• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. pada industri kartu kredit di Indonesia. Perubahan ini terjadi seiring dengan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. pada industri kartu kredit di Indonesia. Perubahan ini terjadi seiring dengan"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Tahun 2012 menjadi titik awal terjadinya perubahan lingkungan bisnis pada industri kartu kredit di Indonesia. Perubahan ini terjadi seiring dengan dikeluarkannya Peraturan Bank Indonesia No.14/2/PBI/2012 tanggal 6 Januari 2012 tentang Perubahan atas Peraturan Bank Indonesia No.11/11/PBI/2009 tentang Penyelenggaraan Kegiatan Alat Pembayaran dengan Menggunakan Kartu dan Surat Edaran Bank Indonesia No. 14/7/DASP tanggal 7 Juni 2012 perihal Perubahan atas Surat Edaran Bank Indonesia No.11/10/DASP perihal Penyelenggaraan Kegiatan Alat Pembayaran dengan Menggunakan Kartu. Pada saat itu, penyempurnaan ketentuan dipandang perlu untuk dilakukan oleh Bank Indonesia, karena telah lebih dari 2 (dua) tahun sejak Peraturan Bank Indonesia mengenai Penyelenggaraan Kegiatan Alat Pembayaran dengan Menggunakan Kartu (APMK) terakhir diubah pada tahun 2009. Pada dasarnya penyempurnaan perlu dilakukan untuk mendorong pertumbuhan yang lebih sehat dalam transaksi pembayaran dengan menggunakan kartu dan menekan seminimal mungkin keluhan dari para pengguna jasa APMK.

Menurut Bank Indonesia, sebagaimana ditulis pada bagian Penjelasan Peraturan Bank Indonesia No.14/2/PBI/2012 tersebut, upaya penyempurnaan dalam penggunaan kartu kredit diperlukan karena pengaturan mengenai

(2)

2 manajemen risiko kredit yang harus diacu oleh Penerbit dalam pemberian kartu kredit dipandang masih bersifat umum, sehingga masih terdapat praktik pemberian kartu kredit yang dilakukan dengan kurang tepat sasaran. Sementara itu pula praktik di industri kartu kredit masih terdapat ketidakseragaman dan ketidakterbukaan dalam menetapkan perhitungan seperti komponen bunga, denda dan biaya, sehingga dalam beberapa tahun terakhir menimbulkan banyaknya keluhan dan pengaduan dari para pemegang kartu kredit. Keluhan dari para pengguna kartu kredit juga muncul karena masih adanya praktik penagihan utang kartu kredit yang tidak dilakukan dengan sebagaimana mestinya. Salah satu kasus penagihan kartu kredit yang sempat menjadi berita di media adalah tewasnya Irzen Octa (56) yang merupakan Nasabah kartu kredit di kantor salah satu bank asing saat bernegosiasi tentang hutangnya pada hari Selasa tanggal 29 Maret 2011. Sebagai alat pembayaran yang dananya bersumber dari kredit atau pembiayaan, Bank Indonesia memandang perlu untuk mengatur lebih tegas atas persyaratan-persyaratan dalam perolehan kartu kredit dan batas maksimum suku bunga yang wajar yang dapat dikenakan kepada pengguna kartu kredit. Persyaratan batas minimum usia dan batas minimum pendapatan bagi calon pemegang kartu kredit diperlukan agar Pemegang kartu kredit bijak dalam menggunakan kartu sesuai dengan kemampuan membayarnya. Disamping itu, dalam rangka peningkatan kenyamanan dalam penggunaan kartu kredit sebagai alat pembayaran dan meningkatkan aspek perlindungan kepada para pemegang kartu kredit, pengguna kartu kredit akan ditingkatkan keamanan dan kenyamanannya. Bank Indonesia berharap, apabila setiap Penerbit mematuhi

(3)

3 peraturan yang telah digariskan serta para Pemegang Kartu memaklumi batasan dan mematuhi persyaratan yang telah ditetapkan, diyakini pertumbuhan kartu kredit akan tumbuh sehat yang secara keseluruhan akan dapat membantu dan memelihara sistem pembayaran yang aman dan efisien.

Berdasarkan data yang ada, pada tahun 2011, kredit konsumtif khususnya kartu kredit cenderung naik, namun kenaikan ini tidak cukup menggembirakan karena berbanding lurus dengan kenaikan NPL kartu kredit. Selama tahun 2011, pertumbuhan kredit untuk kartu kredit sebesar Rp.958.364 juta (outstanding). Dan NPL kartu kredit rata-rata pada tahun 2011 sebesar 4,57%. Selain itu, dalam industri kartu kredit regional, Malaysia juga sudah menerapkan aturan yang lebih ketat tersebut untuk memperbaiki industri kartu kredit mereka. Data-data ini menunjukkan bahwa, apa yang dilakukan oleh Bank Indonesia adalah wajar.

Namun, bagaimana implikasi pengaturan baru Bank Indonesia ini bagi pelaku industri kartu kredit di Indonesia? Tentu pelaku industri kartu kredit, suka atau tidak suka harus mengikuti aturan yang dikeluarkan Bank Indonesia jika masih mau berbisnis kartu kredit di Indonesia. Sebagai regulator, Bank Indonesia memiliki wewenang untuk mengatur, dan jika Penerbit tidak patuh terhadap aturan yang dikeluarkan, Bank Indonesia dapat mencabut izin pelaku industri kartu kredit sebagai Penerbit. Bagi pelaku industri kartu kredit, adanya perubahan pada Peraturan Bank Indonesia akan membatasi ruang lingkup pemasaran yang selama ini dapat dilakukan, pasar potensial akan berkurang karena pemasaran hanya dapat dilakukan untuk calon pemegang kartu yang memiliki pendapatan lebih dari 10 (sepuluh) juta Rupiah. Calon pemegang kartu kredit yang memiliki

(4)

4 pendapatan kurang dari 10 (sepuluh) juta Rupiah sudah tidak menarik karena mereka dibatasi hanya boleh memiliki kartu kredit dari 2 (dua) Penerbit. Dampak lain bagi pelaku industri kartu kredit adalah adanya potensi berkurangnya pendapatan (income) karena tingkat bunga yang dapat diberikan kepada pemegang kartu kredit dibatasi, sedangkan disisi lain diperkirakan akan terjadi kenaikan biaya operasional karena Penerbit kartu kredit dituntut untuk memberikan pelayanan yang lebih transparan kepada para Pemegang Kartu.

Sebelum aturan Bank Indonesia terbit dan berlaku, sebagaimana diketahui bahwa penawaran kartu kredit marak ditemui, dan setiap Penerbit kartu kredit berlomba untuk memberikan limit kartu kredit yang paling tinggi tanpa melihat kemampuan bayar dari calon pemegang kartu kredit. Persyaratan pembukaan kartu kredit sangat mudah, hanya dengan fotocopy KTP dan kartu kredit bank lain. Dengan persyaratan seperti itu, menjadi jelas bahwa yang dilihat di sini bukan lagi apakah calon nasabah tersebut membutuhkan kartu kredit, apakah calon pemegang kartu kredit tersebut memiliki kemampuan membayar atas tagihan kartu kredit yang telah digunakan, namun yang menjadi dasar persetujuan adalah berapa limit kartu kredit di bank lain dan kebiasaan membayar tagihan kartu kredit di bank lain tersebut seperti apakah pernah menunggak atau macet. Dari sifat kreditnya, memang limit atau plafond kartu kredit adalah stanby loan yang tidak akan berdampak apapun jika tidak digunakan. Sifat seperti ini, bila kartu kredit tersebut dipegang oleh orang yang disiplin dan mengerti tentang penggunaan kartu kredit, maka jumlah limit ini tidak akan berdampak besar bagi dirinya. Namun, dengan sifat seperti ini akan bermasalah bagi orang-orang yang

(5)

5 tidak dapat mengatur keuangan dengan baik, apalagi bila berpenghasilan pas-pasan, kartu kredit akan berpotensi dijadikan sebagai tambahan uang kas yang pada akhirnya akan menjadi beban berupa himpitan utang yang berbunga tinggi.

Dengan latar belakang tersebut maka akan dilakukan penelitian untuk memberikan alternatif strategi yang dihasilkan dari “Fomulasi Strategi Bisnis Unsecured Business Division Bank “XYZ” dalam Menghadapi Perubahan Ketentuan Bank Indonesia yang Terkait Bisnis Kartu Kredit”. Perubahan ini menuntut Unsecured Business Division Bank “XYZ” untuk berinovasi menetapkan strategi bisnis baru untuk dapat tetap tumbuh dan mempertahankan keberlangsungan usahanya.

1.2 Perumusan Masalah

Adanya perubahan Peraturan Bank Indonesia yang mengatur industri kartu kredit telah menyebabkan adanya pembatasan income, kenaikan biaya dan pembatasan lingkup pemasaran kartu kredit sehingga diperlukan perubahan strategi bisnis untuk meminimalkan dampak negatif bagi pelaku di industri kartu kredit, khususnya bagi PT. Bank XYZ.

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk memberikan alternatif strategi bisnis bagi Bank XYZ untuk tetap dapat tumbuh walaupun terjadi perubahan lingkungan bisnis yang cukup signifikan.

(6)

6 1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah untuk memberikan strategi alternatif bagi Bank XYZ untuk menghadapi persaingan di bisnis kartu kredit di Indoneia. Selain itu, penyusunan strategi bersaing yang baru tersebut diharapkan dapat membantu Bank XYZ meminimalkan dampak negatif karena adanya pembatasan income, kenaikan biaya dan pembatasan lingkup pemasaran kartu kredit.

1.5 Sistematika Penulisan

Tulisan ini disusun dengan sistematika sebagai berikut:

Bab I adalah Pendahuluan, akan menjelaskan tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

Bab II merupakan Tinjauan Pustaka, yang akan memberikan tinjauan teori tentang konsep strategi diamond yang diperkenalkan Donald C. Hambrick dan James W. Fredrickson, yang kemudian dilanjutkan dengan teori tentang analisis lingkungan eksternal dan internal perusahaan, serta elaborasi teori tentang matriks yang lazim digunakan untuk penyusunan strategi. Bab ini akan ditutup dengan definisi istilah-istilah terkait kartu kredit dan tinjauan atas penelitian-penelitian terdahulu, terdiri atas penelitian tentang perilaku pengguna kartu kredit dan penelitian tentang penyusunan strategi bagi Bank Penerbit Kartu di Indonesia.

(7)

7 Bab III berisi uraian tentang metode penelitian, yang meliputi jenis dan objek penelitian, penjelasan tentang alat analisis yang digunakan, kerangka analisis, metode pengumpulan data serta batasan penelitian.

Bab IV merupakan uraian mengenai profil Bank XYZ, yang terdiri atas sejarah singkat, visi, misi dan nilai perusahaan, dan gambaran umum tentang organisasi Unsecured Business Division Bank XYZ. Dilanjutkan dengan penjelasan atas hasil analisis, diawali dengan analisis terhadap lingkungan eksternal yang menghasilkan faktor-faktor peluang dan ancaman. Setelah itu, Penulis melakukan analisis terhadap lingkungan internal yang bermuara pada faktor-faktor kekuatan dan kelemahan. Hasil identifikasi faktor-faktor tersebut akan dimasukkan kedalam Matriks Diamond Strategy yang akan menghasilkan alternatif strategi bersaing yang ditawarkan. Terakhir, dengan menggunakan Diamond Strategy dan memperhatikan visi/misi Bank, strategi korporasi dan strategi unit bisnis, Penulis akan menentukan formulasi strategi bersaing yang memiliki daya tarik relatif paling baik untuk dijadikan sebagai strategi bersaing yang diusulkan kepada Bank XYZ.

Bab V adalah Kesimpulan dan Saran, yang akan memaparkan ringkasan hasil yang didapat Penulis dari penelitian yang telah dilakukan dan saran-saran yang diberikan untuk penelitian sejenis di masa yang akan datang.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa : (a) agribisnis perbenihan kentang di Desa Argosari Kecamatan Senduro Kabupaten Lumajang secara finansial adalah menguntungkan

Contoh: untuk mengetahui kemampuan peserta didik terhadap materi tertentu, alat evaluasi yang berbentuk isian (objektif), setelah dianalisis dan dibandingkan ternyata lebih baik

Mesin yang digunakan yaitu tipe mesin turbo fan yang terletak dibagian ekor pesawat (empanage), perbedaannya pada mesin ini adalah tenaga yang dihasilkan oleh

Hal ini dapat dilihat dari semua guru di Sekolah Dasar Islam al-Azhar 25 Semarang sudah bergelar S.1 dan bersertifikat (akta IV), sehingga dimungkinkan

Hasil analisis PCA digunakan untuk menduga parameter model hubungan antara kinerja perkembangan wilayah dengan konfigurasi ruang prasarana dasar kota dan kondisi fisik wilayah.

Tanggung jawab sosial dan lingkungan yang dilakukan oleh Perseroan dalam menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam

Indikator keberhasilan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah setelah menerapkan metode bermain peran (role playing) maka hasil belajar bahasa Indonesia siswa mengalami

Subjek atau sampel yang digunakan dalam penelitian yang direview semuanya merupakan perawat dan pasien resiko jatuh (100%) dan penelitian dilakukan di Indonesia, hasil