• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN E-LEARNING DENGAN MODEL PROTOTYPE BERORIENTASI MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY SISWA KELAS VII SMPN 2 NEGARA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGEMBANGAN E-LEARNING DENGAN MODEL PROTOTYPE BERORIENTASI MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY SISWA KELAS VII SMPN 2 NEGARA"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN

E-LEARNING

DENGAN MODEL

PROTOTYPE

BERORIENTASI MODEL PEMBELAJARAN

INQUIRY

SISWA KELAS VII SMPN 2 NEGARA

Indriana Pratiwi

1

, I Kadek Suartama

2

, I Made Tegeh

3

1,2,3

Jurusan Teknologi Pendidikan

Universitas Pendidikan Ganesha

Singaraja, Indonesia

e-mail: [email protected]

1

, [email protected]

2

,

[email protected]

3

Abstrak

Permasalahan dalam penelitian ini adalah rendahnya hasil belajar siswa, minimnya sumber belajar, dan kurangnya jam pelajaran di kelas. Penelitian ini bertujuan untuk (1) mendeskripsikan rancang bangun pengembangan e-learning, (2) mengetahui kualitas e-learning, (3) mengetahui efektivitas e-learning. Data dalam penelitian ini dikumpulkan dengan menggunakan metode observasi, wawancara, kuesioner, dan tes tertulis. Mengacu pada metode tersebut, maka instrumen yang digunakan dalam mengumpulkan data yaitu lembar observasi, pedoman wawancara, angket, dan tes. Data yang terkumpul dianalisis dengan teknik analisis deskriptif kualitatif, teknik analisis deskriptif kuantitatif, dan teknik analisis statistik inferensial (uji-t). Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) rancang bangun pengembagan e-learning mengacu pada model prototype yaitu mulai dari menentukan software, menentukan materi, merancang flowchart, storyboard, dan program mapping hingga menjadi e-learning berbasis moodle. (2) Hasil validitas produk diperoleh ahli isi mata pelajaran berada pada kategori sangat baik dengan persentase 92%, ahli desain pembelajaran pada kategori cukup dengan persentase 74%, ahli media e-learning pada kategori sangat baik dengan persentase 92%, uji coba perorangan pada kategori sangat baik dengan persentase 90%, uji coba kelompok kecil pada kategori sangat baik dengan persentase 90,67%, dan uji coba lapangan pada kategori sangat baik dengan persentase 91,13%. (3) Hasil uji efektivitas e-learning yaitu diperoleh thitung lebih besar dari

pada ttabel dengan taraf signifikansi 5% dan db 74 yaitu 16,94 > 2,00. Hasil penelitian

tersebut menunjukkan efektivitas pengembangan e-learning menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan terhadap hasil belajar siswa kelas VII J sebelum dan sesudah menggunakan e-learning. Berdasarkan pemaparan tersebut, dapat dikatakan bahwa e-learning secara efektif dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Kata kunci : pengembangan, e-learning,prototype, inquiry

Abstract

The problems of this research are the lack of students learning outcomes, lack of learning sources, and the lack of lesson time in the class. This research aims to 1) Describe the design development of e-learning, 2) know the quality of e-learning, 3) know the effectiveness of e-learning. The data was collected by using observation method, interviews, questionnaires, and a written test. Referring to the method, the instrument used to collect data are the observation sheets, interview, questionnaire and tests. The data that were collected were analyzed by using descriptive analysis of qualitative, quantitative descriptive analysis techniques and inferential statistical analysis techniques (test-t). The results showed that 1) the design of the development of e-learning refers to the prototype model that determines the start of the software, determine the materials, designing flowcharts, storyboards, and mapping program become a moodle-based e-learning 2) Results showed that the product validity of the expert content of the subjects are in the very good category with a percentage of 92%, instructional design experts in the category

(2)

enough with the percentage of 74%, media expert e-learning in the very good category with a percentage of 92%. individual testing is in the very good category with a percentage of 90%, small group testing in the very good category with a percentage of 90.67%, field testing in the very good category with a percentage of 91.13%. The result of the effectiveness of e-learning that is acquired tcount bigger than ttable with a significance level of

5% and 74 db is 16.94> 2.00. The results showed that the effectiveness of e-learning development shows there are significant differences on learning outcomes science students in grade VII J before and after using e-learning. Based on exposure above, it can be conclude that e-learning can effectively improve students learning outcomes students. Keywords : development, e-learning, prototype, inquiry

PENDAHULUAN

Pendidikan menengah dalam undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 merupakan lanjutan dari pendidikan dasar. Pendidikan menengah pertama (SMP) merupakan tahap dimana

peserta didik membentuk kognitifnya

dengan lebih baik lagi. Dalam pembelajaran di Sekolah Menengah Pertama (SMP), peserta didik masih ingin mendapatkan

pembelajaran yang bermakna,

menyenangkan, dan tidak menjadikan suatu pembelajaran tersebut menjadi momok yang menakutkan. Dalam pembelajaran tersebut pendidik harus bisa memfasilitasi peserta

didiknya dengan berbagai sarana,

prasarana, sumber belajar, bahan belajar, dan atau media pembelajaran yang dapat menunjang proses pembelajaran, serta pembelajaran dapat lebih bermakna dan menyenangkan.

Berdasarkan pengumpulan data di SMP Negeri 2 Negara melalui metode observasi, dan wawancara yang ditujukan kepada guru mata pelajaran IPA, dan kepala sekolah SMP Negeri 2 Negara. Berdasarkan

observasi dan wawancara tersebut

ditemukan beberapa masalah dalam proses pembelajaran, salah satunya yaitu minimnya

sumber belajar, dan kurangnya jam

pelajaran di kelas. Hal tersebut

menyebabkan materi tidak tersampaikan secara maksimal. Dari permasalahan yang ditemukan di SMP Negeri 2 Negara, kiranya perlu dikembangkan sumber belajar, dan atau media pembelajaran guna membantu proses pembelajaran.

Perkembangan zaman di era

globalisasi ini yang dimana perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi yang sangat pesat kita rasakan dalam bidang pendidikan, dengan adanya perkembangan

TIK tersebut dapat memberikan manfaat positif bagi kita sebagai pendidik untuk

memanfaatkan TIK dalam membantu

merancang media dan atau sumber belajar dalam menunjang proses pembelajaran. Dengan demikian, seiring dengan kemajuan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) tersebut dapat kiranya kita manfaatkan untuk mengatasi masalah yang terdapat di dunia pendidikan yaitu dengan memfasilitasi

siswa dengan e-learning. E-learning yang

nantinya akan dikembangkan dengan

menggunakan model pembelajaran inkuiri. Solusi ini diberikan dengan melihat sarana, prasarana, sumber daya manusia, serta karakteristik mata pelajaran IPA. Sarana yang tersedia di SMP Negeri 2 Negara sudah cukup untuk menunjang proses

pembelajaran dengan menggunakan

bantuan e-learning. Sarana tersebut meliputi

komputer, laptop, wifi, dll. Terlebih lagi, guru dan siswa sudah mampu mengoperasikan komputer dan sudah terbiasa mencari materi melalui internet. Serta, model pembelajaran inkuiri yang digunakan merujuk pada karakteristik mata pelajaran IPA yang dimana materi yang terkandung dalam mata

pelajaran IPA lebih banyak berupa

gejala-gejala alam yang harusnya dipecahkan

siswa melalui metode ilmiah seperti

observasi dan eksperimen.

Menurut Gilbert & Jones dalam Suartama, dkk (2014:21) mengemukakan

bahwa e-learning yaitu “pengiriman materi

pembelajaran melalui suatu media elektronik

seperti internet, internet/extranet, satellite

broadcast, audio/video tape, interactive TV,

CD-ROM, dan computer-based training

(CBT)”. Sedangkan menurut Khan dalam Suartama, dkk. (2014:22) menyatakan

bahwa “e-learning menunjuk pada

(3)

siapapun, dimanapun, dan kapanpun dengan menggunakan berbagai teknologi

dalam lingkungan pembelajaran yang

terbuka”. Dengan adanya e-learning dalam

menunjang proses pembelajaran, siswa

memiliki peluang yang besar untuk

mengakses materi serta dapat dengan mudah melakukan komunikasi terkait materi pelajaran dengan pendidik dimana saja, dan kapan saja.

Hal tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh salah satu dosen Fakultas Teknik, Program Studi Sistem Informasi yaitu Diana Laily Fithri (2014) yang

berjudul Analisa dan Perancangan

E-Learning Pembelajaran Grammer untuk

Meningkatkan Potensi Siswa, menemukan

bahwa e-learning mampu meningkatkan

kemampuan kognitif siswa. Penelitian lain lagi yang dilakukan oleh mahasiswa Jurusan Teknologi Pendidikan yaitu Gede Dedy

Dharmayasa (2015) yang berjudul

Pengembangan Media E-Learning

Goesmart Berbasis Colaborative Learning

Dalam Mata Pelajaran Bahasa Inggris Pada Siswa Kelas VII Semester Genap Tahun Ajaran 2014/2015 Di SMP Negeri 4 Singaraja, menemukan bahwa hasil belajar siswa lebih tinggi dengan menggunakan

media e-learning berbasis Colaborative

Learning, dibandingkan tidak menggunakan

media e-learning berbasis Colaborative

Learning.

Berdasarkan pemaparan diatas,

penggunaan e-learning sebagai media

pembelajaran dikatakan mampu

meningkatkan hasil belajar siswa. Bertitik

tolak dari pemaparan tersebut,maka dalam

penelitian pengembangan ini akan mencoba

mengembangkan e-learning dengan

menggunakan model prototype yang

berorientasi pada model pembelajaran

inquiry untuk mata pelajaran IPA kelas VII semester genap tahun pelajaran 2015/2016

di SMP Negeri 2 Negara.

METODE

Model yang menjadi acuan dalam

pengembangan bahan ajar e-learning untuk

mata pelajaran IPA siswa kelas VII semester genap tahun pelajaran 2015/2016 ini yaitu

model pengembangan prototype. Model

Prototype merupakan metode

pengembangan sistem atau produk yang

dibangun, dites kemudian dikerjakan

kembali seperlunya dalam bentuk prototype

(perkiraan akan produk final yang dibuat).

Berdasarkan prototype yang dihasilkan

maka produk sesungguhnya kemudian dikembangkan. Menggunakan model ini

merupakan suatu proses uji coba (trial and

error). Model ini digunakan karena melihat tahapan yang tersedia lengkap, dan dalam tahapannya sangat menyesuaikan dengan

user atau pengguna e-learning yang akan

dikembangkan. Tahapan dalam

pengembangan sistem atau produk dengan menggunakan model ini terdiri dari sembilan

langkah utama. Gathering requeirements,

quick design, built prototyping, customer evaluation of first prototyping, refine requirements, design, implement, test, dan

maintain.

Pada Tahap I. Pengumpulan

Kebutuhan (Gathering requeirements),

tahap ini dilakukan pengumpulan kebutuhan

untuk mengembangkan sistem e-learning

ini. Pengumpulan kebutuhan dilakukan dengan metode observasi dan wawancara yang dilakukan peneliti di SMP Negeri 2 Negara. Berdasarkan pengumpulan data tersebut didapatkan informasi bahwa mata

pelajaran IPA masih belum efektif

dilaksanakan di kelas, jadi peneliti mencoba

mengembangkan sistem e-learning. Tahap

II. Merancang Cepat (quick design), tahap ini

yang dilakukan yaitu mendesain sistem

e-learning. Dalam hal ini desain yang

dilakukan yaitu yaitu (1) memilih dan

menetapkan software/perangkat lunak yang

digunakan, (2) menentukan materi, dan (3)

mengembangkan flow chart,

mengembangkan program mapping yang

terintegrasi model pembelajaran inkuiri dan

storyboard untuk memvisualisasikan alur kerja produk mulai awal hingga akhir. Tahap

III. Membangun Prototipe (built prototyping),

tahap ini, tahap mengimplementasian

desain yang dirancang sebelumnya. Tahap

ini dilakukan dengan tujuan, agar user dalam

hal ini guru mata pelajaran IPA dapat menilai

produk e-learning yang akan dikembangkan.

Tahap IV. Evaluasi Pelanggan (customer

evaluation of first prototyping), tahap ini

dilakukan penilaian terhadap produk

prototipe sistem e-learning. Tahap ini

menjadi satu kesatuan dengan tahap kedua dan ketiga. Tahap ini dilakukan penilaian

(4)

terhadap desain prototipe sistem e-learning,

dan produk prototipe sistem e-learning.

Tahap V. Perubahan Desain (refine

requirements), tahap ini dilakukan perbaikan atau revisi terhadap desain dan produk

prototipe sistem e-learning. Tahapan ini,

menjadi satu siklus dengan desain prototipe, membangun prototipe, dan penilaian produk

prototipe oleh user. Tahapan ini dilakukan

terus menerus sampai user menyetujui hasil

produk prototipe sistem e-learning yang

dikembangkan. Setelah selesai melakukan revisi, dan user dalam hal ini guru mata pelajaran IPA di SMP Negeri 2 Negara

menyetujui produk kita, barulah kita

melanjutkan ke tahapan berikutnya. Tahap

VI. Desain (Design), tahap ini yang dilakukan

yaitu mendesain sistem e-learning yang

telah disetujui oleh user. Dalam hal ini

desain yang dilakukan yaitu yaitu (1) memilih

dan menetapkan software/perangkat lunak

yang digunakan, (2) menentukan materi, dan

(3) mengembangkan flow chart,

mengembangkan program mapping yang

terintegrasi model pembelajaran inkuiri dan

storyboard yang sudah disetujui oleh

pelanggan/user dalam hal ini yaitu guru mata

pelajaran IPA kelas VII SMP Negeri 2

Negara. Tahap VII. Penerapan (Implement),

tahap ini yaitu dilakukan penerapan. Penerapan dalam hal ini yaitu memvisualkan

desain sistem e-learning yang telah disetujui

oleh guru mata pelajaran IPA kelas VII.

Selain itu, pada tahap ini kegiatan yang dilakukan juga berupa pengumpulan materi pelajaran yang diperlukan untuk pembuatan

produk seperti materi pokok yang

dituangkan kedalam sistem e-learning.

Tahap VIII. Tes (Test), tahap ini dilakukan tes yang difokuskan untuk memasitikan

sistem e-learning yang dikembangkan

berjalan lancar tanpa adanya kesalahan

atau error, serta memastikan keluaran yang

dihasilkan sesuai dengan yang diinginkan.

Tahap IX. Pemeliharaan (Maintenance),

tahap ini tahap dimana akhir dari

pengembangan sistem e-learning. Tahap ini

dilakukan agar nanti jika materi berubah jadi

pengembang melakukan perubahan

terhadap materi tersebut.

Pada penelitian pengembangan ini, setelah mengembangkan produk dilakukan

uji validasi terhadap produk yang

dikembangkan. Tahap validasi produk

menggunakan instrumen kuesioner dan teknik analisis data deskriptif kualitatif dan

deskriptif kuantitatif. Validasi produk

pengembangan e-learning ini harus diuji

tingkat validasinya. Tingkat validasi sistem

e-learning diketahui melalui hasil analisis kegiatan uji coba yang dilaksanakan melalui

dua tahap, yaitu a) review para hhli, review

para ahli ini dilakukan oleh 3 (tiga) ahli yaitu diantaranya review ahli isi mata pelajaran, review ahli desain pembelajaran, review ahli

media e-learning. b) Uji coba produk, uji

coba produk dilakukan setelah memperoleh masukan, komentar, saran, dan penilaian dari ahli isi mata pelajaran, ahli desain pembelajaran, dan ahli media pembelajaran. Uji coba produk akan dilaksanakan dalam 3 (tiga) tahap yaitu uji coba perorangan, uji coba kelompok kecil, dan uji coba lapangan. Uji coba perorangan yang dilakukan dengan menggunakan 3 (tiga) orang siswa yang terdiri dari siswa yang memiliki kemampuan belajarang rendah, sedang dan tinggi. Sedangkan, uji coba kelompok kecil terdiri dari 12 (dua belas) orang siswa yang terdiri siswa yang memiliki kemampuan belajarang rendah, sedang dan tinggi. Terakhir, uji lapangan terdiri dari 30 (tiga puluh) orang siswa yang memiliki kemampuan belajarang rendah, sedang dan tinggi pula.

Pada tahap ini, uji efektivitas produk merupakan bagian yang sangat penting dalam penelitian pengembangan, untuk

mengetahui apakah produk yang

dikembangkan efektif atau tidak dalam meningkatkan hasil belajar siswa yang akan

digunakan di lapangan. Tingkat efektivitas

e-learning diketahui melalui hasil penilaian

pretest dan posttest setelah melakukan uji validasi dan produk dinyatakan sudah valid. Subjek uji efektivitas produk penelitian

pengembangan e-learning yaitu

menggunakan siswa kelas VIIJ di SMP Negeri 2 Negara yang berjumlah tiga puluh delapan orang siswa. Dalam satu kelas tersebut sudah termasuk siswa yang memiliki prestasi belajar tinggi, prestasi belajar sedang, dan prestasi belajar rendah.

Penelitian pengembangan ini

menggunakan 3 (tiga) metode dalam

pengumpulan data yaitu (1) metode

kuesioner/angket merupakan cara

memperoleh atau mengumpulkan data

(5)

pertanyaan/pernyataan-pernyataan kepada

responden/subjek penelitian(Agung,

2014:99); (2) metode observasi merupakan “suatu cara memperoleh data dengan jalan mengadakan “pengamatan dan pencatatan” secara sistematis tentang sesuatu objek

tertentu(Agung,2012:61); (3) metode

wawancara merupakan suatu metode

pengumpulan data dengan cara melakukan tanya jawab yang sistematis, dan hasil tanya

jawab ini dicatat/direkam secara

cermat(Agung,2012:62); dan (4) metode tes tertulis merupakan cara untuk mengetahui pengetahuan, keterampilan, intelegensi atau kemampuan yang dimiliki oleh peserta didik

dengan menggunakan serentetan

pertanyaan yang berupa tes objektif (Agung, 2014:240). Instrumen yang digunakan untuk

mengumpulkan data dalam penelitian

pengembangan ini yaitu (a) angket

tanggapan, angket tanggapan digunakan untuk mengumpulkan

data hasil review dari ahli isi bidang studi

atau mata pelajaran, ahli desain

pembelajaran, ahli media e-learning, dan

siswa saat uji coba perorangan, uji coba kelompok kecil, dan uji coba lapangan; (b)

lembar observasi, lembar observasi

digunakan untuk mengumpulkan data

mengenai masalah-masalah yang terjadi

dilapangan; (c) pedoman wawancara,

pedoman wawancara juga digunakan untuk mengumpulkan data mengenai masalah pembelajaran yang terjadi dilapangan; dan (d) tes, tes digunakan untuk uji lapangan, soal-soal tes tipe pilihan ganda, yang digunakan untuk mengumpulkan data nilai hasil belajar siswa sebelum dan sesudah

menggunakan e-learning. Tujuan

mengumpulkan data nilai siswa, agar dapat mengetahui tingkat efektivitas penggunaan

e-learning terhadap peningkatan hasil

belajar yang dilakukan dengan cara

menggunakan uji t untuk sampel berkorelasi. Dalam penelitian pengembangan ini analisis data dilakukan untuk memperoleh

pemahaman yang kongkret tentang

keberhasilan e-learning yang telah

dikembangkan. Hasil yang diperoleh

digunakan sebagai bahan pertimbangan

dalam memperbaiki e-learning. Dalam

penelitian pengembangan ini digunakan tiga teknik analisis data, yaitu (1) teknik analisis

deskriptif kuantitatif, metode analisis

deskriptif kuantitatif merupakan suatu cara pengolahan data yang dilakukan dengan jalan menyusun secara sistematis dalam bentuk angka-angka dan atau presentase, mengenai suatu objek yang diteliti, sehingga diperoleh kesimpulan umum. Teknik analisis ini digunakan untuk mengolah data yang diperoleh melalui angket dalam bentuk

deskriptif persentase. Rumus yang

digunakan untuk menghitung persentase dari masing-masing subjek adalah

Persentase

=∑(Jawaban x bobot tiap pilihan)

n x bobot tertinggi x 100%

Keterangan:

: jumlah

n: jumlah seluruh item angket

Selanjutnya, untuk menghitung

persentase keseluruhan subjek digunakan rumus:

Persentase : F : N Keterangan :

F= jumlah persentase keseluruhan subjek N= banyak subjek

Untuk dapat mengambil keputusan

makna dan pengambilan keputusan

digunakan ketetapan yang tersaji pada tabel 1.

Tabel 1. Konvensi Tingkat Pencapaian dengan Skala 5

Tingkat Pencapaian (%) Kualifikasi Keterangan

(6)

75-89 Baik Sedikit direvisi

65-79 Cukup Direvisi secukupnya

55-64 Kurang Banyak hal yang direvisi

1-54 Sangat kurang Diulangi membuat produk

(Tegeh dan Kirna dalam Agung 2014:251) (2) Teknik Analisis Deskriptif Kualitatif,

menurut Agung, (2012:67) metode analisis deskriptif kuantitatif yaitu susatu cara analisis/pengolahan data dengan jalan

menyusun secara sistematis dalam bentuk kalimat/kata-kata, kategori mengenai objek sehingga akhinya diperoleh kesimpulan umum. Teknik analisis deskriptif

kualitatif ini digunakan untuk mengolah data hasil review ahli isi bidang studi atau mata pelajaran, ahli desain pembelajaran, ahli

media e-learning, siswa dan guru mata

pelajaran. Teknik analisis data ini dilakukan

dengan mengelompokkan

informasi-informasi dari data kualitatif yang berupa masukan, tanggapan, kritik dan saran perbaikan yang terdapat pada angket dan hasil wawancara. Hasil analisis ini kemudian digunakan untuk merevisi produk yang dikembangkan; dan (3) Analisis Statistik

Inferensial, menurut Agung (2012:68)

menyatakan “metode analisis statistik inferensial ialah suatu cara pengolahan data yang dilakukan dengan jalan menerapkan rumus-rumus statistik inferensial untuk menguji suatu hipotesis penelitian yang diajukan penelitian, dan kesimpulan ditarik

berdasarkan hasil pengujian terhadap

hipotesis”. Analisis statistik inferensial digunakan untuk mengetahui efektivitas produk terhadap hasil belajar siswa pada siswa SMP Negeri 2 Negara sebelum dan

sesudah menggunakan produk

pengembangan e-learning pembelajaran.

Data uji coba kelompok sasaran

dikumpulkan dengan menggunakan pre-test

dan post-test terhadap materi pokok yang diuji cobakan.

Hasil pre-test dan post-test kemudian

dianalisis menggunakan uji-t untuk

mengetahui perbedaan antara hasil pretest

dan posttest. Sebelum melakukan uji

hipotesis (uji-t berkorelasi) dilakukan uji prasyarat (normalitas dan homogenitas). Rumus untuk menghitung uji prasyarat dan uji hipotesis (uji-t berkorelasi) adalah (a) Uji Prasyarat, pengujian hipotesis dilakukan dengan analisis uji t berkorelasi. Analisis uji

t berkorelasi memerlukan beberapa

persyaratan analisis antara lain. (1) Uji Normalitas Sebaran, uji normalitas dilakukan

untuk mengetahui apakah sebaran skor pada setiap variabel berdistribusi normal atau tidak, untuk itu dapat digunakan rumus Chi-Kuadrat. Adapun rumusnya sebagai berikut. 𝑥2= ∑ [(𝑓𝑜−𝑓𝑒)2 𝑓𝑒 ] (Koyan, 2012:90) Keterangan: x2 = chi-kuadrat fo = frekuensi observasi fe = frekuensi harapan

Kriteria pengujian: data berdistribusi normal jika 𝑥2ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 < 𝑥2𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 pada taraf

signifikansi α = 0,05 dengan derajat

kebebasan k-1.

(2) Uji Homogenitas Varians, uji

homogenitas dilakukan untuk mencari

tingkat kehomogenan secara dua pihak yang diambil dari kelompok-kelompok terpisah dari satu populasi yaitu kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Untuk menguji homogenitas varians untuk kedua kelompok

digunakan uji test bartlet, sebagai berikut.

s²gab = ∑(𝑑𝑘.s2)

∑ 𝑑𝑘

(Koyan, 2012:34) Kriteria pengujian H¬0 diterima jika Fhitung < Ftabel yang berarti sampel homogen. Uji dilakukan pada taraf signifikan 5% dengan derajat kebebasan untuk

pembilang n1 – 1 dan derajat kebebasan

untuk penyebut n2 – 1.

(3) Uji Hipotesis (Uji-t berkorelasi), teknik analisis yang digunakan untuk pengujian hipotesis adalah teknik analisis uji t

berkorelasi atau dependent. Dasar

penggunaan teknik uji t berkorelasi ini adalah menggunakan dua perlakuan yang berbeda terhadap satu sampel. Pada penelitian ini akan menguji

(7)

perbedaan hasil belajar IPA sebelum dan

sesudah menggunakan e-learning terhadap

satu kelompok. Rumus untuk uji-t

berkorelasi adalah sebagai berikut.

𝑡 = 𝑥̅̅̅ − 𝑥1 ̅̅̅2 √𝑠12 𝑛1 +𝑠2 2 𝑛2 − 2𝑟 (√𝑛𝑠11) (√𝑛𝑠22) (Koyan, 2012:29) Keterangan: 𝑥1

̅̅̅ = rata-rata sampel 1 (sebelum

menggunakan media)

𝑥2

̅̅̅ = rata-rata sampel 2 (sesudah

menggunakan media)

s1 = simpangan baku sampel 1

(sebelum menggunakan media)

s2 = simpangan baku sampel 2

(sesudah menggunakan media) s12 = varians sampel 1

s22 = varians sampel 2

r = korelasi antara dua sampel

Hasil uji coba dibandingkan ttabel

dengan taraf signifikan 0,05 (5%) untuk mengetahui apakah ada perbedaan antara

sebelum dan sesudah menggunakan

e-learning.

H0 : Tidak terdapat perbedaan yang

signifikan (5%) hasil belajar siswa Hipotesis Statistiknya:

H0: μ1 = μ2

H1: μ1 ≠μ2

(Koyan, 2012:29) Keputusan:

Bila thitung ≥ t ttabel maka H0 ditolak dan H1

diterima.

Bila thitung ≤ dari ttabel, maka H0 diterima dan

H1 ditolak.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian pengembangan ini, sudah

berhasil mengembangkan media e-learning

dengan menggunakan model prototype.

Model prototype yang merupakan metode

pengembangan sistem atau produk yang

dibangun, dites kemudian dikerjakan

kembali seperlunya dalam bentuk prototype

(perkiraan akan produk final yang dibuat).

Model prototype yang terdiri dari dari

sembilan (9) langkah ini sangat sesuai digunakan dalam mengembangkan sistem

e-learning. Langkah tersebut terdiri dari (1)

Gathering requeirements, yang dilakukan

tahap pertama yaitu mengupulkan

kebutuhan/analisis kebutuhan, (2) quick

design, tahap kedua yang dilakukan yaitu

mendesain media mulai dari

mengembangkan flowchart, storyboard,

program mapping, (3) built prototyping,

tahap ketiga yaitu membangun prototipe dalam hal ini yaitu memvisualisasikan desain

yang telah dirancang, (4) customer

evaluation of first prototyping, tahap keempat dilakukan penilaian terhadap produk prototipe yang telah dikembangkan,

penilaian ini dilakukan oleh pengguna/user

dalam hal ini yaitu guru mata pelajaran IPA, (5) refine requirements, tahap kelima memperbaiki produk yang telah dinilai oleh

pelanggan/user, (6) design, tahap keenam

mengembangkan flowchart, storyboard,

program mapping yang sesuai dengan hasil

masukan pengguna/user (7) implement,

tahap ketujuh implementasi atau

menerapkan desain yang telah disetujui oleh

pengguna/user (8) test, tahap kedelapan

yaitu tahap dimana produk dites untuk

memastikan sistem e-learning dapat

berjalan lancar tanpa adanya kesalahan

atau error dan (9) maintain, tahap

kesembilan merupakan tahap yang terakhir dilakukan untuk mengembangkan produk. Tahap ini yang dilakukan yaitu tahap pemeliharaan produk pembelajaran, tahap ini dilakukan agar nantinya jika ada perubahan dalam materi.

Keberhasilan dalam menggunakan

model prototype juga dikarenakan dalam

prosedur pengembang juga

mengedepankan kebutuhan pengguna/user

karena disetiap proses terdapat penilaian

yang dilakukan oleh pengguna/user, dan

adanya pendokumentasian dalam tahap

pengembangannya. Model prototype

memiliki keunggulan yang diantaranya yaitu

pengguna/user dapat berpartisipasi secara

aktif dalam pengembangan, dan

memudahkan penentuan kebutuhan

pengguna/user. Hal tersebut sejalan dengan

pendapat Simarmata (2010:16) menyatakan

bahwa “bagian dari produk yang

mengekspresikan logika maupun fisik

antarmuka eksternal yang ditampilkan dan konsumen menyediakan masukan untuk tim pengembangan skala besar dimulai”. Dalam

(8)

dan produk final yaitu e-learning berbasis moodle.

Hasil validasi pengembangan

e-learning yang dilakukan oleh (a) ahli isi mata pelajaran, (b) ahli desain pembelajaran, (c)

ahli media e-learning (d) uji coba

perorangan, (e) uji coba kelompok kecil dan

(f) uji coba lapangan. Hasil review e-learning

dari ahli isi mata pelajaran terungkap bahwa penilaian oleh guru mata pelajaran IPA

terdapat komponen-komponen materi

pembelajaran ini tersebar pada skor 4 (baik), dan 5 (sangat baik). Kualitas aspek materi kriteria sangat baik dengan presentase 92%

yang meliputi: a) kejelasan tujuan

pembelajaran yang akan dicapai; b)

kesesuaian antara tujuan pembelajaran dengan materi pembelajaran; c) kejelasan

penyajian materi pembelajaran; d)

kesesuaian standar kompetensi yang akan dicapai; e) kualitas penyajian materi pembelajaran; f) kesesuaian bahasa yang digunakan dengan karakteristik siswa; g)

kelengkapan materi pembelajaran; h)

kualitas tes evaluasi yang digunakan dalam

mengevaluasi pemahaman siswa; i)

kesesuaian antara tes evaluasi dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai; dan j) kesesuaian materi yang disajikan dengan

karakteristik siswa. E-learning tersebut

termasuk kriteria sangat baik dari segi ahli

mata pelajaran karena media yang

dikembangkan sudah baik dan dapat memotivasi siswa dalam belajar.

Hasil review e-learning dari ahli desain

pembelajaran terungkap bahwa penilaian oleh dosen di Jurusan Kimia terdapat komponen-komponen desain pembelajaran ini tersebar pada skor 3 (cukup), dan 4 (baik). Kualitas aspek materi kriteria cukup dengan presentase 74% yang meliputi: a)

kemenarikan tampilan awal media

e-learning; b) kemenarikan tampilan materi pembelajaran yang di sajikan; c) navigasi yang disediakan sesuai dengan karakteristik

siswa; d) e-learning yang dikembangkan

sudah mengacu model pembelajaran; e)

kejelasan materi pembelajaran yang

disajikan; f) kesesuaian materi yang

ditampilan dalam e-learning; g) kelengkapan

materi pembelajaran yang disajikan; h)

kemudahan mengakses materi yang

terdapat dalam e-learning; i) kualitas

soal-soal yang diberikan untuk menguji

pemahaman siswa; j) kesesuaian antara

penyajian materi dengan karakteristik

sasaran.

Hasil review e-learning dari ahli media

pembelajaran terungkap bahwa penilaian oleh dosen di Tekonologi Pendidikan

terdapat komponen-komponen media

pembelajaran ini tersebar pada skor 4(baik), dan 5 (sangat baik). Kualitas aspek media kriteria sangat baik dengan presentase 92% yang meliputi: a) navigasi yang digunakan

sesuai dengan karakteristik siswa.; b)

navigasi yang disediakan memudahkan siswa.; c) kesesuaian pemilihan tema dengan materi pembelajaran.; d) navigasi yang disediakan sudah dapat berfungsi dengan baik.; e) ketepatan memilih media

penyampai materi dalam e-learning.; f)

kualitas gambar yang digunakan pada

e-learning.; g) materi yang disajikan dalam e-learning terperinci dengan baik.; h) video

yang diguanakan dalam e-learning

berkualitas baik.; i) ketepatan dalam memilih

jenis huruf.; j) animasi yang digunakan

dalam e-learning berkualitas baik.

Hasil review e-learning dilihat dari uji coba perorangan, uji coba kelompok kecil, dan uji coba lapangan berada pada kategori sangat baik. Berturut-turut hasil uji coba memperoleh skor uji coba perorangan pada kategori sangat baik dengan persentase 90%, (e) uji coba kelompok kecil pada kategori sangat baik dengan persentase 90,67%, dan (f) uji coba lapangan pada kategori sangat baik dengan persentase

91,13%.Perolehan hasil review dengan

kategori sangat baik siswa dapat melakukan

komunikasi dengan siswa lain/teman

sejawat ataupun dengan guru tanpa dibatasi oleh ruang dan waktu, selain itu siswa dapat

mempelajari materi-materi lebih lanjut

karena materi dapat dengan mudah di akses

melalui e-learning kapan saja, dan dimana

saja. Pengaksesan e-learning tidak

memandang tempat, dan waktu untuk

mempelajarinya sehingga pemahaman

dalam belajar dapat lebih mudah.

Efektivitas produk pengembangan

e-learnng dalam penelitian ini di ukur dengan

analisis uji-t dengan selisih skor pretest dan

posttest yang dilakukan di kelas VII J sejumlah 38 (tiga puluh delapan) siswa.

Hasil pretest kelas VII J yaitu 60,34

(9)

J yaitu 87,68. Hasil pretest lebih kecil dari

pada hasil posttest. Setelah dilakukan

perhitungan secara manual dengan

menggunakan uji-t didapatkan hasil yang menunjukan thitung lebih besar dari ttabel yaitu

16,94 > 2,00 sehingga H0 ditolak dan H1

diterima, itu artinya bahwa terdapat

perbedaan yang signifikan hasil belajar

siswa sebelum menggunakan e-learning

pada mata pelajaran IPA kelas VII semester genap tahun pelajaran 2015/2016 di SMP

Negeri 2 Negara dan sesudah

menggunakan e-learning pada mata

pelajaran IPA kelas VII semester genap tahun pelajaran 2015/2016 di SMP Negeri 2

Negara.

Hal tersebut menunjukkan bahwa

media e-learning memberikan pengaruh

kepada siswa terhadap hasil belajar dalam

mata pelajaran IPA, karena melihat

kelebihan e-learning yaitu di e-learning

terdapat fasilitas forum diskusi dan chat

yang dimana guru, dan siswa dapat

melakukan komunikasi secara mudah

dimana saja, kapan saja, tanpa dibatasi oleh jarak, tempat, dan waktu. Persepsi tersebut juga sesuai dengan hasil penelitian yang relevan oleh beberapa ahli seperti penelitian yang dilakukan oleh Diana Laily Fithri (2014)

yang berjudul Analisa dan Perancangan

E-Learning Pembelajaran Grammer untuk

Meningkatkan Potensi Siswa, menemukan

bahwa e-learning mampu meningkatkan

kemampuan kognitif siswa. Dapat

disimpulkan dengan menggunakan

e-learning dapat memberikan warna baru

dalam proses pembelajaran di kelas, serta

dengan e-learning dapat membantu guru

dalam menyampaikan materi dapat lebih maksimal, dan dapat membantu siswa dalam memahami materi yang disampaikan oleh guru.

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan hal-hal

sebagai berikut. Rancang bangun e-learning

menggunakan model pengembangan

sisterm yaitu prototype yang memiliki

sembilan (9) langkah dalam

pengembangannya. Produk yang

dikembangkan diawali melalui analisis kebutuhan atau pengumpulan kebutuhan

dan permasalah pembelajaran yang

ditemukan melalui observasi dan

wawancara yang dilakukan di SMP Negeri 2

Negara. Selanjutnya mendesain e-learning

mulai dari menentukan software,

menentukan materi, merancang flowchart,

storyboard, dan program mapping.

Hasil validasi pengembangan

e-learning yang dilakukan oleh (a) ahli isi mata pelajaran berada pada kategori sangat baik dengan persentase 92%, (b) ahli desain pembelajaran pada kategori cukup dengan

persentase 74%, (c) ahli media e-learning

pada kategori sangat baik dengan

persentase 92%, (d) uji coba perorangan

pada kategori sangat baik dengan

persentase 90%, (e) uji coba kelompok kecil

pada kategori sangat baik dengan

persentase 90,67%, dan (f) uji coba lapangan pada kategori sangat baik dengan persentase 91,13%.

Hasil uji-t diperoleh thitung =16,94 dan

ttabel =2,00 untuk db=74 dari taraf signifikansi

5%. Hal ini berarti thitung > ttabel sehingga H0

ditolak dan H1 diterima. Berdasarkan kriteria

pengujian, H0 ditolak dan H1 diterima yang

artinya terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar siswa sebelum menggunakan

e-learning untuk mata pelajaran IPA kelas

VII semester genap tahun pelajaran

2015/2016 di SMP Negeri 2 Negara dan

sesudah menggunakan e-learning untuk

mata pelajaran IPA kelas VII semester genap tahun pelajaran 2015/2016 di SMP Negeri 2 Negara.

Adapun saran yang dapat

disampaikan berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, yaitu (1) Kepada Siswa,

disarankan kepada siswa dengan adanya

e-learning siswa dapat terus belajar dengan e-learning, karena dengan adanya e-learning

siswa dapat mudah menyerap materi pelajaran, dan dapat memperkaya sumber belajar, serta dapat belajar tanpa terbatasi oleh ruang dan waktu. (2) Kepada Guru, disarankan kepada guru agar menjadikan pembelajaran lebih kreatif, inovatif dengan

menggunakan e-learning. Karena dengan

e-learning pengawasan atau penilaian siswa aktif atau tidak aktif dalam pembelajaran dapat dilihat diruang kelas saja. (3) Kepada Kepala Sekolah, disarankan kepada kepala

sekolah agar menjadikan e-learning sebagai

salah satu altermatif sumber balajar yang dapat membantu guru dalam penyampaian

(10)

materi, serta dapat membantu siswa dalam memahami materi yang disampaikan oleh guru. (4) Kepada Peneliti Lain, disarankan kepada peneliti lain agar hasil penelitian ini dapat dijadikan salah satu referensi, acuan dasar, dan literatur tambahan dalam melakukan penelitian pengembangan agar lebih baik lagi.

UCAPAN TERIMAKASIH

Penulis mengucapkan terimakasih kepada Bapak Dwi Pujastawa S.Pd selaku Kepala SMP Negeri 2 Negara atas ijin yang diberikan untuk mengambil data di sekolah yang dipimpinnya. Terimakasih juga penulis ucapkan kepada Ibu Ni Ketut Rudri,S.Pd., M.Pd. selaku guru mata pelajaran IPA yang telah membantu dalam penelitian dan Bapak I Kadek Suartama, S.Pd., M.Pd. selaku pembimbing I, Bapak Dr. I Made Tegeh, S.Pd., M.Pd. selaku pembimbing II yang

telah banyak memberikan arahan,

bimbingan serta semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian artikel penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

Agung, A. A. Gede. 2012. Metodologi

Penelitian Pendidikan. Singaraja: Undiksha.

---. 2014. Metodologi Penelitian

Pendidikan. Buku Ajar Metodologi Penelitian Pendidikan. Singaraja: Undiksha.

Arief S. Sadiman, et al. (2009). Media

pendidikan: pengertian,

pengembangan dan

pemanfaatannya. Jakarta: Rajawali Pers.

Candiasa, I Made. 2010. Statistik Univariat

dan Bivariat Disertai Aplikasi SPSS. Singaraja: Undiksha Press.

Dharmayasa, Gede, Dedy. 2015.

Pengembangan Media E-Learning

Goesmart Berbasis Colaborative

Learning Dalam Mata Pelajaran

Bahasa Inggris Pada Siswa Kelas Vii

Semester Genap Tahun Ajaran

2014/2015 Di SMP Negeri 4 Singaraja.

Skripsi: (Tidak Diterbitkan).

Fithri, Laily, Diana. 2014. Analisa dan

Perancangan E-Learning

Pembelajaran Grammer untuk

Meningkatkan Potensi Siswa. Jawa

Tengah: Jurnal Simetris (Vol 5 No. 1 (2014) Universitas Muria Kudus).

Diakses pada http://jurnal.umk.ac.id

pada tanggal 15 Desember 2015.

Koyan, I Wayan. 2011. Asesmen dalam

Pendidikan. Singaraja: Undiksha.

---. 2012. Statistik Pendidikan. Singaraja:

Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja.

Mahadewi, Luh Putu Putrini. 2013.

Pemrograman Berorientasi Teks

(Text-Based Programing). Singaraja: Undiksha.

---. 2014. Pemrograman Berorientasi

Obyek (Object-Oriented

Programming). Singaraja: Undiksha.

Simarmata, J. 2010. Rekayasa Perangkat

Lunak. Tersedia pada

http://books.google.co.id/books/ab out/Rekayasa_Perangkat_Lunak

(diakses tanggal 15 Desember 2015)

Undang-Undang Sistem Pendidikan

Nasional No.20 Tahun 2003. Jakarta: Redaksi.

Referensi

Dokumen terkait

2 Desain Tampilan Desain tampilan dari aplikasi deteksi plagiat berdasarkan string-matching menggunakan algoritma Rabin-Karp terdiri dari : Satu text field untuk menampilkan lokasi

Penelitian ini sesuai dengan penelitian pada tahun 2004 sampai 2008 mengenai hubungan durasi tidur yang pendek dengan obesitas pada anak-anak di Australia, dengan

Menimbang : bahwa dalam rangka pelaksana kegiatan Penelitian Karakteristik Biologi Perikanan dan Habitat Sumberdaya serta Potensi Sumberdaya Ikan pada WPP 572

menggunakan metode “fungsi”, fungsi yang dimaksud dalam metode ini adalah fungsi utama dari sebuah Gedung Olahraga Basket di Kabupaten Tabalong yang tidak hanya

Hal ini mengakibatkan terhambatnya kelancaran produksi, namun bila kondisi ini diatasi dengan beroperasi menggunakan bahan bakar minyak, maka akan berdampak pada

Pokja Barang/Jasa Konsultansi dan Jasa Lainnya pada Unit Layanan Pengadaan Barang/Jasa Kabupaten Aceh Barat Daya akan melakukan klarifikasi dan/atau verifikasi kepada penerbit

anggota tersebut berada dalam tegangan. Sekiranya nilai daya dalaman yang diperolehi positif, maka. anggota tersebut berada dalam mampatan.. Uji kefahaman anda sebelum ke unit 2.

Kadar mineral mangan pada daun kelor relatif sedikit, tetapi masih dapat digunakan untuk mengatasi kekurangan kromium yang kebutuhannya dalan tubuh tidak terlalu