• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ade Trisna*), Nuraini**)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Ade Trisna*), Nuraini**)"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

Pengaruh Pemakaian Campuran Biomassa Lalat Hijau (Lucilia illustris) dengan

Faeses dan Dedak dalam Ransum Terhadap Performa Broiler

(The Effect of The Biomass Mixed Usage of Fly [Lucilia illustris] Culture with

Feces and Bran in The Essential Supplementation on The Broiler Performance)

Ade Trisna*), Nuraini**)

*) Staf Pengajar Departemen Peternakan, Fakultas Pertanian USU **) Staf Pengajar Fakultas Peternakan, Universitas Andalas Padang

Abstract: This research was conducted to know about the effect of the biomass usage of fly (Lucilia illustris) culture with feces and bran in the essential supplementation on the broiler performance. The essential supplementation consisted of 5 kinds of treated essential supplementations which were arranged based on energy iso (3000 kcal/kg) and protein iso (22%) with the level of the biomass usage of fly (Lucilia illustris) culture with broiler feces and bran, 0%, 5%, 10%, 15% and 20% BLHFD. The experiment was using completely randomized design (CRD) by 5 treatments and 4 repetitions. The measured parameters included the consumption of essential supplementation, weight gain and efficiency of essential supplementation. The result of this research showed that essential supplementation treatment gave an unreal, different effect (P>0.05) on the consumption of essential supplementation, weight gain and efficiency of essential supplementation. The conclusion drawn from this research was that the biomass usage of fly (Lucilia illustris) culture with broiler feces and bran could be given up to 20% in the essential supplementation for broiler. Key words: biomass, fly (Lucilia illustris), feces, bran, performance

Abstrak: Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh pemakaian biomassa lalat hijau dengan faeses dan dedak (BLHFD) dalam ransum terhadap performa broiler. Ransum yang digunakan terdiri dari 5 macam ransum perlakuan yang disusun iso energi (3000 kkal/kg) dan iso protein (22%) dengan level pemakaian: 0%, 5%, 10%, 15% dan 20% BLHFD. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 5 perlakuan dan 4 ulangan. Parameter yang diukur adalah konsumsi ransum, pertambahan berat badan, efisiensi ransum, dan persentase karkas. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ransum perlakuan memberikan pengaruh yang berbeda tidak nyata (P>0.05) terhadap konsumsi ransum, pertambahan berat badan, dan efisiensi ransum. Kesimpulan dari penelitian ini adalah BLHFD dapat diberikan sampai 20% di dalam ransum ayam broiler.

Kata kunci: biomassa, lalat hijau (Lucilia illustris), feces, dedak, performa

Pendahuluan

Biaya terbesar dalam usaha peternakan ayam broiler adalah dalam hal penyediaan pakan. Dari segi ekonomis yang dikeluarkan untuk ransum ayam broiler merupakan biaya yang terbesar yaitu antara 60%-70% dari seluruh biaya produksi (Anggorodi, 1985). Hal ini disebabkan karena umumnya bersaing dengan bahan makanan yang dibutuhkan manusia dan sebagian bahan pakan masih tergantung pada impor terutama sumber protein seperti bungkil kedelai dan tepung ikan sehingga harga pakan menjadi mahal.

Telah banyak dilakukan penelitian untuk mencari bahan pakan alternatif dengan harapan diperoleh harga ransum

harus memenuhi syarat yaitu dapat tersedia secara kontinu, dapat diperoleh dengan harga yang wajar, tidak menganggu kesehatan unggas yang mengkonsumsinya, an mempunyai nilai gizi yang cukup. Salah satu bahan alternatif yang dapat digunakan sebagai penyusun ransum adalah dengan memanfaatkan biomass biakan lalat hijau (Lucilia illustris) yaitu larva dari lalat hijau dengan kandungan protein kasar 45.87% (Noer, 1998).

Lalat hijau adalah serangga yang dapat hidup dan berkembang biak pada zat organik yang membusuk, kotoran dan faeses (Sastrodinoto, 1981). Media yang digunakan untuk memperbanyak larva lalat hijau adalah campuran dari faeses broiler dan

(2)

faeses broiler dan dedak menghasilkan protein kasar sebesar 37.43% (Trisna, 2000). Berdasarkan hasil analisis tersebut maka campuran biomass biakan lalat hijau dengan faeses broiler dan dedak layak digunakan sebagai bahan pakan. Namun sebelum digunakan secara komersia perlu uji secara biologis ke ayam broiler.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemakaian biomassa lalat hijau dengan faeses broiler dan dedak dalam ransum terhadap performa broiler.

Bahan dan Metode Penelitian Bahan Penelitian

Ternak yang digunakan pada penelitian ini adalah ayam strain Arbor Acress CP 707 jantan dan betina sebanyak 80 ekor yang berumur 3 hari.

Kandang yang digunakan adalah kandang yang berbentuk kotak sebanyak 20 unit dan masing-masing ditempati oleh 4

ekor ayam. Setiap unit kandang berukuran 60x50x50 cm dan dilengkapi dengan tempat makan dan tempat minum serta lampu listrik sebagai penerangan dan sumber panas.

Ransum yang diberikan terdiri dari 5 macam ransum perlakuan yang berbeda level pemakaian campuran biomassa lalat hijau dengan faeses dan dedak (BLHFD) yaitu: 0%, 5%, 10%, 15%, dan 20% BLHFD. Ransum perlakuan disusun secara iso protein dan iso kalori yaitu 22% protein dan energi termetabolis (ME) 3000 kkal.

Kandungan zat-zat makanan dan energi metabolis bahan makanan dapat dilihat pada Tabel 1. Komposisi dan kandungan zat-zat makanan serta energi metabolis ransum kontrol dapat dilihat pada Tabel 2. Komposisi dan kandungan zat-zat makanan serta metabolis ransum perlakuan dapat dilihat pada Tabel 3.

Parameter yang diukur adalah konsumsi ransum, pertambahan berat badan, dan efisiensi ransum.

Tabel 1. Kandungan zat-zat makanan dan energi metabolis bahan makanan

PK Lemak SK Ca P ME

Bahan Makanan (%) (%) (%) (%) (%) (Kkal/kg)

Dedak 10.93 4.11 12.80 0.46 0.20 1630a Jagung 8.65 3.01 2.22 0.43 0.26 3430a B. Kedelai 39.78 4.29 6.54 0.23 0.26 2240a B. Kelapa 17.48 5.78 12.42 0.48 0.13 1760a T. Ikan 46.65 5.65 2.56 4.64 2.59 3080a BBLHFD 24.12 4.90 14.13 1.50 0.37 2591b M. Kelapa 0 100a 0 0 0 8600a Top Mix - - - - - - Sumber :

Hasil Analisis Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak Fakultas Peternakan Unand Padang 1998. a. Berdasarkan tabel Acott et al. (1982)

b. Dihitung berdasarkan rumus NRC 1984

ME (kkal/kg) = 4 100 100 7 . 8 100 4 . 4 100 x x BETN x Lk x Pk ⎭ ⎬ ⎫ ⎩ ⎨ ⎧ ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ ∑ + ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ ∑ + ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ ∑

Tabel 2. Komposisi bahan pakan ransum kontrol

Bahan Makanan (%) Jagung 50.50 T. Ikan 20.00 B. Kedelai 18.00 Dedak 8.00 B. Kelapa 2.00 M. Kelapa 1.00 Top Mix 0.50 Total 100.00

(3)

Tabel 3. Komposisi dan kandungan zat-zat makanan serta energi metabolis ransum perlakuan Bahan Perlakuan A B C D E Ransum Kontrol 100 94.5 89 83.75 78.5 BBLHFD 0 5 10 15 20 Minyak Kelapa 0 0.5 1 1.25 1.5 Jumlah 100 100 100 100 100 Zat Makanan Protein (%) 22.08 22.08 22.06 22.11 22.15 Lemak (%) 4.87 5.35 5.82 6.07 6.30 Serat Kasar (%) 4.08 4.57 5.04 5.54 6.30 Ca (%) 1.43 1.43 1.42 1.43 1.42 P (%) 0.73 0.71 0.69 0.67 0.64 ME (kkal/kg) 3003 3010 3018 3011 3005

Keterangan : Dihitung berdasarkan Tabel 1.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 5 perlakuan ransum dan 4 ulangan. Untuk melihat pengaruh perlakuan dilakukan uji secara statistik dengan analisa keragaman pola RAL. Faeses ayam broiler dan dedak dicampur masing-masing 250 gram kemudian ditambah dengan air 200 ml. Campuran tersebut adalah media untuk membiakkan lalat hijau. Media tersebut dimasukkan ke dalam kardus yang telah dilapisi dengan plastik dan ditutup dengan kain kasa. Lalat dimasukkan ke dalam kardus sebanyak 30 pasang dan dibiakan selama 4 hari. Setelah lalat hijau menghasilkan larva maka campuran larva lalat hijau faeses dedak dijemur di bawah panas matahari sampai kadar airnya kira-kira 14% kemudian digiling menjadi tepung. Tepung campuran larva lalat hijau dengan faeses diaduk dengan bahan makanan lain menjadi ransum penelitian.

Hasil dan Pembahasan

Pengaruh Perlakuan Terhadap Konsumsi Ransum

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan memberikan pengaruh yang berbeda tidak nyata (P > 0.05) terhadap konsumsi ransum. Konsumsi ransum yang berbeda tidak nyata menunjukkan bahwa ransum dengan menggunakan BBLHFD sampai 20% disukai oleh ternak atau palatabilitasnya sama dengan ransum kontrol yaitu ransum yang tidak menggunakan BBLHFD. Sesuai pendapat Siregar dkk. (1980), palatabilitas merupakan hal yang penting untuk mengetahui pengaruh banyaknya makanan yang dikonsumsi dan

menentukan jumlah dari konsumsi ransum itu sendiri. Ransum yang cukup mengandung nilai gizi pada umumnya palatabel.

Konsumsi ransum yang didapatkan pada penelitian ini berkisar antara 1414.13 – 1531.44 gram/ekor, sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan yang didapatkan oleh Yustati (1998) yang memanfaatkan campuran larva lalat hijau dengan faeses broiler sampai umur empat minggu yaitu 1376.42 gram/ekor.

Pengaruh Perlakuan Terhadap Pertambahan Berat Badan

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan memberikan pengaruh yang berbeda tidak nyata (P>0.05) terhadap pertambahan berat badan.

Samanya pertambahan berat badan disebabkan oleh konsumsi ransum setiap perlakuan juga berbeda tidak nyata (P>0.05). Sesuai dengan pendapat Siregar dkk (1980) bahwa pertambahan berat badan ayam broiler ditentukan oleh konsumsi ransum semakin tinggi konsumsi ransum maka semakin tinggi pula berat badan yang dihasilkan dan sebaliknya.

Pertambahan berat badan ayam broiler dari hasil penelitian ini berada pada kisaran 849.25 – 913.95 gram/ekor. Angka ini sedikit lebih tinggi dibandingkan dari yang didapatkan oleh Yustati (1998) yaitu pertambahan berat badan ayam broiler strain Arbor Acress CP 707 pada umur empat minggu yang memanfaatkan campuran dari larva lalat hijau dengan faeses broiler adalah 815.25 gram/ekor.

(4)

Tabel 4. Rataan Konsumsi Ransum, Pertambahan Berat Badan, dan Efisiensi Ransum Selama Empat Minggu Perlakuan (% BLHFD) Konsumsi ransum (gram/ekor)

Pertambahan Berat Badan

(gram/ekor) Efisiensi Ransum (%) 0% 5% !0% 15% 20% 1431.44 1483.78 1414.13 1452.17 1438.56 913.95 904.63 896.20 849.25 864.52 59.65 61.03 63.31 58.45 60.06

Pengaruh Perlakuan Terhadap Efisiensi Ransum

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan memberikan pengaruh yang berbeda tidak nyata (P>0.05) terhadap efisiensi ransum. Berbeda tidak nyatanya efisiensi ransum setiap perlakuan disebabkan karena kuantitas ransum yang dikonsumsi relatif sama. Sesuai dengan pendapat Scott el al. (1982) bahwa besar atau kecilnya efisiensi ransum tergantung kepada banyaknya konsumsi ransum. Selain itu efisiensi ransum yang berbeda tidak nyata juga dipengaruhi oleh kualitas ransum setiap perlakuan sama. Sesuai dengan pendapat Monteiro (1975) bahwa efisiensi penggunaan ransum dipengaruhi oleh kualitas makanan itu. Semakin baik kualitas makanan maka pembentukan energi produksi yang dihasilkan semakin efisien.

Efisiensi ransum yang didapatkan dalam penelitian ini berada pada kisaran 58.45 – 63.31%, hasil ini berada dalam kisaran efisiensi ransum yang dilaporkan oleh Oluyemi and Roberts (1979) yaitu efisiensi ransum yang baik untuk ayam broiler umur 1 sampai 4 minggu adalah 47.6 – 76.9%.

Rekapitulasi Hasil Penelitian

Rekapitulasi penelitian ditunjukkan pada Tabel 7.

Berdasarkan Tabel 7, pemberian tepung eceng gondok dan tepung paku air dalam ransum tidak berpengaruh nyata terhadap konsumsi ransum, pertambahan bobot badan, dan konversi ransum itik peking.

Pada Tabel 7 dapat dilihat bahwa pada setiap perlakuan, baik itu terhadap konsumsi ransum maupun pertambahan bobot badan serta konversi ransum, menunjukkan hasil yang hampir sama atau dengan kata lain tidak terlihat perbedaan yang nyata pada tiap-tiap hasil dari masing-masing perlakuan. Hal ini membuktikan bahwa pemberian tepung eceng gondok fermentasi dan tepung paku air fermentasi

dalam ransum itik peking dapat menyaingi atau mengimbangi mutu ransum kontrol yang merupakan ransum basal sebagai ransum pembanding. Artinya, eceng gondok dan paku air dapat dijadikan pakan alternatif terhadap itik peking. Sesuai dengan pernyataan Toha (1992) substitusi ransum dengan tepung eceng gondok hingga 20% memperlihatkan hasil yang baik dibanding ransum kontrol pada ternak itik. Pendapat ini didukung pula oleh pernyataan Puntodewo (1995), bahwa penambahan paku air ke dalam ransum mulai dari 10%, 20% hingga 30% ternyata memberikan pengaruh yang positif terhadap berat badan, laju pertumbuhan, serta kualitas telur.

Kesimpulan

Hasil dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pemakaian biomass biakan lalat hijau dengan faeses broiler dan dedak dalam ransum dapat dipakai sampai 20%.

Daftar Pustaka

Anggorodi, R. 1985. Kemajuan Mutakhir Ilmu Makanan Ternak Unggas. Cetakan ketiga. PT Gramedia. Jakarta.

Monteiro, L. S. 1975. Feed Efficiency In Ratio to Estimated Growth of Body Component Ion Cattle Animal Production.

Noer, R. 1998. Pengaruh Pemanfaatan Produk Biakan Lalat Hijau (Lucilia illustris) Dengan Faeses Broiler dalam Ransum Terhadap Retensi Nitrogen dan Ratio Efisiensi Protein Ayam Broiler. Skripsi, Fakultas Peternakan, Universitas Andalas. Padang.

Oluyemi, J. A. and F. A Robert. 1979. Poultry Production in Warm Wet Climate. The Mc Millan Press. LTD London.

(5)

Scott, M. L., M. C. Neisheim and R. J. Young. 1982. Nutrition of Chicken. 2 ns Ed. M. L. Scott and Associates.

Ithaca. New York. USA.

Siregar, A. P, dan M. Sabrani. 1980. Teknik Beternak Ayam Pedaging di Indonesia. Penerbit Margie, Group, Jakarta.

Trisna, A. 2000. Pengaruh Pemakaian Biomass Biakkaan Lalat Hijau (Lucilia illustris) dengan Feces Broiler dan Dedak Dalam Ransum Terhadap Performa Broiler.Skripsi, Fakultas Peternakan, Universitas Andalas. Padang.

Yustati, D. 1998. Pengaruh Pemanfaatan Produk Biakan Lalat Hijau (Lucilia illustris) Dengan Faeses Broiler Dalam Ransum Terhadap Performa Broiler. Skripsi, Fakultas Peternakan, Universitas Andalas. Padang.

Gambar

Tabel 2. Komposisi bahan pakan ransum kontrol
Tabel 3. Komposisi dan kandungan zat-zat makanan serta energi metabolis ransum perlakuan  Bahan  Perlakuan  A  B  C  D E  Ransum Kontrol  100  94.5   89  83.75 78.5  BBLHFD     0  5   10     15     20  Minyak Kelapa     0     0.5     1    1.25    1.5  Juml
Tabel 4.   Rataan Konsumsi Ransum, Pertambahan Berat Badan, dan Efisiensi Ransum Selama Empat  Minggu   Perlakuan  (% BLHFD)  Konsumsi ransum (gram/ekor)

Referensi

Dokumen terkait

Pengaruh pemberian sinbiotik tepung ubi jalar merah dan ragi tape terhadap konsumsi ransum, pertambahan bobot badan, konversi ransum, dan bobot badan akhir pada periode

Keragaan itik petelur dengan tiga kepadatan gizi ransum dalam konsumsi ransum, bobot badan akhir (BBA), pertambahan bobot badan (PBB), dan konversi ransum pada fase umur 0-8

Nilai konversi ransum yang tidak berbeda nyata disebabkan oleh konsumsi ransum dan pertambahan bobot badan broileryang diberi perlakuan tepung kunyittidak berbeda

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap konsumsi ransum, pertambahan bobot badan dan konversi ransum.. Berdasarkan hasil

Angka konversi ransum yang baik dimana konsumsi ransum yang rendah dapat meningkatkan pertambahan bobot badan yang tinggi dengan konversi ransum yang rendah pada

ransum tanpa mengganggu pertumbuhan ayam broiler, bahkan penampilan produksi ayam broiler terutama pada konsumsi ransum, pertambahan bobot badan, konversi ransum,

Angka konversi ransum yang baik dimana konsumsi ransum yang rendah dapat meningkatkan pertambahan bobot badan yang tinggi dengan konversi ransum yang rendah pada

Rasio Konversi Protein Rasio Konversi Protein = Konsumsi Protein Pertambahan Bobot Badan HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian pada Tabel 1 perlakuan penambahan tepung singkong