• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. R DENGAN MASALAH RESIKO PERDARAHAN POST TRANSURETHRAL RESECTION PROSTATE (TURP) DI RUANG EDELWEIS RUMAH SAKIT PROF. MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO - Elib Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "ANALISIS ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. R DENGAN MASALAH RESIKO PERDARAHAN POST TRANSURETHRAL RESECTION PROSTATE (TURP) DI RUANG EDELWEIS RUMAH SAKIT PROF. MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO - Elib Repository"

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. R DENGAN MASALAH RESIKO PERDARAHAN POSTTRANSURETHRAL

RESECTION PROSTATE(TURP) DI RUANG EDELWEIS RUMAH SAKIT PROF. MARGONO SOEKARJO

PURWOKERTO

KARYA ILMIAH AKHIR NERS

Disusun Oleh :

BINTARI DEHISMIATI, S. Kep A31500819

PEMINATAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

PROGRAM STUDI NERS KEPERAWATAN

(2)

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Karya ilmiah Akhir Ners adalah hasil karya saya sendiri dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar.

Nama : Bintari Dehismiati, S. Kep

NIM : A31500819

Tanda Tangan :

(3)
(4)
(5)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahhirobbil’aalamiin, Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat

Allah SWT yang telah melimpah rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Ilmiah Akhir dengan judul “Analisis Asuhan Keperawatan pada Tn. R dengan Masalah Resiko Perdarahan Post Transurethral Resection Prostate (TURP) Di Ruang Edelweis Rumah Sakit Prof. Margono Soekarjo Purwokerto”. Dalam penyusunan Karya Ilmiah Akhir ini penulis mendapat bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. M. Madkhan Anis M.Kep., Ns., selaku Ketua STIKES Muhammadiyah Gombong yang telah memberikan kesempatan dan fasilitasnya kepada penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan program studi ilmu keperawatan.

2. Isma Yuniar, M.Kep., Ns selaku direktur Prodi S1 dan profesi Keperawatan STIKES Muhammadiyah Gombong yang telah memberikan dukungan untuk penelitian ini.

3. Dadi Santoso, M. Kep selaku pembimbing yang telah banyak memberikan waktu, pemikiran, perhatian dan memberikan pengarahan dalam membimbing penulis untuk penyusunan Karya Tulis Akhir ini.

4. Seluruh dosen dan staf pengajar STIKES Muhammadiyah Gombong. 5. Kedua orang tua (Bapak Iswanto dan Ibu Dehmawati) serta kedua adik

tercinta (Bastomi Baharsyah dan Margono Wijaya) yang selalu memberikan dukungan dan doanya.

(6)

pengetahuan dan kemampuan yang penulis miliki. Oleh karena itu, penulis mengharapkan masukan berupa kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak untuk kesempurnaanKarya Ilmiah Akhirini.

Gombong, 8 Agustus 2016

(7)

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai civitas akademik STIKes Muhammadiyah Gombong, saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Bintari Dehismiati, S. Kep NIM : A31500819

Program Studi : Profesi Ners Jenis Karya : Tulis Ilmiah Akhir

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada STIKes Muhammadiyah Gombong Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive Royalty-Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul:

ANALISIS ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. R DENGAN MASALAH RESIKO PERDARAHAN POST TRANSURETHRAL RESECTION PROSTATE (TURP) DI RUANG EDELWEIS RUMAH SAKIT PROF. MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO

Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan hak bebas Royalti Noneksklusive ini STIKes Muhammadiyah Gombong berhak menyimpan, mengalih media/format, mengelola dalam bentuk pangkalan data, merawat dan mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di: Gombong, Kebumen Pada tanggal: 8 Agustus 2016

(8)

ABSTRAK

Nama : Bintari Dehismiati, S. Kep

Institusi : STIKes Muhammadiyah Gombong

Penangananan BPH dapat dilakukan salah satunya Transurethral Resection Prostate (TURP) tindakan pembedahan yang paling umum dilakukan untuk mengatasi pembesaran prostat. Tindakan pembedahan ini dipilih karena memiliki efek minimal jika dibandingkan dengan jenis pembedahan lainnya. Namun, terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan terkait penanganan klien post operasi TURP. Salah satunya adalah Continuous Bladder Irrigation (CBI). Tujuan, mengobservasi pemantauan continuous bladder training post operatif TURP diruang Edelweis RSUD Margono Soekarjo Purwokerto. Hasil observasi menunjukkan bahwa hal yang harus diperhatikan perawat dalam melakukan pemantauan irigasi bladder antara lain jenis cairan yang digunakan, kecepatan aliran, ballance cairan, pemantauan tanda-tanda penyumbatan kateter. Pengetahuan perawat tentang irigasi bladder perlu ditingkatkan untuk menghindari komplikasi yang umum terjadi pada klien post op TURP. Selain tindakan keperawatan mencegah resiko perdarahan dengan cara memantau continous bladder irrigation, pencegahan perdarahan bisa juga dilakukan dengan caraLeg and foot Exercise, namun pada kasus Tn. R Post TURP belum diterapkan karena keterbatasan waktu.

(9)

ABSTRACT

Name : Bintari Dehismiati, S. Kep

Institution : STIKes Muhammadiyah Gombong

BPH-handling can be done one of them Transurethral Resection of Prostate (TURP) surgery is most commonly done to address prostate enlargement. Surgery is chosen because it has the least effect when compared to other types of surgery. However, there are some things that need to be related to the handling of client postoperative TURP. One is Continuous Bladder Irrigation (CBI). Interest, observingcontinuous monitoring of bladder training post operative TURP in the room Edelweis Margono Soekarjo Hospital Purwokerto. Observations indicate that the thing to be aware of nurses in monitoringbladder irrigation among other types of fluids used, the flow rate, fluid balances, monitoring signs of catheter blockage. The nurse's knowledge about bladder irrigation should be improved to avoid the complications that commonly occur in post-op clients TURP. In addition to nursing actions to prevent bleeding risk by monitoring continuous bladder irrigation, prevention of bleeding can also be done by Leg and foot Exercise, but in the case of Mr. R Post TURP has not been implemented because of time constraints.

(10)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN... iv

KATA PENGANTAR ... v

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT... viii

DAFTAR ISI ... xi

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG ... 1

B. TUJUAN ... 3

1. Tujuan umum ... 3

2. Tujuan khusus ... 3

C. MANFAAT PENULISAN ... 3

1. Manfaat keilmuan ... 3

2. Manfaat aplikatif ... 3

3. Manfaat metodologis ... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Masalah keperawatan... 4

1. Anatomi fisiologi Prostat ... 4

2. Faktor Resiko ... 6

3. Definisi Resiko Perdarahan... 6

4. Tanda dan gejala ... 7

5. Patofisiologi ... 7

6. TerapiContinuous Bladder Irrigationuntuk Megatasi Pembekuan Darah ... 7

(11)

1. Fokus Pengakajian ... 8

2. Diagnosa Keperawatan ... 10

3. Intervensi... 10

4. Implementasi... 11

5. Evaluasi... 12

BAB III LAPORAN MENEJEMEN KASUS A. Profil Lahan Praktik Klinik ... 13

1. Visi dan Misi Rumah Sakit ... 13

2. Gambaran wilayah/ Ruangan Rumah Sakit ... 13

3. Jumlah kasus ... 14

4. Upaya Penanganan yang dilakukan di ruangan ... 14

B. Ringkasan Proses Asuhan Keperawatan ... 15

1. Ringkasan Proses Pengakajian... 15

2. Diagnosa Keperawatan ... 19

3. Rencana Asuhan Keperawatan... 20

4. Implementasi... 22

5. Evaluasi... 24

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Analisis Karakteristik Pasien ... 27

B. Analisis Masalah Keperawatan ... 28

C. Analisa Salah Satu Intervensi yang Dikaitkan dengan Konsep Penelitian Saat ini ... 28

D. Inovasi Tindakan Keperawatan untuk Pemecahan Kasus... 30

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 32

B. Saran ... 32 DAFTAR PUSTAKA

(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Distribusi 10 besar penyakit diruang Edelweis periode

Januari-Februari 2016 ... 14

Tabel 3.2 Hasil Laboratorium ... 18

Tabel 3.3 Diagnosa Keperawatan ... 19

Tabel 3.4 Rencana Asuhan Keperawatan ... 20

(13)

DAFTAR GAMBAR

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Jurnal

(15)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kelainan kelenjar prostate dikenal Benigna Prostat Hiperplasia (BPH) yaitu berupa pembesaran prostat atau hyperplasia prostat. Di Indonesia, BPH merupakan urutan kedua setelah batu saluran kemih dan diperkirakan ditemukan pada 50% pria berusia diatas 50 tahun dengan angka harapan hidup rata-rata di Indonesia yang sudah mencapai 65 tahun (Purnomo, 2011).

Menurut Sjamsuhidajat (2011), Benigna Prostat Hiperplasia merupakan kelenjar periuretral yang mendesak jaringan prostat ke perifer. Pembesaran prostat menyebabkan penyempitan lumen uretra prostatika sehingga menghambat aliran urin. Keadaan ini menyebabkan peningkatan intravesikal ke seluruh bagian kandung kemih sampai pada kedua muara ureter, sehingga akibat tekanan tinggi menimbulkan aliran balik urin dikandung kemih ke ureter dan menimbulkan refluks vesiko-ureter. Refluks vesiko ureter menyebab hidroureter, hidronefrosis dan pada akhirnya menyebabkan gagal ginjal. Beberapa cara mengatasi yaitu dengan cara pemebedahan (Purnomo, 2011).

Pembedahan kelenjar prostat pada pasien BPH bertujuan untuk menghilangkan obstruksi aliran urin. Transurethral Resection of the Prostat (TURP) dan prostatektomi menjadi salah satu pilihan tindakan pembedahan untuk mengatasi obstruksi saluran kemih (Smeltser and Bare, 2013).

(16)

2

Salah satu tindakan post operatif yang dilakukan perawat adalah pemantauancontinuous bladder irrigation(CBI) atau irigasi bladder. Prosedur ini dilakukan dengan memasukkan kateterthreewayke dalam uretra hingga ke kandung kemih, dengan mempertahankan aspetik irigasi, bersihkan IDC irigasi dan kateter port dengan swab alkohol dan biarkan kering, Buka sambungan irigasi kateter, hubungkan irigasi diatur ke sambungan irigasi kateter secara aseptic, pastikan urine menguras bebas sebelum memulai irigasi terus menerus, unclamp labu irigasi yang digunakan untuk prime set irigasi dan mengatur tingkat administrasi dengan menyesuaikan roller penjepit, dengan kecepatan tetesan diatas 30 tetes permenit. Tujuan dari irigasi kandung kemih adalah untuk menjaga urin naik 'berwarna dan bebas dari gumpalan. Prosedur ini umumnya dilakukan pada 24 jam pertama post operasi TURP dan dilakukan sebagai bagian dari perawatan post operatif post operasi TURP. Irigasi dilakukan untuk mencegah obstruksi, mengeluarkan darah, dan klot yang mungkin terjadi setelah proses pembedahan TURP. Pemantauan cairan irigasi penting dilakukan oleh perawat. Perawat harus mengobservasi jumlah cairan irigasi yang masuk serta menghitung berapa banyak cairan irigasi beserta urin yang keluar. Perawat juga harus memastikan jenis cairan yang digunakan untuk irigasi adalah cairan yang tepat dan sesuai. Selain itu, perawat juga harus memastikan jumlah intake klien post TURP adekuat. (ACI urology Network-Nursing, 2012)

(17)

3

B. TUJUAN

1. Tujuan Umum

Mengobservasi pemantauan Continuous Bladder Training (CBI) post operatif TURP diruang Edelweis RSUD Margono Soekarjo Purwokerto.

2. Tujuan Khusus

a. Mampu melakukan asuhan keperawatan pada pasien post operatif TURP

b. Melakukan analisis salah satu intervensi yang di ambil sebagai masalah utama

C. MANFAAT PENULISAN 1. Manfaat Keilmuan

Penulisan ini diharapkan dapat memberikan inspirasi kepada para perawat untuk lebih memodifikasi lagi dalam menyusun asuhan keperawatan. Khususnya dalam memberikan intervensi keperawatan kepada penderita terkait dengan kasus BPH post TURP dengan dilakukannya irigasi bladder.

2. Manfaat Aplikatif

Penulisan ini diharapkan mampu sebagai pedoman dasar pembelajaran dan mengembangkan ilmu yang berkaitan dengan sistem perkemihan khususnya mengenai kasus pasien BPH post operatif TURP yang dilakukaanirigasi.

3. Manfaat Metodologis

(18)

DAFTAR PUSTAKA

ACI Urology Network-Nursing. (2012).Bladder Irrigation Guidlines. Style sheet. www.health_nsw.gov.au/_data/.../Bladder Irrigation toolkit.pdfdiambil pada 6 Agustus 2016

Barkin, J. 2011. Benign Prostatic Hyperplasiaand Lower Urinary Tract Symptoms: Evidence and Approach for Best Case Management. The Canadian Journal of Urology 18: 14-19.

Bruscini, H., Simonetti, R., & Srougi, M. (2011). Urinary Incontinence After Surgery For BPH: Role Of Aging On The Incidence Of Dysfunction. Chabibah Umi & Tenti Kurniawati. (2014). Pelaksanaan Pendidikan Kesehatan

Tentang Ambulasi Dini Dengan Mobilisasi Dini Ibu Post Partum. Jurnal Kebidanan dan Keperawatan, Vol. 10, No. 1, Juni 2014: 54-63. Yogyakarta: STIKES ‘Aisyiyah.

Herdman, T.H. & Kamitsuru, S. 2015. NANDA International Nursing Diagnoses: Definitions & Classification. 2015-2017. 10nd ed. Oxford: Wiley Blackwell.

Judha, Mohamad dkk. (2012). Teori Pengukuran Nyeri dan Nyeri Persalinan. Yogyakarta: Nuha Medika.

Kaharani Pebria. (2014). Pengaruh LEG And Foot Exercise Terhadap Kejadian Perdarahan Pada pasien Benigna Prostat Hyperplasia Pasca Operasi Transvesica Prostatectomy. STIKESMUHGO /2014. 08:54:52

Kapoor, Anil. 2012. Benign Prostatic Hyperplasia (BPH) Management In The Primary Care Setting The Canadian Journal of Urology. Oktober. Hal. 10-15.

(19)

Mark Lynch, Seshadri S, Kesavapillai S, & Peter T. 2010. Postoperative Haemorrhage Following Transurethral Tesection of the Prostate (TURP) and Photoselective Vaporisation of the Prostate (PVP).

Purnomo Basuki. 2011.Dasar-dasar Urologi. Edisi 3. Jakarta: CV Infomedika RSMS. (2016). Profil Rumah Sakit Margono Soekarjo Purwokerto. 8 Agustus

2016.http://www.rsmargono.go.id/home/dasarpelayanan

Sugito, dkk. 2013. Efektifitas Irigasi Kandung Kemih Dengan Cairan NaCl 0,9% Dingin Terhadap Hematuria pada Pasien Post Operasi Tur-Prostat Di Rsd Dr. Soebandi Jember. The Indonesian Journal Of Health Science, Vol. 3, No. 2, Juni 2013

Suharyanto, Abdul, Madjid. (2011). Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem Perkemihan. Jakarta: Trans Info Media

Sjamsudhidajat. 2011.Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 3. Jakarta. EGC

Smeltzer, S.C., &Bare, B.B. (2013). Buku ajar Keperawatan Medikal Bedah. Volume 1. Jakarta: EGC.

Nakahira J, Toshiyuki S, Atsushi F and Toshiaki M. Transurethral Resection

Syndrome in Elderly Patients: a Retrospective Observational Study.

Journal BMC Anesthesiology 2014, 14.30.

Nishant D Patel, J Kellogg Parsons. 2014. Epidemiology and Etiologi Prostatic Hyperplasia and Bladder outlet Obstruction. Volume 30. Page: 2. Departement Of Urology: USA

Wibowo, D.S., Paryana, W. 2011. Systema Urinarium. Dalam Wibowo, D.S,. Paryana, W (ed): Anatomi tubuh manusia. Graha Ilmu. Yogyakarta. 419-434.

(20)
(21)

Lampiran 2: Asuhan Keperawatan pada Tn . R I. PENGKAJIAN

Tanggal/Jam : 05-04-2016 Jam 12.15 WIB Tempat : Ruang Edelweis

Metode : Status pasien,Wawancara, observasi dan pemeriksaan fisik Sumber : Tn. R (pasien) dan observasi RM

Oleh : Bintari Dehismiati

A. Identitas Pasien

Nama : Tn. R

Umur : 73 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Alamat : Tonjong

Status : Menikah

Pekerjaan : Pedagang

Dianogsa : BPH

No RM : 1406xx

Tgl Masuk/jam : 04-04-2016/ 10.00 WIB B. Penanggung Jawab

Nama : Tn.T

Umur : 45 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Pekerjaan : Wiraswasta

Pendidikan : SMA

Alamat : Tonjong

Hubungan dengan pasien : Anak kandung C. Keluhan Utama

(22)

D. Riwayat Kesehatan

1. Riwayat penyakit sekarang

Pasien datang ke Poli Urologi RSUD Margono tanggal 04-04-2016 pukul 10.00WIB dengan keluhan susah pipis sejak 1 minggu yang lalu, tetapi pasien tidak mau memeriksakan diri karena merasa baik-baik saja, pasien pipis lancar dengan selang kateter. Pasien sudah membawa hasil pemeriksaan USG dan BNO. Setelah dipemeriksaan oleh Dokter urologi. Dokter menyarankan untuk rawat inap untuk persiapan operasi tgl 05-04-2016 jam 09.00 WIB. Hasil pemeriksaan vital sign yaitu TD: 120/80 mmHg, N: 85 x/m, RR: 20 x/m dan S: 36,50C.

2. Riwayat penyakit dahulu

Pasien mengatakan sudah pernah dirawat di rumah sakit. Dengan keluhan nyeri saat pipis setelah dikasih obat sembuh.

3. Riwayat Penyakit Keluarga

Pasien mengatakan di dalam anggota keluarganya tidak ada yang mengalami penyakit seperti ini dan Pasien juga mengatakan tidak mempunyai riwayat penyakit menular dan menurun seperti TBC, DM, Hipertensi,dll.

E. Pola fungsional menurut Virginia Henderson 1. Pola Oksigenasi

Sebelum sakit : pasien mengatakan belum pernah mengalami sesak nafas

Saat dikaji : pasien mengatakan tidak sesak nafas, RR:20x/menit.

2. Pola Nutrisi

(23)

mempunyai riwayat merokok tiap hari 5-6 batang rokok.

Saat dikaji : pasien mengatakan sudah makan yang disediakan rumah sakit. Pasien mengatakan tidak mempunyai riwayat alergi makanan.

3. Pola Eliminasi

Sebelum sakit : klien mengatakan BAK 5-6 x/hari dengan warna kuning, BAB 1x/hari dengan konsistensi lembek warna kuning, tidak ada keluhan.

Saat dikaji : klien mengatakan tidak ada keluhan dalam BAB dan BAK terpasang selang DC no 16.

4. Pola Aktivitas

Sebelum sakit : klien mengatakan aktivitas sehari-hari sebagai pedagang

Saat dikaji : pasien mengatakan lebih banyak tiduran karena terpasang selang pipis dan infus jika butuh sesuatu dibantu keluarga.

5. Pola istirahat dan tidur

Sebelum sakit : pasien mengatakan tidurnya selalu nyenyak lama tidur malam ±7-8 jam, pasien mengatakan susah untuk tidur siang.

Saat dikaji : klien mengatakan saat malam hari tidur kurang nyenyak karena merasa tidak nyaman dengan terpasang selang pipis.

6. Pola berpakaian

Sebelum sakit : pasien mengatakan suka memakai pakaian mudah di serap keringat dan longgar.

(24)

dan jika panas pasien memakai baju tipis. Saat dikaji : pasien memakai baju operasi yang sudah di

sediakan petugas, suhu : 36,50C 8. Pola personal hygien

Sebelum sakit : pasien mengatakan mandi 2x sehari pagi dan sore, sikat gigi 3 kali sehari setiap mandi dan sebelum tidur malam tanpa bantuan.

Saat dikaji : klien mengatakan hanya diseka oleh keluarganya 2x sehari, sikat gigi 2x sehari.

9. Pola rasa aman dan nyaman

Sebelum sakit : pasien mengatakan merasa aman dan nyama ketika berada dirumah berkumpul bersama keluarganya. Saat dikaji : klien mengatakan merasa kurang nyaman

karena terpasang selang pipis. Pasien juga mengatakan nyeri post operasi, P: nyeri ketika beraktivitas, Q: seperti ditusuk-tusuk, R: dibagian genetalia dan kandung kemih, S: 5 , T: hilang timbul.

10. Kebutuhan komunikasi dengan orang lain

Sebelum sakit : pasien sebagai kepala keluarga, setiap permasalahan akan di musyawarahkan ke kepala anggota keluarga.

Saat dikaji : pasien mampu berkomunikasi dengan baik kepada Petugas ketika ditanya tentang kondisinya.

11. Pola spiritual

Sebelum sakit : pasien mengatakan beragama Islam menjalankan ibadah sholat 5 waktu dan rutin mengikuti acara yasinan setiap malam jumat di Desanya.

(25)

yang dideritanya merupakan cobaan dan pasien merasa yakin bahwa dirinya akan sembuh.

12. Kebutuhan bekerja

Sebelum sakit : pasien mengatakan sehari-hari bekerja sebagai pedagang.

Saat dikaji : pasien hanya tiduran. 13. Kebutuhan rekreasi

Sebelum sakit : pasien mengatakan tidak suka liburan.pasien hanya mengandal televisi untuk hiburan dirumah saat istirahat.

Saat dikaji : pasien mengatakan terhibur oleh keluarga yang menemaninya.

14. Belajar

Sebelum sakit : pasien mengatakan mendapat informasi melalui Televisi. Pasien mengatakan belum tahu tentang penyakitnya.

Saat dikaji : pasien mengatakan mendapat informasi melalui petugas medis.

F. Keadaan umum

Kesadaran : Composmenstis

Suhu : 36,50C

Nadi : 85 x/menit

Tekanan Darah : 120/80 mmHg Respirasi Rate : 20 x/menit Berat Badan : 60 kg Tinggi Badan : 160 cm G. Pemeriksaan fisik

(26)

b. Mata : Konjungtiva an anemis, sclera an ikterik,tidak terdapat gangguan penglihatan, tidak ada nyeri tekan, pupil isokor.

c. Hidung : Tidak ada polip, lubang hidung tampak agak kotor, fisiologi bernafas normal, tidak nyeri tekan.

d. Mulut dan Gigi : Mukosa bibir lembab, tidak ada stomatitis, dan tidak ada gigi goyang.

e. Dada :

Paru- paru : I: Pergerakan dada simetris. RR 20x/ menit. P: Tidak ada nyeri tekan.

P: Bunyi sonor.

A: vesikuler, tidak terdengar ronkhi. Jantung : I: Dada simetris

P: Tidak nyeri tekan. P: Bunyi pekak

A: Bunyi regular S1>S2 f. Abdomen : I: Perut tampak simetris A: bising usus 12x/menit

P: tidak ada nyeri tekan di 4 kuadran abdomen P: tympani

g. Integument : Tidak terdapat lesi, turgor kulit kering, teraba hangat.

h. Genitalia : terpasang DC ukuran 16, warna urin kuning keruh i. Ekstremitas :

No Pemeriksaan

Ekstremitas atas Ekstremitas bawah Dekstra Sinistra Dekstra Sinistra

1. Oedeme - - -

-2. Bentuk Normal Normal Normal Normal

(27)

4. Lesi/ luka - infuse RL - -H. Pemeriksaan penunjang

1. Pemeriksaan laborat darah 04-04-2016/Jam 14.21 WIB

Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal

(28)

Klorida 2. BNO Tanggal 19 november 2015

Hasil urolithiasis

3. USG prostat Tanggal 17-11-2015 Hipertropi prostat

Tidak terlihat batu diprostat mau pun diintra buli 4. EKG Tanggal 4 April 2016

Hasil normal sinus rhythm I. Therapi

tanggal 05-04-2016 s/d tanggal 7-04-2016 Ringer Laktat 20 tetes/menit

Furosemid 2x1 mg Ceftriaxone 2x1 gr Ketorolac 2x1 mg Ranitidine 2x1 mg J. Analisa Keperawatan

No Data Fokus Problem Etiologi

1 DS:

a. klien mengatakan merasa kurang nyaman karena terpasang selang pipis.

b. Pasien juga mengatakan nyeri post operasi, P: nyeri ketika beraktivitas, Q: seperti ditusuk-tusuk, R: dibagian genetalia dan kandung kemih, S: 5 , T: hilang timbul.

DO:

a. Pasien tampak meringis menahan nyeri

b. Tangan pasien tampak memegangi area nyeri

(29)

c. Genitalia tampak terpasang DC no 16

d. Vital Sign

Tekanan Darah: 120/80 mmHg Nadi : 85x/ menit

Suhu : 36,50C

Respirasi Rate : 20x/ menit

2 DS:

a. Pasien mengatakan BAK keluar darah pada selang pipisnya DO:

a. Urin tampak kemerahan pada urin bag

b. Warna merah muda tidak pekat DC no 16

c. terpasang d. Vital Sign:

Suhu : 36,50C Nadi : 85 x/menit TD :120/80mmHg

K. Diagnose Prioritas

1. Nyeri akut b.d agen cidera fisik

2. Resiko perdarahan bd Prosedur pembedahan (TURP) L. Intervensi Keperawatan

NO DX KEP NOC NIC

1 Nyeri akut bd agen cidera fisik

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan masalah keperawatan nyeri akut dapat teratasi dengan kriteria hasil:

a. Vital sign dlm batas normal TD : 110-120/80 mmHg Nadi : 60-100x/menit Suhu : 36-370C

b. Tidak ada tanda-tanda perdarahan

c. Tidak ada dehidrasi

NIC : Pain Management 1. Lakukan pengkajian secara

konprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas & faktor presipitasi

2. Observasi reaksi non verbal dari ketidaknyamanan 3. Gunakan tehnik komunikasi

(30)

dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan & kebisingan 5. Ajarkan tehnik non

farmakologi (nafas dalam) untuk mengurangi rasa nyeri 6. Anjurkan pasien untuk

istirahat

7. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat analgetik

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan masalah keperawatan nyeri akut dapat teratasi dengan kriteria hasil:

a. Vital sign dlm batas normal TD : 110-120/80 mmHg Nadi : 60-100x/menit Suhu : 36-370C

b. Tidak ada tanda-tanda perdarahan

c. Tidak ada dehidrasi

Hydration management a. Monitor keadaan umum

pasien

b. Observasi vital sign sesuai indikasi

c. Pantau output cairan

selama tindakan continuous bladder irrgation

M. Implementasi Keperawatan NO/

DX

Tgl/Jam Implementasi Respon

1 05-04-2016 12.15

12.30

13.00

• Melakukan pengkajian secara konprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, dan faktor presipitasi

• Memonitor vital sign (N, S, RR)

• Mengobservasi reaksi non verbal dari ketidaknyamanan

• Menganjurkan keluarga &

• Pasien mengatakan nyeri P: Nyeri hilang ketika

bergerak.

Q : Seperti di tusuk-tusuk R : genetalia. S : 5

T : Hilang timbul Pasien tampak meringis menahan nyeri

• TD: 120/80 mmHg, Nadi : 85x/menit,

suhu: 36,50C, RR: 20x/mnit

• Pasien tampak meringis menahan nyeri

(31)

14.00

15.00

16.00

pengunjung untuk satu persatu menunggu & menjenguk agar tidak terlalu ramai & bising

• Menggunakan komunikasi terapetik untuk mengetahui pengalaman nyeri sebelumnya

• Mengajarkan pasien nafas dalam untuk mengurangi nyeri

• Menganjurkan pasien untuk istrahat

• Memberikan injeksi obat ketorolac 15 mg, ranitidine 1 ampl

pasien 3 orang dan pengunjung pasien keluar masuk rombongan

• Nyeri terasa saat mau BAK

• Pasien melakukannya di damping petugas

• Pasien tampak istirahat

• Injeksi ketorolac 15 mg, ranitidine 1 ampl + via iv bolus

1 06-04-2016 08.30

09.30

10.00

•Memonitor vital sign (N, S, RR)

• Melakukan pengkajian secara konprehensif termasuk lokasi, durasi, karakteristik, frekuensi, kualitas, dan faktor presipitasi

• Mengobservasi reaksi non verbal dari ketidaknyamanan

• Menganjurkan pasien untuk nafas dalam untuk mrngurangi nyeri

• Menggunakan komunikasi terapetik untuk mengetahui pengalaman nyeri sebelumnya

• Menganjurkan pasien untuk istrahat

• Memberikan injeksi obat

• TD: 110/80 mmHg, Nadi : 100x/menit,

suhu: 36,10C, RR: 19x/mnit

• Pasien mengatakan nyeri P: Nyeri hilang ketika

bergerak

Q : Seperti di tusuk-tusuk R : genetalia. S : 5

T : Hilang timbul Pasien tampak meringis menahan nyeri

• Pasien tampak meringis menahan nyeri sambil memegangi area yang sakit

• Pasien melakukannya di damping petugas

• Pasien mengatakan masih sakit sejak kemarin

(32)

12.00

13.00

• Menganjurkan pasien untuk makan menu yang sudah disediakan RS

• Menganjurkan keluarga & pengunjung untuk satu persatu menunggu & menjenguk agar tidak terlalu ramai & bising

• Pasien bersedia, tampak disuapin oleh ibunya 1 porsi habis minum ½ gelas

• Terlihat keluarga menemani pasien secara bergantian 2 05-04-2016

12.15

12.30

13.00

a. Memonitor keadaan umum pasien

b. Mengobservasi vital sign

c. Memantau output cairan selama tindakan continuous bladder irrgation

• Keadaan umum baik, kesadaran komposmentis

• TD: 120/80 mmHg, Nadi : 85x/menit, suhu: 36,50C, RR: 20x/mnit

• Aliran lancar 30 kali permenit, warna merah muda tidak pekat 2 06-04-2016

08.30

09.30

10.00

a. Memonitor keadaan umum pasien

b. Mengobservasi vital sign

c. Memantau output cairan selama tindakan continuous bladder irrgation

• Keadaan umum baik, kesadaran komposmentis

• TD: 110/80 mmHg, Nadi : 100x/menit,

suhu: 36,10C, RR: 19x/mnit

(33)

N. Evaluasi Keperawatan

Tgl/Jam Diagnosa SOAP

05-04-2016 12.15

Nyeri akut b.d agen cidera fisik

S : klien mengatakan merasa kurang nyaman karena terpasang selang pipis, pasien juga mengatakan nyeri post operasi, P: nyeri ketika beraktivitas, Q: seperti ditusuk-tusuk, R: dibagian genetalia dan kandung kemih, S: 5 , T: hilang timbul.

O : Pasien tampak meringis menahan nyeri, tangan pasien tampak memegangi area nyeri, Genitalia tampak terpasang DC no 16, Vital Sign: Tekanan Darah: 120/80 mmHg, Nadi : 85x/ menit, Suhu : 36,50C, Respirasi Rate : 20x/ menit

A : Masalah keperawatan nyeri akut belum teratasi P : Lanjutkan intervensi

 Lakukan pengkajian secara konprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas & faktor presipitasi

 Observasi reaksi non verbal dari ketidaknyamanan

 Gunakan tehnik komunikasi terapetik untuk mengetahui pengalaman nyeri sebelumnya

 Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan & kebisingan

 Ajarkan tehnik non farmakologi (nafas dalam) untuk mengurangi rasa nyeri

 Anjurkan pasien untuk istirahat

 Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat analgetik

06-04-2016 08.30

Nyeri akut b.d agen cidera fisik

S : Pasien mengatakan nyeri post operasi berkurang, P: nyeri ketika beraktivitas, Q: seperti ditusuk-tusuk, R: dibagian genetalia dan kandung kemih, S: 4 , T: hilang timbul.

O : Pasien tampak meringis menahan nyeri, tangan pasien tampak memegangi area nyeri, Genitalia tampak terpasang DC no 16, S: pasien mengatakan pada selang pipisnya terdapat darah

(34)

 Observasi reaksi non verbal dari ketidaknyamanan

 Gunakan tehnik komunikasi terapetik untuk mengetahui pengalaman nyeri sebelumnya

 Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan & kebisingan

 Ajarkan tehnik non farmakologi (nafas dalam) untuk mengurangi rasa nyeri

 Anjurkan pasien untuk istirahat

 Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat analgetik

S: pasien mengatakan selang pipisnya berwarna merah muda

O: keadaan umum baik, kesadaran composmentis. Tamapk selang pipis berwarna merah muda tidak pekat. Vital Sign: Tekanan Darah: 120/80 mmHg, Nadi : 85x/ menit, Suhu : 36,50C, Respirasi Rate : 20x/ menit A: Masalah keperawatan resiko perdarahan belum teratasi P: lanjutkan intervensi:

 Monitor keadaan umum pasien

 Observasi vital sign sesuai indikasi

 Pantau output cairan selama tindakan continuous bladder irrgation

06-04-2016

S: pasien mengatakan selang pipisnya berwarna merah muda

O: keadaan umum baik, kesadaran composmentis. Tamapk selang pipis berwarna merah muda tidak pekat. Tidak ada tanda-tanda dehidrasi. Vital Sign: TD: 110/80 mmHg, Nadi : 100x/menit, suhu: 36,10C, RR: 19x/mnit A: Masalah keperawatan resiko perdarahan belum teratasi P: lanjutkan intervensi:

 Monitor keadaan umum pasien

 Observasi vital sign sesuai indikasi

(35)
(36)

Gambar

Tabel 3.5 Implementasi......................................................................................
Gambar 2.2 Bagian Prostat ................................................................................

Referensi

Dokumen terkait