan sulit

dilakukan karena kondisi sosial, efektifitas tinggi hanya sampai

kembalinya haid atau sampai dengan 6 bulan (Prawirohardjo,

2011: h.MK-2).

c. Pantang Berkala

Seorang perempuan bisa dapat hamil dalam beberapa hari saja

dalam daur haidnya. Masa subur yang juga disebut “fase ovulasi”

mulai 48 jam sebelum ovulasi dan berakhir 24 jam setelah ovulasi.

Sebelum dan sesudah masa itu, perempuan tersebut berada

dalam keadaan tidak subur (Prawirohardjo, 2011: h.439).Kesulitan

cara ini adalah untuk menetukan waktu yang tepat dalam ovulasi.

Ovulasi pada umumnya terjadi 14-2 hari sebelum hari pertama

haid yang akan datang. Pada perempuan dengan haid yang tidak

teratur sangat sulit atau sama sekali tidak dapat diperhtungkan

(51)

hari dan daur haid terpanjang dikurangi 11 hari.Masa aman ialah

sebelum daur haid terpendek yang telah dikurangi. Perempuan

yang bersangkutan mempunyai catatan tentang lama daur haidnya

selama 6 bulan, atau mencatat tentang lama daur haidnya selama

satu tahun penuh (Prawirohardjo, 2011: h.439).

d. Kontrasepsi Sederhana untuk laki-laki

1) Kondom

Penggunaan kondom dengan kantong sutra yang diisi dengan

minyak, dan yang dipasang menyelubungi penis sebelum

koitus.Prinsip kerja kondom ialah sebagai perisai dari penis

sewaktu melakukan koitus, dan mencegah pengumpulan

sperma dalam vagina.Keuntungan kondom, untuk perlindungan

terhadap penyakit kelamin, juga dapat digunakan untuk tujuan

kontrasepsi.Kekurangannya ialah ada kalanya pasangan yang

mempergunakannya merasakan selaput karet tersebut sebagai

penghalang dalam kenikmatan dalam melakukan koitus.Efek

samping kondom tidak ada kecuali jika ada alergi terhadap

bahan kondom itu sendiri.

e. Kontrasepsi hormonal

Jenis-jenisKB :

1) Pil kontrasepsi

a) Pil kontrasepsi kombinasi

Kontraindikasi

(52)

(2) Trombofebilitis (sedang terjadi atau riwayat

kesehatan).

(3) Gangguan trobormboli (sedang terjadi atau riwayat

kesehatan).

(4) Kerusakan hati, kerusakan fungsi hati, atau hepatitis

akut.

(5) Pendarahan genetalia abnomal yang tidak

terdiagnosa.

(6) Wanita perokok diatas usia 35 tahun.

(7) Diabetes mellitus (Varney,2007: h.466).

b) Kekurangannya harus diminum tiap hari, sehingga

kadang-kadang merepotkan, motifasi harus kuat, adanya efek

samping walaupun sifatnya sementara seperti mual, sakit

kepala, dan muntah nyeri dada.

c) Kelebihan dari kontrasepsi tersebut adalah resiko terhadap

kesehatan kecil, tidak pengaruh terhadap hubungan suami

istri, tidak dilakukan pemeriksaan dalam, jangka panjang

(Prawirohardjo, 2011;h.448).

2) Pil kontrasepsi progestin-tunggal (minipills)

Cara kerja minipill mengentalkan lender serviks sehingga

menghambat penetrasi sperma, mengubah mortalitas tuba

sehingga transpratasi sperma terganggu (Prawirohardjo, 2011:

h.MK-51).Kontraindikasi : kehamilan (diketahui atau dicurigai),

karsinoma payudara, perdarahan genetalia abnoral, tumor hati

(53)

h.477).Keuntungannya sangat efektif bila teratur, tidak

mengganggu hubungan seksual, tidak mempengaruhi asi,

nyaman dan mudah digunakan,dapat dihentikan setiap saat,

trak mengandung estrogen (Prawirohardjo, 2011:

h.MK-51).Kerugiannya hampir 30-60% mengalami gangguan

haid,peningkatan/ penurunan berat badan, harus digunakan

setiap hari dan diminum pada waktu yang sama, bila lupa satu

pil saja kegagalan menjadi lebih besar, payudara menjadi

tegang (Prawirohardjo, 2011: h.MK-52).

3) Kontrasepsi Suntik

a. Suntikan setiap 3 bulan (Depo Provera)

Mekanisme kerja

(1) Obat ini menghalangi terjadinya ovulasi dengan jalan

menekan pembentukan gonadotropin releasing

hormone dari hipotalamus.

(2) Lendir serviks bertambah kental, sehingga

menghambat penetrasi sperma melalui serviks uteri.

(3) Implantasi ovum dalam endometrium dihalangi

(Prawirohardjo,2011: h.450).

Keuntungan pencegahan kehamilan jangka panjang,

tidak berpengaruh pada hubungan suami istri, tidak

berpengaruh terhadap ASI, dapat digunakan pada

usia>35 tahun (Prawirohardjo, 2011: h.MK-44).

(54)

Kontrasepsi implant menekan ovulasi, mengentalkan lender

serviks, implant dimasukan dibawah kulit dan dapat bertahan

hingga 3-7 tahun, tergantung jenisnya. Keuntungan khusus

bagi kesehatanmengurangi resiko penyakit radang panggul

simptomik. Dapat mengurangi resiko anemia defisiesi besi. Efek

samping terjadi pola haid, sakit kepala, pusing, perubahan

suasana perasaan, perubahan berat badan, jerawat (dapat

membaik atau memburuk), nyeri payudara, nyeri perut dan

mual

f. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) atau Intra Uterine Device

(IUD)

Keuntungan IUDUmumnya hanya memerlukan satu kali

pemasangan dan dengan demikian satu kali motiasi, tidak

menimbulkan efek sistemik, alat ini ekonomisdan cocok untuk

penggunaan secara missal, efektifitas cukup tinggi, reversible

(Prawirohardjo, 2011: h.454).Kerugian AKDRPerubahan siklus

haid (lebih banyak dan lama), saat haid lebih sakit, sedikit nyeri

dan perdarahan (spotting) terjadi setelah pemasangan, dan

mengilanh dalam 1-2 hari, klien tidak dapat melepas AKDR oleh

sendiri, mungkin AKDR keluar dari uterus tanpa diketahui

(Prawirohardjo,2011: h.MK-82). Efek samping IUDPerdarahan:

umumnya setelah pemasangan IUD terjadi perdarahan

sedikit-sedikit yang cepat berhenti.Rasa nyeri dan kejang diperut terjadi

segera setelah pemasangan IUD. Biasanya rasa nyeri ini

(55)

suami istri: kadang-kadang suami merasakan adanya benang IUD

sewaktu bersenggamaEkspulsi (pengeluaran sendiri: terjadi untuk

sebagian atau seluruhnya, biasanya waktu haid (Prawirohardjo,

2011: h.454).

g. Kontrasepsi Mantap pada Perempuan (Sterilisasi)

1) Definisi

Tindakan yang dilakukan pada kedua tuba fallopii

perempuan, yang mengakibatkan yang bersangkutan tidak

dapat hamil atau tidak meyebabkan hamil lagi

(Prawirohardjo, 2011: h.461).

2) Keuntungan Sterilisasi

a) Motivasi hanya dilakukan satu kali saja, sehingga tidak

diperlukan omtivsi yang berulang-ulang.

b) Efektivitas hampir 100%

c) Tidak mempengaruhi libido seksualitas

d) Tidak hanya kegagalan dari pihak pasien

(Prawirohardjo, 2011: h.461).

g Sterilisasi pada laki-laki (Vasektomi)

(56)

Bahwa pasangan suami-istri tidak menghendaki kehamilan

lagi pada pihak suami bersedia bahwa tindakan

kontrasepsi dilakukan pada dirinya.

2) Kontraindikasi vasektomi

Apabila ada kelainan local atau umum yang dapat

mengganggu sembuhnya luka operasi, kelainan itu harus

disembuhkan dahulu.

3) Keuntungan vasektomi

a) Tidak menimbulkan kelainan baik fisik maupun mental

b) Tidak mengganggu libido seksual

c) Dapat dikerjakan secara poliklinis.

4) Komplikasi vasektomi

Infeksi pada sayatan, rasa nyeri/ sakit, terjadinya

hematoma oleh karena pendarahan kapiler, epididymitis,

Gambar

Tabel 2.1 tinggi fundus uteri dan berat uterus menurut masa involusi
Tabel 2.2 daftar tilik penapisan klien metode nonoperatif

Referensi

Dokumen terkait

Pada proyek Kawasan Wisata Tepian Sungai Bengawan Solo di Surakarta ini menggunakan pendekatan arsitektur ekologis yang menekankan pada prinsip tata kelola lingkungan yang ramah

Does it have a The topic sentence and controlling idea are not mentioned clearly..

Persiapan yang dilakukan yaitu mempersiapkan RPP dan modifikasi alat untuk kegiatan pembelajaran.pada siklus I siswa melakukan gerak dasar tolak peluru dengan

Kinerja Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang dalam Penanggulangan Banjir dan Genangan di Kota Surakarta, Skripsi, Program Studi Administrasi Publik, Fakultas

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yesus Kristus karena berkat dan kasih karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan laporan skripsi dengan judul “Pengaruh Berbagai

Komponen tersebut adalah sikap empati, kesadaran melakukan tugas dan tanggung jawab untuk menolong, keyakinan pada keadilan bahwa setiap orang akan mendapatkan apa yang layak

kemampuan menulis karangan persuasi yang telah dilaku-kan penulis terhadap siswa kelas X MA Al Fatah Natar tahun pelajaran 2013/ 2014, skor tertinggi yang diperoleh

Kedudukan Dan Susunan Organisasi Perangkat Daerah Perumusan Isu Strategis Analisis lingkungan internal Analisis lingkungan eksternal Perumusan Tujuan, Sasaran, Strategi,