PENGEMBANGAN
E-LEARNING
DENGAN MODEL
PROTOTYPE
BERORIENTASI MODEL PEMBELAJARAN
INQUIRY
SISWA KELAS VII SMPN 2 NEGARA
Indriana Pratiwi
1, I Kadek Suartama
2, I Made Tegeh
31,2,3
Jurusan Teknologi Pendidikan
Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja, Indonesia
e-mail: [email protected]
1, [email protected]
2,
[email protected]
3Abstrak
Permasalahan dalam penelitian ini adalah rendahnya hasil belajar siswa, minimnya sumber belajar, dan kurangnya jam pelajaran di kelas. Penelitian ini bertujuan untuk (1) mendeskripsikan rancang bangun pengembangan e-learning, (2) mengetahui kualitas e-learning, (3) mengetahui efektivitas e-learning. Data dalam penelitian ini dikumpulkan dengan menggunakan metode observasi, wawancara, kuesioner, dan tes tertulis. Mengacu pada metode tersebut, maka instrumen yang digunakan dalam mengumpulkan data yaitu lembar observasi, pedoman wawancara, angket, dan tes. Data yang terkumpul dianalisis dengan teknik analisis deskriptif kualitatif, teknik analisis deskriptif kuantitatif, dan teknik analisis statistik inferensial (uji-t). Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) rancang bangun pengembagan e-learning mengacu pada model prototype yaitu mulai dari menentukan software, menentukan materi, merancang flowchart, storyboard, dan program mapping hingga menjadi e-learning berbasis moodle. (2) Hasil validitas produk diperoleh ahli isi mata pelajaran berada pada kategori sangat baik dengan persentase 92%, ahli desain pembelajaran pada kategori cukup dengan persentase 74%, ahli media e-learning pada kategori sangat baik dengan persentase 92%, uji coba perorangan pada kategori sangat baik dengan persentase 90%, uji coba kelompok kecil pada kategori sangat baik dengan persentase 90,67%, dan uji coba lapangan pada kategori sangat baik dengan persentase 91,13%. (3) Hasil uji efektivitas e-learning yaitu diperoleh thitung lebih besar dari
pada ttabel dengan taraf signifikansi 5% dan db 74 yaitu 16,94 > 2,00. Hasil penelitian
tersebut menunjukkan efektivitas pengembangan e-learning menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan terhadap hasil belajar siswa kelas VII J sebelum dan sesudah menggunakan e-learning. Berdasarkan pemaparan tersebut, dapat dikatakan bahwa e-learning secara efektif dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Kata kunci : pengembangan, e-learning,prototype, inquiry
Abstract
The problems of this research are the lack of students learning outcomes, lack of learning sources, and the lack of lesson time in the class. This research aims to 1) Describe the design development of e-learning, 2) know the quality of e-learning, 3) know the effectiveness of e-learning. The data was collected by using observation method, interviews, questionnaires, and a written test. Referring to the method, the instrument used to collect data are the observation sheets, interview, questionnaire and tests. The data that were collected were analyzed by using descriptive analysis of qualitative, quantitative descriptive analysis techniques and inferential statistical analysis techniques (test-t). The results showed that 1) the design of the development of e-learning refers to the prototype model that determines the start of the software, determine the materials, designing flowcharts, storyboards, and mapping program become a moodle-based e-learning 2) Results showed that the product validity of the expert content of the subjects are in the very good category with a percentage of 92%, instructional design experts in the category
enough with the percentage of 74%, media expert e-learning in the very good category with a percentage of 92%. individual testing is in the very good category with a percentage of 90%, small group testing in the very good category with a percentage of 90.67%, field testing in the very good category with a percentage of 91.13%. The result of the effectiveness of e-learning that is acquired tcount bigger than ttable with a significance level of
5% and 74 db is 16.94> 2.00. The results showed that the effectiveness of e-learning development shows there are significant differences on learning outcomes science students in grade VII J before and after using e-learning. Based on exposure above, it can be conclude that e-learning can effectively improve students learning outcomes students. Keywords : development, e-learning, prototype, inquiry
PENDAHULUAN
Pendidikan menengah dalam undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 merupakan lanjutan dari pendidikan dasar. Pendidikan menengah pertama (SMP) merupakan tahap dimana
peserta didik membentuk kognitifnya
dengan lebih baik lagi. Dalam pembelajaran di Sekolah Menengah Pertama (SMP), peserta didik masih ingin mendapatkan
pembelajaran yang bermakna,
menyenangkan, dan tidak menjadikan suatu pembelajaran tersebut menjadi momok yang menakutkan. Dalam pembelajaran tersebut pendidik harus bisa memfasilitasi peserta
didiknya dengan berbagai sarana,
prasarana, sumber belajar, bahan belajar, dan atau media pembelajaran yang dapat menunjang proses pembelajaran, serta pembelajaran dapat lebih bermakna dan menyenangkan.
Berdasarkan pengumpulan data di SMP Negeri 2 Negara melalui metode observasi, dan wawancara yang ditujukan kepada guru mata pelajaran IPA, dan kepala sekolah SMP Negeri 2 Negara. Berdasarkan
observasi dan wawancara tersebut
ditemukan beberapa masalah dalam proses pembelajaran, salah satunya yaitu minimnya
sumber belajar, dan kurangnya jam
pelajaran di kelas. Hal tersebut
menyebabkan materi tidak tersampaikan secara maksimal. Dari permasalahan yang ditemukan di SMP Negeri 2 Negara, kiranya perlu dikembangkan sumber belajar, dan atau media pembelajaran guna membantu proses pembelajaran.
Perkembangan zaman di era
globalisasi ini yang dimana perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi yang sangat pesat kita rasakan dalam bidang pendidikan, dengan adanya perkembangan
TIK tersebut dapat memberikan manfaat positif bagi kita sebagai pendidik untuk
memanfaatkan TIK dalam membantu
merancang media dan atau sumber belajar dalam menunjang proses pembelajaran. Dengan demikian, seiring dengan kemajuan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) tersebut dapat kiranya kita manfaatkan untuk mengatasi masalah yang terdapat di dunia pendidikan yaitu dengan memfasilitasi
siswa dengan e-learning. E-learning yang
nantinya akan dikembangkan dengan
menggunakan model pembelajaran inkuiri. Solusi ini diberikan dengan melihat sarana, prasarana, sumber daya manusia, serta karakteristik mata pelajaran IPA. Sarana yang tersedia di SMP Negeri 2 Negara sudah cukup untuk menunjang proses
pembelajaran dengan menggunakan
bantuan e-learning. Sarana tersebut meliputi
komputer, laptop, wifi, dll. Terlebih lagi, guru dan siswa sudah mampu mengoperasikan komputer dan sudah terbiasa mencari materi melalui internet. Serta, model pembelajaran inkuiri yang digunakan merujuk pada karakteristik mata pelajaran IPA yang dimana materi yang terkandung dalam mata
pelajaran IPA lebih banyak berupa
gejala-gejala alam yang harusnya dipecahkan
siswa melalui metode ilmiah seperti
observasi dan eksperimen.
Menurut Gilbert & Jones dalam Suartama, dkk (2014:21) mengemukakan
bahwa e-learning yaitu “pengiriman materi
pembelajaran melalui suatu media elektronik
seperti internet, internet/extranet, satellite
broadcast, audio/video tape, interactive TV,
CD-ROM, dan computer-based training
(CBT)”. Sedangkan menurut Khan dalam Suartama, dkk. (2014:22) menyatakan
bahwa “e-learning menunjuk pada
siapapun, dimanapun, dan kapanpun dengan menggunakan berbagai teknologi
dalam lingkungan pembelajaran yang
terbuka”. Dengan adanya e-learning dalam
menunjang proses pembelajaran, siswa
memiliki peluang yang besar untuk
mengakses materi serta dapat dengan mudah melakukan komunikasi terkait materi pelajaran dengan pendidik dimana saja, dan kapan saja.
Hal tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh salah satu dosen Fakultas Teknik, Program Studi Sistem Informasi yaitu Diana Laily Fithri (2014) yang
berjudul Analisa dan Perancangan
E-Learning Pembelajaran Grammer untuk
Meningkatkan Potensi Siswa, menemukan
bahwa e-learning mampu meningkatkan
kemampuan kognitif siswa. Penelitian lain lagi yang dilakukan oleh mahasiswa Jurusan Teknologi Pendidikan yaitu Gede Dedy
Dharmayasa (2015) yang berjudul
Pengembangan Media E-Learning
Goesmart Berbasis Colaborative Learning
Dalam Mata Pelajaran Bahasa Inggris Pada Siswa Kelas VII Semester Genap Tahun Ajaran 2014/2015 Di SMP Negeri 4 Singaraja, menemukan bahwa hasil belajar siswa lebih tinggi dengan menggunakan
media e-learning berbasis Colaborative
Learning, dibandingkan tidak menggunakan
media e-learning berbasis Colaborative
Learning.
Berdasarkan pemaparan diatas,
penggunaan e-learning sebagai media
pembelajaran dikatakan mampu
meningkatkan hasil belajar siswa. Bertitik
tolak dari pemaparan tersebut,maka dalam
penelitian pengembangan ini akan mencoba
mengembangkan e-learning dengan
menggunakan model prototype yang
berorientasi pada model pembelajaran
inquiry untuk mata pelajaran IPA kelas VII semester genap tahun pelajaran 2015/2016
di SMP Negeri 2 Negara.
METODE
Model yang menjadi acuan dalam
pengembangan bahan ajar e-learning untuk
mata pelajaran IPA siswa kelas VII semester genap tahun pelajaran 2015/2016 ini yaitu
model pengembangan prototype. Model
Prototype merupakan metode
pengembangan sistem atau produk yang
dibangun, dites kemudian dikerjakan
kembali seperlunya dalam bentuk prototype
(perkiraan akan produk final yang dibuat).
Berdasarkan prototype yang dihasilkan
maka produk sesungguhnya kemudian dikembangkan. Menggunakan model ini
merupakan suatu proses uji coba (trial and
error). Model ini digunakan karena melihat tahapan yang tersedia lengkap, dan dalam tahapannya sangat menyesuaikan dengan
user atau pengguna e-learning yang akan
dikembangkan. Tahapan dalam
pengembangan sistem atau produk dengan menggunakan model ini terdiri dari sembilan
langkah utama. Gathering requeirements,
quick design, built prototyping, customer evaluation of first prototyping, refine requirements, design, implement, test, dan
maintain.
Pada Tahap I. Pengumpulan
Kebutuhan (Gathering requeirements),
tahap ini dilakukan pengumpulan kebutuhan
untuk mengembangkan sistem e-learning
ini. Pengumpulan kebutuhan dilakukan dengan metode observasi dan wawancara yang dilakukan peneliti di SMP Negeri 2 Negara. Berdasarkan pengumpulan data tersebut didapatkan informasi bahwa mata
pelajaran IPA masih belum efektif
dilaksanakan di kelas, jadi peneliti mencoba
mengembangkan sistem e-learning. Tahap
II. Merancang Cepat (quick design), tahap ini
yang dilakukan yaitu mendesain sistem
e-learning. Dalam hal ini desain yang
dilakukan yaitu yaitu (1) memilih dan
menetapkan software/perangkat lunak yang
digunakan, (2) menentukan materi, dan (3)
mengembangkan flow chart,
mengembangkan program mapping yang
terintegrasi model pembelajaran inkuiri dan
storyboard untuk memvisualisasikan alur kerja produk mulai awal hingga akhir. Tahap
III. Membangun Prototipe (built prototyping),
tahap ini, tahap mengimplementasian
desain yang dirancang sebelumnya. Tahap
ini dilakukan dengan tujuan, agar user dalam
hal ini guru mata pelajaran IPA dapat menilai
produk e-learning yang akan dikembangkan.
Tahap IV. Evaluasi Pelanggan (customer
evaluation of first prototyping), tahap ini
dilakukan penilaian terhadap produk
prototipe sistem e-learning. Tahap ini
menjadi satu kesatuan dengan tahap kedua dan ketiga. Tahap ini dilakukan penilaian
terhadap desain prototipe sistem e-learning,
dan produk prototipe sistem e-learning.
Tahap V. Perubahan Desain (refine
requirements), tahap ini dilakukan perbaikan atau revisi terhadap desain dan produk
prototipe sistem e-learning. Tahapan ini,
menjadi satu siklus dengan desain prototipe, membangun prototipe, dan penilaian produk
prototipe oleh user. Tahapan ini dilakukan
terus menerus sampai user menyetujui hasil
produk prototipe sistem e-learning yang
dikembangkan. Setelah selesai melakukan revisi, dan user dalam hal ini guru mata pelajaran IPA di SMP Negeri 2 Negara
menyetujui produk kita, barulah kita
melanjutkan ke tahapan berikutnya. Tahap
VI. Desain (Design), tahap ini yang dilakukan
yaitu mendesain sistem e-learning yang
telah disetujui oleh user. Dalam hal ini
desain yang dilakukan yaitu yaitu (1) memilih
dan menetapkan software/perangkat lunak
yang digunakan, (2) menentukan materi, dan
(3) mengembangkan flow chart,
mengembangkan program mapping yang
terintegrasi model pembelajaran inkuiri dan
storyboard yang sudah disetujui oleh
pelanggan/user dalam hal ini yaitu guru mata
pelajaran IPA kelas VII SMP Negeri 2
Negara. Tahap VII. Penerapan (Implement),
tahap ini yaitu dilakukan penerapan. Penerapan dalam hal ini yaitu memvisualkan
desain sistem e-learning yang telah disetujui
oleh guru mata pelajaran IPA kelas VII.
Selain itu, pada tahap ini kegiatan yang dilakukan juga berupa pengumpulan materi pelajaran yang diperlukan untuk pembuatan
produk seperti materi pokok yang
dituangkan kedalam sistem e-learning.
Tahap VIII. Tes (Test), tahap ini dilakukan tes yang difokuskan untuk memasitikan
sistem e-learning yang dikembangkan
berjalan lancar tanpa adanya kesalahan
atau error, serta memastikan keluaran yang
dihasilkan sesuai dengan yang diinginkan.
Tahap IX. Pemeliharaan (Maintenance),
tahap ini tahap dimana akhir dari
pengembangan sistem e-learning. Tahap ini
dilakukan agar nanti jika materi berubah jadi
pengembang melakukan perubahan
terhadap materi tersebut.
Pada penelitian pengembangan ini, setelah mengembangkan produk dilakukan
uji validasi terhadap produk yang
dikembangkan. Tahap validasi produk
menggunakan instrumen kuesioner dan teknik analisis data deskriptif kualitatif dan
deskriptif kuantitatif. Validasi produk
pengembangan e-learning ini harus diuji
tingkat validasinya. Tingkat validasi sistem
e-learning diketahui melalui hasil analisis kegiatan uji coba yang dilaksanakan melalui
dua tahap, yaitu a) review para hhli, review
para ahli ini dilakukan oleh 3 (tiga) ahli yaitu diantaranya review ahli isi mata pelajaran, review ahli desain pembelajaran, review ahli
media e-learning. b) Uji coba produk, uji
coba produk dilakukan setelah memperoleh masukan, komentar, saran, dan penilaian dari ahli isi mata pelajaran, ahli desain pembelajaran, dan ahli media pembelajaran. Uji coba produk akan dilaksanakan dalam 3 (tiga) tahap yaitu uji coba perorangan, uji coba kelompok kecil, dan uji coba lapangan. Uji coba perorangan yang dilakukan dengan menggunakan 3 (tiga) orang siswa yang terdiri dari siswa yang memiliki kemampuan belajarang rendah, sedang dan tinggi. Sedangkan, uji coba kelompok kecil terdiri dari 12 (dua belas) orang siswa yang terdiri siswa yang memiliki kemampuan belajarang rendah, sedang dan tinggi. Terakhir, uji lapangan terdiri dari 30 (tiga puluh) orang siswa yang memiliki kemampuan belajarang rendah, sedang dan tinggi pula.
Pada tahap ini, uji efektivitas produk merupakan bagian yang sangat penting dalam penelitian pengembangan, untuk
mengetahui apakah produk yang
dikembangkan efektif atau tidak dalam meningkatkan hasil belajar siswa yang akan
digunakan di lapangan. Tingkat efektivitas
e-learning diketahui melalui hasil penilaian
pretest dan posttest setelah melakukan uji validasi dan produk dinyatakan sudah valid. Subjek uji efektivitas produk penelitian
pengembangan e-learning yaitu
menggunakan siswa kelas VIIJ di SMP Negeri 2 Negara yang berjumlah tiga puluh delapan orang siswa. Dalam satu kelas tersebut sudah termasuk siswa yang memiliki prestasi belajar tinggi, prestasi belajar sedang, dan prestasi belajar rendah.
Penelitian pengembangan ini
menggunakan 3 (tiga) metode dalam
pengumpulan data yaitu (1) metode
kuesioner/angket merupakan cara
memperoleh atau mengumpulkan data
pertanyaan/pernyataan-pernyataan kepada
responden/subjek penelitian(Agung,
2014:99); (2) metode observasi merupakan “suatu cara memperoleh data dengan jalan mengadakan “pengamatan dan pencatatan” secara sistematis tentang sesuatu objek
tertentu(Agung,2012:61); (3) metode
wawancara merupakan suatu metode
pengumpulan data dengan cara melakukan tanya jawab yang sistematis, dan hasil tanya
jawab ini dicatat/direkam secara
cermat(Agung,2012:62); dan (4) metode tes tertulis merupakan cara untuk mengetahui pengetahuan, keterampilan, intelegensi atau kemampuan yang dimiliki oleh peserta didik
dengan menggunakan serentetan
pertanyaan yang berupa tes objektif (Agung, 2014:240). Instrumen yang digunakan untuk
mengumpulkan data dalam penelitian
pengembangan ini yaitu (a) angket
tanggapan, angket tanggapan digunakan untuk mengumpulkan
data hasil review dari ahli isi bidang studi
atau mata pelajaran, ahli desain
pembelajaran, ahli media e-learning, dan
siswa saat uji coba perorangan, uji coba kelompok kecil, dan uji coba lapangan; (b)
lembar observasi, lembar observasi
digunakan untuk mengumpulkan data
mengenai masalah-masalah yang terjadi
dilapangan; (c) pedoman wawancara,
pedoman wawancara juga digunakan untuk mengumpulkan data mengenai masalah pembelajaran yang terjadi dilapangan; dan (d) tes, tes digunakan untuk uji lapangan, soal-soal tes tipe pilihan ganda, yang digunakan untuk mengumpulkan data nilai hasil belajar siswa sebelum dan sesudah
menggunakan e-learning. Tujuan
mengumpulkan data nilai siswa, agar dapat mengetahui tingkat efektivitas penggunaan
e-learning terhadap peningkatan hasil
belajar yang dilakukan dengan cara
menggunakan uji t untuk sampel berkorelasi. Dalam penelitian pengembangan ini analisis data dilakukan untuk memperoleh
pemahaman yang kongkret tentang
keberhasilan e-learning yang telah
dikembangkan. Hasil yang diperoleh
digunakan sebagai bahan pertimbangan
dalam memperbaiki e-learning. Dalam
penelitian pengembangan ini digunakan tiga teknik analisis data, yaitu (1) teknik analisis
deskriptif kuantitatif, metode analisis
deskriptif kuantitatif merupakan suatu cara pengolahan data yang dilakukan dengan jalan menyusun secara sistematis dalam bentuk angka-angka dan atau presentase, mengenai suatu objek yang diteliti, sehingga diperoleh kesimpulan umum. Teknik analisis ini digunakan untuk mengolah data yang diperoleh melalui angket dalam bentuk
deskriptif persentase. Rumus yang
digunakan untuk menghitung persentase dari masing-masing subjek adalah
Persentase
=∑(Jawaban x bobot tiap pilihan)
n x bobot tertinggi x 100%
Keterangan:
∑: jumlah
n: jumlah seluruh item angket
Selanjutnya, untuk menghitung
persentase keseluruhan subjek digunakan rumus:
Persentase : F : N Keterangan :
F= jumlah persentase keseluruhan subjek N= banyak subjek
Untuk dapat mengambil keputusan
makna dan pengambilan keputusan
digunakan ketetapan yang tersaji pada tabel 1.
Tabel 1. Konvensi Tingkat Pencapaian dengan Skala 5
Tingkat Pencapaian (%) Kualifikasi Keterangan
75-89 Baik Sedikit direvisi
65-79 Cukup Direvisi secukupnya
55-64 Kurang Banyak hal yang direvisi
1-54 Sangat kurang Diulangi membuat produk
(Tegeh dan Kirna dalam Agung 2014:251) (2) Teknik Analisis Deskriptif Kualitatif,
menurut Agung, (2012:67) metode analisis deskriptif kuantitatif yaitu susatu cara analisis/pengolahan data dengan jalan
menyusun secara sistematis dalam bentuk kalimat/kata-kata, kategori mengenai objek sehingga akhinya diperoleh kesimpulan umum. Teknik analisis deskriptif
kualitatif ini digunakan untuk mengolah data hasil review ahli isi bidang studi atau mata pelajaran, ahli desain pembelajaran, ahli
media e-learning, siswa dan guru mata
pelajaran. Teknik analisis data ini dilakukan
dengan mengelompokkan
informasi-informasi dari data kualitatif yang berupa masukan, tanggapan, kritik dan saran perbaikan yang terdapat pada angket dan hasil wawancara. Hasil analisis ini kemudian digunakan untuk merevisi produk yang dikembangkan; dan (3) Analisis Statistik
Inferensial, menurut Agung (2012:68)
menyatakan “metode analisis statistik inferensial ialah suatu cara pengolahan data yang dilakukan dengan jalan menerapkan rumus-rumus statistik inferensial untuk menguji suatu hipotesis penelitian yang diajukan penelitian, dan kesimpulan ditarik
berdasarkan hasil pengujian terhadap
hipotesis”. Analisis statistik inferensial digunakan untuk mengetahui efektivitas produk terhadap hasil belajar siswa pada siswa SMP Negeri 2 Negara sebelum dan
sesudah menggunakan produk
pengembangan e-learning pembelajaran.
Data uji coba kelompok sasaran
dikumpulkan dengan menggunakan pre-test
dan post-test terhadap materi pokok yang diuji cobakan.
Hasil pre-test dan post-test kemudian
dianalisis menggunakan uji-t untuk
mengetahui perbedaan antara hasil pretest
dan posttest. Sebelum melakukan uji
hipotesis (uji-t berkorelasi) dilakukan uji prasyarat (normalitas dan homogenitas). Rumus untuk menghitung uji prasyarat dan uji hipotesis (uji-t berkorelasi) adalah (a) Uji Prasyarat, pengujian hipotesis dilakukan dengan analisis uji t berkorelasi. Analisis uji
t berkorelasi memerlukan beberapa
persyaratan analisis antara lain. (1) Uji Normalitas Sebaran, uji normalitas dilakukan
untuk mengetahui apakah sebaran skor pada setiap variabel berdistribusi normal atau tidak, untuk itu dapat digunakan rumus Chi-Kuadrat. Adapun rumusnya sebagai berikut. 𝑥2= ∑ [(𝑓𝑜−𝑓𝑒)2 𝑓𝑒 ] (Koyan, 2012:90) Keterangan: x2 = chi-kuadrat fo = frekuensi observasi fe = frekuensi harapan
Kriteria pengujian: data berdistribusi normal jika 𝑥2ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 < 𝑥2𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 pada taraf
signifikansi α = 0,05 dengan derajat
kebebasan k-1.
(2) Uji Homogenitas Varians, uji
homogenitas dilakukan untuk mencari
tingkat kehomogenan secara dua pihak yang diambil dari kelompok-kelompok terpisah dari satu populasi yaitu kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Untuk menguji homogenitas varians untuk kedua kelompok
digunakan uji test bartlet, sebagai berikut.
s²gab = ∑(𝑑𝑘.s2)
∑ 𝑑𝑘
(Koyan, 2012:34) Kriteria pengujian H¬0 diterima jika Fhitung < Ftabel yang berarti sampel homogen. Uji dilakukan pada taraf signifikan 5% dengan derajat kebebasan untuk
pembilang n1 – 1 dan derajat kebebasan
untuk penyebut n2 – 1.
(3) Uji Hipotesis (Uji-t berkorelasi), teknik analisis yang digunakan untuk pengujian hipotesis adalah teknik analisis uji t
berkorelasi atau dependent. Dasar
penggunaan teknik uji t berkorelasi ini adalah menggunakan dua perlakuan yang berbeda terhadap satu sampel. Pada penelitian ini akan menguji
perbedaan hasil belajar IPA sebelum dan
sesudah menggunakan e-learning terhadap
satu kelompok. Rumus untuk uji-t
berkorelasi adalah sebagai berikut.
𝑡 = 𝑥̅̅̅ − 𝑥1 ̅̅̅2 √𝑠12 𝑛1 +𝑠2 2 𝑛2 − 2𝑟 (√𝑛𝑠11) (√𝑛𝑠22) (Koyan, 2012:29) Keterangan: 𝑥1
̅̅̅ = rata-rata sampel 1 (sebelum
menggunakan media)
𝑥2
̅̅̅ = rata-rata sampel 2 (sesudah
menggunakan media)
s1 = simpangan baku sampel 1
(sebelum menggunakan media)
s2 = simpangan baku sampel 2
(sesudah menggunakan media) s12 = varians sampel 1
s22 = varians sampel 2
r = korelasi antara dua sampel
Hasil uji coba dibandingkan ttabel
dengan taraf signifikan 0,05 (5%) untuk mengetahui apakah ada perbedaan antara
sebelum dan sesudah menggunakan
e-learning.
H0 : Tidak terdapat perbedaan yang
signifikan (5%) hasil belajar siswa Hipotesis Statistiknya:
H0: μ1 = μ2
H1: μ1 ≠μ2
(Koyan, 2012:29) Keputusan:
Bila thitung ≥ t ttabel maka H0 ditolak dan H1
diterima.
Bila thitung ≤ dari ttabel, maka H0 diterima dan
H1 ditolak.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian pengembangan ini, sudah
berhasil mengembangkan media e-learning
dengan menggunakan model prototype.
Model prototype yang merupakan metode
pengembangan sistem atau produk yang
dibangun, dites kemudian dikerjakan
kembali seperlunya dalam bentuk prototype
(perkiraan akan produk final yang dibuat).
Model prototype yang terdiri dari dari
sembilan (9) langkah ini sangat sesuai digunakan dalam mengembangkan sistem
e-learning. Langkah tersebut terdiri dari (1)
Gathering requeirements, yang dilakukan
tahap pertama yaitu mengupulkan
kebutuhan/analisis kebutuhan, (2) quick
design, tahap kedua yang dilakukan yaitu
mendesain media mulai dari
mengembangkan flowchart, storyboard,
program mapping, (3) built prototyping,
tahap ketiga yaitu membangun prototipe dalam hal ini yaitu memvisualisasikan desain
yang telah dirancang, (4) customer
evaluation of first prototyping, tahap keempat dilakukan penilaian terhadap produk prototipe yang telah dikembangkan,
penilaian ini dilakukan oleh pengguna/user
dalam hal ini yaitu guru mata pelajaran IPA, (5) refine requirements, tahap kelima memperbaiki produk yang telah dinilai oleh
pelanggan/user, (6) design, tahap keenam
mengembangkan flowchart, storyboard,
program mapping yang sesuai dengan hasil
masukan pengguna/user (7) implement,
tahap ketujuh implementasi atau
menerapkan desain yang telah disetujui oleh
pengguna/user (8) test, tahap kedelapan
yaitu tahap dimana produk dites untuk
memastikan sistem e-learning dapat
berjalan lancar tanpa adanya kesalahan
atau error dan (9) maintain, tahap
kesembilan merupakan tahap yang terakhir dilakukan untuk mengembangkan produk. Tahap ini yang dilakukan yaitu tahap pemeliharaan produk pembelajaran, tahap ini dilakukan agar nantinya jika ada perubahan dalam materi.
Keberhasilan dalam menggunakan
model prototype juga dikarenakan dalam
prosedur pengembang juga
mengedepankan kebutuhan pengguna/user
karena disetiap proses terdapat penilaian
yang dilakukan oleh pengguna/user, dan
adanya pendokumentasian dalam tahap
pengembangannya. Model prototype
memiliki keunggulan yang diantaranya yaitu
pengguna/user dapat berpartisipasi secara
aktif dalam pengembangan, dan
memudahkan penentuan kebutuhan
pengguna/user. Hal tersebut sejalan dengan
pendapat Simarmata (2010:16) menyatakan
bahwa “bagian dari produk yang
mengekspresikan logika maupun fisik
antarmuka eksternal yang ditampilkan dan konsumen menyediakan masukan untuk tim pengembangan skala besar dimulai”. Dalam
dan produk final yaitu e-learning berbasis moodle.
Hasil validasi pengembangan
e-learning yang dilakukan oleh (a) ahli isi mata pelajaran, (b) ahli desain pembelajaran, (c)
ahli media e-learning (d) uji coba
perorangan, (e) uji coba kelompok kecil dan
(f) uji coba lapangan. Hasil review e-learning
dari ahli isi mata pelajaran terungkap bahwa penilaian oleh guru mata pelajaran IPA
terdapat komponen-komponen materi
pembelajaran ini tersebar pada skor 4 (baik), dan 5 (sangat baik). Kualitas aspek materi kriteria sangat baik dengan presentase 92%
yang meliputi: a) kejelasan tujuan
pembelajaran yang akan dicapai; b)
kesesuaian antara tujuan pembelajaran dengan materi pembelajaran; c) kejelasan
penyajian materi pembelajaran; d)
kesesuaian standar kompetensi yang akan dicapai; e) kualitas penyajian materi pembelajaran; f) kesesuaian bahasa yang digunakan dengan karakteristik siswa; g)
kelengkapan materi pembelajaran; h)
kualitas tes evaluasi yang digunakan dalam
mengevaluasi pemahaman siswa; i)
kesesuaian antara tes evaluasi dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai; dan j) kesesuaian materi yang disajikan dengan
karakteristik siswa. E-learning tersebut
termasuk kriteria sangat baik dari segi ahli
mata pelajaran karena media yang
dikembangkan sudah baik dan dapat memotivasi siswa dalam belajar.
Hasil review e-learning dari ahli desain
pembelajaran terungkap bahwa penilaian oleh dosen di Jurusan Kimia terdapat komponen-komponen desain pembelajaran ini tersebar pada skor 3 (cukup), dan 4 (baik). Kualitas aspek materi kriteria cukup dengan presentase 74% yang meliputi: a)
kemenarikan tampilan awal media
e-learning; b) kemenarikan tampilan materi pembelajaran yang di sajikan; c) navigasi yang disediakan sesuai dengan karakteristik
siswa; d) e-learning yang dikembangkan
sudah mengacu model pembelajaran; e)
kejelasan materi pembelajaran yang
disajikan; f) kesesuaian materi yang
ditampilan dalam e-learning; g) kelengkapan
materi pembelajaran yang disajikan; h)
kemudahan mengakses materi yang
terdapat dalam e-learning; i) kualitas
soal-soal yang diberikan untuk menguji
pemahaman siswa; j) kesesuaian antara
penyajian materi dengan karakteristik
sasaran.
Hasil review e-learning dari ahli media
pembelajaran terungkap bahwa penilaian oleh dosen di Tekonologi Pendidikan
terdapat komponen-komponen media
pembelajaran ini tersebar pada skor 4(baik), dan 5 (sangat baik). Kualitas aspek media kriteria sangat baik dengan presentase 92% yang meliputi: a) navigasi yang digunakan
sesuai dengan karakteristik siswa.; b)
navigasi yang disediakan memudahkan siswa.; c) kesesuaian pemilihan tema dengan materi pembelajaran.; d) navigasi yang disediakan sudah dapat berfungsi dengan baik.; e) ketepatan memilih media
penyampai materi dalam e-learning.; f)
kualitas gambar yang digunakan pada
e-learning.; g) materi yang disajikan dalam e-learning terperinci dengan baik.; h) video
yang diguanakan dalam e-learning
berkualitas baik.; i) ketepatan dalam memilih
jenis huruf.; j) animasi yang digunakan
dalam e-learning berkualitas baik.
Hasil review e-learning dilihat dari uji coba perorangan, uji coba kelompok kecil, dan uji coba lapangan berada pada kategori sangat baik. Berturut-turut hasil uji coba memperoleh skor uji coba perorangan pada kategori sangat baik dengan persentase 90%, (e) uji coba kelompok kecil pada kategori sangat baik dengan persentase 90,67%, dan (f) uji coba lapangan pada kategori sangat baik dengan persentase
91,13%.Perolehan hasil review dengan
kategori sangat baik siswa dapat melakukan
komunikasi dengan siswa lain/teman
sejawat ataupun dengan guru tanpa dibatasi oleh ruang dan waktu, selain itu siswa dapat
mempelajari materi-materi lebih lanjut
karena materi dapat dengan mudah di akses
melalui e-learning kapan saja, dan dimana
saja. Pengaksesan e-learning tidak
memandang tempat, dan waktu untuk
mempelajarinya sehingga pemahaman
dalam belajar dapat lebih mudah.
Efektivitas produk pengembangan
e-learnng dalam penelitian ini di ukur dengan
analisis uji-t dengan selisih skor pretest dan
posttest yang dilakukan di kelas VII J sejumlah 38 (tiga puluh delapan) siswa.
Hasil pretest kelas VII J yaitu 60,34
J yaitu 87,68. Hasil pretest lebih kecil dari
pada hasil posttest. Setelah dilakukan
perhitungan secara manual dengan
menggunakan uji-t didapatkan hasil yang menunjukan thitung lebih besar dari ttabel yaitu
16,94 > 2,00 sehingga H0 ditolak dan H1
diterima, itu artinya bahwa terdapat
perbedaan yang signifikan hasil belajar
siswa sebelum menggunakan e-learning
pada mata pelajaran IPA kelas VII semester genap tahun pelajaran 2015/2016 di SMP
Negeri 2 Negara dan sesudah
menggunakan e-learning pada mata
pelajaran IPA kelas VII semester genap tahun pelajaran 2015/2016 di SMP Negeri 2
Negara.
Hal tersebut menunjukkan bahwa
media e-learning memberikan pengaruh
kepada siswa terhadap hasil belajar dalam
mata pelajaran IPA, karena melihat
kelebihan e-learning yaitu di e-learning
terdapat fasilitas forum diskusi dan chat
yang dimana guru, dan siswa dapat
melakukan komunikasi secara mudah
dimana saja, kapan saja, tanpa dibatasi oleh jarak, tempat, dan waktu. Persepsi tersebut juga sesuai dengan hasil penelitian yang relevan oleh beberapa ahli seperti penelitian yang dilakukan oleh Diana Laily Fithri (2014)
yang berjudul Analisa dan Perancangan
E-Learning Pembelajaran Grammer untuk
Meningkatkan Potensi Siswa, menemukan
bahwa e-learning mampu meningkatkan
kemampuan kognitif siswa. Dapat
disimpulkan dengan menggunakan
e-learning dapat memberikan warna baru
dalam proses pembelajaran di kelas, serta
dengan e-learning dapat membantu guru
dalam menyampaikan materi dapat lebih maksimal, dan dapat membantu siswa dalam memahami materi yang disampaikan oleh guru.
SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan hal-hal
sebagai berikut. Rancang bangun e-learning
menggunakan model pengembangan
sisterm yaitu prototype yang memiliki
sembilan (9) langkah dalam
pengembangannya. Produk yang
dikembangkan diawali melalui analisis kebutuhan atau pengumpulan kebutuhan
dan permasalah pembelajaran yang
ditemukan melalui observasi dan
wawancara yang dilakukan di SMP Negeri 2
Negara. Selanjutnya mendesain e-learning
mulai dari menentukan software,
menentukan materi, merancang flowchart,
storyboard, dan program mapping.
Hasil validasi pengembangan
e-learning yang dilakukan oleh (a) ahli isi mata pelajaran berada pada kategori sangat baik dengan persentase 92%, (b) ahli desain pembelajaran pada kategori cukup dengan
persentase 74%, (c) ahli media e-learning
pada kategori sangat baik dengan
persentase 92%, (d) uji coba perorangan
pada kategori sangat baik dengan
persentase 90%, (e) uji coba kelompok kecil
pada kategori sangat baik dengan
persentase 90,67%, dan (f) uji coba lapangan pada kategori sangat baik dengan persentase 91,13%.
Hasil uji-t diperoleh thitung =16,94 dan
ttabel =2,00 untuk db=74 dari taraf signifikansi
5%. Hal ini berarti thitung > ttabel sehingga H0
ditolak dan H1 diterima. Berdasarkan kriteria
pengujian, H0 ditolak dan H1 diterima yang
artinya terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar siswa sebelum menggunakan
e-learning untuk mata pelajaran IPA kelas
VII semester genap tahun pelajaran
2015/2016 di SMP Negeri 2 Negara dan
sesudah menggunakan e-learning untuk
mata pelajaran IPA kelas VII semester genap tahun pelajaran 2015/2016 di SMP Negeri 2 Negara.
Adapun saran yang dapat
disampaikan berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, yaitu (1) Kepada Siswa,
disarankan kepada siswa dengan adanya
e-learning siswa dapat terus belajar dengan e-learning, karena dengan adanya e-learning
siswa dapat mudah menyerap materi pelajaran, dan dapat memperkaya sumber belajar, serta dapat belajar tanpa terbatasi oleh ruang dan waktu. (2) Kepada Guru, disarankan kepada guru agar menjadikan pembelajaran lebih kreatif, inovatif dengan
menggunakan e-learning. Karena dengan
e-learning pengawasan atau penilaian siswa aktif atau tidak aktif dalam pembelajaran dapat dilihat diruang kelas saja. (3) Kepada Kepala Sekolah, disarankan kepada kepala
sekolah agar menjadikan e-learning sebagai
salah satu altermatif sumber balajar yang dapat membantu guru dalam penyampaian
materi, serta dapat membantu siswa dalam memahami materi yang disampaikan oleh guru. (4) Kepada Peneliti Lain, disarankan kepada peneliti lain agar hasil penelitian ini dapat dijadikan salah satu referensi, acuan dasar, dan literatur tambahan dalam melakukan penelitian pengembangan agar lebih baik lagi.
UCAPAN TERIMAKASIH
Penulis mengucapkan terimakasih kepada Bapak Dwi Pujastawa S.Pd selaku Kepala SMP Negeri 2 Negara atas ijin yang diberikan untuk mengambil data di sekolah yang dipimpinnya. Terimakasih juga penulis ucapkan kepada Ibu Ni Ketut Rudri,S.Pd., M.Pd. selaku guru mata pelajaran IPA yang telah membantu dalam penelitian dan Bapak I Kadek Suartama, S.Pd., M.Pd. selaku pembimbing I, Bapak Dr. I Made Tegeh, S.Pd., M.Pd. selaku pembimbing II yang
telah banyak memberikan arahan,
bimbingan serta semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian artikel penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
Agung, A. A. Gede. 2012. Metodologi
Penelitian Pendidikan. Singaraja: Undiksha.
---. 2014. Metodologi Penelitian
Pendidikan. Buku Ajar Metodologi Penelitian Pendidikan. Singaraja: Undiksha.
Arief S. Sadiman, et al. (2009). Media
pendidikan: pengertian,
pengembangan dan
pemanfaatannya. Jakarta: Rajawali Pers.
Candiasa, I Made. 2010. Statistik Univariat
dan Bivariat Disertai Aplikasi SPSS. Singaraja: Undiksha Press.
Dharmayasa, Gede, Dedy. 2015.
Pengembangan Media E-Learning
Goesmart Berbasis Colaborative
Learning Dalam Mata Pelajaran
Bahasa Inggris Pada Siswa Kelas Vii
Semester Genap Tahun Ajaran
2014/2015 Di SMP Negeri 4 Singaraja.
Skripsi: (Tidak Diterbitkan).
Fithri, Laily, Diana. 2014. Analisa dan
Perancangan E-Learning
Pembelajaran Grammer untuk
Meningkatkan Potensi Siswa. Jawa
Tengah: Jurnal Simetris (Vol 5 No. 1 (2014) Universitas Muria Kudus).
Diakses pada http://jurnal.umk.ac.id
pada tanggal 15 Desember 2015.
Koyan, I Wayan. 2011. Asesmen dalam
Pendidikan. Singaraja: Undiksha.
---. 2012. Statistik Pendidikan. Singaraja:
Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja.
Mahadewi, Luh Putu Putrini. 2013.
Pemrograman Berorientasi Teks
(Text-Based Programing). Singaraja: Undiksha.
---. 2014. Pemrograman Berorientasi
Obyek (Object-Oriented
Programming). Singaraja: Undiksha.
Simarmata, J. 2010. Rekayasa Perangkat
Lunak. Tersedia pada
http://books.google.co.id/books/ab out/Rekayasa_Perangkat_Lunak
(diakses tanggal 15 Desember 2015)
Undang-Undang Sistem Pendidikan
Nasional No.20 Tahun 2003. Jakarta: Redaksi.