1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Lingkungan hidup merupakan kesatuan ruang dengan semua benda, daya,
keadaan dan mahluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang
mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan
manusia serta mahluk hidup lainnya (UU Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup Nomor 32 tahun 2009). Unsur-unsur lingkungan disebut
sebagai sumberdaya yang terdiri dari sumberdaya alam baik hayati (biotik)
maupun non hayati (abiotik) serta sumberdaya manusia dan sumberdaya buatan
yang digabung menjadi sumberdaya kultural (Tanjung, 2003). Sumberdaya alam
non hayati atau lingkungan fisik terdiri dari unsur-unsur air, udara, lahan dan
energi serta bahan mineral yang terkandung di dalamnya, sedangkan sumberdaya
hayati terdiri dari unsur-unsur hewan, tumbuhan dan margasatwa lainnya.
Sumberdaya kultural terdiri dari unsur manusia dan hasil daya ciptanya yang
meliputi unsur sistem sosial, ekonomi, budaya dan kesejahteraan.
Unsur-unsur lingkungan di atas saling berinteraksi dan menghasilkan
hubungan timbal balik sebagai suatu ketergantungan bersifat dinamis, dapat
digambarkan sebagai lingkaran saling berpotongan seperti Gambar 1.1
(Tandjung, 2003). Interaksi juga terjadi antar unsur-unsur dalam satu komponen
lingkungan. Salah satu contohnya adalah keberadaan air sebagai sumberdaya alam
non hayati yang dipengaruhi oleh kondisi lingkungan fisik tempat air berada.
digunakan untuk memenuhi kebutuhan manusia sesuai peruntukannya. Selain itu,
kualitas air juga akan mempengaruhi keberadaan biota yang hidup di perairan
seperti ikan. Manusia dengan ilmu pengetahuan dan tehnologi akan selalu
berusaha untuk memenuhi kebutuhannya, misalnya dengan sistem penyediaan
atau penjernihan air sehingga kebutuhan akan air bersih dapat terpenuhi.
Gambar 1.1. Ketiga unsur lingkungan yang menggambarkan interaksi yang
dinamis antar ketiga komponen lingkungan (Tanjung, 2003)
Air penting bagi seluruh aspek dari kehidupan, hampir 1 juta orang di dunia
tidak memiliki akses terhadap penyediaan air bersih dan setengah dari populasi
dunia kekurangan sistem pemurnian air yang memadai. Konsumsi air global
bertambah 2 (dua) kali lipat setiap 20 tahun dan diperkirakan pada tahun 2025,
jika rata-rata konsumsi air saat ini diatur, 5 juta dari 7,9 juta penduduk dunia akan
tinggal di daerah-daerah dimana kesulitan atau bahkan tidak mungkin untuk
menemui air sesuai persyaratan dasar untuk air minum, memasak dan sanitasi
Biotic
Environment
(B)
Cultural
Environment
(C)
ABC
PROPOSED ACTION(UNFPA, 2003). UNFPA (2003) menyatakan bahwa kondisi persediaan air
minum yang aman merupakan hal sangat penting karena risiko yang tinggi
menyangkut kehidupan yaitu ancaman penyakit dari sumber air yang telah kotor
atau tercemar dan ketidakhadiran atau ketidaklayakan penggunaan dari fasilitas
sanitasi.
Berdasarkan perhitungan kebutuhan air yang dilakukan oleh Ditjen Sumber
Daya Air pada Departemen Pekerjaan Umum, Pulau Jawa (yang memiliki
populasi dan jumlah industri tinggi), Bali, dan Nusa Tenggara Timur telah
mengalami defisit air terutama pada musim kemarau. Defisit air ini akan
bertambah parah pada tahun-tahun berikutnya akibat pertambahan penduduk dan
meningkatnya kegiatan ekonomi. Ketersediaan air baku untuk sektor
permukiman/domestik, pertanian, perikanan, peternakan, industri dan lingkungan
sangat bergantung kepada iklim, sehingga sangat rentan terhadap perubahan iklim.
Menurut Kementerian Lingkungan Hidup (2007) sarana penampung air (waduk,
embung, dsb) yang ada di Indonesia secara total berkapasitas tampung 5% dari
aliran limpasan hanya mampu menjamin sekitar 10% (700.000 ha) dari luas total
jaringan irigasi yang ada. Sedangkan penyediaan air bersih dengan sistem
pemipaan baru mencakup sekitar 37% dari penduduk perkotaan dan sekitar 8%
untuk penduduk pedesaan. Sisanya dipenuhi dengan penggunaan air tanah
terutama air tanah dangkal sehingga rawan dari aspek kuantitas dan kualitas
terutama di musim kemarau.
Kompleksitas dan konflik dalam pengelolaan sumberdaya air juga menjadi
suatu permasalahan yang akan mempengaruhi penyediaan air bagi kebutuhan
manusia. Beberapa diantaranya adalah peningkatan populasi dan kelangkaan
alokasi air yang dipengaruhi oleh terganggunya kelestarian sumberdaya air.
Peningkatan populasi penduduk terutama di kota-kota besar membawa dampak
yang cukup signifikan terhadap peningkatan kebutuhan akan air bersih.
Kelangkaan alokasi air di daerah perkotaan seperti Jakarta, Semarang dan
Surabaya juga cukup memprihatinkan. Kondisi sumberdaya air baik untuk air
permukaan maupun airtanah pada daerah aliran sungai dengan kepadatan
penduduk yang tinggi telah mencapai titik kritis maksimum. Hal ini diperparah
juga dengan terjadinya intrusi air laut, banjir dan penurunan tanah seperti yang
terjadi di Jakarta akibat pemompaan airtanah yang begitu besar.
Gejala krisis air juga dapat dilihat di beberapa daerah di Nusa Tenggara
Barat dari angka nisbah kebutuhan (
demand
) terhadap persediaan (
supply
) air.
Berdasarkan neraca sumberdaya air, daerah ini menunjukkan kondisi kritis baik
dari segi kuantitas maupun kualitas. Berbagai permasalahan penurunan kualitas
air sebagai akibat limbah yang dihasilkan dari kegiatan industri, pertanian, dan
limbah perkotaan termasuk limbah rumah tangga (Balai Hidrologi, 2007).
Pertambahan penduduk yang tinggi dan kondisi sanitasi kesehatan yang tidak
memenuhi syarat kesehatan memberikan kontribusi yang besar terhadap
permasalahan sumberdaya air di Provinsi NTB. Balai Hidrologi (2007) juga
mencatat adanya pengambilan airtanah berlebihan pada daerah perkotaan akibat
perubahan gaya hidup dan bertambahnya kegiatan industri serta pariwisata yang
membutuhkan air lebih banyak. Kondisi ini diperparah juga dengan tidak
berfungsinya kawasan resapan akibat adanya pembalakan liar (
illegal logging
)
sehingga jumlah air yang meresap semakin berkurang jumlahnya. Berbagai
konflik terkait pemanfaatan sumberdaya air juga berkembang di Provinsi NTB
baik antar masyarakat, masyarakat dengan pemerintahan serta pemerintah
kabupaten dengan pemerintah Provinsi.
Kota Mataram merupakan salah satu kota yang berkembang di Provinsi
NTB baik dalam hal pembangunan dan pertumbuhan penduduk. Perkembangan
Kota Mataram yang cukup pesat sebagai pusat kegiatan provinsi dan nasional
memiliki peran yang cukup kompleks baik dari segi sosial, ekonomi dan budaya.
Multifungsi peran tersebut menjadikan kota ini memiliki tingkat kepadatan jauh
lebih tinggi jika dibandingkan dengan wilayah-wilayah lain yang ada di Pulau
Lombok. Kota Mataram dengan luasan wilayah sebesar 61,30 km
2memiliki
tingkat kepadatan 5.761,55 jiwa/km
2(Bappeda, 2006) sehingga dalam RTRW
Provinsi dikategorikan sebagai kota dengan pertumbuhan sangat cepat yang
selanjutnya direncanakan untuk kawasan Mataram metro.
Dinamika penduduk ini mengakibatkan bermunculannya sejumlah sarana
dan prasarana pendukung seperti pusat-pusat pemukiman baru dengan
fasilitas-fasilitas umum sebagai pendukung perkembangan wilayah (Abbas, 1997). Hal ini
tentu saja menjadikan adanya perubahan penggunaan lahan menjadi area
terbangun. Kepadatan penduduk yang tinggi diikuti dengan luasan area terbangun
akan mengakibatkan penurunan kapasitas infiltrasi tanah untuk menyerap air
sebagai sumber airtanah. Padahal airtanah merupakan sumber air baku kedua yang
dimanfaatkan oleh penduduk untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari. Sutedjo
(1996) menyatakan bahwa penggunaan air domestik dipengaruhi oleh kondisi
sosial ekonomi suatu keluarga, makin tinggi tingkat sosial ekonominya maka
makin beragam penggunaan air dan terjadi peningkatan kebutuhan air domestik
Penyediaan air bersih bagi kebutuhan domestik dipenuhi dari jaringan air
PDAM (60 %) yang bersumber dari penurapan mata air, sedangkan sisanya masih
menggunakan air sumur (40 %) yaitu sekitar
23.051 kepala keluarga (Dinas
Kesehatan Kota Mataram, 2008)
. Kemudahan pengambilan air dengan sistem
penyediaan perpipaan, dan kondisi kualitas airtanah yang berasal dari sumur gali
belakangan ini mengalami penurunan dari segi kualitas menjadi alasan pemilihan
penggunaan PDAM. Mastari dkk. (1993), menyatakan bahwa kualitas
air minum
yang berasal dari sampel sumur gali di Kota Mataram secara umum termasuk
kriteria air golongan B. Beberapa sampel memiliki kandungan nitrat, ammonia,
dan zat organik yang cukup tinggi, sedangkan sampel lainnya memiliki
kandungan koliform dan koli tinjanya cukup tinggi. Kandungan bakteri baik
koliform maupun koli tinja yang melebihi juga diketahui dari penelitian
Widiyanti (2006) dan pemantauan Dinas Kesehatan Kota Mataram dari tahun
2006 hingga 2008.
Keberadaan mataair sebagai sumber air baku beberapa tahun belakangan ini
mengalami penurunan baik dalam jumlah mataair maupun debit mataair.
Berdasarkan data yang ada jumlah mata air pada tahun 1985 berjumlah 702 titik,
sedangkan tahun 2006 - 2007 tersisa hanya 178 titik (Bappeda, 2007). Selama
kurun waktu 21 tahun terjadi penyusutan jumlah mataair sekitar 75 % di NTB,
dan 50 % di sekitar Gunung Rinjani. Debit mataair dapat dilihat dari hasil
evaluasi debit mata air yang dilakukan Balai Hidrologi (2005 dalam Balai
Hidrologi, 2007) yang mencatat terjadinya penurunan rata-rata sebesar 63,4 %.
Salah satunya adalah sumber mataair Ranget yang pada tahun 2007 hanya mampu
memasok air baku untuk Kota Mataram sebesar 250 liter/detik, padahal kebutuhan
air baku Kota Mataram adalah 750 liter/detik (Bappeda, 2007).
Keterbatasan tingkat sosial ekonomi masyarakat juga menjadikan
keterbatasan dalam pemanfaatan jaringan air PDAM karena harga air yang
dianggap mahal. Berdasarkan data BPS Kota Mataram (2015) dari 114.926
kepala keluarga di Kota Mataram, 46.674 kepala keluarga termasuk dalam
klasifikasi rumah tangga miskin. Tingkat urbanisasi yang tinggi ke daerah ini juga
memberikan kontribusi terhadap kondisi lingkungan, salah satunya adalah tingkat
kekumuhan yang dinilai berdasarkan kriteria keberadaan air bersih, sanitasi,
persampahan, drainase serta jalan lingkungan (NUSSP, 2007). Kondisi
lingkungan seperti di atas akan memberikan kontribusi terhadap kemunduran
kualitas lingkungan di antaranya adalah pencemaran. Sistem pembuangan sampah
di Kota Mataram juga hanya sebatas pengangkutan ke lokasi pembuangan akhir di
bagian selatan dari wilayah Kota Mataram, dimana belum sepenuhnya dapat
mengatasi tumpukan sampah yang ada. Keberadaan instalasi pengolahan limbah
juga tidak dimanfaatkan secara maksimal, hanya sekedar dibuat dan setelah itu
tidak digunakan karena faktor biaya operasional yang tinggi. Saluran pembuangan
warga biasanya langsung menuju ke aliran sungai, begitu pula dengan sampah
dimana masih ada masyarakat yang melakukan pembuangan ke tubuh sungai.
Kota Mataram terletak pada cekungan airtanah Mataram – Selong yang
merupakan akuifer produktif tinggi dengan debit airtanah besar (Ridwan dan
Sudadi, 2000). Berdasarkan survei potensi air bawah tanah, Kota Mataram
termasuk dalam zona pengambilan airtanah yang aman dengan potensi tinggi baik
untuk akuifer bebas yang dapat digunakan bagi pemenuhan kebutuhan rumah
pengambilan airtanah ini sangat diperlukan untuk penyediaan air saat ini dan di
masa yang akan datang. Hal ini berkaitan erat dengan perkembangan kota dan
pertumbuhan penduduk yang secara langsung akan berpengaruh terhadap
kebutuhan akan sumberdaya air yang juga meningkat.
1.2.
Perumusan Masalah
Perkembangan Kota Mataram sebagai pusat pemerintahan mengakibatkan
pertumbuhan dan perkembangan penduduk yang diikuti oleh kebutuhan
infrastruktur pendukung. Ketersediaan air menjadi salah satu faktor pendukung
mengingat fungsinya yang sangat vital bagi kehidupan, padahal air memiliki
keterbatasan dalam hal jumlah dan kualitasnya. Pemenuhan kebutuhan penduduk
akan sumberdaya alam khususnya air akan memberikan tekanan yang besar bagi
alam karena pengambilan airtanah yang besar mengakibatkan penurunan muka
airtanah. Selain itu, pertumbuhan penduduk yang tinggi mengakibatkan
peningkatan jumlah buangan sebagai limbah yang seringkali dibuang ke alam
tanpa pengolahan lebih dulu padahal alam memiliki keterbatasan untuk
memurnikan dirinya sendiri (self purification).
Sumber air baku bagi pemenuhan kebutuhan masyarakat Kota Mataram
selama ini dipenuhi dari sumber mataair yang disalurkan secara gravitasi melalui
sistem penyediaan air minum oleh PDAM. Jaringan PDAM sudah melayani
sekitar 60 % dari jumlah penduduk di Kota Mataram, sisanya menggunakan
sumur gali. Meskipun demikian penduduk Kota Mataram juga masih
menggantungkan pemenuhan air bersihnya dari airtanah bebas yang berasal dari
ditambah dengan faktor harga air yang dianggap mahal menjadikan airtanah bebas
sebagai sumber air bersih bagi masyarakat. Selain itu, penurunan jumlah mata air
sebagai sumber air baku PDAM dari tahun ke tahun, juga perlu disikapi dengan
memaksimalkan peranan airtanah bebas sebagai sumber air baku. Perlindungan
terhadap potensi airtanah bebas perlu dilakukan untuk menjaga sumberdaya air
agar dapat memenuhi kebutuhan penduduk.
Kota Mataram termasuk dalam cekungan airtanah Mataram – Selong
merupakan cekungan dengan akuifer produktif tinggi yang termasuk zona aman
untuk pengambilan airtanah di Kota Mataram. Tetapi apakah potensi tersebut ini
sudah mencukupi untuk memenuhi penyediaan air domestik baik dari segi kualitas
maupun kuantitasnya di masa sekarang dan masa yang akan datang dengan
melihat perkembangan kota yang cukup pesat.
Berdasarkan hal di atas, dapat dikemukakan perumusan masalah penelitian
sebagai berikut :
a.
Bagaimana potensi airtanah bebas di Kota Mataram?
b.
Bagaimana pola penggunaan air domestik masyarakat di Kota Mataram?
c.
Bagaimana potensi airtanah bebas untuk penyediaan air domestik di Kota
Mataram?
1.3.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan :
a.
mengkaji potensi airtanah bebas di Kota Mataram, secara kuantitas dan
kualitas.
c.
melakukan evaluasi potensi airtanah bebas untuk penyediaan air domestik
bagi masyarakat di Kota Mataram.
1.4.
Keaslian Penelitian
Penelitian terkait potensi airtanah untuk pemenuhan kebutuhan domestik
banyak dilakukan oleh berbagai pihak terkait pemenuhan kebutuhan air.
Meskipun begitu keaslian penelitian dapat ditunjukkan pada perbedaan masalah
penelitian, perbedaan daerah, perbedaan unit analisis, perbedaan unit penelitian
dan perbedaan waktu penelitian (Sarjanti, 2002). Mantra (1998) menyatakan
bahwa keaslian penelitian akan menunjukkan bahwa masalah yang diteliti belum
pernah dipecahkan oleh peneliti terdahulu, atau seandainya pernah diteliti maka
penelitian yang dilakukan harus menyatakan dengan tegas perbedaan penelitian
yang akan dilakukan dengan penelitian-penelitian yang sudah ada. Penelitian
terdahulu mengenai potensi sumberdaya air dan pola penggunaan air untuk
kebutuhan domestik disajikan pada Tabel 1.1.
1.5.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi ilmu pengetahuan dan
perkembangan pembangunan daerah :
a.
Memberikan informasi mengenai potensi airtanah di Kota Mataram baik dari
segi kuantitas maupun kualitasnya bagi penyediaan air bersih untuk
kebutuhan domestik.
b.
Memberikan informasi mengenai penggunaan air domestik sebagai
c.
Bahan pertimbangan pemerintah daerah dalam menentukan kebijakan
mengenai pola pengembangan kota dengan mempertimbangkan keberadaan
potensi airtanah yang merupakan sumberdaya yang penting bagi masyarakat,
selain sebagai bahan pertimbangan untuk melakukan tindakan preventif guna
Peneliti/ tahun Judul Tujuan Data Metode Hasil Sari/ 2005 Potensi airtanah
Bebas di pesisir lampung Propinsi Lampung (Tinjauan potensi kualitas dan kuantitas airtanah)
Evaluasi potensi airtanah pesisir teluk lampung ditinjau dari kualitas dan kuantitas airtanah yang meliputi debit airtanah serta kedalaman muka airtanah.
Menentukan apakah airtanah pada pesisir teluk lampung sudah ada indikasi tercemar atau belum, unsur-unsur apa yang mencemari serta sebaran kualitas aitanahnya.
Mengetahui cara penggunaan airtanah oleh penduduk di pesisir Teluk Lampung
Data kuantitas airtanah yang meliputi debit airtanah dan kedalaman muka airtanah.
Data karakteristik fisik, kimia, dan biologi airtanah (kekeruhan dan DHL, unsur mayor, BOD dan bakteri koli) Data permeabilitas tanah dari sampel tanah Data wawancara fluktuasi dan jumlah serta cara penggunaan airtanah oleh penduduk
Metode pengambilan sampel yang digunakan yaitu metode purposive sampling.
Metode wawancara untuk mengetahui jumlah dan cara penggunaan airtanah oleh penduduk.
Metode three point problem untuk menentukan arah aliran airtanah.
Peta sebaran kualitas airtanah bebas di pesisir teluk Lampung.
Peta potensi airtanah bebas di pesisir teluk lampung.
Syahputra/ 2003
Pola Pemanfaatan air domestik di Kecamatan Kalasan, Sleman Yogyakarta
Mengkaji pemanfaatan air domestik di Kecamatan Kalasan pada kondisi sosial ekonomi yang berbeda.
Mengkaji pemanfaatan air pada jam-jam puncak dan pemanfaatan air maksimum yang didasarkan pada faktor jam puncak dan faktor harian maksimum.
Mengkaji pengaruh tipe sumber air terhadap pemanfaatan air domestik untuk keperluan sehari-hari. Pemanfaatan air Jumlah anggota keluarga Jenis pekerjaan Tingkat pendidikan Tingkat penghasilan Tipe sumber air
Cara pengumpulan data dengan wawancara dan penentuan sampel secara acak proporsional distratifikasi (stratified proportional random sampling), sedangkan analisis data meliputi analisis deskriptif dengan tabulasi silang dan analisis statistic dengan regresi ganda (multiple regression) dan chi kuadrat (chi square).
Pemanfaatan airtanah perkapita di Kecamatan Kalasan telah menyamai seperti pemanfaatan air di kota kecil yang ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Cipta Karya DPU sebesar 130 liter/orang/hari.
Tingkat pendidikan di Kecamatan Kalasan berpengaruh terhadap pemanfaatan air domestik, hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan, maka semakin besar air yang dimanfaatkannya, sehingga tingkat pendidikan yang tinggi cenderung memanfaatkan air lebih boros. Miswadi/2005 Pengaruh airtanah
bebas pada satuan bentuklahan terhadap pola penggunaan air domestik di daerah aliran sungai Pemlai Kab Brebes – Tegal Propinsi Jawa tengah
Menganalisis kualitas dan kuantitas airtanah bebas di sumur-sumur gali, hubungannya dengan kondisi sanitasi berdasarkan satuan bentuklahan.
Mengevaluasi pengaruh kualitas airtanah bebas terhadap pola penggunaan air domestik.
Mengevaluasi pengaruh faktor sosial ekonomi keluarga terhadap jenis dan variasi waktu penggunaan air.
Mengetahui presepsi masyarakat terhadap sumber air dan permasalahannya.
Kuantitas airtanah bebas
Kualitas airtanah bebas Kondisi sanitasi Tingkat pendidikan Tingkat penghasilan Jenis pekerjaan Presepsi masyarakat
Metode pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara, kuisioner, analisis laboratorium, dan penelitian lapangan dengan teknik sampling area purposive random sampling. Analisis data dilakukan dengan analisis spasial yaitu memetakan agihan kelas konsentrasi/nilai tiap-tiap parameter kualitas airtanah bebas secara visual, analisis diagramatis untuk menyajikan data kualitas airtanah bebas
dalam bentuk diagram stiff.
Analisis Pola Penggunaan Air Domestik Untuk Jenis Penggunaan Air Berdasarkan Faktor Sosial Ekonomi (berdasar jenis pekerjaan, tingkat pendidikan, dan tingkat penghasilan)
Analisis Pola Penggunaan Air Domestik Setiap Variasi Waktu Berdasarkan Faktor Sosial Ekonomi (berdasar jenis pekerjaan, tingkat pendidikan, dan tingkat penghasilan) Jenis Sumber Air Yang digunakan (berdasar jenis pekerjaan, tingkat pendidikan, dan tingkat penghasilan)
Peneliti/ tahun
Judul Tujuan Data Metode Hasil
Miswadi/2005 Pengaruh airtanah bebas pada satuan bentuklahan terhadap pola penggunaan air domestik di daerah aliran sungai Pemlai Kab Brebes – Tegal Propinsi Jawa tengah
Menganalisis kualitas dan kuantitas airtanah bebas di sumur-sumur gali, hubungannya dengan kondisi sanitasi berdasarkan satuan bentuklahan.
Mengevaluasi pengaruh kualitas airtanah bebas terhadap pola penggunaan air domestik.
Mengevaluasi pengaruh faktor sosial ekonomi keluarga terhadap jenis dan variasi waktu penggunaan air.
Mengetahui presepsi masyarakat terhadap sumber air dan permasalahannya.
Kuantitas airtanah bebas
Kualitas airtanah bebas Kondisi sanitasi Tingkat pendidikan Tingkat penghasilan Jenis pekerjaan Presepsi masyarakat
Metode pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara, kuisioner, analisis laboratorium, dan penelitian lapangan dengan teknik sampling area purposive random sampling. Analisis data dilakukan dengan analisis spasial yaitu memetakan agihan kelas konsentrasi/nilai tiap-tiap parameter kualitas airtanah bebas secara visual, analisis diagramatis untuk menyajikan data kualitas airtanah bebas
dalam bentuk diagram stiff.
Analisis Pola Penggunaan Air Domestik Untuk Jenis Penggunaan Air Berdasarkan Faktor Sosial Ekonomi (berdasar jenis pekerjaan, tingkat pendidikan, dan tingkat penghasilan)
Analisis Pola Penggunaan Air Domestik Setiap Variasi Waktu Berdasarkan Faktor Sosial Ekonomi (berdasar jenis pekerjaan, tingkat pendidikan, dan tingkat penghasilan) Jenis Sumber Air Yang digunakan (berdasar jenis pekerjaan, tingkat pendidikan, dan tingkat penghasilan) Soeparminto/ 2005 Pengaruh Kondisi Sosial Ekonomi Terhadap Kebutuhan Air Untuk Rumah
Tangga DI
Kecamatan Geneng Kabupaten Ngawi
Mengkaji atau mengetahui rata-rata konsumsi air perkapita per hari di Kecamatan Geneng. Mengetahui pemenuhan atau kepuasan penduduk akan kondisi airtanah di Kecamatan Geneng untuk kepentingan rumah tangga.
Mengkaji pengaruh lingkungan sosial ekonomi terhadap pemilihan tipe sumberdaya dan konsumsi air untuk kepentingan rumah tangga.
Kebutuhan air domestik Jenis pekerjaan, Tingkat pendidikan, Tingkat pendapatan, Asal air,
Kran dan jumlah kran.
Jumlah dan
pemanfaatan air, Persepsi masyarakat
Purposif sampling dengan uji statistic Secara keseluruhan rata-rata konsumsi air untuk kelurahan sebesar 198.53 l/kapita/hari dan perdesaan 184.23 l/kapita/hari.
Pemakaian air di daerah penelitian sangat dipengaruhi oleh faktor sosial ekonomi di daerah penelitian
Secara keseluruhan sistem penyediaan air sangat bagus dan dapat digunakan ke depan dengan cukup relevan.
Kallau/1986 Kebutuhan Air Domestik Penduduk Kupang
Untuk mengetahui kebutuhan air domestik penduduk kota Kupang meliputi kebutuhan/rumah tangga/hari dan perkapita/hari
Menemukan faktor-faktor sosial ekonomi yang mempengaruhi kebutuhan air domestik penduduk Kota Kupang
Membandingkan potensi sumber-sumber air yang ada di Kota Kupang dan sekitarnya dengan kebutuhan air domestik penduduk Kota Kupang saat sekarang dan akan datang.
Kebutuhan air domestik Kondisi sosial ekonomi Kualitas air
Observasi langsung Analisis laboratorium
Kebutuhan air domestik penduduk Kota Kupang dan 137,61 perkapita/hari
Faktor-faktor sosial ekonomi yang berpengaruh adalah jumlah anggota rumah tangga, tingkat pendapatan, tingkat pendidikan, pengeluaran rumah tangga, kepemilikan, luas rumah, halaman dan jenis sumber air.
Potensi sumber-sumber ar di Kota Kupang yang sudah dimanfaatkan mencapai 30,5 % dan debit sumber-sumber air yang ada telah mencukupi untuk kebutuhan domestik di Kota Kupang.
Peneliti/ tahun
Judul Tujuan Data Metode Hasil
Kallau/1986 Kebutuhan Air Domestik Penduduk Kupang
Untuk mengetahui kebutuhan air domestik penduduk kota Kupang meliputi kebutuhan/rumah tangga/hari dan perkapita/hari
Menemukan faktor-faktor sosial ekonomi yang mempengaruhi kebutuhan air domestik penduduk Kota Kupang
Membandingkan potensi sumber-sumber air yang ada di Kota Kupang dan sekitarnya dengan kebutuhan air domestik penduduk Kota Kupang saat sekarang dan akan datang.
Kebutuhan air domestik Kondisi sosial ekonomi Kualitas air
Observasi langsung Analisis laboratorium
Kebutuhan air domestik penduduk Kota Kupang dan 137,61 perkapita/hari
Faktor-faktor sosial ekonomi yang berpengaruh adalah jumlah anggota rumah tangga, tingkat pendapatan, tingkat pendidikan, pengeluaran rumah tangga, kepemilikan, luas rumah, halaman dan jenis sumber air.
Potensi sumber-sumber ar di Kota Kupang yang sudah dimanfaatkan mencapai 30,5 % dan debit sumber-sumber air yang ada telah mencukupi untuk kebutuhan domestik di Kota Kupang.
Sutikno/ 1981
Pola Pemanfaatan Sumberdaya Air untuk Rumah Tangga di Daerah Aliran Sungai Serayu
Mengevaluasi situasi penyediaan air untuk keperluan rumah tangga di daerah aliran sungai Serayu
Kuantitas air Kualitas Air
Kebutuhan air domestik Kesesuaian sumber air untuk air domestik Tingkat pendidikan Jenis Pekerjaan Jumlah Keluarga Tipe sumber air Lokasi sumber air
Pengambilan sampel secara purposive berdasarkan pembagian zona hidrologi yang telah dibuat.
Sungai Serayu dibedakan berdasarkan 6 zona hidrologi yang memiliki karakteristik masing-masing terkait ketersediaan air untuk tujuan domestik dan menunjukkan pola penggunaan air tertentu. Karakteristiknya dibedakan berdasarkan kondisi fisik alami dan juga dipengaruhi distribusi dari penduduk. Kebutuhan air rumah tangga di daerah Cilacap yaitu 103 l/kapita/hari untuk perkotaan dan 68 l/kapita/hari untuk pedesaan. Sumber utama air minum adalah airtanah. Sedangkan untuk daerah Purwokerto sebesar 150 l/kapita/hari untuk perkotaan dan 84 l/kapita/hari untuk daerah pedesaan. Sumber air berasal dari sistem penyediaan air sekitar 10 % penduduk, sisanya menggunakan air sumur gali, mata air dan air sungai.
Peneliti/ tahun
Judul Tujuan Data Metode Hasil
Asrifah/ 2014
Evaluasi Kondisi Airtanah Bebas Untuk Kebutuhan Air Bersih Pada Kecamatan Kalasan dan Kecamatan Prambanan Kabupaten Sleman
- Mengkaji potensi dan debit (kuantitas) airtanah bebas untuk kebutuhan air bersih - Mengkaji kualitas airtanah bebas untuk
kebutuhan air bersih
- Mengkaji pola pemanfaatan airtanah bebas untuk kebutuhan air bersih
- Mengevaluasi kondisi airtanah bebas untuk kebutuhan air bersih
Kuantitas air Kualitas Air
Kebutuhan air domestik
Pengumpulan data primer dengan observasi, quesioner, analisa
laboratorium, penelitian lapangan dengan teknik sampling :
purposive sampling (untuk sumur gali dan sampel kualitas airtanah), random (wawancara)
Analisa : matematis, kualitatif, skoring, dan spasial.
Sistem akuifer yang ada di daerah penelitian meliputi 3 sistem akuifer yaitu sistem akuifer Merapi, sistem akuifer Dataran Bokoharjo dan sistem akuifer Perbukitan Boikoharjo. Berdasarkan perbedaan sistem akuifer diketahui :
- potensi airtanah bebas antara sedang hingga sangat tinggi dan berbeda pada setiap sistem akuifer dan debit (kuantitas airtanah bebas dalam klasifikasi tinggi tetapi besar debit berbeda pada setiap sistem akuifer
kualitas airtanah bebas dalam klasifikasi baik hingga
tercemar ringan, kualitas airtanah tidak berbeda untuk setiap sistem akuifer - pola pemanfaatan airtanah pada
masing-masing akuifer berbeda untuk setiap sistem akuifer
- Kondisi airtanah bebas di daerah penelitian umumnya berkualitas tercemar ringan dan memiliki debit yang tinggi.
Tingkat kekritisan airtanah di kecamatan Prambanan diperkirakan terlampaui pada tahun 2020.
Anggrae-ni / 2014
Potensi Airtanah Bebas untuk Kebutuhan Domestik
Menganalisis potensi airtanah bebas yang ada di Kota Mataram.
Menganalisis penggunaan air domestik masyarakat di Kota Mataram.
Menganalisis pola penggunaan airtanah bebas untuk penyediaan air domestik masyarakat di Kota Mataram.
Kuantitas air Kualitas Air
Kebutuhan air domestik Tingkat pendidikan Jenis Pekerjaan Jumlah Keluarga Sumber air Tingkat penghasilan Luas rumah dan halaman
Letak sumber air
Metode pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, pengukuran lapangan wawancara, kuisioner. Pengukuran muka airtanah dilakukan secara sistematik, sedangkan dilakukan sampel air dan responden dilakukan secara purposive sampling.
Potensi airtanah bebas di Kota Mataram. Pola penggunaan air domestik di Kota Mataram dan faktor-faktor sosial ekonomi yang mempengaruhinya.
Hubungan antara potensi airtanah bebas untuk penyediaan air domestik masyarakat di Kota Mataram.
.