• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PENETAPAN DISTRIBUSI PRODUK DENGAN PENDEKATAN METODE FIFO DALAM RANGKA PENENTUAN HARGA POKOK PENJUALAN. Titin

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS PENETAPAN DISTRIBUSI PRODUK DENGAN PENDEKATAN METODE FIFO DALAM RANGKA PENENTUAN HARGA POKOK PENJUALAN. Titin"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PENETAPAN DISTRIBUSI PRODUK DENGAN PENDEKATAN

METODE FIFO DALAM RANGKA PENENTUAN HARGA POKOK PENJUALAN

Titin

ABSTRAKSI

Suatu perusahaan didirikan dengan tujuan mencapai laba yang diharapkan. Pencapaian laba ditentukan dengan menentukan harga pokok penjulan produk perunit sebagai penentu harga jual yang tepat. Proses distribusi juga berpengaruh terhadap penetapan harga pokok penjualan, perusahaan harus memperhatikan cara yang tepat untuk proses distribusi produk agar produk tersebut dapat seceptnya tersalurkan ke konsumen. Berdasarkan uraian di atas, penulis mengangkat masalah dalam penelitian ini yaitu Bagaimana penetapan harga pokok penjualan dengan metode FIFO dan pengaruhnya terhadap perolehan laba pada perusahaan. Dalam menganalisa data penulis menggunakan metode deskriptif dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Analisa datanya : menentukan jumlah persediaan roti selama tahun 2010 dan 2013 dengan menggunakan metode FIFO untuk menentukan harga pokok penjulan produk yang tepat.Dengan menggunakan metode FIFO pada sistem distribusi produk dapat diperoleh laba pada perusahaan Athira Bakery Lamongan. Laba pada tahun 2010 sebesar Rp. 9.439.775, tahun 2011 sebesar Rp. 12.807.465, tahun 2012 sebesar Rp. 16.176.304 dan tahun 2013 sebesar Rp.17.236.617. Dapat disimpulkan dengan menggunakan metode FIFO pada system distribusi produk dapat menentukan harga pokok penjulan pada Athira Bakery Lamongan. Dan dengan menggunakan metode FIFO pada perhitungan harga pokok penjualan dapat meningkatkan laba pada perusahaan Athira Bakery Lamongan

Kata Kunci : Penetapan distribusi produk dengan metode FIFO, Harga pokok Penjulan.

PENDAHULUAN

Dalam menghadapi dunia usaha yang semakin luas dan persaingan yang ketat serta kompleksnya permasalahan yang dihadapi dalam sebuah perusahaan roti (bakery), maka pimpinan perusahaan dituntut untuk mengelola agar bisa bersaing secara umum. Perusahaan roti yang didirikan pasti mempunyai tujuan, dalam hal ini terdapat dua tujuan utama perusahaan yaitu : keuntumgam (profit) dan maksimalisasi kemakmuran (wealth).Sedangkan pencapaian maksimalisasi kemakmuran tergantung pada kemampuan perusahaan dalam memberikan harapan keuntungan pada pemilik perusahaan lebih-lebih dimasa mendatang. Didalam menjalankan perusahaan sangat menentukan dalam mengelola maupun mengendalikan perusahaan.Kegiatan yang dilakukan perusahaan untuk mencapai tujuan tersebut melalui beberapa langkah, yaitu : perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengendalian, dan pengawasan. Hal – hal yang harus diperhatikan sehubungan dengan pelaksanaan kegiatan produksi antara lain meliputi kegiatan produksi dan memasarkan hasil produksi

tersebut. Salah satu diantara kegiatan memasarkan produk yaitu distribusi produk. Distribusi poduk mementukan proses perjalanan produk dari produsen sampai ke konsumen tingkat akhir. Dikarenakan sifatnya yang tidak bisa bertahan lama, perusahaan roti (bakery) harus bisa memaksimalkan distribusi produk seefisien mungkin untuk mengurangi kerugian.Kagiatan dalam proses distribusi produk harus memperhatikan cara – cara yang tepat, sehingga terjadi efisiensi biaya untuk mencapai keuntungan yang optimal. penentuan harga pokok penjulan harus dilakukan secara teliti, karena kesalahan dalam penentuan harga pokok penjualan akan memyebabkan kesalahan dalam menentukan harga jual.Apabila penentuan harga pokok penjualan terlau tinggi maka mengakibatkan harga jual barang akan tinggi, dan apabila penetapan harga pokok penjulan yang terlalu rendah akan mengakibatkan kerugian bagi perusahaan sendiri, karena laba yang dicapai terlalu kecil atau terjadi penurunan keuntungan perusahaan. Keputusan penetapan harga jual dianggap

(2)

merupakan suatu keputusan tunggal yang harus diambil seorang pemimpin, alasannya penentuan harga bukan hanya keputusan pemasaran atau finansial. Keputusan penentuan harga jual adalah keputusan yang mencakup seluruh aspek aktivitas perusahaan dan akibatnya pada peruahaan.Oleh karena itu dalam perusahaan roti (bakery) diperlukan penentuan harga pokok penjulan yang tepat dan efektif. .

Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik merumuskan masalah sebagai beikut. Bagaimana penetapan harga pokok penjualan pada perusahaan Atira Bakery dengan metode FIFO ? Bagaimana pengaruh perhitungan harga pokok penjualan dengan metode FIFO terhadap laba pada perusahaan Atira Bakery?

Penelitian ini mempunyai tujuan yang pertama untuk mengetahui penetapan harga pokok penjualan pada perusahaan Atira Bakery dengan menggunakan metode FIFO dan juga untuk mengetahui seberapa besar pengaruh perhitungan harga pokok penjualan dengan metode FIFO terhadap perolehan laba pada Atira Bakery.

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah a. Bagi Penulis

Dapat menambah wawasan serta mengasah kemampuan berfikir, manganalisa permasalahan secara ilmiah berdasarkan teori yang relevan yang diperoleh selama duduk di bangku perkuliahan.

a. Bagi Perusahaan

Dapat memberikan informasi dan dijadikan pertimbangan bagi persahaan dalam mengevaluasi kebijaksanaan yang telah dilakukan. Khususnya dalam penentuan harga jual produk.

b. Bagi Universitas

Menambah wacana bagi mahasiswa khususnya dan dijadikan sebagai bahan informasi untuk menindak lanjuti penelitian yang akan dilakukan pada masa yang akan datang dan sebagai acuan bagi peneliti lain dalam menuangkan masalah yang sesuai dengan topik ini.

c. Bagi Pihak Lain

Semoga skripsi ini dapat dijadikan inspirasi baru sebagai informasi dan wacana dalam melakukan penelitian-penelitian di masa yang akan datang dalam bidang yang sama.

Sebagai dukungan terhadap penelitian dengan menggunakan metode FIFO dalam

rangka penentuan harga pokok penjulan adalah Siti Kumairoh mahasiswa Ekonomi Manajemen Universitas Islam Lamongan tahun 2010 dengan judul “ Analisa penerapan metode FIFO dalam penentuan harga pokok persediaan obat (cairan Infus) pada PKU KA Muhammadiyah Paciran Lamongan. Dapat diketahui bahwa : Metode FIFO, harga pokok persediaan awal lebih rendah dibandingkan dengan harga pokok persediaan akhir. Pada 1 januari 2009 harga pokok persediaan awal sebesar Rp. 7500 sedangkan harga pokok persediaan akhir pada 24 juni 2010 sebesar Rp. 10.500.

Dari hasil penelitian di atas, metode FIFO menghasilkan laba yang paling besar. metode FIFO juga merupakan metode yang paling tepat untuk digunakan sebagai pengendalian persediaan dan menetapan laba pada perusahaan.

Dari penelitian terdahulu di atas, terdapat persamaan dan perbedaan penelitian. Persamaannya yaitu, peneliti sama-sama menggunakan metode FIFO dalam penentapan harga pokok peroduk. Sedangkan perbedaannya terletak pada obyek penelitian dan tahun penelitiannya.

Menurut Fandy Tjiptono (2008 : 187) “saluran distribusi (marketing channel, trade channel, distribution channel) adalah rute atau rangkaian perantara, baik yang dikelola pemasar maupun yang independen, dalam menyampaikan barang dari produsen ke konsumen”. Jumlah perantara yang terlibat dalam suatu saluran distribusi sangat bervariasi. Sedangkan menurut Murti Sumarni dan John Soeprihanto (2010 : 288 ) “Saluran ditribusi suatu produk adalah saluran yang digunakan oleh produsen untuk menyalurkan produk tersebut dari produsen sampai ke konsumen atau industri pemakai”. Saluran distribusi merupakan struktur unit organisasi dalam perusahaan dan luar perusahaan yang terjadi dari agen, pedagang besar, dan pengecar melalui mana suatu produk atau jasa dipasarkan.

Untuk menyalurkan produk ke konsumen, perusahaan dapat memilih cara penyaluran langsung dan tidak langsung. Penyaluran secara langsung mengharuskan perusahaan untuk menjual sendiri produknya ke konsumen akhir, sedangkan cara penyaluran tidak langsung menghendaki adanya perantara yaitu para pedagang besar, agen, atau pengecer. Menurut Basu Swasta dan Irawan (2003 : 295)

(3)

ada dua jenis saluran distribusi berdasarkan pada golongan barang, yaitu :

Sebuah saluran distribusi melakukan tugas memindahkan barang dari produsen ke konsumen yang mempunyai senjang waktu, tempat, dan pemilikannya yang memisahkan barang dan jasa dari calon pemakainya. Anggota saluran distibusi Menurut Murti Sumarni dan John Soeprihanto (2010 : 288 ) mempunyai fungsi diantaranya :

a. Mengumpulkan informasi yang diperlukan untuk perencanaan dan memudahkan pertukaran.

b. Mengembangkan dan menyebarkan komunikasi mengenai tawaran.

c. Melakukan pencarian dan

berkomunikasi dengan calon pembeli. d. Membentuk dan menyesuaikan

tawaran dengan kebutuhan pembeli. Misalkan kegiatan perakitan, pengemasan.

e. Mengusahakan perundingan untuk mencapai persetujuan akhir atas harga dan ketentuan lainnya mengenai tawaran agar perpindahan pemilikan dapat terjadi.

f. Melaksanakan pengangkutan dan penyimpanan produk.

g. Mengatur distribusi dana untuk menutup biaya saluran distribusi Dalam penyaluran barang konsumsi yang ditujukan untuk pasar konsumen, terdapat lima macam saluran. Pada setiap saluran, produsen mempunyai alternative yang sama untuk menggunakan kantor dan cabang penjualan.. selanjutnya produsen juga dapat menggunakan lebih dari satu pedagang besar, sehingga barang – barang dapat mengalir dari satu pedagang besar kepada yang besar lainnya. Jadi, dalam hal ini terdapat dua jalur perdagangan besar. Adapun macam-macam saluran distribusi barang konsumsi adalah :

a. Produsen – Konsumen

Bentuk saluran distribusi yang paling pendek dan paling sederhana adalah saluran distribusi dari produsen ke konsumen, tanpa menggunakan perantara. Produsen dapat menjual barang yang dihasilkan melalui pos atau lengsung mendatangi rumah konsumen (dari rumah ke rumah). Oleh karena itu saluran ini disebut

sebagai saluran distribusi langsung.

b. Produsen – Pengecer – Konsumen Seperti halnya dengan jenis saluran yang pertama (Produsen – Konsumen ), saluran ini juga disebut sebagai saluran distribusi langsung. Di sini, pengecer besar langsung melakukan pembelian pada produsen. Ada pula beberapa produsen yang mendirikan toko pengecer sehingga dapat secara langsung melayani konsumen. Namun alternatif yang terakhir ini tidak umum dipakai.

c. Produsen – Pedagang Besar – Pengecer – Konsumen

Saluran distribusi semacam ini banyak dilakukan oleh produsen, dan dinamakan sebagai saluran distribusi tradisional. Di sini produsen hanya melayani penjualan dalam jumlah besar kepada pedagang besar saja, tidak menjual kepada pengecer. Pembelian oleh pengecer dilayani oleh pedagang besar, dan pembelian oleh konsumen dilayani oleh pengecer saja..

d. Produsen – Agen – Pengecer – Konsumen

Di sini, produsen memilih agen (agen penjualan atau agen pabrik) sebagai penyalurnya, ia menjalankan kegiatan perdagangan besar dalam saluran distribusi yang ada. Sasaran penjualannya terutama ditujukan kepada para pengecar besar.

e. Produsen – Agen – Pedagang Besar – Pengecer – Konsumen Dalam saluran distribusi, produsen sering menggunakan agen sebagai perantara untuk menyalurkan barangnya kepada pedagang besar yang kemudian menjualnya kepada toko-toko kecil. Agen yang terlibat dalam saluran distribusi ini terutama agen penjualan.

Sesuai dengan prinsip penandingan

(mathhing principle), laba bersih suatu perusahaan dagang dihitung dengan cara mengurangkan biaya untuk memeperoleh

(4)

pendapatan dari hasil penjualan pada periode yang bersangkutan. Biaya-biaya tersebut meliputi harga pokok (cost) barang yang dijual dan biaya-biaya operasi yang terjadi selama periode yang bersangkutan. Harga jual adalah jumlah moneter yang dibebankan oleh suatu unit usaha kepada pembeli atau pelanggan atas barang atau jasa yang dijual atau diserahkan dalam satuan uang. Saatu tingkatan harga yang dijadikan dasar-dasar oleh penjual untuk menyerahkan produk atau jasa yang dihasilkan. Pada umumnya penentuan harga jual merupakan salah satu keputusan yang sangat penting bagi sebuah perusahaan. Harga jual ditetapkan harus cukup menutup biaya yang dikeluarkan dan mampu memperoleh keuntungan

Menurut Al Haryono Jusuf 2 (2001:120-123) harga pokok persediaan adalah metode penentuan harga perolehan persediaan yang telah diterangkan selain system periodic, berlaku pula untuk metode perpetual antara lain :

a. First in first out (FIFO)

Dalam metode FIFO, barang yang dibeli lebih awal dianggap dijual lebih awal pula, oleh karena itu harga perolehan barang yang dibeli lebih awal akan dibebani lebih dahulu sebagai harga pokok penjualan. b. Last in firt out (LIFO)

Pada metode LIFO dengan system persediaan perpetual dianggap bahwa barang yang dibeli lebih akhir akan dijual lebih dahulu. Oleh karena itu harga perolehan barang-barang yang dibeli lebih akhir akan dialokasikan menjadi harga pokok penjualan lebih dahulu, dengan lain perkataan, harga perolehan persediaan akhir akan terdiri dari harga perolehan barang-barang yang dibeli lebih awal.

c. Rata-rata bergerak

Metode penentuan harga perolehan rata-rata pada system persediaan periodic disebut juga rata-rata tertimbang yang perhitungannya dilakukan setiap akhir periode (akhir bulan atau akhir tahun). Pada setiap perpetual, harga perolehan tara-rata tidak dilakukan pada akhir periode, melainka pada setiap terjadi transaksi pembelian.

Masalah penetapan harga pokok produksi sangat penting maka dalam

penentuannya harus teliti. Karena kesalahan perhitungan harga pokok dapat mempengaruhi pengambilan keputusan tentang harga jual dari produk yang dihasilkan, tinggi rendahnya harga pokok produksi akan berpengaruh pada harga yang dibayarkan pada konsumen atas barang yang diterimanya.

Dengan demikian semakin tinggi harga pokok suatu barang akan semakin tinggi pula harga jualnya. Setiap konsumen pada umumya member harga jual terendah dari jenis barang sejenis meskipun kualitas produk suatu perusahaan lebih tinggi, maka konsumen akan membeli produk dari perusahaan yang lebih rendah dari harga jualnya. Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa harga pokok yang terlalu tinggi akan mempersulit perusahaan.

Akuntansi persediaan terdiri dari system terus menerus dan system periodik. Di dalam system terus menerus nilai persediaan akan dicatat dan diketahui setiap ada mutasi baik karena aanya pembelian maupun penjualan sehingga setiap saat diperlukan dengan segera dapat diketahui tetapi di dalam system barang kemudian menentukan(menghitung) nilainya. Didalam hal barang yang dibeli tidak mengalami pembelian harga setiap pembelian langsung habis dijual, hal ini tidak mengalami kesulitan sebab disini tidak dihadapkan pada penilaian persediaan dan untuk menetapkan biaya pokok barang yang dijual sama dengan jumlah pembeluin dalam satu periode tetapi dalam praktek hal seperti ini jarang sekali, umumya barang-barang yang dibeli tidak sekali habis dalam penjualan sehingga setiap saat akan ada barang-barang yang masih tidak terjual dan masih disimpan dalam gudang dan hal ini dikenal dengan istilah persediaan oleh karena itu alasan-alasan tersebut diatas maka diperlukan penilaian yang tepat dan baik terhadap kuantitas maupun harga-harga barang yang dijual yang belum terjual (persediaan). Tujuan dari penilaian yang tepat ini adalah untuk menyusun laporan keuangan yang tepat pula. Sebab bila persediaan yang dilaporkan saldo laba tidak tepat dan laporan perubahan modal juga tidak tepat

.

Dalam suatu kegiatan penelitian, pendekatan dengan membangun teori secara ilmiah ditunjukan untuk mendapatkan bentuk kerangka konseptual yang teroritik dan terarah secara sistematik. Adapun alur hubungan tersebut antara teori dengan penelitian

(5)

merupakan satu kesatuan untuk mencari kebenaran. Dalam penelitian ini, peneliti melakukan penelitian pada Atira Bakery Lamongan dengan menggunakan Variabel bebas (X) : Penetapan distribusi Produk, untuk menetapkan variabel terikat (Y) : harga pokok penjualan dengan menggunakan metode FIFO berdasarkan landasan teori yang ada, dengan jenis penelitian Deskriptif Kuantitatif.

Dari permasalah diatas, diperoleh hipotesis : a. Diduga dengan menggunakan metode FIFO pada sistem distribusi produk dapat menentukan harga pokok penjualan pada Atira Bakery Lamongan. b. Diduga dengan menggunakan metode FIFO pada perhitungan harga pokok penjualan dapat meningktakan laba pada perusahaan Atira Bakery Lamongan. METODE PENELITIAN

Jenis penelitian yang dilakukan oleh penulis bersifat deskriptif kuantitatif yaitu menggambarkan realitas yang terjadi pada proses distribusi dan biaya distribusi dengan apa adanya menggunakan informasi data perusahaan, kemudian data tersebut diolah dan dianalisis secara statistik dengan perhitungan angka-angka sehingga peneliti bisa mendapatkan kesimpulan untuk mengetahui perhitungan harga pokok penjualan dengan metode FIFO sebagai dasar penentuan harga jual. Dengan populsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah laporan penjulan produk pada tahun 2010-2013 di perusahaan Atira Bakery Lamongan. sedangkan sampel dari penelitian ini dalah data penjualan pada tahuan 2010 samapi dengan 2013 perusahaan Atira Bakery Lamongan.

Agar tujuan penelitian itu terarah dan tidak menimbulkan salah penafsiran, maka penulis akan membuat beberpa definisi operasional dari dua variabel yang digunakan dalam penelitian diantaranya : a. Variabel Bebas / Independent variable (X) dalam penelitian ini variabel bebasnya yaitu distribusi produk, dengan menggunakan data jumlah persediaan roti pada tahun 2010 sampai dengan 2013. b. Variabel Terikat / Dependen Variable (Y) Dalam penelitian ini veriabel terikatnya adalah Harga pokok penjualan produk roti pada tahun 2010 sampai dengan 2013.

PEMBAHASAN

Dari hasil analisis penulis dapat mengemukakan data – data produksi ( harga pokok produksi) dan penjualan roti dari tahun 2010 sampai dengan 2013 yang terjadi pada perusahaan Athira Bakery Lamongan. Laba diperoleh dengan cara mengalikan harga jual dengan banyaknya jumlah roti yang terjual kemudian dikurangi dengan mengalikan harga pokok Produksi dengan jumlah roti yang terjual. Analisa terhadap sistem persediaan pada metode FIFO yang mengasumsikan bahwa barang yang diproduksi lebih awal dianggap akan di jual lebih awal pula atau persediaan yang diperoleh pertama adalah yang dijul pertama, diketahui untuk mengetahui posisi stok akhir.

Dari hasil penelitian ditemukan bahwa Penetuan harga pokok penjulan pada perusahaan Athira Bakery Lamongan dengan menggunakan metode FIFO pada tahun 2010 sampai dengan 2013 diperoleh dengan cara harga pokok produksi yang awal digunakan sebagai penentu harga pokok penjualan awal, sedangkan sisa unit dengan harga pokok produk awal yang belum terjual nantinya digunakan sebagai penentu harga pokok penjualan selanjutnya. Untuk perolehan labanya mengalami peningkatan, pada tahu 2010 sebesar Rp. 9.439.775, tahun 2011 sebesar Rp. 12.807.465, tahun 2012 sebesar 16.176.304 dan tahun 2013 sebesar Rp. 17.236.617

SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai analisis penetapan distribusi produk dengan menggunakan matode persediaan yaitu FIFO yang telah dilaksanakan pada Athira Bakery Lamongan maka dapat ditarik kesimpulan :Dengan menggunakan metode FIFO pada system distribusi produk dapat menentukan harga pokok penjulan pada Athira Bakery Lamongan.dan dengan menggunakan metode FIFO pada perhitungan harga pokok penjualan dapat meningkatkan laba pada perusahaan Athira Bakery Lamongan.

SARAN

Dari hasil kesimpulan yang dihasilakan di atas untuk dapat menjadi bahan pertimbangan oleh pihak Athira Bakery Lamongan di masa yang akan datang dengan memberikan saran-saran sebagai berikut :Dengan melihat tingkat harga pokok persediaan akhir pada metode FIFO yang semakin naik dan selalu berubah mendekati

(6)

harga pokok pasar sekarang, sehingga mengakibatkan laporan keuangan dan laba kotor yang dihasilkan juga berubah, maka perusahaan Athira Bakery Lamongan dapat terus menggunakan metode FIFO sebagai system penentuan harga pokok penjualan agar laba yang diinginkan dapat tercapai. Dengan menggunakan Metode FIFO dapat digunakan sebagai metode pengendalian persediaan roti dan mengghitung stok opname pada awal bulan, ini dapat digunakan oleh perusahaan Athira Bakery Lamongan.

DAFTAR PUSTAKA

Handoko, T Hani. 2003. Manajemen. Yogyakarta : BPFE – Yogyakarta. Sugiyono, Prof. Dr. 2013. Stastitika untuk

penelitian. Bandung ALFABETA.

Swasta, Basu, Drs. 2003. Menejemen Pemasaran Modern. Yogyakarta : Liberty.

Supardi. 2005. Metodelogi Penelitian Pendidikan. Jakarta : Renika Cipta. Carter, William K., and Milton F. Ursy. 2006.

Akuntansi Biaya. Buku 1, Edisi 13. Krista, penerjemah. Jakarta : Salemba Empat.

Sumarni, Murni. Soeprihanto, John. 2010.

Pengantar Bisnis (dasar-dasar ekonomi perusahaan).

Yogyakarta : Liberty.

Bungin, Burhan, Prof. Dr. 2012. Penelitian Kualitatif. Jakarta. Kencana Prenada Media Group.

Sugiyono, Prof. Dr. 2013. Stastitika untuk penelitian. Bandung ALFABETA

.

Referensi

Dokumen terkait

Iklan partai Hanura banyak di televisi akhir- akhir ini dan juga kata-kata dan tampilan iklan partai Hanura yang menarik lalu responden yang membutuhkan informasi maka

Rekomendasi dari hasil penelitian ini adalah diharapkan: (1) kepada guru bidang studi IPA khususnya pada tingkat sekolah dasar agar menggunakan

Sasaran Kawasan Tanpa Rokok adalah ditempat pelayanan kesehatan, tempat proses belajar mengajar, tempat anak bermain, tempat ibadah, angkutan umum, tempat kerja, tempat umum

Dari hasil uji hipotesis secara simultan pengaruh attitude , knowledge dan skill terhadap variabel dependen yaitu kinerja alumni Victoria Hotel School di Hotel dengan

Dan ketika perusahaan melakukan pembelian mesin maka akan terjadi peningkatan kapasitas yang paling tinggi, tetapi seringkali dibatasi oleh ketersediaan mesin tersebut serta

Public KonekDb As New ADODB.Connection Public Rs_data As New ADODB.Recordset Public Koneksi, Bound_Rate As String Public currentcolor

antara Earning Per Share, Return On Equity , Net Cash Flow, Dividend payout Ratio dan Net Profit Margin terhadap nilai perusahaan pada perusahaan Manufaktur dalam

Maksud dari kualitas pengajaran disini ialah tinggi rendahnya atau efektif tidaknya proses belajar mengajar dalam mencapai tujuan pengajaran (Sudjana, 2008: 40).