• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN METODE AHP UNTUK PEMILIHAN EKSTRAKURIKULER PADA SISWA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENERAPAN METODE AHP UNTUK PEMILIHAN EKSTRAKURIKULER PADA SISWA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN METODE AHP UNTUK PEMILIHAN

EKSTRAKURIKULER PADA SISWA SEKOLAH

MENENGAH KEJURUAN

Veti Apriana1, Titin Kristiana2

1

AMIK BSI Jakarta E-mail : veti.vta@bsi.ac.id

2

AMIK BSI Jakarta E-mail : titin.tka@bsi.ac.id

Abstrak

Ekstrakurikuler merupakan hal yang tidak dapat terlepas dari sekolah, adanya ekstrakurikuler sangat berguna untuk mengembangkan potensi , minat, bakat, dan hobi yang dimiliki siswa. Ekstrakurikuler adalah kegiatan yang kegiatan pelajaran yang diselenggarakan diluar jam pelajaran. Jumlah ekstrakurikuler yang relatif banyak terkadang membuat siswa sulit menentukan ekstrakurikuler apa yang hendak mereka pilih. Dalam hal ini, Sistem pendukung keputusan dirancang untuk mendukung seluruh tahap pengambilan keputusan mulai dari mengidentifikasikan masalah, memilih data yang relevan dan menentukan pendekatan yang digunakan dalam proses pengambilan keputusan sampai mengevaluasi pemilihan alternatif-alternatif yang ada. Salah satu metode sistem pendukung keputusan adalah Analytic Hierarcy Process (AHP). AHP ini cukup efektif dalam menyederhanakan dan mempercepat proses pengambilan keputusan dengan memecahkan persoalan tersebut kedalam bagian-bagiannya. Penerapan metode AHP (Analytical Hierarchy Process) diharapkan mampu membantu siswa untuk menentukan ekstrakurikuler apa yang hendak dipilih. Metode AHP yaitu suatu metode yang input utamanya adalah persepsi manusia. Untuk menyelesaikan metode ini, dibantu dengan aplikasi Expert Choice 2000 dan Ms Excel.

Kata kunci : Pemilihan ekstrakurikuler, Sistem Pendukung Keputusan, meotode AHP

1. Pendahuluan

Kegiatan ekstrakurikuler merupakan kegiatan yang dapat menunjang kegiatan belajar siswa, termasuk kegiatan yang dapat menunjang aktifitas belajar siswa dikelas. Pada Sekolah Menengah Kejuruan sebagian siswa sering mengikuti kegiatan OSIS, Paskibraka, Pramuka dan kegiatan ekstrakurikuler lainnya. Sejauh ini kondisi perkembangan anak pada masa-masa sekolah yang cenderung salah memilih atau hanya ikut-ikutan dalam memilih sesuatu terutama dalam hal pemilihan pada bidang ekstrakurikuler yang ada disekolah yang pada dasarnya bukan dikarenakan keinginan atau minat dari diri sendiri untuk memilih bidang ekstrakurikuler. Maka dirasa perlu untuk membangun suatu sistem yang dapat membantu memberikan keputusan secara tepat dan sesuai untuk membantu penentuan dalam mengenali minat

ekstrakurikuler para siswa. (Zufrianti Wibowo, 2013).

Metode AHP adalah salah satu yang digunakan untuk penyelesaian sistem pengambilan keputusan. Ada 2 mekanisme yang digunakan dalah perhitungan AHP diantaranya menggunakan metode Konvensial(Manual), baik itu menggunakan normalisasi ataupun tidak, dan menggunakan perangkat lunak, seperti

Expert Choice . Penelitian ini akan

membahas perhitungan Expert Choice, untuk mendapatkan hasil keputusan yang konsisten (Inconsistency = 0,01). Kesalahan bisaanya terjadi pada penentuan bobot dan proses membandingkan secara berpasangan. Perbandingan berpasangan yang tidak benar akan menghasilkan keputusan yang tisak konsisten.(Hilyah Maghdalena 2012:49)

Pemilihan karyawan berprestasi dilakukan berdasarkan beberapa factor penilaian.

(2)

Faktor penilaian tersebut terdiri dari penilaian kinerja, Score, TOEIC, dan kedisiplinan kerja(Kehadiran karyawan). (Iwan Rijayana, Lirien Okirindho 2012 : C48) Saat ini banyak guru ditingkat satuan daerah yang mengeluh proses sertifikasi yang tidak transparan, diantaranya guru yang usia muda serta masa kerja yang lebih sedikit mendapatkan kesempatan lebih dulu menjalani proses sertifikasi dari pada guru yang notabene mempunyai pengalaman kerja lebih lama. Banyak kalangan yang menuding ketidakadilan ini disebabkan adanya factor kolusi dan mepotisme yang beredar dikalangan dinas pendidikan.Hal ini tidak akan terjadi jika pada dinas terkait telah menggunakan metode yang efektif dalam menentukan prioritas daftar urutan kepegawaian sebagai Sistem Pendukung Keputusan yang diarahkan membantu Dinas Pendidikan dalam menentukan prioritas guru yang akan disertifikasi dengan efektif dan efisien. (Lia Rochmasari, Suprapedi, Hendro Subagyo 2010 : 117)

Salah satu metode sistem pendukung keputusan adalah Analytic Hierarcy Process (AHP). Menurut Herjanto (2007:254) Sistem analisis yang menggunakan AHP mula-mula harus mendefinisikan situasi dengan seksama, memasukkan sebanyak mungkin rincian yang relevan, lalu menyusun model secara hierarki yang terdiri atas beberapa tingkat rincian, yaitu focus masalah, kriteria, dan alternatif. AHP ini cukup efektif dalam menyederhanakan dan mempercepat proses pengambilan keputusan dengan memecahkan persoalan tersebut kedalam bagian-bagiannya. Dalam penelitian ini, menggunakan empat metode peneilitian, yaitu Observasi, Wawancara, Studi Pustaka, dan Kuesioner. Kuesioner ini dilakukan dengan mengumpulkan data-data dan pertanyaan tertulis yang diberikan kepada responden untuk mengetahui respon siswa terhadap kegiatan pemilihan ekstrakurikuler di sekolah tersebut. Kuesioner dilakukan pada beberapa responden, yaitu beberapa siswa yang akan memilih Ekstrakurikuler. 2. Metode Penelitian

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan 4 metode peneilitian, yaitu Observasi, Wawancara, Studi Pustaka, dan Kuesioner. Penelitian dilakukan pasa Sekolah Menengah Kejuruan dengan menggunakan empat metode tersebut. Kuesioner ini dilakukan dengan mengumpulkan data-data dan pertanyaan tertulis yang diberikan

kepada responden untuk mengetahui respon siswa terhadap kegiatan pemilihan ekstrakurikuler di sekolah tersebut. Kuesioner dilakukan pada beberapa responden, yaitu beberapa siswa yang akan memilih Ekstrakurikuler.

Berikut tahapan penelitian dengan metode AHP (Analytical Hierarchy Process):

1. Survey Literatur

Dalam tahap awal ini, peneliti melakukan pengumpulan berupa bahan literatur dan informasi terkait.

2. Identifikasi Masalah

Melanjutkan penelitian dengan cara melakukan identifikasi tentang masalah yang akan dibahas, berkaitan dengan Sistem Pendukung Keputusan tentang Pemilihan ekstrakurikuler di Sekolah Menengah Kejuruan Dengan Metode

Analytical Hierarchy Process

berdasarkan literatur dan informasi yang diperoleh.

3. Studi Pustaka

Peneliti mempelajari literatur berupa buku-buku teori tentang Sistem Pendukung Keputusan , Metode penelitian, AHP, dan jurnal-jurnal yang akan digunakan sebagai kajian teori dalam penelitian.

4. Hipotesis

Peneliti memiliki hipotesis awal, yaitu: H0 : Potensi mempengaruhi pemilihan

Ekstrakurikuler siswa.

H0 : Minat mempengaruhi pemilihan Ekstrakurikuler siswa.

H0 : Bakat mempengaruhi pemilihan Ekstrakurikuler siswa.

H0 : Hobi mempengaruhi pemilihan Ekstrakurikuler siswa.

H0 : Pengetahuan mempengaruhi pemilihan Ekstrakurikuler siswa 5. Menentukan Variabel dan Sumber Data

Peneliti menentukan variabel-variabel dari Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan ekstrakurikuler di Sekolah Menengah Kejuruan dengan Metode Analytical Hierarchy Process . Adapun kriteria dari pemilihan ekstrakurikuler Siswa di Sekolah Menengah Kejuruan adalah : Potensi, Minat, Bakat, Hobi, Pengetahuan. Kemudian menentukan data-data seperti apa yang dibutuhkan berdasarkan populasi, sampel dan cara pengambilan sampel. Kemudian menentukan subjek penelitian.

6. Observasi Lapangan dan Perijinan Peneliti secara langsung datang ke Sekolah Menengah Kejuruan dan

(3)

meminta izin kepada pihak-pihak terkait dan berwenang di dalam Sekolah Menengah Kejuruan, seperti Kepala Sekolah, dewan guru serta siswa-siswi Sekolah Menengah Kejuruan.

7. Mengumpulkan Data

Peneliti memberikan kuesioner kepada beberapa siswa-siswi untuk mendapatkan data yang dibutuhkan untuk membuat statistik Analytical Hierarchy Process.

8. Analisis Data

Peneliti menganalisa dan mengolah data yang didapat berdasarkan hasil penelitian literatur dan teori-teori yang ada.

9. Menarik Kesimpulan

Peneliti menarik sebuah kesimpulan berdasarkan analisis data dan diperiksa apakah kesimpulan sesuai dengan hipotesis, maksud dan tujuan penelitian. 3. Pembahasan

3.1. Struktur Analytical Hierachy Process Dalam pembahasan struktur hierarchy pada metode AHP, terdapat 3 Objek yang harus di tentukan , yaitu Goal, Kriteria, dan Alternatif yang akan membantu peneliti untuk mendapatkan hasil dari permasalahan yang dibahas.

Berikut ini adalah struktur Hierarky dari Pemilihan ekstrakurikuler:

Sumber: data olahan penulis (2017)

Gambar 1. Struktur Hierarky 3.2. Hasil Pengumpulan Data

A. Data Perbandingan Antar Kriteria Setelah kriteria ditentukan, dilakukan pemberian bobot pada hubungan antara kriteria dengan kriteria, sebagai sample penelitian dengan cara pengisian kuesioner sehingga menghasilkan data

mentah yang dapat dilihat pada lampiran. Berikut ini adalah hasil kuesioner data mentah yang sudah diterjemahkan dalam bentuk tabel pairwise comparisson matrix dengan menggunakan aplikasi Expert Choice.

Sumber: data olahan penulis (2017) Gambar 2. Pairwise Comparisson Antar Kriteria Setelah hasil kuesioner setiap responden

diinput kedalam Expert Choice, kemudian hasil kuesioner setiap responden tersebut harus dijadikan satu kesatuan data untuk melanjutkan perhitungan AHP menggunakan Expert Choice.

Setiap perbandingan kriteria yang sama pada hasil ketiga Pairwise Comparisson antar Kriteria di gambar 3.2 akan dihitung rata-rata geometriknya menggunakan rumus:

(4)

**keterangan

x = hasil pairwise comparisson per kriteria

n = jumlah total responden

Sumber: data olahan penulis (2017) Gambar 3. Pairwise Comparisson Antar Kriteria **Keterangan

* Angka berwarna hitam menandakan kriteria pertama (menurun) mendapatkan nilai lebih dibandingan kriteria kedua (mendatar). * Angka berwarna merah menandakan kriteria

kedua (mendatar) mendapatkan nilai lebih dibandingan kriteria pertama (menurun). Di dalam pengecekan konsistensi data ini,

digunakan derajat kesalahannya adalah 10 % dimana berarti CR harus kurang dari 0,1.Berdasarkan gambar 3.2 dapat dilihat Incon / Consistensy Ratio adalah 0.09. Maka dari itu prefensi pembobotan adalah konsistensi.

Setelah data perbandingan kriteria selesai di input ke dalam Expert Choice, langkah selanjutnya adalah menginput data

perbandingan alternatif. Alternatif yang dipilih harus memenuhi kriteria-kriteria sebelumnya yang sudah ditentukan. Terdapat 3 alternatif ekstrakurikuler yang ada di Sekolah Menengah Kejuruan yaitu Paskibraka, Volly dan Seni tari.

Sumber: data olahan penulis (2017) Gambar 4. Alternatif Ekstrakurikuler B. Data Alternatif Pemilihan Ekstrakurikuler

1. Penilaian Ekstrakurikuler Alternatif Menurut Kriteria Potensi

Sumber: data olahan penulis (2017)

Gambar 5. Pairwise Comparrison Berdasarkan Kriteria Potensi 2. Penilaian Ekstrakurikuler Alternatif Menurut Kriteria Minat

Sumber: data olahan penulis (2017)

Gambar 6. Pairwise Comparrison Berdasarkan Kriteria Minat 3. Penilaian Ekstrakurikuler Alternatif Menurut Kriteria Bakat

Sumber: data olahan penulis (2017)

Gambar 7. Pairwise Comparrison Berdasarkan Kriteria Bakat 4. Penilaian Ekstrakurikuler Alternatif Menurut Kriteria Hobi

Sumber: data olahan penulis (2017)

(5)

5. Penilaian Ekstrakurikuler Alternatif Menurut Kriteria Pengetahuan

Sumber: data olahan penulis (2017)

Gambar 9. Pairwise Comparrison Berdasarkan Kriteria Pengetahuan **Keterangan

* Angka berwarna hitam menandakan alternatif pertama (menurun) mendapatkan nilai lebih dibandingan alternatif kedua (mendatar).

* Angka berwarna merah menandakan alternatif kedua (mendatar) mendapatkan nilai lebih dibandingan alternatif pertama (menurun).

Di dalam pengecekan konsistensi data ini, digunakan derajat kesalahannya adalah 10 % dimana berarti CR harus kurang dari 0,1.Berdasarkan gambar IV.4-IV.8 dapat dilihat Incon / Consistensy Ratio pada

gambar 3.5 adalah 0.06, gambar 3.6 adalah 0.01, pada gambar 3.7 adalah 0.02, pada gambar 3.8 adalah 0.04, dan pada gambar 3.8.1 adalah 0.03. Maka dari itu prefensi pembobotan adalah konsistensi.

3.3. Hasil Pengolahan Data Analytical Hierachy Process

Penentuan Bobot Antar Kriteria

Setelah penginputan data perbandingan antar kriteria selesai dimasukan kedalam Expert Choice, akan menghasilkan normalisasi matriks antar kriteria yang akan menentukan bobot setiap kriteria.

Sumber: data olahan penulis (2017)

Gambar 10. Normalisasi Matriks Antar Kriteria Di dalam gambar 3.9, setiap kriteria

mendapatkan nilai-nilai pembobotan. Kriteria Potensi mendapatkan bobot 0.111 atau 11%, kriteria Minat mendapatkan bobot 0.546 atau 54%, kriteria Bakat mendapatkan bobot 0.237 atau 24%, kriteria Hobi

mendapatkan 0.059 atau 6%, kriteria Pengetahuan mendapatkan 0.047 atau 5% Jika semua bobot ini ditambahkan atau dijumlahkan akan mendapatkan 0,100 atau 100%.

Sumber: data olahan penulis (2017)

Gambar 11. Hasil Perhitungan Penilaian Akhir Pada gambar 3.10, baris berwarna kuning

merupakan hasil penjumlahan dari setiap aggregate/prty. Hasil penjumlahan ini merupakan hasil akhir dari pemilihan ekstrakurikuler. Paskibraka mendapatkan nilai 73.2%, Seni Tari mendapatkan nilai 14.9% dan Volly mendapatkan nilai 11.9%. Hal ini menunjukan bahwa Paskibraka lebih

diprioritaskan daripada Volly dan Seni Tari. Hasil perhitungan ini menunjukan juga bahwa Paskibraka lebih memenuhi kriteria yang telah ditentukan.

(6)

3.4. Analisa Kriteria Ekstrakurikuler Berdasarkan Hasil Perhitungan Analytical Hierachy Process

1. Potensi

Untuk kriteria Potensi, Paskibraka menjadi pemenang dari pemilihan Ekstrakurikuler untuk Siswa Sekolah Menengah Kejuruan, hal ini dapat dibuktikan dari perbedaan yang cukup signifikan dari nilai yang dihasilkan dalam perhitungan AHP, Paskibraka unggul dengan 73% berbanding dengan Volly yang mendapatkan 15% dan Tari yang hanya mendapatkan 11%. Dengan hasil yang didapat, maka dapat dipastikan dengan kriteria Potensi, maka Paskibraka menjadi pilihan utama. 2. Minat

Untuk kriteria Minat, Paskibraka menjadi pemenang dari pemilihan Ekstrakurikuler untuk Siswa Sekolah Menengah Kejuruan, hal ini dapat dibuktikan dari perbedaan yang juga cukup signifikan dari nilai yang dihasilkan dalam perhitungan AHP, Paskibraka unggul dengan 73% berbanding dengan Volly yang mendapatkan 10% dan Seni tari yang hanya mendapatkan 17%. Dengan hasil yang didapat, maka dapat dipastikan dengan kriteria Minat, maka Paskibraka menjadi pilihan utama.

3. Bakat

Dalam kriteria Bakat, Paskibraka masih menjadi unggul dari Ekstrakurikuler alternative lainnya. Bakat menjadi salah satu kriteria yang cukup penting. Paskibraka unggul dengan 74% pembobotan.

4. Hobi

Paskibraka menjadi alternatif unggulan dengan unggul jauh dengan 73% hasil pembobotan. di posisi kedua yaitu Tari dengan pembobotan 18%. dan Volly di posisi terakhir dengan 9%.

5. Pengetahuan

Dalam kriteria Pengetahuan, Paskibraka masih menjadi unggul dari Ekstrakurikuler alternative lainnya. Bakat menjadi salah satu kriteria yang cukup penting. Paskibraka unggul dengan 74% pembobotan.

4. Simpulan

Hasil analisis dari perhitungan hasil Analytical Hierarchy Process menyatakan bahwa ekstrakurikuler alternative yang terpilih dan paling sesuai dengan kriteria adalah paskibraka. Dengan hasil AHP yang diperoleh didapat hasil akhir bahwa Paskibraka unggul dengan 73% berbanding dengan Volly 12% dan juga Seni Tari 15%. Metode Analytical Hierarchy Process dapat membantu sekolah khususnya untuk menentukan beberapa persoalan mengenai pendidikan, salah satunya pemilihan ekstrakurikuler. Penelitian ini dapat dikembangkan lebih lanjut dengan menambah criteria dan alternative lainnya atau merubah sesuai dengan kebutuhan di sekolah untuk menyelesaikan hal-hal yang bersangkutan.

Referensi

Hilyah maghdalena. 2012. Sistem pendukung keputusan untuk menentukan mahasiswa lulusan terbaik di perguruan tinggi (studi kasus STMIK Atma luhur pangkalpinang). ISSN= 2089-9815. Yogyakarta:

Iwan Rijayana, Lirien okirindho. 2012. Sistem pendukung keputusan pemilihan karyawan berprestasi berdasarkan kinerja menggunakan metode analytic hierarcy process. ISSN = 1979-2328. Yogyakarta:

Lia Rochmasari, Suprapedi, dan Hendro Subagyo. 2010. Penentuan prioritas usulan sertifikasi guru dengan metode AHP (Analitic hirarky process). ISSN=1414-9999. Jawa Tengah : Jurnal teknologi informasi, volume 6 nomor 1, april 2010:115-121.

Zufrianto wibowo. 2013. Sistem pendukung keputusan pengenal minat siswa pada bidang ektrakurikuler sekolah dengan metode TOPSIS. ISSN=2301-9425. Medan:

Herjanto,Eddy.2007. Sains manajemen. Jakarta: Grasindo.

Gambar

Gambar 1. Struktur Hierarky  3.2. Hasil Pengumpulan Data
Gambar 5. Pairwise Comparrison Berdasarkan Kriteria Potensi  2.  Penilaian Ekstrakurikuler Alternatif Menurut Kriteria Minat
Gambar 9. Pairwise Comparrison Berdasarkan Kriteria Pengetahuan  **Keterangan

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah: (1) ada hubungan positif antara status sosial ekonomi orang tua dengan minat siswa melanjutkan ke Sekolah Menengah

Perbedaan Kecenderungan anorexia nervosa pada Remaja Putri di Sekolah Menengah Atas dan Sekolah Menengah Kejuruan .. METODE

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah: (1) ada hubungan positif antara status sosial ekonomi orang tua dengan minat siswa melanjutkan ke Sekolah Menengah

MINAT SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS JURUSAN IPS DAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN PROGRAM KEAHLIAN AKUNTANSI MENDAFTAR KE PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI BKK PENDIDIKAN AKUNTANSI

Tesis yang berjudul: “PENERAPAN MOBILE LEARNING MEDIA (MLM) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN HIGH ORDER THINKING SKILL (HOTS) SISWA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN” ini adalah

Dengan dibuatnya program animasi interaktif media pembelajaran bahasa jepang dasar untuk sekolah menengah kejuruan, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1) Dengan adanya program

Dengan dibuatnya program animasi interaktif media pembelajaran bahasa jepang dasar untuk sekolah menengah kejuruan, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1) Dengan adanya program

Kompetensi Setelah Mempelajari Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan di Sekolah Menengah Atas/Sekolah Menengah Kejuruan/Madrasah Aliyah/Madrasah Aliyah Kejuruan Kompetensi yang