• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Praktik 1. Pengertian

Seseorang yang telah mengetahui stimulus/objek kesehatan, kemudian mengadakan penilaian atau pendapat terhadap apa yang diketahui, proses selanjutnya diharapkan ia akan melaksanakan/ mempraktikkan apa yang diketahui atau disikapinya (di nilai baik). Inilah yang disebut praktik (practice) kesehatan atau dapat dikatakan praktik kesehatan (overt behavior) (Notoatmodjo, 2003).

Respons seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respons terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktik (practice), yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang lain. Oleh sebab itu disebut overt behavior, tindakan nyata/praktik (practice) misal, seorang ibu memeriksakan kehamilannya atau membawa anaknya ke puskesmas untuk diimunisasi, penderita TB paru minum obat secara teratur, seorang anak melakukan gosok gigi yang benar dan sebagainya (Notoatmodjo, 2003).

Sikap adalah kecenderungan untuk bertindak (praktik). Sikap belum tentu terwujud dalam tindakan, sebab untuk terwujudnya tindakan perlu faktor lain, yaitu antara lain adanya fasilitas/sarana dan prasarana. Seorang ibu hamil sudah tahu bahwa periksa hamil itu penting untuk kesehatan dan janinnya dan sudah ada niat (sikap) untuk periksa hamil. Agar sikap ini meningkat menjadi tindakan, maka diperlukan bidan, posyandu atau puskesmas yang dekat dari rumahnya atau fasilitas tersebut mudah dicapainya. Apabila tidak, kemungkinan ibu tersebut tidak akan memeriksakan kehamilannya (Notoatmodjo, 2005).

(2)

2. Tingkatan praktik menurut kualitasnya

Notoatmodjo (2003), mengemukakan bahwa praktik atau tindakan ini dapat dibedakan menjadi 4 tingkatan menurut kualitasnya, yaitu :

a. Persepsi (perception)

Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil adalah merupakan praktik tingkat pertama. Misalnya, seorang ibu dapat memilih makanan yang bergizi tinggi bagi anak balitanya.

b. Respons terpimpin (guided response)

Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan contoh adalah merupakan indikator praktik tingkat dua, misalnya, seorang ibu dapat memasak sayur dengan benar, mulai dari cara mencuci dan memotong-motongnya, lamanya memasak menutup pancinya dan sebagainya.

c. Mekanisme (mecanism)

Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah mencapai praktik tingkat tiga. Misalnya seorang ibu yang sudah mengimunisasikan bayinya pada umur-umur tertentu tanpa menunggu perintah atau ajakan orang lain.

d. Adaptasi (adaption)

Adaptasi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik. Artinya tindakan itu sudah di modifikasikannya tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut misalnya, ibu dapat memilih dan memasak makanan yang bergizi tinggi berdasarkan bahan–bahan yang murah dan sederhana.

3. Faktor yang mempengaruhi praktik

Menurut Lowrence Green dalam Notoatmodjo (2005), mengemukakan bahwa untuk mencoba menganalisis praktik manusia dari tingkat kesehatan orang dapat dipengaruhi 3 faktor yaitu :

(3)

a. Faktor predisposisi

Terbentuknya suatu praktik baru, dimulai pada cognitive domain dalam arti subyek tahu terlebih dahulu terhadap stimulus yang berupa materi untuk perawatan gigi sehingga menimbulkan pengetahuan baru pada subyek tersebut selanjutnya menimbulkan respon batin dalam bentuk sikap subyek terhadap pengetahuan tentang perawatan gigi. Pengetahuan dan sikap subyek terhadap perawatan gigi diharapkan akan membentuk praktik (psikomotor) subyek terhadap perawatan gigi di bawah ini akan diuraikan tentang pengetahuan, sikap, dan praktik.

1) Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2003), mengemukakan bahwa pengetahuan merupakan hasil “tahu” dan hal ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap pengetahuan ini. Selain penginderaan juga dengan penciuman, perasa, dan perabaan. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan ini juga merupakan domain (kawasan) yang penting untuk terbentuknya perawatan gigi yaitu tingkat pengetahuan.

Pengetahuan yang cukup di dalam cognitive domain mempunyai enam tingkatan, yaitu tahu (know) artinya mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali sumber materi parawatan gigi dan praktik perawatan gigi yang telah diterima, sedangkan memahami (comprehension) mempunyai arti suatu kemampuan untuk menjelaskan atau mempraktikkan secara benar tentang perawatan gigi, untuk aplikasi (application) dapat diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menggunakan pengetahuan tentang pentingnya perawatan gigi yang telah dipelajari, sedangkan analisis (analysis) adalah suatu kemampuan untuk menghubungkan dan menguraikan dalam seluruh materi tersebut. Evaluasi

(4)

(evaluation) berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penelitian terhadap materi tersebut.

2) Sikap

Sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu dalam kata lain fungsi sikap belum merupakan tindakan (reaksi terbuka) atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi praktik (tindakan) atau (reaksi tertutup).

Sikap terhadap pentingnya perawatan gigi merupakan reaksi (respon) yang masih tertutup dari seseorang terhadap materi perawatan gigi. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi atau arti tambahan adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Sikap tersebut merupakan kasiapan untuk bereaksi terhadap pengetahuan tentang pentingnya perawatan gigi, penghayatan tentang pengetahuan ini meliputi komponen pokok untuk perawatan gigi yaitu kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep, kehidupan emosional (evaluasi) kecenderungan untuk bertindak, ke tiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh. Dalam pemantauannya, pengetahuan berfikir, keyakinan, dan emosi memang peran penting (Notoatmodjo, 2003).

Berbagai tindakan sikap yang barpengaruh terhadap pengetahuan tentang pentingnya perawatan gigi antara lain menerima (receiving), merespon, menghargai, dan bertanggung jawab menerima sendiri. Artinya orang mau memperhatikan pengetahuan tentang pentingnya perawatan gigi. Merespon (responding) dapat diartikan memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikator dari sikap. Dihargai (valuing) artinya mengajak orang lain untuk mengerjakan suatu masalah adalah suatu indikasi

(5)

tingkat tiga, sedangkan tanggung jawab (responsible), bertanggung jawab atas segala suatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi (Notoatmodjo, 2003).

3) Tindakan

Tingkatan-tingkatan praktik antara lain persepsi, respon terpimpin, mekanisme serta adaptasi. Dalam persepsi (perception), mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil merupakan praktik tingkat pertama sedangkan respon terpimpin (Guida Respons), dapat melakukan perawatan gigi sesuai dengan urutan yang benar sesuai dengan contoh merupakan indikator praktik tingkat dua. Untuk mekanisme (mechanism) artinya apabila seseorang telah melakukan perawatan gigi dengan benar dan tanpa paksaan (dengan penuh kesadaran) maka sudah mencapai praktik tingkat ke tiga sedangkan adaptasi (adaptation) adalah suatu praktik (tindakan) yang sedang berkembang dengan baru artinya suatu itu sudah telah dimodifikasi tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut.

b. Faktor pendukung atau pemungkin

Hubungan antara konsep pengetahuan dan praktik, kaitannya dalam suatu materi kegiatan biasanya mempunyai anggapan yaitu adanya pengetahuan tentang manfaat suatu hal yang akan menyebabkan orang mempunyai sikap positif terhadap hal tersebut. Selanjutnya sikap positif ini akan mempengaruhi untuk ikut dalam kegiatan ini. Niat ikut serta dalam kegiatan ini akan menjadi tindakan apabila mendapatkan dukungan sosial dan tersedianya fasilitas, kegiatan ini disebut praktik. Berdasarkan teori WHO menyatakan bahwa yang menyebabkan seseorang berpraktik ada tiga alasan diantaranya adalah sumber daya (Resources) meliputi fasilitas, pelayanan kesehatan dan pendapatan keluarga.

(6)

c. Faktor pendorong

Faktor yang mendorong untuk bertindak untuk mencapai suatu tujuan tertentu yang terwujud dalam dukungan keluarga (memberikan informasi mengenai cara menggosok gigi, memberikan instrument menggosok gigi seperti sikat dan pasta gigi, menyediakan fasilitas yang memadai seperti kamar mandi dengan kondisi air yang bersih, tidak lupa memberikan motivasi kepada anak agar anak mau melakukan gosok gigi sebelum tidur) terutama orang tua, guru, dan petugas kesehatan untuk saling bahu-membahu sehingga tercipta kerjasama yang baik antara pihak rumah dan sekolah yang akan mendukung anak dalam memperoleh pengalaman yang hendak dirancang, lingkungan yang bersifat anak sebagai pusat yang akan mendorong proses belajar melalui penjelasan dan penemuan untuk terjadi suatu praktik.

4. Berikut adalah cara menyikat gigi menurut Ardyan dalam bukunya : a. Sikat gigi dan gusi dengan posisi kepala sikat gigi membentuk sudut

45 derajat di daerah perbatasan antara gigi dan gusi.

b. Gerakan sikat dengan lembut dan memutar. Sikat bagian luar permukaan setiap gigi atas dan gigi bawah dengan posisi bulu sikat 45 derajat berlawanan dengan garis gusi agar sisa makanan yang mungkin masih terselip dapat dipersihkan.

c. Gunakan gerakan yang sama untuk menyikat bagian dalam permukaan gigi.

d. Gosok semua bagian permukaan gigi yang digunakan untuk mengunyah. Gunakan hanya ujung bulu sikat gigi untuk membersihkan gigi dengan tekanan ringan sehingga bulu sikat tidak membengkok. Biarkan bulu sikat membersihkan celah-celah gigi. Rubah posisi sikat gigi sesering mungkin.

e. Untuk membersihkan gigi bagian dalam, gosok gigi dengan posisi tegak dan gerakan perlahan ke atas dan bawah melewati garis gusi.

(7)

B. Anak Prasekolah

1. Pengertian anak prasekolah

Menurut Biechler dan Snowman dikutip dari Patmonodewo (2003), mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan anak usia prasekolah adalah mereka yang berusia antara 3-6 tahun. Mereka bisa mengikuti program prasekolah dan kindegarden. Pendidikan prasekolah di Indonesia pada umumnya, mereka mengikuti program tempat penitipan anak (3 bulan-5 tahun) dan kelompok bermain/play group (usia 3 tahun), pada usia 4-6 tahun biasanya mereka mengikuti program taman kanak-kanak.

2. Tumbuh dan kembang anak

Anak merupakan individu yang unik, karena faktor bawaan dan lingkungan yang berbeda, maka pertumbuhan dan pencapaian kemampuan perkembangan juga berbeda. Pertumbuhan berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar jumlah, ukuran/dimensi tingkat sel, organ maupun individu, yang bisa diukur dengan berat (gram, kilogram), ukuran panjang (centimeter, meter), umur tulang (Soetjiningsih, 1995).

Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan (skil) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sehingga hasil dari proses pematangan, yang menyangkut adanya proses diferensiasi dari sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ-organ dan sistem organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga masing-masing dapat memenuhi fungsinya. Termasuk juga perkembangan emosi, intelektual dan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya. Tumbuh kembang merupakan proses kontinue sejak dari konsepsi sampai maturasi/dewasa, yang dipengaruhi oleh faktor-faktor bawaan dan lingkungan (Soetjiningsih,1995).

3. Ciri-ciri anak prasekolah

Snowman (1993) dikutip dari Patmonodewo (2003), mengemukakan ciri-ciri anak prasekolah yang meliputi aspek fisik, sosial, emosi, dan kognitif anak.

(8)

a. Ciri fisik

Penampilan atau gerak-gerik prasekolah mudah dibedakan dengan anak yang berbeda dalam tahapan sebelumnya.

1) Anak prasekolah umumnya sangat aktif. Mereka telah memiliki penguasaan (kontrol) terhadap tubuhnya dan sangat menyukai kegiatan-kegiatan yang dilakukan sendiri. Berikan kesempatan kepada anak untuk lari, memanjat dan melompat. Usahakan kegiatan-kegiatan tersebut di atas sebanyak mungkin sesuai dengan kebutuhan anak dan selalu di bawah pengawasan.

2) Walaupun anak laki-laki lebih besar, namun anak perempuan lebih terampil dalam tugas yang bersifat praktis, khususnya dalam tugas motorik halus, tetapi sebaiknya jangan mengkritik anak laki-laki apabila dia tidak terampil. Jauhkan dari sikap membanding-bandingkan laki-laki dan perempuan, juga dalam kompetisi keterampilan.

b. Ciri sosial

Anak prasekolah biasanya mudah bersosialisasi dengan orang di sekitarnya, umumnya anak pada tahap ini memiliki satu atau dua sahabat yang cepat berganti. Mereka umumnya dapat cepat menyesuaikan diri secara sosial, mereka mau bermain dengan teman. Sahabat yang biasa dipilih biasanya yang sama jenis kelaminnya tetapi kemudian berkembang jadi sahabat yang terdiri dari jenis kelamin yang berbeda.

c. Ciri emosional

Anak prasekolah cenderung mengekspresikan emosinya dengan bebas dan terbuka, sikap marah, iri hati pada anak prasekolah sering terjadi mereka seringkali memperebutkan perhatian guru.

d. Ciri kognitif

Anak prasekolah umumnya sudah terampil berbahasa, sebagian besar dari mereka senang berbicara, khususnya pada kelompoknya.

(9)

Sebaiknya anak diberi kesempatan untuk menjadi pendengar yang baik.

4. Tugas tumbuh kembang anak

Soetjiningsih (1995), mengemukakan bahwa semua tugas perkembangan anak usia 4-6 tahun itu disusun berdasarkan urutan perkembangan dan diatur dalam 4 kelompok besar yang disebut sektor perkembangan, yang meliputi :

a. Praktik sosial

Aspek yang berhubungan dengan kemampuan kemandirian, bersosialisasi, dan berinteraksi dengan lingkungan misalnya : membantu di rumah, mengambil makanan, berpakaian tanpa bantuan, menyuapi boneka, menggosok gigi tanpa bantuan dan mengambil makanan.

b. Gerakan motorik halus

Aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak untuk mengamati sesuatu, melakukan gerakan yang melibatkan bagian tubuh tertentu yang dilakukan otot-otot kecil, tetapi memerlukan koordinasi yang cermat misalnya menggambar garis, lingkaran, dan menggambar manusia.

c. Bahasa

Kemampuan yang memberikan respon terhadap suara, mengikuti perintah misalnya, bicara semua dimengerti, mengenal dan menyebutkan warna, menggunakan kata sifat (besar-kecil).

d. Gerakan motorik kasar

Aspek yang berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh misalnya, berdiri dengan satu kaki, berjalan naik tangga dan menendang bola ke depan.

5. Kondisi gigi anak pra sekolah

Gigi merupakan salah satu organ pengunyah yang berisi dari gigi–gigi pada rahang atas dan rahang bawah, lidah serta saluran-saluran penghasil

(10)

air ludah. Kalau diperhatikan sebuah gigi diluar mulut maka dapat kita bagi gigi tersebut atas 3 bagian :

a. Mahkota gigi. b. Akar gigi.

c. Leher gigi yang terletak diantara kedua bagian tersebut di atas.

Pada dasarnya gigi mempunyai 2 jaringan, yaitu jaringan keras gigi dan jaringan lunak gigi. Menurut taringan (1989), dijelaskan sebagai berikut :

a. Jaringan keras gigi

Tiap gigi mempunyai 3 bagian jaringan keras. Mahkota gigi diselubungi oleh jaringan terkeras dalam tubuh yang disebut : email gigi. Permukaan gigi yang melakukan pengunyahan tidak merupakan permukaan yang rata, tapi berlekuk-lekuk seperti parit-parit kecil yang dinamai fisur. Jaringan pengikat yang mengalami pengapuran serta memberikan kekuatan elastis pada gigi, warnanya agak kekuning-kuningan disebut dengan dentin.

b. Jaringan lunak gigi

Pada bagian yang lebih dalam dari dentin dijumpai ruangan yang disebut pulpa atau sumsum gigi. Sering disebutkan bahwa pulpa gigi ini berisi urat-urat saraf saja, tetapi sebenarnya disamping urat-urat saraf, disini dijumpai juga pembuluh darah dan pembuluh limfe. Saat bertambahnya umur, rongga pulpa semakin mengecil. Antara semen pada akar dengan tulang rahang masih dijumpai jaringan lunak lain yang disebut periodontium. Bagian tulang rahang yang merupakan tempat tertanamnya akar gigi disebut tulang alveolar. Diantara gusi/mukosa mulut dan gigi berbentuk menonjol yang disebut papila.

Gigi susu biasanya mulai tumbuh ketika bayi berumur 6 bulan. Bila si bayi telah berumur 2 tahun seluruh gigi susu yang berjumlah 20 buah, sudah tumbuh sempurna. Pada setiap daerah rahang terdapat 5 buah gigi, yang terdiri dari 2 gigi seri, gigi taring dan 2 gerahan kecil. Gigi susu ukurannya lebih kecil dari pada gigi tetap terutama dalam dimensi vertikel.

(11)

Mahkota gigi susu lebih bulat, warnanya putih kebiru-biruan bila dibandingkan dengan gigi tetap yang berwarna kuning keputih-putihan. Guna gigi susu adalah :

a. Untuk melunakkan makanan waktu pengunyahan.

b. Menyediakan tempat untuk gigi-gigi yang akan tumbuh menggantikannya.

c. Untuk menghasilkan suara yang jelas.

Menurut Taringan (1989), dalam bukunya mengemukakan bahwa di dalam tulang rahang terdapat gigi-gigi susu yang telah siap dibentuk, yang dibatasi oleh tulang rahang dan gusi yang tipis, dengan bagian tangga mulut yang lain. Gigi-gigi tersebut terdapat dalam saku-saku gigi-gigi. Pada saat gigi mulai tumbuh, akan timbul tekanan yang dapat mengkoyak saku gusi, tulang rahang dan akhirnya gusi, tekanan ke arah rongga mulut dan gigi ini akan hilang bila gigi sudah muncul dalam mulut. Gigi susu ini kadang disebut juga sebagai gigi yang di ganti. Kejadian seperti di atas biasa terjadi saat anak berumur 4 sampai 5 tahun. Pada umur 6 tahun sampai 7 tahun dimulai pertumbuhan gigi tetap, yang menekan akar gigi susu. Penekanan ini gigi susu tidak langsung terlepas, tetapi perlahan-lahan akar gigi susu tersebut dikikis (resorbsi). Bila akar gigi susu tersebut telah demikian banyak teresorbsi, gigi akan menjadi goyang, sehingga terkadang dapat lepas sendiri. Gigi geraham besar pertama merupakan gigi tetap yang tumbuh pertama kali. Pertumbuhan ini diikuti oleh pertumbuhan gigi seri pertama, pada umur 6-7 tahun.

6. Penyakit yang biasa menyerang pada gigi susu a. Karies gigi

Karies gigi ini sering terjadi pada anak usia pra sekolah karena anak-anak seusia ini umumnya senang dengan makan–makanan yang manis seperti permen dan coklat. Sedangkan anak-anak sulit untuk membersihkan atau mengosok gigi secara teratur.

(12)

b. Plak

Plak yaitu suatu lapisan tipis yang mengandung banyak bakteri dan melekat pada permukaan gigi. Bakteri yang terdapat dalam plak akan mengolah karbohidrat untuk menghasilkan energi bagi dirinya. Pengolahan karbohidrat ini akan menghasilkan asam susu yang dapat merapuhkan email gigi. Proses ini terjadi dengan lambat sehingga anak-anak sama sekali tidak merasakan keluhan pada giginya.

c. Gigi goyah

Gigi yang goyah biasanya disebabkan oleh tekanan dari gigi permanen yang akan tumbuh untuk menggantikan peran gigi susu pada anak-anak. Gigi–gigi susu yang sudah waktunya tanggal maka akan mengalami gigi goyah.

d. Karang gigi

Karang gigi merupakan jaringan keras yang melekat erat pada gigi yang terdiri dari bahan-bahan mineral seperti : calcium, ferum, zink, Cu, Ni dan lain sebagainya. Karang gigi dapat melekat pada permukaan gigi yang terletak di atas gusi, sehingga disebut supra gingival atau pada permukaan yang terletak di bawah gusi dan disebut sub gingival. Karang gigi supra gingival warnanya kuning dan biasanya mudah dilepas, hanya dengan jari saja. Sedangkan karang gigi sub gingival warnanya coklat kehitaman, melekat erat di bawah gusi dan amat sukar dibersihkan. Karang gigi supra gingival berasal dari endapan-endapan mineral ludah yang bereaksi dengan bakteri-bakteri mulut serta sisa-sisa makanan, sedang karang gigi sub gingival berasal dari sel-sel darah yang pecah dan mengendap ke sela-sela gigi dan gusi.

C. Dukungan Orang Tua 1. Pengertian

Dukungan adalah persepsi seseorang bahwa dirinya menjadi bagian dari jaringan sosial yang didalamnya tiap anggotanya saling mendukung

(13)

(Kuncoro, 2002). Dukungan di definisikan oleh Gattlieb dalam Zaenudidn (2002), yaitu informasi verbal atau non verbal, saran, bantuan yang nyata atau tingkah laku yang diberikan oleh orang–orang yang akrab dengan subyek di dalam lingkungan sosialnya atau yang berupa kehadiran dan hal-hal yang dapat memberikan keuntungan emosional atau berpengaruh pada tingkah laku penerimaannya. Dalam hal ini orang yang merasa memperoleh dukungan sosial, secara emosional merasa lega karena diperhatikan, mendapat saran atau kesan yang menyenangkan pada dirinya.

Orang tua adalah tokoh panutan anak, maka diharapkan orang tua dapat ditiru, sehingga melalui model yang ditiru dari orang tuanya. Orang tua adalah teladaan pertama bagi pembentukan pribadi anak. Keyakinan-keyakinan, pemikiran dan perilaku orang tua dengan sendirinya memiliki pengaruh yang sangat dalam terahadap pemikiran dan perilaku anak. Ayah dan ibu lah yang harus melaksanakan tugasnya dihadapan anaknya. Khususnya ibu harus memfokuskan dirinya dalam menjaga akhlak, jasmani dan kejiwaannya pada masa pra kehamilan sampai masa kehamilan.

2. Bentuk dukungan keluarga

Menurut Setiadi (2008), bentuk dukungan keluarga terdiri dari empat macam dukungan yaitu :

a. Dukungan informasional, yaitu keluarga berfungsi sebagai sebuah kolektor dan diseminator (penyebar informasi).

b. Dukungan emosional, yaitu keluarga sebagai sebuah tempat yang aman dan damai untuk istirahat dan pemulihan serta membantu penguasaan terhadap emosi.

c. Dukungan instrumental, yaitu keluarga merupakan sumber pertolongan praktis dan kongkrit.

d. Dukungan penilaian (appraisal), yaitu keluarga bertindak sebagai sebuah umpan balik, membimbing dan menengahi pemecahan masalah dan sebagai sumber dan validator identitas keluarga.

(14)

Menurut House (Smet, 1994) setiap bentuk dukungan sosial keluarga mempunyai ciri-ciri antara lain :

a. Informatif, yaitu bantuan informasi yang disediakan agar dapat digunakan oleh seseorang dalam menanggulangi persoalan-persoalan yang dihadapi, meliputi pemberian nasehat, pengarahan, ide-ide atau informasi lainnya yang dibutuhkan dan informasi ini dapat disampaikan kepada orang lain yang mungkin menghadapi persoalan yang sama atau hampir sama.

Contohnya : dengan mengajarkan cara menyikat gigi yang benar, seperti : mengajari berkumur 1 kali setelah menyikat gigi untuk membantu flour yang terdapat pada pasta gigi tetap tertinggal lebih lama di dalam gigi dan rongga mulut, mengajari kesemua sela-sela gigi agar dapat membersihkan sisa-sisa makanan yang tertinggal di gigi, mengajari gerakan bersikat gigi pelan-pelan saja dan jangan terburu-buru supaya gigi terkena sikat semuanya, mengajari menyikat gigi atas ke arah bawah dan gigi bawah ke arah atas hal ini untuk menghindari agar gusi tidak terkelupas. Mengajarkan waktu yang tepat menggosok gigi, seperti : mengajari frekuensi menggosok gigi yang baik adalah 2 kali sehari yaitu 30 menit setelah sarapan pagi dan malam hari sebelum tidur. Mengajarkan syarat-syarat memilih sikat gigi yang baik, seperti : mengajari anak untuk memakai sikat giginya sendiri karena sikat gigi harus dipakai 1 orang dan tidak boleh dipakai bersama-samam atau berganti-gantian. Mengajarkan pemberian pasta gigi yang baik, seperti : mengajari penggunaan pasta gigi saat menggosok gigi karena pasta gigi akan memberikan rasa segar di mulut, mengajari pemakaian pasta gigi sebesar biji kacang tanah. Mengajarkan untuk menyimpan sikat gigi yang benar, seperti : mengajari anak mencuci sikat giginya sebelum dan setelah menggosok gigi, mengajari anak meletakkan sikat giginya dengan bulu sikat gigi di atas supaya sikat segera kering dan kuman tidak berkembang biak di tempat yang lembab.

(15)

b. Perhatian emosional, yaitu setiap orang pasti membutuhkan bantuan dari orang lain, dukungan ini berupa dukungan simpatik dan empatik, cinta, kepercayaan, dan penghargaan. Bisa dikatakan seseorang yang menghadapi persoalan merasa dirinya tidak menanggung beban sendiri tetapi masih ada orang lain yang memperhatikannya, mau mendengar segala keluhannya, bersimpati dan empati terhadap persoalan yang dihadapinya, bahkan mau membantu memecahkan masalah yang dihadapinya.

Contohnya : dengan mengajarkan waktu yang tepat menggosok gigi, seperti : mengingatkan anak bahwa waktu yang tepat adalah menggosok gigi 30 menit setelah sarapan pagi dan sebelum tidur. Mengajarkan syarat-syarat memilih sikat gigi yang baik, seperti : mengajak anak membandingkan beberapa sikat gigi dan doronglah supaya dia memilih sikat gigi dengan bulu yang lembut.

c. Bantuan instrumental, yaitu bantuan bentuk ini bertujuan untuk mempermudah seseorang dalam melakukan aktifitasnya berkaitan dengan persoalan-persoalan yang dihadapinya, atau menolong secara langsung kesulitan yang dihadapi, misalnya dengan menyediakan peralatan lengkap dan memadai bagi penderita, menyediakan obat-obat yang dibutuhkan dan lain-lain.

Contohnya : dengan mengajarkan syarat-syarat memilih sikat gigi yang baik, seperti : membelikan sikat gigi anak disesuaikan dengan keadaan gigi anak. Mengajarkan pemberian pasta gigi yang baik, seperti : membelikan pasta gigi dengan rasa sesuai yang diinginkan anak. d. Bantuan penilaian, yaitu suatu bentuk penghargaan yang diberikan

seseorang kepada pihak lain berdasarkan kondisi sebenarnya dari penderita. Penilaian ini bisa positif dan negatif yang mana pengaruhnya sangat berarti bagi seseorang. Berkaitan dengan dukungan sosial keluarga maka penilaian yang sangat membantu adalah penilaian yang positif.

(16)

Contohnya : dengan mengajarkan pemberian pasta gigi yang baik, seperti : menjelaskan bahwa menggosok gigi menggunakan pasta gigi akan memberikan rasa segar di dalam mulut. Mengajarkan untuk menyimpan sikat gigi yang benar, seperti : menjelaskan bahwa setelah menyikat gigi kepala sikat gigi harus di letakkan di atas, bila ditaruh begitu saja maka air tidak segera kering dan kuman yang tinggal akan berkembang biak.

Perawatan yang baik dapat mencegah penyakit gigi dan mulut, yaitu dengan menerapkan teknik pemeliharaan kesehatan gigi dan membersihkan gigi dan mulut dari sisa-sisa makanan yang tertinggal diantara gigi atau fisur gigi, jadi bagian antara gigi serta fisur ini harus lebih diperhatikan kebersihannya. Mulut mempunyai sistem pembersihan sendiri yaitu air ludah dan lidah, tetapi dengan makanan modern kita sekarang, pembersih alami ini tidak lagi berfungsi dengan baik. Oleh karena itu kita juga harus menggunakan sikat gigi untuk menggosok gigi sebagai alat pembantu untuk membersihkan gigi dan mulut dari sisa-sisa makanan (Tarigan, 1989). Anak-anak memang masih dalam taraf memerlukan bimbingan yang ketat, memerlukan kesabaran yang luar biasa, memerlukan kebijaksanaan yang sempurna dengan cara yang baik (Machfoedz, 2005).

Beberapa hal yang perlu diperhatikan orang tua di dalam menerapkan teknik pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut pada anak prasekolah adalah :

a. Mengajarkan cara menyikat gigi yang benar

Pada umumnya anak senang makan makanan yang manis-manis padahal gula adalah musuh gigi anak artinya apabila anak terlalu banyak makan gula dan jarang membersihkan gigi maka gigi-giginya akan rusak atau karies. Gula di dalam gigi akan diubah oleh kuman dengan bahan dari mulut, kuman itu menjadi asam. Asam yang menempel pada permukaan email akan melunakan email, di atas permukaan email itu kuman akan melubanginya, kemudian kuman itu

(17)

akan tinggal di dalam lubang karies untuk berkembang biak (Machfoed, dkk, 2005).

Apabila kita membersihkan gigi secara benar, plak pun ikut bersih dari permukaan gigi, namun plak ini secara alamiah akan terbentuk lagi dari waktu ke waktu. Plak ini merupakan lapisan tipis transparan, tidak bisa dilihat oleh mata telanjang dan melekat erat pada permukaan gigi. Plak bisa dilihat apabila diwarnai dengan zat khusus berwarna discloning agent atau discloning solution, suatu cairan yang berwarna merah. Gigi disikat setidak-tidaknya selama dua menit supaya air ludah juga dapat keluar dan membersihkan kantong gusi yang terletak di perbatasan gigi dan gusi. Kantong gusi ini mempunyai kedalaman normal 2-4 mm yang perlu juga dibersihkan untuk mencegah makanan terselip diantaranya. Kemiringan bulu sikat gigi sebesar 45 derajat pada daerah kantong gusi dapat membantu bulu sikat gigi masuk ke dalam kantong gusi untuk membersihkan yang lebih maksimal. Setelah menyikat gigi, sikat pula lidah karena lidah ini permukaannya tidak rata dan bisa menyimpan sisa makanan yang menimbulkan bau. Alat pembersih khusus lidah dapat dipakai, namun jika tidak, bisa menggunakan sikat gigi. Berkumurlah sebanyak sekali saja untuk membantu flour yang terdapat pada pasta gigi tetap tertinggal lebih lama di dalam gigi dan rongga mulut (Maulani, dkk, 2005).

Melakukan sikat gigi yang benar adalah menyikat semua permukaan gigi sampai bersih dan plak juga hilang sempurna. Gerakan bersikat gigi pendek-pendek saja jangan terburu-buru. Bersihkan salah satu sisi dahulu baru pindah untuk menyikat permukaan samping baik luar maupun dalam, juga melawan arah permukaan gusi (ujung pinggir gusi). Gigi atas jangan menyikat kearah atas, sebaliknya untuk gigi bawah jangan menyikat kearah bawah. Ini untuk menghindarkan diri agar gusi tidak terkelupas, tetapi bulu-bulu sikat harus dikenakan gusi tujuannya ialah agar supaya gusi

(18)

terjepit oleh bulu-bulu halus itu. Hal ini dapat merangsang aliran darahnya sedikit mengembang. Proses pemberian makanan dan pengambilan sisa tak berguna pada jaringan gusi dapat berjalan cepat dan lancar, sehingga gusi menjadi lebih sehat (Machfoed, 2005). b. Mengajarkan waktu yang tepat menggosok gigi

Menurut Bahar yang dikutip dari Maulani, dkk (2005), mengemukakan bahwa menyikat gigi setelah seseorang makan, sisa makanan, khususnya makanan yang mengandung karbohidrat, akan mengalami fermentasi atau peragian terhadap gula (glukosa) makanan. Hasilnya beberapa senyawa yang bersifat asam dan membuat lingkungan sekitar gigi bersuasana asam. Derajat keasaman tadi akan meningkatkan atau menurunkan PH. PH adalah derajat keasaman yang digunakan untuk menyatakan tingkat keasaman/kebasaan suatu larutan jika nilai PH < 7 maka larutan bersifat asam dan apabila nilai PH > 7 maka larutan bersifat basa. Apabila berlanjut dengan penurunan nilai PH kritis, yaitu nilai PH yang dapat memicu hilangnya garam kalsium pada email gigi sebagai penyebab gigi berlubang. Namun ada bakteri veillonella alcalescens, akan merusak kembali senyawa tersebut.

Selang beberapa waktu, PH plak akan berlangsung naik kembali mencapai PH normal, demikianlah yang selalu terjadi setelah makan terutama makan makanan yang mengandung gula jadi, sebenarnya terjadi proses alamiah yang bertujuan untuk melindungai gigi. Berbagai penelitian memperlihatkan bahwa PH akan kembali normal setelah 20-30 menit setelah makan. Kenyataan diatas, dapat dikatakan bahwa masa 20-30 menit setelah kita menyantap makanan yang mengandung karbohidrat (mengandung gula) merupakan saat-saat sangat rentan untuk terjadinya kerusakan gigi. Penyikatan gigi pada saat derajat keasaman dalam mulut masih pada tingkat kritis ini akan menambah kerusakan pada gigi jadi, jangan menyikat gigi setelah makan, tunggulah sampai lewat masa genting setelah makan, yaitu sekitar setengah jam setelah makan. Frekuensi menyikat gigi yang baik

(19)

adalah 2 kali sehari, pagi 30 menit setelah sarapan pagi dan malam hari sebelum tidur (Maulani, dkk, 2005).

c. Mengajarkan syarat-syarat memilih sikat gigi yang baik

Memilih sikat gigi anak disesuaikan dengan keadaan gigi anak. Apabila gigi dan rahangnya kecil, pilihlah sikat gigi dengan bulu pendek dan sempit. Namun apabila gigi dan rahangnya agak besar, pilih sikat gigi dengan bulu yang lebih besar dan sesuai. Selalu cari sikat gigi dengan bulu nilon yang lebih lembut atau ujung bulunya membulat karena bulu sikat gigi dengan ujung yang kasar dapat melukai gusi, sedangkan anak yang masih belajar melakukan kontrol terhadap tekanan sikat giginya.

Apabila anak sudah mulai mengerti anak bisa diajak memilih sikat giginya sendiri. Ajaklah anak membandingkan beberapa sikat gigi dan doronglah supaya dia memilih sikat gigi dengan bulu yang lembut sikat gigi perlu dahulu dan dicoba di rumah karena umumnya bulu tidak bisa disentuh dengan tangan karena tertutup oleh plastik jangan ragu untuk mengganti sikat gigi yang mempunyai kualitas baik supaya bisa dipilih lagi kemudian. Sikat gigi anak diganti setidaknya 2 bulan sekali atau segera diganti jika bulu sikat gigi sudah melebar. Sikat gigi anak lebih cepat rusak karena mereka masih dalam proses berlatih, sehingga kadangkala tekanan sikat gigi berlebihan membuat bulunya menjadi lebih cepat rusak dan melebar.

Sikat gigi harus dipakai satu orang, tidak boleh dipakai bersama-sama atau berganti-gantian. Apabila jika mempunyai anak lebih dari satu, tentukan warna masing-masing kesukaan anak dan dua bulan kemudian diganti bersamaan, bisa dengan warna yang sama atau berubah warna antara satu anak dengan anak yang lain. Ingatkan anak akan sikat giginya sendiri, sehingga disaat orang tua lupa anak bisa mengingat sikat giginya sendiri dengan cepat.

Sikat gigi dengan gagang transparan atau tembus cahaya memungkinkan bulu sikat gigi dapat terlihat sampai pangkalnya,

(20)

sehingga pembersihan bulu sikat akan lebih baik. Apabila anak sudah mulai menyikat giginya sendiri, periksalah sekali waktu sikat gigi anak, karena sering kali sisa pasta gigi mengendap pada dasar bulu sikat gigi, setelah sikat gigi bersih letakan sikat gigi dengan bulu sikat di atas, sehingga memungkinkan air mengalir ke bawah dan bulu sikat cepat kering. Ajaklah untuk anak memilih dan membeli pasta gigi dan sikat gigi kesukaannya, maka motivasi anak akan meningkat dan dia rajin membersihkan gigi setiap hari dengan sikat gigi kesukaannya tersebut (Maulani, 2005).

Menurut Machfoed 2005, mengemukakan bahwa sikat gigi yang baik sebagai berikut :

1) Tangkai lurus dan mudah dipegang.

2) Kepala sikat gigi kecil sehingga ancar-ancar paling besar sama dengan jumlah lebar ke empat gigi bawah. Kenapa harus kecil, sebab kalau besar tidak dapat masuk kebagian-bagian yang sempit dan dalam.

3) Bulu sikat gigi harus lembut dan datar, apabila sikat gigi terlalu besar, bulu dapat dicabut sebagian.

d. Mengajarkan pemberian pasta gigi yang baik

Pasta gigi akan memberikan rasa segar di dalam mulut, saat ini pasta gigi dengan berbagai macam rasa tersedia di pasaran. Saat ini pasta gigi untuk anak-anak ada dalam bermacam-macam warna dan rasa dengan bentuk gel bening maupun pasta, ada rasa strowberi, melon, orange, anggur, bahkan coklat. Ajarkan anak menggunakan pasta gigi sebesar biji kacang tanah.

Anak bisa diajak membeli pasta gigi dengan rasa lain untuk mencegah anak merasa bosan dengan rasa yang sama. Anak yang belum bisa berkumur dan meludah, bisa dipilihkan pasta gigi yang tidak mengandung flour. Apabila sudah bisa meludah dan membuang kumurannya, boleh diberikan pasta gigi yang mengandung flour. Boleh diberikan pasta gigi untuk anak berisi flour sebanyak 30 % dari

(21)

kandungan flour pasta gigi orang dewasa, berarti mengandung 0,03 % flour, flour dapat menghambat terjadinya gigi berlubang sebanyak 15-30 %. Menurut penelitian orang dewasa menggunakan 0,15-30 gram pasta gigi sekali pakai, sedangkan pada anak-anak 1/3 nya, diperkirakan 25-33 % anak menelan pasta gigi sewaktu menyikat giginya. Kemungkinan anak menelan flour adalah sebanyak 0,5-0,6 mgf/hari. Hal ini dapat menimbulkan flourosis gigi yang ditandai dengan timbulnya bintik-bintik pada email gigi jika kadar flour dalam air minum yang dipakai untuk anak dan keluarga sudah termasuk tinggi. Oleh karena itu perlu menjadi perhatian orang tua untuk mengawasi anaknya dalam menyikat gigi karena pasta gigi dengan harum mirip buah-buahan bisa mengasosiasikan anak pada pasta gigi yang bisa dimakan. Padahal tidak demikian, terlalu banyak menelan pasta gigi dapat berbahaya. Plihlah pasta gigi berdasarkan kebutuhan dan usia anak.

e. Mengajarkan untuk menyimpan sikat gigi yang benar

Ajarkan kepada anak setelah bersikat gigi maka sikat gigi harus dicuci sampai bersih. Ingatkan anak setelah itu digantung dengan kepala sikat gigi di atas. Apabila ditaruh begitu saja maka air tidak segera kering dan kuman yang tinggal akan berkembang biak. Apabila sikat gigi digantung maka sikat gigi akan cepat kering dan bersih dari kuman yang menempel dan berkembang biak (Machfoed, 2005).

(22)

D. Kerangka Teori

Menurut Lowrence Green, dalam Notoatmodjo (2005) Faktor predisposisi/pemudah

praktik

- Pengetahuan orang tua dan anak - Sikap orang tua dan anak

- Praktik mengosok gigi yang dilakukan anak Faktor pemungkin/pendukung praktik - Pendapatan keluarga - Pelayanan kesehatan - Fasilitas Faktor pendorong

- Dukungan orang tua terutama ibu

- Dukungan guru

- Dukungan petugas kesehatan

(23)

E. Kerangka Konsep

F. Variabel Penelitian

Variabel yang digunakan untuk penelitian ini ada dua yaitu : 1. Variabel bebas (variable independen)

Dalam penelitian ini variable independen (variabel bebas) adalah dukungan orang tua. Dukungan orang tua merupakan sebab timbulnya atau berubahnya variable dependen (variabel terikat).

2. Variabel terikat (variable dependen)

Dalam penelitian ini variable dependen (variabel terikat) adalah praktik menggosok gigi, variabel tersebut dipengaruhi atau yang terjadi akibat adanya variabel independen (variabel bebas).

G. Hipotesis.

Berdasarkan kerangka konsep penelitian yang telah dibuat, maka hipotesis penelitian yang dapat dirumuskan adalah : ada hubungan dukungan orang tua dengan praktik menggosok gigi pada anak prasekolah di TK Aisyiyah Bustanul Athfal 08, Semarang.

Dukungan orang tua Praktik mengosok gigi Variabel bebas

(variabel independen)

Variabel terikat (variabel dependen)

(24)

Referensi

Dokumen terkait

Usahatani yang tidak efisien secara alokatif dalam penelitian ini dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu: (1) Harga tanaman menghasilkan untuk setiap batangnya

Bila kita tindak lanjutin permasalahan yang terjadi di antrian ini adalah di antrian ini adalah bagaimana bagaimana kita bisa menemukan suatu nilai atau suatu waktu yang

Berdasarkan analisis data-data yang dilakukan kenaikan curah hujan di Kupang terjadi saat siklon tropis Narelle tumbuh pada kategori tekanan rendah di laut Timor , dan

PLTU yang menjadi objek penelitian adalah PLTU Suralaya unit 1-4 yang memiliki transformator pemakaian sendiri yaitu unit SST (Station Service Transformator)

Untuk diagram fasa dan paduannya dapat dilihat pada gambar 2.6 kesetimbangan fasa tembaga dimana pada diagram ini dapat dilihat temperature terbentuknya fasa cairan, fasa α dan

Dari data return ters ebut dapat ditentukan parameter parameter lain yang akan digunakan untuk perhitungan harga ops i As ia. Analis is Has il

Keempat dokumen tersebut paling lambat diunggah tanggal 29 Oktober 2018, dan hanya dokumen tersebut yang akan dijadikan sebagai bahan presentasi pada babak final, sehingga peserta

Ketika ia datang ke ruang tamu mereka dan melihat Snow-White terbaring di peti mati kaca, diterangi dengan begitu indah oleh tujuh lilin kecil, ia tidak bisa mendapatkan