• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBEDAAN KARAKTERISTIK KONSELOR PADA MAHASISWA BIMBINGAN KONSELING

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERBEDAAN KARAKTERISTIK KONSELOR PADA MAHASISWA BIMBINGAN KONSELING"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)
(5)

PERBEDAAN KARAKTERISTIK KONSELOR PADA MAHASISWA BIMBINGAN KONSELING

Nurbaity, Hetti Zuliani, Salmiati FKIP Universitas Syiah Kuala

STKIP Bina Bangsa Getsempena Banda Aceh

Abstrak

Karakteristik konselor merupakan hal yang menentukan dalam keberhasilan hubungan konseling. Penelitian-penelitian yang telah dilakukan dalam bidang konseling telah melahirkan kesimpulan tentang pentingnya karakteristik konselor. Calon mahasiswa dalam bidang ini bahkan diharapkan sudah memiliki modal awal seperti perilaku altruistik, kemampuan tampil apa adanya, kesadaran terhadap diri sendiri, dan motivasi tertentu terhadap profesi dan objek profesi ini yang kemudian dapat dikembangkan secara mendalam di dalam perkuliahan. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji perbedaan karakteristik mahasiswa bimbingan konseling tingkat awal dan tingkat akhir guna menyediakan informasi bagi penerapan perbaikan metode pengajaran, penyusunan kurikulum, serta rencana penerimaan mahasiswa baru. Secara spesifik kajian terhadap karakteristik pribadi konselor ini dapat memberikan kontribusi dalam upaya melahirkan para konselor yang berkepribadian helper dan terampil dalam melakukan konseling. Pengkajian masalah dalam penelitian ini akan menggunakan pendekatan deskriptif kuantitatif dengan instrumen angket. Hasil penelitian dianalisis menggunakan teknik statistik deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan pada karakteristik mahasiswa kelompok akhir dan mahasiswa kelompok awal. Namun tidak diketahui pengaruh dari proses studi yang dijalani terhadap terbentuknya karakteristik seseorang.

Kata Kunci: Karakteristik Konselor, Konseling

I. PENDAHULUAN

Para ahli ilmu konseling terutama yang beraliran humanistik seperti Carl Rogers dan pengikutnya menyatakan bahwa pekerjaan menolong seperti konseling sangat bergantung pada sikap konselor dan hubungan konselor-konseli, tidak hanya pada teknik semata. Bahkan menurut Rogers (1958), sikap dan perasaan konselor merupakan elemen yang lebih penting daripada orientasi teoritis.

Modal dasar sikap, motivasi, minat dan kemampuan dasar yang dimiliki oleh mahasiswa bimbingan dan konseling berdampak terhadap pembentukan keterampilan konselingnya. Mahasiswa yang tidak memiliki modal dasar dalam konseling akan mengalami banyak hambatan dalam proses pembentukan keterampilan konseling. Beberapa pakar konseling telah mengadakan penelitian seperti Carkhuff dan Truax, Waren, Satir. Semua pakar

(6)

tersebut menemukan bahwa keefektifan konselor banyak ditentukan oleh kualitas pribadinya (Willis, 2007). Selanjutnya Satir dalam Willis (2007) menemukan beberapa karakteristik konselor sehubungan dengan pribadinya yang membuat konseling berjalan efektif.

Sementara keterampilan konseling baru dapat dimiliki oleh mahasiswa setelah mengikuti 5 semester mata kuliah di tingkat awal, sikap, minat dan motivasinya telah ada sejak awal memasuki perkuliahan yang kemudian diperdalam ketika mempelajari lebih lanjut tentang profesi ini lewat mata kuliah yang diikuti oleh mahasiswa. Maka seharusnya terdapat perbedaan karakteristik mahasiswa semester baru dan mahasiswa lama, baik dari pemahaman terhadap proses konseling, pandangan terhadap konseli, maupun keterampilan dalam pelaksanaan konseling sendiri. Namun saat ini mahasiswa angkatan akhir pada jurusan bimbingan dan konseling Universitas Syiah Kuala menunjukkan fenomena yang berbeda. Mereka belum mampu memahami secara baik ilmu konseling dan penerapannya, hal tersebut terlihat dari ketidakmampuan mahasiswa dalam melakukan layanan konseling di sekolah tempat mereka praktek. Hal ini juga diperkuat dengan hasil evaluasi belajar yang dilakukan oleh dosen yang mengasuh mata kuliah-mata kuliah keterampilan konseling, menunjukkan hasil yang tidak memuaskan dari pelaksanaan praktek konselingnya.

Pemeriksaan secara mendetail diperlukan untuk mengetahui perbedaan karakteristik antara mahasiswa tingkat awal dengan mahasiswa tingkat akhir. Selain untuk menilai bagaimana pengaruh pengajaran terhadap perubahan karakteristik yang mungkin dapat digunakan sebagai informasi untuk memperbaiki pengajaran, hasil penelitian ini mungkin juga dapat dipakai untuk sebagai informasi yang akan mempengaruhi persyaratan penerimaan para calon mahasiswa. Berdasarkan permasalahan tersebut maka peneliti mengadakan penelitian untuk mengkaji lebih dalam perbedaan karakteristik mahasiswa awal dan akhir. Permasalahan yang ingin dilihat dalam penelitian ini adalah bagaimana perbedaan karakteristik mahasiswa tingkat awal dengan mahasiswa tingkat akhir jurusan bimbingan konseling Universitas Syiah Kuala. Secara lebih khusus perbedaan karakteristik yang ingin diketahui adalah perilaku altruisme, kemampuan tampil apa adanya, kesadaran terhadap diri sendiri, dan motivasi tertentu terhadap profesi dan objek profesi.

Untuk menjawab permasalahan ini uji perbedaan dilakukan terhadap dua kelompok sampel, yaitu kelompok mahasiswa tingkat awal dan kelompok mahasiswa tingkat akhir

(7)

yang dibedakan berdasarkan mata kuliah tertentu yang telah diambil oleh mahasiswa. Mahasiswa tingkatan awal yang dimaksudkan dalam penelitian ini merupakan mahasiswa baru yang belum mengambil matakuliah apapun atau belum melewati semester pertama mereka. Sementara mahasiswa tingkat akhir yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah mahasiswa yang telah mengambil mata kuliah yang berkaitan dengan konseling terutama pemahaman individu, komunikasi antar pribadi, konseling individual dan konseling kelompok, teknik dan laboratorium konseling serta model-model konseling. Pemeriksaan dilakukan terhadap delapan sub indikator karakteristik konselor yaitu perilaku altruis, kemampuan tampil apa adanya, kesadaran akan diri sendiri dan nilai yang dianut, kesadaran latar belakang budaya, kemampuan menerima orang lain apa adanya, kemampuan menghormati dan menghargai kemampuan orang lain, kemampuan empati dan kemampuan untuk mendengarkan. Asumsi penelitian ini adalah bahwa karakteristik konselor pada mahasiswa tingkat akhir lebih baik daripada mahasiswa tingkat awal.

Metode Penelitian

Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif. Data diperoleh melalui metode angket dengan menggunakan skala nilai 1 sampai 10 yang mengukur delapan sub indikator karakteristik kepribadian konselor pada dua kelompok sampel mahasiswa.

Penelitian ini mengambil seluruh mahasiswa tingkat awal dan mahasiswa tingkat akhir Jurusan Bimbingan dan Konseling Universitas Syiah Kuala sebagai populasi. Pengambilan sampel mahasiswa dilakukan secara berbeda berdasarkan kelompok mahasiswa. Untuk kelompok mahasiswa tingkat awal, teknik accidental random sampling dipakai untuk mendapatkan mahasiswa secara acak. Jumlah sampel untuk mahasiswa tingkat awal adalah 52 orang. Sementara untuk mahasiswa tingkat akhir verifikasi mata kuliah perlu dilakukan sebelum memilih mahasiswa yang akan dimasukkan sebagai anggota sampel. Sebanyak 58 mahasiswa dijadikan sebagai sampel penelitian untuk kelompok mahasiswa tingkat akhir.

Data yang diperoleh dianalisa menggunakan teknik analisa kuantitatif yaitu rata-rata, uji beda rata-rata dan persentase.

(8)

Hasil dan Pembahasan

Karakteristik konselor dalam penelitian ini dilihat dalam delapan sub indikator yang diukur dengan skala 1 sampai 10 pada masing-masing mahasiswa yang dikelompokkan dalam dua kelompok.

Untuk masing-masing sub indikator rata-rata nilai masing-masing kelompok mahasiswa dapat dilihat dalam table 1.

Tabel 1 menunjukkan bahwa pada enam sub indikator selain sub indikator 3 dan 7 nilai rata-rata mahasiswa kelompok awal lebih tinggi daripada nilai rata-rata mahasiswa kelompok akhir. Secara umum pun terlihat bahwa skor karakteristik konselor mahasiswa tingkat awal lebih tinggi daripada mahasiswa tingkat akhir. Namun hanya dua sub indikator yaitu sub indikator 1 dan 8 yang terbukti berbeda secara signifikan pada tingkat signifikansi 0.05. Secara umum, skor karakteristik konselor mahasiswa juga tidak berbeda secara signifikan. Tidak terdapat perbedaan yang berarti antara karakteristik konselor mahasiswa tingkat awal dengan mahasiswa tingkat akhir. Artinya kedua kelompok mahasiswa ini dapat dikatakan sama-sama memiliki sejumlah karakteristik konselor yang menunjang mereka untuk menjadi konselor yang baik. Hasil penelitian tidak dapat menunjukkan apakah terdapat perubahan karakteristik pada mahasiswa yang disebabkan oleh pendidikan yang mereka alami, apalagi tidak ada bukti bahwa mahasiswa tingkat akhir memiliki karakteristik konselor yang lebih baik daripada mahasiswa tingkat awal.

(9)

Tabel 1: Nilai rata-rata dan t serta taraf signifikasi untuk masing-masing sub indicator dan secara keseluruhan

Indikator Mean Klp 1 Mean Klp 2 Nilai t Sig.

Sub Indikator 1 6.91 5.59 -2.370 0.021 Sub Indikator 2 7.09 6.28 -1.459 0.150 Sub Indikator 3a 7.17 7.28 0.218 0.828 Sub Indikator 3b 7.00 7.00 0.000 1.000 Sub Indikator 4 7.51 6.48 -1.914 0.062 Sub Indikator 5 7.89 6.97 -1.939 0.058 Sub Indikator 6 6.63 7.48 1.631 0.108 Sub Indikator 7 7.83 7.14 -1.592 0.117 Sub Indikator 8 8.03 6.97 -2.071 0.043

Karakteristik Kepribadian (Total) 66.06 61.17 -1.699 0.096 Keterangan: Kelompok 1 adalah mahasiswa tingkat awal dan kelompok 2 adalah mahasiswa tingkat akhir

Menggunakan perhitungan persentase diperoleh hasil bahwa 98.1% mahasiswa tingkat awal dan 82.8% mahasiswa tingkat akhir memiliki nilai rata-rata yang berada pada tingkat atas skala (di atas angka 5.50). Ini menunjukkan bahwa ada lebih banyak mahasiswa tingkat akhir (17.2% mahasiswa tingkat akhir vs 1.9% mahasiswa tingkat awal) yang memiliki nilai rata-rata skor yang berada pada tingkat bawah skala. Persentase rata-rata skor pada mahasiswa tingkat awal menunjukkan bahwa pada umumnya mahasiswa baru sudah memiliki motivasi yang baik ketika memilih jurusan bimbingan konseling. Sangat sedikit mahasiswa tingkat awal yang memiliki skor karakteristik konselor pada level skala bawah atau yang kurang cocok untuk dididik menjadi konselor. Bahkan persentase mahasiswa akhir yang karakteristik kepribadiannya kurang cocok menjadi konselor lebih banyak daripada mahasiswa tingkat akhir. Hal ini salah satunya mengindikasikan bahwa sebaran informasi mengenai jurusan bimbingan konseling sudah semakin baik sehingga memungkinkan calon mahasiswa memiliki pengetahuan yang cukup tentang jurusan ini termasuk karakteristik kepribadian yang cocok. Dengan demikian adanya input yang sesuai untuk dididik menjadi konselor akan semakin terjamin seperti pendapat para ahli seperti Reiter (2008) dan Barnett (2007) yang menyarankan bahwa orang-orang yang memasuki profesi pekerjaan menolong seperti konselor haruslah memiliki motivasi dan sikap-sikap tertentu seperti pendengar yang baik, memiliki hasrat untuk menolong dan memahami penderitaan orang lain.

Simpulan dan saran

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan karakteristik kepribadian konselor antara mahasiswa tingkat awal dan mahasiswa tingkat akhir. Kedua kelompok mahasiswa dapat dikatakan sama-sama memiliki karakteristik kepribadian yang dapat mendukung pendidikan mereka. Mahasiswa tingkat awal juga lebih menonjol dalam sikap altuisme dan kemampuan mendengarkan orang lain. Penelitian lanjutan tentang karakteristik pribadi ini terutama pengaruh pendidikan terhadap perubahan kepribadian diperlukan. Perbaikan pengajaran juga disarankan untuk terus

(10)

mendukung perbaikan kepribadian mahasiswa guna mendukung mereka menjadi konselor yang kompeten.

Daftar Pustaka

Barnett, M. (2007). What brings you here? An exploration of the unconsciouns motivations of those who choose to train and work as psychotherapists and counsellors. Psychodynamic Practice, 13(3), 257 -274. Doi: 10.1080/14753630701455796

Brems, C. (2001). Basic skills in psychotherapy and counseling. Belmont, CA, US: Wadsworth/Thomson Learning.

Cormier, S., Nurius, P. S., & Osbonrn, C.J. (2009). Interviewing and change strategies for helpers: Fundamental skills and cognitive behavioral interventions (6th ed). Belmont, CA: Brooks/Cole Publishing Company.

Hackney, HL. Cormier, S. (2009). The Professional Counselor A Process Guide to Helping. New Jersey: Pearson.

Hallen, (2005), Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Quantum Teaching

Hough, M. (2010). Counselling skills and theory (3rd Ed). London, England: Hodder Education.

Ivey, A.E, Ivey, M.B, & Zalaquett, C.P. (2009). Intentional interviewing and counseling: Facilitating client development in a multicultural society. Belmonth, CA: Brooks/Cole Publishing Company.

Mappiare AT, A. (2006). Pengantar Psikologi dan Psikoterapi; Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada.

Marlett, K. E, (2008). Personality characteristics of counseling students at a midwest evangelical seminary as correlates of success, statisfaction, and self-perceived

effectiveness. (Doctor of Philosophy),Liberty University. Retrieved from

http://digitalcommons.liberty.edu/cgi/viewcontent.cgi?article=1136&context=doc toral.

McLeod, J. (2009). An introduction to counseling (4th ed). Berkshire, England: Open University Press.

Neukrug, E. (2012). The world of the counselor: An introduction to the counseling profession (4th Ed). Belmont, CA: Brooks/Cole.

Prayitno. (2009). Profesionalisasi SDM Konseling. Paper presented at the Kongres ABKIN XI, Surabaya.

Reiter, M.D, (2008). Therapeutic interviewing: Essential skills and contexts of counseling. Boston, MA: Pearson/ Allyn and Bacon.

Schmindt, J.J. (2008. Counseling in schools: comprehensive programs of responsive services for all students: Pearson/Allyn and Bacon.

Truax, C.B,. & Carkhuff, R. (2007). Toward effective counseling and psychotherapy:

Training and practice. New Jersey, NJ: Aldine De Gruyter.

Willis, S. (2007). Konseling Individual Teori dan Praktek. Bandung: Alfabeta.

Winkel,WS. dkk. (2006). Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Yogyakarta. PT. Media Abadi

Yusuf, S. Dkk. (2008). Landasan Bimbingan dan Konseling. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Gambar

Tabel 1: Nilai rata-rata dan t serta taraf signifikasi untuk masing-masing sub indicator dan  secara keseluruhan

Referensi

Dokumen terkait

Kebijakan puritanisme oleh sultan Aurangzeb dan pengislaman orang-orang Hindu secara paksa demi menjadikan tanah India sebagai negara Islam, dengan menyerang berbagai praktek

that Client or its authorized users provides, authorizes access to, or inputs to the Cloud Service. Use of the Cloud Service will not affect Client's existing ownership or

(1) Instansi yang bertanggung jawab dalam bidang perumahan bersama instansi terkait lainnya yang bertanggung jawab dalam bidang pengelolaan air limbah wajib

Definisi lain mengenai citra merupakan manifestasi dari pengalaman dan harapan sehingga ia mampu memengaruhi kepuasan konsumen akan suatu barang atau jasa

433 Pembangunan Jalan Setapak Beton Lokasi Parit Lapis Ilir Sungai Gebar 680 Meter Kec.

Aktifitas budaya masyarakat pesisir juga mempengaruhi lahan pesisir itu sendiri, dimana dalam objek kali ini hanya melihat bagaimana masyarakat pesisir menggunakan lahannya

SDIT AL uswah Surabaya is one unified Islamic elementary school that has problems ranging from frequent mistake inputting data, loss of data that has been collected, the data is not

Fakta diatas menunjukkan bahwa pemahaman ibu yang cukup merupakan suatu kemampuan dalam hal pemahaman rehidrasi oral pada balitadiare, ibu yang memiliki pemahaman cukup tentang