HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS PADA ANAK USIA 5 TAHUN DI TKIT INSAN KAMIL
KARANGANYAR 1)
OktinWidariniPutri, 2) Atiek Murharyati, 3) Galih Priambodo Abstrak
Perkembanganmotorikhalusmerupakankoordinasihaluspadaotot-ototkecil yang
memainkansuatuperanutama.Prevalensigangguantumbuhkembang di Indonesia
berdasarkan data BadanPusatStatistikKesehatanBalita di Jawa Tengah (2007), didapatkanbahwagangguanmotorikhalusmenempatiprevalensitertinggikeduasetelahmasal ahgizipadabalita (>35%).Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengetahuan ibu dengan perkembangan motorik halus pada anak usia 5 tahun.
Jenispenelitiankuantitatifdengandesainpenelitian cross sectional, instrument
penelitianmenggunakan DDST Denver II
dankuesionerpengetahuanperkembanganmotorikhalus, populasi 53
respondenibudananak, sampel 53 diambilsecaramenggunakan non random sampling (probability sampling), ujikorelasi spearman dengantingkatkemaknaan α = 0,05.
Hasilpenelitianbahwadari 53 respondenibudidapatkan (72%)
sebagianbesaribumemilikipengetahuanbaik, (13%)
perkembanganmotorikhalusnyadiduga.Setelah di lakukanujikorelasi spearmen
ternyatahasilnya 0,010 > 0,05maka H0 diterima. Simpulan,
tidakadahubunganpengetahuanibudenganperkembanganmotorikhaluspadaanakusia 5
tahun di TKIT InsanKamilKaranganyar.
Makaibusemakinperlumemperhatikanperkembanganmotorikhalusanaknya agar
sesuaidengantahapperkembangannya.
Kata Kunci :PengetahuanIbu, PerkembanganMotorikHalus, AnakUsia5Tahun
Abstrack
Fine motor development is smooth coordination of the small muscles that play a major role. The prevalence of growth disorders in Indonesia based on data from the Central Statistics Agency Toddler Health in Central Java (2007), found that the fine motor disorders occupy the second highest prevalence after nutritional problems in Children under five (> 35%). The purpose of this study was to know the mother's knowledge with fine motor development in children aged 5 years.
The design of this research is quantitative research with cross sectional design. For the research instrument, the researcher used DDST Denver II and questionnaires knowledge of fine motor development. The population is 53 respondents. It consistsof mother and children. A sample 53 were taken by using a non-random sampling (probability sampling), Spearman correlation test with significance level α = 0.05.
The results of research that found mothers of 53 respondents (72%) most mothers have good knowledge, (13%) the development of fine motor skills is suspected. Do after the test result was 0,010 spearmen correlation> 0.05 then H0 is accepted.
In conclusion, there is no relationship with the mother's knowledge of fine motor development in children aged 5 years old at TKIT Insan Kamil Karanganyar. Then the mother need to consider his fine motor development of their children more to fit the stage of development.
Pendahuluan
Motorik halus adalah koordinasi gerakan yang melibatkan otot-otot kecil. Perkembangan motorik halus merupakan koordinasi halus pada otot-otot kecil yang memainkan suatu peran utama, (Soetjiningsih, 2013). Angka kejadian pada masalah perkembangan di Amerika Serikat bekisar 12-16 %, Thailand 24 %, Argentina 22 %, dan Indonesia 13-18 % (Hidayat, 2010). Prevalensi gangguan tumbuh kembang di Indonesia berdasarkan data Badan Pusat Statistik Kesehatan Balita di Jawa Tengah (2007), didapatkan bahwa gangguan motorik halus atau kasar menempati prevalensi tertinggi kedua setelah masalah gizi pada balita (>35%). Data tersebut menggambarkan bahwa balita beresiko tinggi terjadi masalah perkembangan motorik. Data dari Riskesdas (2008), pemantauan pertumbuhan dan perkembangan dengan menggunakan Denver Development Screning Test (DDST), untuk Provinsi Jawa Tengah terdapat 27,2 % yang tidak melakukan pemantauan dalam 6 bulan terakhir dan pada tahun 2010 terdapat 34 %.
Permasalahan lain yang ada di lingkungan adalah tidak semua anak dapat melewati proses perkembangan dengan baik. Hambatan dari awal yang tidak terselesaikan dengan baik, akan menjadi pemicu timbulnya permasalahan yang mempengaruhi tahap selanjutnya. Pencegahan keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan di utamakan pada pengetahuan ibu dalam memperhatikan pertumbuhan dan perkembangan anak, pemahaman tentang perkembangan fisik, kognitif, emosi, dan sosial pada anak. Pengetahuan ibu memegang peranan penting di dalam memberikan
stimulasi terhadap perkembangan anak. Usia anak-anak sangat membutuhkan perhatian yang cukup untuk membantu perkembangan yang optimal. Menurut teori WHO (World Health Organization) yang dikutip oleh Notoatmodjo (2007), salah satu bentuk objek kesehatan dapat dijabarkan oleh pengetahuan yang diperoleh dari pengalaman sendiri.
Tujuan pendahuluan
Menganalisis hubungan pengetahuan ibu dengan perkembangan motorik halus pada anak usia 5 tahun di TKIT Insan Kamil Karanganyar. Tinjauan pustaka
a. Pengetahuan Ibu
Menurut Notoatmodjo (2011), pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.
b. Tingkat Pengetahuan Cara memperoleh pengetahuan
Menurut Wawan dan Dewi (2011), cara memperoleh pengetahuan yaitu :
1. Cara kuno untuk memperoleh pengetahuan
a. Cara coba salah (Trial and Error)
b. Cara kekuasaan atau otoritas c. Berdasarkan pengalaman
pribadi
2. Cara modern dalam memperoleh pengetahuan
Cara ini disebut juga dengan metode penelitian atau suatu metode penelitian ilmiah dan lebih popular (Notoatmodjo dalam Wawan dan Dewi, 2011).
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan 1. Faktor internal a. Pendidikan b. Pekerjaan c. Umur 2. Faktor eksternal a. Faktor lingkungan b. Faktor sosial budaya c. Perkembangan Motorik
Menurut Hidayat (2009), perkembangan pada anak mencakup perkembangan motorik kasar, perkembangan motorik halus, perkembangan bahasa, dan perkembangan perilaku/adaptasi sosial. Perkembangan motorik halus
Motorik halus merupakan gerakan yang menggunakan otot-otot halus atau sebagian anggota tubuh tertentu untuk melakukan “gerakan-gerakan kecil”. Kemampuan ini dipengaruhi kesempatan yang diperoleh anak untuk belajar dan berlatih melakukan gerakan-gerakan tersebut. Menurut Soetjiningsih (2013), perkembangan motorik halus adalah koordinasi halus yang melibatkan otot-otot kecil yang dipengaruhi oleh matangnya fungsi motorik, fungsi visual yang akurat, dan kemampuan intelek nonverbal. d. Alat untuk mengukur
perkembangan anak
Menurut Hidayat (2009), untuk menilai perkembangan anak, hal yang dapat dilakukan pertama kali adalah melakukan wawancara tentang faktor kemungkinan yang menyebabkan gangguan dalam perkembangan, tes skrining perkembangan anak dengan DDST, tes IQ dan tes psikologi, atau pemeriksaan lainnya.
Aspek perkembangan yang dinilai : 1. Perilaku sosial (personal sosial) 2. Motorik halus (fine motor
adaptive)
3. Bahasa (language)
4. Motorik kasar (gross motor) Tahap pemeriksaan DDST Denver II
1. Tentukan usia anak pada saat pemeriksaan
2. Tarik garis pada lembar formulir Denver II sesuai dengan usia yang telah ditentukan.
3. Lakukan penilaian pada anak tiap komponen dengan batasan garis yang ada mulai dari motorik kasar, bahasa, motorik halus, dan personal sosial dengan kriteria penilaian yaitu : a) Lulus (Passed = P) adalah jika seorang anak dapat melakukan tugas perkembangan yang terdapat dalam pemeriksaan Denver II; b) Gagal (Fail = F) adalah jika seorang anak tidak mampu atau gagal dalam melakukan tugas perkembangan yang terdapat dalam pemeriksaan Denver II. 4. Tentukan hasil penilaian apakah
normal, meragukan, abnormal, dan tidak dapat dites.
a. Abnormal, hasil pemeriksaan disebut abnormal apabila: 1) Terdapat 2 atau lebih keterlambatan pada 2 sektor atau lebih; 2) Dalam 1 sektor atau lebih terdapat 2 atau lebih keterlambatan PLUS 1 sektor atau lebih dengan 1 keterlambatan.
b. Normal, apabila minimal hanya 1 keterlambatan dalam 1 sektor dari 4 sektor yang ada.
e. Anak usia Pra-sekolah
Selama masa kanak-kanak bagian-bagian tubuh tertentu memiliki makna psikologik yang menonjol sebagai sumber kesenangan baru dan konflik baru yang secara bertahap bergeser dari
satu bagian tubuh ke bagian tubuh lain pada tahap-tahap perkembangan tertentu. Dalam perkembangan psikoseksual anak dapat melalui tahapan yaitu: tahap oral (0-1 tahun), tahap anal (1-3 tahun), tahap falik (3-6 tahun), tahap laten (6-12 tahun), dan tahap genital (>12 tahun). Dalam teori perkembangan psikoseksual anak prasekolah termasuk dalam tahap phalilc, dalam tahap ini genital menjadi area tubuh yang menarik dan sensitif anak mulai mengetahui perbedaan jenis kelamin dan menjadi ingin tahu tentang perbedaan tersebut (Wong, 2008).
Menurut Nursalam (2007), pada masa prasekolah, inisiatif anak mulai berkembang dan anak ingin mengetahui lebih banyak lagi mengenai hal-hal di sekitarnya. Anak mulai berfantasi dan mempelajari model keluarga atau bermain peran, seperti peran guru, ibu, dan lain-lain. Dengan demikian, isi bermain anak lebih banyak menggunakan simbol-simbol dalam permainan atau yang sering disebut dengan permainan peran (dramatic role play).
Hipotesis
Tidak ada hubungan pengetahuan ibu dengan perkembangan motorik halus pada anak usia 5 tahun di TKIT Insan Kamil Karanganyar.
Metode penelitian
Metode penelitian cross sectional, populasi 53 ibu dan anak usia 5 tahun, sampel 53 ibu dananak usia 5 tahun dengan cara non random sampling (probability sampling) yaitu sampling jenuh, analisa data digunakan adalah uji spearman.
Hasil penelitian
Hasil penelitian bahwa 38 ibu (72%) berpengetahuan baik dengan perkembangan motorik halus anak usia 5 tahun 46 anak (87%) memiliki perkembangan motorik halus normal
dan hanya (13%) memiliki perkembangan motorik diduga.
Dari hasil statistik uji korelasi spearman ( rs ) didapatkan ( rs ) = 0,351, nilai Sig 2 tailed ( p ) = 0,010 dan dengan uji SPSS versi 22,0 dengan p : > 0,05, maka Ho diterima dan H1 ditolak yang berarti tidak ada hubungan pengetahuan ibu dengan perkembangan motorik halus anak usia 5 tahun di TKIT Insan Kamil Karanganyar.
Pembahasan Pengetahuan ibu
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan ibu dalam perkembangan motorik halus anak adalah baik sebesar 38 responden (72%). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengetahuan ibu yang baik mempengaruhi perkembangan motorik halus anak.
Banyak ibu mengetahui cara merawat anaknya tanpa mengetahui keadaan anaknya. Adapun pengetahuan pertumbuhan dan perkembangan harus selalu diperhatikan ibu untuk anaknya sehingga pertumbuhan dan perkembangan anak tidak terhambat dan tidak dengan sesuai umurnya.
Perkembangan motorik halus anak usia 5 tahun di TKIT Insan Kamil Karanganyar
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 46 anak memiliki perkembangan motorik halus normal (87%), sedangkan anak yang perkembangan motorik halusnya diduga adalah sebanyak 7 anak (13%).
Menurut Hidayat (2009), untuk menilai perkembangan anak, hal yang dapat dilakukan pertama kali adalah melakukan wawancara tentang faktor kemungkinan yang menyebabkan gangguan dalam perkembangan, tes skrining perkembangan anak dengan DDST, tes
IQ dan tes psikologi, atau pemeriksaan lainnya. Selain itu, juga dapat dilakukan tes seperti evaluasi dalam lingkungan anak, yaitu interaksi anak selama ini: evaluasi fungsi penglihatan, pendengaran, bicara, bahasa, serta melakukan pemeriksaan fisik lainnya, seperti pemeriksaan neurologis, metabolik, dan lain-lain.
Hubungan pengetahuan ibu dengan perkembangan motorik halus anak usia 5 tahun di TKIT Insan Kamil Karanganyar
Hubungan pengetahuan ibu dengan perkembangan motorik halus anak usia 5 tahun, berdasarkan penelitian bahwa 38 ibu (72%) berpengetahuan baik dengan perkembangan motorik halus usia 5 tahun normal sebanyak 46 anak (87%). Para ibu hendaknya untuk selalu memantau perkembangan anaknya yaitu dengan cara melatih anaknya dalam melakukan aktivitas sehari-hari sesuai dengan usianya agar terhindar dari perkembangan yang terlambat dan tercapai perkembangan lebih baik atau normal.
SIMPULAN DAN SARAN a. Simpulan
Tidak ada hubungan pengetahuan ibu dengan perkembangan motorik halus pada anak usia 5 tahun di TKIT Insan Kamil Karanganyar.
b. Saran
Diharapkan ibu mampu mempelajari mengenai perkembangan motorik halus pada anak, dan mampu menilai tahap-tahapan perkembangan motorik anak.
DAFTAR PUSTAKA
Allen, E dan Lynn RM, 2010. Profil
Perkembangan Anak
Prakelahiran hingga Usia 12 Tahun. Jakarta: Thomson Delmar Learning.
Andriana, dian, 2013. Tumbuh Kembang dan Terapi Bermain pada Anak. Jakarta: Salemba Medika.
Ariani, ayu putri, 2014.Aplikasi
Metodologi Penelitian Kebidanan dan Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta : Nuha Medika. Darmayanti, meita., 2006. Kuesioner
Praskrining Perkembangan
(KPSP) Anak. http://
saripediatri.idai.or.id/pdfile/8-1-2.pdf. Tanggal diakses 5 Januari 2016.
Eveline dan Nanang djamaludin, 2010. Panduan Pintar Merawat Bayi dan Balita. Jakarta : Wahyu Media.
Hidayat, Aziz alimul, 2009. Metodologi
Penelitian Keperawatan dan
Teknik Analisis Data. Jakarta: Salemba Medika.
_____, 2009. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta : Salemba Medika.
_____, 2008. Riset Keperawatan dan Teknik Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta: Salemba Medika. Irianto, agus, 2007. Statistika: Konsep
Dasar dan Aplikasinya. Jakarta: Kencana.
Notoatmodjo, Soekidjo, 2011. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta.
Nursalam, Susilaningrum dan Utami S, 2007. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak (untuk Perawat dan Bidan). Jakarta: Salemba Medika. Soetjiningsih dan Gde Ranuh, 2012.
Tumbuh Kembang Anak edisi 2. Jakarta: EGC.